KELAS B – 2017
Syavira Putri Ranastry
(201710230311120)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2020
1. DATA SEKOLAH/TEMPAT PENDIDIKAN
Sekolah Dasar Negeri Sumbersari 1 Malang adalah sekolah dasar inklusi
yang beralamat di Jl. Bend. Sigura-gura 1/11, Kel. Sumbersari, Kec. Lowokwaru,
Malang, berdiri sejak tahun 1967. Dalam sekolah ini terdapat 7 ruang kelas, 1
laboratorium, 1 perpustakaan, 1 lapangan yang sangat luas, 1 mushola, 1 ruang guru
dan 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang sumber yang merupakan ruangan untuk guru
pendamping khusus dan tempat siswa berkebutuhan khusus untuk belajar, dan
terdapat beberapa ruang kamar mandi. Jumlah gedung di SDN Sumbersari 1 Malang
sebanyak 5 gedung yaitu perpustakaan, mushola, ruang guru & kepala sekolah,
ruang kelas beserta lab dan kamar mandi. SDN Sumbersari 1 Malang berbentuk
huruf “U” dengan 2 pagar sebagai pintu masuk dan keluar serta di tengahnya
terdapat lapangan upacara. Selain itu, di belakang gedung sekolah terdapat
lapangan. Di dalam sekolah ini sangat banyak pohon-pohon buah yang menjulang
tinggi sehingga suasana di sekolah terasa sejuk dan rindang. Warga dalam sekolah
ini berjumlah 219 orang yang terdiri dari 205 siswa yang 17 diantaranya adalah
siswa berkubutuhan khusus, 1 kepala sekolah, 7 guru, 2 guru mata pelajaran, 1
orang guru pendamping khusus, 1 TU/bagian administrasi, dan 2 tukang bersih-
bersih.
2. IDENTIFIKASI MASALAH
1.1 Jadwal Asesmen
7 Oktober 10.00 -
1. Wawancara Guru Pendamping Khusus
2020 10.30
15 Oktober 10.00 -
2. Observasi Subjek Dz
2020 10.45
24 Oktober 10.00 -
3. Wawancara Pseudo-teacher subjek
2020 12.00
29 Oktober 09.00 -
4. Observasi Subjek Dz
2020 11.30
29 Oktober 11.30 -
5. Wawancara Ibu subjek
2020 12.00
c. Hasil Wawancara 1
Wawancara pertama kali dilakukan dengan guru pendamping khusus
di sekolah, beliau merupakan guru yang bertanggung jawab mengajar dan
mendampingi siswa berkubutuhan khusus yang salah satunya adalah Subjek
Dz. Dikatakan bahwa subjek Dz merupakan anak berkebutuhan khusus
berjenis kelamin laki-laki yang sedang duduk dibangku kelas 2, subjek
mengalami kesulitan dalam belajar dimana ia belum lancar membaca dan
sulit dalam memahami konteks dalam pelajarannya saat ini. Sehingga ia
membutuhkan perlakuan khusus dengan kurikulum yang berbeda dari teman-
temanya yang juga berada di bangku kelas 2. Berdasarkan keterangan dari
guru pendamping khusus, subjek Dz memiliki seorang pseudo-teacher yang
membantu subjek untuk belajar di rumah, dan biasanya beliau melakukan
video call dengan pseudo-teacher pada saat jadwal belajar subjek Dz untuk
menanyakan perkembangan subjek Dz selama belajar belajar di rumah.
d. Hasil Observasi 1
Pada observasi pertama yang dilakukan melalui video call bersama
dengan guru pendamping khusus (GPK), pseudo-teacher, dan subjek Dz
pada saat jadwal belajar subjek dengan pseudo-teacher terlihat bahwa subjek
Dz cadel pada huruf R. Selanjutnya saat subjek Dz diminta GPK untuk
membaca terlihat bahwa subjek masih belum lancar membaca, dimana ia
masih mengeja persuku kata dengan memanjangkan suku kata tersebut
(seperti naaa-daa/buu-kaa). Dan saat berbicara atau membaca subjek
cenderung berbicara dengan suara yang kecil dan pelan.
e. Hasil Wawancara 2
Wawancara kedua dilakukan bersama pseudo-teacher yang mengajar
subjek Dz selama belajar di rumah. Setelah dilakukan wawancara dengan
pseudo-teacher, diketahui bahwa saat ini motorik halus subjek mengalami
peningkatan (sudah bisa menggunting lurus), percaya diri subjek sudah lebih
meningkat dari sebelumnya. Untuk kemampuan dalam memahami sebauh
konteks kalimat masih jauh untuk mencapai target yang dibuat oleh pseudo-
teachernya. Subjek Dz sudah bisa penjumlahan dan pengurangan
menggunakan maskimal angka 5 (untuk penjumlahan) dan 10 (untuk
pengurangan).
Selanjutnya untuk membaca subjek semangat ketika moodnya bagus
dan begitu juga sebaliknya, ketika ia paham dan kenal dengan kata yang
sedang ia baca, ia akan langsung menunjuk benda yang sesuai dengan kata
yang ia baca, dan sekarang subjek sudah bisa membaca tulisan dengan huruf
mati “N” di akhir kata. Kemampuan menulis subjek menggunakan pensil
sudah lebih terlihat garisnya, subjek juga sudah mengenal warna-warna
benda yang sering ia lihat seperti awan/matahari. Ketika marah, subjek
cenderung menangis dan melempar barang yang ada di dekatnya, dan subjek
sering melamun sehingga untuk diajak berbicara subjek harus dipancing
terlebih dahulu (ditanyai duluan/ditepuk tangannya agar fokus kepada lawan
bicara).
Berdasarkan hasil wawancara dengan pseudo-teacher untuk saat ini
kemampuan yang perlu dan urgent ditingkatkan dalam diri subjek Dz adalah
kemampuan membaca, menulis, dan menghitung.
f. Hasil Observasi 2
Observasi kedua dilakukan di rumah subjek Dz bersama dengan guru
pendamping khusus pada saat subjek memiliki jadwal belajar bersama
pseudo-teacher. Diketahui bahwa jadwal belajar subjek bersama pseudo-
teacher adalah selama 2 jam. Terlihat pada saat belajar di 1 jam pertama,
subjek sering kali menggaruk-garuk mata dan bagian lain di wajahnya dan
kakinya, saat diberikan pertanyaan subjek cenderung lama untuk menjawab
dan sering kali meniru/membeo kata-kata yang diucapkan pseudo-
teachernya yang merupakan jawaban dari pertanyaan yang diberikan. Tidak
hanya saat video call saja tetapi pada saat di rumah juga subjek berbicara
dengan suara yang pelan.
Pada 1 jam terakhir waktu belajar, subjek terlihat semakin sering
menguap, melamun, dan tidak fokus pada kata-kata dan instruksi yang
diberikan oleh pseudo-teacher, dan pada saat itu, subjek juga sempat marah
dengan berteriak. Saat proses belajar subjek tidak berhenti memegang wajah
dan kakinya secara bergantian. Pseudo-teacher sering menepuk punggung
tangan (mengajak tos) dan/ kaki subjek Dz untuk membuat subjek kembali
fokus pada suaranya, karena sering kali subjek melamun dan melihat ke arah
lain dengan tatapan kosong.
Subjek sudah bisa memegang pensil dengan benar dan tulisannya
dapat terbaca dengan jelas. Untuk menulis tangan subjek masih kaku dan
masih meniru tulisan yang sudah ada di buku paket/yang dicontohkan oleh
pseudo-teachernya, jika ia menulis dengan tidak meniru tulisan yang ada,
terkadang masih ada kesalahan dalam menuliskan hurufnya entah itu terbalik
urutannya atau kurang hurufnya. Subjek sudah mengenal angka besar dan
angka kecil, tanda > <, dan mata uang (uang koin 100,200,500,1.000).
Subjek Dz juga sudah memahami jawaban untuk pertanyaan yang diawali
dengan kata Siapa? dan Berapa?.
Fokus subjek terlihat sangat baik saat ia menulis dengan meniru
tulisan yang sudah ada dan saat bermain puzzle, ia suka bermain puzzle saat
belajar dengan pseudo-teachernya yang merupakan salah satu mainan yang
disediakan oleh pseudo-teachernya agar subjek tidak jenuh terus-menerus
belajar. Saat sedang bermain puzzle subjek dapat menyelesaikannya dengan
cepat dan ketika ditanya mengenai warna dari gambar di puzzle, subjek
dapat menjawab dengan tepat.
g. Hasil Wawancara 3
Dari wawancara ketiga yang dilakukan dengan ibu subjek diketahui
bahwa keterlambatan bicara juga terjadi pada kakak pertama subjek Dz,
tetapi tidak separah subjek Dz karena selang beberapa waktu kakak subjek
dapat tumbuh dengan normal sesuai usianya. Ibu subjek berkata bahwa saat
bayi, subjek tumbuh layaknya anak-anak pada umumnya, tahap
perkembanganya normal. Saat PAUD diketahui oleh ibu subjek bahwa cara
subjek Dz berkomunikasi dengan teman-temannya dalah dengan memukul,
ia hanya berbicara dengan 1 atau 2 kata dan juga menangis. Selanjutnya pada
saat SD wali kelas subjek mengetahui bahwa terdapat hal yang menghambat
subjek Dz dalam belajar dan menyarankan orang tua subjek untuk
memeriksakannya ke Psikolog, barulah setelah itu diketahui bahwa subjek
mengalami keterlambatan bicara (speech delay), kurang konsentrasi, dan
hambatan pada perkembangan motoric halus. Berdasarkan keterangan ibu
subjek, subjek Dz tidak mengalami gangguan fisik seperti gangguan
pendengaran dan emosinya juga tergolong stabil.
Saat di rumah, subjek sering menonton kartun berbahasa Inggris dan
atau mengikuti kakak keduanya bermain di rumah. Selain bermain dengan
kakaknya, subjek Dz juga sering menonton kartun bahasa Inggris, ibunya
berkata bahwa akhir-akhir ini subjek lebih sering berbicara dengan bahasa
Inggris. Perkembangan verbal subjek berdasar keterangan ibu subjek saat ini
ia sudah bisa protes dan merespon saat diajak berbicara, tidak seperti dulu
ketika diajak berbicara hanya diam. Kegiatan subjek Dz saat tidak sekolah
adalah mengaji, subjek Dz sudah memasuki Iqra 4 di tempat mengajinya.
Selain itu, sebelum adanya corona, subjek mengikuti les renang dan
ekstrakulikuler karate di sekolah.
3. ANALISA MASALAH
a. Perkembangan bahasa
Bahasa merupakan suatu konsep yang lebih luas daripada kemampuan
berbicara. Bahasa merupakan suatu sistem simbolis, yang digunakan untuk
mewakili pikiran seseorang. Hal tersebut mengacu pada kosakata, tata bahasa,
dan kondisi sosial yang mengatur cara kita berkomunikasi melalui berbagai
sarana seperti berbicara, memberikan isyarat tubuh, dan menulis. Bahasa
memberikan arti bagi semua bunyi dari kemampuan bicara yang kita lakukan
(Anggraini, 2011).
Terdapat 5 aspek yang berpengaruh dalam perkembangan bahasa anak
menurut Otto, 2015 (dalam Wijayaningsih, 2019) yaitu :
- Fonetik, kemampuan anak dalam menyortir bunyi-bunyian yang
didengarkan.
- Semantic, kemampuan anak dalam memahami maksud dari bunyi yang
didengarkan.
- Sintaksis, kemampuan anak dalam memahami satu per satu kata terhadap
benda yang dilihat.
- Morfemik, anak memiliki kesadaran akan bahasa dan memahami kata jamak.
- Pragmatic, anak mulai mengekspresikan maksud komunikatif baik melalui
kata maupun ekspresi wajah.
Anggraini W. 2011. Keterlambatan Bicara (Speech Delay) Pada Anak (Studi Kasus
Anak Usia 5 Tahun). Skripsi. Jurusan Psikologi, Universitas Negeri
Semarang.
Habib Z & Laily H. 2012. Intervensi Psikologis Pada Pendidikan Anak Dengan
Keterlambatan Bicara. Madrasah, Vol. 5, No. 1.
Hartanto F, Hendriani Selina, Zuhriah H, & Saldi Fitra. 2011. Pengaruh Perkembangan
Bahasa Terhadap Perkembangan Kognitif Anak Usia 1-3 Tahun. Sari
Pediatri, VOl. 12, No. 6.
Nuryana A & Setiyo P. 2010. Efektivitas Brain Gym Dalam Meningkatkan Konsentrasi
Belajar Pada Anak. Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, Vol. 12,
No. 1, 88-99.
Sari H. Candra. 2013. Pengaruh Dongeng Terhadap Kemampuan Bicara Anak Autis
Disertai Gangguan Bahasa di SDLB Shanti Kosala Nganjuk. Jurnal
Pendidikan Khusus, Vol. 1, No. 1.
Wijayaningsih L. 2018. Peran Pola Asuh Orang Tua Dalam Meningkatkan Kemampuan
Bicara Anak Speech Delay (Studi Kasus Di Homeschooling Bawean Jawa
Tengah. XXXIV No. 2, Desember.