Jawaban Pertanyaan Penting
Jawaban Pertanyaan Penting
1. Mekanisme Haus.
a) Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan rennin yang akhirnya
menghasilkan angiostensin II. Angiostensin II merangsang hipotalamus untuk
melepaskan substrat neuron yang bertanggung jawab meneruskan sensasi
haus.
b) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.
c) Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status
hiperosmolar. Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan
sensasi kering yang tidak nyaman akibat penurunan saliva.
2.faktor regulatorik yang tidak yang tidak menghubungkan vasopresin dan rasa haus:
Nyeri, ketakutan dan trauma tidak berkaitan langsung dengan keseimbangan
H2O.Pada kenyataannya, retensi H2O akibat sekresi vasopresin yang tidak sesuai dapat
menyebabkan ketidak seimbangan H2O hipotinik. Sebaliknya, alcohol menghambat
sekresi vasopresin dan dapat menyebabkan hipertonitas CES dengan mendorong sekresi
H2Obebas secara berlebihan.
Salah satu perangsang yang menimbulkan rasa haus tetapi tidak memicu sekresi
vasopresin adalah efek langsung kekeringan mulut. Ujung-ujung saraf di mulut
terangsang langsung oleh kekeringan, yang menimbulkan sensasi intens haus yang sering
dapat diatasi hanya dengan membasahi mulut meskipun tidak ada H2O yang benar-benar
tertelan. Mulut yang kering dapat terjadi jika pengeluaran liur tertekan oleh factor-faktor
yang tidak berkaitan dengan kandungan H2O tubuh, misalnya rasa cemas, merokok
berlebihan, atau obat tertentu.
Faktor yang mempengaruhi sekresi vasopresin atau rasa haus tetapi tidak
berkaitan sama sekali dengan kebutuhan H2O tubuh biasanya berlangsung singkat.
Konrol dominan dan jangka panjang atas sekresi vasopresin dan rasa haus berkorelasi
langsung dengan status H2O tubuh yaitu, oleh status osmolaritas CES dan, dalam tingkat
yang lebih rendah, oleh volume CES.
a. Tekanan darah
Perubahan mencolok sistem kardiovaskuler pada saat berolahraga termasuk peningkatan
besar aliran darah otot rangka, peningkatan bermakna curah jantung, penurunan resistensi
perifer total (karena vasodilatasi ) luas di otat-otot rangka walaupun terjadi vasokontriksi
umum di sebagian besar organ lain, dan peningkatan sedang arteri rata-rata kemudian bukti-
bukti mengisyaratkan bahwa pusat- pusat olahraga yang masih perlu diidentifikasi lebih lanjut
menginduksi perubahan jantung dan pembuluh darah. Pada mekanisme lain pengaturan
tekanan darah adalah
Untuk mempertahankan keseimbangan volume darah dan tekanan darah ada sel khusus yang
disebut juxtaglomerulus. Sel ini ada didekat glomerulus dan mensekresikan hormon renin
yang proses kerjanya sbb:
1. K
e
t
i
k
a
a
l
iran darah ke glomerulus menurun, sel juxtaglomerulus akan mensekresikan hormon
renin ke dalam aliran darah menuju hepar. Di dalam hepar, hormon renin akan mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I. Lalu angiotensin I menuju ke paru-paru, dan
dikompersi menjadi angiotensin II oleh ACE
2. Angiotensin II menyebabkan vasokontriksi perifer sehingga meningkatkan tekanan
darah. Ketika tekanan darah telah normal kembali, ginjal akan berhenti mensekresi
hormon renin, sehingga hormon renin-angiotensin berhenti pula.
b. Frekuensi nadi
pada saat beraktivitas, frekuensi jantung memompa darah meningkat, frekuensi jantung
yang meningkat ini disebabkan karena kurangnya kandungan oksigen dalam tubuh (jaringan).
Dari frekuensi denyut jantung yang meningkat ini akan menyebabkan meningkatnya frekuensi
denyut nadi.Terjadi perbedaan frekuensi jantung
pada orang yang sering melakukan aktivitas dengan
yang jarang beraktivitas. Pada orang yang sering
beraktivitas frekuensi jantung lebih kecil karena
adanya perubahan pada myokardium. Sehingga
dalam satu kali kontraksi lebih banyak suplai
oksigen yang terpenuhi dibandingkan orang yang
jarang beraktifitas.
c. Frekuensi nafas
Aktivitas dapat meningkatkan frekuensi nafas.
Hal ini disebabkan karena selama olahraga kebutuhan O2 semakin besar. Pemakaian oksigen
yang meningkat disebabkan karena otot yang aktif mengoksidasi molekul nutrien lebih cepat
untuk memenuhi peningkatan energinya. Produksi CO2 meningkat karena otot yang lebih
aktif melakukan metabolisme memproduksi lebih banyak CO2. Beberapa faktor lain
mempengaruhi respon ventilasi yaitu :
1.Refleks yang berasal dari gerakan tubuh.
Reseptor-reseptor sendi dan otot yang tereksitasi selama kontraksi otot akan secara refleks
merangsang pusat pernafasan dan dengan cepat meningkatkan ventilasi. Bahkan gerakan pasif
anggota badan (misalnya, orang lain secara bergantian melakukan fleksi dan ekstensi lutut
seseorang) dapat meningkatkan ventilasi beberapa kali lipat melalui pengaktifan reseptor-
reseptor tersebut, walaupun sebenarnya tidak terjadi olahraga.dengan demikian, proses
mekanis pada olahraga diyakini berperan penting dalam mengkoordinasikan aktivitas
pernafasan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme ole otot-otot yang aktif.
2. Impuls dan korteks cerebrum.
Terutama pada permulaan olahraga, daerah-daerah motorik korteks serebrum diperkirakan
secara simultan merangsang neuron pernafasan medula dan mengaktifkan neuron-neuron
motorik otot. Hal ini serupa dengan penyesuaian kardiovaskuler yang dimulai oleh korteks
motorik pada permulaan olahraga. Dengan cara ini, daerah motorik otak meningkatakan
aktivitas ventilasi dan sirkulasi untuk menunjang aktivitas fisik yang segera dimulai.
Penyesuaian antisipatorik ini bersifat tidak lazim,yaitu bahwa langkah-langkah regulasi
diambil sebelum ada faktor hemostatik yang berubah. Pada keadaan yang biasa, penyesuaian-
penyesuaian tersebut berlangsung setelah suatu faktor berubah sebagai suatu usaha untuk
memulihkan homeostatik.
Elektrolit merupakan ion positif dan negatif yang terdapat dalam cairan tubuh.
sebagian besar ion tersebut adalah mineral yang masing-masing mempunyai fungsi spesifik ,
dalam cairan tubuh, dan beberapa mineral juga terlibat dalam mempertahankan pH normal
cairan tubuh.
Sebagian besar elektrolit adalah garam anorganik, asam,dan basa yang terdapat dalam semua
cairan tubuh. Elektrolit yang terpenting dalam sel adalah kalium, magnesium, fosfat, sulfat
dan sejumlah kecil natrium , klorida, dan kalsium. Pada dasarnya gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit dapat terjadi berupa kelebihan dan kekurangan cairan.
1. Edema
Istilah edema berasal dari bahasa yunani yaitu bengkak,edema terjadi pada ruang estrasel
terutama pada ruang interstitial.Namun edema dapat juga timbul pada ruan intrasel, yang
terjadi oleh karena adanya proses pradangan pada jaringan yang menyebabkan
permeabilitas membran meningkat dan memungkinkan ion Na+ dan ion lainnya masuk
kedalam sel yang disertai juga oleh masuknya air ke dalam sel.
2. Dehidrasi
Istilah dehidrasi secara klinis berarti kekurangan air dan elektrolit. Pada berbagai
keadaan, terjadi kekurangan cairan ekstrasel oleh karena hilangnya cairan tubuh.
Dehidrasi dapat dibagi menjadi dehidrasi isosmotik,dehidrasi hiperosmotik ,dehidrasi
hipoksmotik
Dehidrasi isoosmotik, pada awalnya cairan yang hilang berasal dari plasma dan
kemudian diganti oleh cairan dari ruang interstitial tidak terjadi perubahan
osmolalitas cairan estrasel.
Dehidrasi hiperosmotik, peningkatan osmolalitas cairan interstitial akan
menyebabkan cairan dari ruang intrasel akan masuk ke ruang estrasel. Akhirnya,
baik cairan ekstrasel maupun intrasel akan berkurang.
Dehidrasi hipoosmotik, pada awalnya kehilangan NaCl juga akan menyebabkan
kehilangan air.menurunya osmolalitas cairan ekstrasel dan terjadi perpindahan
cairan dari ruang ekstrasel menuju instrasel pada akhirnya volume cairan ekstrasel
akan berkurang dan volume cairan intrasel akan meningkat.
Aktivitas mempengaruhi keseimbangan asam basa cairan tubuh. Pada saat kita
beraktivitas, misalnya berolahraga, menyebabkan metabolisme tubuh meningkat. Dari proses
metabolisme tubuh yang meningkat, dihasilkan berbagai zat yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan asam basa tubuh. Misalnya, konsentrasi karbon dioksida yang berlebih.
Terdapat tiga lini pertahanan yang mengatasi setiap perubahan asam basa dalam cairan
tubuh:
1. Sistem Buffer
Sistem buffer berfungsi sebagai sistem peratahanan pertama dalam tubuh. Sistem ini
merupakan campuran dua atau lebih senyawa kimia dalam larutan yang memperkecil
perubahan pH jika terjadi penambahan atau pengurangan asam atau basa dari atau ke
larutan tersebut. Sistem ini terdiri sepsang bahan yang terlibat dalam reaksi reversibel
yaitu satu bahan yang menghasilkan H+ bebas ketika konsentrasi H+ mulai turun dan
bahan lain yang dapat berikatan dengan H+ (sehingga menyingkirkannya dari larutan)
apabila konsentrasi H+ mulai naik. Ada empat sistem buffer:
a. Buffer bikarbonat merupakan sistem buffer di cairan ekstrasel terutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
b. Buffer protein merupakan sistem buffer di cairan ekstrasel dan intrasel.
c. Buffer hemoglobin merupakan sistem buffer di dalam eritrosit untuk perubahan
asam karbonat.
d. Buffer fosfat merupakan sistem buffer di dalam sistem perkemihan dan cairan
intrasel.
Sistem buffer hanya mengatasi ketidakseimbangan asam basa sementara. Jika dengan
buffer kimia tidak cukup untuk memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan
pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan
kadar ion H+ dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan,
kemudian mempertahan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan
tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H+ secara lambat dengan
mensekresikan ion H+ dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena
memiliki buffer fosfat dan amonia.
2. Mekanisme kontrol pH oleh sistem pernapasan
f. Eliminasi urin
Mekanisme homeostasis pada pengaturan eliminasi urine dapat dilakukan melalui dua
mekanisme:
Hormon renin di produksi pada bagian glomerulus ginjal, Ketika aliran darah ke glomerulus
menurun, sel jugstaglomerulus akan mensekresikan hormon renin ke dalam aliran darah
menuju hepar. Di dalam hepar, hormon renin akan mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I. Lalu angiotensin I menuju ke paru-paru, dan dikonversi menjadi angiotensin II
oleh ACE. Angiotensin II menstimulus hypotalamus untuk mensekresikan ADH pada
hypofisis posterior, kemudian hormon ADH ini menuju ke tubulus ginjal dan akan
meningkatkan penyerapan air pada tubulus ginjal.
Ginjal mensekresikan hormon renin sebagai respon terhadap penurunan NaCl. Renin
mengaktifkan angiotensinogen, suatu
protein plasma yang diproduksi oleh
hati, menjadi angiotensin I.
Di tubulus proksimal dan lengkung henle, persentasi reabsorpsi Na+ yang difiltrasi bersifat
konstan berapapun beban Na+. Reabsorpsi sejumlah bagian kecil di bagian distal tubulus
berada di bawah kontrol hormon aldosteron. Tingkat reabsorpsi terkontrol ini berbanding
terbalik dengan besar beban Na+ di tubuh. Apabila terlalu banyak terdapat Na+ hanya sedikit
dari Na+ ini yang di reabsorpsi. Di pihhak lain apabila terjadi kekurangan Na+, sebagian besar
Na+ direabsorpsi sehingga kandungan Na+ dalam urin sedikit. Hormon aldosteron juga
merangsang sintesis protein-protein baru di dalam sel-sel tubulus ginjal. Protein-protein
tersebut disebut aldosterone inducet proteins yang meningkatkan reabsorpsi Na+ dengan dua
cara. Pertama, mereka terlibat dalam pembentukan saluran Na+ di membran luminal sel
tubulus distal dan pengumpul, sehingga meningkatkan perpindahan pasif Na+ dari lumen ke
dalam sel. Kedua, mereka menginduksi sintesis pembawa Na+-K+ ATPase, yang disisipkan ke
dalam membran basolateral sel-sel tersebut. Hasil akhirnya adalah peningkatan reabsorpsi
Na+.
permulaan olahraga atau bahkan dalam antisipasi olahraga. Efek-efek ini kemudian
diperkuat oleh masukan aferen ke pusat kardiovaskuler medulla dari kemoreseptor di ototserta
oleh mekanisme local yang mempertahankan vasodilatasi di otot-otot yang aktif. Reflex
baroreseptor kemudian juga memodulasi respon kardiovaskuler.
Pada orang dewasa, jumlah air tubuhnya kira-kira setengah dari berat badannya.
Kandungan air tubuh tergantung berat badan,mur dan kelamin, dan jumlah relative lemak. Bayi
terdiri atas 73% air, kandungan air ini makin menurun dengan men ingkatnya umur, sehingga
pada usia lanjut tinggal 45% atau kurang. Jadi seorang pria dewasa muda terdiri atas kira-kira
60% air, wanita dewasa muda 50% (karena lemak tubuhnya lebih banyak dan otot rangkanya
lebih kecil).
7.peranan rasa haus dalam mengatur osmolaritas cairan ekstrasel dan konsentrasi
natrium
Asupan cairan diatur oleh mekanisme rasa haus yang bersama dengan mekanisme
osmoreseptor-ADH, mempertahankan control osmolaritas cairan ekstrasel dan konsentrasi
natrium secara tepat.
Jika cairan pada manusia tidak terpenuhi maka seseorang tersebut akan mengalami
penurunan fungsi ginjal dan ketidak mampuan untuk mengonsentrasikan urine.