Guru merupakan sosok yang begitu dihormati karena memiliki andil yang sangat
besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara
optimal. Ketika orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah, pada saat itu juga
orang tua menaruh harapan terhadap guru, agar anaknya dapat berkembang secara
optimal (Mulyasa, 2005:10). Minat, bakat, kemampuan, dan potensi yang dimiliki
peserta didik tidak akan dapat berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.
Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Tugas
guru tidak hanya mengajar, namun juga mendidik, mengasuh, membimbing, dan
membentuk kepribadian siswa guna menyiapkan dan mengembangkan sumber
daya manusia (SDM).
Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Dalam menuju era
globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam dunia pendidikan, yaitu
dengan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel,
sehingga para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat
global demokratis. Oleh karena itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa
agar memungkinkan para anak didik dapat mengembangkan potensi yang dimiliki
secara alami dan kreatif dalam suasana penuh kebebasasn, kebersamaan dan
tanggung jawab. Selain itu, pendidikan harus dapat menghasilkan lulusan yang bisa
memahami, masyarakatnya dengan segala faktor yang dapat mendukung mencapai
sukses ataupun penghalang yang menyebabkan kegagalan di dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal tersebut salah satunya ditentukan oleh sikap profesionalisme
seorang guru.
Premis untuk memulai pendidikan berwawasan global adalah informasi dan
pengetahuan tentang bagian dunia yang lain harus mengembangkan kesadaran kita
bahwa kita akan dapat memahami lebih baik keadaan diri kita sendiri apabila kita
dapat memahami hubungan terhadap masyarakat lain, dan isu-isu global
Dunia pendidikan yang harusnya penuh dengan kasih sayang, tempat untuk belajar
tentang moral, budi pekerti justru sekarang ini dekat dengan tindak kekerasan dan
asusila. Dunia yang seharusnya mencerminkan sikap-sikap intelektual, budi pekerti,
dan menjunjung tinggi nilai moral, justru telah dicoreng oleh segelintir oknum
pendidik (guru) yang tidak bertanggung jawab. Realitas ini mengandung pesan
bahwa dunia guru harus segera melakukan evaluasi ke dalam. Sepertinya, sudah
waktunya untuk melakukan pelurusan kembali atas pemahaman dalam
memposisikan profesi guru.
Kesalahan guru dalam memahami profesinya akan mengakibatkan bergesernya
fungsi guru secara perlahan-lahan. Pergeseran ini telah menyebabkan dua pihak
yang tadinya sama-sama membawa kepentingan dan salng membutuhkan, yakni
guru dan siswa, menjadi tidak lagi saling membutuhkan. Akibatnya suasana belajar
sangat memberatkan, membosankan, dan jauh dari suasana yang membahagiakan.
Dari sinilah konflik demi konflik muncul sehingga pihak-pihak didalamnya mudah
frustasi lantas mudah melampiaskan kegundahan dengan cara-cara yang tidak
benar.
Nasanius, Y. 1998. Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru dan Siswa Yang Berperan
Besar, Bukan Kurikulum. Suara Pembaharuan. (Online)
(http://www.suarapembaharuan.com/News/1998/08/230898, diakses 1 Juni 2008).
Hlm. 1-2.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
http://wisnuhenisaputra.wordpress.com/2012/12/21/artikel-non-penelitian/