Anda di halaman 1dari 7

Critical Review

Critical Review

Judul Jurnal : Aspek Politik Perencanaan Pembangunan RPJMD Daerah Istimewa


Yogyakarta 2017-2022
Jurnal : Jurnal Wacana Kinerja (Volume 21, Nomor 2

A. Fokus Pembahasan Jurnal

Critical Review ini disusun berdasarkan Jurnal penelitian yang berjudul “Aspek Politik
Perencanaan Pembangunan RPJMD Daerah Istimewa Yogyakarta 2017-2022”
yang dimuat didalam Jurnal Wacana Kinerja (Volume 21, Nomor 2). Focus pembahasan
jurnal ini adalah ingin melihat proses perencanaan pembangunan dalam penyusunan RPJMD
DIY 2017-2022 dari sisi dimensi politik dan keterlibatan actor. Yang dilakukan dengan
mempelajari bagaimana proses RPJMD DIY 2017-2022 disusun. Dimensi politik ini selain
melihat dari sisi teknokratiknya tetapi juga dilihat melalui proses Tarik ulur kepentingan dari
pihak yang ada di dalam pemerinthan yakni Gubernur DIY, DPRD DIY, dan Organisasi
Perangkat Daerah (OPD). Sedangkan dari sisi keterlibatan aktor, penelitian ini dilakukan untuk
memastikan bahwa ada partisipasi pihak di luar pemerintah daerah dalam penyusunan RPJMD
DIY 2017-2022. Dan juga untuk memastikan bahwa perencanaan pembangunan dobuat
mencerminkan kepentingan publik, tidak sebatas pada kepentingan kalangan penguasa.

Pembahasan dalam jurnal ini menjadi unik dikarenakan ketidaksamaan dengan periode
Gubernur DIY sebelumnya, dimana pada masa jabatan 2017-2022 Gubernur DIY yakni Sultan
Hamengkubuwono X membawa sebuah tema visi misi baru yang tidak dipekirakan
sebelumnya. Selain itu karena system politik DIY yang berbeda dengan daerah lainya, sesuai
dengan sifat kekhususan daerah ini. Dimana Kepa Daerah yakni Gubernur berasal dari dinasti
keluarga. Fokusan pembahasan pada jurnal ini juga berfokus kepada proses penyusunan
RPJMD 2017-2022, dan bagaimana proses sinkronisasi dengan visi misi baru yang diusung
Gubernur DIY.

B. Visi Misi Gubernur DIY 2017-2022

Visi yang diusung oleh Gubernur DIY 2017-2022 “Menyongsong Abad Samudra
Hindia untuk Kemuliaan Manusia Jogja” memiliki fokusan untuk mengentaskan
kemiskinan di bagian selatan DIY atau kawasan pesisir DIY. Dalam mencapai visi yang
dijabarkan oleh Gubernur DIY terutama untuk mencapai kemuliaan martabat manusia Jogja
bisa dilakukan dengan meraih 5 (lima) kemuliaan atau Pancamulia, nantinya Pancamulia ini
akan menjadi pedoman dalam penyusunan RPJMD. Adapaun isi dari Pancamulia ini adalah
sebagai berikut:

1. Terwujudnya peningkatan kualitas hidup, kehidupan, penghidupan yang berkeadilan dan


berkeadabat, hal ini melalui peningkatan kemampuan dan peningkatan keterampilan SDM
di Yogyakarta yang memiliki daya saing tinggi
2. Terwujudnya peningkatan kualitas dan keragaman kegiatan perekonomian masyarakat
serta penguatan ekonomi yang berbasis pada sumber daya local, untuk pertumbuhan
pendapatan masyarakat sekaligus pemerataan ekonomi yang berkeadilan
3. Terwujudnya peningkatan harmoni kehidupan bersama, hal ini baik pada lingkup
masyarakat meupun pada lingkup birokrasi atas dasar toleransi, tenggang rasa,
kesantunan, dan kebersamaan
4. Terwujudnya tata dan perilaku penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis
Critical Review

5. Terwujudnya perilaku bermartabat dari para aparatur sipil penyelenggara pemerintahan


atas dasar tegaknya nilai-nilai integritas yang menjunjung tnggi kejujuran, nurani rasa
malu, nurani rasa bersalah dan berdosa apabila melakukan penyimpangan dalam bentuk
korupsi, kolusi, dan nepotisme

Visi misi yang diusung oleh Gubernur DIY 2-17-2022 ini terkesan filosofis, hal ini juga
didukung oleh penjelasan didalam jurnal yang menyatakan hal yang sama. Sehingga proses
pendekatan yang berbeda digunakan dalam menjabarkan visi misi ini. Dimana untuk daerah
lain kebanyakan visi misi kepala daerah diadopsi secara gamblang ke dalam RPJMD
daerahnya, sedangkan untuk masa kepemimpinan ini dibutuhkan sebuah proses khusus dalam
menjabarkan visi misi ini.

C. Pendekatan Penellitian

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang dibingkai oleh metode studi kasus
scara eksploratif. Dimana dalam penelitian peneliti bertindak sebagai human instrument
dengan melakukan wawancara mendalam, observasi semi partisipasi, sehingga penelitian ini
mengharuskan peneliti berinteraksi dengan sumber data. Penelitian ini membatasi kasus
hanya pada perumusan kebijakan perencanaan pembangunan DIY pada RPJMD 2017-2022.
Pengumpulan data dilakukan dengan melalukan deep interview dimana sampel dipilih secara
purposive yakni BAPPEDA DIY, IDEA Yogyakarta, Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
UGM, serta teknik dokumentasi dengan melacak pada laporan riset, hasil kajian pemerintah,
dan hasil kajian LSM.

D. Hasil Sintesa

Sintesa yang dilakukan akan berfokus kepada 2 pembahasan yang memang menjadi
tajuk utama dalam jurnal ini, yakni penyusunan RPJMD DIY 2017-2022 dari sisi dimensi
politik dan keterlibatan actor.

1. Aspek Politik Perencanaan Pembangunan RPJMD DIY 2017-2022 dalam Internal


Pemerintahan Daerah
Kondisi politik di Yogyakarta sendiri menjadi suatu hal yang menarik untuk dibahas
dikarenakan Kepala Daerah dalam artian ini adalah Gubernur, bukan dipilih berdasarkan
pemilihan umum melainkan diturunkan dari generasi ke generanasi (turunan budaya).
Tentunya hal ini membedakan DIY dengan daerah lainya termasuk di dalam pendekatan
dalam penyusunan RPJMD. Untuk daerah lainya biasanya pendekatan politik akan menjadi
pendekatan yang pertama karena kepala daerah yang dipih melalui pemilihan umum,
sedangkan untuk DIY Gubernur sekanjutnya sudah dipastikan, berdasarkan jurnal ini
sedikit digambarkan bahwa dalam penyusunan RPJMD, Pemerintah Daerah sudah
menyiapkan konsep awal sebelum Gubernur yang baru dilantik, sehingga biasanya
Gubernur akan mengikuti konsep yang sudah disusun ini. Akan tetapi walaupun sudah
disusun terlebih dahulu, konsep awal ini disusun secara normative sesuai dengan peraturan
pemerintah yang sesuai dengan kaidah keilmuan yang memadai.
Bila kita melihat konteks penyususnan RPJMD DIY 2017-2022 dari sudut pandang
Permendagri No 54 Tahun 2010, tahapan-tahapan dalam penyususnan RPJMD sudah
sesuai. Hanya saja jurnal ini tidak mengurutkan tahapan tersebut, kerena memang
pembahasanya berfokus kepada aspek politik dan actor yang terlibat dalam penyusunan
RPJMD DIY 2017-2022 ini.
Visi misi yang dibawa oleh Gubernur DIY untuk masa jabatan 2017-2022 merupakan
suatu hal yang tidak diperkirakan, karena berbeda dengan konsepan awal yang sudah
Critical Review

disusun. Dapat dikatakan visi misi ini bila dilihat secara gamblang sedikit melenceng dengan
rencana yang sudah ada. Akan tetapi karena Gubernur DIY memiliki otoritas paling tinggi
(Gubernur bukan bagian dari kelompok politik, melainkan kekuatan politik itu sendiri),
sehingga birokrasi pemerintah mau tidak mau harus tunduk patuh kepada Gubernur,
Bappeda DIY selaku badan yang bertanggung jawab dalam penyusunan RPJMD DIY harus
memperbaiki rancangan awal yang sudah disusun. Penerjemahan visi misi menjadi langkah
awal yang dilakukan dalam penyusunan RPJMD DIY, yang berbeda dengan daerah lain
penerjemahan ini lebih banyak menggunakan pendekatan teknokratik sedangkan daerah
lain lebih banyak menggunakan pendekatan politik. hal ini menjadi berbeda karena visi misi
yang dibawa oleh Gubernur terkesan filosfis sehingga tidak bisa diadopsi secara langsung
ke dalam RPJMD, dibutuhkan penerjemahan yang melibatkan banyak pihak yang paham
sehingga visi misi RPJMD akan sesuai dengan visi yang dibawa oleh Gubernur DIY. Dalam
penyusunan RPJMD di DIY lebih banyak menggunakan pendekatan teknokratik
dengan melibatkan BAPPEDA dan satuan OPD serta pemangku kepentingan lain. Lebih ke
teknokratik karena proses perencanaan pembangunan RPJMD DIY 2017-2022
memperlihatkan bahwa keputusan dipilih berdasarkan pengetahuan yang mereka
tunjukkan, bukan seberapa banyak modal politik yang mereka pegang atau seberapa
populer mereka.
Berkaitan dengan visi misi yang dibawa, terdapat pembahasan menarik dimana
menurut FPAN DPRD DIY yang melihat bahwa visi yang dibawa oleh Gubernur DIY tidak
sesuai dengan amant Perdais No. 2 Tahun 2015 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan,
Pelantikan, Kedudukan, Tugas dan Wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur DIY.
Khususnya pasal 13 ayat (2) hingga ayat (5). Dimana didalam pasal-pasal tersebut
dijelaskan bahwa visi misi dan program Gubernur harus berpedoman pada RPJPD dan
perkembangan strategis. DIY memilki RPJPD 2005-2025, dimana visi pembangunan DIY
pada 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya, dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di
Asia Tenggara dalam Lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan Sejahtera. Dan
seharusnya visi misi Gubernur 2017-2022 dikembangkan secara berkelanjutan, sehingga
tidak terpisah dengan RPJPD.
Pembahasan ini menarik menurut penyusun critical review ini dikarenakan, terlihat
bahwa posisi Gubernur di DIY yang begitu kuat dapat mengakibatkan, perencanaan
pembangunan yang dibuat pada akhirnya menjadi agenda penguasa semadata dengan
memanfaatkan kekuatan teknokrasinya (Centeno & Ferraro, 2017). Karena ini seperti
pembangunan disesuaikan dengan keinginan Gubernurnya bukan hasil dari kajian kepada
masalah masyarakat.
Proses perencanaan secara birokratis juga terjadi dalam mekanisme internal DIY.
Dimana setelah Gubernur DIY menyampaikan visi dan misi untuk masa bakti 5 tahun
mendatang, Gubernur DIY akan memberikan arahan-arahan kepada OPD untuk
menerjemahkan janji politik menjadi program dan indicator capaian. Arahan Gubernur DIY
dikoordinasikan dalam ting anngaran Pemda DIY. Tim anggaran bertugas mendorong
adanya pemahaman yang sama mengenai prioritas kerja yang harus dilaksanakan oleh
semua OPD. Tim Anggaran kemudian akan membuat telaah prioritas keja untuk
menentukan strategi dan indicator untuk mencapai visi misi Gubernur DIY 2017-2022.
Telaah yang dikeluarkan oleh tim ini akan di gunakan OPD untuk diturunkan menjadi
program dan kegiatan sesuai dengan tupoksi organisasi.
Bappeda DIY dalam tim anggaran akan bertindak sebagai coordinator bidang
perencanaan dan keuangan yang akan bertanggung jawab membntu menjalankan janji
politik Gubernur DIY menjadi prioritas kerja. Bappeda DIY bertanggjawab untuk
Critical Review

memastikan bahwa indicator kerja yang disusun tidak menyebabkan adanya tumpeng
tindih peran antara OPD. Didalam jurnal ini juga dijelaskan betapa pentingnya posisi
Gubernur di dalam proses penyusunan, karena sifat kekuasaanya sebagian besar OPD baru
bergerak ketika mendapatkan mandat langsung dari Gubernur.
Dalam jurnal ini juga memaparkan penjelasan mengenai upaya mensingkronkan
RPJMD DIY dengan perencanaan pembangunan lainya.

Dilihat dari skema yang ada RPJMD DIY jelas sudah berusaha mensingkronkan dengan
berbagai perencanaan pembangunan lainya. Untuk singkronisasi dengan perencanaan
nasional dilakukan dengan melihat RPJMN 2015-2019, bentuk sinkronisasi ini dapat dilihat
dari fokusan yang diambil oleh Provinsi DIY untuk tujuan pembangunan tahun 2017-2022.
Dimana didalam RPJMN 2015-2019 adalah terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri,
dan berkeprabadian berlandaskan gotong royong. Sedangkan RPJMD DIY 2017-2022
mengambil fokusan kepada pembangunan manusia di DIY serta penguatan ekonomi di DIY
yang berbasis pada sumber daya local dan didukung oleh harmonisasi bermasyarakat dan
tata kelola pemerintah yang baik. Hal ini menjadi bukti dukungan DIY terhadap
pembangunan nasional terutama dalam bidang pengembangan masyarakat untuk menjadi
mandiri dan berkehidupan dengan bergotong royong. Singkronisasi dengan pusat pun
dilakukan melalui Musrenbang, dimana pihak pemerintah pusat yang diwakili oleh Mentri
Dalam Negri dan Mentri Bappenas, hal ini sesuai dengan Permendagri No. 86 tahun 2017,
negara mengatur bahwa semua dokumen perencanaan dari jangka panjang dan jangka
menengah mengenai pembangunan harus dikonsultasikan kepada Mendagri, sehingga
pemerintah pusat tetap mengontrol setiap daerah otonom di negara ini.

Didalam jurnal ini juga dijelaskan mengenai kekurangan dari dominasinya penggunaan
pendekatan teknokratik dalam penyusunan RPJMD.

Dalam proses perencanaan RPJMD DIY 2017-2022 nampaknya masih ada


anggapan bahwa masyarakat umum tidak tahu apa yang mereka inginkan dan
partisipasi yang berlebih hanya akan mengacaukan struktur negara. Jadi, political
elitism dari para pihak yang tidak ingin mengenali batas-batas keterampilan mereka
adalah hambatan untuk pembangunan. Perencanaan dengan fokus pada proses
teknokratik hanya akan memperkuat tujuan teknokrasi, yakni bukan asimilasi institusi
demokratis, melainkan transformasi total konstitusionalisme, yang melibatkan
pengenalan sarana berbasis pengetahuan untuk menilai kebutuhan pengembangan
Critical Review

yang diinginkan, menyelaraskan sumber daya yang tersedia, dan melakukan


mainstreaming terhadap perubahan dalam pemikiran berorientasi nilai masa depan
dan pengambilan keputusan kebijakan. Teknokrat berusaha menginformasikan,
menilai, dan mengintegrasikan infrastruktur dalam sistem manajemen berbasis
efisiensi (Owakah & Aswani, 2009).
2. Pelibatan Pemangku Kepentingan dalam Perencanaan Pembangunan RPJMD DIY 2017-
2022
Pelibatan actor lain dalam kasus perumusan RPJMD DIY ini dilakukan melalui media
Musrenbang, yang mana utujuan dari Pemda DIY adalah untuk mewadahi partisipasi
masyarakat dalam menyelaraskan perancanagan perencanaan pembangunan DIY. Dalam
pelaksanaan Musrenbang ini Pemda DIY memiliki kelemahan dalam maslah pendanaan dan
waktu, akan tetapi Pemda berusaha mengundang masyarakat dari berbagai kalangan baik
yang terkesan mendukung maupun tidak mendukung. Kalangan akademisi, lembaga
swadaya masyarakat, kalangan pengusaha juga berusaha dilibatkan. Partisipasi warga
seharusnya menyangkut keterlibatan individu dan masyarakat dalam pengambilan
keputusan tentang hal-hal yang memengaruhi kehidupan mereka. Partisipasi aktif
masyarakat bukan hanya dalam hal keterlibatan di forum Musrenbang, namun juga harus
aktif dalam implementasi dan pengawasan pembangunan sesuai target yang ditetapkan.
Forum Musrenbang hanya menjadi sarana konsultasi terhadap rancangan yang telah dibuat
oleh pihak Pemda di hadapan publik.
Dari jurnal ini penulis critical review masih melihat betapa kecilnya peran masyarakat
terhadap penyusunan perencanaan pembangunan daerahnya. Terutama masyarakat
umum (bukan akademis) karena masyarakat hanya dilibatkan dalam proses pencarian
masalah dan pemaparan dari kajian RPJMD yang sudah dilakukan oleh Pemerintah Daerah.
Hal ini menggabarkan pelibatan masyarakat hanya sebatas formalitas saja. Hal ini berbeda
dengan pihak swasta, karena dorongan kebutuhan Pemerintah dalam penyediaan dana
dalam pembangunan, Pemda DIY dirasa memiliki banyak pintu lain untuk pihak swasta
terlibat dalam penyusunan perencanaan pembangunan. Hal ini dilakukan oleh kesadaran
Pemda dimana pihak swasta akan tertarik dengan pembangunan yang memberikan
keuntungan kepada mereka, sehingga Pemda benar-benar mencoba menarik perhatian
pihak swasta untuk berinvestasi. Bentuk keterlibat swasta selain pada Musrenbang juga
terlihat dari CSR dan berlakunya Inside Acces Model
Pemerintah daerah sebagai kekuatan politik yang memiliki otoritas dalam
perencanaan pembangunan seolah membangun hubungan “terselubung” dengan
mengharapkan peran serta swasta. Peran pemerintah daerah yang kurang memiliki
posisi kuat dalam mewujudkan rencana ekonomi menyebabkan kuatnya kekuatan
negosiasi dari pasar. Proses perencanaan yang ada ditetapkan untuk pasar sehingga
peran pemerintahan semakin berkurang dalam sektor ekonomi. Di sini, pemerintah
daerah justru berperan untuk menyambut pasar dan mulai bertindak sebagai
katalisator dan fasilitator untuk investasi pasar (Srivastava, 2013).

E. Penutup
Dengn sifat kekhususan DIY ternyata tidak mengubah terlalu panyak dalam sistematika
penyusunan RPJMD, yang berbeda hanyalah situasi politik yang ada didalam tubuh Pemda
DIY. Dimana birokrasi pemerintah tunduk kepada Gubernur, yang mana untuk daerah lain
biasanya akan menjadi badan independen yang tidak terlalu terpengaruh dengan kekuasan
eksekutif. Hipotesa penulis sebelum membaca jurnal ini mengenai keterlbatan masyarakat
Critical Review

yang lebih besar dibandingkan daerah lain, ternyata tidak menemukan kebenaran. Karena
didalam jurnal ini masih mengkritik peran masyarakat yang masih sempt.

DAFTAR PUSTAKA

Bayu A, Kamim M, Amal I, Khandiq MR. Aspek Politik Perencanaan Pembangunan RPJMD
Daerah Istimewa Yogyakarta 2017-2022. J Wacana Kinerja. 2018;21(2):55-75.
http://jwk.bandung.lan.go.id/ojs/index.php/jwk/article/download/107/pdf_1

Peraturan Mentri Dalam Negri No. 54 Tahun 2010 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
8 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 N Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang
Tahun 2008 Tentang Tahun 2008 Tentang Tahapan Tahapan Tahapan, Tatacara Penyusunan,
Tatacara Penyusunan, Pengendalian Pengendalian Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaks Dan
Evaluasi Pelaks Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Anaan Rencana Pembangunan Daerah

Materi MAP UGM (Tahapan dan Tatacara Penyusuna Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah)

Anda mungkin juga menyukai