Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Audit investigatif dengan teknik audit dan teknik perpajakan

Pada kasus PT Asian Agri Group”

DISUSUN OLEH:

LINDA LATRI DJABUMIR (2017-30-197)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya Naikan Kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena begitu besar kasih
dan anugerahnya saya dapat menyelesaikan Makalah ini Dengan baik dan tepat waktu dengan
Judul Makalah “Audit investigatif dengan teknik audit dan teknik perpajakan

Pada kasus PT Asian Agri Group”. Guna untuk memenuhi Tugas Akuntansi Forensik dan
Audit Examination.Saya Harap Makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pemabaca dan
juga bagi penulis.

Ambon,18 November 2020

Linda Latri Djabumir

2017-30-197
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Hasil dan pembahasan

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpilan

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran laporan keuangan.
Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit . Oleh karena itu ada penulis yang
menggunakan istilah teknik audit dan jenis bukti audit dalam makna yang sama. Cakupan
dari berbagai teknik audit dalam berbagai audit investigatif, seperti teknik-teknik yang
diterapkan dalam kejahatan perpajakan dan kejahatan terorganisasi (organized crime), Follow
the Money dalam fraud dan tindak pidana pencucian uang, teknik pembuktian hukum,
computer forensic, dan lain sebagainya.

Teknik audit investigatif dengan perpajakan terbagi atas 2 metode, yaitu:

 Net Worth Method

Net worth method bertujuan untuk membuktikan adanya PKP yang belum dilaporkan oleh wajib
pajak. Metode ini cukup sederhana dengan membandingkan pendapatan atau kekayaan bersih
wajib pajak tahun ini dengan sebelumnya, jika ada pertambahan nilai tersebut namun pajak yang
dibayarkan tetap atau berkurang, sudah tentu wajib pajak melakukan tidakan penggelapan pajak.
Net worth method juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi seperti kasus penggelapan
korupsi, atau organisasi kriminal lainnya.

 Expenditure Method

Expenditure method adalah derivasi dari net worth method. Namun, perlakuan terhadap aset dan
kewajibannya berbeda. Expenditure method dimaksudkan untuk menetukan unreported taxable
income. Expenditure method lebih cocok untuk para Wajib Pajak yang tidak mengumpulkan
harta benda, tetapi mempunyai pengeluaran-pengeluaran besar (mewah).
PT Asian Agri Group adalah salah satu perusahaan kelapa sawit terbesar di Indonesia yang
dibangun oleh Sukanto Tanoto[1] pada tahun 1979. Memiliki 160.000 ha area perkebunan
tersertifikasi dengan 25.000 karyawan.

Asian Agri juga merupakan perusahaan kelapa sawit yang memiliki mitra petani plasma terbesar
di Indonesia, yaitu 29.000 petani yang meliputi 60.000 ha lahan. Petani plasma merupakan
program kemitraan antara perusahaan dengan para petani yang menjadi bagian dari program
transmigrasi di tahun 1970-an, program ini sering disebut juga sebagai PIR (Perkebunan Inti
Rakyat).

Semenjak dibangun pada tahun 1979, Asian Agri merupakan pionir dari skema transmigrasi
milik pemerintah di Riau dan Jambi. Program transmigrasi adalah program yang bertujuan untuk
mengurangi tingkat kemiskinan. Asian Agri merupakan bagian dari grup Royal Golden Eagle.

Pola PIR dikembangkan oleh Asian Agri pertama kali pada tahun 1987[4] di Pulau Sumatera,
tepatnya di Provinsi Riau dan Jambi.

Asian Agri saat ini bekerja sama dengan petani petani plasma yang mempunyai lahan seluas
60.000 hektar serta mengikutsertakan hampir 29.000 keluarga di 11 lokasi.

Dari dua hektar lahan yang diberikan oleh pemerintah, perusahaan membina petani plasmanya
secara komprehensif mulai dari tahap awal sampai tahap akhir. Proses ini dimulai dari
pengembangan lahan menjadi perkebunan kelapa sawit termasuk didalamnya proses pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada petani dalam budidaya dan pengelolaan perkebunan.
Kemudian perusahaan juga menjadi penggerak dalam mendukung petani plasmanya untuk
mendapatkan bantuan dari bank.

Pada tanggal 1 Desember 2006 VAS sengaja datang ke KPK untuk membeberkan permasalahan
keuangan PT AAG yang dilengkapi dengan sejumlah dokumen keuangan dan data digital.Salah
satu dokumen tersebut adalah dokumen yang berjudul “AAA-Cross Border Tax Planning (Under
Pricing of Export Sales)”, disusun pada sekitar 2002. Dokumen ini memuat semua
persiapan transfer pricing PT AAG secara terperinci. Modusnya dilakukan dengan cara menjual
produk minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) keluaran PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar
negeri dengan harga di bawah harga pasar – untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil
dengan harga tinggi.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kronologi Kasus penggelapan pajak PT Asian Agri Group ?


2. Teknik audit yang dapat dilakukan atas kasus penggelapan pajak PT Asian Agri Group
Adalah ?
3. Bagaimana penyelasaian Akhir Kasus PT Asian Agri Group ?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Agar Penulis Dan pembaca dapat mengetahui kronologi kasus PT Asian Agri Group
2. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui Teknik Audit yang di lakukan atas kasus PT
Asian Agri Group
3. Agar penulis dan pembaca dapat mengetahui Penyelasain akhir dari kasus PT Asian Agri
Group
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hasil dan Pembahasan

KRONOLOGI

PT Asian Agri Group (AAG) adalah salah satu induk usaha terbesar kedua di Grup Raja Garuda
Mas, perusahaan milik Sukanto Tanoto. Menurut majalah Forbes, pada tahun 2006 Tanoto
adalah keluarga paling kaya di Indonesia, dengan kekayaan mencapai US$ 2,8 miliar (sekitar Rp
25,5 triliun).  Terungkapnya dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG, bermula dari aksi
Vincentius Amin Sutanto (Vincent) membobol brankas PT AAG di Bank Fortis Singapura
senilai US$ 3,1 juta pada tanggal 13 November 2006. Vincent saat itu menjabat sebagai group
financial controller di PT AAG – yang mengetahui seluk-beluk keuangannya. Perbuatan Vincent
ini terendus oleh perusahaan dan dilaporkan ke Polda Metro Jaya. Vincent kabur ke Singapura
sambil membawa sejumlah dokumen penting perusahaan tersebut. Dalam pelariannya inilah
terjadi jalinan komunikasi antara Vincent dan wartawan Tempo.

Pada tanggal 1 Desember 2006 VAS sengaja datang ke KPK untuk membeberkan permasalahan
keuangan PT AAG yang dilengkapi dengan sejumlah dokumen keuangan dan data digital.Salah
satu dokumen tersebut adalah dokumen yang berjudul “AAA-Cross Border Tax Planning (Under
Pricing of Export Sales)”, disusun pada sekitar 2002. Dokumen ini memuat semua
persiapan transfer pricing PT AAG secara terperinci. Modusnya dilakukan dengan cara menjual
produk minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) keluaran PT AAG ke perusahaan afiliasi di luar
negeri dengan harga di bawah harga pasar – untuk kemudian dijual kembali ke pembeli riil
dengan harga tinggi. Dengan begitu, beban pajak di dalam negeri bisa ditekan. Selain itu,
rupanya perusahaan-perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan PT AA sebagian adalah
perusahaan fiktif.
Pembeberan Vincent ini kemudian ditindaklanjuti oleh KPK dengan menyerahkan permasalahan
tersebut ke Direktorat Pajak – karena memang permasalahan PT AAG tersebut terkait erat
dengan perpajakan. Direktur Jendral Pajak, Darmin Nasution, kemudian membentuk tim khusus
yang terdiri atas pemeriksa, penyidik dan intelijen. Tim ini bekerja sama dengan Pusat Pelaporan
dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Kejaksaan Agung. Tim khusus tersebut
melakukan serangkaian penyelidikan – termasuk penggeledahan terhadap kantor PT AAG, baik
yang di Jakarta maupun di Medan.

IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan hasil penyelidikan  tersebut (14 perusahaan diperiksa), ditemukan terjadinya


penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan
nilai (PPN). Selain itu juga "bahwa dalam tahun pajak 2002-2005, terdapat Rp 2,62 triliun
penyimpangan pencatatan transaksi. Yang berupa menggelembungkan biaya perusahaan hingga
Rp 1,5 triliun. mendongkrak kerugian transaksi ekspor Rp 232 miliar. mengecilkan hasil
penjualan Rp 889 miliar. Lewat modus ini, Asian Agri diduga telah menggelapkan pajak
penghasilan untuk badan usaha senilai total Rp 2,6 triliun. Perhitungan SPT Asian Agri yang
digelapkan berasal dari SPT periode 2002-2005. Hitungan terakhir menyebutkan penggelapan
pajak itu diduga berpotensi merugikan keuangan negara hingga Rp 1,3 triliun.

Dari rangkaian investigasi dan penyelidikan, pada bulan Desember 2007 telah ditetapkan 8 orang
tersangka, yang masing-masing berinisial ST, WT, LA, TBK, AN, EL, LBH, dan SL. Kedelapan
orang tersangka tersebut merupakan pengurus, direktur dan penanggung jawab perusahaan. Di
samping itu, pihak Depertemen Hukum dan HAM juga telah mencekal 8 orang tersangka
tersebut.

Terungkapnya kasus penggelapan pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari pemberitaan
investigatif Tempo – baik koran maupun majalah – dan pengungkapan dari Vincent. Dalam
konteks pengungkapan suatu perkara, apalagi perkara tersebut tergolong perkara kakap, mustinya
dua pihak ini mendapat perlindungan sebagai whistle blower. Kenyataannya, dua pihak ini di-
blaming. Alih-alih memberikan perlindungan, aparat penegak hukum malah mencoba
mempidanakan tindakan para whistle blower ini. Vincent didakwa dengan pasal-pasal tentang
pencucian uang – karena memang dia, bersama rekannya, sempat mencoba mencairkan uang PT
AAG. 

 Menurut pendapat Hendri Dzikri Fauzi

Terungkapnya kasus penggelapan pajak oleh PT AAG tidak terlepas dari pemberitaan
investigatif Tempo – baik koran maupun majalah – dan pengungkapan dari Vincent. Dalam
konteks pengungkapan suatu perkara, apalagi perkara tersebut tergolong perkara kakap, mustinya
dua pihak ini mendapat perlindungan sebagai whistle blower. Kenyataannya, dua pihak ini di-
blaming. Alih-alih memberikan perlindungan, aparat penegak hukum malah mencoba
mempidanakan tindakan para whistle blower ini. Vincent didakwa dengan pasal-pasal tentang
pencucian uang – karena memang dia, bersama rekannya, sempat mencoba mencairkan uang PT
AAG. Bahkan Vincent telah divonis dan dihukum 11 tahun penjara. Sementara itu, pesan pendek
(SMS) Metta Dharmasaputra – wartawan Tempo – disadap aparat penegak hukum, print-out-nya
beredar di kalangan pers. Pemberitaan investigatif Metta Dharmasaputra dan komunikasinya
dengan Vincent sempat menjadi urusan Dewan Pers, bahkan nyaris diproses secara pidana.Selain
itu, pemberitaan Tempo juga di-blaming melalui riset di bidang komunikasi publik oleh dosen
Fisipol UGM atas pesanan PT AAG – yang menyatakan bahwa pemberitaan-pemberitaan seputar
kasus penggelapan pajak tersebut tidak mencari solusi yang komprehensif. Sedangkan P3-ISIP
UI – yang melakukan riset serupa atas pesanan PT AAG – menyimpulkan bahwa pers
(pemberitaan Tempo) cenderung melakukan bias dan keberpihakan yang secara etis patut
direnungi. Bisa jadi hasil-hasil riset tersebut sebagai legitimasi untuk memperkarakan
Tempo.Apa yang dialami Vincent dan Tempo tersebut sebenarnya merupakan cermin buram bagi
perlindungan saksi di Indonesia selama ini. Kejadian ini bukanlah yang pertama dialami para
pengungkap fakta. Tetapi kejadian berulang yang tujuannya tidak lain adalah untuk menutupi
kejahatan yang sesungguhnya. Para pengungkap fakta semacam ini sering mengalami berbagai
bentuk kekerasan – intimidasi dan teror, bahkan diperkarakan secara hukum – baik perdata
maupun pidana. Lihat saja misalnya Kasus Udin, kasus Endin Wahyudi, Kasus Ny Maria
Leonita, Kasus Romo Frans Amanue, dan banyak lagi.Jangan sampai apa yang dialami Vincent
dan Tempo tersebut menjadi alat untuk membungkam pengungkapan kasus yang sesungguhnya,
dalam hal ini dugaan penggelapan pajak oleh PT AAG.

TEKNIK AUDIT YANG DAPAT DILAKUKAN ATAS KASUS PENGGELAPAN PAJAK


PT ASIAN AGRI GROUP

Dalam Kasus pt Asian agri yang memeriksa adalah KAP. Namun suwir laut tidak melakukan
perubahan atau pembetulan SPT Tahunan PPHWP Badan 14 perusahaan yang telah disampaikan
kepada KPP terakit, walalupun suwir laut secara sadar mengetahui bahwa ada perubahan neraca
dan rugi laba antar SPT yang suwir laut buat dan telah dikirimkan ke KPP dengan hasil audit
KAP. Lalu diperiksa oleh dirgen pajak , namun proses pemeriksaan atas kasus ini berjalan
berlarut-larut cukup lama. Jangka waktu pelaksanaan bukti permulaan atas Asian agri melebihi
ketentuan yakni melewati 2 bulan dan tidak didukung dengan usulan serta surat persetujuan
perpanjangan pemeriksaan.
PENYELASAIAN AKHIR KASUS PT ASIAN AGRI GROUP

Berujung di Pengadilan

Berbeda dengan tindak pidana perpajakan, dalam proses penyelesaian tindak pidana
pencucian uang tidak ada satu pihak pun yang diberi kewenangan untuk menghentikan
penyidikan. Dengan demikian, jika PPATK dan penyidik dapat melakukan koordinasi dengan
baik untuk menuntaskan penyidikan tindak pidana pencucian uang itu, maka persidangan kasus
ini pun dapat segera digelar. Akhirnya, lemahnya ketentuan hukum mengenai perpajakan harus
menjadi catatan lembaga legislatif. Ketentuan yang memberikan kewenangan untuk
menghentikan penyidikan tindak pidana perpajakan hanya akan menimbulkan ketidakpastian
hukum dan jelas tidak mampu menghadirkan keadilan. Persetujuan kita bersama terhadap filosofi
pajak yang tidak bertujuan membangkrutkan usaha, semestinya juga tidak diinterpretasikan lewat
kebijakan yang membeda-beda kan kedudukan warga negara di hadapan hokum.

Menurut Pendapat
Terdakwa menyuruh Ricky Bunjaya untuk membuat Kartu Tanda Penduduk dengan
nama Hendri Susilo, dengan tujuan untuk mendirikan dua perusahaan berbentuk Perseroan
Terbatas berkedudukan di Jakarta masing-masing dengan nama PT. Asian Agri Jaya dan PT.
Asian Agri Utama, selanjutnya Hendri Susilo menyerahkan nomor rekening atas nama PT. Asian
Agri Jaya dan PT. Asian Agri Utama berikut Swift Code Pin serta 3 (tiga) buah stempel/cap
perusahaan kepada Terdakwa. Terdakwa memberitahukan kepada Hendri Susilo dan Agustinus
Ferry Susanto bahwa uang dalam waktu dekat akan masuk ke rekening dan menugaskan orang
tersebut untuk mencairkan dana yang sudah masuk rekening. Selanjutnya Terdakwa membuat 2
(dua) lembar perintah aplikasi transfer menggunakan formulir Fortis Bank SA/NV Singapore,
menandatanganinya dengan meniru tanda tangan Kueh Chin Poh dan Ong Chan Hwa dan
mengirimkan perintah aplikasi transfer tersebut ke Singapore melalui jasa pengiriman DHL di
Bandara Polonia Medan. Atas pengiriman 2 (dua) aplikasi transfer tersebut pada tanggal 15
Nopember 2006 dana masuk dari Fortis Bank SA/NV Singapore ke rekening PT. Asian Agri
Jaya sebesar USD 1.906.215.60 dan ke rekening PT. Asian Agri Utama sebesar USD
1.203.872.47.
Ada beberapa hal yang perlu dikritisi dari putusan majelis hakim tersebut, baik dari
dakwaan dan tuntutan JPU serta pertimbangan dan putusan majelis hakim. JPU mendakwa
dengan dakwaan alternatif kumulatif. Dakwaan Kesatu Pasal 3 ayat (1)  huruf a UU TPPU atau
Dakwaan Kedua pasal 6 ayat (1) huruf c UU TPPU dan Dakwaan Ketiga Pasal 263 KUHP.
Dalam Dakwaan kesatu tidak dicantumkan unsur penting TPPU yaitu ”dengan maksud
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan,” hal ini menjadi tidak sinkron
dengan aturan dan ancaman pidana dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a UU TPPU. Selain itu, Unsur
Pasal 3 UU TPPU “dengan sengaja” tidak dimasukkan di dalam uraian dakwaan, dengan
demikian dakwaan ini sebenarnya tidak cermat, jelas dan lengkap sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 143 ayat (2) huruf b KUHAP. Konsekuensinya dakwaan ini dapat dianggap kabur
(obscur libel) dan menurut Pasal 143 ayat (3) KUHAP surat dakwaan yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum. Selain itu, melihat
bahwa penyusunan dakwaan alternatif telah disusun secara keliru karena Posisi Kasus yang
identik antara Dakwaan Kesatu dan Dakwaan Kedua, serta mengingat Dakwaan Kesatu dan
Kedua merupakan tindak pidana yang berbeda, maka penyusunan Posisi Kasus harus disesuaikan
dengan pasal yang dikenakan. Dalam dakwaan ketiga uraian perbuatannya sama dengan uraian
perbuatan melanggar Pasal 6 ayat (1) huruf c UU TPPU jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, namun
ternyata yang dimaksud adalah untuk dakwaan melanggar Pasal 263 ayat (1) KUHP jo. Pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP. Penyebutan Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP menjadi kabur, karena tidak
merinci secara tegas terdakwa dikenakan dakwaan unsur pasal bentuk yang mana.
Dari pemeriksaan di persidangan, yang perlu dikritisi adalah terkait pemeriksaan saksi.
Ada beberapa saksi dihadapkan di persidangan yang tidak memenuhi persyaratan sebagai saksi
sebagaimana diatur dalam KUHAP.
Pendapat saksi (berupa opini) dicatat sebagai keterangan saksi, padahal hal ini tidak
boleh dilakukan mengingat saksi hanya dibolehkan memberikan keterangan tentang apa yang ia
dengar, lihat, atau alami sendiri tentang terjadinya suatu peristiwa pidana sebagaimana diatur
dalam Pasal 1 Angka 27 KUHAP. Selain itu, ada Testimonium de Auditu dan saksi yang
seharusnya menjadi saksi kunci karena keterlibatannya dengan terdakwa dalam hal terjadinya
tindak pidana tidak dapat dihadirkan di persidangan tanpa keterangan ketidakhadirannya,
sehingga berita acara dipenyidikanlah yang dibacakan keterangannya.
Dalam tuntutannya, JPU menyatakan terdakwa secara sah dan meyakinkan terbukti
menempatkan harta kekayaan adalah sebagaimana dakwaan JPU pasal 3 ayat (1) huruf a UU
TPPU, tetapi dalam tuntutan JPU mengenakan pasal 3 ayat (1) huruf c UU TPPU dengan salah
satu unsurnya adalah membayarkan harta kekayaan. Menurut JPU dalam tuntutannya TPPU
tersebut dilakukan dengan memalsu surat sebagaimana Pasal 263 ayat (1) KUHP.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan terselasainya Makalah maka Penulis dapat menyimpulkan bahwa Kejahatan
dalam kasusu ini diperkirakan merugikan negara Rp 786 miliar. Polisi amat bersemangat
mengusut Vincentius Amin Sutanto, bekas pengontrol keuangan perusahaan itu, hingga akhirnya
dihukum 11 tahun penjara pada Agustus lalu. Padahal justru dialah yang membongkar dugaan
penggelapan pajak dan money laundering oleh Asian Agri. . Direktorat Jenderal Pajak telah
menetapkan hina anggota direksi Asian Agri sebagai tersangka kasus pidana pajak. Jika kasus ini
segera ditangani dengan tuntas, amat besar uang negara yang bisa diselamatkan.Upaya ini juga
akan mencegah pengusaha lain melakukan penyelewengan serupa, sehingga tujuan pemerintah
mendongkrak penerimaan pajak tercapai.Tidak sewajarnya polisi mengkhianati program
pemerintah. Mereka seharusnya segera mengusut pula dugaan pencucian uang yang dilakukan
Asian Agri. Perusahaan ini diduga menyembunyikan hasil "penghematan" pajak ke berbagai
bank di luar negeri. Inilah yang mestinya diprioritaskan dibanding membidik orang yang justru
membantu membongkar dugaan penggelapan pajak.
Berdasarkan hasil analis, dapat diketahui bahwa Vincentius memegang peranan penting
dalam menguak kasus penggelapan pajak yang dilakukan oleh ST dimana Vincent sebagai
Financial Controller Asian Agri yang dimiliki oleh ST. Vincentius dalam kasus dugaan
penggelapan pajak ST ini berperan sebagai whistleblower. Lemahnya penegakan hukum dan
kurang komprehensifnya pengaturan mengenai perlindungan saksi secara yuridis formal pada
gilirannya membuat saksi enggan memberikan kesaksian mengenai segala sesuatu yang ia
dengar, ia lihat, dan ia alami sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Asian_Agri

Anda mungkin juga menyukai