Anda di halaman 1dari 11

JAWABAN PERTANYAAN PENTING

1. Mekanisme Haus.
a) Penurunan perfusi ginjal merangsang pelepasan rennin yang akhirnya
menghasilkan angiostensin II. Angiostensin II merangsang hipotalamus untuk
melepaskan substrat neuron yang bertanggung jawab meneruskan sensasi
haus.
b) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf sehingga menghasilkan sensasi haus.
c) Rasa haus dapat diinduksi oleh kekeringan local pada mulut akibat status
hiperosmolar. Selain itu, rasa haus bisa juga muncul untuk menghilangkan
sensasi kering yang tidak nyaman akibat penurunan saliva.

2.faktor regulatorik yang tidak yang tidak menghubungkan vasopresin dan rasa haus:
Nyeri, ketakutan dan trauma tidak berkaitan langsung dengan keseimbangan
H2O.Pada kenyataannya, retensi H2O akibat sekresi vasopresin yang tidak sesuai dapat
menyebabkan ketidak seimbangan H2O hipotinik. Sebaliknya, alcohol menghambat
sekresi vasopresin dan dapat menyebabkan hipertonitas CES dengan mendorong sekresi
H2Obebas secara berlebihan.
Salah satu perangsang yang menimbulkan rasa haus tetapi tidak memicu sekresi
vasopresin adalah efek langsung kekeringan mulut. Ujung-ujung saraf di mulut
terangsang langsung oleh kekeringan, yang menimbulkan sensasi intens haus yang sering
dapat diatasi hanya dengan membasahi mulut meskipun tidak ada H2O yang benar-benar
tertelan. Mulut yang kering dapat terjadi jika pengeluaran liur tertekan oleh factor-faktor
yang tidak berkaitan dengan kandungan H2O tubuh, misalnya rasa cemas, merokok
berlebihan, atau obat tertentu.
Faktor yang mempengaruhi sekresi vasopresin atau rasa haus tetapi tidak
berkaitan sama sekali dengan kebutuhan H2O tubuh biasanya berlangsung singkat.
Konrol dominan dan jangka panjang atas sekresi vasopresin dan rasa haus berkorelasi
langsung dengan status H2O tubuh yaitu, oleh status osmolaritas CES dan, dalam tingkat
yang lebih rendah, oleh volume CES.

3. hubungannya kardiovaskuler dengan haus:


Jika tubuh kekurangan cairan, maka darah akan mengental, hal ini dikarenakan cairan
dalam darah akan tersedot untuk kebutuhan dalam tubuh.sehingga kerja jantung
terganggu dan sulit untuk memompa darah karena darah terlalu kental.
Keseimbangan cairan dalam tubuh saling bergantung satu dengan lainya, jika satu
terganggu maka yang lain pun akan terganggu. Jumlah air dalam tubuh berkaitan dengan
jumlah elektrolit tubuh. Konsentrasi natrium darah merupakan indicator yng baik dalam
jumlah cairan tubuh. Tubuh berusaha mmpertahankan jumlah total cairan tubuh,
sehingga kadar natrium dalam daah tetap stabil. Jika kadar natrium tubuh terlalu tinggi,
maka tubuh akan menahan air untuk melautkan kelebihan natrium, maka akan
menimbulkan rasa haus dan sedikit mengeluarkan air kemih, tetapi jika kaadar natrium
terlalu rendah ginjal akan mengeluarkan lebih banyak air untuk mengembalikan kadar
natrium kembali normal.

4. Factor-faktor yang menyebabkanseseoranhaus,yaitu:


 Usia
Usia mempengaruhidistribusi cairan tubuh dan elektrolit. Perubahan cairan dan
elektrolit kerja secara normal seiring dengan perubahan perkembangan seseorang.
Oleh karena itu, pada saat mengkaji klien, perawat perlu menghitung adanya
perubahan cairan yang berhubungan dengan proses penuaan dan perkembangan.
a. Bayi
Total proporsi air dalam tubuh bayi lebih besar dari pada total proporsi air
dalam tubuh, anak usia sekolah, remaja, atau orang dewasa. Walaupun
demikian, bayi tidak terlindung dari kehilangan cairan (misalnya akibat diare)
karena mereka setiap hari mengonsumsi dan mengeksresikan cairan dalam
jumlah relative besar dibanding orang dewasa (Weldy,1992). Pada
kenyataannya, bayi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kekurangan
cairan atau ketidakseimbangan hyperosmolar karena perkilogram berat
tubuhnya kehilangan air yang lebih besar secara proporsional.
b. Anak-anak
Dimasa kanak-kanak, respon pengaturan dan
kompensasiterhadapketidakseimbanganmenjadikurangstabildandalamperubah
ankeseimbangan yang besar.Seringkaliresponanak-
anakterhadappenyakitadalahdemamdengansuhu yang
lebihtinggiataudurasidemam yang lebih lama daripada orang
dewasa.Demamdimasakanak-kanakdapatmeningkatkankecepatankehilangan
air yang tidakdirasakan.
c. Remaja
Padamasaremaja, perubahanutamadalam proses
anatomisdanfisilologisberlangsungcepat.
Peningkatankecepatanpertumbuhanakanmeningkatkan proses metabolic,
akibatnya, sejumlah air dihasilkansebagaiprodukakhirmetabolisme.
Perubahankeseimbangancairanpadaremajaperempuanlebihbesarkarenaperubah
n hormonal yang berhubungandengansiklusmenstruasi.
d. Lansia
Resikoklienlansiauntukmengalamiketidakseimbangancairandanelektrolitberhu
bungandenganpenurunanfungsiginjaldanketidakmampuanuntukmengonsentras
ikanurin.Selainitu, jumlah total air
tubuhmenurunseiringdenganpeningkatanusia (Horney et al, 1991).
Faktorresiko lain yang mempengaruhilansiaadalahpenggunaanobat-
obatandiuretik, yang
diberikanuntukmengatasihipertensidangagaljantungkongestif;
penggunaanobat-obatanlaksatifdan enema berlebihan;
danprosedurpembersihan / kolon yang
dilakukandalampersiapanuntukpemeriksaandaignostik.
Ketidakseimbanganumum yang berhubungandengan proses
penuaanmeliputigangguancairanhiperosmolardanhipernatremia temperature
dasardalamkondisi normal
rendahharusdiidentifikasiuntukmendeteksiadanyapeningkatan yang
berhubungandenganketidakseimbangan hyperosmolar dan hypernatremia.
Klienmungkintidakmerasahauskarenamekanisme rasa
hausnyasudahmenurun.Terakhir, salivasimenurun, sehinggakelembaban
membrane
mukosadikajidenganmenginspeksidaerahdibawahlidahgunamelihatadanyakum
pulan saliva.
 UkuranTubuh
Ukurandankomposisitubuhberpengaruhpadajumlah total air
dalamtubuh.Lemaktidakmengandung air, karenaitu, klien yang gemuk (obes)
memilikiproporsi air tubuh yang
lebihsedikit.Wanitamemilikilebihbanyakcadanganlemak di
dalampayudaradanpahamerekadaripadapria.Akibatnya, jumlah total air
tubuhpadawanitalebihkecildaripadapriawalaupunusiamerekasama.
 Temperatur Lingkungan
Tubuh berespon terhadap temperature lingkungan yang berlebihan,
dalambentukperubahancairan.Tubuhmeningkatkanfasodilatasiperifer, yang
memungkinkanlebihbanyakdarahmemasukipermukaantubuh yang
sudahmenjadidingin. Berkeringatakanmeningkatkankehilangancairantubuh yang
menyebabkan ion-ion natriumdanklorida.
Tubuhjugameningkatkancurahjantungdanfrekuensidenyutnadi.Akhirnyaterjadilah
peningkatanekskresikalium yang dilakukanolehginjal (Weldy, 1992).
 Gaya hidup
Gaya hidup dapat member pengaruh tidak langsung pada keseimbangan cairan,
elektrolit, dan asam basa.Kebiasaan yang
dapatmempengaruhikeseimbangancairanmeliputi diet, sters, danolahraga.

5. perubahan yang terjadi pada saat seseorang beraktivitas:

a. Tekanan darah
Perubahan mencolok sistem kardiovaskuler pada saat berolahraga termasuk peningkatan
besar aliran darah otot rangka, peningkatan bermakna curah jantung, penurunan resistensi
perifer total (karena vasodilatasi ) luas di otat-otot rangka walaupun terjadi vasokontriksi
umum di sebagian besar organ lain, dan peningkatan sedang arteri rata-rata kemudian bukti-
bukti mengisyaratkan bahwa pusat- pusat olahraga yang masih perlu diidentifikasi lebih lanjut
menginduksi perubahan jantung dan pembuluh darah. Pada mekanisme lain pengaturan
tekanan darah adalah

- Sistem renin – angiotensin

Untuk mempertahankan keseimbangan volume darah dan tekanan darah ada sel khusus yang
disebut juxtaglomerulus. Sel ini ada didekat glomerulus dan mensekresikan hormon renin
yang proses kerjanya sbb:

1. K
e
t
i
k
a

a
l
iran darah ke glomerulus menurun, sel juxtaglomerulus akan mensekresikan hormon
renin ke dalam aliran darah menuju hepar. Di dalam hepar, hormon renin akan mengubah
angiotensinogen menjadi angiotensin I. Lalu angiotensin I menuju ke paru-paru, dan
dikompersi menjadi angiotensin II oleh ACE
2. Angiotensin II menyebabkan vasokontriksi perifer sehingga meningkatkan tekanan
darah. Ketika tekanan darah telah normal kembali, ginjal akan berhenti mensekresi
hormon renin, sehingga hormon renin-angiotensin berhenti pula.

b. Frekuensi nadi

pada saat beraktivitas, frekuensi jantung memompa darah meningkat, frekuensi jantung
yang meningkat ini disebabkan karena kurangnya kandungan oksigen dalam tubuh (jaringan).
Dari frekuensi denyut jantung yang meningkat ini akan menyebabkan meningkatnya frekuensi
denyut nadi.Terjadi perbedaan frekuensi jantung
pada orang yang sering melakukan aktivitas dengan
yang jarang beraktivitas. Pada orang yang sering
beraktivitas frekuensi jantung lebih kecil karena
adanya perubahan pada myokardium. Sehingga
dalam satu kali kontraksi lebih banyak suplai
oksigen yang terpenuhi dibandingkan orang yang
jarang beraktifitas.

c. Frekuensi nafas
Aktivitas dapat meningkatkan frekuensi nafas.
Hal ini disebabkan karena selama olahraga kebutuhan O2 semakin besar. Pemakaian oksigen
yang meningkat disebabkan karena otot yang aktif mengoksidasi molekul nutrien lebih cepat
untuk memenuhi peningkatan energinya. Produksi CO2 meningkat karena otot yang lebih
aktif melakukan metabolisme memproduksi lebih banyak CO2. Beberapa faktor lain
mempengaruhi respon ventilasi yaitu :
1.Refleks yang berasal dari gerakan tubuh.
Reseptor-reseptor sendi dan otot yang tereksitasi selama kontraksi otot akan secara refleks
merangsang pusat pernafasan dan dengan cepat meningkatkan ventilasi. Bahkan gerakan pasif
anggota badan (misalnya, orang lain secara bergantian melakukan fleksi dan ekstensi lutut
seseorang) dapat meningkatkan ventilasi beberapa kali lipat melalui pengaktifan reseptor-
reseptor tersebut, walaupun sebenarnya tidak terjadi olahraga.dengan demikian, proses
mekanis pada olahraga diyakini berperan penting dalam mengkoordinasikan aktivitas
pernafasan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme ole otot-otot yang aktif.
2. Impuls dan korteks cerebrum.
Terutama pada permulaan olahraga, daerah-daerah motorik korteks serebrum diperkirakan
secara simultan merangsang neuron pernafasan medula dan mengaktifkan neuron-neuron
motorik otot. Hal ini serupa dengan penyesuaian kardiovaskuler yang dimulai oleh korteks
motorik pada permulaan olahraga. Dengan cara ini, daerah motorik otak meningkatakan
aktivitas ventilasi dan sirkulasi untuk menunjang aktivitas fisik yang segera dimulai.
Penyesuaian antisipatorik ini bersifat tidak lazim,yaitu bahwa langkah-langkah regulasi
diambil sebelum ada faktor hemostatik yang berubah. Pada keadaan yang biasa, penyesuaian-
penyesuaian tersebut berlangsung setelah suatu faktor berubah sebagai suatu usaha untuk
memulihkan homeostatik.

d. Keseimbangan cairan elektrolit

Elektrolit merupakan ion positif dan negatif yang terdapat dalam cairan tubuh.
sebagian besar ion tersebut adalah mineral yang masing-masing mempunyai fungsi spesifik ,
dalam cairan tubuh, dan beberapa mineral juga terlibat dalam mempertahankan pH normal
cairan tubuh.
Sebagian besar elektrolit adalah garam anorganik, asam,dan basa yang terdapat dalam semua
cairan tubuh. Elektrolit yang terpenting dalam sel adalah kalium, magnesium, fosfat, sulfat
dan sejumlah kecil natrium , klorida, dan kalsium. Pada dasarnya gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit dapat terjadi berupa kelebihan dan kekurangan cairan.
1. Edema
Istilah edema berasal dari bahasa yunani yaitu bengkak,edema terjadi pada ruang estrasel
terutama pada ruang interstitial.Namun edema dapat juga timbul pada ruan intrasel, yang
terjadi oleh karena adanya proses pradangan pada jaringan yang menyebabkan
permeabilitas membran meningkat dan memungkinkan ion Na+ dan ion lainnya masuk
kedalam sel yang disertai juga oleh masuknya air ke dalam sel.
2. Dehidrasi
Istilah dehidrasi secara klinis berarti kekurangan air dan elektrolit. Pada berbagai
keadaan, terjadi kekurangan cairan ekstrasel oleh karena hilangnya cairan tubuh.
Dehidrasi dapat dibagi menjadi dehidrasi isosmotik,dehidrasi hiperosmotik ,dehidrasi
hipoksmotik
 Dehidrasi isoosmotik, pada awalnya cairan yang hilang berasal dari plasma dan
kemudian diganti oleh cairan dari ruang interstitial tidak terjadi perubahan
osmolalitas cairan estrasel.
 Dehidrasi hiperosmotik, peningkatan osmolalitas cairan interstitial akan
menyebabkan cairan dari ruang intrasel akan masuk ke ruang estrasel. Akhirnya,
baik cairan ekstrasel maupun intrasel akan berkurang.
 Dehidrasi hipoosmotik, pada awalnya kehilangan NaCl juga akan menyebabkan
kehilangan air.menurunya osmolalitas cairan ekstrasel dan terjadi perpindahan
cairan dari ruang ekstrasel menuju instrasel pada akhirnya volume cairan ekstrasel
akan berkurang dan volume cairan intrasel akan meningkat.

e. Keseimbangan asam basa

Aktivitas mempengaruhi keseimbangan asam basa cairan tubuh. Pada saat kita
beraktivitas, misalnya berolahraga, menyebabkan metabolisme tubuh meningkat. Dari proses
metabolisme tubuh yang meningkat, dihasilkan berbagai zat yang dapat mengganggu
keseimbangan cairan asam basa tubuh. Misalnya, konsentrasi karbon dioksida yang berlebih.

Terdapat tiga lini pertahanan yang mengatasi setiap perubahan asam basa dalam cairan
tubuh:

1. Sistem Buffer
Sistem buffer berfungsi sebagai sistem peratahanan pertama dalam tubuh. Sistem ini
merupakan campuran dua atau lebih senyawa kimia dalam larutan yang memperkecil
perubahan pH jika terjadi penambahan atau pengurangan asam atau basa dari atau ke
larutan tersebut. Sistem ini terdiri sepsang bahan yang terlibat dalam reaksi reversibel
yaitu satu bahan yang menghasilkan H+ bebas ketika konsentrasi H+ mulai turun dan
bahan lain yang dapat berikatan dengan H+ (sehingga menyingkirkannya dari larutan)
apabila konsentrasi H+ mulai naik. Ada empat sistem buffer:
a. Buffer bikarbonat merupakan sistem buffer di cairan ekstrasel terutama untuk
perubahan yang disebabkan oleh non-bikarbonat.
b. Buffer protein merupakan sistem buffer di cairan ekstrasel dan intrasel.
c. Buffer hemoglobin merupakan sistem buffer di dalam eritrosit untuk perubahan
asam karbonat.
d. Buffer fosfat merupakan sistem buffer di dalam sistem perkemihan dan cairan
intrasel.
Sistem buffer hanya mengatasi ketidakseimbangan asam basa sementara. Jika dengan
buffer kimia tidak cukup untuk memperbaiki ketidakseimbangan, maka pengontrolan
pH akan dilanjutkan oleh paru-paru yang berespon secara cepat terhadap perubahan
kadar ion H+ dalam darah akibat rangsangan pada kemoreseptor dan pusat pernapasan,
kemudian mempertahan kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan
tersebut. Ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan ion H+ secara lambat dengan
mensekresikan ion H+ dan menambahkan bikarbonat baru ke dalam darah karena
memiliki buffer fosfat dan amonia.
2. Mekanisme kontrol pH oleh sistem pernapasan

Sistem pernapasan berperan penting dalam keseimbangan asam basa karena


kemampuannya mengubah ventilasi paru dan dengan demikian mengubah kecepatan
ekskresi CO2 penghasil H+. Jika pH arteri meningkat, pusat pernapasan di medulla
oblongata secara refleks terangsang untuk meningkatkan ventilasi paru (kecepatan
pertukaran gas antara paru dan atmosfir) karena kecepatan dan kedalaman bernafas
meningkat, lebih banyak CO2 yang dihembuskan keluar, sehingga jumlah H2CO3 yang
ditambahkan ke dalam cairan tubuh berkurang. Karena CO2 membentuk asam,
pengeluaran CO2 pada dasarnya mengeluarkan asam dari tubuh. Sebaliknya apabila pH
arteri turun, ventilasi paru berkurang. Akibat bernafas yang lebih lambat dan dangkal,
CO2 hasil metabolisme akan berdifusi dari sel ke dalam darah lebih cepat dari
pengeluaran gas oleh paru, sehingga terjadi penimbunan lebih banyak CO2 pembentuk
asam di darah sehingga pH cairan tubuh kembali normal.

3. Mekanisme kontrol pH oleh ginjal


Ginjal adalah lini pertahanan ketiga terhadap pH dalam cairan tubuh; ginjal
memerlukan waktu beberapa jam untuk mengkompensasi perubahan pH cairan tubuh,
dibandingkan sistem penyangga dan respirasi. Ginjal tidak saja dapat mengubah
pengeluaran H+, tetapi juga dapat menahan atau mengeliminasi HCO3- bergantung pada
status asam dan basa tubuh. Sebagai contoh, selama kompensasi ginjal untuk asidosis,
untuk setiap H+ yang diekskresikan di urin, sebuah HCO3- baru ditambahkan keplasma
untuk menyangga,melalui sistem H2CO3 : HCO3-,sementara H+ masih berada di dalam
cairan tubuh. Dengan secara simultan mengeluarkan asam (H+) dari dan menambahkan
basa (HCO3-) kecairan tubuh,ginjal mampu memulihkan pH ke arah normal secara lebih
efektif daripada paru,yang hanya dapat menyesuaikan jumlah CO2 pembentuk H+ di
tubuh..

f. Eliminasi urin

Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter


penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas ekstrasel.

Ginjal mengontrol volume cairan ekstrasel dengan mempertahankan


keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas cairan ekstrasel
dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Pada saat seseorang
dalam keadaan haus, berarti asupan air berkurang maka harus ada
keseimbangan antara air yang keluar dan yang masuk kedalam tubuh.

Mekanisme homeostasis pada pengaturan eliminasi urine dapat dilakukan melalui dua
mekanisme:

 Mekanisme renin – angiotensinogen- ADH

Hormon renin di produksi pada bagian glomerulus ginjal, Ketika aliran darah ke glomerulus
menurun, sel jugstaglomerulus akan mensekresikan hormon renin ke dalam aliran darah
menuju hepar. Di dalam hepar, hormon renin akan mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensin I. Lalu angiotensin I menuju ke paru-paru, dan dikonversi menjadi angiotensin II
oleh ACE. Angiotensin II menstimulus hypotalamus untuk mensekresikan ADH pada
hypofisis posterior, kemudian hormon ADH ini menuju ke tubulus ginjal dan akan
meningkatkan penyerapan air pada tubulus ginjal.

 Mekanisme Haus dan peranan Vasopresin/ Antidiuretik hormon (ADH)

Peningkatan osmolaritas cairan ekstrasel akan merangasng osmoreseptor di hypotalamus.


Rangsangan ini akan dihantarkan ke neuron hipothalamus yaitu nervus vagus dan nervus
glossofaringeus yang mensintesis vasopresin. Vasopresin akan dilepaskan oleh hypofisis
posterior ke dalam darah dan akan berikatan dengan reseptornya di duktus koligentis. Ikatan
vasopresin dengan reseptornya di duktus koligentifus memicu terbentuknya aquoporin yaitu
kanal air di membrane bagian apeks di duktus koligentifus. Pembentukan aquoporin ini
memungkinkan terjadinya reabsorpsi cairan ke vasa recta. Hal ini menyebabkan urine yang di
bentuk di duktus koligentifus menjadi sedikit dan hyperosmotik (pekat) sehingga cairan dalam
tubuh tetap dipertahankan.

 Mekanisme renin- angiotensin- aldosteron

Ginjal mensekresikan hormon renin sebagai respon terhadap penurunan NaCl. Renin
mengaktifkan angiotensinogen, suatu
protein plasma yang diproduksi oleh
hati, menjadi angiotensin I.

Angiotennsin I diubah menjadi


angiotensin II oleh angiotensin
converting enzyme yang diproduksi
oleh paru. Angiotensin II
merangsang korteks adrenal untuk
mengsekresikan hormon aldosteron,
yang merangsang reabsorpsi Na+
oleh ginjal. Retensi Na+ menimbulkan efek osmotik yang menahan lebih banyak H2O di
cairan ekstrasel.

Di tubulus proksimal dan lengkung henle, persentasi reabsorpsi Na+ yang difiltrasi bersifat
konstan berapapun beban Na+. Reabsorpsi sejumlah bagian kecil di bagian distal tubulus
berada di bawah kontrol hormon aldosteron. Tingkat reabsorpsi terkontrol ini berbanding
terbalik dengan besar beban Na+ di tubuh. Apabila terlalu banyak terdapat Na+ hanya sedikit
dari Na+ ini yang di reabsorpsi. Di pihhak lain apabila terjadi kekurangan Na+, sebagian besar
Na+ direabsorpsi sehingga kandungan Na+ dalam urin sedikit. Hormon aldosteron juga
merangsang sintesis protein-protein baru di dalam sel-sel tubulus ginjal. Protein-protein
tersebut disebut aldosterone inducet proteins yang meningkatkan reabsorpsi Na+ dengan dua
cara. Pertama, mereka terlibat dalam pembentukan saluran Na+ di membran luminal sel
tubulus distal dan pengumpul, sehingga meningkatkan perpindahan pasif Na+ dari lumen ke
dalam sel. Kedua, mereka menginduksi sintesis pembawa Na+-K+ ATPase, yang disisipkan ke
dalam membran basolateral sel-sel tersebut. Hasil akhirnya adalah peningkatan reabsorpsi
Na+.

permulaan olahraga atau bahkan dalam antisipasi olahraga. Efek-efek ini kemudian
diperkuat oleh masukan aferen ke pusat kardiovaskuler medulla dari kemoreseptor di ototserta
oleh mekanisme local yang mempertahankan vasodilatasi di otot-otot yang aktif. Reflex
baroreseptor kemudian juga memodulasi respon kardiovaskuler.

6.komposisi cairan tubuh

Pada orang dewasa, jumlah air tubuhnya kira-kira setengah dari berat badannya.
Kandungan air tubuh tergantung berat badan,mur dan kelamin, dan jumlah relative lemak. Bayi
terdiri atas 73% air, kandungan air ini makin menurun dengan men ingkatnya umur, sehingga
pada usia lanjut tinggal 45% atau kurang. Jadi seorang pria dewasa muda terdiri atas kira-kira
60% air, wanita dewasa muda 50% (karena lemak tubuhnya lebih banyak dan otot rangkanya
lebih kecil).

7.peranan rasa haus dalam mengatur osmolaritas cairan ekstrasel dan konsentrasi
natrium

Asupan cairan diatur oleh mekanisme rasa haus yang bersama dengan mekanisme
osmoreseptor-ADH, mempertahankan control osmolaritas cairan ekstrasel dan konsentrasi
natrium secara tepat.

8.dampak pada manusia yang cairannya tidak terpenuhi

Jika cairan pada manusia tidak terpenuhi maka seseorang tersebut akan mengalami
penurunan fungsi ginjal dan ketidak mampuan untuk mengonsentrasikan urine.

Anda mungkin juga menyukai