Abstrak: Studi ini membahas tentang peran Baitul Maal watTamwil (BMT) sebagai lembaga
keuangan yang menempati posisi sebagai penggerak serta pendukung pertumbuhan usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah Kecamatan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah.
Studi ini juga menyajikan gambaran profil responden UMKM, menganalisa tingkat
kemanfaatan produk BMT yang berupa pembiayaan dan tabungan sebagai bentuk dukungan
finansial BMT. Studi ini juga mengungkap peran penting dari variabel bantuan usaha yang
bersifat non finansial yang disediakan BMT sebagai wujud upaya untuk menemukan hubungan
antara lembaga keuangan dan nasabahnya yang selama ini jarang terungkap dan kemudian
memberi solusi yang menjembatani masalah riil yang sebenarnya dialami UMKM serta
kebutuhan riil yang dibutuhkan oleh UMKM. Pembiayaan dan Tabungan memberikan manfaat
positif bagi pertumbuhan UMKM serta terdapat juga variabel layanan nonfinansial yang dalam
studi ini disebut sebagai Enterprise Development Services yang juga memberikan manfaat
positif bagi pertumbuhan UMKM. Berdasar ketiga variabel yang diteliti dapat dinyatakan
bahwa BMT mampu menjadi fasilitator pertumbuhan UMKM.
Kata kunci: lembaga keuangan mikro; usaha mikro, kecil dan menengah, layanan finansial,
layanan non finansial, pertumbuhan usaha
Klasifikasi JEL: G21
36 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 35-43
dibandingkan dengan usaha menengah. Menu- begitu tidak berarti potensi UMKM layak dike-
rut sektor ekonomi, penyaluran kredit kepada sampingkan karena jumlah UMKM tentu lebih
UMKM dan usaha menengah masih didominasi banyak daripada pengusaha tingkat menengah
sektor perdagangan, disusul industri pengolah- dan besar sehingga tetap ada potensi laba bagi
an, dan terakhir oleh sektor pertanian, perbu- lembaga keuangan yang bersedia menjalin
ruan dan kehutanan masing-masing sebesar kerjasama dengan UMKM. Celah inilah yang
49,0 persen, 10,5 persen, dan 8,5 persen. dimanfaatkan oleh Koperasi Simpan Pinjam,
Microcredit merupakan upaya pemberian Bank Perkreditan Rakyat dan Baitul Maal Wat
pinjaman modal usaha dengan menggunakan Tamwil (BMT).
sistem kredit konvensional biasa. Bank nasional BMT berasal dari kata “Baitul Maal” yaitu
atau lembaga tertentu yang mendapatkan man- Rumah Uang dan “Baitul Tamwil” yang berarti
dat pemerintah bahkan juga lembaga keuangan rumah Infaq atau Bank Islam. Secara lebih
swasta yang mengkhususkan diri pada layanan Umum, BMT dinyatakan sebagai lembaga
masyarakat kecil memberikan kredit dengan keuangan mikro yang beroperasi menggunakan
menerapkan sistem microcredit ini. Microcredit konsep gabungan antara Baitul Maal dan Baitul
menjadi cara pembiayaan yang disukai karena Tamwil yang berorientasi sosial dan komersial.
ada unsur kepraktisan sekaligus kepastian return. Dikatakan sosial karena memiliki kegiatan utama
Konsep microfinance dikembangkan lebih menghimpun dan mendistribusikan dana zakat,
akhir dibanding konsep microcredit, Microfinance infaq, dan shodaqoh. Dikatakan komersil karena
dirancang lebih terpadu dengan tidak sekedar salah satu kegiatan utamanya adalah menghim-
pemberian dana saja namun pemberian fasilitas pun uang dan mendistribusikannya kembali
keuangan bagi UMKM akan disertai dengan kepada anggota dengan imbalan bagi hasil
pinjaman modal, pelatihan kerja, akses pada tambahan margin (Zainal, 2010).
tabungan, dan micro-insurance. (Akram, 2011). Dalam operasionalnya, BMT menggunakan
Versi riil microcredit indonesia adalah Kredit sistem bagi hasil sebagai metode utama pem-
Usaha Rakyat (KUR) yang ditetapkan pemerin- biayaan. Sistem bagi hasil dianggap sebagai
tah lewat Peraturan Menteri Keuangan No.135/ sistem terbaik karena lebih adil dalam membagi
PMK.05/2008 tentang fasilitas penjaminan Kredit keuntungan dan kerugian usaha. Laba dan atau
Usaha Rakyat yang kemudian diubah dengan rugi usaha akan dibagi berdua antara pemilik
Peraturan Menteri Keuangan No. 10/PMK.05/ modal dan peminjam modal sesuai kesepakatan
2009. KUR memudahkan UMKM untuk mem- yang disepakati bersama di awal transaksi pem-
peroleh akses modal tanpa agunan dengan bunga biayaan sehingga diharapkan tidak ada pihak
minimal 16 persen untuk kredit di atas 5 juta yang menzolimi pihak yang lain.
Rupiah namun akan dikenakan bunga 24 persen Salah satu BMT yang cukup menonjol dalam
jika pinjaman di bawah 5 juta Rupiah. Program aktivias microfinance bagi UMKM adalah BMT
KUR didukung oleh 6 Bank besar yaitu BRI, Yaqawiyyu yang terletak di Kecamatan Jatinom,
Mandiri, Mandiri Syariah, Bukopin, BNI, dan Klaten, Jawa Tengah. BMT Yaqqawiyyu meru-
BTN. (Sofwan, 2012). pakan lembaga keuangan yang didirikan oleh
Pada kasus KUR dan PNPM, bank cukup Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kecamatan
beruntung karena dapat mengenakan bunga Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. BMT yang didiri-
kredit hingga 22 persen serta adanya jaminan kan sejak Tahun 1996 ini mampu memberikan
kerugian dari pemerintah sebesar 70 persen jika nilai positif bagi perkembangan perekonomian
terdapat kegagalan pembiayaan pertahun (Per- di daerah Jatinom dan sekitarnya. BMT Yaqa-
aturan Menteri Keuangan Nomor 22/PMK.05/ wiyyu memiliki jumlah nasabah berjumlah di
2010). Jikalau tanpa jaminan pemerintah, atas 1000 orang menegaskan tingkat keperca-
kemungkinan KUR tidak akan diberikan secara yaan masyarakat terhadap BMT ini. Komitmen
independen oleh dunia perbankan. terhadap microfinance lewat bantuan konsultasi
Potensi UMKM memang tidak secerah usaha, pemberian pinjaman dengan metode
potensi usaha tingkat menengah apalagi peng- kredit yang variatif dan tidak hanya mengan-
usaha kelas besar sehingga kredit bagi UMKM dalkan sistem simpan pinjam konvensional
dianggap kurang profitable oleh bank, meskipun
38 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 35-43
memberikan gambaran riil kondisi ekonomi Analisis Regresi Linier
responden secara umum.
Dalam analisa regresi, pola hubungan
Variabel dependen dari studi ini adalah
antar variabel diekspresikan dalam sebuah
Pertumbuhan UMKM M (Y), yaitu nilai yang
persamaan regresi yang diduga berdasar data
digambarkan dari tingkat kenaikan kesejahte-
sampel. Untuk menduga pengaruh variabel
raan peminjam dana, baik itu diukur dari
kemudahan pembiayaan, adanya tempat mena-
pendapatan, jumlah tabungan dan kelancaran
bung, adanya Business Development Services yang
pengembalian pinjaman. Sementara Variabel
disediakan oleh BMT bagi pertumbuhan UMKM,
Independen yang digunakan ada tiga yaitu
dapat dinyatakan sebagai berikut:
diantaranya; 1) Ketersediaan produk pembia-
yaan (X1); 2) Ketersediaan tabungan (X2); 3)
Ketersediaan Enterprise Development Services (X3), Y = f (X1, X2, X3) 1)
pelatihan usaha dan bantuan usaha atau Enter-
prise Development Services (EDS) atau Business di mana: Y adalah variabel pertumbuhan UMKM;
Development Services) (X3). Metode yang X1 adalah variabel ketersediaan produk pem-
digunakan BMT cukup fleksibel disesuaikan biayaan; X2 adalah ketersediaan tabungan; X3
dengan budaya masyarakat sekaligus penye- adalah Business Development Services
suaian dengan segmen UMKM yang disasar
sehingga bentuk pelayanan ini cukup beragam. Untuk kemudian dilakukan regresi berganda
dengan Ordinary Least Square (OLS) menjadi:
Uji Kualitas data
Uji Validitas. Berdasarkan uji validitas Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e 2)
yang dilakukan, hasil studi dikatakan valid bila
terdapat kesamaan antara data yang terkumpul Dengan keterangan variabel: β0 adalah: kon-
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada stanta persamaan pertumbuhan UMKM; β1, β2,
objek yang diteliti (Ghozali, 2002:135). Uji β3 adalah koefisien masing-masing variabel
validitas dilakukan dengan pearson product independen; dan e adalah error term Uji
moment yang digunakan untuk menghitung
nilai korelasi antar masing-masing skor butir Asumsi Klasik
jawaban dengan skor total dan butir jawaban
dengan taraf signifikasi 5%. Jika r hitung > r Uji Multikolinearitas. Pengujian terhadap
tabel, maka H0 ditolak yang artinya variabel ada tidaknya Multikolinearitas dilakukan dengan
tersebut valid tetapi sebaliknya jika r hitung < r uji Variance Inflation Factor (Gujarati, 2003). Jika
tabel maka H0 diterima yang artinya variabel suatu variabel memiliki VIF < 10, maka variabel
tidak valid. Uji validitas menggunakan rumus bebas tersebut tidak memiliki Multikolinearitas
sebagai berikut: (Umar, 2003). denga variabel bebas yang lain.
Uji Reliabilitas. Hasil studi dikatakan Uji Heteroskedastisitas. Ada beberapa
reliabel bila terdapat kesamaan data dalam cara untuk melihat perilaku error term yaitu
waktu yang berbeda. Butir pertanyaan yang dengan melihat grafik scatterplot yaitu grafik
diuji reliabilitasnya adalah butir-butir yang nilai Y disekitar garis regresi linear. Jika ada
lolos dalam pengujian validitas. Uji reliabilitas pola tertentu dan teratur dari titik-titik yang
menggunakan metode pengujian alpha Cron- ada maka dikatakan model mengalami hetero-
bach. Semakin besar nilai alpha yang dihasilkan skedastisitas. Jika pola titik tidak berbentuk,
berarti butir-butir pertanyaan dalam quesioner maka model tidak mengalami heteroskedas-
semakin reliabel. Adapun reliabilitas dalam tisitas.
studi ini diuji dengan menggunakan uji
Cronbach alpha dengan ketentuan apabila nilai Uji Statistik
Cronbach Alpha > 0,6, instrumen pengukuran Uji F. Dilakukan untuk menguji pengaruh
dikatakan reliabel (Ghozali, 2002). seluruh variabel independen berpengarih terha-
dap variabel dependennya secara serentak.
40 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 35-43
Dengan variabel Y adalah tingkat pertum- Hasil yang sedikit mengejutkan adalah
buhan Usaha Kecil dan Menengah, X1 adalah ternyata reponden beranggapan bahwa tabung-
ketersediaan produk pembiayaan, X2 adalah an memberikan nilai positif bagi pertumbuhan
variabel ketersediaan tabungan dan X3 adalah usaha UMKM. Nasabah BMT ternyata sangat
variabel enterprise development services (eds). peduli terhadap tabungan, sebagian besar dari
Adapun hasil uji regresi linier berganda pada mereka menjadikan tabungan sebagai kebiasaan
studi ini disajikan dalam tabel 3. untuk hidup lebih teratur dalam pengelolaan
Hasil uji regresi menunjukkan bahwa semua uang, untuk menjaga kelangsungan usaha,
variabel bebas signifikan pada α =10% (0,1) dan serta menjaga aliran modal lebih teratur dan
dari hasil regresi diperoleh persamaan sebagai terjaga.
berikut: Pihak BMT memiliki andil besar dalam
membiasakan masyarakat untuk menabung.
Y = 0,180 + 0,305 X1 + 0,478 X2 + Marketing BMT mampu mendidik masyarakat
0,151 X3 + e 4) untuk menyisihkan penghasilan mereka dalam
wujud tabungan, masyarakat juga dimudahkan
Nilai koefisien variabel ketersediaan produk karena BMT mendatangi langsung tiap nasabah
pembiayaan (X1) adalah 0,305. Koefisien variabel di hampir setiap hari kerja untuk melayani
X1 bernilai positif maka ketersediaan pembia- setiap kebutuhan nasabah dan juga calon
yaan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan nasabah.
UMKM (Y) di Jatinom, Klaten. Koefisien variabel Hasil studi ini menunjukkan bahwa EDS
ketersediaan tabungan (X2) adalah 0,478 berarti mampu memberikan manfaat positif bagi
ketersediaan tabungan berpengaruh positif ter- nasabah. Pemberian bantuan usaha dengan ber-
hadap pertumbuhan UMKM (Y). Nilai koefisien bagai bentuk sesuai dengan kebutuhan nasabah
variabel enterprise development services (X3) adalah tentu lebih mengena pada permasalahan usaha
0,151 sehingga variabel enterprise development yang dihadapi setiap nasabah sehingga man-
services berpengaruh positif terhadap pertum- faatnya pun juga akan lebih mudah dirasakan
buhan UMK (Y). oleh nasabah. Meskipun begitu, keterbatasan
Adanya layanan pembiayaan atau lebih dari pihak BMT dalam memberikan segala ban-
populer dikenal dengan kredit terbukti membe- tuan bagi nasabah UMKM tetap akan menjadi
rikan manfaat bagi UMKM. Kebutuhan akan kendala penerapan EDS yang lebih merata
pembiayaan lebih cenderung dijadikan tambahan pada semua nasabah UMKM.
modal baik itu berupa kebutuhan cash flow, Pengujian terhadap uji statistik F diperoleh
menambah stok barang usaha, modal memper- nilai Fhitung sebesar 22,419 dan tingkat proba-
besar usaha, dan menambah alat atau fasilitas bilitas sebesar 0,000. Dengan taraf signifikansi
pendukung usaha. Seiring dengan kegunaan 95 % (α = 5 %) dan derajat kebebasan (df2 = n -
yang banyak tersebut maka tidak mengheran- k = 113 - 4 = 109), maka diperoleh nilai F tabel
kan ketika keberadaan pembiayaan sangat sebesar 2,6802. Artinya ada pengaruh yang
mendukung kemajuan UMKM. signifikan antara variabel independen terhadap
variabel dependen.
42 Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, April 2013: 35-43
rikan trainng usaha atau pendampingan usaha Basargekar, P. (2009). Economic empowerment
atau konsultasi usaha dan sejenisnya, konsu- through microfinance, An Assessment of CSR
men hendaklah mampu memaksimalkan layanan Activity Run by Forbes Marshall Ltd: India.
tersebut untuk menambah pengetahuan, kete- Ghozali,Imam. (2002). Aplikasi analisis multi variat
rampilan dan jaringan usaha; Kedelapan, masya- dengan program SPSS. Semarang: Badan
rakat dapat memilih BMT dibanding bank umum Penerbit Universitas Diponegoro.
dengan pertimbangan bahwa BMT memilik
Gujarati, Damodar. (2003). Ekonometri dasar. Ter-
fleksibilitas dalam hampir segala produk dan
jemahan: Sumarno Zain. Jakarta: Erlangga.
layanan.
Hasan, S. (2013). Pidato menteri koperasi dan
usaha kecil menengah Syarif Hasan pada
DAFTAR PUSTAKA Pertemuan Micro-Multinational, SMEs Go
Global pada tanggal 5 september 2013 di
Akram, M. (2011). The role of microfinance in Nusa Dua Bali.
uplifting income level: A study of District
Oni, E.O. (2012). Assessment of the contribution
Okara – Pakistan. Interdiciplinary Journal of
of micro finance institutions (MFIs) to
Contemporary Research in Business vol 2
Sustainable Growth of Small and Medium
March 2011.
Enterprises (SMEs) in Nigeria”. Interdisci-
Badan Pusat Statistik. (2008). Hasil sensus ekonomi plinary Journal of Contemporary Research in
2006, perusahaan menengah dan besar. Business Voll 3 No 9.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 22/
Badan Statistik Indonesia. (2013). Jumlah dan PMK.05/2010, Fasilitas Penjaminan Kredit
persentase penduduk miskin, garis kemiskinan, Usaha Rakyat.
indeks kedalaman kemisinan (P1), dan Indeks
Shetty, N. K. (2008). Microfinance; for micro
Keparahan Kemiskinan (P2) menurut Provinsi,
enterprise development: An Inquiry for a
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php
new paradigm. CFAI Journal of Financial
? tabel=1&id_subyek=23¬ab=1 diakses
Economics, Vol. VI, No. 1, 2008.
tanggal 29-1-2013 05:40 AM.
Sofwan, A. (2012). Peranan Kredit Usaha Rakyat
Badan Pusat Statistik Indonesia. (2013). Survei
terhadap Pengembangan UMK di Keca-
industri mikro dan kecil 2013; Profil Industri
matan Gebang Kabupaten Langkat (Studi
Mikro dan Kecil 2013. Jakarta: Badan Pusat
Kasus: Bank BRI Kecamatan Gebang).
Statistik.
Skripsi. Medan: Program Studi Ekonomi
Badan Pusat Statistik Kabupaten. (2012). Keca- Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
matan Jatinom dalam angka tahun 2012.
Zainal, M.Y. (2010). Peran Koperasi BMT Amanah
Klaten: Badan Pusat Statistik: Kabupaten
Madina dalam pengembangan usaha kecil
Klaten.
di Desa Ngeni Kecamatan Waru-Sidoarjo.
Badan Pusat Statistik Kabupaten. (2012). Klaten Skripsi. Jawa Timur: Fakultas Ilmu Sosial
dalam angka tahun 2012. Klaten: Badan dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Pusat Statistik Kabupaten Klaten. Nasional “Veteran”.