4.1 Hasil
Data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan hasil studi literatur.
Penelitian dengan studi literatur adalah penelitian yang persiapannya sama
dengan peneliti yang lainnya akan tetapi sumber dan metode pengumpulan
datanya dengan mengambil data dari jurnal yang berindeks Scopus dan
SINTA dan mengolahnya menjadi bahan penelitian. Adapun data yang
diperoleh dalam penelitian ini meliputi data yang berdasarkan pada analisis
kandungan Formalin.
Tabel 4.1 Pengelompokan berdasarkan jurnal
41
42
4.2 Pembahasan
Formalin adalah senyawa yang mempunyai batas aman yang rendah dan juga
dapat menyebabkan kanker (senyawa karsinogenik). Pelarut dan stabilisator
yang digunakan dalam Formalin adalah metanol, juga mempunyai toksisitas
yang membahayakan yakni dapat membutakan mata. Formalin dapat masuk
ke dalam tubuh lewat mulut karena mengkomsumsi makanan yang diberi
pengawet Formalin. Jika terakumulasi dalam tubuh dalam jumlah yang tinggi,
maka Formalin akan bereaksi dengan hampir semua zat di dalam sel. Efek
yang ditimbulkan tergantung dari jumlah Formalin yang terakumulasi dalam
tubuh, semakin besar kadar Formalin yang terakumulasi dalam tubuh maka
akan semakin buruk dampak yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil penelitian
menunujukkan peningkatan resiko kanker faring, sinus dan cavum nasal
44
Uap Formalin pun sangat iritatif, dapat menyebabkan rasa yang menyengat
dan rasa menusuk dalam hidung dan dapat menyebabkan keluarnya air mata.
Formalin cepat sekali diabsorsi dari saluran pencernaan dan juga oleh paru-
paru. Formalin yang masuk melalui saluran pernafasan menyebabkan
bronkitis, pneumonitis, kerusakan ginjal dan penekanan susunan saraf pusat
sedangkan efek Formalin jika tertelan menyebabkan gangguan pencernaan,
asidosis yang kuat karena Formalin dalam tubuh mengalami metabolisme
menjadi asam formiat, karbondioksida, metanol dan dalam bentuk metabolit
HO-CH2 – alkilasi. Formalin juga dapat menyebabkan sakit perut, mual,
muntah, diare, bahkan kematian jika dikonsumsi pada jumlah yang melewati
ambang batas aman (Putri, dkk., 2016 dalam Mudaffar, 2018).
Buah dan sayuran impor dipilih sebagai sampel karena diduga buah ini
mengandung Formalin. Sebab buah dan sayuran impor harus disimpan dalam
waktu yang lama sebelum sampai ke tangan konsumen. Secara ilmiah untuk
mendatangkan buah impor hingga ke tangan konsumen butuh waktu yang
panjang, sementara itu buah hanya tahan beberapa hari supaya tetap segar
setelah dipetik dari pohonnya. Karena itu dilakukan penelitian pada buah dan
sayuran ini menggunakan uji kualitatif dengan metode test kit dan uji
kuantitatif dengan metode Spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri UV-
Vis merupakan metode analisis kuantitatif yang sederhana, cepat, ekonomis
namun sensitif.
Formalin. Test Kit uji residu Formalin adalah seperangkat alat untuk
pengujian cepat kandungan Formalin pada bahan uji makanan atau minuman,
termasuk produk perikanan. Alat ujinya dikenal dengan nama (test kit) yang
praktis penggunaannnya serta mempunyai keistimewaan antara lain cepat,
murah, pasti dan tidak memerlukan peralatan yang rumit dan dapat dilakukan
kapanpun dan dimanapun. Prinsip kerjanya adalah dengan menambahkan
cairan (reagen) pada bahan makanan yang diduga menggunakan bahan yang
Formalin dengan hasil akhir terjadinya perubahan warna (Syarfain, 2014).
Pereaksi yang digunakan peneliti pada jurnal studi literatur adalah KMnO 4 dan
Schiff. Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.2 didapatkan hasil
positif dan ada pula yang negatif mengandung Formalin.
Perubahan
Penulis Jurnal Pereaksi Hasil
Warna
Rahmi, M., Analisa Formalin
Dira., pada buah Impor
Ungu Positif
Herman, H. yang beredar di
KMnO4 Hilangnya (hilangnya
kota Padang secara
warna Ungu warna Ungu)
spektrofotometri
UV-Vis
Hasriamin, Analisis kandungan Negatif (tidak
Ungu
Ansharullah, Formalin pada ada
KMnO4 Hilangnya
Gusnawaty buah impor di perubahan
warna Ungu
HS pasar kota Kendari warna)
Hasil penelitian Aprilia (2017) yang menguji 14 sampel buah lalu direaksikan
dengan larutan Schiff dan didapatkan hasil 7 sampel yang teridentifikasi
Formalin dilihat dari perubahan warna dari semula tidak berwarna lalu
terbentuknya larutan berwarna keunguan ketika sampel direaksikan dengan
reagen shiff. Menurut penelitian Manoppo, dkk (2014) yang menguji buah
Apel dan Pear dan direaksikan dengan larutan schiff yang dilakukan dengan
dua kali pengujian (duplo) diperoleh hasilnya tidak mengandung formalin
ditandai dengan tidak adanya perubahan warna dari warna bening menjadi
merah keunguan. Pada hasil penelitian Putri, dkk (2016) menguji buah potong
sebanyak 12 sampel buah papaya dan 12 sampel buah nanas lalu direaksikan
dengan larutan Schiff diperoleh hasil nya berwarna kuning yang artinya tidak
mengandung Formalin. Jika terbentuk warna merah keunguan maka dapat
dikatakan positif Formalin. Dari tabel diatas didapatkan hasilnya lebih banyak
yang negatif mengandung Formalin dibandingkan dengan positif mengandung
Formalin dikarenakan jika kadar Formalin pada sampel terlalu kecil maka
tidak akan terjadi perubahan warna menjadi merah keunguan atau tidak dapat
terdeteksi secara akurat oleh karena itu perlu dilakukan pengujian lebih lanjut
dan menggunakan alat yaitu pengujian secara kuantitatif untuk mengetahui
seberapa kadar Formalin pada sampel.
Panjang
gelombang
Penulis Jurnal Spektrofotometri maksimum Literatur
(nm) /
pereaksi
Rahmi, M., Analisa Formalin
Dira., pada buah mpor
409,5 nm
Herman, H. yang beredar di
410,5 / (Suryadi
kota Padang UV-Vis
Nash et al,
secara
2008)
spektrofotometri
UV-Vis
Aprilia, A.Y Penetapan kadar 309 /
dan Formalin pada DNPH
Lilistuslinah buah impor di UV-Vis (Dinitro 360 nm
kota Tasikmalaya Penil
Hidrazin)
Manoppo, Analisis Formalin
570-580
G., pada buah impor
nm
Abidjulu, J., di kota Manado
UV-Vis 550 / Schiff (Fagnani
dan
et al.,
Wehantouw,
2013)
F
Putri, A.D., Uji kandungan
Pane, E.R., Formalin pada
Vini, K buah papaya (
carica papaya L.)
570-580
dan buah nanas
nm
(ananas comosus
UV 550 / Schiff (Fagnani
L.) yang di jual
et al.,
dilingkungan UIN
2013)
Raden Fatah
Palembang
dengan metode
spektrofotometri
Gunawan, Pengembangan
U., dan Validasi
Prasetyo, E. spektrofotometri
A., Gunardi, sinar tampak
S. I untuk penetapan
576 / asam
kandungan Vis -
kromatofat
Formalin alam
bunga kol
(Brassica
oleracea) yang
dijual di pasar
51
Jakarta utara
Nowshad, F Analysis of the
dan concentration and
Mohidus formation 409,5 nm
behavior of (Suryadi
UV-Vis 415 / Nash
naturally et al,
occurring 2008)
formaldehyde
content in food
Mason, D. Determination of
J., dkk naturaly-occuring
570-580
formaldehyde in 570/ asam
Vis nm
raw and cooked kromatofat
(Fagnani
shiitake
et al.,
mushroom by
2013)
spectrophotometry
and liquid
chromatography-
mass-spectra
An integrated
Fu, Lung- microfluidic chip
Ming., for formaldehyde
wang. Yao- analysis in 410/
UV-Vis
Nan., dan Chinese Fluoral-P
-
Liu, Chan- Herbs
Chiung
tersebut telah mewakili data yang dibutuhkan untuk uji validasi. Hasil uji
validasi dari pengembangan metode analisis kadar Formalin pada buah dan
sayuran ini yaitu:
1. Spesifisitas
Gambar 4.1 Spektrum sinar tampak derivat (hitam), Formalin (merah), dan
asam kromatropat (biru) (Gunawan,2019).
087
10 0,6640 0,6748 0,000
117
Batas deteksi dan Baku kuantitas Batas deteksi adalah konsentrasi analit
terendah dalam yang dapat dideteksi, akan tetapi tidak perlu ditentukan
secara kuantitatif hingga didapatkan nilai yang persis. Sedangkan batas
kuantitas adalah konsentrasi terendah dalam contoh yang dapat diukur
secara kuantitatif dengan akurasi dan presisi yang dapat diterima.
Penentuan batas deteksi dan batas kuantitas untuk metode
spektrofotometri berdasarkan simpangan respon dan kemiringan (slope)
kurva kalibrasi. Hasil pengujian untuk metode spektrofotometri terhadap
analisis Formalin pada Buah dan Sayuran pada tabel menunjukkan batas
deteksi metode sebesar 0,55 μg/mL dan batas kuantitas metode sebesar
1,68 μg/mL (Gunawan, 2009).
Kons
Konsen
entra Perol Rerata
trasi Stan K
si ehan peroleh
Replik absor Teruku dar V(
Teori Kem an
asi bansi r devia %
tis bali kembal
(mg/mL si (s) )
(mg/ (%) i (%)
)
mL)
1 0,304 3,762 94,1
4 2 0,317 3,923 98,1 96,2 2,03 2,1
3 0,312 3,861 96,5
Penetapan kadar merupakan bagian akhir dari uji kuantitatif. Dilakukannya uji
kuantitatif dimaksudkan karena jika kadar Formalin terlalu kecil maka tidak
akan terjadi perubahan warna pada uji kualitatif namun berbeda dengan uji
kuantitatif karena menggunakan instrumen, sekecil apapun kadar Formalin
dalam sampel akan terbaca juga. Penetapan kadar Formalin pada sampel Buah
dan Sayuran yang teridentifikasi mengandung Formalin dilakukan dengan
menggunakan spektrofotmetri UV-Vis dengan berbagai macam panjang
gelombang dan pelarut yang digunakan peneliti pada studi literatur.
56
Hasil penetapan kadar Formalin pada studi literatur pada penelitian “Analisa
Formalin pada buah impor yang beredar di kota Padang secara
spektrofotometri UV-Vis Tahun 2018” yang dilakukan oleh Rahmi, dkk
(2018). Hasil menunjukkan bahwa sampel buah yang diuji mengandung
Formalin dengan kadar 113, 558 dan 251,978 µg/g. Penelitian Aprilia, dkk.,
2017 tentang “Penetapan kadar Formalin pada buah impor di kota
Tasikmalaya” diperoleh hasil dimana sampel pada buah impor yang diujikan
mengandung Formalin dengan kadar antara 784,22 – 68,67 ppm. Penelitian
manoppo, dkk (2014) tentang “Analisis Formalin pada buah impor di kota
Manado” hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel buah yang tidak dicuci
memiliki kandungan Formalin 0,080 – 0,195 µg/ml dan sampel yang dicuci
mengandung Formalin 0,060 – 0.136 µg/ml. Penelitian Putri, (2016) yang
berjudul “Uji kandungan Formalin pada buah papaya (carica papaya L.) dan
buah nanas (ananas comosus L.) yang di jual dilingkungan UIN Raden Fatah
Palembang dengan metode spektrofotometri” memperoleh hasil pada buah
pepaya mengandung Formalin sekitar 0,0008 – 0,0012 ppm dan pada buah
nanas 0,0011 – 0,0017 ppm.
akan meberikan efek yang toksik terhadap tubuh dalam jangka waktu yang
lama. Mengingat penggunaan Formalin dalam makanan melanggar peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.33 Tahun 2012 Tentang Bahan
Tambahan Pangan sebagai bahan kimia yang dilarang digunakan dalam Bahan
Tambahan Pangan (BTP).
Hasil penelitian berdasarkan studi literatur dapat dikatakan bahwa buah dan
sayuran begitu mudahnya masuk ke Indonesia namun juga sulit dilakukan
pengawasan di lapangan. Pintu masuk buah dan sayuran impor yang terlalu
banyak baik yang bersifat legal dan ilegal menyebabkan mudah masuknya
kepasar dalam Negeri. Jalur illegal tercatat ada 14 pelabuhan, ini belum
termasuk jalur tidak resmi sehingga membuat petugas kesulitan melakukan
pengawasan (Faisal, 2012 dalam Hasriamin 2017). Kepala Pusat Karantina
Badan Karantina Kementrian Pertanian, Arifin Tasrif telah menyatakan
sekitar 800 ribu ton buah impor adalah buah yang tidak laku alias kualitasnya
buruk dari Negara asalnya sehingga Indonesia hanya menjadi keranjang
sampah buah impor (Muharti, 2012)
Proses pengaplikasian Formalin pada buah dan sayuran juga sangat mudah
dimana buah dan sayuran diawetkan dan direndam kedalam larutan Formalin
kemudian dikeringkan lalu didistribusikan. Upaya yang harus di lakukan oleh
pemerintah untuk menghentikan penggunaan Formalin pada pangan yaitu
mengatur peredaran bahan kimia berbahaya termasuk bahan pengawet,
melakukan pengawasan intensif terhadap toko kimia yang menjual bahan
Formalin, serta pemerintah melakukan pembinaan terhadap produsen terkait
bahaya Formalin pada tubuh (Zakaria, 2014).