Anda di halaman 1dari 16

Tenaga Kerja Ilegal Asal China Marak di Indonesia, Menaker Layak Dicopot

Serbuan tenaga kerja ilegal asal China ternyata sudah tak terbendung lagi. Mereka marak bekerja
di proyek-proyek PLTU dan sektor pertambangan.

Memang kebanyakan mereka itu adalah pekerja yang bekerja di proyek-proyek yang didanai
oleh investor China. Namun saat ini, tren TKA ilegal China yang mengincar sektor lain pun
mulai meninggi. Ini bukti pengawasan dari Kementerian Tenaga Kerja sangat lemah.

“Sebenarnya sudah lama para pekerja asing dari China yang bekerja dengan visa turis, bukan
visa bekerja dan mereka juga tidak bisa berbahasa Indonesia maupun Inggris,” cetus Ketua
Umum Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu, Arief Poyuono, kepada Aktual.com, Selasa
(19/7).

Menurut Arief, mereka itu bukan hanya berada di sektor usaha tambang dan PLTU saja yang
marak TKA asal China yang bekerja tanpa dilengkapi visa izin bekerja. Tetapi ternyata, sudah
banyak warga negara China yang membuka usaha perdagangan di pertokoan-pertokoan di
Jakarta, yang cara berkomunikasi dalam berdagang hanya menggunakan kalkulator saja.

“Ini jelas menjadi ancaman bagi pekerja Indonesia, karena porsi lapangan kerja akan berkurang.
Dan juga tidak ada kesempatan bagi pekerja kita yang harus bekerja pada proyek-proyek dan
sektor usaha yang dihasilkan dari investastor China,” tandas Arief.

Dalam pengamatannya, serbuan TKA China ilegal ini sudah dalam jumlah besar. Namun hingga
kini, sepertinya Kemenaker tidak juga bersikap tegas. Dan pemerintah juga belum mau mendata
dan memaparkan ke publik jumlah TKA ilegal asal China tersebut.

“Sudah berapa banyak yang ada di pertambangan dan PLTU juga di sektor lain. Maka
Kemenaker ataupun Direktorat Imigrasi harus bertindak. Karena sudah mengancam kesempatan
pekerja kita,” tandas dia.

Hal ini menunjukan kalau pengawasan di Kemenaker sangat lemah. Sehingga terkesan mereka
tidak bekerja optimal dan lebih banyak pencitraan saja. Kinerja buruk Menteri Tenaga Kerja
Hanif Dakhiri ini jangan didiamkan.

Selain Menaker, kata dia, pihak yang paling bertanggung jawab dalam hal ini adalah petugas
imigrasi. Mereka tidak secara teliti ketika memberikan visa turis on arrival kepada warga negara
China, padahal WNA China itu menggunakan visa turis untuk bekerja.

“Jadi Dirjen Imigrasi perlu bekerja lebih keras dalam hal pengawasannya terhadap warga negara
asing. Tidak hanya dari China tetapi juga dari negara lain, Afrika dan Timur Tengah,” pinta
Arief.

Bahkan Arief juga minta ke Gubernur DKI Jakarta yang telah didukung Partai Golkar untuk
maju kembali di Pilkada 2017, Basuki Tjahja Purnama (Ahok), untuk tegas merazia pekerja
China ilegal di toko-toko atau pusat perbelanjaan di DKI Jakarta.

“Kinerja buruk Menaker ini, saya rasa tak dapat didiamkan. Tidak ada jalan lain selain Presiden
Joko Widodo harus mencopot Menaker,” pungkas Arief.

Polda Banten mengamankan sebanyak 70 orang tenaga kerja asing yang bekerja di
perusahaan produksi semen, PT Conch.

Polda Banten mengamankan sebanyak 70 orang tenaga kerja asing yang bekerja di
perusahaan produksi semen, PT Conch karena diduga telah bekerja secara ilegal.

"Ada laporan dari masyarakat bahwa ada perusahaan di Cilegon yang menggunakan
tenaga kerja asing yakni dari China," kata Kabidhumas Polda Banten AKBP Zaenudin di
Serang, Banten, Selasa malam (2/8/2016).

Setelah polisi mengecek, ternyata PT Conch yang beralamat di Kecamatan Pulo Ampel,
Cilegon, Banten ini telah mempekerjakan 70 orang tenaga kerja ilegal dari China.
Dua Pelaku Perdagangan Manusia di Bitung Diringkus Polisi

Selanjutnya polisi berkoordinasi dengan pihak imigrasi Banten untuk menangani puluhan
tenaga kerja ilegal tersebut. "Ternyata 35 orang di antaranya tidak punya dokumen,"
katanya.
Kemudian seluruh tenaga kerja asing ini dibawa ke Jakarta untuk diperiksa di
keimigrasian pusat.

"Semuanya dibawa ke Jakarta dan selanjutnya yang 35 orang tidak berdokumen langsung
dideportasi," katanya.

Sementara di daerah Cinangka, Serang, Banten, polisi mengamankan empat bus yang
kedapatan membawa sejumlah tenaga kerja dari China. "Empat bus itu langsung dibawa
(Imigrasi Banten) ke Jakarta untuk diperiksa," katanya.

Nopol keempat bus tersebut yakni K 1434 GA, A 7501 VL, A 7029 UL, A 7514 VL.

Zaenudin tidak merinci jumlah orang yang berada di empat bus tersebut. Namun ia
memperkirakan para tenaga kerja asing ini rencananya akan bekerja di PLTU Suralaya.
(Antara)

Ratusan WN China Diduga Kerja Ilegal di Tambang Emas Nabire

Jakarta, CNN Indonesia -- Kantor Imigrasi Kelas II Tembagapura, Timika, Papua mensinyalir
ratusan warga negara China bekerja pada perusahaan-perusahaan tambang emas rakyat di
wilayah Kabupaten Nabire tanpa melapor secara resmi kepada instansi terkait.

Kepala Kantor Imigrasi Tembagapura Jesaja Samuel Enock di Timika mengatakan dugaan
ratusan tenaga kerja asing (TKA) China bekerja ilegal itu diketahui berdasarkan laporan
masyarakat, terutama dewan adat setempat.

"Bukan puluhan orang saja, bisa sampai ratusan orang. Ini sudah berlangsung lama tanpa ada
pengawasan," kata Samuel dikutip Antara, Senin (11/6).

Samuel sendiri memimpin tim pengawasan orang asing Kantor Imigrasi Tembagapura yang
terdiri atas lima personel dengan mendatangi langsung empat lokasi tambang emas rakyat di
Nabire sejak Jumat (8/6). Hasilnya tim pengawasan Imigrasi menemukan sejumlah WN China
bekerja di lokasi itu.

Empat lokasi tambang emas rakyat di Nabire tersebut terletak di Kilometer 70, Kilometer 52,
Kilometer 38, dan Kilometer 30 ruas Jalan Trans Nabire-Enarotali Paniai. Lokasi itu berada
dalam kawasan hutan rimba Papua di wilayah Nabire, perbatasan antara Lagari dengan lokasi air
terjun.

"Kami harus jalan masuk lagi sekitar 30 meter ke arah gunung. Kami mendapat laporan dari
masyarakat bahwa terdapat lebih dari 10 lokasi tambang emas rakyat di Nabire yang juga
mempekerjakan WN Tiongkok. Sampai sekarang kami baru bisa jangkau empat lokasi tambang
emas rakyat," ujarnya.

Dari operasi di empat lokasi tambang rakyat itu, timnya mengamankan sekitar 21 WN China.
Sebanyak 13 orang di antaranya telah dibawa ke Timika dari Nabire pada Minggu (10/6) siang.
Rencananya delapan orang rekan mereka akan menyusul diterbangkan ke Timika pada Rabu
(13/6).

Samuel mengatakan banyak diantara WN China yang bekerja pada empat lokasi tambang emas
rakyat itu kabur ke hutan-hutan saat tim Imigrasi mendatangi lokasi kerja mereka pada Jumat
(8/6) dan Minggu (9/6).

"Ada banyak yang lari ke hutan. Kami minta pihak sponsor mereka untuk segera mendatangkan
mereka. Operasi penertiban yang kami lakukan memang sifatnya rahasia, kami tidak
menggunakan bantuan dari pihak yang lain karena takut hal ini bocor. Saya hanya bersama lima
orang staf," jelas Samuel.

Ditahan

Kini 13 WN China yang telah dievakuasi ke Timika kini menjalani penahanan sementara di
ruang detensi Imigrasi Tembagapura guna menunggu pemeriksaan lebih lanjut. Imigrasi masih
menunggu pengiriman dokumen keimigrasian mereka oleh pihak penjamin.

Saat pemeriksaan awal di lokasi tambang emas rakyat di Nabire, para pekerja asal China tersebut
tidak bisa menunjukkan dokumen keimigrasian kepada petugas.

Mereka diduga kuat melanggar Pasal 71 jo Pasal 116 jo Pasal 112 UU Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian.

Saat dilakukan penertiban, sejumlah WN China tersebut sempat melakukan perlawanan atau
tidak mau dibawa oleh petugas.

"Mungkin mereka merasa di-backing-i. Mereka memaksa kami untuk membawa ke Kantor
Polsek terdekat, namun kami tetap berpendirian tegas bahwa mereka melanggar pidana
keimigrasian, bukan pidana umum," jelas Samuel.

Ia menambahkan, masyarakat terutama Dewan Adat Nabire sangat membantu pengungkapan


adanya seratusan WN China yang diduga sebagai pekerja ilegal pada tambang-tambang emas
rakyat di wilayah Papua itu. Masyarakat merasa tidak puas dan dibohongi oleh perusahaan-
perusahaan tempat WN China itu bekerja karena yang membawa alat berat dan melakukan
proses produksi semuanya pekerja dari China.

"Tidak ada tenaga kerja lokal yang terlibat dalam proses produksi, bahkan dilarang untuk
diikutsertakan. Maka masyarakat tidak pernah tahu berapa hasil produksi tambang-tambang itu,"
jelas Samuel.

Di sisi lain, katanya, aktivitas pertambangan emas rakyat pada sejumlah lokasi di Nabire itu juga
sangat merusak ekosistem lingkungan dan kawasan hutan setempat.

"Kami menyaksikan proses produksi jalan terus, tanah dan hutan semua hancur, lalu muncul
kolam-kolam buatan dimana-mana. Kami tidak punya urusan dengan soal-soal itu, kami hanya
berhubungan dengan keberadaan orang asing saja yang bekerja tanpa dilengkapi dengan
dokumen yang dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan," kata Samuel. (osc)

Tenaga Kerja Ilegal Asal China Kuasai Perusahaan Batubara


SM Said
Sebuah perusahaan yakni PT Tadjahan Antang Mineral (TAM) dipimpin sejumlah TKA ilegal
asal China. Perusahaan ini bergerak di bidang usaha pertambangan batubara di Kalimantan
Tengah. Ilustrasi/SINDOnews
A+ A-

JAKARTA - Informasi masuknya tenaga kerja asing (TKA) asal China sudah lama beredar.
Ironisnya di antara TKA asal China tersebut ada yang masuk dengan visa kunjungan alias tanpa
izin kerja (ilegal).

Padahal kenyataannya mereka datang untuk bekerja. SINDOnews mendapat data salah satu
perusahaan yang dipimpin oleh sejumlah TKA ilegal asal China adalah PT Tadjahan Antang
Mineral (PT TAM). Perusahaan ini bergerak di bidang usaha pertambangan batubara di
Kalimantan Tengah.
PT TAM merupakan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Batubara.
Lokasi usaha kerjanya di Desa Tumbang Baringei, Kecamatan Kurun dan Rungan, Kabupaten
Gunung Mas, Kalimantan Tengah dengan area pertambangan seluas sekitar 10.000 hektare.
“Sekitar 2017, pemegang saham PT TAM menjual sebagian sahamnya kepada pihak asing
(Hong Kong Manshi lnvestment Company Limited),” kata J Hendra K, karyawan bagian admin
personalia, kepada SINDOnews, Kamis (17/5/2018).

Dengan masuknya pihak asing, maka beberapa jabatan di PT TAM diduduki perwakilan dari
Hong Kong Manshi lnvestment Company Limited (melalui perusahaan-perusahan yang
ditunjuknya yaitu Danburite Capital Ltd dan PT Mitra Sentosa lnvestama). Mereka yang
menduduki PT TAM yakni Gary Zhu (komisaris utama), Liu Qiang (komisaris), Liu Yu Qing
(komisaris), Wang Guicheng (direktur), Feng Xiang (direktur), Liu Xin Zhong (direktur), dan Fu
Yi (deputi CFO).

Setelah berjalannya waktu, Hendra mengetahui ternyata para bosnya tersebut tidak memiliki izin
bekerja di Indonesia. Mereka tidak memiliki Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS), Izin
Mempekerjakan Tenaga Asing (IMTA), dan dokumen-dokumen perizinan lainnya.

Untuk masuk dan bekerja di Indonesia, mereka hanya menggunakan visa kunjungan saat
kedatangan (visa on arrival). “Sehingga tindakan-tindakan yang dilakukan para tenaga kerja
asing tersebut patut diduga merupakan pelanggaran terhadap aturan dan ketentuan terkait
ketenagakerjaan,” ujarnya.

Para TKA China tersebut melakukan pekerjaan yang di antaranya berupa membuat dan
menandatangani surat-surat atas nama PT TAM, menandatangani perjanjian-perjanjian,
melakukan transaksi di bank, menyewa kantor, dan melakukan pekerjaan di lokasi tambang.
“Dengan demikian sudah sangat jelaslah bahwa tindakan-tindakan para tenaga kerja asing
tersebut adalah ilegal dan telah melanggar peraturan,” tegasnya.

Hendra mengaku pernah mendapatkan surat penunjukan dari direktur utama PT TAM untuk
membantu mengelola kelengkapan data guna audit pajak dan administrasi personalia perusahaan.
“Sehingga berdasarkan hal tersebut saya mengetahui informasi ini,” tuturnya.

(poe)
Berapa sebenarnya jumlah tenaga kerja asal Cina yang masuk ke Indonesia?

Kekhawatiran akan serbuan tenaga kerja asing asal Cina yang masuk ke Indonesia
semakin menguat beberapa waktu terakhir ini. Tetapi benarkah serbuan itu terjadi dan
bagaimana pemerintah serta pengamat dan DPR menanggapinya?

Perdebatan di masyarakat soal jumlah tenaga kerja asing, terutama asal Cina, yang masuk ke
Indonesia terus terjadi. Sebagian mengatakan jumlah mereka mencapai 10 juta orang tapi angka
ini dibantah oleh Direktur Jenderal Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan
Kesempatan Kerja, Kementerian Ketenagakerjaan, Hery Sudarmanto.
"Di kita, tenaga kerja asing yang terdaftar di Kemenaker, khusus dari Cina ada 21.271, mereka
adalah yang mengajukan perizinannya. Dari sidak di lapangan, kalau 10 juta itu, katakan
sekarang melalui data orang (asing dari Cina) yang masuk ke Indonesia tidak sebanyak itu.
Sekarang begini saja, dari pariwisata yang masuk tahun ini, ada nggak 10 juta?" kata Hery.

Terkait jumlah tenaga kerja asing asal Cina yang masuk ke Indonesia, Komisi III DPR
rencanananya akan memanggil Dirjen Imigrasi usai masa reses, yaitu pada 2017 nanti.

Anggota DPR dari Komisi III Muslim Ayub mengatakan bahwa fokusnya nanti adalah untuk
memastikan, apakah para warga negara Cina yang masuk ke Indonesia benar turis atau
menggunakan visa turis untuk bekerja.

"Tenaga kerja termasuk di perkebunan, tambang emas, batu bara, pekerja-pekerja karet, yang
sudah masuk dari Cina. Saya yakin itu bukan 21.000, saya tidak menafsirkan itu sampai 10 juta,
tapi bagi saya, sampai hampir mencapai satu juta, itu sangat memungkinkan," kata Muslim.

Menurutnya, saat mengunjungi pabrik di Tangerang yang dia lupa namanya, "memang semua
dipekerjakan, tenaga-tenaga kerja (asal) Cina".

"Itu yang ada di daerah itu saja, di Pulau Jawa, lain barangkali yang ada di Kalimantan,
Sulawesi, Papua, dan lain sebagainya, itulah yang penting, akan kami panggil pihak Imigrasi,
berapa sebenarnya yang valid?" tambahnya.

Sementara itu pengamat ketenagakerjaan dari Universitas Airlangga Hadi Subhan mengingatkan
bahwa terlepas dari jumlah tenaga kerja asing asal Cina yang ada di lapangan, persoalan
sebenarnya ada pada pengawasan terhadap izin yang dinilainya belum mencukupi.

"Menurut perundang-undangan di Indonesia, yang boleh masuk itu adalah tenaga kerja hanya
yang (posisinya) tidak bisa diisi oleh tenaga kerja lokal. Hampir mayoritas (tenaga kerja asing
Cina yang masuk) tidak memenuhi perizinan, karena mereka yang dikatakan menyerbu ke
Indonesia adalah tenaga-tenaga kerja kasar, dan itu tidak ada ruangnya dalam kesepakatan
(dagang) apapun," kata Hadi.

Selain itu, Hadi menyebut soal ketidakseimbangan jumlah pengawas dengan perusahaan yang
ada.

"Di Jawa Timur, ada 40.000 perusahaan, tapi jumlah pengawas seluruh Jawa Timur itu hanya
200 orang. Di Surabaya saja ada 15.000 (perusahaan), pengawas hanya 15 orang, bagaimana
mungkin satu orang akan mengawasi 1.000 perusahaan?"

Hery membenarkan bahwa terjadi berbagai pelanggaran di lapangan terkait penyalahgunaan izin
kerja tenaga kerja asing asal Cina.
Modus yang ditemukan oleh Kemenakertrans termasuk mencantumkan posisi tenaga ahli, seperti
mechanical engineering atau manajer quality control, namun ternyata pada kenyataannya posisi
yang dikerjakan oleh para pekerja asing ilegal asal Cina tersebut tidak sesuai dengan yang
dicantumkan.

Selain itu, pihaknya juga menemukan pekerja-pekerja asing ilegal yang memang tidak memiliki
izin kerja sama sekali.

Saat ditanya berapa banyak sebenarnya tenaga kerja asing ilegal asal Cina yang
menyalahgunakan atau malah tidak memiliki izin, Hery menyatakan mereka "belum bisa
memprediksi (jumlah) yang ilegal".

"Kalau mendapatkan tenaga kerja asing yang tidak sesuai dengan jabatan atau mencurigakan,
tolong sampaikan kepada kami," kata Hery.

Dan terhadap kekhawatiran akan kemungkinan keberadaan tenaga kerja asing dalam merebut
lapangan pekerjaan bagi WNI, Hery menambahkan, "Justru saat ini kami sedang meningkatkan
pengawasan."

Kementerian Ketenagakerjaan mencatat jumlah tenaga kerja asing yang ada di Indonesia per
November 2016 adalah 74.183 orang.

Dan Cina, dengan 21.271 tenaga kerja, menjadi negara yang paling banyak mengirimkan tenaga
kerjanya ke Indonesia, dan Jepang berada di posisi kedua dengan jumlah 12.490 tenaga kerja.

Mereka banyak terbanyak tersebar di sektor perdagangan dan jasa.


Menakertrans Hanif Dhakiri mengatakan bahwa kementeriannya pada 2016 sudah memulangkan
700 tenaga kerja asing ilegal

Disnaker Aceh Temukan 51 Tenaga Kerja Ilegal asal China di PT LCI Kontributor Banda Aceh,
Daspriani Y Zamzami Kompas.com - 19/01/2019, 14:51 WIB Informasi soal pelaporan terkait
tenaga kerja asing ilegal.(Instagram TMC Polda Metro Jaya) BANDA ACEH, KOMPAS.com -
Sebanyak 51 warga negara asal China kedapatan menyalahi visa kunjungan dengan menjadi
Tenaga Kerja Asing (TKA) pada PT Lafarge Cement Indonesia (LCI), Lhoknga, Kabupaten
Aceh Besar. Kepala Biro Humas dan Protokoler Pemerintah Aceh Rahmad Raden membenarkan
ada TKA yang bekerja di PT LCI menyalahi aturan. Mereka diminta agar bisa meninggalkan
Aceh paling lambat Sabtu (19/1/2019) sore ini. “Benar, mereka kedapatan dan kemudian
diketahui menyalahi aturan,” kata Rahmad Raden, Sabtu, di Banda Aceh. Baca juga: Demo
Tolak Tenaga Kerja Asing Ricuh, Massa Rusak Ruang Kepala Dinas Menurut Rahmad,
keberadaan tenaga asing yang bekerja secara ilegal ini diketahui setelah Dinas Tenaga Kerja
( Disnaker) melakukan sidak ke PT LCI tanggal 15 Januari 2019 lalu. Dari hasil sidak tersebut,
51 TKA asal China yang bekerja di sana tidak dilengkapi surat-surat resmi. Perusahaan sudah
diberi peringatan agar TKA itu melengkapi izin berja mereka di Aceh. Namun, pihak perusahaan
belum juga memenuhinya, sehingga Pemerintah Aceh mengambil sikap untuk mendeportasi
seluruh TKA tersebut. “Karena belum juga mengurus izin kerja di Aceh, maka kita meminta agar
mereka keluar dari Aceh,” ujar Rahmad. Pihaknya menyebut tetap akan meminta mereka keluar
dari Aceh secara persuasif dan dengan cara-cara yang santun. Sementara itu, Humas PT LCI,
Farabi membenarkan ada 51 TKA yang sedang bekerja di PT LCI. Namun, perusahaan tidak
mengetahui secara detail dokumen para pekerja, karena mereka disebut bukan berada langsung
di bawah manajemen PT LCI. Baca juga: Di Kendari, Sandiaga Bicara Pentingnya Edukasi
Bencana Alam hingga Tenaga Kerja Asing Farabi mengaku, pihaknya saat ini sedang melakukan
investigasi dan mengumpulkan data. “Benar ada tenaga asing itu. Tetapi, mereka itu bukan
karyawan langsung PT LCI, tetapi pihak ketiga,” kata Farabi. Menurut Farabi, 51 TKA itu
bekerja pada perusahaan lain yang sedang mengerjakan suatu pekerjaan di bagian kelistrikan, di
PT LCI. “Setelah ini (setelah melakukan investigasi), saya akan kabarkan ke media untuk
meluruskan opini publik,” ujar Farabi.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Disnaker Aceh Temukan 51 Tenaga Kerja
Ilegal asal China di PT LCI", https://regional.kompas.com/read/2019/01/19/14515391/disnaker-
aceh-temukan-51-tenaga-kerja-ilegal-asal-china-di-pt-lci.
Penulis : Kontributor Banda Aceh, Daspriani Y Zamzami
Editor : Robertus Belarminus

Jakarta - Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri menyebut jumlah tenaga kerja asing (TKA)
ilegal di Indonesia mayoritas dari China.

"Yang paling banyak saya belum cek ya. Tapi kemungkinan paling banyak bisa jadi paling
banyak dari China. Tapi dari segi jumlah tidak terlalu besar," kata Hanif kepada detikFinance
dalam acara Blak-blakan, Jumat (27/4/2018).

Kata dia, jumlah TKA ilegal secara total di Indonesia yang sudah ketahuan sebanyak ratusan.
Tapi Hanif tak menyebutkan angka pastinya.

"Kalau data kita hanya ratusan. Kalau data kita dari kasus yang kita lihat kan jumlahnya masih
ratusan," ujarnya.

Hanif tak ingin isu semacam ini membuat TKA asal China digeneralisasir seluruhnya ilegal dan
membuat masyarakat berpandangan negatif terhadap TKA secara umum. Dia bilang, tenaga
kerja asing dan tenaga kerja ilegal adalah dua kasus berbeda yang tidak bisa digeneralisir.

"Ini jangan sampailah karena ini sentimen, kita seolah-olah, karena kalau saya lihat satu
perbandingannya, TKA di negara lain jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan porsi penduduk.
Singapura misalnya TKA nya hampir seperlima dari jumlah penduduk," sebutnya.

Sementara jumlah TKA di Indonesia tidak sebanyak itu porsinya jika dibandingkan jumlah
penduduknya.

"Lah kita kalau tenaga kerja asing 85 ribu dibandingkan 263 ribu itu berapa persen. Itu jauh di
bawah 0,1%. Belum lagi kalau kita ngomong TKI kita. TKI kita di luar negeri jumlahnya besar
sekali. Data World Bank sama BPS menyatakan 9 juta TKI kita di luar negeri," tambah Hanif.

Baca juga: TKA Masuk RI Dipermudah, Investasi Bisa Naik Berapa Banyak?

(eds/eds)

TKI di China Lebih Besar Dibandingkan Jumlah Pekerja China di RI

Dedy Afrianto, Jurnalis · Rabu 21 Desember 2016 17:23 WIB

JAKARTA - Tenaga kerja asing (TKA) asal China hingga saat ini telah mencapai 21 ribu tenaga
kerja yang bekerja pada berbagai sektor. Besarnya jumlah tenaga kerja ini pun menjadi salah satu
sorotan masyarakat di Indonesia.
Hanya saja, jumlah tenaga kerja Indonesia (TKI) di Indonesia ternyata jauh lebih besar
dibandingkan jumlah TKA China di Indonesia. Untuk daratan China saja, terdapat sekira 81 ribu
TKI asal Indonesia. Angka ini belum termasuk jumlah TKI pada daerah yurisdiksi China
lainnya.

"Pada saat saya menyatakan jumlah TKA dari china dibanding TKI di China lebih besar TKI di
China, orang marah. Padahal itu faktanya. Misal TKI di China 81 ribu, sementara TKI di
Hongkong 153 ribu, di Macau 16 ribu, Taiwan saja 200 ribu," tutur Menteri Tenaga Kerja
(Menaker) Hanif Dhakiri di Menara Kadin, Jakarta, Rabu (21/12/2016).
Menaker pun meminta agar isu ini tidak dibesar-besarkan. Pasalnya, hal ini mampu memberikan
sentimen negatif bagi tenaga kerja Indonesia. Masyarakat pun diminta untuk tetap tenang karena
pemerintah akan terus mengawal isu TKA ilegal pada berbagai daerah di Indonesia.
"Jadi ini harus dipahami secara rasional. Jangan sampai isu TKA ini dibawa-bawa ke mana-mana
sehingga membangun sentimen-sentimen yang tidak sehat bagi demokrasi kita maupun untuk
persatuan bangsa," pungkasnya.

Ombudsman Temukan Banyak Pekerja Kasar China Kerja di Indonesia


JAKARTA - Anggota Ombudsman RI Laode Ida mengatakan bahwa arus tenaga kerja asing
yang masuk ke Indonesia tercatat sangat tinggi. Bahkan tenaga kerja asing dari Tiongkok yang
bekerja di Tanah Air mendominasi dibandingkan para TKA dari negara lain.

"Arus TKA Tiongkok begitu deras, tiap hari masuk ke negeri ini," kata Anggota Ombudsman RI
Bidang Pengawasan Sumber Daya Alam, Tenaga Kerja dan Kepegawaian, Laode Ida di Gedung
Ombudsman RI, Jakarta, Kamis (26/4/2018).

Temuan ini merupakan hasil investigasi mengenai permasalahan tenaga kerja asing (TKA) di
Indonesia. Dalam investigasi itu, Ombudsman menemukan bahwa banyak di antara para TKA
yang bukan tenaga ahli, melainkan hanya pekerja kasar tanpa keahlian. "Sebagian dari mereka
itu 'unskill labour'," ucapnya.

Selain itu, pihaknya juga menemukan bahwa banyak TKA yang bekerja tidak sesuai dengan
bidang yang tercantum pada visa kerja dan izin mempekerjakan tenaga asing (IMTA).
Baca Juga : Menaker: Tenaga Kerja Asing di Indonesia Harus Punya Keahlian
Persoalan lainnya bahwa belum terintegrasinya data di kementerian dengan pemerintah daerah
mengenai jumlah, persebaran dan alur keluar masuk TKA di Indonesia. "Instansi-instansi tidak
sinkron datanya mengenai tenaga kerja asing ini," tuturnya.

Sementara dari sisi pengawasan, menurut dia, tim pengawasan orang asing (tim pora) terhadap
TKA belum maksimal.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan belum maksimalnya pengawasan oleh tim pora yakni
ketidaktegasan tim pora terhadap pelanggaran di lapangan, keterbatasan jumlah anggota tim pora
dan lemahnya koordinasi antarinstansi, baik di pusat maupun daerah.
Selain itu, Ombudsman RI juga menemukan bahwa banyak di antara TKA yang masih aktif
bekerja, padahal masa berlaku IMTA sudah habis dan tidak diperpanjang.
Baca Juga : Wapres JK: Kemudahan Izin Tenaga Kerja Asing Tidak Perlu Dikhawatirkan

"Banyak juga TKA yang jadi buruh kasar, TKA telah jadi WNI tapi tidak punya izin kerja. Juga
ada yang perusahaan pemberi kerja tidak dapat dipastikan keberadaannya," ungkapnya

Penjajahan China Terhadap Indonesia Melalui Tenaga Kerja

Indonesia merupakan negara peringkat 4 dengan penduduk terbanyak di dunia setelah China,
India, dan Amerika Serikat dengan jumlah penduduk kurang lebih sebanyak 255,461,700 per 1
Juli 2015. Hal tersebut tentu memberikan dampak positif dan negatif bagi Indonesia. Positifnya,
Indonesia mengalami bonus demografi dimana pertumbuhan penduduk muda di Indonesia lebih
banyak ketimbang penduduk usia lanjut. Sementara negatifnya, Indonesia rawan akan
permasalah-permasalahan sosial kependudukan seperti banyaknya tenaga kerja siap pakai yang
belum tentu mereka mendapat lapangan pekerjaan. Sedikitnya lapangan pekerjaan yang tersedia
membuat semakin banyak pengangguran yang bermunculan. Sementara dengan semakin
banyaknya pengangguran akan menimbulkan permasalahan perekonomian yang juga akan
berimbas ke berbagai permasalahan sosial lainnya. Dengan banyaknya pengangguran, maka
angka kriminalitas di Indonesia juga akan semakin meningkat.

Namun seiring berkembangnya permasalahan sosial di Indonesia, muncul isu hangat tentang
banyaknya tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia. Di media dikabarkan bahwa jumlah
tenaga kerja asal Tiongkok yang berada di Indonesia sekarang telah mencapai 10 juta pekerja.
Kabar tersebut dibantah oleh Menteri Ketenagakerjaan, M. Hanif Dhakiri. Menaker mengatakan
bahwa Kementerian Ketenagakerjaan telah melakukan seleksi ketat terhadap keberadaan Tenaga
Kerja Asing (TKA) untuk memastikan tidak adanya pelanggaran terkait aturan ketenagakerjaan.
Menaker juga meyatakan bahwa pada 1 Januari 2014 – Mei 2015, jumlah TKA asal Tiongkok
yang tercatat sebanyak 41.365 orang sementara yang masih berada di Indonesia adalah sebanyak
12.837 orang. Penambahan tenaga kerja Tiongkok hanya sekitar 14-16 ribu tahun tiap tahunnya,
sehingga kabar tentang terjadinya serbuan besar-besaran TKA Tiongkok dirasa berlebihan.
Kemungkinan data tersebut diambil dari data kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.

Segala bentuk pemberitaan tentang TKA memang mulai banyak bermunculan setelah
diberlakukannya MEA. Hal tersebut seharusnya tidak hanya menjadi perhatian pemerintah,
melainkan seluruh masyarakat Indonesia. Masyarakat harus selalu meningkatkan kemampuan
dan daya saing mereka agar tidak kalah dengan TKA. Kedatangan para TKA memang tidak bisa
dibendung dan dipungkiri. Satu-satunya filter yang dimiliki oleh Indonesia adalah aturan-aturan
tentang tenaga kerja asing yang dipantau langsung oleh pemerintah melalui Kemenaker. Filter
tersebut dimaksudkan untuk mengontrol jumlah TKA yang masuk ke Indonesia. Untuk itu,
pemerintah harus bekerja dengan sangat teliti agar tidak ada TKA yang masuk secara bebas ke
Indonesia.

Bagaimana Regulasi tentang TKA di Indonesia ?

Regulasi tentang TKA telah diatur melalui Permenaker Nomor 16 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Penggunaan TKA. Di antaranya, TKA harus memiliki sertifikat kompetensi atau berpengalaman
kerja minimal 5 tahun serta ada jabatan tertentu yang tertutup bagi TKA, jabatan yang hanya
diberi izin kerja selama 6 bulan tidak boleh diperpanjang. Ada juga aturan tentang perekrutan
TKA dimana setiap merekrut satu TKA, di saat yang sama perusahaan juga harus merekrut
tenaga kerja dalam negeri (TKDN), serta adanya kewajiban TKA didampingi oleh TKDN dalam
rangka alih teknologi dan ilmu. TKA juga harus mempunyai pengalaman kerja selama 5 tahun
dalam bidang yang diajukan.

Berbagai regulasi memang telah dibuat dan dijalankan, terutama dalam prosedur penyaringan
TKA di Indonesia. Namun perlu diwaspadai akan adanya celah-celah yang bisa dimanfaatkan
oleh TKA. Pemerintah harus terus melakukan pengawasan terhadap para TKA. Seperti banyak
ahli hukum mengatakan, semakin kompleks aturan hukum yang ada maka akan semakin
kompleks juga upaya dalam mencari celah hukum. Masyarakat juga harus turut serta secara aktif
memantau TKA yang berada di Indonesia berikut mengetahui tentang regulasi-regulasi tersebut
agar fungsi pengawasan dapat berjalan secara maksmial.

Bentuk pelanggaran yang biasa dilakukan oleh para TKA secara umum dapat dibagi menjadi dua
pelanggaran, yaitu pelanggaran imigrasi dan pelanggaran ketenagakerjaan. Yang termasuk dalam
pelanggaran imigrasi yaitu ketika TKA tidak memiliki izin tinggal atau izin tinggal yang dimiliki
telah kadaluarsa (overstay). Dalam hal ini pemeriksaan dilakukan oleh pengawas imigrasi di
bawah Kementrian Hukum dan Ham. Sementara yang termasuk pelanggaran ketenagakerjaan
adalah ketika para TKA mengantongi izin kerja namun penggunaannya tidak sesuai dengan izin
yang dimiliki. Para TKA yang melanggar dapat dikenai sanksi pidana kurungan penjara mulai 1-
5 tahun dan denda Rp 10-400 juta serta terdapat sanksi deportasi dan bagi perusahaan yang
melanggar akan dimasukkan ke dalam blacklist.

Kondisi di Lapangan

Pengawasan ketat terhadap TKA seharusnya dapat dilakukan sampai ke daerah-daerah yang ada
di Indonesia. Salah satu media online memberitakan bahwa di Sulawesi Tenggara, tepatnya di
Kabupaten Konawe terdapat 500 warga negara Cina yang bekerja di perusahaan pertambangan
PT Virtue Dragon Nikel Industri. Namun hal tersebut belum diverifikasi oleh Dinas Tenaga
Kerja. Sementara jumlah TKDN hanya terdapat 246 orang. Para TKA bekerja sebagai tukang
masak, sopir, office boy, ahli konstruksi, hingga buruh bangunan. Tentu hal ini sangat
bertentangan dengan aturan yang telah dibuat oleh pemerintah.

Banyaknya TKA asing dinilai tidak membawa dampak positif maupun keuntungan bagi
Kabupaten Konawe. Diduga perekrutan tenaga kerja Tiongkok tersebut dilakukan secara ilegal.
Sangat disayangkan hal tersebut masih terjadi di Indonesia terutama di daerah-daerah. Karena
memang pengawasan oleh pusat masih memiliki batasan, dimana hal tersebut seharusnya mampu
diakomodasi oleh Pemda setempat. Pemda juga mengakui tidak bisa melakukan apa-apa lantaran
tidak terdapat nota kesepatakan dengan PT. Virtue perihal perekrutan tenaga kerja. Hal ini
seharusnya menjadi koreksi bagi pemerintah Indonesia bahwa masih banyak yang harus
dipersiapkan dan dibenahi untuk mengantisipasi adanya exodus secara besar-besaran oleh TKA
asal Tiongkok

Peluang Bersaing Sehat

Kita sebagai orang pribumi harus mampu bersaing dengan para pendatang. Jangan sampai
penjajahan di Indonesia kembali terulang walaupun dengan bentuk dan jenis invasi yang
berbeda. Hal ini bukan murni tugas dari pemerintah melainkan merupakan tugas seluruh Warga
Negara Indonesia. Pemerintah dan masyarakat harus berperan secara sinergis agar kesejahteraan
di Indonesia dapat terwujudkan. Yang akan menjadikan Indonesia bangsa yang hebat tidak lain
dan tidak bukan adalah masyarakat Indonesia sendiri. Tidak mungkin orang lain akan menyapu
pekarangan rumah kita.

Demi mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang makmur dan sejahtera, masyarakat harus
selalu mengembangkan diri. Sektor pendidikan harus terus ditingkatkan agar menghasilkan
tenaga-tenaga yang handal yang dapat bersaing tidak hanya di dalam negeri namun juga sampai
keluar negeri.

Pemerintah dan instansi berwenang juga harus bekerja secara maksimal dalam memantau para
TKA yang ada di Indonesia. Aturan-aturan juga harus selalu di tegakkan. Jangan sampai ada
unsur kepentingan-kepentingan yang memanfaatkan celah yang pada akhirnya akan merugikan
bangsa Indonesia. karena apapun sumber daya yang dimiliki di Indonesia tidak lain dan tidak
bukan adalah untuk bangsa Indonesai sendiri. Semoga bisa menjadi renungan kita bersama

Jaringan Advokasi Tambang Laporkan Ada Ribuan TKA Ilegal di Sulawesi Tengah
Jakarta, KPonline – Belasan orang yang mengatasnamakan diri dari Jaringan Advokasi
Tambang (JATAM) Sulawesi Tengah, mendatangi kantor Imigrasi Sulawesi Tengah, di Jalan
Kartini, Kota Palu, Kamis 2 Februari 2017. Kedatangan mereka tersebut guna menuntut adanya
TKA (tenaga kerja asing) ilegal yang banyak bekerja di sektor pertambangan di wilayah
setempat.

“Kami minta pertanggungjawaban pihak Imigrasi dalam pengawasan terhadap pekerja asing
ilegal di wilayah Sulawesi Tengah,” kata Alkiat, koordinator aksi dalam orasinya di Kantor
Imigrasi Sulawesi Tengah, Kamis 2 Februari 2017.

Menurut Alkiat, banyak tenaga kerja asing asal Cina masuk di Sulawesi Tengah yang bekerja
hanya mengantongi visa kunjungan wisata. Beberapa fakta lapangan, kedatangan TKA di
Sulawesi Tengah, di dominasi oleh tenaga kerja yang bekerja di sektor pertambangan.

Di Kabupaten Morowali, sesuai dengan data terbaru dari dinas tenaga kerja dan transmigrasi
Sulawesi Tengah, bahwa jumlah tenaga kerja asing sebanyak 1.292 orang. Khususnya para
Tenaga Kerja Asing (TKA) yang bekerja di lokasi pembangunan smelter di Kawasan Industri
Morowali Tsiangshan di Kecamatan Bahodopi, perusahaan pertambangan PT IMIP, PT SMI, PT
GCMS, PT ITSS, PT BLNI, PT IRNC, PT Tamaco, PT Transon Bumindo, PT Wangxiang
Nickel, PT Hengjaya Mineralindo, PT TAS, dan PT Bintang Delapan Mineral.

Data ini pun berbanding terbalik dengan keterangan beberapa mantan karyawan di PT IMIP,
dijelaskan bahwa jumlah tenaga kerja asing dalam perusahaan itu mencapai angka 6.000 orang.
Dari jumlah tersebut, Jatam menilai tidak adanya pengawasan yang dilakukan oleh pihak
Imigrasi. “Kami menilai, disini tidak ada pengawasan, sehingga dengan mudah pekerja asing itu
masuk secara ilegal di Sulawesi Tengah,” kata Alkiat.

Jatam menyebutkan, beberapa tenaga kerja asing yang bekerja di lokasi pertambangan khususnya
di wilayah Morowali itu rata-rata menguasai bidang pekerjaan mulai dari pekerjaan menyusun
batu bata, mendorong lori dan pekerjaan kecil lainnya (non skil) yang hanya membutuhkan
tenaga saja. Sementara mengacu kepada Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
nomor: KEP.247/MEN/X/2011, tentang jabatan yang dapat di duduki oleh tenaga kerja asing
pada kategori konstruksi, tenaga kerja asing asing hanya diwajibkan menempati jabatan seperti
komisaris, direktur, manajer, dan ahli teknik.

Dari sejumlah kasus ketimpangan penanganan, bahkan pelanggaran yang dilakukan tenaga kerja
asing ilegal yang masuk di Sulawesi Tengah, Jatam Sulawesi Tengah mendesak pemerintah
segera melakukan evaluasi menyeluruh kepada perusahaan-perusahaan tambang, baik dari segi
kerusakan alam, dampak lingkungan, penggusuran dan pemakaian tenaga kerja yang tidak
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kemudian berikan sanksi kepada perusahaan yang
tidak memberi dampak kesejahteraan kepada rakyat sekitar tambang.

Selain itu, Jatam meminta kepada pihak Imigrasi, agar segera menertibkan ketimpangan tenaga
kerja asing di Sulawesi Tengah, segera melakukan pengawasan yang ketat di setiap TPI, dan
segera mendeportasi tenaga kerja asing yang melanggar ketentuan aturan keimigrasian.

Sementara itu, Kepala Imigrasi Sulawesi Tengah, Suparman yang menerima langsung peserta
aksi tersebut, mengatakan, pihaknya akan menindaklanjuti apa yang sudah disampaikan oleh
pihak Jatam Sulawesi Tengah terkait banyaknya tenaga kerja asing ilegal bekerja di Sulawesi
Tengah. “Secepatnya, kami akan turun lapangan. Jika benar faktanya dilapangan benar terjadi,
maka kami akan segera melakukan deportasi terhadap tenaga kerja asing ilegal tersebut,”
katanya.

Anda mungkin juga menyukai