Anda di halaman 1dari 10

RINGKASAN CATATAN SKENARIO 1

Rumusan masalah

1. Apakah itu penyakit hiperemesis gravidarum dan bagaimana cara diagnosis dari
penyakit tersebut? (Nadya)
2. Apakah fungsi pemberian cairan normal saline kepada pasien tersebut? (Rida)
3. Jelaskan mengenai keseimbangan elektrolit dan keseimbangan cairan dalam tubuh!
(Sanca)
4. Apa itu homeostasis dan jelaskan apa saja karakteristik sistem yang berada dalam
kontrol homeostasis? (Lendi)
5. Mengapa homeostasis penting bagi tubuh? (Hero)
6. Apa saja faktor – faktor yang diatur secara homeostasis? (Kayla)
7. Bagaimana mekanisme control homeostasis? (Grandis)
8. Apa yang menurunkan efektivitas homeostasis? (Daffa)

Jawaban Rumusan Masalah

STEP 3

1. Hiperemesis Gravidarum atau yang biasa disebut morning sickness yaitu kejadian
mual dan muntah pada masa kehamilan yang berakibat penurunan berat badan pada
ibu hamil lebih dari 5%, penurunan asupan cairan dan nutrisi abnormal, terjadinya
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, ketonuria serta dapat merugikan janin.

Kondisi ini dapat ditelusuri lewat tanda-tanda yang ditemukan saat wawancara pada
pemeriksaan dokter. Selain itu, seorang ibu hamil bisa terbukti terkena hiperemesis
gravidarum ketika telah melakukan pemeriksaan darah dan urine. Ultrasonografi
(USG) juga sebaiknya dilakukan untuk memeriksa keadaan janin, apakah bermasalah
atau tidak.
2. Normal saline ini mengandung zat aktif natrium clorida yang dapat mengatasi kadar
natrium, magnesium, kalsium rendah serta untuk mengatasi kehilangan cairan
berlebih. Pemberian normal saline ini sangat tepat untuk mengganti cairan yang
hilang akibat mual muntah dan dehidrasi.
Normal saline atau infus sangat membantu ketika pasien sangat membutuhkan
supplycairan ion yang didapatkan melalui cairan infus, yang dimasukkan melalui
jarum infus yang ditusukkan pada pembuluh vena pasien. Cairan infus dapat
memberikan supply ion kepada tubuh pasien ketika pasien membutuhkan tambahan
ion. Pemberian cairan ini berfungsi mengembalikan ke keadaan yang seimbang.

3. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya. Keseimbangan elektrolit dan cairan dapat
terjaga jika adanya distribusi yg merata ke seluruh tubuh. Komposisi cairan dan
elektrolit di dalam tubuh sudah diatur sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi
organ vital dapat dipertahankan. Untuk mempertahankan keseimbangannya,
diperlukan masukan, pendistribusian, dan keluaran yang memadai, yang diatur
melalui mekanisme tersendiri namun berkaitan satu sama lain.

4. Homeostasis adalah proses dan mekanisme otomatis yang dilakukan makhluk hidup
untuk mempertahankan kondisi konstan agar tubuhnya dapat berfungsi dengan
normal, meskipun terjadi perubahan pada lingkungan di dalam atau di luar tubuh.
Sistem kontrol homeostatik adalah suatu jalinan komponen-komponen tubuh yang
saling berhubungan secara fungsional dan bekerja untuk mempertahankan suatu
faktor dalam lingkungan internal agar relatif konstan di sekitar suatu tingkat optimal.

5. Penyesuaian sistem di dalam sel disebut regulasi homeostatis. Karena lingkungan


internal dan eksternal sel terus berubah, penyesuaian harus dilakukan terus menerus
agar tetap pada atau dekat titik setel (level atau rentang normal). Banyak penyakit
yang disebabkan akibat kegagalan homeostasis menyebabkan penyakit parah, yang
bisa berakibat fatal jika tidak ditangani. Misalnya diabetes mellitus tipe I.
6. Banyak faktor yang mempengaruhi lingkungan internal secara homeostasis yaitu:
1. Konsentrasi molekul-molekul nutrien.
2. Konsentrasi O2 dan CO2
3. Konsentrasi zat sisa
4. pH
5. Konsentrasi garam, air, dan elektrolit lain.
6. Volume dan tekanan
7. Suhu

7. Sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin dan tidak
mencakup perilaku sadar. Mekanismenya dimulai dari terjadinya perubahan
lingkungan internal maupun eksternal sehingga merangsang sensor. Sensor kemudian
mengaktifkan respons untuk melakukan homeostasis. Respon ini disebut respon
adaptif untuk menyesuaikan dengan perubahan lingkungan dan menjadi sebuah
adaptasi.

Sistem kontrol homeostatik yang paling utama adalah berdasarkan prinsip umpan
balik (feedback). Umpan balik dibagi menjadi dua yaitu:
Umpan balik negatif adalah suatu perubahan sebuah variabel yang dilawan oleh suatu
respon yang cenderung berkebalikan dengan perubahan tersebut.
Umpan balik positif adalah suatu perubahan yang berlawanan dengan peristiwa pada
sistem umpan balik negatif.

8. Banyak mekanisme homeostasis menjaga lingkungan internal dalam batas tertentu


(atau titik setel). Ketika sel-sel dalam tubuh tidak bekerja dengan baik, keseimbangan
homeostatis akan terganggu. Ketidakseimbangan homeostasis dapat menyebabkan
keadaan penyakit. Penyakit dan kerusakan sel dapat disebabkan oleh dua cara dasar
yaitu karena kekurangan atau keracunan.

STEP 4
1. Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada masa
kehamilan, melebihi morning sickness. Kondisi ini dapat menyebabkan dehidrasi,
penurunan berat badan, gangguan cairan dalam tubuh, kesulitan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, serta membahayakan keadaan janin di dalam kandungan.
Diagnosis hiperemesis gravidarum ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang
a. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan amenorea, tanda kehamilan muda, mual, dan muntah.
Kemudian diperdalam lagi apakah mual dan muntah terjadi terus menerus,
dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu aktivitas pasien sehari- hari.

b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda
dehidrasi, dan besarnya kehamilan. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan
tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding.

c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
menyingkirkan diagnosis banding. Pemeriksaan yang dilakukan adalah darah
lengkap, urinalisis, gula darah, elektrolit, USG (pemeriksaan penunjang dasar),
analisis gas darah, tes fungsi hati dan ginjal.

Terdapat 3 tingkatan dalam penderita hiperemesis gravidarum. Yang dimana pada


tingkat pertama yaitu muntah terus menerus disertai penurunan tekanan darah sistolik,
turgor kulit menurun dan lidah mengering serta mata cekung. Sedangkan pada tingkat
kedua yaitu penderita akan semakin lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurut, nadi
kecil dan cepat, suhu naik, mata ikterus. Sedangkan pada tingkat ketiga, akan semakin
memburuk yaitu muntah berhenti, kesadaran menurun, dapat terjadi koma, dan dapat
terjadi komplikasi fatal pada saraf.

2. Cairan saline NaCL 0.9 % merupakan cairan kristaloid yang sering ditemui. Cairan ini
mengandung natrium dan clorida. Cairan infus ini digunakan untuk menggantikan
cairan tubuh yang hilang, mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga
tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik. Normal saline ini untuk menggantikan cairan
tubuh yang hilang akibat muntah, diare, perdarahan, asidosis metabolik, dan syok.
Selain itu, cairan infus saline juga berfungsi mengembalikan keseimbangan elektrolit,
dan berfungsi sebagai cairan resusitasi.
3. Mekanisme Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Pergerakan zat dan air di bagian-
bagian tubuh melibatkan transpor pasif, yang tidak membutuhkan energi terdiri dari
difusi dan osmosis,dan transporaktifyang membutuhkanenergi ATP yaitu pompa Na-
K. Osmosis adalah bergeraknya molekul melalui membran semipermeable dari
larutan berkadar lebih rendah menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya
sama. Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan bergerak
dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Pompa natrium kalium
merupakan suatu proses transpor yang memompa ion natrium keluar melalui
membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion kalium dari luar ke dalam.

4. Homeostasis secara singkat berarti pemeliharaan lingkungan internal yang relatif


stabil. Karakteristik yang berada dalam kontrol homeostasis ialah :
a. Memiliki sensor : sensor ialah mekanisme untuk mengukur nilai dari suatu variabel
b. Memiliki set point : ialah mekanisme untuk menetapkan rentang nilai normal suatu
variabel
c. Memiliki detector error : dengan adanya detektor error ini tubuh mampu
membandingkan nilai yang terukur oleh sensor dengan rentang nilai normal pada set
point.
d. Memiliki pengendali (controller) : dengan adanya controller tubuh mampu
menginterpretasikan sinyal error dan menentukan niali output yang harus dicapai
melalui kerja dan efektor.
e. Memiliki efektor : memiliki kemampuan fisik (sel, jaringan, organ yang mampu
mengembalikan nilai variable yang diregulasi ke rentang normal)

5. Tidak ada tambahan (Sudah cukup jelas)

6. 1. Konsentrasi dari garam, air, dan elektrolit lain. Hal ini dikarenakan konsentrasi
relatif garam (NaCl) dan air pada cairan ekstrasel berpengaruh terhadap seberapa
banyak air yang masuk atau keluar sel. Konsentrasinya diatur secara baik untuk
mempertahankan volume sel. Sel tidak dapat berfungsi dengan normal jika
mengalami pembekakan dan penciutan.
2. Volume dan tekanan. Komponen lingkungan internal yang bersirkulasi, plasma,
harus dipertahankan pada volume dan tekanan darah yang baik untuk menjamin
distribusi penghubung yang penting ini antara lingkungan eksternal dan sel ke seluruh
tubuh.

3. Suhu. Sel-sel tubuh berfungsi optimal dalam kisaran suhu yang realtif rendah., jika
sel terlalu panas akan membuat protein-protein struktural dan enzimatik terganggu
atau rusak. Dan jika sel terlalu dingin suhunya akan menyebabkan fungsi sel terlalu
melambat.

7. Mekanisme kontrol homeostatik bekerja berdasarkan prinsip umpan balik. Ada dua
jenis umpan balik yaitu:

a. Umpan balik negatif (negative feedback), pada umpan balik negatif perubahan
suatu faktor dikontrol secara homeostatis akan memicu respon yang berupaya untuk
memulihkan faktor tersebut ke normal dengan menggerakkan faktor ke arah yang
berlawanan dari perubahan awalnya.

b. Umpan balik positif (positive feedback), pada umpan balik positif perubahan pada
variabel terkontrol memicu respon yang mendorong ke arah yang sama seperti awal
perubahan sehingga perubahan semakin kuat. Umpan balik positif lebih jarang terjadi,
namun umpan balik ini juga berperan penting dalam keadaan tertentu, misalnya
pelepasan oksitosin yang semakin banyak dengan semakin besarnya tekanan pada
serviks.

8. Penurunan efektivitas homeostasis bisa terjadi jika adanya gangguan di dalam tubuh.
Penyakit sering dianggap sebagai keadaan terganggunya homeostasis. Namun, bahkan
saat sakit, mekanisme homeostatik terus bekerja dan memelihara fungsi-fungsi vital
melalui berbagai kompensasi. Dalam beberapa kasus, kompensasi ini yang dapat
menyebabkan penyimpangan besar fungsi tubuh dari kisaran normal, sehingga sulit
membedakan penyebab utama penyakit tersebut dari respons kompensasi.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan menurunnya efektivitas homeostasis
dalam tubuh, penurunan efektivitas homeostasis dapat dipengaruhi oleh kondisi fisik
dan kondisi pskiologis manusia.

STEP 5

Daftar LO :

1. Contoh mekanisme kontrol homeostasis dalam tubuh manusia?


2. Apa yang terjadi jika kontrol homeostasis terganggu?
3. Apa saja fungsi sistem organ dalam homeostasis?

STEP 6

(Mandiri)

STEP 7

Jawaban LO :

1. Contoh dari mekanisme kontrol homeostasis dalam tubuh :


a. Umpan Balik Negatif
Contoh dari umpan balik negative ini adalah pada proses pengontrolan suhu
tubuh. Sel saraf akan melakukan pemantauan suhu untuk mendeteksi penurunan
suhu tubuh agar mencapai suhu di bawah tingkat yang diinginkan, sensor-sensor
ini yang akan memberikan sinyal kepada pusat pengendali suhu diotak, yang akan
memulai serangkaian peristiwa yang pada akhirnya akan menimbulkan respon
tubuh seperti menggigil, menghasilkan panas dan menaikkan suhu ke tingkat yang
tepat. Ketika suhu tubuh mencapai titik yang diinginkan (set point), sel saraf
pemantau suhu mematikan sinyal stimulasi ke otot rangka, akibatnya suhu tubuh
tidak terus meningkat di atas set point. Sebaliknya, ketika sel saraf pemantau
suhu mendeteksi adanya kenaikan suhu di atas normal, disebut mekanisme
pendinginan, seperti menurunkan suhu ke normal. Ketika suhu mencapai set
point, mekanisme pendinginan dimatikan.
b. Umpan balik positif
Contoh dari mekanisme umpan balik positif ini adalah pada saat peningkatan
kontraksi uterus saat partus, Pada saat kelahiran bayi. Hormon oksitosin
menyebabkan kontraksi kuat pada rahim (rahim). Saat kontraksi bayi akan
terdorong ke arah serviks (bagian luar rahim), peregangan serviks yang dihasilkan
memicu serangkaian kejadian yang menyebabkan otak akan melakukan pelepasan
lebih banyak oksitosin, sehingga menyebabkan kontraksi rahim lebih kuat. Siklus
umpan balik positif ini tidak akan berhenti sampai leher rahim cukup diregangkan
sehingga bayi dapat didorong keluar dan dilahirkan.
c. Sistem kontrol adaptif
Contoh dari mekanisme kontrol adaptif ini adalah, pada saat makanan masih
berada di dalam saluran pencernaan, mekanisme kontrol adaptif ini akan
meningkatkan sekresi hormone insulin yang akan mendorong sel melakukan
pengambilan dan penyimpanan nutrisi yang yang tertelan setelah diserap dari
saluran pencernaan. Respon ini akan membantu membatasi peningkatan
konsentrasi nutrisi darah setelah nutrisi diserap.
2. Terlepas dari mekanisme kontrol, ketika satu atau lebih sistem tubuh tidak berfungsi,
homeostasis akan terganggu dan semua sel akan menderita karena mereka tidak lagi
memiliki lingkungan yang optimal untuk hidup dan berfungsi. Berbagai keadaan
patofisiologis berkembang, tergantung pada jenis dan luasnya gangguan. Istilah
patofisiologi mengacu pada fungsi abnormal tubuh (perubahan fisiologi) yang terkait
dengan penyakit. Ketika gangguan homeostasis menjadi begitu parah sehingga tidak
lagi sesuai dengan kelangsungan hidup, maka kematian adalah akibatnya.
3. Fungsi sistem organ dalam homeostasis
a. Penyedia nutrisi dan zat-zat penting
- Sistem Respirasi
Berfungsi dalam menyediakan Oksigen.
- Saluran Gastrointestinal dan Sistem pencernaan
Berfungsi dalam mencerna dan menyerap nutrisi dari makanan.
- Liver dan organ lain yang menjalankan fungsi metabolik
Mengubah komposisi kimiawi zat nutrisi menjadi bentuk yang siap
digunakan, atau dapat disimpan.
- Sistem Muskuloskeletal
berfungsi dalam motilitas, yaitu untuk mencari makanan ataupun proteksi.
b. Membuang sisa metabolisme
- Sistem Respirasi
Berfungsi membuang karbondioksida ke udara ketika bernafas.
- Ginjal dan Sistem Urinarius
Membuang zat- zat yang tidak diperlukan dalam plasma darah, seperti : urea,
asam urat, ion- ion yang berlebih dan air.
- Saluran Gastrointestinal dan Sistem pencernaan
Berfungsi untuk membuang material yang tidak tercerna dan sisa hasil
metabolisme tubuh.
- Liver
Berfungsi untuk detoksifikasi obat- obatan atau zat kimiawi yang tertelan ke
dalam tubuh.
c. Regulasi Fungsi Tubuh
- Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri dari 3 bagian penting, yaitu : bagian sensoris (input),
sistem saraf pusat dan bagian motorik (output).
- Sistem saraf otonom
Bekerja secara involuntary (refleks), di bawah sadar, serta mengontrol fungsi
organ dalam.
- Sistem Endokrin
Terdapat 8 organ endokrin utama, yaitu : kelenjar pituitari, kelenjar tiroid,
kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, kelenjar pankreas, ginjal, kelenjar pineal,
dan kelenjar gonad. Adapun produk dari organ endokrin adalah substansi
kimiawi yang dilepaskan dan ditranspor dalam CES substansi kimiawi ini
yang kita sebut sebagai hormon. Hormon bekerja di lokasi yang jauh dari
tempat asalnya, serta berguna dalam mengontrol fungsi sel-sel.
d. Sebagai Perlindungan Tubuh
- Sistem Immun
Membantu tubuh dalam membedakan sel sendiri dengan zat atau sel asing dari
luar tubuh dan menghancurkan sel asing tersebut, baik dengan melalui
mekanisme fagositosis ataupun produksi limfosit yang sudah tersensitisasi
atau melalui protein khusus (antibodi).
- Sistem Integumen
Berfungsi sebagai ‘pembatas’ antara lingkungan internal tubuh dari dunia luar.
Selain itu, sistem integumen ini juga berperan dalam regulasi suhu,
pembuangan zat sisa dan sebagai permukaan sensoris.

Anda mungkin juga menyukai