Anda di halaman 1dari 24

ASESMEN DAN RANCANGAN INTERVENSI

PERMASALAHAN MOTORIK HALUS PADA ANAK

Kelas

Alya Rahma Lahuddin 202010230311078

Dosen Pengampu:

Dr. Cahyaning Suryaningrum, M.Si.

Asisten:

Nurfatihah Dahlan, S.Psi.

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2023
A. Identitas Kasus

Nama Subjek : IN

Tempat/Tgl. Lahir : Malang

Usia : 14 Tahun

Nama Ibu : MA

Nama Ayah : DA

Alamat Rumah : Malang

Riwayat Pendidikan : SD Permata Jingga

B. Hasil Wawancara

1. Aspek kesehatan/kondisi fisik


Berdasarkan pemaparan dari guru subjek, kondisi fisik anak terlihat normal selayaknya orang
biasanya.
2. Aspek perkembangan kognitif
Data yang didapat dari tim inklusi di sekolah subjek, ia mampu membaca Al-Qur’an dengan
cukup baik. Saat mata pelajaran matematika, subjek cenderung malas. Kemudian saat ada ujian
di sekolah, subjek perlu didampingi karena subjek mengalami kesulitan dalam memahami soal.
Sehingga ia membutuhkan orang lain untuk mendampingi dirinya untuk menjelaskan maksud
setiap soal yang ada. Sering kali saat menjawab soal subjek menjawab dengan jawaban asal-
asalan. Subjek masih mampu mendeskripsikan dirinya sendiri dan mampu mengenali dirinya.
Selama dikelas subjek lebih banyak diam dan tidak memperhatikan guru yang menjelaskan saat
waktu menunjukkan setelah 10 menit berada di kelas. Ketika berada di kelas pun, subjek harus
dijelaskan secara terperinci mengenai agenda dan kegiatan serta waktu pembelajaran pada hari
itu. Kemudian subjek suka bertanya di luar konteks pembicaraan yang sedang dibahas.
Adapun peminatan subjek meliputi jurnalistik, sepak bola, dan ngevlog.
3. Aspek perkembangan emosi
Dalam hal ini subjek mampu mengekspresikan perasaannya sesuai dengan kondisi yang
dialami subjek. Saat subjek merasa salah, subjek mau dan mampu mengucapkan permintaan
maaf kepada orang lain dan ia masih memiliki rasa simpati pada orang lain.
4. Aspek perkembangan motoric
Menurut guru subjek, ia memiliki kemampuan motoric kasar normal, namun pada aspek
motoric halusnya terlihat kurang. Selama pembelajaran berlangsung, ia sering berjalan mondar-
mandir. Kemudian subjek kurang mampu dalam mengancing baju, mengunci loker, dan
mengikat tali sepatu secara mandiri.
5. Aspek perkembangan bahasa
Dalam aspek ini subjek sudah mampu berkomunikasi dua arah dengan orang lain dan mampu
memahami instruksi atau perintah. Namun instruksi yang diberikan harus dijelaskan dengan
detail untuk pemahaman subjek dan atensi subjek hanya bertahan kurang dari 5 menit.
6. Aspek perkembangan sosial
Berdasarkan pemaparan guru matematika subjek yang ada di sekolah, subjek memiliki
hubungan sosial yang baik dengan orang lain. Namun, jika ada orang baru ia masih malu.
Subjek juga suka usil kepada teman-temannya, dan terkadang subjek tidak digubris oleh teman-
temannya saat ia mengajak ngobrol. Selama tumbuh kembang subjek, ia kurang mendapatkan
peran orang tua dengan baik. Anak lebih banyak memakan waktu dengan ARTnya, karena
orang tua yang terlalu sibuk bekerja. Buruknya, subjek memiliki sikap bossy kepada ARTnya
karena terbiasa dari kecil diasuh oleh ARTnya tersebut dan bahkan sikap bossy terjadi pada
orang lain di lingkungan sekolahnya.
C. Hasil Observasi

1. Aspek kondisi fisik


Subjek memiliki ciri fisik yakni memiliki kulit yang kuning, badan sedikit berisi, rambut yang
pendek dan lurus dengan potongan rapi, mata yang sipit, dan hidung yang mancung.
2. Aspek kemampuan kognitif
Subjek terlihat sedikit kesusahan dalam menghafalkan doa sesudah shalat dengan bukti ia
sering kali mengulang-ulang ayat yang dihafalkan tersebut. Namun, dalam hal menghafal surat-
surat pendek pada Al-Qur’an subjek terlihat mampu. Dalam pembelajaran TIK/computer,
subjek terlihat mau menjawab pertanyaan dari guru dengan asal-asalan. Kemudian terlihat pada
pelajaran Matematika, saat ulangan harian subjek diberikan soal yang berbeda. Subjek
diberikan soal yang dianggap mudah oleh gurunya dengan jumlah soal 10 butir. Dalam
mengerjakan ulangan harian, subjek mengerjakan juga denga nasal-asalan yang dibuktikan
dengan hasil ulangan harian yang ditunjukkan kepada observer. Pada pelaksanaan ulangan
harian tersebut subjek tidak mengerjakan soal hingga menit ke 30, dan subjek mengerjakan saat
waktu akan berakhir.
Subjek terlihat memiliki daya ingat yang cukup kuat, hal ini dibuktikan dengan dirinya yang
mampu menceritakan hal-hal atau kejadian yang disukai olehnya dari beberapa minggu yang
lalu. Kemudian subjek mampu dalam menggambar dengan konteks gambar yang sederhana
dan ia juga mampu dalam mewarnai. Berdasarkan data nilai yang dimiliki subjek, hampir
seluruh mata pelajaran memiliki nilai di atas KKM (75 poin).
3. Aspek emosi
Dari segi emosi subjek tersebut memiliki emosi yang normal, ia mampu mengendalikan
emosinya dengan cukup baik. Subjek juga mampu bersikap jujur dalam mengatakan
kesalahannya.
4. Aspek motoric
Motoric kasar subjek terlihat sudah memenuhi di usia perkembangannya, namun pada motoric
halusnya terlihat kurang memenuhi pada area perkembangannya. Dalam aspek motoric
kasarnya ia mampu berjalan, berlari, atau bahkan melompat dengan baik. Namun dalam hal
menali sepatu, mengancing baju, dan mengunci loker secara mandiri ia masih kesulitan dan
butuh bantuan orang lain. Subjek juga terlihat kurang mampu dalam menggunting pola. Saat
subjek dalam kondisi menunggu giliran atau semacamnya, subjek sering kali menggoyangkan
tubuhnya pada saat duduk. Kemudian saat pembelajaran di kelas sedang berlangsung ia sering
berpindah tempat duduk di bangku yang kosong.
5. Aspek bahasa
Dalam berkomunikasi, subjek mampu berkomunikasi dengan baik. Ia mampu memahami
lawan bicaranya.
6. Aspek sosial
Pada aspek ini subjek menunjukkan dengan menyapa setiap ada guru yang sedang lewat
dihadapannya. Disisi lain subjek juga sering mengobrol dengan teman sebayanya, dan ia
berulang kali usil kepada temannya saat pembelajaran berlangsung. Kemudian dalam
menyampaikan pendapat, subjek mampu berargumen kepada gurunya saat itu dengan
mengatakan “pak kalau ngajar jangan terlalu keras ya agar murid tidak takut dan tertekan” dan
ia mampu memberikan saran kepada gurunya mengenai kegiatan pembelajaran berlangsung
dengan mengatakan “pak lebih baik cara mengajar nya jangan terlalu keras dan tidak dimarahi
saat membuka alquran”. Jika di luar kelas ia sering kali bertanya-tanya kepada gurunya.
D. Analisa Hasil Asesmen

Berdasarkan hasil pemaparan asesmen yang telah dilakukan, subjek memiliki kondisi yang baik
dalam segi fisiknya. Kemudian dalam aspek kemampuan kognitif, subjek menunjukkan bahwa
subjek perlu dukungan dan bimbingan dalam aspek ini. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
kondisi subjek yang masih semaunya sendiri dalam menjawab soal dan tidak sesuai konteks
soalnya. Kemudian adanya pola pemahaman yang kurang baik pada subjek, hal ini ditunjukkan
dengan kondisi subjek yang harus dijelaskan mengenai sesuatu secara urut, detail, dan terperinci
untuk dapat melakukan atau mencapai sesuatu hal tersebut. Dalam aspek perkembangan emosinya,
subjek sudah mampu mengontrol emosi dengan baik. Pada aspek motoric inilah subjek
menunjukkan ada kemampuan yang kurang, yakni pada motoric halusnya. Hal ini ditunjukkan pada
hasil asesmen bahwa subjek belum mampu mengancing baju, menali sepatu, menutup loker, dan
menggunting pola secara mandiri. Kemudian pada aspek perkembangan bahasa, ia sudah mampu
berkomunikasi dua arah dengan orang lain. Subjek juga sudah mampu memahami instruksi atau
arahan yang diberikan orang lain kepada dirinya, dengan syarat instruksi harus dijelaskan dengan
detail. Pada aspek yang terakhir yakni perkembangan sosial subjek memiliki kemampuan yang
cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan kondisi subjek yang mampu berbaur dengan orang lain.
Namun, ada beberapa momen yang menunjukkan bahwa subjek belum mampu memposisikan
dirinya untuk dapat bersikap sopan. Hal ini ditunjukkan berdasarkan hasil wawancara yang
memaparkan bahwa subjek memiliki sikap suka memerintah atau bossy kepada ARTnya dan selalu
dilayani serta dibantuk dalam berbagai aktivitas subjek. Sikap bossy subjek juga terjadi pada orang
lain di lingkungan sekolahnya.

Berdasarkan Analisa hasil asesmen di atas, subjek perlu mendapatkan penanganan atau intervensi
pada aspek motoric halus dan kognitifnya. Motorik halus subjek perlu ditangani karena anak tidak
terbiasa melakukan secara mandiri mulai dari usia dini hingga diumur subjek saat ini. Segala
aktivitas subjek selalu dibantu oleh ARTnya. Dengan demikian perlu ditangani dan diberikan
intervensi pada motoric halusnya agar subjek mampu menangani segala kebutuhannya secara
mandiri, seperti mengancing baju, menali sepatu, mengunci loker miliknya sendiri, dll. Kemudian
pada aspek kognitif sangat berpengaruh pada kegiatan pembelajaran subjek. Pola pemahaman yang
perlu ditangani bertujuan untuk memudahkan subjek dapat menyerap segala materi atau informasi
yang ada. Jika pada aspek lain yang mampu dikembangkan adalah dalam aspek sosialnya. Karena
subjek masih perlu pemahaman mengenai tutur bahasa yang sopan dan lebih baik lagi.

Indikasi gangguan berdasarkan pemaparan tersebut yakni subjek terindikasi slow learner. Hal ini
dapat dikatakan karena subjek menunjukkan pola pemahaman yang cukup lambat, dirinya perlu
dijelaskan beberapa kali dan dijelaskan dengan detail serta terperinci (Ni’matuzahroh, dkk., 2021)

E. Rekomendasi

Rekomendasi untuk significant others dari subjek meliputi guru, orang tua, atau saudara terdekat
subjek untuk terus membimbing subjek agar mampu meningkatkan kemampuan yang dimiliki.

F. Rancangan Intervensi

Program 1 : Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus


Nama siswa : IN
Tempat/Tgl. Lahir : Malang
Usia : 14 Tahun
Lama Program : 3 Bulan (Senin-Sabtu)
Jenis Program : Play Therapy
1. Tujuan Umum
Tujuan dari adanya program intervensi ini yakni untuk melatih dan meningkatkan motorik
halusnya melalui play therapy agar subjek mampu meningkatkan kemampuan motoric
halusnya untuk mampu melakukan aktivitas seperti mengancingkan baju, menali sepatu,
menggunting pola, dan mengunci lokernya secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
- Melatih otot-otot jari subjek agar lebih rileks dan fleksibel.
- Subjek mampu mengontrol kekuatan jari tangannya untuk melakukan aktifitas yang
melibatkan tangan dan jari-jari.
- Subjek mampu melakukan aktifitas dengan koordinasi mata dan tangan dengan baik.
3. Pelaksana
Orang tua, dan guru.
4. Frekuensi
Frekuensi terapi dalam program ini yakni hari Senin sampai Sabtu.
5. Media
Manik-manik, benang, kain, pensil warna/crayon, lembar kerja (mewarnai), gunting, lembar
kerja (gambar berpola)
6. Tahapan Program
Pemberian program dilakukan secara bergantian. Pada program ini terdapat tiga kegiatan yang
meliputi menggunting gambar berpola, mewarnai, dan menyulam. Adapun rincian kegiatan
intervensi individu sebagai berikut:

Kegiatan 1 : Menggunting gambar berpola

1. Tujuan khusus
Tujuan dari kegiatan ini yakni agar subjek terbiasa dengan pergerakan otot-otot bagian jari-jarinya.
Kemudian bertujuan untuk meningkatkan kekuatan motorik halusnya
2. Frekuensi
Frekuensi kegiatan menggunting yakni Senin sampai Sabtu.
3. Durasi
Durasi pelaksanaan kegiatan tiap sesinya yakni 20 menit.
4. Metode
Metode pelaksanaannya yakni dengan mendemonstrasikan kepada subjek dan praktik langsung.
5. Bahan yang dibutuhkan
Pada program ini membutuhkan gunting dan lembar kerja (gambar berpola)
Prosedur pelaksanaan kegiatan :

Tahap I : Persiapan
1. Waktu : 5 menit
2. Strategi :
a. Membuat jadwal intervensi dengan subjek.
b. Membangun kedekatan dengan subjek dengan berkomunikasi. Ex : bagaimana kabar
kamu hari ini? Hari ini ngapain aja? Sudah makan atau belum? Sudah siap bermain
sambal belajar hari ini? Dll.
c. Menyiapkan media (gunting dan lembar kerja gambar berpola) untuk melatih motorik
halusnya.
d. Menyiapkan meja sebagai media pelaksanaan intervensi.
e. Terapis memberikan instruksi sederhana kepada subjek untuk menggunting sesuai pola
sambil mendemonstrasikan di depan subjek. Ex : coba lihat! Ini nanti digunting pelan-
pelan sesuai dengan gambarnya, ya. Dll.

Tahap II : Pelaksanaan
1. Waktu : 10 menit
2. Strategi :
a. Setelah mendemonstrasikan di depan subjek, terapis memandu subjek secara perlahan
untuk mulai menggunting lembar kerja yang telah disediakan.
b. Jika subjek sudah paham dan mampu melakukan dengan sendiri, terapis diharap
memantau subjek saat melakukan terapinya.
c. Selama proses terapi berlangsung, terapis perlu memberikan dukungan dan semangat
kepada subjek agar proses terapi berjalan menyenangkan.
d. Agar tidak bosan, terapis bisa memutar musik relaksasi atau musik kesukaan subjek.
e. Perlu diperhatikan, terapis juga diharap menanyakan kondisi subjek saat pelaksanaan
terapi berlangsung. Jika dirasa subjek menunjukkan rasa capek atau bosan maka terapis
memberikan jeda atau istirahat kepada subjek.
f. Terapi dilaksanakan secara rutin sesuai dengan jadwal yang sudah disusun.

Tahap III : Pemberian Reinforcement Positive atau Hadiah/reward


1. Strategi :
a. Hadiah berupa kata-kata positif seperti “semangat, kamu hebat”, dll. dapat diberikan saat
pelaksanaan hingga selesai proses terapi.
b. Kemudian untuk reward berupa hadiah kecil yang disukai subjek diberikan saat setelah
proses terapi berlangsung, agar subjek tidak ke-distrack dengan hadiah yang
didapatkannya.

Tahap IV : Evaluasi Kegiatan


1. Waktu : 5 menit
2. Strategi :
a. Selama proses pelaksanaan terapi, terapis memantau subjek mengenai motivasi subjek untuk
menjalankan terapi.
b. Mengamati perilaku subjek saat melakukan terapi dan di akhir sesi pelaksanaan intervensi,
terapis berhak memberikan evaluasi pembelajaran subjek. Ex : hari ini kamu pintar, kamu
sudah bisa menggunting dengan baik. Dll.
c. Menjadwalkan kembali sesi terapi selanjutnya.

Kegiatan 2 : Menggambar/mewarnai

1. Tujuan khusus
Tujuan dari kegiatan ini yakni agar subjek terbiasa dengan pergerakan otot-otot bagian jari-jarinya.
Kemudian bertujuan untuk meningkatkan kekuatan motorik halusnya
2. Frekuensi
Frekuensi kegiatan menggunting yakni Senin sampai Sabtu.
3. Durasi
Durasi pelaksanaan kegiatan tiap sesinya yakni 20 menit.
4. Metode
Metode pelaksanaannya yakni dengan mendemonstrasikan kepada subjek dan praktik langsung.
5. Bahan yang dibutuhkan
Pada program ini membutuhkan pensil warna/crayon dan lembar kerja (buku gambar/lembar
mewarnai)
Prosedur pelaksanaan kegiatan :

Tahap I : Persiapan
1. Waktu : 5 menit
2. Strategi :
a. Membuat jadwal intervensi dengan subjek.
b. Membangun kedekatan dengan subjek dengan berkomunikasi. Ex : bagaimana kabar
kamu hari ini? Hari ini ngapain aja? Sudah makan atau belum? Sudah siap bermain
sambal belajar hari ini? Dll.
c. Menyiapkan media (warna/crayon dan buku gambar/lembar mewarnai) untuk melatih
motorik halusnya.
d. Menyiapkan meja sebagai media pelaksanaan intervensi.
e. Terapis memberikan instruksi sederhana kepada subjek untuk menggambar atau
mewarnai lembar kerja yang telah disediakan. Ex : coba lihat! Ini ada buku gambar dan
lembar untuk diwarnai, kamu boleh pilih mau mewarnai langsung atau menggambar
terlebih dahulu. Dll.

Tahap II : Pelaksanaan
1. Waktu : 10 menit
2. Strategi :
a. Setelah memberikan instruksi di depan subjek, terapis memandu subjek secara perlahan
untuk mulai menggambar atau mewarnai.
b. Jika subjek sudah paham dan mampu melakukan dengan sendiri, terapis diharap
memantau subjek saat melakukan terapinya.
c. Selama proses terapi berlangsung, terapis perlu memberikan dukungan dan semangat
kepada subjek agar proses terapi berjalan menyenangkan.
d. Agar tidak bosan, terapis bisa memutar musik relaksasi atau musik kesukaan subjek.
e. Perlu diperhatikan, terapis juga diharap menanyakan kondisi subjek saat pelaksanaan
terapi berlangsung. Jika dirasa subjek menunjukkan rasa capek atau bosan maka terapis
memberikan jeda atau istirahat kepada subjek.
f. Terapi dilaksanakan secara rutin sesuai dengan jadwal yang sudah disusun.

Tahap III : Pemberian Reinforcement Positive atau Hadiah/reward


1. Strategi :
a. Hadiah berupa kata-kata positif seperti “semangat, kamu hebat”, dll. dapat diberikan saat
pelaksanaan hingga selesai proses terapi.
b. Kemudian untuk reward berupa hadiah kecil yang disukai subjek diberikan saat setelah
proses terapi berlangsung, agar subjek tidak ke-distrack dengan hadiah yang
didapatkannya.

Tahap IV : Evaluasi Kegiatan


3. Waktu : 5 menit
4. Strategi :
a. Selama proses pelaksanaan terapi, terapis memantau subjek mengenai motivasi subjek untuk
menjalankan terapi.
b. Mengamati perilaku subjek saat melakukan terapi dan di akhir sesi pelaksanaan intervensi,
terapis berhak memberikan evaluasi pembelajaran subjek. Ex : hari ini kamu pintar, kamu
sudah menggambar dan mewarnai dengan baik. Dll.
c. Menjadwalkan kembali sesi terapi selanjutnya.

Kegiatan 3 : Meronce

1. Tujuan khusus
Tujuan dari kegiatan ini yakni agar subjek terbiasa dengan pergerakan otot-otot bagian jari-jarinya.
Kemudian bertujuan untuk meningkatkan kekuatan motorik halusnya
2. Frekuensi
Frekuensi kegiatan menyulam yakni Senin sampai Sabtu.
3. Durasi
Durasi pelaksanaan kegiatan tiap sesinya yakni 20 menit.
4. Metode
Metode pelaksanaannya yakni dengan mendemonstrasikan kepada subjek dan praktik langsung.
5. Bahan yang dibutuhkan
Pada program ini membutuhkan manik-manik dan benang.
Prosedur pelaksanaan kegiatan :

Tahap I : Persiapan
1. Waktu : 5 menit
2. Strategi :
a. Membuat jadwal intervensi dengan subjek.
b. Membangun kedekatan dengan subjek dengan berkomunikasi. Ex : bagaimana kabar
kamu hari ini? Hari ini ngapain aja? Sudah makan atau belum? Sudah siap bermain
sambal belajar hari ini? Dll.
c. Menyiapkan media (manik-manik dan benang) untuk melatih motorik halusnya.
d. Menyiapkan meja sebagai media pelaksanaan intervensi.
e. Terapis memberikan instruksi sederhana kepada subjek untuk memasukkan manik-manik
pada benang. Ex : coba lihat! Ini terdapat berbagai macam manik-manik, nanti kamu
masukkan manik-maniknya pada benang sesuai dengan keinginan kamu. Dll.

Tahap II : Pelaksanaan
1. Waktu : 10 menit
2. Strategi :
a. Setelah memberikan instruksi di depan subjek, terapis memandu subjek secara perlahan
untuk memasukkan manik-manik pada benang yang telah disediakan.
b. Jika subjek sudah paham dan mampu melakukan dengan sendiri, terapis diharap
memantau subjek saat melakukan terapinya.
c. Selama proses terapi berlangsung, terapis perlu memberikan dukungan dan semangat
kepada subjek agar proses terapi berjalan menyenangkan.
d. Agar tidak bosan, terapis bisa memutar musik relaksasi atau musik kesukaan subjek.
e. Perlu diperhatikan, terapis juga diharap menanyakan kondisi subjek saat pelaksanaan
terapi berlangsung. Jika dirasa subjek menunjukkan rasa capek atau bosan maka terapis
memberikan jeda atau istirahat kepada subjek.
f. Terapi dilaksanakan secara rutin sesuai dengan jadwal yang sudah disusun.

Tahap III : Pemberian Reinforcement Positive atau Hadiah/reward


1. Strategi :
a. Hadiah berupa kata-kata positif seperti “semangat, kamu hebat”, dll. dapat diberikan saat
pelaksanaan hingga selesai proses terapi.
b. Kemudian untuk reward berupa hadiah kecil yang disukai subjek diberikan saat setelah
proses terapi berlangsung, agar subjek tidak ke-distrack dengan hadiah yang
didapatkannya.

Tahap IV : Evaluasi Kegiatan


5. Waktu : 5 menit
6. Strategi :
a. Selama proses pelaksanaan terapi, terapis memantau subjek mengenai motivasi subjek
untuk menjalankan terapi.
b. Mengamati perilaku subjek saat melakukan terapi dan di akhir sesi pelaksanaan
intervensi, terapis berhak memberikan evaluasi pembelajaran subjek. Ex : hari ini kamu
pintar, kamu sudah membuat rangkaian manik-manik dengan bagus!. Dll.
c. Menjadwalkan kembali sesi terapi selanjutnya.

Program 2 : Meningkatkan Kemampuan Kognitif


Nama siswa : IN
Tempat/Tgl. Lahir : Malang
Usia : 14 Tahun
Lama Program : 3 Bulan (Senin-Sabtu)
Jenis Program : Play Therapy
1. Tujuan Umum
Tujuan dari adanya program intervensi ini yakni untuk melatih dan meningkatkan motorik
halusnya melalui play therapy agar subjek mampu meningkatkan kemampuan motoric
halusnya untuk mampu melakukan aktivitas seperti mengancingkan baju, menali sepatu,
menggunting pola, dan mengunci lokernya secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
- Melatih otot-otot jari subjek agar lebih rileks dan fleksibel.
- Subjek mampu mengontrol kekuatan jari tangannya untuk melakukan aktifitas yang
melibatkan tangan dan jari-jari.
- Subjek mampu melakukan aktifitas dengan koordinasi mata dan tangan dengan baik.
3. Pelaksana
Orang tua, dan guru.
4. Frekuensi
Frekuensi terapi dalam program ini yakni hari Senin sampai Sabtu.
5. Media
Buku cerita atau buku bacaan ringan lainnya
6. Tahapan Program
Pemberian program dilakukan dengan membaca kemudian terapis memberikan pertanyaan
sederhana sesuai dengan konteks yang telah dibaca oleh subjek.

Prosedur pelaksanaan kegiatan :

Kegiatan 1 : Membaca dan mengekspresikan

1. Tujuan khusus
Tujuan dari kegiatan ini yakni agar subjek terbiasa dengan pergerakan otot-otot bagian jari-jarinya.
Kemudian bertujuan untuk meningkatkan kekuatan motorik halusnya
2. Frekuensi
Frekuensi kegiatan menggunting yakni Senin sampai Sabtu.
3. Durasi
Durasi pelaksanaan kegiatan tiap sesinya yakni 20 menit.
4. Metode
Metode pelaksanaannya yakni dengan mendemonstrasikan kepada subjek dan praktik langsung.
5. Bahan yang dibutuhkan
Pada program ini membutuhkan gunting dan lembar kerja (gambar berpola)
Prosedur pelaksanaan kegiatan :

Tahap I : Persiapan
1. Waktu : 5 menit
2. Strategi :
a. Membuat jadwal intervensi dengan subjek.
b. Membangun kedekatan dengan subjek dengan berkomunikasi. Ex : bagaimana kabar
kamu hari ini? Hari ini ngapain aja? Sudah makan atau belum? Sudah siap bermain
sambal belajar hari ini? Dll.
c. Menyiapkan media (buku cerita atau buku bacaan lainnya) untuk melatih kemampuan
kognitif subjek.
d. Menyiapkan meja sebagai media pelaksanaan intervensi.
e. Terapis memberikan instruksi sederhana kepada subjek untuk menggunting sesuai pola
sambil mendemonstrasikan di depan subjek. Ex : coba ini dibaca dengan seksama ya,
jangan terburu-buru. Dll.
Tahap II : Pelaksanaan
1. Waktu : 10 menit
2. Strategi :
a. Setelah memberikan instruksi pada subjek untuk membaca buku yang telah disediakan,
terapis mendampingi anak dan menginstruksikan anak membaca dengan keras.
b. Jika subjek sudah paham dan mampu melakukan dengan sendiri, terapis diharap
memantau subjek saat melakukan terapinya.
c. Agar tidak bosan, terapis bisa memutar musik relaksasi atau musik kesukaan subjek.
d. Perlu diperhatikan, terapis juga diharap menanyakan kondisi subjek saat pelaksanaan
terapi berlangsung. Jika dirasa subjek menunjukkan rasa capek atau bosan maka terapis
memberikan jeda atau istirahat kepada subjek.
e. Jika subjek selesai membaca, subjek diberikan beberapa pertanyaan sederhana sesuai
konteks pada bacaan tersebut.
f. Terapi dilaksanakan secara rutin sesuai dengan jadwal yang sudah disusun.

Tahap III : Pemberian Reinforcement Positive atau Hadiah/reward


1. Strategi :
a. Hadiah berupa kata-kata positif seperti “semangat, kamu hebat”, dll. dapat diberikan saat
pelaksanaan hingga selesai proses terapi.
b. Kemudian untuk reward berupa hadiah kecil yang disukai subjek diberikan saat setelah
proses terapi berlangsung, agar subjek tidak ke-distrack dengan hadiah yang
didapatkannya.

Tahap IV : Evaluasi Kegiatan


1. Waktu : 5 menit
2. Strategi :
a. Selama proses pelaksanaan terapi, terapis memantau subjek mengenai motivasi subjek untuk
menjalankan terapi.
b. Mengamati perilaku subjek saat melakukan terapi dan di akhir sesi pelaksanaan intervensi,
terapis berhak memberikan evaluasi pembelajaran subjek. Ex : hari ini kamu pintar, kamu
sudah bisa memahami maksud dalam bacaan tersebut. Dll.
c. Menjadwalkan kembali sesi terapi selanjutnya.
Daftar Pustaka

Fikriyah, S. N. (2021). Analisis Perkembangan Fisik-Motorik Siswa Kelas 3 di Sekolah Dasar


Negeri Tajem. Edunesia: Jurnal Ilmiah Pendidikan, 2(1), 200-207.

Murti, T. (2018). Perkembangan fisik motorik dan perseptual serta implikasinya pada pembelajaran
di sekolah dasar. Wahana Sekolah Dasar, 26(1), 21-28.

Ni'matuzahroh, Yuliani, S. R., & Mein-Woei, S. (2021). Psikologi dan Intervensi Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus.Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Lampiran

Anda mungkin juga menyukai