TUGAS AKHIR
Disusun Oleh :
EDDY
NIM : 015214116
By
EDDY
Student Number : 015214116
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
Eddy
v
”KU PERSEMBAHKAN UNTUK PAPA , MAMA,
TERLIHAT “
By : Acay
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang
telah memberikan berkat, semangat, rahmat dan cinta kasih yang berlimpah di
Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi bagi
Dalam pelaksanaan dan penulisan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, baik berupa materi, bimbingan, kerja sama serta dukungan moril. Dalam
1. Ir. Greg Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Budi Sugiharto, S.T., M.T. selaku Kaprodi Teknik Mesin, Universitas
Sanata Dharma.
akhir.
6. Pak Martono, Pak Ronny, Pak Intan dan semua Laboran yang lain.
7. Bapak, Mamak, Kakak dan Abang serta seluruh keluarga, terimakasih atas
vii
Prasetya, Ningrum, Alex Manalu, Joe, Boy, Dirham, Willy, Roy Purba,
9. Rekan-rekan dan semua pihak yang membantu dalam penulisan tugas akhir
ini.
Penulis
Eddy
viii
INTISARI
ix
DAFTAR ISI
INTISARI ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI........................................................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
x
2.6 Paduan Aluminium Cor ...........................................................19
Presipitasi .....................................................................28
xi
4.5 Analisis Struktur Mikro ..............................................................57
BAB V PENUTUP
5.2 Saran............................................................................................64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 Pengaruh kadar Mg 2 Si pada kekuatan tarik paduan Al-Mg 2 Si ......... 17
B B B B
Gambar 2.4 Diagram fasa biner semu dari paduan Al-MgZn 2 .............................. 19
B B
Gambar 2.6 Pengerasan penuaan dua tahap dari paduan Al-4%Cu (Gayler) ........ 29
Gambar 2.7 Fasa presipitasi selama penuaan pada 130°C dan pengerasan
Gambar 4.5 Struktur mikro benda uji aging pada suhu 170°C selama 10 jam...... 58
Gambar 4.6 Struktur mikro benda uji quenching pada suhu 520°C selama 4 jam
Gambar 4.9 Struktur mikro benda uji aging pada suhu 170°C selama 10 jam...... 61
xiii
DAFTAR TABEL
Association ......................................................................................... 20
Tabel 4.3 Data hasil pengujian kelelahan specimen tanpa perlakuan ................. 54
selama 10 jam...................................................................................... 54
Tabel 4.5 Data hasil pengujian kelelahan specimen di quench selama 4 jam
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
karena aluminium sebagai logam non ferro yang paling banyak dipakai untuk
kebutuhan bahan industri. Hal ini dikarenakan dari sifat-sifat aluminium yaitu
merupakan logam ringan, tahan terhadap korosi dan mudah dibentuk, selain itu
aluminium merupakan logam yang mudah dilebur karena memiliki titik cair yang
rendah.
yang jauh lebih rendah dari pembebanan statis, ini tergantung pada jumlah putaran
dan besarnya beban. Dengan adanya kelelahan akan mempengaruhi umur suatu
bahan, untuk itu perlu diperkirakan umur suatu bahan sebelum digunakan untuk
1
Selain dengan menambah unsur paduan sifat-sifat logam dapat diperbaiki
dengan memberi perlakuan panas tertentu, pada penelitian ini akan dicoba untuk
diuji sebelum dan sesudah perlakuan panas. Perlakuan panas yang dilakukan yaitu
aging pada suhu 170ºC selama 10 jam dan quenching pada suhu 520ºC selama 4
jam kemudian diaging pada suhu 170ºC selama 10 jam, kemudian dicari
2
3
BAB II
DASAR TEORI
Aluminium ditemukan oleh Sir Humphrey Davi dalam tahun 1809 sebagai
suatu unsur, dan pertama kali direduksi sebagai logam oleh H. C. Oersted. Tahun
1825. secara industri tahun 1886, Paul heroult di Perancis dan C. M. Hall di
Amerika Serikat secara terpisah telah memperoleh logam aluminium dari alumina
dengan cara elektrolisa dari garam yang terfusi. Sampai sekarang proses Heroult
sebagai logam setiap tahunnya adalah urutan yang kedua setelah besi dan baja,
baik dan hantaran listrik yang baik dan sifat-sifat yang baik lainnya sebagai sifat
dengan penambahan Cu, Mg, Si, Mn, Ni, dsb, secara satu persatu atau bersama-
sama, memberikan juga sifat-sifat fisik yang baik lainnya seperti ketahanan
korosi, ketahanan haus, koefisien pemuaian rendah dsb. Material ini dipergunakan
di dalam berbagai bidang yang luas bukan saja untuk peralatan rumah tangga
tetapi juga dipakai untuk keperluan material pesawat terbang, mobil, kapal laut,
alumina.
Proses Bayer, yang dikembangkan oleh Karl Josef Bayer, seorang ahli
diolah dengan soda api (NaOH) di bawah pengaruh tekanan dan pada suhu di atas
titik didih. NaOH bereaksi dengan bauksit menghasilkan aluminat natrium yang
larut. Setelah proses selesai, tekanan dikurangi dan ampas yang terdiri dari oksida
besi yang tidak larut, silikon, titanium dan kotoran-kotoran lainnya ditekan
halus. Krisal halus tadi menjadi inti kristalisasi dan kristal hidroksida aluminium
terpisah dari larutan. Hidroksida ini kemudian disaring dan dipanaskan sampai
mencapai suhu di atas 980 °C, alumina berubah dan siap untuk dilebur. Logam
oksigen dan aluminium. Alumina murni dilarutkan kedalam criolit cair (natrium
aluminium fluoride) dalam dapur elektrolit yang besar atau sel reduksi. Arus
listrik dialirkan dalam campuran melalui elektroda karbon, dan logam aluminium
5
diendapkan pada katoda karbon didasar sel. Panas yang ditimbulkan arus listrik
memanaskan isi sel sehingga tetap cair, dengan demikian alumina dapat
aluminium disadap dari sel dan logan cair tersebut dipindahkan ke dapur
kelebihan-kelebihan yaitu :
− Memiliki berat jenis yang rendah yaitu 2643 kg/m 3 (bandingkan dengan baja
P P
dapat dikatakan bahwa semangkin besar kerapatan maka semakin baik daya
dan oleh sebab itu dikatakan bahwa aluminium mudah sekali mengoksidasi
sangat baik terhadap korosi. Hal ini disebabkan oleh lapisan atau selaput
tipis oksida transparan dan jenuh oksigen di seluruh permukaan. Selaput ini
dan sifat mekanis lain sebanding dengan paduan bukan besi lainya, dan
− Penghantar panas dan listrik yang baik. Disamping daya tahan yang baik
terhadap korosi, aluminium memiliki daya hantar panas dan listrik yang
tinggi. Daya hantar listrik aluminium murni sekitar 60% dari daya hantar
tembaga.
atau kaleng makanan dan minuman. Hal ini disebabkan reaksi kimia anatara
− Tiitk lebur rendah (melting point). Tiitk lebur alumunium relatif rendah
sebagainya.
7
dibentuk dalam keadaan dingin dan panas. Dengan perubahan bentuk pada suhu
bahan menjadi lebih rapuh sejalan dengan naiknya derajat perubahan bentuk.
unsur-unsur paduan atau yang disebut juga aluminium paduan. Paduan aluminium
diklasifikasikan dalam berbagai standar oleh beberapa negara di dunia. Saat ini
Association di Amerika (AA) yang didasarkan atas standar terdahulu dari Alcoa
dua angka “S”, sedangkan paduan coran dinyatakan dengan tiga angka. Standar
contoh Al-Cu dinyatakan dengan angka 2000. Angka pada tempat kedua
angka ketiga dan keempat dimaksudkan untuk tanda Alcoa terdahulu kecuali S,
sebagai contoh 3S sebagai 3003 dan 63S sebagai 6063. Al dengan kemurnian 99%
1XXX Al ≥ 99%
2XXX Cu
3XXX Si + Cu atau Mg
4XXX Si
5XXX Mg
6XXX Tidak digunakan
7XXX Zn
8XXX Sn
Fasa paduan ini mempunyai daerah luas dari pembekuannya, penyusutan yang
besar, resiko besar pada kegetasan panas dan mudah terjadi retakan pada
T6 pada coran dapat dibuat bahan yang mempunyai kekutan tarik kira-kira 25
kgf/mm 2 .
P P
10
Mg dapat mengeras dengan sangat dalam beberapa hari oleh penuaan pada
temperatur biasa setelah pelarutan, paduan ini ditemukan oleh A. Wilm dalam
biasa. Duralumin adalah paduan praktis yang sangat terkenal disebut paduan
dengan aluminium murni atau paduan Al yang tahan korosi yang disebut pelat
alklad.
2
P )
17S 0 18,3 7,0 _ 12,7 45 7,7
(2017) T4 43,6 28,1 _ 26,7 105 12,7
A17S
T4 30,2 16,9 27 19,7 70 9,5
(A2017)
Setelah
R317 42,9 24,6 22 – 100 –
dianil
O 18,9 7,7 22 12,7 42 _
24S
T4 47,8 42,3 22 28,8 120 _
(2024)
T36 51,3 40,1 _ 29,5 130 _
O 19,0 9,8 18 12,7 45 _
14S
T4 39,4 28,0 25 23,9 100 _
(2014)
T4 49,0 42,0 13 29,5 135 _
11
2. Paduan Al-Mn
korosi, dan dipakai untuk membuat paduan yang tahan korosi. Dalam diagram
fasa Al-Mn yang ada dalam keseimbangan dengan larutan padat Al adalah
kedua fasa mempunyai titik eutektik pada 658,5°C, 1,95% Mn. Kelarutan
padat maksimum pada temperatur eutektik adalah 1,82% dan pada 500°
paduan 3003 dan3004 yang dipergunakan sebagai paduan tahan korosi tampa
perlakuan panas.
3. Paduan Al-Si
Pada Gambar 2.1 menunjukan diagram fasa dari sistem ini. Ini adalah
tipe eutektik yang sederhana yang mempunyai titik eutektik pada 577°C,
11,7%Si, larutan padat terjadi pada sisi Al. karena batas kelarutan padat sangat
Gambar 2.2 Diagram Perbaikan Sifat-Sifat Mekanik oleh Modifikasi Paduan Al-Si
(Sumber : Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta 1999, hal. 137)
13
bergeser kedaerah kaya Si kira-kira pada 14%. Hal ini biasa terjadi pada
kristal primer dan struktur euitektiknya menjadi sangat halus. Ini dinamakan
ditunjukan pada Gambar 2.2. fenomena ini ditemukan oleh A. Pacz tahun
1921 dan paduan yang telah diadakan perlakuan tersebut dinamakan silumin.
bagus sekali, tanpa kegetasan panas, dan sangat baik untuk paduan coran,
tahan korosi, sangat ringan, koefisien pemuaian yang kecil dan sebagai
penghantar yang baik untuk listrik dan panas. Karena mempunyai kelebihan
yang mencolok, paduan ini sangat banyak dipakai. Paduan Al-12%-Si sangat
banyak dipakai untuk paduan coran cetak. Tetapi dalam hal ini modifikasi
panas dan sedikit diperbaiki oleh unsure paduan. Umumnya dipakai paduan
dan dituakan dinamakan silumin γ, dan yang hanya distemper saja dinamakan
seta Ni untuk memberi kekerasan pada saat panas, bahan ini dipakai untuk
torak motor.
14
Sifat-sifat mekanik
Temperatur
Paduan perlakuan Kekuatan Kekuatan
Uji(°C) Perpanjangan
tarik mulur
(%)
(kgf/mm 2 )
P P (kgf/mm 2 )P P
Alcoa 32S
T6:510-521°C 24 39,2 32,2 8
Al-12,5Si-
4 jam dicelup 204 11,2 7,7 30
1,0Mg-
dingin di air, 316 4,2 2,5 60
0,9Cu-0,9Ni
160-174°C, 6-10 371 2,5 1,4 120
untuk dibentuk
jam penuaan
Alcoa A132
T551:168-174°C, 24 25,2 19,6 0,5
Al-12Si-2,5Ni-
14-18 jam dianil, 204 16,1 9,5 2,0
1,2Mg-0,8Cu
tanpa perlakuan 316 7,7 3,5 8,0
(untuk dicor
pelarutan
cetak)
Alcoa D132 T5:204°C,7-9 jam 24 25,2 19,6 1,0
Al-9Si-3,5Cu- dianil, tanpa 204 14,4 9,1 5,0
0,8Mg-0,8Ni perlakuan 316 6,3 4,2 20,0
pelarutan 371 3,9 2,8 40,0
banyak. Berbagai cara dicoba untuk memperhalus butir primer Si, dan telah
4. Paduan Al-Mg
Dalam paduan biner Al-Mg satu fasa yang ada dalam keseimbangan
fasa dengan larutan padat Al adalah larutan padat yang merupakan senyawa
rapat (cph) tetapi ada juga dilaporkan bahwa sel satuannya merupakan kubus
berpusat muka (fcc) rumit. Titik eutektiknya adalah 450°C, 35%Mg batas
yang rendah dan mudah teroksidasi, oleh karena itu biasanya ditambahkan
lama disebut hidronalium dan dikenal sebagai paduan yang tahan korosi. Cu
tercampurnya pengotor.
dan paduan 5052 adalah paduan yang biasa dipakai sebagai bahan tempaan.
Paduan 5056 adalah paduan yang paling kuat dalam sistem ini, dipakai setelah
Paduan 5083 yang dianil adalah paduan antara (4,5%Mg) kuat dan mudah
dilas, oleh karena itu sekarang dipakai sebagai bahan untuk tangki LNG.
5. Paduan Al-Mg-Si
jarang terjadi, tetapi apabila secara simultan mengandung Si, maka dapat
membuat keseimbangan dari sistem biner semu dengan Al, berasal dari
paduan 5053, 6063 dan 6061. paduan dalam sistem ini mempunyai kekuatan
tetapi sangat liat, sangat baik mampu bentuknya untuk penempaan, ekstrusi
dsb, dan sangat baik untuk mampu bentuk pada temperatur biasa. Mempunyai
mampu bentuk yang baik pada ekstrusi dan tahan korosi, dan sebagai
dalam sistem ini mempunyai kekuatan yang cukup baik tanpa mengurangi
hantaran listrik, maka dipergunakan untuk kabel tembaga. Dalam hal ini
dan kadar Mg 2 Si. Pada temperatur biasa cukup untuk dapat dikeraskan dengan
B B
perlakuan pelarutan pada 500°C, pencelupan dingin dan temper pada 160°
(Sumber : Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta 1999, hal. 140)
(Sumber : Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta 1999, hal. 140)
Paduan Keadaan Kekuatan Kekuatan Perpanjangan Kekuatan Kekerasan Batas
tarik mulur (%) geser Brinel lelah
(kgf/mm 2 ) (kgf/mm 2 )
P P P (kgf/mm 2 )
P (kgf/mm 2 )
P P P P
6. paduan Al-Mg-Zn
menurun apabila temperatur turun. Telah diketahui sejak lama bahwa paduan
sistem ini dapat dibuat keras sekali dengan penuaan setelah pelakuan
perlarutan. Tetapi sejak lama tidak dipakai sebab mempunyai sifat patah getas
oleh retakan korosi tegangan. Di Jepang pada permulaan tahun 1940, Igarashi
dengan penambahan kira-kira 0,3%Mn atau Cr, dimana butir kristal padat
tidak terjadi. Pada saat itu paduan tersebut dinamakan ESD, duralumin super
sama telah dikembangkan pula suatu paduan. Yaitu suatu paduan yang
Penggunaan paduan ini yang paling besar adalah untuk bahan konstruksi
(Sumber : Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta 1999, hal. 141)
Bukan klad
O 23,2 10,5 17 16 E60-70 60 15,5 –
T6 22,5 51,3 11 11 B85-95 150 33,8 16,2
Klad
O 22,5 9,8 17 – – – 15,5 –
T6 53,4 47,1 11 – 88-111 – 32,3 –
dilakukan. Laju pendinginan ini tergantung pada laju pendinginan saat pengecoran
dilakukan. Laju pendinginan ini tergantung pada jenis cetakan yang digunakan.
dengan cetakan pasir sehingga struktur logam cor yang dihasilkan akan lebih
20
untuk itu perlu diketahui pengaruh suatu unsur terhadap sifat-sifat aluminium.
A. Si (Silicon)
B. Tembaga (Cu)
C. Mangan (Mn)
D. Magnesium (Mg)
E. Nikel (Ni)
F. Besi (Fe)
penuangan.
G. Seng (Zn)
H. Titanium (Ti)
dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis maupun mekanis logam
tersebut. Bahan yang diberi perlakuan panas bisa dikeraskan sehingga tahan aus
tegangan dalam dapat dihilangkan, besar butiran dapat diperbesar atau diperkecil,
Untuk melakukan perlakuan panas yang tepat, bahan yang akan diberi
Tempering
Annealing
Aging
Quenching
Normalizing
24
1. Tempering
Perlakuan panas logam pada temperatur di bawah titik kritis untuk waktu
mengubah struktur dan kekerasan banyak dilakukan pada alat iris law-
alloy steel.
keuletan.
bahan.
25
2. Annealing
diperoleh sifat yang lebih plastis dan ulet. Apabila pemanasan terlalu tinggi dapat
menyebabkan munculnya struktur dengan butiran yang kasar dan ini disebut over
3. Aging
aluminium ada beberapa macam, yaitu penuaan alamiah dan penuaan buatan.
sedangkan untuk penuaan buatan atau penuaan temper adalah proses penuaan
pada temperatur lebih tinggi dari temperatur kamar (untuk aluminium pada
4. Quenching
Soda kaustik
Minyak
5. Normalizing
CuAl 2 . larutan padat alfa di daerah sisi Al pada temperatur tinggi merupakan
B B
larutan padat dari berbagai komponen kedua., yang kelarutannya menurun kalau
temperatur diturunkan. Bagi paduan yang mempunyai diagram fasa seperti itu
kalau paduan pada komposisi tertentu misalnya %Cu-Al, didinginkan dari larutan
padat yang homogen sampai pada temperatur memotong kurva kelarutan unsur
yang lebih jauh pada keadaan mendekati keseimbangan, fasa kedua akan
kelarutan, dan pada temperatur biasa merupakan suatu campuran antara larutan
padat yang jenuh dan fasa kedua. Prestipitasi tersebut memerlukan keadaan
transisi dari atom yaitu difusi, yang memerlukan pula waktu yang cukup. Kalau
material didinginkan dengan cepat dari larutan padat yang homogen pada
tinggi itu dapat dibawa ke temperatur yang biasa. Operasi ini dinamakan
27
merupakan fasa tidak stabil meskipun pada temperatur biasa dan cendrung untuk
terjadi prestipitasi dari fasa kedua, jadi larutan padat yang lewat jenuh cendrung
untuk terurai dengan sendirinya menjadi larutan padat yang jenuh dari fasa kedua.
Difusi atom ditentukan oleh macam atom, tetapi pada umumnya sangat lambat
pada temperatur biasa dan dengan pencelupan dingin kekosongan atom tetap ada,
jadi dengan berjalannya waktu struktur atom biasa berubah, yang menghasilkan
umumnya dinamakan penuaan. Apabila proses itu berjalan pada temperatur kamar
dinamakan penuaan alamiah, sedangkan apabila proses itu terjadi pada temperatur
yang lebih tinggi dari temperatur kamar ( untuk paduan aluminium pada 120-
180ºC ) dinamakan penuaan buatan atau penuaan temper. Tentu saja selama
penuaan, yang biasanya dipakai untuk memperkuat paduan Al, paduan Cu dan
paduan Mg.
28
yang bersangkutan.
Penuaan pada temperatur biasa selesai dengan satu tahap perubahan, tetapi
yang simultan dari pengamatan kekerasan dan sinar X. telah dijelaskan bahwa
pengerasan tahap pertama disebabkan oleh GP [1], perubahan tahap kedua oleh
GP[2] dan oleh fasa antara yang halus yaitu presipitasi θ”. Pengerasan dua tahap
tersebut di atas juga terdapat pada sistim AlMg 2 Si dan sistim Al-Cu-Mg.
B B
Pada tahap terakhir dari presipitasi fasa antara dan apabila telah terjadi
prespitasi fasa keseimbangan, paduan menjadi lunak kembali, hal ini dinamakan
penuaan lebih.
Gambar 2.6 Pengerasan Penuaan Dua Tahap dari Paduan Al-4%Cu (Gayler)
(Sumber : Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta 1999, hal. 133)
30
Gambar 2.7 Fasa Prespitasi Selama Penuaan pada 130ºC dan Pengerasan Penuaan
Dua Tahap Paduan Al-Cu (Silcock)
(Sumber : Tata Surdia, Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta 1999, hal. 133)
umumnya kalau pengerasan terjadi, tegangan mulur dan kekuatan tarik meningkat
perlakuan penuaan yang sesuai akan didapat material yang sangat kuat.
Pengertian Kelelahan
terdiri dari beberapa jenis yaitu pengujian torsi, tegangan (tension), dan pengujian
memberikan siklus tegangan yang berulang secara konstant pada sampel. Untuk
Sampel yang mendapatkan beban lengkung dan putaran secara terus menerus akan
menyebabkan kondisi tarik dan tekan. Kondisi ini akan berlangsung berulang-
ulang hingga pada akhirnya sampel mengalami kelelahan dan akhirnya patah.
L
W×
σ=
π
(
2 kg / mm 2 )
×d3
32
Dengan :
kurun tegangan (S) yang berbeda untuk setiap benda uji, jumlah siklus tegangan
(N) yang dialami oleh benda uji pada setiap tegangan tertentu dicatat dan dibuat
gambar diagram kelelahan atau sering disebut dengan diagram S-N. Untuk benda
uji tertentu mempunyai titik aman pada siklus tertentu, hal ini disebabkan karena :
Kegagalan lelah timbul akibat adanya retak kecil (initial crack), retak ini
sangat kecil, sehingga tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Retak tersebut
timbul pada titik ketidak mulusan bahan seperti pada perubahan penampang,
goresan pada permukaan bahan akibat pengerjaan dan lubang akibat pengecoran
yang kurang baik pada bahan. Sekali saja retak awal, maka akan terjadi pengaruh
pemusatan tegangan menjadi lebih besar lagi dan retak tersebut merambat lebih
cepat pada penampang bahan. Begitu ukuran luas yang menerima tegangan
berkurang, maka tegangan bertambah besar sampai akhirnya luas yang tersisa
Kegagalan lelah sering digolongkan sebagai akibat siklus, umur dan waktu
penggunaan bahan. Daerah umur tak terhingga (infinite life region), meliputi
perancangan yang melampaui batas siklus tegangan lelah atau disebut dengan
kegagalan bersiklus tinggi. Pada umur ini bahan memang dibuat berumur pendek
33
terutama untuk produksi massal. Kegagalan ini juga disebut kegagalan bersiklus
b. Kekuatan bahan
uji dengan jumlah putaran yang sama pada setiap bahan, sampai bahan didapatkan
hasilnya. Selanjutnya dibuat diagram S-N, sehingga dapat dilihat bentuk grafik
sampai dengan siklus amannya. Koordinat pada diagram S-N disebut kekuatan
lelah suatu pernyataan yang harus diikuti dengan jumlah siklus (N) yang
bersangkutan.
pengujian terlebih dahulu sehingga dapat kita ketahui seberapa besar batas
ketahanan terhadap kelelahan. Pada grafik akan terlihat garis mendatar setelah
diberi tegangan dan jumlah siklus tertentu, maka akan terbaca bahwa bahan sudah
dapat melalui batas ketahanan lelahnya. Tanpa memperhatikan berapa besar siklus
yang dilakukan kekuatan bahan yang berkaitan dengan hal tersebut disebut
1. Pengaruh Ukuran
lelah yang besar akan lebih baik dari kekuatan lelah yang kecil. Perubahan luas
perbedaan tegangan .
U
2. Pengaruh Suhu
Suhu mempengaruhi sifat mekanis bahan karena adanya tegangan statis dan
dinamis yang akan menyebabkan perubahan bahan secara perlahan. Hal ini akan
menyebabkan perubahan bentuk grafik pada diagram S-N. Jika dipakai pada suhu
yang tinggi, maka akan menyebabkan disisolasi dan pada bahan akan terjadi
Halus dan tidaknya permukaan bahan merupakan faktor utama timbulnya retakan
awal pada bahan, karena pada permukaan yang kasar akan banyak terdapat
ketidakrataan permukaan. Akan tetapi pada permukaan yang halus akan sedikit
terdapat lubang atau bekas sayatan pada saat pembuatan benda uji. Kehalusan dan
meningkatkan level tegangan yang diperlukan untuk slip dan hal ini dengan
yaitu
ketahanan lelah bahan. Tegangan ini dihasilkan oleh beban luar (tarik dan
tekan), dengan adanya tegangan sisa akan memperkecil celah pada suatu
tegangan sisa tekan dengan tegangan sisa tarik agar tahan terhadap
kelelahan.
b. Perubahan permukaan
c. Kekasaran permukaan
Biasanya hal ini timbul dari pengerjaan awal benda uji pada mesin bubut
atau mesin perkakas lainnya. Semakin besar suatu bahan akan semakin
patah.
36
d. Lingkungan
parah. Hal ini biasanya disebabkan oleh media cair, namun demikian udara
pengujian terlebih dahulu dan kemudian baru membuat diagram S-N, sehingga
dapat kita ketahui ketahanan terhadap kelelahan. Pada grafik akan terlihat garis
mendatar setelah diberi tegangan dan jumlah siklus antara satu juta sampai
sepuluh juta dianggap bahan sudah melalui ketahanan lelahnya. Kecuali besar
jumlah siklus, kekuatan yang berkaitan dengan pengujian lelahnya disebut batas
Uji kekerasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji kekerasan
Brinell. Cara Brinell dilakukan dengan penekanan sebuah bola (bola Brinell) yang
terbuat dari baja chrom yang disepuh ke permukaan benda uji tampa sentakan.
Tekanan yang digunakan berupa gaya tekan statis. Permukaan yang diuji harus
bersih dan rata. Setelah gaya tekan ditiadakan dan bola Brinell dikeluarkan dari
bekas (lekukan) yang terjadi, maka diameter paling atas dari lekukan tadi diukur
37
secara teliti untuk kemudian dipakai sebagai dasar perhitungan kekerasan logam
uji.
P
BHN = kg/mm 2
π
( )
P
× D × D − D2 − d 2
2
Dengan :
P = gaya yang berkerja pada penetrator (kg)
D = diameter penetrator bola (mm)
D = diameter bekas injakan/lekukan (mm)
beban tekan (P), diameter bola dan jenis logam uji. Besar beban yang berkerja
P
HB rata-rata Bahan
D2
160 30 Baja, besi cor
160-80 10 Kuningan, logam campur Cu
80-20 5 Alumunium, tembaga
38
P P P
Diameter penetrator =5 = 10 = 30
D2 D2 D2
D (mm)
Gaya (kg)
2,5 31,25 62,5 187,5
5 125 250 750
10 500 1000 3000
harus terlatak antara 0,25 dan 0,50 dari diameter penetrator. Bila kekerasan
Brinell HB> 400, maka untuk mengetahui kekerasan benda uji lebih baik
• Bila bola baja kurang keras, maka pengujian kurang tepat atau teliti.
Ada dua macam pengujian struktur kristal yang biasa dilakukan yaitu
bahan dinilai dari besar butir kristal, warna, dan mengkilatnya patahan
BAB III
METODE PENELITIAN
Benda mula-mula
Uji komposisi
Benda uji Benda uji diaging 170ºC Benda uji diquench 4 jam
mula-mula selama 10 jam kemudian diaging selama 10 jam
Uji lelah
Analisa data
1. Bahan
Universitas Sanata Dharma, ukuran benda uji lelah menggunakan standar JIS
2. Peralatan
a. Mesin uji tarik, milik Laboratorium Ilmu Logam Jurusan Teknik Mesin
USD
1. Pengujian Tarik
a. Benda uji dipasang pada penjepit atau chuck atas dan bawah pada alat uji
sehingga penjepit benda uji dalam posisi yang tepat, diusahakan agar
kedudukan dari benda uji betul-betul vertikal, kemudian kedua penjepit atau
chuck dikencangkan.
b. Benda uji diberi beban tarik, sehingga benda uji akan bertambah panjang dan
sampai pada saat benda uji tersebut akan putus atau patah. Perpatahan yang
diharapkan adalah pada bagian panjang ukur benda uji, apabila patah terjadi di
43
luar panjang ukur benda uji, pengujian tersebut dinyatakan gagal. Apabila
d. Beban tarik maksimum dan kekuatan tarik maksimum setelah benda uji putus
e. Pertambahan panjang yang tertera pada mesin uji dicatat setelah benda uji
patah.
a) Logam yang akan diuji harus dipersiapkan terlebih dahulu melalui proses
b) Letakkan benda uji di atas anvil, putar roda pengatur anvil, untuk gerak keatas
putar sesuai dengan arah putaran jarum jam, bila menurunkan putar
c) Pilih beban dan penetrator yang sesaui dengan petunjuk (lihat tabel), dalam
pengujian ini digunakan beban 62,5 kg dan diameter penetrator 2,5 mm.
f) Setelah penekanan selesai, benda uji di pindahkan dari alat uji kemudian
kekerasan.
3. Pengujian Kelelahan
a) Logam yang akan diuji di potong-potong dulu setelah itu dibubut sesuai
standar yang ada, pembuatan benda uji harus teliti karena ukruran diusahakan
b) Setelah benda uji dibuat benda uji diberi pelakuan panas setelah itu benda uji
c) Setelah itu benda uji dipasang pada mesin uji lelah, bukakan penjepit setelah
itu masukan benda uji setelah senter kencangkan benda uji jangan sampai
longgar.
besarnya beban ini diambil dari pengujian tarik. Beban awal dipakai pada
e) Setelah benda uji dan beban terpasang maka tombol tekan start mesin akan
berputar sampai benda uji patah, setelah patah jamlah siklus dicatat untuk
pengambilan data.
f) Kemudian benda uji diganti lagi dengan pembebanan yang berbeda, besarnya
a) Permukaan benda uji yang telah dibentuk diamplas mulai dari ukuran paling
b) Setelah benda uji halus, selanjutnya dipoles dengan autosol dan digosok
d) Permukaan benda uji yang dietsa NaOH dan alkohol akan menunjukan
e) Permukaan yang telah dietsa diamati dibawah mikroskop logam dan dilakukan
digunakan adalah spesimen dari hasil uji lelah. Pemotretan dilakukan dengan
perbesaran 8 kali.
47
BAB IV
pengetahui unsur utama paduan aluminium yang akan diuji. Hasil pengujian
Unsur (%)
Al 94,03858
Si 2,73352
Zn 1,42977
Cu 0,58293
Unsur lain 1.21798
kelelahan. Dari pengujuian tarik ini di dapat beban maksimum sebelum benda uji
menggunakan rumus:
Fmaks
σu =
B B
A0
48
1
A0 = × π × d 2 (mm 2 ) P
4
B B P
Dengan :
lengkung yang digunakan kira-kira 0,8 tegangan tarik, dari tegangan lengkung
W
×l
σ= 2 3
π ×d
32
dengan :
W = beban (kg)
σ = tegangan lengkung(kg/mm 2 ) P P
49
maka :
σ = 0,8 x 15,55
= 12,44 kg/mm 2 P
W
× 200
12,44 = 2
π × 83
P P
32
2 ×σ ×π × d 3
W =
32 × l
2 × 12,44 × π × 8 3
W =
32 × 200
W = 6,24 kg
kekerasan.
I. Specimen mula-mula
Specimen 1
d 1 = 1,09
B B BHN = 63,66
d 1 = 1,14
B B BHN = 57,89
d 1 = 1,17
B B BHN = 54,78
d 1 = 1,16
B B BHN = 55,79
d 1 = 1,15
B B BHN = 56,82
50
Specimen 2
d 1 = 1,14
B B BHN = 57,89
d 1 = 1,19
B B BHN = 52,83
d 1 = 1,14
B B BHN = 57,89
d 1 = 1,15
B B BHN = 56,93
d 1 = 1,16
B B BHN = 55,79
Specimen 1
d 1 = 1,07
B B BHN = 66,20
d 1 = 1,02
B B BHN = 73,20
d 1 = 1,01
B B BHN = 74,72
d 1 = 1,00
B B BHN = 76,29
d 1 = 1,04
B B BHN = 70,28
Specimen 2
d 1 = 1,08
B B BHN = 64,91
d 1 = 1,13
B B BHN = 58,99
d 1 = 1,14
B B BHN = 57,89
d 1 = 1,15
B B BHN = 56,83
d 1 = 1,14
B B BHN = 57,89
Specimen 1
d 1 = 1,00
B B BHN = 76,29
d 1 = 1,02
B B BHN = 73,20
d 1 = 1,02
B B BHN = 73,20
d 1 = 1,01
B B BHN = 74,72
d 1 = 1,02
B B BHN = 73,20
Specimen 2
d 1 = 1,04
B B BHN = 70,28
d 1 = 1,02
B B BHN = 73,20
d 1 = 1,01
B B BHN = 74,72
d 1 = 1,03
B B BHN = 71,71
d 1 = 1,00
B B BHN = 76,29
100
Kekerasan Brinell (BHN)
80 73.68
65.72
57.02 Normal
60
Aging
40 Quench Aging
20
0
Perlakuan
Perlakuan Panas
mengalami perlakuan panas diquench selama 4 jam pada suhu 520ºC kemudian
diaging selama 10 jam pada suhu 170ºC memiliki kekerasan yang paling tinggi.
Tetapi disini dapat dilihat juga bahwa specimen memiliki homogenitas komposisi
yang tidak merata, hal ini dapat dilihat adanya perbedaan nilai kekerasan yang
cukup besar pada setiap titik pada specimen dengan perlakuan yang sama. Kondisi
Dari pengujian tarik maka didapat pembebanan awal yang akan digunakan
pada pengujian kelelahan. Beban awal yang digunakan yaitu 6,25 kg, beban ini
akan meyebabkan timbulnya gaya dan momen yang bekerja pada benda uji
RA
B R B
W
200 mm L 200 mm
W/2 W/2
W/2
W/2
Bahan akan mampu menahan siklus tegangan balik yang berulang tak terhingga
jika tegangan yang berkerja lebih kecil dari tegangan batas yang disebut sebagai
batas ketahanan.
54
σ Jumlah Siklus
No W (kg) D (mm) 2
(kg/mm ) P P (N)
1 6.25 7.95 12.67 20643
2 5.50 7.90 11.36 40435
3 5.00 8.00 9.95 85770
4 4.75 7.95 9.63 127350
5 4.50 8.00 8.95 170503
6 4.00 8.00 7.96 486400
7 3.75 8.00 7.46 915462
8 3.65 8.00 7.26 1270912
9 3.50 8.00 6.96 1657580
*
10 3.25 P P 7.95 6.59 2257932*
Keterangan * = tidak patah
Tabel 4.5 Data Hasil Pengujian Kelelahan Specimen di Quench Selama 4 jam
Kemudian di Aging 170ºC Selama 10 jam
σ Jumlah Siklus
No W (kg) D (mm) 2
(kg/mm ) P P (N)
1 6.25 8.00 12.44 93750
2 6.00 7.95 12.16 138805
3 5.50 8.00 10.94 201879
4 5.00 8.00 9.95 442663
5 4.50 8.00 8.95 611526
6 4.25 8.00 8.45 981355
7 4.00 7.95 8.11 1214990
8 3.85 8.00 7.66 1605713
9 3.75 8.00 7.46 1835667
10 3.60 8.00 7.16 2432806*
Keterangan * = tidak patah
kelelahan. Hal ini disebabkan adanya cacat produksi dan kesalahan dalam
Tegangan VS Siklus
14
12
10
Tegangan (S)
0
1.E+04 1.E+05 1.E+06 1.E+07
Benda Uji Awal Benda Uji Diaging Benda Uji Diquench & Diaging
perubahan sifat mekanis. Dari grafik dan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa
dengan ketahanan lelah pada kondisi awal bahan yang tanpa perlakuan panas.
buturan kristal paduan menjadi lebih rapat dan homogen setelah mengalami
perlakuan panas tersebut. Sesuai dengan perubahan kekerasan dan kekuatan tarik
pada benda uji yang merupakan sifat mekanis, pada umumnya jika bahan
tarik, tegangan patah, regangan dan kontraksi juga akan mengalami perubahan.
57
Setelah sampel uji mengalami perlakuan panas aging, maka dapat dilihat
adanya peningkatan ketahanan lelah pada bahan tersebut dan ketahanan lelahnya
semakin meningkat lagi setelah diquench 4 jam pada suhu 520ºC kemudian di
aging 10 jam pada suhu 170ºC bila dibandingakan dengan kondisi mula-mula, hal
ini disebabkan karena struktur butiran kristal paduan aluminium menjadi lebih
rapat dan homogen, pada kondisi mula-mula struktur butiran kristal paduan
Gambar 4.5Struktur Mikro Benda Uji aging pada suhu 170ºC selama 10 jam
Gambar 4.6 Struktur Mikro Benda Uji quenching pada suhu 520ºC selama 4 jam
kemudian diaging pada suhu 170ºC selama 10 jam.
59
struktur kristal aluminium paduan sebelum dan sesudah perlakuan panas. Susunan
struktur kristal aluminium paduan sebelum perlakuan panas terlihat lebih kecil-
kecil dan rapat, hal ini juga yang mempengaruhi terhadap kekerasan dan kekuatan
tarik dari bahan tersebut. Benda uji yang telah mengalami perlakuan panas
besar, hal ini juga mempengaruhi terhadap kekerasan, kekuatan tarik, kekuatan
terbentuk komposisi paduan yang tersebar merata, unsur yang lebih kecil
komposisinya akan larut, dan unsur yang larut tersebut mengendap pada unsur
keberadaan paduan lebih tertata dan menyatu serta unsur aluminium lebih tampak
jelas .
60
Gambar 4.9 Struktur Mikro Benda Uji aging pada suhu 170ºC selama 10 jam
61
Gambar 4.8 Bentuk Patahan Spesimen quenching 520ºC selama 4 jam kemudian
diaging pada suhu 170ºC selama 10 jam
Dari hasil pengamatan dan foto struktur makro dapat dilihat bahwa
perpatahan yang terjadi akibat uji kelelahan adalah perpatahan ulet atau
yang berbentuk sama sumbu, parabola atau seperti elips tergantung pada keadaan
beban. Patah ulet ditandai dengan adanya pengecilan diameter dan deformasi
plastis yang besar sebelum dan selama proses penjalaran retak serta adanya
perpanjangan dan terkonsentrasi secara lokal pada suatu titik. Sedangkan untuk
patah getas, bentuk permukaan patahannya terlihat lebih rata dan terang serta
hanya sedikit terjadi deformasi plastis. Patah getas yang terjadi pada material ulet
disebabkan karena beroperasi pada suhu yang rendah dan laju pembebanan yang
tinggi. Berdasarkan uji metalografi, patahan pada benda uji polikristalin dapat
merambat hingga terjadi patah atau putus. Benda uji yang telah mengalami
62
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
aluminium paduan sebelum dan sesudah perlakuan panas aging, maka dapat
3. Struktur mikro pada benda uji mengalami perubahan, pada kondisi mula-mula
terlihat bentuk butiran lebih kecil dan batas butirnya banyak, setelah perlakuan
panas aging terlihat bentuk butiran lebih besar dan batas butir juga lebih
sedikit serta unsur yang larut terlihat lebih homogen. Dari uji struktur makro
mengalami peningkatan keuletan, hal ini terlihat dari bentuk patahan yang
terjadi.
64
5.2 Saran
tugas akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta
Setyahandana, B., Ilmu Logam, Diktat Kuliah, Teknik Mesin, USD, Yogyakarta
Jakarta
Jakarta
Umumtha Ginting, Ilmu Bahan, Diktat Kuliah, Teknik Mesin, Politeknik USU,
Medan
LAMPIRAN
Gambar. Kawat 0.1 mm diperbesar 100X Gambar. Alat Uji Tarik
Gambar.Alat Uji Struktur Mikro Gambar.Alat Uji Kekerasan Brinell