Anda di halaman 1dari 8

Edisi 217

Dzul Qadah 1440 H

MEMBACA FALSAFAH
IBADAH HAJI

S
hahabat Ibnu Abbas  suatu Sulit dipaparkan”. Demikian dalam
saat pernah ditanya soal haji dan I’ânatuth-Thâlibîn awal bab Haji
manasiknya, “Apa hikmahnya?”. (2/274).
Beliau  menjawab, “Ritual haji Ulama memaparkan, ada dua
memiliki hikmah dan falsafah yang luar alternatif dalam menyikapi ritual-ritual
biasa dan rahasia yang menakjubkan. yang ada dalam ajaran Islam. Pertama,

Mohon tidak dibaca ketika khutbah Jumat berlangsung dan mohon tidak diletakkan di sembarang tempat.
f t c o
Annajah Center Sidogiri @annajah_center @annajahcenter https://annajahsidogiri.id
2 TAHQIQAT

Ta’abbudi, berarti ibadah yang sulit kita “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah
nalar dengan akal atau bahkan mungkin menempatkan sebahagian keturunanku
tidak bisa (irasional). Kedua, Ta’aqquli, di lembah yang tidak mempunyai
berarti ibadah yang masih bisa kita tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
nalar dengan akal (rasional). (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan
Dalam hal ini haji dan manasiknya kami (yang demikian itu) agar mereka
adalah masuk dalam kategori Ta’abbudi mendirikan shalat, maka jadikanlah hati
(irasonal). Maka tugas akal adalah sebagian manusia cenderung kepada
berusaha mencari hikmah dan mereka dan berilah mereka rezeki dari
falsafah di balik ibadah haji, bukan buah-buahan, mudah-mudahan mereka
mempertanyakan kewajiban haji itu bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)
sendiri. Sebab tentu semua yang Allah Kedua, dengan diwajibkanya haji
 ciptakan pasti mengandung hikmah, bangsa Arab bisa dengan mudah
apalagi syariat-Nya. mengelola perekonomian mereka dan
Ulama sudah banyak yang berupaya dapat melengkapi kebutuhan hidup
memaparkan hikmah-hikmah dalam mereka. Sebab para peziarah Haramain
setiap aktivitas haji. Misalkan dalam yang sebanyak itu pasti akan membeli
kitab Hikmatut-Tasyrî’ Wa Falsafatuhu kebutuhannya melalui toko-toko
(1/268) karya Syekh Ali al-Jurjani dan terdekat. Bukan hanya demikian, antara
Târîkhut-Tasyrî’ al-Islâmi milik Syekh para peziarah Haramain dan bangsa
Muhammad al-Khudhari (52-53) banyak Arab bisa tukar menukar masing-masing
dipaparkan. komoditi khas mereka.
Pertama, bahwa diantara Ketiga, hikmah bagi segenap kaum
hikmah dan faedah diwajibkannya Muslim dunia. Mereka bisa saling
ibadah haji adalah kembali kepada mengenal antara satu suku, bangsa,
penduduk Mekah itu sendiri. Berkat ras satu dengan yang lain. Mereka
diwajibkannya haji, penduduk Mekah akan saling tukar-menukar pemikiran,
mendapat manfaat kemakbulan doa peradaban, budaya, kultur, ilmu
Nabi Ibrahim Khalîlullah . Sehingga pengetahuan dan urusan lainnya.
Mekah sekalipun tanahnya tandus dan Ketiga, bahkan yang lebih penting lagi,
sulit ditanami buah-buahan ataupun perkumpulan haji ini akan semakin
makanan pokok, kebutuhan mereka mempererat tali ukhuwah islamiyyah.
akan hal itu justru dapat dengan mudah Arab dan non-Arab. Ibadah haji
didapatkan. Dalam al-Quran Nabi mempertemukan kaum muslim yang
Ibrahim  berdoa, ada di bagian timur dan yang berada
‫ت ِم ْن ذُِّريَِّت بَِو ٍاد َغ ِْي ِذي َزْرٍع‬
di barat. Dan, bagaimanapun juga
ُ ‫َس َكْن‬ ْ ‫َربـَّنَا إِِّن أ‬ persatuan umat adalah menjadi faktor
ِ ِ ِ
‫اج َع ْل‬
ْ َ‫الص َل َة ف‬
َّ ‫يموا‬ ُ ‫ك الْ ُم َحَّرم َربـَّنَا ليُق‬ َ ِ‫ِعْن َد بـَْيت‬ utama untuk membangun kekuatan
‫َّاس تـَْه ِوي إِلَْي ِه ْم َو ْارُزقـْ ُه ْم ِم َن‬
ِ ‫أَفْئِ َدةً ِم َن الن‬ mereka.
ِ ‫الثَّمر‬
‫ات لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْش ُك ُرو َن‬
FAWAIDUL HILMI | TAUIYAH
ََ

Buletin Tauiyah Dzul Qadah 1440 H. | EDISI 217


TABYINAT 3
B

Pelindung:
d. Nawawy Sadoellah
(Wakil Ketua Umum PPS)

Penanggung Jawab:
Achyat Ahmad
(Direktur Annajah Center Sidogiri)

Koordinator:
Moh. Habibullah

Pemimpin Redaksi:
Mustafid Ibnu Khozin

Redaktur Pelaksana:
Muzammil

Sekretaris Redaksi:
Fawaidul Hilmi

Wakil Sekretaris:
Badruttamam

Redaksi:
Abdul Muid
Bagus Zuhdi

Desain Grafis:
Achmad Nawawi
Abdul Halim
Achmad Arief

Bendahara:

MEMBEREDEL
M. Afifur Rohman

Wakil Bendahara:
Subairi

Kepala Direksi:
M. Ulin Nuha PAHAM
MANUNGGALING
Direksi:
Moh. Romli

KAWULA GUSTI
Alamat Redaksi:
Kantor Annajah Center
Gedung Perkantoran
Pondok Pesantren Sidogiri, Sidogiri
Kraton Pasuruan PO. Box: 22 Pasuruan

S
67101 Jawa Timur Indonesia.

Telp:
082350634159 (Direksi Tauiyah) alah satu paham kontroversial yang berbahaya
082350634153 (Koordinator). adalah paham Wahdatul Wujûd atau paham
Website: Hulûl. Paham ini menjelaskan bahwa Tuhan
http://www.sidogiri.net
http://www.annajahsidogiri.id
pencipta menyatu dengan manusia ciptaan-
Diterbitkan oleh: Nya. Memang aneh, namun itulah yang terjadi
pada sebagian kalangan yang kurang pengetahuan
agamanya, namun ironisnya mereka menisbatkan
ajaran sesat itu pada kaum sufi.
Redaksi menerima kritik, saran
dan pertanyaan dari pembaca.
Pada dasarnya, Wahdatul Wujûd dan Hulûl
Silahkan kirimkan kritik, saran
dan pertanyaan ke alamat redaksi
atau melalui WA di Tauiyah
Buletin atas (Baru) Dzul Qadah 1440 H. | EDISI 217
4 TABYINAT

atau lebih dikenal dengan kata di-ma’fu (tidak ada perselisihan akan
“Manunggaling kawula gusti” tidak kekafiran penganutnya).
perlu ditanggapi akan rancunya paham Di samping itu, ada pemahaman
tersebut. Sebab menyatunya Allah tauhid benar yang seakan
sebagai pencipta dengan mahkluk mengindikasikan pada paham Hulûl
ciptaan-Nya tidak dibenarkan oleh dan Ittihad, padahal sebenarnya bukan.
akal. Tentu menjadi hal yang absurd Paham tauhid itu disebut maqam
jika ada seseorang membuat bola, lalu fanak. Yaitu seorang Sâlik ketika sampai
bola tersebut dibuat bahan permainan pada derajat yang dekat dengan Allah
di tengah lapangan padahal antara , sehingga tenggelam dalam lautan
bola dan pembuatnya adalah satu- tauhid dan makrifat. Sehingga zat serta
kesatuan. sifatnya menghilang saat menyaksikan
Namun karena hal itu terjadi pada zat serta sifatnya Allah . Sedang segala
sebagian orang, para ulama memberi sesuatu selain Allah  menjadi samar
komentar dan peringatan akan bahaya baginya.
paham itu. Al-Qadhi `Iyadh berkata Seseorang ketika sampai pada
dalam kitab asy-Syifâ` yang artinya: maqam fanak ini terkadang muncul
Para ulama sepakat (Ijma`) akan darinya ungkapan-ungkapan yang
kekafiran para penganut paham hulûl, sepertinya menunjukkan pada
serta orang-orang yang menyatakan paham Hulûl dan Ittihâd. Demikian
tentang menetapnya Allah  pada karena keterbatasan kata-kata untuk
salah satu manusia seperti perkataan menjelaskan keadaannya. Dan perlu
sebagian Mutashawwifah, Bathiniyyah, diingat bahwa maqam ini didapat
Nashârâ, dan Qarâmithah. dengan pertolongan Allah , bukan
Dalam kesempatan yang lain, Syekh dengan dalil.
‘Izzuddin bin Abdis-Salam berkata Kesimpulannya, pemahaman
dalam kitabnya Qawâ’idul-Kubrâ: bahwa Allah menyatu dengan makhluk
Barang siapa menyangka bahwa tidak benar, dan meyakini paham itu
Tuhan menetap pada sesuatu dari jasad hukumnya kafir. Sementara ungkapan-
manusia atau lainnya, maka orang ungkapan ulama besar di zaman
tersebut kafir. Sebab syarak menilai dahulu yang seakan berpaham Hulûl
ma’fu (artinya masih ada perselisihan atau Ittihad, itu dikarenakan tidak ada
mengenai kekafiran) penganut paham kata yang bisa mewakili pada makam
Tajsîm, karena merebaknya paham fanaknya. Wallâhu A’lam.
Tajsîm pada kebanyakan orang. Hal itu
karena mereka tidak memahami Zat *Ditranskip dari kitab al-Ma’mân
yang wujud tanpa menetapkan arah. min adh-Dhalâlah karya Ibnu Abdil Jalil
Beda halnya penganut paham Hulûl dengan beberapa penyesuaian.
(menetapnya tuhan pada makhluk),
paham ini tidak merebak pada banyak KHOTIBUL UMAM | TAUIYAH
orang serta tidak terlintas pada hatinya
orang yang punya akal, sehingga tidak

Buletin Tauiyah Dzul Qadah 1440 H. | EDISI 217


5
TANBIHAT B

MERANGKAI
REDAKSI SHALAWAT

A
d-Durr al-Mandlûd, sebuah satunya, dari Imam Syafi’i yang berbunyi
kitab karya Ibnu Hajar yang sebagai berikut:
cukup banyak menjelaskan ٍ ِ ٍ
tentang shalawat dari ُ‫ص ِّل َعلَى ُمَ َّمد َواَل ُمَ َّمد ُكلَّ َما ذَ َكَره‬ َ ‫الله َّم‬
ُ
berbagai macam pembahasan. Salah ِ
‫الذاكُِرْو َن َوُكلَّ َما َس َها َعْنهُ الْغاَفلُ ْو َن‬
َّ
satu pembahasannya adalah cara Dalam penjelasannya, Ibnu Hajar
(kaifiyah) membaca shalawat. Maksud sama sekali tidak mempermasalahkan
kaifiyah di sini adalah cara pe-lafadz- redaksi shalawat yang dibuat oleh Imam
an shalawat, bukan cara bagaimana Syafi’i dan yang lainnya, meski menurut
keadaan seharusnya kita saat membaca Imam Nawawi, redaksi yang dipakai
shalawat). oleh Imam Syafi’i ini sangat baru dan
Beliau banyak mengutip redaksi tidak pernah diajarkan oleh Nabi .
shalawat dari beberapa orang imam Bahkan pada keterangan berikutnya,
yang dianggap paling afdhal. Ada sekitar Ibnu Hajar juga menampilkan redaksi
sembilan redaksi shalawat yang beliau shalawatnya sendiri yang beliau
kutip dari beberapa orang imam. Salah amalkan selama beberapa tahun.

Buletin Tauiyah Dzul Qadah 1440 H. | EDISI 217


6 TANBIHAT

Apa yang dilakukan oleh Ibnu


Hajar dalam kitabnya ini, dengan
menampilkan berbagai redaksi shalawat
para ulama, selain ingin menunjukkan
banyaknya macam redaksi shalawat,
juga ingin memberi tahu bahwa redaksi
shalawat itu tidak harus warid (datang)
langsung dari Nabi . Karena itu,
setelah menampilkan redaksi shalawat
tadi, Ibnu Hajar juga menyertakan
kutipan Ibnu Musdi dari para sahabat
yang menjelaskan bahwa, dalam pe-
lafadz-an shalawat tidak ada nash terhadap al-Quran dan Hadis. Syekh
khusus. Para sahabat berpegangan Yusuf an-Nabhâni mengarang kitab
pada hadis sahih dari Ibnu Mas’ud yang berjudul Afdhâlush-Shalawât, yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah (906) memuat berbagai macam redaksi
dan Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam shalawat dari para ulama. Diantaranya,
kitabnya, Jalâ’ul-Afhâm (hal. 136) Ibnu Mas’ud, Ali bin Abi Thalib,
sebagai berikut; Imam Ghazali, Syekh Abdul Qadir al-
“Jika kalian bershalawat pada Jilani, Fakhrud-Din ar-Razi, dan Imam
Rasulullah, maka berusahalah Nawawi.
menggunakan redaksi sebaik mungkin. Berdasarkan hadis sahih dari Ibnu
Karena kalian tidak tahu, mungkin Mas’ud dan fakta banyaknya ulama
redaksi itulah yang ditunjukan yang membuat redaksi shalawat sendiri
padanya”. sesuai dengan pemahaman mereka
Mungkin, sebab tidak adanya pada al-Quran dan hadis, maka aneh
ketentuan mengikat mengenai redaksi jika kemudian ada yang menolak
shalawat, maka umat Islam sejak zaman shalawat, seperti Shalawat Nâriyah,
para shahabat ‘berlomba-lomba’ dalam Tibb al-Qulûb dan lainnya, hanya karena
membuat redaksi shalawat sebagus redaksinya bukan dari Nabi .
mungkin sesuai pemahaman mereka BADRUTTAMAM | TAUIYAH

Buletin Tauiyah Dzul Qadah 1440 H. | EDISI 217


7 TAFAQQUHAT B

MENGKAJI
SELAMATAN HAJI
S
aat kita telah memasuki memiliki dalil hukum yang kuat, yaitu
asyhurul-hajj (bulan-bulan hadis Nabi Muhammad . Imam al-
haji), kita pasti akan banyak Bukhari meriwayatkan sebuah hadis
mendapati tetangga atau dari Shahabat Jabir .
‫اللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم لَ َّما قَ ِد َم‬ َِّ ‫ول‬
saudara kita yang diberi nikmat oleh
Allah  untuk menyempurnakan tiang َّ ‫صلَّى‬ َ ‫الل‬ َ ‫َن َر ُس‬َّ ‫أ‬
agamanya; menunaikan rukun Islam ً‫الْ َم ِدينَةَ َنََر َج ُز ًورا أ َْو بـََقَرة‬
kelima; haji. Umumnya mereka yang “Rasulullah  ketika sampai di
dikaruniai nikmat itu akan mengadakan Madinah, beliau (mengadakan walimah
walimah haji (selamatan), baik dengan) menyembelih unta atau
sebelum pemberangkatan maupun (menurut satu riwayat) sapi.” (HR. al-
sesudahnya. Bukhari)
Walimah al-Haj (walimah haji) yang Hadis ini tidak bisa diingkari
banyak disebut dalam kutubut-turâts kesahihannya. Pasalnya, Imam al-
adalah walimah yang diadakan setelah Bukhari memang terkenal sangat
jamaah haji pulang dari tanah suci. ketat menyeleksi hadis dan tidak
Walimah haji ini masuk dalam cakupan sembarangan memasukkan hadis di
walimah yang disunahkan karena dalam kitab shahihnya.
datang dari perjalanan. Walimah ini Di sebagian daerah walimah haji

Buletin Tauiyah Dzul Qadah 1440 H. | EDISI 217


8 TAFAQQUHAT

juga ada yang diadakan sebelum atau Lagi pula sedekah memang disyariatkan
menjelang keberangkatan calon jamaah li daf’il-balâ’ (menolak bencana).
haji. Secara dalil, kita mungkin akan Jadi diharapkan dengan bersedekah
kesulitan menemukan dalil yang secara menjelang keberangkatan, jamaah haji
shârih menjelaskan walimah yang ini. yang hendak menuju ke tanah suci
Namun secara esensi, walimah tersebut diberi keselamatan oleh Allah, dan
tujuannya sama dengan walimah haji dihindarkan dari segala macam musibah
yang pertama, yaitu tasyakuran. Kalau hingga kembali ke tanah air.
yang pertama adalah sebagai bentuk Namun alangkah lebih baiknya
syukur atas keselamatan yang telah kalau keduanya digabungkan, artinya
Allah limpahkan kepada keluarga walimah haji selain diadakan menjelang
mereka. Yang kedua, sebagai bentuk pemberangkatan—sebagaimana yang
syukur atas kemampuan finansial sudah mentradisi—juga diadakan
yang dikaruniakan Allah . Tentu sepulang jamaah haji dari tanah suci.
hal itu merupakan perbuatan yang Selain untuk ittibâ’ sunah Nabi , juga
sangat baik. Terlebih, isi dari walimah menjadi kesempatan meminta doa dari
tersebut semuanya berupa hal-hal jamaah haji yang kepulangannya diiringi
yang disyariatkan, seperti sedekah, para malaikat. Wallâhu A’lam.
membaca ayat-ayat suci al-Quran,
shalawat, dan juga doa keselamatan. MUSTAFID IBNU KHOZIN | TAUIYAH

Buletin Tauiyah Dzul Qadah 1440 H. | EDISI 217

Anda mungkin juga menyukai