Agama Dan Kekuasaan Politik Negara PDF
Agama Dan Kekuasaan Politik Negara PDF
Nor Hasan
Jurusan Tarbiyah STAIN Pamekasan
Jl. Pahlawan Km. 04 Pamekasan. Email: enhas0867@yahoo.com
Abstrak
Agama dan negara adalah dua entitas yang sama-sama berfungsi bagi kehi-
dupan manusia. Jika negara berada pada dimensi kekinian manusia yang se-
kuler,memenuhi kebutuhan hidup di dunia, maka agama berperan pada di-
mensi relegius, menyeberang dari dimensi kekinian ke alam dimasa datang.
Sejatinya keduanya berdiri sejajar, namun dalam realitasnya memiliki dina-
mika tersendirinya. Awalnya, agama berdiri agak merunduk di belakang ne-
gara, kemudian bergerak disampingnya, akhirnya merangkul pundak negara
bahkan bertindak sebagai negara itu sendiri. Jadilah apa yang kita kenal aga-
ma-negara. Elite agama seringkali dijadikan alat penyambung lidah penguasa
pada masyarakatnya. Sehingga sering tampil sebagai nabi “negara” bukan
nabi “rakyat”. Dalam kedudukannya yang serba terkungkung akhirnya aga-
mapun tak berdaya berhadapan dengan negara.
Abstract
Religion and state are two entities that are working for human life. If the coun-
try is at present dimension, namely the secular man, who only needs to live in
the world, the role of religion in relegius dimension, crossing from the present
dimension to nature in the future. Indeed both stand in line, but in reality has
its own dynamics. Initially, religion stands somewhat ducked behind the
country, then it moved beside the country, finally it put its arm around the
country and even acted as the country itself. Be what we know state-religion.
Elite religion is often used as a mouthpiece of the ruling apparatus in the
community. So, he often appear as a prophet of "state", not a prophet of “the
people". In a position that completely confined, religion ultimately is power-
less to deal with the state.
Kata kunci
Agama, negara, kekuasaan politik.
sekaligus dengan suatu alam di masa akademis besar sampai akhir abad ke-19
depan. mencair dari pemaknaan ulang mereka
Hal-hal yang berkaitan dengan sendiri yang sekuler, dipengaruhi oleh
dimensi kekinian, manusia hidup secara munculnya institusi-institusi negara,
kelompok, membentuk paguyuban dan kebutuhan nasional baru, dan hadirnya
kemudian menjadi masyarakat. Atas kelompok intelektual dalam gelombang
dasar kesepakatan bersama, tataran yang lebih besar. Kondisi semacam ini
berikutnya menghasilkan kota atau agama mulai mengalami pergeseran
wilayah (dalam tataran yang lebih luas makna, agama dianggap hal yang
berbentuk negara) yang diatur oleh membosankan, ditelaah sebagai bentuk
hukum. Namun demikian ketika manusia keingintahuan akan masa silam yang
berada dan mengurus kekiniannya ia tersingkirkan. Bukan hanya itu,
juga tidak terlepas dari nilai-nilai religius tampaknya agama sudah mulai
yang menyangkut nilai hidup. melupakan perannya bagi kehidupan
Dalam setiap detik hidupnya manusia, akibat keterkungkungannya
manusia beragama pasti menginginkan dari mahluk adi Kuasa yang bernama
dekat dengan Tuhannya, mungkin negara. Agama yang sejatinya menjadi
dengan cara merenung, berdzikir, uzlah, lem perekat yang menyatukan
medetasi ataupun ibadah lainnya.1 Dan masyarakat, memberikan legitimasi
institusi-institusi keagamaan sering kali perubahan sosial, dan mendefinisikan
menutupi latar belakang etnis atau banyak harapan dasar kita menyangkut
kedaerahan.2 tatanan politik, seringkali tampil sebagai
Konsensus agama yang alat pemecah umat terutama ketika
menggerakkan lembaga-lembaga masuk pada wilayah politik praktis.
Dalam hal ini politisi-politisi populis
1Sekedar menyebut contoh, di Amerika Serikat mempunyai andil besar atas kebodohan
saat ini muncul fenomena keasadaran beragama. rakyat melalui penggunan metafor-
Budaya keagamaan Amerika bisa digambarkan metafor keagamaan dalam kampanye-
sebagai sebuah pasar. Di manapun tempat mereka kampanye mereka yang begitu semangat.
terpanggil oleh Roh Kudus bisa mendirikan
rumah kebaktian dan layanan-layanan lainnya.
Elit-elit politik mengembangkan tema
Gereja menanamkan pelbagai keyakinan dan kampanye dan mengunakan citra agama
membentuk world view, memberikan struktur untuk membangun koalisi, yang sebagian
pemahaman dan menawarkan norma-norma didasarkan pada seruan-seruan
sosial, merumuskan pemikiran-pemikiran bagi keagamaan.
design dan tujuan sistem politik serta
membangkitkan pelbagai harapan kehidupan
Tulisan ini akan mengkaji tentang
akhir zaman dan akibat penyelamatannya. Gereja agama dan negara yang keduanya sama-
sering menjadi konteks pembangunan kesadaran sama memiliki fungsi bagi manusia,
diri-sebagai sesama. David C. Leege, Agama dan sekalipun pada perjalanan berikutnya
Politik dalam Perspektif Teoritis (Jakarta:Yayasan mengalami titik singgung satu dengan
Obor, 2006), 3; Tentang perkembangan studi
Agama di Amerika selengkapnya bisa dilihat
lainnya, sehingga muncullah wacana,
tulisan Joseph M. Kitagawa “ Sejarah Agama- bahwa negara adalah makhluk adikuasa
Agama di Amerika” dalam buku Metodologi yang menguasai manusia termasuk
Studi Islam ed. Ahmad Norma Permata agama. Dengan demikian muncullah
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), 108-142. wacana pemisahan antara agama dan
2 David C. Leege, Agama dan Politik., 6.
negara, yang tak kalah menariknya
Bernegara: Kritik Teori Politik Islam, (Yogyakarta: tertuang dalam karyanya, Muqaddimah (Beirut:
LkiS, 1994), v Dar al Fikr,tt).
loyalitas kepada negara, meskipun arti mutlak, ia merupakan konsep relatif yang
mereka harus menghadapi krisis, eksis dalam berbagai persepsi subjektif
semestinya mereka tidak percaya pada masyarakat. Semua rezim dalam melakukan
tindakan efektif semestinya didasarkan pada
negara, atau bahkan melakukan prinsip legitimasi. Karena legitimasi merupakan
perlawanan terhadap negara melalui hal yang sangat krusial bahkan bagi pemerintahan
revolusi atau pemilihan, ternyata hal itu diktator yang paling tidak adil dan kejam
tidak dilakukan. sekalipun. Sekedar menyebutkan contoh
Masyarakat tidak berdaya sebagaimana ditulis Fukuyama berkaitan dengan
otoritas legitimasi tersebut antara lain;
melawan negara, karena--meminjam pemerintahan Hitler yang dikenal sebagai
istilah Gramsci-- penguasa pada dasarnya seorang tiran yang mampu mengatur masyarakat
tidak punya pilihan lain kecuali bukan sepenuhnya berdasarkan kekuatan dan
menggunakan instrumen kekerasan. kemampuannya mengintimidasi masyarakat
Mereka mereduksi konsep kesatuan secara fisik, tetapi karena ia memiliki bawahan
yang setia dan percaya pada otoritasnya yang
sebagai fungsi dari mobilisasi militer. legitimate. Begitu pula pemerintahan diktator lain
kelompok, sementara utopia melakukan Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta:
eksplorasi terhadap apa yang masih mungkin. Bulan Bintang, 1991), 142-154. Bandingkan Hamid
Ketiga, Kalau ideologi hanya mampu melakukan Enayat. Modern Islamic Political Thought (London:
distorsi terhadap apa yang ada, maka utopia Macmilan Press, 1995), 52. Likuidasi institusi
mampu menyingkirkan seseorang atau kelompok khilafah itu sendiri terjadi pada bulan Maret 1924
orang dari keadaan yang ada dan membawanya setelah pembentukan negara nasional sekuler
ke situasi (bayangan) yang sama sekali lain dan Republik Turki pada 29 Oktober 1923. Lihat
baru. Kliden, “Kekuasaan, 31-32. Wayne S. Vucinich, The Ottoman Empire, Its Record
26 Dalam konteks ini dapat dilihat misalnya dari and Legacy. (Toronto: Van Nostron, 1955), 115.
konsep “khilafah” Sunni maupun “imamah” Sepak terjang Mustafa Kemal dalam melikuidasi
Shi’ah, yang memperkuat statement di atas. Selain insitusi khilafah sekaligus pada saat bersamaan
itu, sejumlah literatur klasik tentang politik Islam mempromosikan semangat sekularisme di Turki,
berbicara tentang hal di atas, seperti al-Ahkam al- dapat dilihat dalam Lord Kinross, Attaturk: A
Sultaniyyah karya Abu Hasan al-Mawardi, al- Biography of Mustafa Kemal, Father of Modern Turkey
Siyasah al-Shar’iyyah karya Ibn Taymiyyah. Lihat (New York: William Morrow, 1965). Tentang
juga Khalid Ibrahim Jindan, Teori Politik Islam: bagaimana proses sekularisme di Turki itu
Telaah Kritis Ibn Taymiyyah Tentang Pemerintahan dijalankan sekaligus para tokoh penggagasnya,
dalam Islam. Ter. Masrahim (Surabaya: Risalah periksa Niyazi Berkes, The Development of
Gusti, 1995), 1-18. Lihat juga Edi Susanto, Secularism in Turkey. (Montreal: McGill University
“Sekularisasi Politik Islam: Telaah Hermeneutik Press, 1964).
pembahasan tentang Islam dan nation state, Sejarah dan Pemikiran. (Jakarta: UI Press, 1990), 1-2.
periksa PJ. Vatikiotis. Islam and The State (London: 32 Ahmad Sukardja. “ Fiqh Siyasah” dalam
Routledge, 1991); James Piscatori. Islam in a World Ensiklopedi Tematis Dunia Islam 3: Ajaran Ed.
of Nation State (Cambridge: Cambridge University Taufik Abdullah (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
Press, 1988). 2002), 191-223. Dalam perspektif A. Luthfi As-
bagaimana seharusnya Islam dan politik itu Fundamentalisme, Modernisme Hingga Post
dipertautkan dengan tepat. Lihat Bahtiar Effendi. Modernisme (Jakarta: Paramadina, 1996), 22.
kehidupan manusia. Jika Negara tugas politik agar hakikat sejati politik tetap
pokoknya adalah mengatur dan terpelihara.
memenuhi kesejahteraan manusia pada
dimensi kekiniannya, agama berfungsi Daftar Pustaka
bagi manusia untuk bahagia dalam al-Amien, Ainur Rofiq, “Studi Makna
kehidupan kekinian dan masa depan Mawla dalam Hadith al-Ghadir:
bahkan sampai hidup lagi. Semestinya Analisis Hermeneutika”
antara keduanya sejalan seiring. Namun Akademika Vol.9 Nomor 1
dalam perjalanannya justru terjadi (September 2001), 45-71.
kenyataan yang berbeda. Althusser, Louis, Tentang Ideologi:
Negara sering menjadikan agama Marxisme Strukturalis,
sebagai alat produksi guna menindas Psikoanalisis, Cultural Studis,
rakyat, menjustifikasi atas keputusan dan (Yogyakarta: Jala Sutra, 2004).
segala kebijakan yang tidak “populis” As-Syaukanie, A. Luthfi,. “Tipologi dan
sekalipun dengan alasan-alasan ideologis Wacana Pemikiran Arab
sehingga masyarakat menjadi tak Kontemporer” dalam
berdaya dibawah tekanan, hegemoni Paramadina 1 (Juli-Desember
makhluk yang bernama negara. 1999), 71
Semestinya agama tampil sebagai Ayubi, Nazih, Political Islam: Religion and
juru penyelamat atas ketertindasan Politics in The Arab World
manusia. Keberadaan agama dapat (London: Routledge, 1991)
menjadi roh sekaligus inspirasi bagi Azra. Azyumardi, Pergolakan politik Islam
demokratisasi. Terbukti kehadiran semua Dari Fundamentalisme,
agama membawa imbas pada Modernisme Hingga Post
perombakan struktur masyarakat yang Modernisme (Jakarta:
tercekam oleh kekuasaan despotik dan Paramadina, 1996).
otoriter, menuju masyarakat baru yang Berkes, Niyazi, The Development of
demokratis. Namun, karena agama yang Secularism in Turkey. (Montreal:
sering ditampilkan adalah agama atas McGill University Press, 1964).
nama kelompok, lembaga atau apapun Effendi. Bahtiar, Islam dan Negara:
namanya dengan kecenderungan kaum Transformasi Pemikiran dan
elit agama tersebut cenderung menjadi Praktik Politik Islam di Indonesia
corong penguasa, maka jadilah agama (Jakarta: Paramadina, 1998).
pada akhirnya yang tidak memiliki El-Affendi, Abdelwahab, Masyarakat Tak
kekuatan apa pun. Bernegara: Kritik Teori Politik
Seharusnya, agama menarik garis Islam, (Yogyakarta: LkiS, 1994).
pisah yang jelas dari politik agar tidak Hardiman, F. Budi, Menuju Masyarakat
terkooptasi dan disubordinasi. Ketika Komunikatif Ilmu, Masyarakat
dikooptasi politik negara, agama hanya Politik dan Postmodernisme
akan menjadi alat legitimasi penguasa. Menurut Jurgan Habermas
Agamapun akan membisu ketika (Yogyakarta: Kanisius, 1993).
ketidakadilan dan ketidakbenaran Enayat. Hamid, Modern Islamic Political
merajalela. Namun di sisi lain agama Thought (London: Macmilan
sebagai sebuah institusi dalam Press, 1995).
masyarakat harus pula mengoreksi