Anda di halaman 1dari 18

Narasi Realisme Magis dalam Novel Puya ke Puya Karya Faisal Oddang: Konsep

Karaktertistik Realisme Magis Wendy B. Faris


Renny Ambar Sari
Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
E-mail: rennyambar22@gmail.com
Pembimbing: Dr. Setijawan, M. Hum.

Abstrak
Penelitian ini mengkaji narasi realisme magis yang ada dalam novel Puya ke Puya. Realisme
magis merupakan sebuah aliran karya sastra yang merepresentasikan kembali magis berdasarkan
kepercayaan tradisional dalam dunia modern. Sebuah karya sastra yang memiliki karakteristik tersebut
dapat dikatakan sebagai karya realisme magis. Novel Puya ke Puya karya Faisal Oddang memuat
lokalitas Tana Toraja dan memiliki kecenderungan sebagai karya sastra beraliran realisme magis. Dalam
hal ini, digunakan teori realisme magis yang dikemukakan oleh Wendy B. Faris, yang terdiri atas the
ireeducible element, phenomenal world, unsettling doubts, merging realism, dan disruption of time, space
an identity. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kelima unsur realisme magis tersebut
dalam novel Puya ke Puya karya Faisal Oddang, serta bagaimana narasi realisme magis yang dibentuk
berdasarkan kelima unsur tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
objektif-mimetik, yakni pendekatan yang mengutamakan penelitian berdasarkan teks sastra itu sendiri dan
menggunakan teks-teks pendukung untuk menunjang data utama. Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca catat, sementara teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik deskripsi analisis yakni yang dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang
kemudian disertai dengan analisis data yang ada. Hasil analisis karakteristik realisme magis pada tiap
elemen menunjukkan bahwa novel ini memenuhi kriteria sebagai karya realisme magis sebab kelima
karakteristik tersebut dapat ditemukan dalam novel. Novel Puya ke Puya memiliki kadar realisme magis
yang cukup kuat yang ditunjukkan melalui struktur naratif dari tokoh riil dan tokoh magis serta peristiwa
riil dan peristiwa magis dalam novel yang berimbang. Selain itu, realisme magis yang ternarasikan dalam
novel juga menunjukkan perlawanan terhadap sifat-sifat negatif yang dibawa oleh modernisme.

Kata Kunci: realisme magis, Puya ke Puya, tradisional, modern

Abstract
This study examines the narrative of magical realism in the Puya ke Puya novel by Faisal
Oddang. Magical realism is a flow of literary works that represent magical returns based on traditional
beliefs in the modern world. A literary work that has these characteristics can be said to be a work of
magical realism. The Puya ke Puya novel by Faisal Oddang contains the locality of Tana Toraja and has a
tendency as a literary work based on magical realism. In this case, the magical realism theory used by
Wendy B. Faris is used, which consists of the irreducible element, phenomenal world, unsettling doubts,
merging realism, and disruption of time, space an identity. The purpose of this study was to describe the
five elements of magical realism in Puya Ke Puya novel by Faisal Oddang, and how magical realism
narratives were formed based on these five elements. The approach used in this study is an objective-
mimetic approach, namely an approach that prioritizes research based on the literary text itself and uses
supporting texts to support the main data. The data collection technique used in this study is a note-taking
technique, while the data analysis technique used is an analysis description technique that is done by
describing facts which are then accompanied by analysis of existing data. The results of analyzing the
characteristics of magical realism in each element indicate that this novel fulfills the criteria as a work of
magical realism because the five characteristics can be found in the novel. The Puya Ke Puya novel has a
fairly strong level of magical realism that is demonstrated through the narrative structure of real figures
and magical figures as well as real events and magical events in a balanced novel. In addition, magical
realism that is narrated in the novel also shows resistance to the negative traits brought about by
modernism.

Keywords: magical realism, Puya ke Puya, traditional, modern

1
PENDAHULUAN mirip dengan dunia nyata atau bahkan sama sekali
berbeda.
Indonesia sebagai salah satu negara yang
Karya sastra yang mengangkat tentang
memiliki suku dan budaya yang beraneka ragam
kepercayaan tradisional masyarakat Toraja akan
juga melewati proses modernitas ini. Meski
dunia magis atau gaib dapat ditemukan di dalam
demikian, masih dapat ditemukan dalam
novel Puya ke Puya karangan Faisal Oddang.
masayarakat suku-suku Nusantara yang
Yang menarik dari novel ini adalah cerita tentang
mempercayai dan menganut kepercayaan
adat Tana Toraja yang mengharuskan mengadakan
tradisional akan adanya hal-hal yang berdimensi
serangkaian upacara agar arwah dari yang
magis dan di luar logika empirisme Barat.
meninggal di terima dan dapat terus ke Puya
Penganut atau pemraktek kepercayaan-
(Surga). Selain itu karakter dalam novel tidak
kepercayaan tradisional ini tidaklah banyak.
hanya karakter rasional, tetapi mayat, arwah dan
Masyarakat pada umumnya masih memercayai
Dewa (roh leluhur yang telah sampai ke Puya juga
kepercayaan tersebut dalam benak mereka.
berinteraksi dalam novel ini. Hal ini menunjukkan
Kepercayaan ini sedikit banyak masih
bahwa novel Puya ke Puyaberkarakteristik sama
memberikan pengaruh terhadap perilaku
dengan kepercayaan masyarakat Tana Toraja,
kehidupan sosial budaya masyarakat, meksipun
yakni menampilkan mitos-mitos yang ada dalam
dalam kesehariannya mereka beralkulturasi
kebudayaan Tana Toraja, menghidupkan karakter-
dengan modernitas. Salah satumya adalah
karakter magis yang dipercayai, dan lain-lain.
masyarakat Tana Toraja, yang hingga kini masih
Melalui novel ini dapat diketahui bahwa karya
melestarikan kebudayaan dan kepercayaan
sastra tidak hanya berkisah tenang hal-hal yang
tradisional leluhur mereka.
berkaitan dengan keseharian makhluk hidup yang
Masyarakat Tana Toraja adalah salah tak terlihat, tetapi juga berkisah tentang hal-hal
satu kelompok masyarakat yang sangat berpegang yang berkaitan dengan adanya kepercayaan dan
teguh pada kebudayaan dan kepercayaan leluhur mitos-mitos yang berkaitan dengan hal-hal magis,
mereka. Hingga kini dapat ditemukan dengan tahayul, serta irrasional yang berkaitan dengan
mudah bukti-bukti mereka melanggengkan dunia lain yang ditinggali makhluk halus.
kepercayaan itu, misalnya dengan menggelar
NovelPuya ke Puya juga menghadirkan
upacara-upacara adat. Upacara adat yang
cerita dari berbagai sudut pandang (baik yang
dilakukan oleh masyarakat Tana Toraja
hidup maupun yang mati), serta menghadirkan
merupakan bagian dari ajaran atau kepercayaan
cerita yang kental akan mitos-mitos kematian di
Alu’ Todolo. Salah satu upacara adat yang berlaku
Tana Toraja yang disajikan dengan setting zaman
dan hingga kini masih dilakukan masyarakat Tana
modern. Alasan lain mengapa novel ini layak
Toraja adalah upacara rambu solo. Upacara rambu
diteliti adalah, selain mengungkapkan mitos dan
solo memiliki arti upacara yang dilakukan saat
kebudayaan yang ada di Tana Toraja, Puya ke
matahari mulai terbenam. Upacara rambu
Puya juga menghadirkan isu sosial masyarakat
solomerupakan sebuah ritual tradisional yang
yang berkaitan mengenai alkulturasi masyarakat
dilakukan sebagai penghormatan terakhir pada
Toraja dengan modernisme. Dalam upaya
arwah orang yang telah meninggal. Masyarakat
menunjukkan kritik terhadap tindakan eksploitatif
Tana Toraja percaya bahwa bila ada orang yang
terhadap alam, dijelaskan bagaimana cara arwah-
meninggal dan tidak mendapatkan rambu, maka
arwah leluhur yang ada di Puya memberikan
arwahnya dapat terjebak di antara dua dunia dan
peringatan kepada anak cucu keturunannya.
berubah menjadi jahat.
Kehadiran ideologi-ideologi rasional yang segala
Fenomena kepercayaan akan magisme atau sesuatunya bisa diterima oleh logika dipengaruhi
dunia-dunia mistik yang dianut oleh masyarakat oleh empirisme Barat. Dengan demikian
ini tidak sedikit diangkat ke dalam karya sastra. masyarakat modern hanya percaya pada hal yang
Ratna (2007:15) mengungkapkan bahwa karya bisa diterima oleh rasionalitas tersebut, sehingga
sastra pada dasarnya membangun dunia melalui hadirnya pergerakan karya sastra pascakolonial
kata-kata yang memiliki suatu energi, yang akan mengembalikan unsur-unsur magisme pada
membentuk citra tentang dunia tertentu, sebagai masyarakat modern.
dunia baru. Dengan demikian karya sastra
dianggap menciptakan dunia baru yang bisa saja
Menurut Faris (dalam Mulia, 2016: 15), Remystification of Narrative, mengonsepkan lima
Realisme magis merupakan suatu paham yang unsur dasar dalam realisme magis, yakni; 1) unsur
menghadirkan kembali segala citra dan pengertian yang tidak dapat direduksi, 2) Dunia fenomenal,
yang bersifat magis, mistis, ataupun irrasional 3) Penggabungan alam, 4) keragu-raguan yang
yang bersumber dari karya-karya mitologis, tidak menentu, dan 5) gangguan waktu, ruang dan
dongeng, legenda yang hidup secara tradisional identitas. Unsur-unsur ini disebut dengan
dalam kesusastraan modern.Realisme magis defocalization (defokalisasi), disebut demikian
dipahami sebagai sebuah gaya estetik bergenre karena dalam narasi yang ada realisme magis
fiksi yang mengandung unsur-unsur magisme dan memecah ketunggalan prespektif dalam teks
bercampur aduk dengan dunia nyata. Salah satu sehingga pengalaman pembaca menjadi beragam.
karakter realisme magis adalah mengahadirkan
kembali segala citra dan pengertian yang bersifat Unsur-unsur yang tidak dapat direduksi (The
irrasional. Dalam hal ini, permaslahan lain yang Irreducible Element)
ditemukan dalam novel adalah latar belakang
Unsur yang tidak dapat direduksi adalah
penulisan cerita yang kembali menarasikan mitos
suatu hal yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan
atau kepercayaan tradisional kedalam karyanya.
hukum alam seperti apayang telah dirumuskan
Berdasarkan uraian tersebut maka dalam kepercayaan – kepercayaan empiris Barat,
permasalahan yang ditemukan dalam novel antara yang mana berisikan hal-hal logis, pengetahuan
lain: 1) bagaimanakah unsur yang tidak dapat umum atau kepercayaan yang dapat diterima.
direduksi dalam novel Puya ke Puya Karya Faisal
Berkaitan dengan ciri pertama realisme
Oddang?; 2) bagaimana dunia fenomenal yang
magis ini, Faris (2004:7) menjelaskan bahwa
terdapat dalam novel Puya ke Puya Karya Faisal
elemen yang tidak dapat direduksi sesuatu yang
Oddang?; 3) bagaiamana keraguan yang
tidak dapat dijelaskan dengan hukum alam dan
meresahkan dalam novel Puya ke Puya Karya
pikiran rasional, sebagaimana yang telah
Faisal Oddang?; 4) bagaimana penggabungan
diformulasikan oleh wacana empirisme Barat yang
realitas yang ada dalam novel Puya ke Puya Karya
selalu berdasarkan pada logika yang rasional, atau
Faisal Oddang?; 5) bagaimana gangguan waktu,
pengetahuan yang selama ini familiar dengan
ruang dan identitas yang ada dalam novel Puya ke
pikiran kita. Elemen yang tidak dapat tereduksi ini
Puya Karya Faisal Oddang?; serta 6) bagaimana
semua berupa elemen magis, misalnya dapat
narasi realisme magis dalam novel Puya ke Puya
berupa suara magis, benda magis, suasana magis,
Karya Faisal Oddang?
tokoh magis, serta peristiwa magis yang
ditampilkan secara nyata dalam cerita. Ia juga
LANDASAN TEORI
mengungkapkan bahwa TIE yang digunakan
Bowers (dalam Mulia, 2016: 18) dalam karya sastra realisme magis biasanya
mengungkapkan bahwa realisme magis menggarisbawahi isu-isu tertentu (Faris, 2004: 10).
merupakan perangkat sastra atau paradigma di
mana ada ruang untuk kekuatan tak terlihat yang Dunia Fenomenal (Phenomenal world)
bergerak di dunia: mimpi, legenda, mitos, emosi,
Jika dalam TIE unsur magis yang
hasrat dan sejarah. Dengan kata lain realisme
diungkapkan, maka dalam Dunia Fenomenal (PW)
magis memberikan celah terhadap magis untuk
adalah objek-objek yang linear dengan dunia
megisi ruang dalam realitas yang dibangun dan
nyata. Dalam realisme magis, teks juga
diciptakan dalam novel. Sejalan dengan hal ini,
menghadirkan dunia empirik yang bisa diuji
Setiawan (2018: 136) menerangkan bawah
kebenarannya, apa yang dihadirkan memiliki
penjajaran istilah magis dan realisme
referensi dalam kehidupan nyata atau pengalaman
merefleksikan suatu kondisi keterasingan yang
hidup orang kebanyakan (Faris, 2004: 14).
mengerikan yang melekat di lingkungan teknologi
Selanjutnya ia menambahkan bahwa deskripsi-
modern. Ia melanjutkan bahwaadanya perangkat
dekripsi realistik yang dibangun dalam novel
dan gaya realisme magis yang trangresif ini
menciptakan sebuah dunia fiksional menyerupai
merupakan sebuah bentuk perlawanan terhadap
dunia nyata. Dalam PW yang menjadi latar-latar
rasionalitas modern.
real bagi unsur magis tersebut terbagi ke dalam
Wendy B. Faris dalam bukunya, Ordinary dua jenis, yakni; 1) kenyataan di dalam teks dan 2)
Enchantments: Magical Realism and the

3
kenyataan yang berlandaskan sejarah (Setiawan,
2018: 153). METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif


Keragu-raguan yang tidak menentu (Unsettling kualitatif dnegan menggunakan pendekatan
doubts) objektif. Sumber data penelitian yakni novel Puya
Dalam Keragu-raguan yang tidak ke Puya karya Faisal Oddang dan sumber
menentu (UD) interaksi antara yang magis dan kepustakaan lain yang memuat informasi tentang
yang real membangun ruang liminal, di mana kondisi sosial dan kebudayaan Tana Toraja. Data
ruang ini menawarkan kontradiksi yang penelitian ini berupa teks tertulis yang berupa
mengarahkan pembaca ke suatu titik yang kalimat-kalimat, tuturan tokoh serta paragraf yang
membuatnya ragu (Setiawan, 2018: 154). Faris mengandung data tentang kelima karakteristik
(2004: 17) menjelakskan bahwa posisi ini (UD) realisme magis Wendy B. Faris dalam novel Puya
tidak bisa membuat keputusan apakah itu realisme ke Puya karya Faisal Oddang.Kemudian teks-teks
atau magis, menghadirkan keraguan. Keragu- penunjang yang diperoleh dari buku-buku atau
raguan ini cenderung dibangun atau muncul akibat sumber kepustakaan lain untuk menunjang analisis
perbenturan sistem budaya secara implisit dalam berdasarkan objek penelitian, yakni berupa
narasi yang bergerak menuju kepercayaan di luar kutipan-kutipan yang berasal dari jurnal online,
hal empiris dan dalam mode realistis yang secara berita-berita, dan buku-buku yang membahas
tradisional mengecualikannya. tentang Tana Toraja. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah teknik baca-catat dan studi
Penggabungan alam (Merging Realms) kepustakaan. Teknik analisis data yangdigunakan
Dalam realisme magis seringkali terjadi adalah teknik deskriptif analisis. Ratna (2011: 53)
penggabungan atau peleburan antara dunia kuno mengatakan bahwa teknik deskriptif analisis ini
(tradisional) dengan modern, yang primitif dengan dilakuakn dengan cara mendeskripsikan fakta-
modern, yang magis dengan yang material, dan fakta yang kemudian disertai dengan analisis data
yang realitas dengan fantasi. Ciri-ciri ini disebut yang ada.
Wendi B Faris sebagai “dunia magis bocor dan
memasuki dunia riil, bercampur atau melebur, PEMBAHASAN
sehingga terlihat magis sekaligus nyata” (Faris,
UNSUR YANG TAK TEREDUKSI (THE
2004: 21). Dengan kata lain, antara yang nyata
IRREDUCIBLE EMENT) DALAM NOVEL
dan yang magis bertemu dan hadir menjadi sebuah
PUYA KE PUYA KARYA FAISAL ODDANG
kenyataan yang tidak dapat dihindari.
Hal-hal yang dikategorikan kedalam TIE
dalam novel yaitu yang memiliki muatan elemen
Gangguan waktu, ruang dan identitas (disturbs magis sebagai elemen yang tidak biasa atau
ideas about time, space, and identity) dianggap tidak sesuai dengan logika manusia
Gangguan waktu, ruang dan identitas atau selama ini. Elemen magis yang ada dalam novel
Disruption of Time, Space, and Identity (DTSI) Puya ke Puya diadopsi dari kepercayaan Aluk
merupakan karakteristik kelima sekaligus terakhir Todolo yang dianut oleh masyarakat Tana Toraja.
dalam karya fiksi realisme magis. Hal-hal yang
Elemen magis tersebut dapat digolongkan ke
berbau modern menjadi sasaran realisme magis
untuk menghadirkan kembali bentuk-bentuk dalam tiga kelompok utama yaitu berdasarkan
magis yang dibuang oleh paham modern. dunia magis, karakter magis, dan kepercayaan
Misalnya dalam realisme, homogenitas dalam atau mitos yang di luar nalar.
waktu (jam, hari, bulan) mengahapus bentuk-
bentuk lama dari ruang tradisional (Setiawan,
2018: 155). Homogenitas waktu itu dikacaukan Dunia Magis
dan digantikan dengan waktu yang baru melalui
magis yang diciptakan dalam novel. Tak hanya
Dunia magis merupakan alam/lingkungan
mengorientasi kembali mengenai kebiasaan ruang
dan waktu homogen, realisme magis juga kehidupan yang keberadaannya bersifat irrasional,
memunculkan identitas yang baru. Realisme yang memiliki sifat dan dihuni oleh tokoh-tokoh
magis mengaktualisasi identitas menjadi
multiplisitas personal (Faris, 2004: 26).
yang memiliki sifat-sifat gaib1. Dunia magis yang Selain makam passiliran dan dunia magis
digambarkan dalam novel ada kaitannya dengan yang terbentuk di dalamnya, dunia magis lain
kepercayaan Aluk Todolo yang dipercaya oleh yang dinarasikan dalam novel adalah puya
suku Toroja. Dunia ini dipenuhi dengan karakter- (surga). Dalam kepercayaan Aluk Todolo, arwah
karakter magis yang memiliki perasaan dan dari orang yang dihormati atau memiliki
mengalami peristiwa yang sama dengan yang kedudukan tinggi dalam suku, akan berpotensi
dialami manusia biasa. Dunia-dunia ini dipercaya menjadi To Mambali Puang2atau roh leluhur yang
memiliki kekuatan gaib dan dijaga oleh para mampu membantu dan memberikan pertolongan
leluhur yang ada. Dunia magis yang ada dalam kepada anak cucu keturunannya. Salah satu
novel Puya ke Puyaantara lain, 1) dunia dalam makhluk yang dipercaya hidup di puya adalah roh
pohon tarra, yang dikenal juga dengan makam leluhur, dan dari sanalah mereka mengawasi suku
passiliran, 2) puya atau surga, dan 3) tongkonan Toraja.
atau rumah adat Toraja, yang menjadi tempat
menyimpan mayat Rante Ralla. Data 010
Aku yakin Tina tidak mendengarnya.
Data 005 Kini, ia tengah bersimpuh di dekat
Maria Ralla yang paling disukai. Iya, mayatku. Rapat yang membahas
disukai. Oleh mayat lelaki tentunya. pemakamanku baru saja bubar.
Ada banak mayat di pohon itu. Laki- Kulihat lelehan air di pipinya.
laki perempuan bercampur. Banyak Lukanya dalam, namun ia sekuat
mayat-mayat lelaki. Secara jasad pasak-pasak tongkonan. Perlahan
masih bayi. Giginya tak tumbuh. Tapi bibirnya bergetar, bergumam,
arwahnya telah remaja. Bahkan bergumam, kemudian bersuara.
dewasa. Hanya saja, dewasa dalam Kutahu ia tengah melagukan dondi –
pohon, beda dengan dewasa di dunia. pantun Toraja untukku. Ia mahir
Alam yag berbeda. (Oddang, 2015: melakukannya, aduhai, suaranya yang
43) indah mulai mengalun. Aku merasa
ingin hidup kembali saat
Dunia magis yang tercipta di alam
mendengarnya. (Oddang, 2015: 25)
passiliran berupa ruang atau dimensi lain yang
berbeda dengan alam riil yang ada dalam teks.
Dunia magis lain yang terbentuk dalam
Dunia ini terbentuk sebagai perwujudan rumah
novel terjadi dalam tongkonan. Tongkonan
atau tempat peristirahatan sementara bagai mayat-
merupakan rumah adat orang Toraja, dan jika ada
mayat bayi yang belum mendewasa secara roh,
sanak saudara atau keluarga yang meninggal maka
sebelum mereka cukup kuat untuk berjalan ke
mayatnya akan disimpan dalam sebuah ruangan di
alam puya. Narasi di atas menerangkan bahwa ada
rumah adat tersebut. Hal ini dilakukan hingga
perbedaan antara dunia yang tercipta di makam
keluarga yang ditinggalkan mampu
passilirandan di dunia real.
mengupacarakan si mayat sesuai adat yang
Data 008 berlaku. Dunia magis yang terbentuk dalam
tongkonan terjadi karena arwah si mayat belum
Di puya, leluhur sedang bingung. dapat lepas atau bergerak menuju puya sebelum
Bagaimana cara mengatasi masalah dirambu. Sehingga, terdapat kehidupan lain yang
yang timbul di bumi? Atau paling tidak kasat mata yang hidup berdampingan dengan
tidak mengatasi masalah di kampung keluarga yang masih hidup. Narasi mengenai
Kete’. Itu yang paling utama. Leluhur dunia magis yang ada di tongkonan dapat
harus bertanggung jawab atas anak ditemukan dalam data berikut.
cucu mereka. (Oddang, 2015: 208)

2
To Mambali Puang merupakan capaian tertinggi
manusia ketika meninggal. Menjadi To Membali
1
Gaib dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak puang berarti berpotensi untuk memiliki
terlihat, tersembunyi atau bahkan tidak nyata. kekuatan atau kemampuan menolong anak-cucu
(KBBI) keturunan yang ada di bumi.

5
Berdasarkan penjelasan-penjelasan kutipan 004 dan 103. Berbeda dengan Rante
tersebut, elemen yang tidak dapat direduksi (TIE) Ralla, Maria Ralla dan Bumi Tandiongan
dalam novel ini pada kategori dunia magis dikuburkan di dalam pohon tarra. Mereka
diperlihatkan sebagai suatu dunia atau dimensi meninggal ketika masih menjadi bayi yang
lain yang memiliki kehidupan astral, yang tidak giginya belum tumbuh. Keduanya menjadi dewasa
dapat dijangkau oleh indra manusia. Akan tetapi dalam wujud arwah dan dapat mengunjungi
keberadaannya dipercayai dan diakui oleh tempat-tempat yang berharga bagi mereka.
masyarakat yang masih memegang teguh
kepercayaan tradisional dari leluhur mereka. Data 017
Keberadaan dunia magis ini tidak dapat Sudah lama aku tidak pulang ke rumah
dibuktikan melalui ilmu pengetahuan, dan oleh orang tuaku. Sejak tujuh belas tahun
sebab itu kedudukannya dalam pemikiran modern yang lalu, aku dirawat oleh ibu yag
dianggap tidak logis atau irrasional. baru, sebelum akhirnya aku menuju
puya - menuju surga. Begitu kata ibu
yang baru. Ibu pohon. Katanya lagi,
Karakter Tokoh
aku tinggal menunggu tubuhku
Karakter tokoh dalam penelitian ini
dihancurkan batang pohon, menyatu
hanya berkaitan dengan tokoh-tokoh irrasional,
bersama getahnya yang kami susui,
yang keberadaannya di dunia tidak dapat diterima
menyatu dengan ranting, menjadi daun,
oleh pemikiran rasional manusia. Karakter ini
lalu kering, lalu jatuh kembali ke
antara lain adalah arwah Rante Ralla, Maria Ralla,
tanah, kembali ke asal, dan kembali ke
Bumi Tandiongan, Ibu Pohon, dan Para Leluhur.
surga. Aku sudah mau keteu Ambe di
Data 013 alam arwah ini. Kata Ibu Pohon, kalau
Ambe sudah dirambusolo, kami sudah
Kematianku begitu mendadak, aku bisa bertemu. (Oddang, 2015: 11)
tidak pernah menduga hal ini aka
terjadi. Paling tidak, baru lima atau Karakter magis lain yang juga diceritakan
sepuluh tahun lagi - jika Tuhan baik - dalam novel ini adalah Ibu Pohon. Ia merupakan
jantungku tidak tertolong lagi. Dan wujud astral dari pohon tarra yang memimpin di
aku mengira, aku akan meninggal makam passiliran. Ia memberikan susu dan
karena darah yang kelewat kental. melindungi arwah-arwah bayi yang dikuburkan
Tapi nyatanya tidak. Aku mati setelah dalam batang pohonnya. Ibu Pohon berperan
menengguk arak, mulutku sebagai ibu pengganti dari anak-anak yang
mengeluarkan buih. Ajalku tiba. Tiba- meninggal dan dikubur di dalamnya.
tiba. (Oddang, 2015:4)
Data 019
Data di atas menjelaskan tentang Rante
Ralla sebagai arwah mengenang kembali Karena memang seperti inilah yang
kematiannya yag begitu mendadak. Dalam narasi dipercayai orang Toraja - yang
tersebut sudut pandang diambil dari pihak Rante dijelaskan Ibu Pohon; kau mati
Ralla yang merupakan mayat. Ia membangun dengan keadaan yang suci, Nak - bayi
dimensi magis lain dalam tongkonan, menjadi yang belum bergigi - dan selayaknya
pihak sampingan yang menyaksikan dan bayi suci, kau dikembalika ke dalam
mendengarkan segala peristiwa yang dialami istri rahim, tetapi rahim ibu yang berbeda.
dan anaknya secara pasif. Ibu Pohon. Selayaknya di dalam
rahim, bayi tidak boleh dibungkus
Karakter lain yang digolongkan ke dalam
oleh apa pun selain kulit bayi itu
TIE adalah Maria Ralla. Ia merupakan anak
sendiri. (Oddang, 2015: 80)
kedua Rante Ralla dan Tina Ralla. Akan tetapi
Narasi di atas menjelaskan mengenai karakter Ibu
ketika bayi ia meninggal karena sakit perut yang
Pohon sebagai roh atau tokoh magis yang
parah. Maria Ralla kemudian dimakamkan dalam
dipercaya untuk melindungi arwah-arwah bayi
pohon tarra dengan upacara yang sederhana.
yang meninggal. Ibu Pohon merupakan karakter
Keluarga Ralla hanya memotongkan seekor babi
yang dibentuk oleh kepercayaan tradisional suku
untuk Maria Ralla. Hal ini dapat dilihat dalam
Toraja, yakni kepercayaan Aluk Todolo. Seperti
halnya dewa-dewa lain yang ada dalam Mitos-mitos tersebut antara lain adalah mitos
kepercayaan tersebut, Ibu Pohon menghormati dan tentang kematian dan asal usul orang Toraja.
taat kepada Tuhan Puang Matua. Hal ini sejalan
dengan data 018 dan 020. Penganut kepercayaan Aluk Todolo
memercayai adanya kehidupan setelah kematian.
Karakter magis selanjutnya adalah Dalam pemikiran masyarakat Toraja, mereka lebih
Narator. Ia merupakan leluhur masyarakat Toraja tertarik dengan kehidupan setelah kematian, atau
yang hidup di puya. Dalam narasi Puya ke Puya, bagaimana perjalanan arwah mereka kepada
Narator mengisahkan apa yang terjadi di kampung kehidupan baru bukannya pada takdir rahasia
Kete’, khusunya tentang keluarga Ralla, kepada seperti apa yang akan datang (Nooy-Palm, 1979:
arwah yang baru sampai di puya. Melalui Narator, 124). Oleh karenanya agar arwah mereka selamat
kisah-kisah tentang kepercayaan Aluk Todolo dan sampai ke puya (surga), maka mayat mereka
diutarakan dari prespektif leluhur yang ada di harus diupacarakan. Binatang-binatang
puya. sesembahan atau kurban juga diperlukan sebagai
hewan tunggangan dan hadiah untuk para leluhur
Data 037 yang sebelumnya tiba di sana.

Karena kau tidak juga menjawab Data 023


pertanyaanku, baiklah. Semoga kisah
ini membantumu. Ini penting! Soal rohku yang kini masih tergantung
Maksudku, agar kau tidak antara langit dan bumi, menjadi bombo karena
kebanyakan bertanya. Lebih awal belum diupacarakan, biarlah menjadi
kujelaskan bahwa aku leluhurmu. tanggunganku sendiri, biarlah kuderitakan sendiri.
Ratusan tahun yang lalu aku Suatu saat, pada akhirnya aku akan berjalan
meninggal. Ya, meninggal. Di usia menuju puya, entah kapan itu. Aku percaya meski
yang seratus tahun entah lebih berapa aku tidak yakin waktunya akan cepat. Biarlah.
bulan. Sekarang diam – dan Biarlah aku tersiksa, ini salahku juga. Lagipula,
dengarlah. (Oddang, 2015: 3) aku sudah menduga apa yang akan kutemukan di
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Narator, puya
sebagai leluhur ynag hidup di puya, mengetahui
segala hal ang terjadi di bumi. Telah dikatakan Narasi di atas menjelaskan kekhawatiran
sebelumnya bahwa leluhur selalu mengamati anak atau kecemasan Rante Ralla ketika ia menjadi
cucu keturunannya di bumi. Ketika merek arwah. Ia merasa takut dan gamang dengan
mengharap pertolongan, leluhur akan menjawab keadannya di kemudian waktu, jika Allutidak
doa-doa mereka. menggelar rambu untuk kematiannya. Ia takut
arwahnya akan berubah menjadi roh jahat yang
berwujud binatang. Roh-roh jahat sangat
Kepercayaan atau Mitos Aluk Todolo merugikan bagi makhluk hidup lain. Data di atas
menegaskan bahwa mitos atau kepercayaan
Kepercayaan atau mitos-mitos yang ada tradisional ini masih berkembang di kalangan
di dalam kehidupan masyarakat Toraja ini masyarakat Tana Toraja. Mitos dapat dikatakan
termasuk dalam elemen yang tidak dapat tereduksi sebagai pengetahuan tradisional, dan
karena tidak dapat dipertanggungjawabkan kehadirannya dalam masyarakat memberikan
kebenarannya secara logis sesuai dengan pengaruh akan kesadaran individual atau kolektif
pengetahuan modern. Narasi-narasi dalam novel dalam masyarakat. Pengetahuan ini digunakan
Puya ke Puya menceritakan tentang kisah sebagai pedoman untuk menjalani kehidupan
keluarga Ralla, sebuah keluarga yang hidup di mereka. Dengan kata lain mitos memengaruhi
Tana Toraja, yang masih memegang teguh atau sedikitnya melatarbelakangi tindakan dan
kepercaaan-kepercayaan dan tradisi (Aluk) yang gejala-gejala sosial yang terjadi pada masyarakat
diwariskan dari leluhur mereka. Kepercayaan atau tradisional, dalam hal ini masyarakat Toraja.
mitos-mitos yang dipaparkan dalam subbab ini Singkatnya mitos ini akhirnya memengaruhi
menunjukkan mitos yang paling dominan dan pemikiran orang-orang yang masih
memengaruhi konflik dalam novel Puya ke Puya. memercayainya. Hal ini juga dapat ditemukan
dalam kutipan 123, 124, dan 125.

7
Pak Kapolsek. Ketika resepsionis
DUNIA FENOMOMENAL (THE mengatakan kalau orang yang saya
PHENOMNENAL WORLD) DALAM NOVEL cari kebetulan berada di ruangannya,
PUYA KE PUYA KARYA FAISAL ODDANG saya kemudian beranjak tanpa
Karakteristik realisme magis yang kedua menunggu lagi. Saya membuka pintu,
adalah dunia fenomenal (PW). Karakteristik PW sudah ada Leba di sana yang diam
ini mengungkapkan sisi realis dari teks atau karya saja mirip kucing yang baru saja jatuh
realisme magis. Deskripsi-deskrirpsi realistik dari got. (Oddang, 2015: 159)
mmenciptakan sebuah dunia fiksional yang
menyerupai duna yang kita tinggali. Dunia
Tempat-tempat yang dihadirkan dalam
fenomenal ini merupakan bagian yang real atau
narasi novel Puya ke Puya nyata dalam teks serta
nyata dari realisme magis yang mencegah fiksi
ada juga yang nyata di luar teks terkait dengan
tersebut menjadi bentuk fiksi fantasi yang mampu
konteks sosialnya; misalnya pasar di Kampung
melambung meninggalkan alam real secara total
Kete’ Kesu di Tana Toraja, tongkonan yang
(Faris, 2004: 14). Dunia fenomenal yang menjadi
merupakan rumah adat suku Toraja, Kapolsek
latar bagi unsur-unsur magis tersebut terbagi
serta salah satu perguruan tinggi di Makassar
menjadi dua jenis, yaitu: 1) kenyataan (yang real)
tempat Allu berkuliah. Tempat yang riil inilah
di dalam teks dan (2) kenyataan yang
menurut Faris (2004: 14)mencegah fiksi tersebut
berlandaskan pada sejarah.
menjadi bentuk fiksi fantasi yang dapat
melambung meninggalkan alam real secara total.
Kenyataan Riil dalam Teks
Kenyataan yang real merujuk pada objek,
Karakter Tokoh
karakter, peristiwa yang sesuai atau
Kategori PW selanjutnya adalah karakter
menggambarkan dunia yang riil (sesuai dengan
tokoh. Pada ranah dunia fenomenal, karakter
nalar) yang terjadi dalam kehidupan manusia pada
tokoh yang dibahas di sini dikaitkan dengan
umumnya. Seperti yang dilakukan karakteristik
profesi tokoh yang ada di dalam narasi cerita.
pertama elemen yang tidak dapat direduksi, pada
Tokoh-tokoh yang dibahas dalam penelitian ini
karaktersistik kedua ini akan dijelaskan sesuai
adalah tokoh yang kemunculannya paling sering
dengan pengelompokkan; objek dunia fenomenal
atau mendominasi cerita dalam novel. Tokoh yang
(tempat, benda), karakter tokoh (yang berkaitan
dibahas karakternya adalah Allu Ralla, Tina Ralla,
dengan profesi tokoh), serta peristiwa dunia
Mr. Berth, Marthen, Malena, dan Pak Suroso
fenomenal itu sendiri.
(Soso).
Data 050
Objek Dunia Fenomenal
Tempat yang real dalam narasi-narasi Allu Ralla, anakku, belum diberitahu. Ia
novel Puya ke Puya termasuk ke dalam kategori masih di Makassar sibuk menyelesaikan
skripsi. Aku tahu, ia berusaha menepati
objek fenomenal karena memang benar-benar
janjinya. Saya akan selesai tahun ini,
nyata di dalam teks serta ada beberapa kenyataan Ambe, begitulah kalimat terakhir yang
yang didasarkan pada konteks sosial dunia nyata diucapkan Allu – anak sulung, yang
dan sejarahnya. Narasi yang menjelaskan lebih sering membuatku merasa gagal
mengenai objek fenomenal dalam hal ini kategori mendidik anak dibanding membuatku
tempat real yang biasanya tidak terpisahkan dari tersenyum. (Oddang, 2015: 4)
narasi TIE. Tempat real yang benar-benar nyata
dalam teks yakni; kampus, tongkonan (rumah adat Dalam novel Puya ke Puya, Allu Ralla
tempat tinggal keluarga Ralla), pasar, tambang, merupakan seorang mahasiswa Sastra Indonesia di
kamar Allu, sawah, rumah Pak Kades, dan kantor salah satu perguruan tinggi di Makassar. Allu
Polisi. Tempat-tempat real tersebut yang memang digambarkan sebagai aktivis mahasiswa yang suka
benar-benar nyata di dalam teks diperlihatkan oleh berdemo untuk menuntut hak-hak bagi kaum
beberapa kutipan berikut. tertindas. Namun sayangnya, sikap ini terkadang
Data 045 tidak karena murni berasal dari ketulusannya
Saya berdiri di depan meja resepsionis sebagai sesama manusia, akan tetapi berdasar
dan meminta dipertemukan dengan
sikap pemberontak dan terkadang karena uang Allu mulanya menolak, namun
yang diterimanya. Karakter tokoh tersebut dapat pertemuannya denga Malena mengubah
dijumpai dalam kehidupan nyata di luar teks pemikirannya. Ia kemudian melakukan segalanya
terkait dengan konteks sosialnya, misalnya demi dapat menikahi Malena, yakni mencuri
seorang mahasiswa, aktivis, masyarakat mayat bayi dan menjual tanah warisan leluhur.
tradisional, dan pengusaha. Dengan uang warisan itu, Allu menggelar rambu
solo untuk ayahnya.
Peristiwa Fenomenal Data 068
Peristiwa yang dihadirkan dalam narasi Saya akan mengupacarakan Ambe
dengan rambu solo paling sempurna;
Puya ke Puya ini sangat banyak, namun penelitian dengan 24 kerbau dan seratus babi
ini akan lebih berfokus pada peristiwa yang lebih. Tiga hari tiga malam. Dan
membangkitkan problematika secara dominan semua kerabat jauh akan diundang,
dalam narasi cerita. Peristiwa ini secara runtut akan saya bangun lantang – yang
membangun narasi realis dalam novel Puya ke menjadi rumah singgah mereka
Puya karya Faisal Oddang. Peristiwa tersebut selama upacara. Saya sudah
meniatkan rambu solo dengan
yakni kedatangan orang tambang ke kampung
tingkatan tertinggi dalam aluk pitung
Kete’, meninggalnya Rante Ralla, petemuan Allu sabbu pitu ratu pitung pulo – adat
dengan Malena, pencurian mayat bayi dan upacara 7777 yang leluhur kami junjung –
rambu solo. tingkatan pemakaman tertinggi adalah
rapasan sundun. Sempurna, Ambe,
sempurnalah... membayarnya dengan
Kedatangan penambang di kampung menjadikanmu To Membali Puang.
Kete’ mendapat sambutan baik dari para warga, (Oddang, 2015: 122)
terkecuali Rante Ralla. Ia tidak setuju dengan
pembukaan lahan pertambangan yang tidak jauh Allu menggelar upacara rambu solo
dari lokasi kampung, baginya hal itu dapat tingkatan sempurna untuk Ambenya. Hal ini
merusak alam kampung Kete’. Peristiwa ini dilakukan Allu untuk menebus rasa bersalahnya
kemudian menimbulkan konflik, demi karena telah menjual tanah adat. Ritual dengan
melancarkan usaha pertambangannya, Pak Soso tingkatan sempurna tersebut memakan biaya yang
bersama Mr. Berth yang dibantu Pak Kades dan cukup besar, karena terdiri dari serangkaian acara
keluarganya meracuni Rante Ralla. dan membutuhkan hewan sesembahan yang juga
tidak kalah banyaknya. Dengan demikian, narasi
yang dihadirkan dalam novel tidak hanya terdiri
Data 066
atas yang magis melainkan juga didampingi
... Hal itulah yang membuat arwah Rante Ralla dengan yang real. Hal ini menunjukkan perbedaan
tidak tenang. Tidak tenang karena dia mati karya sastra realisme magis dengan karya sastra
dibunuh. Bukan sakit jantungnya yang fantasi.
membunuh. Iya, bukan. Tetapi karena ballo
beracun yang ia sesap. (Oddang, 2015: 64) KERAGUAN YANG MERESAHKAN
(UNSETTLING DOUBTS) DALAM NOVEL
Narasi diatas, sejalan dengan data 067 PUYA KE PUYA KARYA FAISAL ODDANG
dan 149, menjelaskan bahwa kematian Rante Karakteristik selanjutnya dari realisme
Ralla telah direncakan oleh orang-orang tambang magis adalah keraguan yang meresahkan
yang merasa bahwa itu adalah usaha terakhir atauUnsettling Doubts (UD). Ada tiga variasi
untuk mendapatkan tanah keluarga Ralla. keraguan berdasarkan paparan Faris (2004: 17),
Sepeninggal Rante Ralla, pihak tambang yakni keraguan yang dipicu oleh teks, keraguan
melancarkan aksinya untuk merayu pihak keluarga yang dipicu oleh properti objek, dan keraguan
Ralla dengan dalih uang hasil penjualan tanah yang disebabkan oleh latarbelakang budaya yang
dapat digunakan sebagai modal rambu solo. ada dalam novel. Properti objek berkaitan dengan
Pemikiran tersebut berhasil menggoda Marthen objek-obje sebagai alat untuk menimbulkan
(paman Allu), Ia kemudian mendorong Tina dan keragu-raguan. Sementara itu, latar belakang
Allu untuk menyetujui tawaran dari pihak budaya yang dihadirkan dalam novel, bersifat
tambang.

9
tradisional dan magis, keberadaannya ini dapat biasa dan hiperbolis memberikan pengertian
menimbulkan keraguan karena tidak kesesuainnya baru yang berbeda.
dengan rasionalitas Barat.
Data 109
Objek yang Mengandung Keraguan yang Matahari tengah tegak. Awan tiba-
tiba berarak. Seperti kawanan
Meresahkan hewan yang diburu pemangsa. Tiba-
Kategori objek dalam narasi Puya ke tiba mendung. Semua serba tiba-
puya yang mengandung UD adalah benda atau tiba. Lalu gerimis. Lalu hujan.
properti objek serta tempat. Seperti yang Padahal beberapa menit yang lalu
dijelaskan Faris (2004: 17), keraguan yang matahari masih sangat cemerlang...
Suara guruh, serta kilat salng
meresahkan ini muncul sebelum pembaca
menjilat memenuhi langit Toraja...
mengkategorikan narasi-narasi dalam teks yang Leba belum mulai mencangkul
memiliki kategori TIE. Hal ini terjadi karena ketika terdengar suara gemuruh.
pembaca mengalami keragu-raguan di antara dua Suara dari Barat. Suara itu seperti
pemahaman kontradiktif (real dan magis) tentang suara deru sesuatu... Deru suara itu
peristiwa-peristiwa yang ada di elemen tersebut. semakin jelas. Semakin
menciptakan ketakutan. (Oddang,
2015: 144-145)
Data 108
Aku tengah menyirih sarapan yang Narasi di atas menunjukkan fenomena
dibawakan Tina, kutika kudengar alam biasa seperti hujan, guntur dan kilat diubah
suara ribut yang berasal di muka menjadi suatu yang menyeramkan serta seolah
tongkonan. Aku beranjak lekas ke tidak biasa. Hal tersebut memunculkan perkiraan
sana, ingin tahu apa yang terjadi. atau pemikiran bahwa ada sesuatu yang magis
(Oddang, 2015: 102) yang melatarbelakangi fenomena alam tersebut.
Sehingga peristiwa yang pada mulanya dapat
Benda yang menimbulkan UD dalam dikatakan sebagai hal yang riil dan biasa
narasi Puya ke puya adalah tongkonan. diragukan rasionalitasnya. Keragu-raguan
Sebelumnya tongkonan dikategorikan ke dalam mengenai peristiwa ini muncul dalam diri tokoh
objek fenomenal, atau yang riil. Akan tetapi dalam Allu Ralla. Keberadaan narasi tersebut
rumusan pertama, dijelaskan pula tongkonan mempertanyakan kebenaran mengenai
memiliki atau memuat suatu dunia magis di kemagisan di balik bencana yang menimpa
dalamnya. Keraguan yang meresahkan ini muncul keluarga Ralla. Hal itulah yang menyebabkan
sebelum pengkategorian objek dalam teks yang keragu-raguan tumbuh, akan tetapi pada
memiliki sifat-sifat TIE ataukah PW. Keraguan akhirnya Allu tetap mengakui bahwa ada yang
muncul karena pada mulanya, tongkonan menjadi tidak beres atau tidak biasa terhadap fenomena
bagian dari dunia magis, namun di sisi lain alam yang terjadi di persiapan upacara rambu
keberadaannya sebagai tempat terjadinya soloAmbenya. Akan tetapi keraguan kemudian
peristiwa digambarkan secara riil dalam teks. Hal menjadi sirna, ketika Narator mengungkapkan
ini menimbulkan pertanyaan dalam usaha bahwa peristiwa tersebut benar-benar muncul
pengkategorian tongkonan dalam realisme magis. akibat sesuatu yang magis. Hal ini sesuai dengan
data nomor 091.
Peristiwa dalam Narasi yang Mengandung
Keragu-raguan yang Meresahkan (Unsletting Latar Belakang Budaya dalam Novel
Doubts) Kebudayaan yang dinarasikan dalam
Peristiwa yang menunjukkan novel Puya ke puya adalah kebudayaan tradisional
karakteristik UD adalah peristiwa yang masyarakat Toraja. Latar belakang sosial budaya
sebelumnya digolongkan dalam MR, yakni ini dianggap penting dalam realisme magis karena
peristiwa tentang bencana yang terjadi sebelum kondisinya dalam cerita yang memungkinkan
rambu solo benar-benar digelar. Peristiwa ini adanya perbedaan dari teks lain, sehingga
mulanya dapat digolongkan ke dalam peristiwa kemudian menimbulkan keragu-raguan yang
yang riil, akan tetapi penggambaran yang tidak meresahkan. Dalam narasi Puya ke puya, latar
belakang budaya dijelaskan berdasarkan sudut kepercayaan Aluk Todolo. Dalam hal ini, benda-
pandang karakter magis, yakni Narator. benda tersebut menjadi alat untuk mempersatukan
yang magis dan yang riil. Sehingga benda-benda
Data 155 tersebut dapat memiliki sifat-sifat riil atau nyata,
Kau belum tahu juga sampai saat ini. namun di sisi lain benda tersebut juga bermuatan
Bahkan sampai mulutku berbusa. Iya, magis. Benda-benda tersebut antara lain mayat,
berbusa mengisahkan kelakuan-kelakuan tau-tau4, dan kerbau (binatang persembahan).
manusia. Yang dulu masih hidup itu. Alam
kematian paling tenang. Kau tahu? Karena Data 102
itu, orang-orang pasti mati. (Oddang, 2015: Aku takjub bukan main ketika
210) kubuka daun pintu dan kudapati
puluhan kerbau dan ratusan babi di
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat depanku. Aku tahu, kerbau dan babi
disimpulkan bahwa keraguan yang dialami tu adalah kerbau yang pernah
pembaca sebelum menentukan karakteristik TIE dipersembahkan saat aku dirambu
dalam teks dipengaruhi oleh teks dan latar solo. Begitulah hingga akhirnya aku
belakang budaya yang berbeda antara pembaca menjengkang ke atas seekor kerbau
dan konteks sosial yang ada dalam narasi karya belang. Paling gemuk, paling bersih,
sastra realisme magis. Keragu-raguan yang dan paling kelihatan sehat... Di
didasarkan oleh teks terjadi karena berdekatannya belakang kami mengikut kerbau dan
teks yang mengandung narasi magis dan yang babi yang tadi kulihat. Kami
mengandung narasi riil. Pengetahuan Allu memulai perjalanan. Perjalanan
mengenai keanehan tersebut, menjelaskan bahwa menuju puya. (Oddang, 2015: 183)
ia sedang melakukan investigasi. Keraguan
tersebut justru memutar ketidakyakinan tersebut Babi merupakan benda atau objek yang
menjadi rasa penasaran untuk mengetahui lebih secara riil ada dalam teks. Keberadaannya yang
dalam mengenai hal-hal yang terjadi di sekitarnya. riil ini dapat dilihat ketika kerbau dijadikan
sebagai objek jual beli, dalam hal ini kerbau
PENGGABUNGAN REALITAS (MERGING memiliki nilai matrealis. Sedangkan
REALISM) DALAM NOVEL PUYA KE PUYA kedudukannya dalam kepercayaan sebagai
KARYA FAISAL ODDANG binatang tunggangan menuju puya, memiliki nilai
Pada karakteristik Merging Realism magis. Sehingga dapat dikatakan kerbau
(MR) atau penggabungan alam, realisme magis merupakan alat yang digunakan realisme magis
menyatukan atau meleburkan dunia magis (yang untuk menyatukan atau menggabungkan dua
berkaitan dengan kepercayaan tradisional) dan realitas, yakni antara yang riil dan yang magis.
dunia riil (Modern) (Faris, 2004: 21). Dalam
Peristiwa yang Mengandung Penggabungan
subbab ini akan dibagi kedalam dua subkategori,
Realitas
yakni 1) objek yang mengandung penggabungan
realitas (MR), 2) peristiwa yang mengandung Dunia real (modern) dan dunia magis
penggabungan realitas (MR). yang dinarasikan dalam novel Puya ke Puya
melebur menjadi satu. Dunia real diwakili oleh
tokoh Allu Ralla dan para investor tambang, hal
Objek yang Mengandung Penggabungan ini dibuktikan dengan sikap mereka yang
Realitas mengabaikan kepercayaan Aluk Todolo dengan
Pada subkategori ini dijelaskan melalui menggusur tongkonan kampung Kete’ dan
benda-benda yang dirembesi oleh sifat-sifat menjadikannya jalur transportasi kendaraan
magis3 atau keberadaanya yang berkaitan dengan tambang. Sementara itu, pohon tarra dan arwah

berisikan mitos dalam agama atau


3Magis yang dimaksud dalam hal ini adalah kepercayaan tertentu.
sesuatu yang keberadaanya tidak dapat
diterima secara rasional (atau berkaitan 4Patung kecil sebagai perwujudan atau
dengan ilmu pengetahuan modern). Ia simbol dari orang yang telah meninggal
cenderung bermuatan lokalitas, misalnya dalam masyarakat Toraja

11
leluhur yang ada di puya mewakili dunia magis Gangguan terhadap Waktu (Disruption of
dalam kepercayaan Aluk Todolo. Dua dunia yang Time)
sebelumnya telah dipaparkan dalam TIE dan PW, Adanya gangguan atas waktu dalam
kemudian akan bersinggungan dalam MR. karya realisme magis dapat memunculkan waktu
Peristiwa-peristiwa yang mengandung narasi MR baru sebagai pengganti waktu yang sakral (Faris,
dapat ditemukan dalam data berikut. 2004: 23). Bukti dari adanya karakteristik
disruption of time dalam novel Puya ke puya
Data 094 adalah adanya waktu baru yang dialami oleh
Yang terjadi di dunia mulai sedikit arwah-arwah yang hidup di passiliran dan arwah-
ruwet. Iya, ruwet! Baiklah. arwah yang mayatnya belum dirambu. Dalam
Bagaimana jika kau kubawa saja ke kepercayaan (pengetahuan) modern yang
puya? Melihat para leluhur keluarga berlandaskan empirisme Barat, ketika meninggal
Ralla. Mereka terus berunding. maka manusia akan berhenti pertumbuhannya.
Saling tuding. Mereka diabaikan.
Peringatan yang mereka kirim Data 112
dianggap sebagai peringatan. Kata Pagi ini aku minum susu lebih
Tina itu hanya badai biasa. Buat banyak dari getah tubuh Ibu Pohon.
Marthen, memang cuaca lagi aneh, Aku juga sempat mengambil
jadi wajar saja. Leluhur ingin sebagian dari susu milik Bumi
menegur lagi. Terlambat. Besok Tandiongan. Kata Ibu Pohon, Bumu
sudah digelar upacara. Merusak setahun lebih muda dariku. Ia baru
upacara, sama saja menghalangi enam belas tahun di makam
jalan seseorang ke puya. Tuhan passiliran ini. (Oddang, 2015: 13)
Puang Matua akan marah besar.
(Oddang, 2015: 164) Dalam wacana modern kehidupan setelah
kematian tidak memiliki posisi yang penting.
Allu Ralla menjual tanah adat keluarga Ralla Keberadaannya pun cenderung tidak dipercayai,
untuk melancarkan rencananya meminang pada umumnya orang-orang modern hanya
Malena. Tindakan Allu ini dianggap telah bekaktivitas untuk kehidupan sosial mereka dan
mencoreng kehormatan keluarga Ralla. Leluhur jarang memberikan perhatian lebih pada
yang berada di puya juga marah akan perbuatan spiritualitas mereka. Namun dalam narasi Puya ke
Allu. Narasi di atas menunjelaskan keadaan yang puya dikisahkan arwah-arwah bayi di passiliran
ada di puya, terutama dalam kumpulan leluhur yang terus berkembang hingga menjadi dewasa
keluarga Ralla. Mereka berunding dan sepakat dan kemudian raganya bersatu dengan rahim
untuk memberikan peringatan kepada keluarga pohon sampai mereka dapat berjalan ke puya.
Ralla, khususnya Allu sebagai sumber masalah.
Gangguan terhadap Ruang (Disruption of
Data tersebut menunjukkan bahwa melalui Space)
karakter dalam dunia magis, yakni para leluhur,
menunjukkan eksistensi mereka lewat serangkaian Sama seperti penjelasan tentang adanya
musibah alam. Hal itu dimaksudkan untuk gangguan waktu, pada bagian pengacauan ruang
memberikan peringatan kepada anak cucu narasi realisme magis juga dapat memunculkan
keturunan mereka yang melewati batas adat atau ruang baru yang tidak homogen. Ruang memiliki
melanggar peraturan dalam kepercayaan Aluk makna yang lebih dalam dibanding tempat
Todolo. (lokasi), dalam kajian pascakolonialisme ruang
merupakan sebuah wilayah atau rongga yang bisa
GANGGUAN TERHADAP WAKTU, RUANG saja direpresentasikan melalui tempat namun
DAN IDENTITAS (DISRUPTION OF TIME, definisinya sendiri tidak hanya berhenti dalam
SPACE, AND IDENTITY) DALAM NOVEL pengertian tersebut. Ruang pada mulanya
PUYA KE PUYA KARYA FAISAL ODDANG didefinisikan memiliki batas yang tetap dan tidak
dapat diganggu, namun menurut pandangan
pascakolonial (Rahmawati, 2009: 6) bersifat cair
dan melalui fluiditas ruang tersebut diciptakannya
sebuah bentuk heterogen yang bersifat beragam. isinya, dijual lalu membuat kaya
Dalam novel Puya ke puya bentuk ketidakstabilan orang-orang asing itu. Sedangkan
ruang ini dapat dilihat melalui ciri fisikal kami, orang Toraja, apa yang kami
karakter-karakter magis yang melawan kembali dapatkan? Ya, ada, sebenarnya ada.
definisi tubuh dalam ruang kolonial. Sebagian warga yang pernah
dijanjikan pekerjaan benar-benar
Data 114 mendapatkannya, ada yang menjadi
supir truk, menjadi buruh angkut,
Suaranya bergema – pasti sangat menjadi tukang cuci mesin, dan
penting. Itu berarti aku harus pulang. menjadi pelayan, ada juga yang tidak
Aku harus meninggalkan Pak Soso menjadi apa pun. Dan semoga mereka
dengan Mr. Berth yang masih tidak menyesal telah meninggalkan
membicarakan hal yang sungguh
perjuangan Ambe. (Oddang, 2015:
membuatku penasaran itu. Aku tidak
berjalan. Aku berlari dengan sangat 37-38)
cepat – pulang menuju makam pohon.
Ketika aku tiba anak-anak Ibu Pohon Ganguan pada aspek identitas dalam hal ini,
telah berkumpul di depan biliknya. menunjukkan praktik resistensi antara yang
(Oddang, 2015: 94) tradisional terhadap yang modern. Perlawanan ini
dilakukan untuk melawan modernitas dan wacana
Seperti yang telah diuraikan dalam TIE, empirisme Barat yang dinilai memarginalkan
karakter magis yang ada dalam novel Puya ke tradisionalitas dalam diri manusia. Modernitas
puya berwujud arwah (roh) dan Para Leluhur. yang ada dianggap menenggelamkan nilai-nilai
Dalam batas kolonial, tubuh diartikan sebagai tradisionalitas yang ada dalam masyarakat. Seperti
suatu yang kaku dan sesuatu yang berwujud. yang nampak dalam diri Allu Ralla, ia
Sementara dalam fiksi postkolonial, tubuh digambarkan sebagai orang modern yang tidak
diartikan sebaliknya, yakni sifat-sifat yang lagi memercayai dunia tradisional. Ia kehilangan
melawan kebakuan kolonialisme tersebut. kepercayaannya terhadap Aluk Todolo, dan
Keadaan itu akan merusak tatanan kolonial karena menganggap bahwa adat hanya memberati.
melepaskan ketergantungan pada tubuh yang Baginya, ia lebih menghargai modernitas di kota
distereotipekan oleh wacana Barat. Dengan yang lebih jujur dan praktis, ketimbang adat yang
demikian, arwah dapat dikategorikan sebagai penuh kedok.
tubuh dalam ruang postkolonial ini, karena sifat-
sifatnya yang melawan definisi kolonial, misalnya
kemampuannya yang dapat bersemayam dalam
NARASI REALISME MAGIS DALAM
pohon dan tumbuh di dalamnya.
NOVEL PUYA KE PUYA KARYA FAISAL
ODDANG
Gangguan terhadap Identitas (Disruption of
Identity) Berdasarkan hasil analisis novel sesuai
Disruption of identity dalam narasi dengan kelima karakteristik realisme magis yang
realisme magis dapat memunculkan identitas baru diusung Faris, narasi realisme magis yang
yang tidak homogen. Identitas menurut Faris ditampilkan Faisal Oddang dalam novelnya yang
(2004: 26-27), yaitu identitas yang berjudul Puya ke Puya lebih condong mengangkat
mendekonstruksi individualitas dengan memberi hal-hal magis yang berkaitan dengan kepercayaan
kesadaran pada pembaca bahwa identitas apapun tradisional serta mitos-mitos yang ada dalam
adalah konstruksi. Selain itu, identitas tersebut kepercayaan Aluk Todolo. Narasi realisme magis
merupakan sebuah perlawanan secara terbuka dalam novel Puya ke Puya sarat akan kelima
terhadap konsep yang telah lama tertanam, baik karakteristik realisme magis yang dikonsepkan
dalam fiksi maupun sejarah. oleh Faris.
Faris (2004: 10) menyatakan bahwa
Data 117 elemen-elemen magis yang digunakan dalam fiksi
Tapi saya tidak bisa berbuat banyak, realisme magis biasanya menyoroti isu-isu
dan seperti inilah yang terjadi tertentu dalam teks. Isu-isu tersebut dapat terlihat
sekarang: bumi dikeruk, dikeluarkan dalam konteks fenomena yang terjadi diluar teks

13
sastra itu sendiri. Selaras dengan hal tersebut, pariwisata, telah memiliki peluang kerja yang
novel Puya ke Puya yang terkategori sebagai fiksi baru.
realisme magis juga mengandung isu sosial. Isu Melalui magis yang dihadirkan dalam
sosial yang muncul dari novel Puya ke Puya narasiPuya ke Puya, sikap yang berlawanan
adalah isu mengenai tradisi rambu solo dan dengan modernisme tersebut ditunjukkan secara
modernisasi yang terjadi di Tana Toraja. implisit. Hal tersebut dapat dilihat dari
1) Isu Sosial yang Terkait dengan Tradisi perlawanan-perlawanan melalui peristiwa alam
Rambu solo di Tana Toraja dan melalui karakter magis yang berwujud pohon
tarra, yang mencoba menunjukkan eksistensi dan
Seperti yang telah dijelaskan kekuatannya untuk melawan Allu Ralla dan
sebelumnya, Rambu solo merupakan upacara perusahaan tambang. Pengukuhan mengenai
kematian yang dilakukan untuk memberikan eksistensi kebudayaan ini juga ditunjukkan
penghormatan terakhir untuk orang yang telah melalui unsur DTSI, bagian disruption of identity,
menginggal. Pemakaman rambu solo yang dengan menggunakan Toraja sebagai ruang
dilakukan ini membutuhkan biaya yang besar, ideologis, dijelaskan bagaimana awalnya Toraja
terlebih untuk orang yang berasal dari keluarga sebagai suku yang tradisional namun kemudian
bangsawan. Biaya yang besar ini dipengaruhi oleh beralkulturasi dengan modernitas.
jumlah hewan kurban yang diperlukan serta Dalam novel Puya ke Puya, semua
lamanya waktu acara. Melalui kisah keluarga karakter realisme magis hadir dan dapat
Ralla yang mencoba memakamkan Rante Ralla diindentifikasi dengan cukup jelas. Misalnya
secara meriah sesuai dengan status dalam penggambaran dunia magis dan riil, untuk
kebangsawanannya, konflik sosial yang ada di menghadirkan dunia magis dalam cerita karakter-
masyarakat Toraja dihadirkan dalam novel. karakter magis diciptakan sehingga kesan-kesan
Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh penggelar magis dalam novel mudah dipahami. Selain itu,
acara rambu solo dipengaruhi oleh banyaknya demi memperjelas jalan cerita, melalui tokoh
hewan kurban, terlebih jika hewan kurban yang Narator mitos-mitos dalam kepercayaan Aluk
dipakai adalah kerbau belang. Harga seekor Todolo dituturkan, sehingga akan meminimalisir
kerbau belang dapat setara dengan harga 30 kesenjangan pengetahuan yangada dalam diri
hingga 50 ekor kerbau biasa. Tidak hanya kerbau, pembaca dan membuat logika cerita dapat
hewan kurban lain seperti babi juga harus diterima. Hal ini menunjukkan bahwa kadar
diadakan dalam upacara. realisme magis dalam novel ini cukup kuat. Hal
2) Isu yang Berkaitan dengan Modernisme tersebut juga disebabkan oleh realita sosial dalam
cerita yang masih menganut kepercayaan
Salah satu hal yang disoroti dalam karya sastra tradisional, serta hadirnya cerita dari sudut
realisme magis adalah sikap kritisnya terhadap pandang karakter-karakter magis. Kelima
modernisme dan kolonialisme. Hal itulah yang karakteristik realisme magis yang telah
membuat realisme magis dapat digolongkan diidentifikasikan tersebut di atas dapat
kedalam teori postkolonialisme dan menunjukkan teknik narasi yang berdasar dari
postmodernisme. Dalam novel Puya ke Puya kepercayaan tradisional masyarakat Tana Toraja.
Karya Faisal Oddang, modernisasi sebagai
konteks global disatu sisi menunjukkan sikap
bersebrangan namun di sisi lain juga menunjukkan PENUTUP
sikap yang sejalan.
Modernisme yang coba dikritisi dalam Simpulan
novel ini adalah modernisasi yang bersifat
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan
eksploitatif dan merusak alam. Telah dijelaskan
pada pembahasan, diperoleh enam hasil penelitian
sebelumnya bahwa perusahaan-perusahaan
untuk menjawab permasalahan, yaitu elemen yang
tambang di Toraja telah mulai berdatangan sejak
tidak tereduksi(the irreduccible element), dunia
tahun 2011. Adanya perusahaan tambang yang
fenomenal(phenomenal world), keragu-raguan
dibuka di Toraja memberikan dampak positif dan
yang meresahkan (unsettling doubts),
negatif. Dampak positifnya, masyarakat Toraja
penggabungan realitas (merging realism),
yang sebelumnya hanya menggantungkan
gangung terhadap waktu, ruang dan identitas
perekonomian mereka dari hasil tani dan
(disruption of time, space and identity) pada novel para investor ke Tana Toraja, kematian Rante
Puya ke Puyakarya Faisal Oddang, dan narasi Ralla, pertemuan Allu dengan Malena, pencurian
realism magis dalam novel Puya ke Puya karya mayat bayi di passiliran, dan upacara rambu solo.
Faisal Oddang. Hal-hal yang termasuk dalam kategori dunia
Pertama, the irreducible element (elemen fenomenal ini menjaga karya sastra realisme
yang tak tereduksi) yang terdapat dalam novel magis tetap berada dalam dunia yang kita tempati.
Puya ke Puya karya Faisal Oddang terdiri atas tiga Ketiga, unsettling doubts (keragu-raguan yang
kategori, yaitu 1) dunia magis, 2) karakter tokoh, meresahkan) dalam penelitian ini ditemukan
dan 3) mitos yang ada dalam kepercayaan aluk dalam dua kategori yakni, 1) objek yang
todolo. Pertama, dunia magis yang dimaksud mengandung atau menimbulkan unsettling doubts
adalah sebuah alam atau kehidupan yang 2) peristiwa yang menimbulkan unsettling doubts,
keberadaanya tidak dapat diterima oleh dan 3) latar belakang budaya dalam novel.
rasionalitas Barat. Dunia ini hadir karena adanya Pertama, objek yang mengandung atau
pengaruh dari mitos atau kepercayaan tradisional. menimbulkan unsettling doubts adalah tongkonan.
Dunia magis yang ada dalam novel yakni dunia di Tongkonan digambarkan memiliki nilai-nilai
makam passiliran, dunia di puya, dan dunia para magis, namun keberadaannya dalam narasi cerita
bombo yang tercipta di tongkonan. Kedua, juga berkaitan dengan peristiwa-peristiwa riil. Hal
karakter tokoh yang terkategori ke dalam unsur ini memberikan keragua-raguan dalam
yang tak dapat direduksi adalah tokoh-tokoh yang kategorisasi tongkonan sesuai dengan karakteristik
memiliki sifat-sifat magis. Keberadaan tokoh- realisme magis Wendy B. Faris. Kedua, peristiwa
tokoh ini juga berdasarkan kepercayaan atau mitos yang menimbulkan unsettling doubts antara lain,
dalam aluk todolo. Tokoh-tokoh tersebut antara peristiwa mayat yang dapat bermimpi, peristiwa
lain, Ibu Pohon, Rante Ralla, Maria Ralla, dan roh yang dapat menangis, dan peristiwa bencana
Narator. Ketiga, mitos yang ada dalam alam dalam proses pelaksanaan rambu solo.
kepercayaan aluk todolo. Mitos-mitos yang Ketiga, latar belakang budaya yang diangkat
dibahas dalam TIE adalah mitos yang dalam novel adalah budaya masyarakat Toraja di
mendominasi konflik cerita. Mitos tersebut yakni, Kete Kesu. Magis yang dikemukakan dalam novel
mitos hidupsetelah kematian (terkait menjadi mengenai mitos-mitos yang berkaitan dengan
arwah jahat dan menjadi To Membali Puang), kepercayaan tradisional mereka, yakni
mitos terbentuknya dunia, dan mitos akan dewa- kepercayaan aluk todolo.
dewa dan leluluhur orang Toraja. Masing-masing Keempat, merging realism (penggabungan
elemen yang tidak tereduksi ini menggarisbawahi realitas) dalam penelitian ini dibagi ke dalam dua
isu tertentu yang berkaitan dengan konteks sosial kategori, yakni 1) objek yang mengandung
budaya di Tana Toraja. merging realism dan 2) peristiwa yang
Kedua, phenomenal world (dunia fenomenal) mengandung merging realism. Pertama, benda
dalam penelitian ini dibagi dalam dua kategori, yang mengandung merging realism antara lain,
yakni 1) kenyataan yang riil dalam teks, dan 2) tau-tau, hewan sesembahan dan mayat. Ketiga
kenyataan yang berlandaskan sejarah. Pertama, benda ini digambarkan secara riil dalam teks,
kenyataan yang riil dalam teks merujuk pada kehadirannya di dunia nyata pun ada. Akan tetapi
objek, karakter, peristiwa dalam teks yang sesuai di sisi lain, benda-benda tersebut juga bermuatan
atau menggambarkan dunia yang riil (sesuai magis yang bersumber pada mitos-mitos dalam
dengan nalar) yang terjadi dalam kehidupan kepercayaan aluk todolo. Kedua, peristiwa yang
manusia pada umumnya. Yang termasuk dalam mengandung merging realism adalah peristiwa
kategori objek fenomenal adalah tempat dan bencana yang dikirimkan leluhur dari puya, dan
benda yang keberadaannya nyata dalam teks. perlawanan Ibu Pohon terhadap Allu Ralla yang
Benda-benda riil dalam novel antara lain, ballo, hendak mencuri mayat bayi yang dikubur dalam
makanan serta minuman, kain tenun, dan peti dirinya. Hal-hal yang dikategorikan ke dalam
mati. Tempat-tempatnya antara lain, kampus, merging realism memiliki muatan riil dan magis.
pasar, kantor polisi, rumah Pak Kades, dan kamar Kelima, yakni disruption of time, space, and
Allu Ralla. Kedua, karakter tokohnya antara lain, identity (ganguan waktu, ruang dan identitas)
Allu Ralla, Marthen Ralla, Tina Ralla, Suroso dalam penelitian ini dapat dilihat dari, 1)
Abdullah, dan Mr. Berth. Ketiga, peristiwa gangguan terhadap waktu yang terjadi ketika
fenomenal dalam teks ini antara lain kedatangan mayat-mayat bayi yang ada dalam passiliran

15
tumbuh dewasa. Hal ini mengganggu konsep Objek-objek riil dalam teks yang dirembesi hal-
waktu linear yang ada dalam pengetahuan modern. hal magis menunjukkan adanya suatu rutinitas
2) gangguan ruang terganggu ketika ruang tubuh pengetahuan yang lama telah mengalami
dalam pengertian modern telah diubah atau pengerusakan.
dilawan dengan ruang tubuh dengan sifat
berlawanan. 3) gangguan identitas terjadi pada
Kampung Kete’ dan karakter Ibu Pohon. Saran
Kampung Kete’ pada awalnya digambarkan
Berdasarkan uraian hasil penelitian yang
sebagai sebuah desa yang terkenal dengan adat
membahas mengenai “Realisme Magis dalam
dan tradisi yang mereka lestarikan, kemudian
Novel Puya ke Puya Karya Faisal Oddang:
pengertian itu dipertanyakan dan dilawan dengan
Konsep Karakteristik Realisme Magis Wendy B.
modernisme, namun modernisme itu pada
Faris” maka penulis memberi saran, bagi peneliti
akhirnya juga mendapatkan perlawanan dari
selanjutnya untuk lebih kritis dalam memahami
magisme. Sementara itu gangguan identitas yang
suatu karya sastra. Karena karya sastra realisme
terjadi pada karakter Ibu Pohon yang digambarkan
magis juga mengangkat tentang isu-isu sosial
sebagai seorang ibu pengganti namun tubuh
dalam suatu masyarakat. Selain itu, realisme
fisiknya yang berbentuk pohon, sehingga konsep
magis dalam ranah akademik dapat dikatakan
modernisme mengenai ibu dan pohon menjadi
baru. Hal ini dapat dilihat dari refrensi penelitian
tergangu.
yang minim, untuk itu penelitian realisme magis
Keenam, narasi realisme magis yang ada
dapat lebih dikembangkan lagi dengan alternatif
dalam novel Puya ke Puya karya Faisal Oddang
perangkat penelitian yang lebih bervariasi. Teori
menunjukkan keterkaitan dengan isu-isu sosial
realisme magis dapat diteliti dalam karya sastra
berkaitan dengan konteks sosial budaya tempat
lain yang memuat unsur-unsur magis yang berasal
karya sastra tersebut berasal, yakni Tana Toraja.
dari kepercayaan tradisional, serta memuat isu-isu
Novel Puya ke Puya menunjukkan sikap kritis
sosial tempat karya berasal. Peneliti selanjutnya
mengenai isu-isu yang berkaitan dengan tradisi
juga dapat mengembangkan penelitian terhadap
rambu solo yang dinilai cukup memberati
novel Puya ke Puya karya Faisal Oddang dengan
masyarakat. Hingga kemudian, tercipta suatu
menggunakan teori yang berbeda dari penelitin
pengertian baru, bahwa kepercayaan Aluk Todolo
ini.
adalah suatu yang tidak salah untuk tetap dipegang
teguh, namun dalam prakteknya yang sakral
tersebut juga tidak harus mengorbankan DAFTAR RUJUKAN
segalanya. Dan bahwa, segala tindakan yang
dilakukan tentunya membawa konsekuensinya Abrams, M.H. 1953. The Mirror And The Lamp.
masing-masing. Novel ini bersikap kritis kepada New York: Oxford University Press
yang riil dan yang magis sekaligus. Novel ini tidak Abdurrahim, Ahim, dan Tumirin. 2015. Makna
melakukan perlawanan atau penolakan terhadap Biaya dalam Upacara Rambu Solo,
modernitas, namun sifat-sifat negative yang (online),
menyertainya dan dinilai merugikan alam Toraja. (https://www.google.com/url?sa=t&sourc
Dengan demikian, kehidupan dunia tradisional e=web&rct=j&url=https://jamal.ub.ac.id/i
dan modern tetap berjalan dengan harmonis sejauh ndex.php/jamal/article/viewFile/364/433
tidak ada sikap yang dinilai merugikan tersebut. &ved=2ahUKEwjNzJOTkPjiAhVVk3A
Kelima karakteristik realisme magis dalam novel KHYXFAmwQFjAAegQICBAC&usg=
Puya ke Puya karya Faisal Oddang tersebut AOvVaw24s0kBum8Fj1u5jbU-NGpx,
menunjukkan keterhubungan antar unsurnya. diakses pada 13 April 2019)
Setiap elemen yang ada saling memengaruhi Adya, Arsita. 2016. Realisme Magis dalam Kajian
dalam membentuk narasi realisme magis dalam Visualisasi Bahasa pada Novel Grafis
novel. The irreducible element dapat The Photographer: Into War-Torn
memengaruhi elemen phenomenal world sehingga Afganistan, with Doctors without
tercipta keragu-raguan yang meresahkan Borders. Yogyakarta: UGM (Tesis tidak
(unsettling doubts). Relasi-relasi dari TIE dan PW diterbitkan)
ini juga menimbulkan pengerusakan terhadap
waktu, ruang dan identitas modern dan sakral.
Baharudin, Hamsinah. Dampak Pengembangan Leadbeater, C.W. 2000. Chakras: Optimalisasi &
Pariwisata Melalui Tradisi Spiritual Efektivitas Energi Batin dengan Daya
Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Vital. Semarang: Dahara Prize
Tana Toraja. (online), Lembang, Joni. 2014. 57 Usaha Tambang di
(https://www.google.com/url?sa=t&sourc Toraja Tak Berizin, (online),
e=web&rct=j&url=https://jamal.ub.ac.id/i (https://daerah.sindonews.com/newsread/
ndex.php/jamal/article/viewFile/364/433 896804/25/57-usaha-tambang-di-toraja-
&ved=2ahUKEwjNzJOTkPjiAhVVk3A tak-berizin-1409465881, diakses pada 13
KHYXFAmwQFjAAegQICBAC&usg= April 2019)
AOvVaw24s0kBum8Fj1u5jbU-NGpx, Marwing, Arman. 2011. Problem Psikologis Dan
diakses pada 13 April 2019) Strategi Coping Pelaku Upacara
Banna, Al Dzar. 2016. Kadar Realisme Magis Kematian Rambu Solo’ di Toraja (Studi
Dalam Cerpen Pembunuh Parakarang fenomenologi pada tana’ bulaan ),
karya Krisna Prhabichara. Yogyakarta: (online), (http://ejournal.uin-
UGM (Tesis tidak diterbitkan) malang.ac.id/index.php/psiko/article/vie
Barumbun, Lidya Arni dkk. Objek Wisata Kete’ w/1552, diakses pada 13 April 2019)
Kesu (1975-2017), (Online), Melody, Cindy. 2013. Stilistika Realisme Magis
(http://eprints.unm.ac.id/11030/1/Jurnal% sebagai Representasi India Poskolonial
20Lidya%20Arni%20Barumbun.pdf, dalam Novel Shalman Rushdie: The
diakses pada 17 Mei 2019) Midnight’s Children. Jakarta: UI (Skripsi
Bigalke, Terance. 2016. Sejarah Sosial Tana tidak diterbitkan)
Toraja. Yogyakarta: Penerbit Ombak Mulia, Sandra Whilla. 2016. Realisme Magis
Endaswara, Suwardi. 2012. Filsafat Sastra: dalam Novel Simple Miracles Doa dan
Hakikat. Metodologi dan Teori. Arwah karya Ayu Utami. Surabaya: Unair
Yogyakarta: Yogyakarta Layar Kata (Tesis tidak diterbitkan)
Faris, Wendy B. 2004. Ordinary Enchantment: Nafisah. 2017. Pandangan Dunia dalam Novel
Magical Realism and the Remystification Puya ke Puya Karya Faisal Oddang:
of Narrative. Nashville: Vanderbilt Analisis Strukturalisme Genetik.
University Press. Yogyakarta: UGM (Skripsi tidak
Faruk. 2012. Metode Penelitian Sastra. diterbitkan)
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Nurdin, Nazar (Ed). 2013. Sisipan Modernisasi di
Fediyanto, Niko. 2014. Realisme Magis Dalam Tradisionalnya
Novel Beloved Karya Toni Morrison. Toraja.(online),(https://nationalgeographi
Yogyakarta: UGM (Tesis tidak c.grid.id/read/13283817/sisipan-
diterbitkan) modernisasi-di-tradisionalnya-
Furqan, Rizky Amelia. 2018. Narasi Real dan toraja?page=all, diakses pada 3 April
Magis serta Tradisi dalam Novel Natisha 2019)
Persembahan Terakhir Karya Khrisna Nooy-Palm, Hetty. 1979. The Sa’dan Toraja: A
Pabichara. Yogyakarta: UGM (Skripsi Study Of Their Social Life And Religion
tidak diterbitkan) I, Organization, Simbol and
Hart, Stephen M dan When-chin Ouyang.2005. A Beliefs.Netherland: Koninklijk Instituut
Companion to Magical Realism. USA: voor Taal-, Land –en Volkenkunde,
Tamesis Woodbridge Leiden
Hidayah, Mei Nurul.2018. Tradisi Pemakaman Nöth, Winfried. 2006. Semiotik. Surabaya:
Rambu Solo di Tana Toraja dalam Novel Airlangga University Press
Puya ke Puya karya Faisal Oddang Oddang, Faisal. 2016. Puya ke Puya. Jakarta:
(Kajian Interpretatif Simbolik Clifford Kepustakaan Populer Gramedia
Geertz). Skripsi tidak diterbitkan. Rahim, Abd. Rahman; Arie Andrasyah Isa
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya (Penyunting). 2017. Mengenal Lebih
Dekat Tana Toraja. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,

17
Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
Ratna, Kutha Nyoman. 2011. Teori, Metode, dan
Teknik Penelitian Sastra: dari
Strukturalisme hingga Postrukturalisme.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_________ .2007. Sastra dan Cultural Studies:
Representasi Fiksi dan Fakta.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rosyidi, Ikhwan dkk. 2010. Analisis Teks Sastra.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Salubongga, Jerianto. 2015. Mantunu Tedong
(Suatu Tinjauan Sosio Teologis terhadap
Makna Pemotongan Kerbau dalam
Upacara Kematian di Lembang Seriale.
Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana (Skripsi tidak diterbitkan)
Salden, Roman. 1991. Panduan Membaca Teori
Sastra Masa Kini. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Setiawan, R. 2018. Pascakolonial: Teori, Wacana
dan Aplikasi. Yogyakarta: Gambang
Tabloid Kareba. 2011. Dua Lokasi Tambang di
Toraja Utara Mulai Produksi, (online),
(http://karebanews.blogspot.com/2011/03
/dua-lokasi-tambang-di-toraja-
utara.html?m=1 , diakses pada 13 April
2019)
Teeuw, A. 2013. Sastra dan Ilmu Sastra.
Bandung: PT. Dunia Pustaka Jaya
Warnes, Christopher. 2009. Magical Realism and
The Postcolonial Novel: Between Faith
and Irreverence. New York: Palgrave
Macmillan
Widijanto, Tjahjono. 2018. Dunia Halus Mistis
Jawa dan Fantasi Magis Ternate dalam Godlob
dan Cala Ibi.(Online), Jantera: Jurnal Kajian
Sastra

Anda mungkin juga menyukai