Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MANAJEMEN KONFLIK DAN BENCANA

Nama Kelompok :
1. Wiliam Lete Boro (42119117)
2. Karmelia Susana Kowan Sareng (42119088)
3. Rosalistriana Sanita (42119093)
4. Maria Gabriela Blutuk Mbejo (42119123)
5. Getrudis M. Taubnaj (42119132)
BURUH IMIGRAL ILEGAL KOTA KUPANG

 Aktor-aktor yang terlibat


- Pemerintah Indonesia
- Pemerintah Malaysa
- Migrant Care
- UPT Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Kupang

 Akar permasalahan
Jenazah tenaga kerja perempuan asal NTT yang tewas di Malaysia dipulangkan ke tanah
air. Sebelum kematiannya ia dipaksa tidur bersama anjing dan ditemukan warga dalam
kondisi penuh luka. Sabtu 17 Februari 2018 jenasah Adelina Sau dipulangkan ke
kampung halamannya di Kabupaten Timor Tengah, Selatan Nusa Tenggara Timur.
Adelina merupakan korban ke-9 dari kematian beruntun buruh migran Indonesia asal
NTT di tahun 2018 ini hingga bulan Februari 2018. Mahkamah Persekutuan Malaysia
yang bersidang pada kamis (9/12/2012) mengeluarkan surat perintah penangkapan
terhadap majikan Adellina Lisau, pekerja migran asal Nusa Tenggara Timur. Surat
perintah penangkapan terhadap majikan Adelina Lisau, Ambika MA Shan (63)
dikeluarkan karena ia tidak menghadiri persidangan, meskipun telah diberi
pemberitahuan beberapa kali, kata jaksa penuntu umum, Mohd Dasuki Mokthar.
Pelaku sempat dibebaskan
Ambika MA Shan didakwa pasal pembunuhan dengan ancaman maksimal hukuman
mati, sementara putrinya R Jayavartiny didakwa mempekerjakan Adelina secara illegal.
Namun pada April 2019, Pengadilan Tinggi membebaskan dan putusan itu dikuhkuhkan
pengadilan banding pada 22 september 2020. Terdakwa majikan akan dibebaskan murni
dari jeratan pidana, memperkukuhkan putusan siding banding atau persidangan untuk
terdakwa dilanjutkan Kembali. Saat diselamatkan pada ferbruaru 2018, Adelina
ditemukan dengan kondisi tangan dan kakinya penuh dengan luka bakar, luka yang
mengeluarkan cairan ini adalah akibat dari penggunaan bahan kimia untuk
membersihkan toilet dan tidak pernah diobati. Wajahnya bengkak dan dia sangat
ketakutan saat petugas menyelamatkannya. Para suster dan dokter juga di rumah sakit
Bukit Mertajam, penang juga terkejut dengan luka-luka di sekujur badannya. Adelina tak
tertolong dan ia meninggal pada 11 ferbruari 2018, lima tahun setelah ia pertama tiba di
Malaysia.
Hari- hari terakhir Adelina di Malaysia
Adelina diselamatkan dari rumah majikannya setelah anggota perlemen, steven sim
mengontak polisi. Steven juga mengontak Tenaganita yang sebelumnya sudah
berkunjung ke kediaman majikan Adelina namun taka da orang, dan laporan tidak
ditanggapi polisi karena tidak ada bukti. Anggota tim Tenaganita mendampingi dan
menyuapkan makanan walaupun Adelina terlihat sangat ketakutan karena majikan dan
putrinya menyaksikan.
Observasi yang dicatat Tenaganita
a. Adelina sangat takut dengan dua majikannya yang membawanya ke kantor polisi
b. Kondisi fisiknya menyedihkan. Saat ia terbaring cairan luka-lukannya menetes
kelantai dan dipel para perawat. Kami khawatir dia akan kehilangan kaki, kami
tak terbayangkan dia akan meninggal dunia.
c. Tak pantas polisi memeriksanya terlebih dahulu karena dia perlu dirawat.
d. Walaupun putri Ambika mengatakan Adelina telah makan sebelum dibawa ke
rumah sakit, dial apar dan disuap salah satu anggota tim.
e. Keesokan harinya, kondisi Adelina memburuk. Saat anggota tim Kembali dari
rehat singkat, Adelina tak lagi sadar, tim medis berusaha melakukan resusitas
(CPR) namun tak berhasil. Adelina meninggal saat di menunggu di ICU.
Adelina meninggal setelah diduga mengalami penyiksaan oleh Ambika yang didakwa
dengan Pasal 302, pembunuhan dengan ancaman hukuman mati. Namun terduga kini
“menghirup udara segar” karena pengadilan di Mahkamah Tinggi Pulau Pinang
membebaskab terdakwa atau Discharge Amount to Acquital (DAA).
Mustahil taka da yang bersalah
Anggota parlemen di Bukit Mertajam, Penang, Steven Sim Chee Kong termasuk orang
yang melihat Adelina setelah mendapatkan laporan timnya. Ia mengatakan keadilan perlu
ditegakkan. Malaysia harus memberi contoh. Mustahil bahwa tidak ada yang bersalah
yang menyebabkan tragedy seperti itu. Pada 14 februari 2019, Menteri Sumberdaya (M
Kulasegaran) menyatakan sangat terkejut dan mengibarkan perang melawan perdagangan
manusia dan mereka yang dipekerjakan secara paksa.
TPPO hingga penganiayaan dan tidur dengan anjing
Adelina Lisao lahir di Abi, Kalimantan Timur Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur
pada tahun 1998. Pada ummur 15 tahun, juni 2003 ia berangkat ke Malaysia pertama kali
dengan visa pelancong melalui sponsor perorangan. Di indonesia, umurnya dipalsukan
menjadi 21 tahun dan mengaku berasal dari Meda, Sumatera Utara. Dalam catatan
Kementerian Luar Negeri, setiba di Kuala Lumpur, Malaysia, majikan Adelina
mengkonversi visa kunjungan singkatnya menjadi ijin kerja sebagai PRT selama setahun.
Setelah ijin habis, Adelina pulang ke Indonesia. Tapi 3 bulan kemudian, Adelina Kembali
ke Malaysia menggunakan visa turis dan bekerja untuk Jayavartiny Rajamanickam (anak
dari Ambika) di Penang. Dari situ, Adelina bekerja sebagai PRT secara illegal karena
majikan tidak emngurus ijin kerja, asuransi dan kontrak kerja. Empat tahun berlalu,
tepatnya 10 februari 2018 Kepolisian Seberang Perai Tengah menyelamatkan adekina
dari penyiksaan dan membawanya ke rumah sakit setelah mendapatkan informasi dari
para tetangga dan mendengarnya mengerang kesakitan. Saat dievakuasi petugas, Adelina
disebut mengalami kurang gizi, luka-luka parah (tangan dan kaki penuh luka bakar,
wajah bengkak) dan ketakutan. Adelina bahkan hamper tidak bisa berjalan diduga
dipaksa tidur di beranda rumah bersama anjing. Majikannya dikabarkan tau mau cairan
dari luka-luka di tubuhnya membuat kotor dalam rumah mereka. hasil aoutopsi (post
mortem) rumah sakit menunjukkan penyebab kematian adalah kegagalan multiorgan
sekudner karena anemia.
Adelina, symbol perlindungan pekerja migran Indonesia
Selain upaya penegakan hukum, pemerintah Indonesia juga melakukan beragam upaya
diplomasi dengan pihak Malaysia, seperti bertemu dengan kejaksaan agung, pemerintah
pusat dan daerah Malaysia serta menghadiri persidangan. Kasus Adelina adalah salah
satu contoh buruk keberangkatan PMI seca unprosedural ke luar negeri yang menyita
banyak perhatian dan sumber daya berbagai pihak baik di Indonesia maupun di Malaysia.
Kemlu juga terus berupaya untuk menyepakati nita kesepahaman atau memorandum of
understanding tentang penempatan dan perlindungan pekerja domestic Indonesia di
Malaysia yang telah kadaluarsa sejak 2016. Federasi pekerja rumah tangga internasional
(IDWF) menyebut persidangan Adelina adalah proses yang panjang, bertele-tele,
berpihak dan menujukkan lemahnya keadilan dan perlindungan bagi para pekerja migran
di Malaysia. Berdasarkan data BP2MI kasus Adelina adalah satu dari lebih 550 PMI asal
NTT yang dipulangkan dalam peti mati sejak 2014 sampai agustus 2021, sebagian besar
adalah pekerja gelap.
Sebelumnya di tahun 2016 ada 46 korban meninggal, dan tahun 2017 ada 62 korban
meninggal. Direktur Migrant CARE, Wahyu Susilo menyebutkan: "Migrant CARE
mendesak keseriusan pemerintah RI dan pemerintah Malaysia untuk menuntaskan kasus
ini. Untuk itu Pemerintah RI harus mengungkap jaringan sindikat perdagangan manusia
yang merekrut Adelina sejak masih di kampung halamannya, pemalsuan dokumen
hingga penempatan melalui jalur yang tidsk resmi ke Malaysia. Pemerintah dan rakyat
Nusa Tenggara Timur (NTT), menerima 119 jenazah pekerja migram Indonesia asal
daerah itu yang dikirim dari luar negeri selama tahun 2019. Dari 119,117 diantaranya
adalah buruh illegal. Untuk tahun 2019 jumlah pekerja migran asal NTT yang meninggal
dunia di luar negeri sebanyak 119 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 117 orang PMI yang
bekerja ke luar negeri c=secara nonprocedural dan 2 PMI berangkat melalui jalur resmi.
Pekerja migran NTT yang meninggal dunia di Malaysia sebanyak 117 orang, singapura
dan Senegal masing-masing 1 orang. Jumlah pekerja migran asal daerah itu yang
meninggal dunia selama tiga tahun terakhir sebanyak 339 orang. Pada tahun 2017 jumlah
pekrja migran NTT yang meninggal sebanyak 105 orang, tahun 2018 sebanyak 115 dan
tahun 2019 berjumlah 119 orang. pekerja migran yang meninggal di luar negeri ini
umumnya adalah mereka yang berangkat ke berbagai negara tujuan untuk mencari kerja,
tanpa melalui prosedur resmi. Karena itu, salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk
menekan jumlah korban adalah mendorong tenaga kerja untuk bekerja diluar negeri
melalui prosedur resmi. Hanya dengan melalui jalur resmi, setiap pekerja migran yang
dikirim mendapat perlindungan selama berada di negeri lain. Sebanyak 118 pekerja
migran Indonesia daerah asalnya esia (PMI) illegal asal Nusa Tenggara Timur (NTT)
dipulangkan ke daerah asalnya. Dari jumlah itu, 80 PMI diturunkan di Pelabuhan Lorens
Say, Maumere Kabupaten Sikka NTT dengan kapal pelni Bukit Siguntang. PMI asal
NTT berangkat dari NTT tanpa dokumen resmi, jadi saat tiba di Malaysia mereka
ditangkap lalu dideportasi ke Indonesia Ketika di tanah air mereka ditampung di BP2MI
(Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia) di Nunukan dan Makassar, kemudian
diurus proses pemulangannya ke NTT. Jadi total keseluruhan PMI asal NTT dipulangkan
ini tidak memiliki dokumen resmi. Mereka masuk ke negara orang melalui jalur tikus.
 Penyelesaian/solusi
 Para pekerja imigran sebaiknya dibekali keterampilan dan harus dapat menguasai
beberapa bahasa terutama bahasa inggris.
 Melengkapi segala jenis dokumen yg dibutuhkan dan harus resmi dari Nakertrans
 Kebijakan luar negeri bidang ketenagakerjaan harus mendahulukan fungsi protecting.
 Kebijakan luar negeri bidang ketenagakerjaan Indonesia pun menghadapi sejumlah
tantangan. Seperti TKI yang mayoritas low pay dan low skill, namun bekerja dengan
hight risk. Selain itu, masih gap antara kesempatan kerja dan angkatan kerja di dalam
negeri.
 Dalam konteks ini yang perlu ditingkatkan kompetensi bukan hanya tenaga kerja.
Tetapi juga kita sebagai pemangku kepentingan

Anda mungkin juga menyukai