Anda di halaman 1dari 6

Laboratorium Kimia Terapan UP MKU

Politeknik Negeri Bandung

MODUL 4

REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA

I. TUJUAN

Setelah melakukan praktikum ini diharapkan mahasiswa dapat:


1. Mempelajari reaksi redoks
2. Mempelajari sel elektrokimia
3. Mempelajari cara pencegahan korosi dengan cara pembentukan lapisan oksida

II. TEORI DASAR

Reaksi Redoks
Reaksi redoks ditandai dengan perubahan bilangan oksidasi saat pereaksi berubah
menjadi hasil reaksi. Pada dasarnya reaksi oksidasi adalah bila pereaksi melepaskan elektron dan
reaksi reduksi bila pereaksi menerima elektron. Dalam menyetarakan reaksi redoks digunakan
hukum kekekalan massa dan muatan.
Sel Galvani/Volta adalah suatu sel elektrokimia yang terdiri dari dua buah elektroda yang
dapat menghasilkan energi listrik akibat terjadinya reaksi secara spontan. Contoh sel volta
(gambar-1) dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1 Contoh Sel Volta

Apabila kedua elektroda dihubungkan dengan pengukur arus listrik maka elektron akan mengalir
dari Zn ke Cu. Elektron ini berasal dari reaksi oksidasi yang spontan terjadi pada elektroda Zn.
Elektroda yang mengalami reaksi oksidasi disebut anoda.

Reaksi oksidasi pada Zn adalah sebagai berikut :


Zn  Zn2+ + 2e (1)

17
Laboratorium Kimia Terapan UP MKU
Politeknik Negeri Bandung

Elektron yang tiba di elektroda Cu/Cu2+ akan bereaksi dengan ion Cu2+ (mengalami reaksi
reduksi, disebut katoda) dan mengendap sebagai atom Cu pada elektroda Cu dengan reaksi
sebagai berikut

Cu2+ + 2e  Cu (2)

Potensial Redoks dan Reaksi Redoks Sederhana


Aplikasi dari penggunaan reaksi redoks adalah dapat memprediksikan suatu reaksi itu
berlangsung atau tidak di dalam sistem logam dan dan larutan logam lainnya. Sebagai contoh
adalah logam perak apakah larut didalam larutan tembaga sulfat. Dimana half cell potential
(HCP) dari perak (Ag-Ag+)adalah –0,80 volt dan untuk tembaga (Cu-Cu2+) adalah –0,34 volt.
Dimana nilai HCP dari perak lebih negatif dibandingkan dengan tembaga (Cu)maka Eonya
masih negatif seperti pada persamaan dibawah ;

2 Ag(s)  2 Ag+ + e- Eo1 = - 0,80 v (3)

Cu(s)  Cu2+ + 2 e- Eo2 = - 0,34 v (4)

Eo = Eo1 – Eo2

Eo = -0,80 – (-0,34) = - 0,46 v

Dari hasil ini terlihat bahwa Ag memiliki tendensi kurang terhadap kehilangan elektron
maka sudah dapat diprediksi bahwa reaksi tidak akan dengan mudah berlangsung secara spontan
(lambat/susah). Kesimpulannya Ag tidak mudah teroksidasi didalam larutan tembaga sulfat.

Elektrolisa
Elektrolisa adalah peristiwa perubahan energi listrik menjadi energi kimia. Seperti halnya
sel elektrolisa terdiri dari dua buah elektroda dan larutan elektrolit. Pada sel elektrolisa ini reaksi
yang terjadi adalah tidak spontan. Sel elektrolisa digunakan untuk pemurnian logam.
Pembentukan logam dari larutan dan menjadi dasar pelapisan.
M. Faraday menunjukkan bahwa jumlah zat yang bereaksi pada elektroda-elektroda sel
elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah arus yang melalui sel tsb. Selain itu jika arus tertentu
mengalir melalui sel elektrolisis maka akan dihasilkan jumlah ekivalen masing-masing zat.
QA
M
nF
M = massa zat yang terbentuk
Q = jumlah listrik dalam Coloumb
A = massa atom
n = perubahan elektron
F = tetapan Faraday

18
Laboratorium Kimia Terapan UP MKU
Politeknik Negeri Bandung

Korosi dan Passivasi


Sel Galvani, baik sel komposisi (adanya dua logam yang memiliki potensial elektroda
berbeda) maupun sel konsentrasi (logam sejenis) dapat menyebabkan terjadinya korosi pada
logam. Pada sel komposisi logam yang anodik akan terkorosi terlebih dahulu sedangkan sel
konsenrasi bisa terjadi karena adanya oksigen dan air yang tidak sama konsentrasinya pada
permukaan logam.
Untuk mencegah terjadinya korosi ini dapat dilakukan dengan cara elektroplating dan
dengna memebentuk lapisan oksida logam yang koheren secara efektif memblok reaksi oksidasi
selanjutnya (passivasi) pada logam yang akan dilndungi. Salah satu contoh pembentukan lapisan
oksida adalah lapisan oksida aluminium. Aluminium memiliki lapisan oksida stabil setebal
sekitar 2 nm bila ditempatkan pada udara terbuka dalam temperatur ruang. Oksida pada
temperatur tinggi (350-450C) menghasilkan lapisan Al2O3 setebal 40 nm. Bila anodasi ini
dilakukan dalam larutan selektrolit seperti asam sulfat encer, tebal alapisanm oksida bisa
mencapai  104 nm. Reaksi yang terjadi dalam larutan asam sulfat encer adalah

Anoda : 2 Al + 3 H2O  Al2O3 + 6 H+ + 6e


Katoda : 6e + 6H+  3 H2

Bila pembentukan lapisan oksida yang koheren inin dicegah, misalnya dengan aliasi logam
merkuri pada permukaanya, maka alumunium akan bereaksi cepat dengan oksigen.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat: 1. CuSO4 0,5 M


1. Tabung reaksi 2. Logam Zn
2. Erlenmeyer 250 ml 3. Logam Cu
3. Pipet volume 25 ml 4. Logam Fe yang telah diampelas
4. Gelas ukur 10 ml 5. Logam Al
5. Gelas kimia 50 ml 6. Pb(NO3)2 0,1 M
6. Hotplate 7. Zn(NO3)2 0,1 M
8. NaNO3 0,1 M
9. FeCl3 0,1 M
10. H2SO4 1 M, 3 M
11. KI 0,1 M
12. H2O2 0,1 M
13. Oksalat 0,05 M
14. KMnO4
15. CHCl3
16. ZnSO4 0,5 M
17. HNO3 pekat, HCl pekat
18. HCl 6 M
19. HgCl2 0,1 M
Bahan:

19
Laboratorium Kimia Terapan UP MKU
Politeknik Negeri Bandung

IV. CARA KERJA

4.1. Beberapa reaksi redoks


1. Masukkan 2 ml larutan CuSO4 0,5 M kedalam tabung reaksi, kemudian masukkan logam
Zn. Biarkan beberapa menit dan amati perubahan yang terjadi.
2. Masukkan 2 ml larutan ZnSO4 0,5 M kedalam tabung reaksi, kemudian masukkan logam
Cu. Biarkan beberapa menit dan amati perubahan yang terjadi.
3. Masukkan sepotong besi yang telah diampelas kedalam masing-masing tabung reaksi
yang berisi 2 ml larutan Pb(NO3)2 0,1 M, Zn(NO3)2 0,1 M, NaNO3 0,1 M. Amati reaksi
yang terjadi.
4. Kepada 5 tetes H2O2 0,1 M tambahkan 5 tetes H2SO4 1 M dan 10 tetes KI 0,1 M dan
tambahkan 1 tetes larutan kanji. Amati reaksi yang terjadi.
5. Campurkan 5 tetes FeCl3 0,1 M dengan 10 tetes H2SO4 1 M dan 10 tetes KI 0,1 M dan
tambahkan 1 tetes larutan kanji. Amati reaksi yang terjadi.

4.2. Pengujian logam Alumunium


4.2.1. Tanpa passivasi
1. Buat kepingan aluminium (Al) dengan ukuran masing-masing 1x1 cm. Kepingan Al
ini kemudian ditempatkan pada dua tabung uji.
2. Tuangkan sedikit asam nitrat pekat (HNO3) kedalam salah satu tabung uji dan sedikit
asam klorida pekat (HCl) pada tabung uji lainnya.
3. Catat waktu yang dibutuhkan hingga Alumunium habis bereaksi di dalam HCl.

4.2.2. Dengan passivasi


1. Tiga keping Al diamalgasi dengan jalan menempatkannya didalam sebuah tabung
reaksi yang berisi 5 mL merkuri klorida (HgCl2) 0,1M dan dua tetes HCl pekat.
Reaksikan selama 4-5 menit.
2. Tuangkan larutan (HgCl2) dan cuci kepingan yang telah melewati proses amalgasi
dengan air destilasi.
3. Tempatkan kepingan pertama didalam tabung yang berisi air destilasi, kepingan
kedua ditempatkan dalam tabung yang berisi larutan CuSO4 0,1 M dan keping yang
ketiga dibiarkan di udara terbuka.
4. Gunakan 3 keping Al lainnya sebagai kontrol. Panaskan keempat tabung uji (2 uji dan
2 pengontrol) didalam penangas air. Amati proses yang terjadi.

V. LEMBAR PENGAMATAN

I. Beberapa reaksi redoks


No. Reaksi Pengamatan
1. Zn + CuSO4

2. ZnSO4 + Cu

3. Pb(NO3)2 + Fe

4. Zn(NO3)2 + Fe

18
Laboratorium Kimia Terapan UP MKU
Politeknik Negeri Bandung

5. NaNO3 + Fe

6. H2O2 + H2SO4 + KI

7. FeCl3 + H2SO4 + KI

II. Pengujian logam Al

1. Tanpa passivasi
Logam Al Pereaksi Pengamatan
Ke-
1 HCl pekat

2 HNO3 pekat

2. Dengan Passivasi
Al sebagai logam uji
Al + HgCl2 + Al + CuSO4 Al di air Al di udara
HCl (1) (2) (3)
sebelum pemanasan: sebelum pemanasan:

pemanasan: pemanasan:

Al sebagai logam pengontrol


Al + CuSO4 Al di air Al di udara
(1) (2) (3)
sebelum pemanasan: sebelum pemanasan:

pemanasan: pemanasan:

VI. PERSAMAAN REAKSI

Beberapa reaksi redoks


1. Zn + CuSO4 
2. ZnSO4 + Cu 
3. Pb(NO3)2 + Fe 
19
Laboratorium Kimia Terapan UP MKU
Politeknik Negeri Bandung

4. Zn(NO3)2 + Fe 
5. NaNO3 + Fe 
6. H2O2 + H2SO4 + KI 
7. FeCl3 + H2SO4 + KI 

Pengujian logam Al
1. Tanpa passivasi
a. Al + HCl 
b. Al + HNO3 

2. Dengan passivasi
a. Al + HgCl2 + HCl 
b. Al + CuSO4 
c. Al + H2O 
d. Al + O2 

20

Anda mungkin juga menyukai