Strategi Merek
A. KEKUATAN MEREK
Produk hanyalah sesuatu yang dihasilkan oleh pabrik, sedangkan
merek merupakan sesuatu yang dibeli oleh konsumen. Produk mudah
ditiru, namun tidak demikian halnya dengan merek. Produk boleh saja
”mati”, namun tidak demikian halnya dengan merek.
Kekuatan merek adalah kontrol dari pembelian dengan
menggunakan merek, dan, kebaikan dari merek, merek sebagai aset yang
dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan pendapatan.
B. CITRA SUATU MEREK
1. Gambaran atribut, artinya bahwa suatu merek mampu memberikan
gambaran atribut tertentu. Misalnya merek Mercedez Benz
memberikan atribut sebagai mobil bergengsi, bermesin canggih. Sony
menggambarkan atribut produk elektronik yang berkualitas tinggi
2. Gambaran manfaat artinya dalam benak konsumen, merek mampu
menggambarkan manfaat suatu produk. Misalnya Antangin
menggambarkan sebagai jamu anti masuk angin. Feminax sebagai obat
khusus untuk para wanita untuk pengusir rasa sakit di kala haid.
3. Gambaran kepribadian, artinya merek mampu menggambarkan
kepribadian tertentu, misalnya, rokok Marlboro memberi citra sebagai
lelaki yang jantan (macho). Sedangkan A Mild menggambarkan
perokok yang sadar akan kesehatan.
4. Gambaran pasar sasaran/konsumen, artinya suatu merek mampu
menggambarkan kelompok yang menjadi pasar sasarannya. Misalnya
stasiun televisi Spacetoon menggambarkan bahwa sasarannya adalah
segmen anak-anak, sedangkan Metro TV menggambarkan kelompok
menengah ke atas yang terpelajar.
C. BEBERAPA FAKTOR DALAM PEMBERIAN NAMA MEREK
1. Singkat dan sederhana. Nama-nama seperti Rinso, Lux, Indomie,
Sony, merupakan sebagian contoh nama merek yang singkat dan
sederhana.
2. Mudah dieja dan diucapkan. Hendaknya dihindari pemberian nama
yang sulit dieja ataupun diucapkan.
3. Menyiratkan manfaat produk. Nama-nama seperti Diabetasol, Tolak
Angin menyiratkan manfaat produk tersebut. Diabetasol
menggambarkan suplemen untuk sakit diabetes, dan Tolak Angin
menyiratkan untuk menghilangkan masuk angin.
D. MANFAAT MEREK
1. Produk menjadi mudah dikenali. Coba bayangkan seandainya suatu
produk tidak mempunyai merek. Jika hal ini terjadi, maka konsumen
pasti menemui kesulitan untuk mengenali produk yang ingin dibelinya.
Tentu saja hal ini akan merugikan perusahaan tersebut.
2. Dapat mengangkat citra perusahaan. Merek yang dikenal sangat
berkualitas dapat mengangkat citra perusahaannya. Popularitas Rinso,
Lux, dan Sunsilk akan mempengaruhi citra Unilever sebagai
produsennya.
3. Melindungi dari usaha pemalsuan. Apabila suatu merek sudah terdaftar
secara hukum, maka merek tersebut tidak boleh ditiru oleh siapa pun.
4. Sebagai kekayaan yang tidak ternilai. Jika suatu merek mempunyai
reputasi yang bagus, maka merek tersebut merupakan modal atau
ekuitas yang sangat berharga. Astra pernah dilanda kemelut keuangan,
namun karena merek-merek produk yang dikelolanya mempunyai
reputasi bagus, maka dengan cepat Grup Astra cepat pulih dari krisis.
Hal ini terbukti hingga saat ini produk-produk Astra seperti Kijang,
Panther, Daihatsu, motor Honda masih mendominasi industri otomotif
di Indonesia.
5. Memberi peluang untuk mendapatkan kelompok pelanggan yang setia.
Konsumen yang loyal pada merek tertentu sulit pindah pada merek
lain. Tentu saja hal ini menguntungkan perusahaan.
6. Mempermudah dalam komunikasi pemasaran. Jika suatu produk diberi
merek, kita dapat mengomunikasikannya dengan lebih mudah kepada
khalayak melalui berbagai media.
E. TINGKAT PENGENALAN MEREK
1. Penolakan terhadap merek (brand rejection). Artinya bahwa pasar
tidak akan membeli merek tersebut kecuali jika citranya diubah. Upaya
mengatasi citra yang negatif tidaklah mudah. Namun demi
kelangsungan usahanya, perusahaan harus mencari solusi agar merek
tersebut dapat diterima oleh pasar.
2. Tidak mengenal merek (brand nonrecognition). Artinya merek itu
sama sekali tidak dikenal oleh pasarnya. Hal ini merupakan tantangan
bagi pemasar untuk mengangkat mereknya agar dikenal oleh pasar.
Salah satu caranya adalah dengan cara promosi. Tantangan dalam
situasi brand nonrecognition (tidak mengenal merek) sebenarnya tidak
lebih ringan dibandingkan dengan situasi brand recognition (mengenal
merek).
3. Mengenal merek (brand recognition). Artinya bahwa pelanggan sudah
mengenal merek itu.
4. Preferensi merek (brand preference). Artinya bahwa pasar sudah
mengenal dan menyukai merek tersebut dibandingkan dengan merek
lainnya.
5. Kegigihan merek (brand insistence). Artinya pelanggan hanya bersedia
menggunakan merek tersebut dan mereka mau mencarinya bila tidak
tersedia di suatu tempat. Membangun merek sampai mencapai tingkat
“kegigihan merek” (sebut saja “loyalitas merek” atau brand loyalty)
seperti di atas bukanlah hal yang mudah. Perusahaan tidak
memperolehnya begitu saja, namun melalui perjalanan yang panjang
dan kompleks.
Pakar manajemen merek David A. Aaker, dalam bukunya “Managing Brand
Equity” (1991) mengatakan bahwa ada tiga tahapan penting untuk mencapai
loyalitas merek tersebut yaitu: