Anda di halaman 1dari 7

ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

Analisis Manajemen Pengawasan dan


Pengendalian Penyalahgunaan Formalin
di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang

Hendri Hartati*

Abstrak
Banyak industri makanan Tangerang ditemukan menggunakan bahan pengawet formalin. Tujuan penelitian ini mengetahui peranan Dinas Kesehatan (Dinkes)
Kabuaten Tangerang mengawasi dan mengendalikan formalin pada makanan. Penelitian ini dilakukan pada Nopember 2006-Pebruari 2007. Dengan meto-
de kualitatif wawancara mendalam dan penelusuran dokumen. Sumber data adalah Dinkes Kabupaten Tangerang dan Puskesmas terpilih. Pera respon-
den adalah Kepala Dinkes Kabid Yankes; Kasi Pengawasan makanan dan minuman; Staf pelak-sana Dinkes dan Puskesmas. Hasil yang ditemukan meli-
puti pengawasan dan pengendalian formalin dilakukan oleh dinas kesehatan secara rutin sejak tahun 2004. Namun, program intensif ketika merebak issue
kandungan formalin dalam makanan, tahun 2006. Masalah yang dihadapi: peraturan belum tersosialisasi, dana terbatas, tenaga wasdal terbatas dan tugas
rangkap. Pemeriksaan sampel secara kuantitatif dilakukan di BPOM, pemeriksaan kualitatif mulai dilakukan tetapi masih terbatas kerena puskesmas belum
punya alat. Material sudah mendukung pelaksanaan wasdal formalin. Jadwal kegiatan ada dan disusun di tingkat puskemas. Data tersedia tetapi tidak ter-
susun dalam sistem informasi. Buku panduan kegiatan belum ada. Faktor yang mendukung antara lain kerjasama lintas sektor; partisipasi laporan masya-
rakat, dan supervisi oleh POM/ Dinkes propinsi. Kabupaten Tanggerang Faktor yang menghambat adalah area kerja luas, sumberdaya dan faktor pendu-
kung, iterbatas ndustri makanan (UKM), jasa boga, rumah makan dan pasar yang banyak. Perlu dilakukan upaya peningkatan sumberdaya dan faktor-fak-
tor yang mendukung serta mengatasi hambatan yang ada.
Kata kunci : Pengawasan, pengendalian, formalin

Abstract
The district of Tangerang is a high risk area of the misuse of formaldehyde as food preservative. Researches show that many types of food are contaminat-
ed by formaldehyde. The aim of this study was to obtain in-depth information on the implementation, supervision and control of formaldehyde misuse man-
aged by the Tangerang District Health Office. This study is a descriptive study using qualitative technique with District Health Office as analysis unit. In-depth
interview technique and document analysis were used to collect data. The variables of this research were determined before the research conducted. The
study showed that the process of management had not been successfully implemented in an intensive way except in the occasion when the issue was pub-
lished extensively in the media. Non-intensive supervision and controlling happened due to some factors namely, lack of resources (regulation, money, per-
sonnel, laboratory, equipment, and guideline), non-routine inter-sector collaboration, and non-periodic supervision from province level. In order to achieve the
optimal supervision and controlling activity, it is suggested that the resources and supporting factors should be enhanced through varied strategies.
Keywords : Supervision, controlling, formaldehyde

*Staf Pusat Peneliti Kesehatan FKM UI, Gd. G Lt. 2 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Kampus Baru UI Depok 16424 (e-mail: chr_ui@yahoo.com)

51
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2, No. 2, Oktober 2007

Peran dinas kesehatan sangat penting khususnya da- lain instansi kesehatan, masyarakat dan swasta. Banyak
lam pengawasan dan pengendalian penggunaan Bahan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pengawasan
Berbahaya dan Beracun (B3) salah satunya adalah for- dan pengendalian penggunaan formalin antara lain
malin. Formalin ini menjadi masalah ketika disalahguna- kertersediaan dana. Kegiatan pengawasan dan pengen-
kan menjadi bahan pengawet makanan, padahal zat ini dalian penggunaan formalin akan berdampak penting
termasuk zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia. bagi status kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk
Penggunaan formalin terlarang pada pengawetan maka- mengetahui peranan Dinas Kesehatan Kabupaten
nan seperti tahu, mie, ayam, daging, ikan, baso serta ikan Tangerang dalam manajemen pengawasan dan pe-
asap karena penggunaan pada makanan dapat merugikan ngendalian formalin untuk mereduksi penggunaan for-
kesehatan. Pada kadar 10 sampai 20 ppm menimbulkan malin pada makanan.
batuk, rasa sesak di dada, dan rasa tertekan di kepala.
Pada pemajanan 50-100 ppm atau diatasnya terjadi ede- Metode
ma paru-paru, pneumonitis, atau kematian. Larutan for- Penelitian ini menggunakan metode analisis deskrip-
maldehid atau formalin ini juga dapat menimbulkan der- tif dan teknik kualitatif. Teknik kualitatif yang digunakan
matitis.1 Penyalahgunaan formalin untuk makanan di adalah kombinasi wawancara mendalam dengan penelu-
Indonesia telah diteliti oleh badan POM pada bulan suran dokumen. Teknik kualitatif yang digunakan dalam
Desember 2005.2 Badan POM melakukan pengambilan penelitian ini adalah teknik kualitatif yang terarah yang
sampling secara serial dan serentak di Bandar Lampung, membatasi dan menentukan variabel yang diteliti sebe-
Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Makassar. lum penelitian dilaksanakan. Data yang dikumpulkan
Produk makanan yang diuji meliputi tahu, mie basah dan adalah data primer dan sekunder tentang manajemen
ikan yang berjumlah 761 sampel. Berdasarkan hasil uji pengawasan dan pengendalian penggunaan formalin pa-
laboratorium diperoleh temuan sebagai berikut: da makanan. Penelitian dilakukan di Kabupaten
Tangerang, di wilayah kerja Dinas kesehatan Kabupaten
Tangerang pada Bulan Nopember 2006 - Pebruari 2007.
Tabel 1. Penyalahgunaan Formalin pada Sampel Makanan di Indonesia
Tahun 2005
Sumber data adalah Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang dan Puskesmas terpilih di wilayah Kabupaten
Mie Basah Tahu Ikan Tangerang. Pemilihan sampel dilakukan secara “purpo-
Jumlah Sampel 213 290 258
sif” berdasarkan kesesuaian dengan tujuan penelitian
Memenuhi syarat 76 193 190 dan masalah penelitian. Informan penelitian dipilih
Tidak memenuhi syarat 137 97 68 berdasarkan kriteria kesesuaian dan kecukupan.
% Tidak memenuhi syarat 64.32% 33.45% 6.36%
Informan yang ditetapkan dalam penelitian dapat dili-
hat pada tabel 2.
Pengumpulan data dilakukan di Dinas Kesehatan
Formalin sebagai pengawet makanan telah diguna- Kabupaten Tangerang dengan cara wawancara men-
kan secara luas, padahal zat ini berbahaya bagi kesehatan dalam dan penelusuran data sekunder. Pengumpulan da-
manusia karena berpotensi karsinogenik. Pada perco- ta ini dilakukan pada periode Nopember 2006 sampai
baan binatang, formaldehid terbukti menyebabkan kan- dengan Pebruari 2007. Instrumen pengumpulan data
ker. Pada konsentrasi di atas 0.1 ppm di udara, uapnya yang primer digunakan adalah daftar/pedoman wawan-
menimbulkan rasa pedih dimata, dan iritasi saluran cara mendalam yang disusun berdasarkan kerangka kon-
pernapasan bagian atas serta kontraksi saluran pernafa- sep penelitian. Pengolahan data dilakukan secara manu-
san sehingga banyak sel leukosit yang masuk ke dalam al oleh peneliti dengan langkah kegiatan yang meliputi
paru-paru. Pada kadar 10 sampai 20 ppm menimbulkan pemindahkan data dari hasil wawancara terbuka setiap
batuk, rasa sesak di dada, rasa tertekan di kepala, dan responden dari pita rekaman ke dalam transkrip lengkap
palpasi. Pada pemajanan 50-100 ppm atau diatasnya ter- tanpa membuat kesimpulan. Selanjutnya, melakukan re-
jadi edema paru-paru, pneumonitis, atau kematian. duksi data dengan memilih data yang relevan dengan
Larutan formaldehid atau formalin ini juga dapat me- variabel yang diteliti. Kemudian, dibuat ringkasan data
nimbulkan dermatitis. dalam bentuk matriks atau tabel dari hasil wawancara
Penggunanan formalin ini dapat dicegah/dikontrol mendalam. Sedangkan data dari hasil penelitian doku-
melalui pengawasan dan pengendalian penggunaan ba- men dicatat dalam lembar pencatat berisi kategori uta-
han tersebut oleh instansi kesehatan setempat (dinas ke- ma, selanjutnya dikelompokkan dalam kategori yang
sehatan dan puskesmas) bekerjasama dengan sektor lain telah diberi kode sesuai variabel yang diteliti.
yang terkait serta melibatkan masyarakat dan swasta. Selanjutnya dilakukan triangulasi sumber dengan mem-
Penggunaan formaldehid dalam pengawetan makanan di bandingkan jawaban antar informan untuk melakukan
Kabupaten Tangerang dipengaruhi banyak faktor antara cross-check sehingga diperoleh kecocokkan dan kesim-

52
Hartati, Manajemen Pengawasan dan Pengendalian Penyalahgunaan Formalin

Tabel 2. Informan dan topik wawancara

Area Pengukuran Informan Faktor Internal Mekanisme Pengawasan &


(Sumber daya) pengendalian formalin

Dinkes Kab. Tangerang & beberapa Kepala Dinkes


puskesmas terpilih sebagai unit pelak- Kabid Yankes - Regulasi -Tujuan kegiatan
sana Dinkes Kasi Pengawasan makanan & - Anggaran/dana -Target Kegiatan
minuman - Tenaga/SDM -Peran Dinkes
Staf pelaksana Dinkes dan - Material -Pelaksanaan Kegiatan
Puskesmas - Skedul kegiatan
- pengawasan formalin
- Buku pedoman
- Sarana/Lab
- Data

Faktor Eksternal
Koordinasi lintas sektor
Supervisi
Partisipasi masyarakat dan
Area kerja

pulan jawaban. ngawasan dan pengendalian. Semakin kecilnya sumber-


daya akan semakin sulit melaksanakan kegiatan pe-
Hasil ngawasan dan pengendalian demikian pula sebaliknya.
Di Kota Tanggerang, pengendalian penggunaan for- Dinkes Kabupaten Tangerang harus terus memaksimal-
malin dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten kan fungsinya sebagai pengawas dan pengendalian peng-
Tangerang berkoordinasi dengan Diperindag, dinas pe- gunaan formalin sehingga dapat melindungi kesehatan
rikanan, UPTD pasar, dan unsur pemda lainnya. Selama konsumen. Namun, dari hasil penelitian diketahui bahwa
ini, menurut beberapa informan, pengawasan dan pe- secara umum sumber daya pengawasan dan pengendali-
ngendalian formalin dilakukan dalam bentuk sidak dan an tersebut terbatas. Hal tersebut berimplikasi pada pe-
pemeriksaan sampel makanan pada saat terjadi keresa- laksanaan wasdal yang tidak optimal, penelitian tentang
han masyarakat. Bukan kegiatan lain seperti sosialisasi je- kajian pembinaan, pengawasan dan pengendalian sarana
nis dan tempat mendapatkan bahan pengawet pengganti pelayanan kesehatan swasta di Kabupaten Bekasi yang
formalin. Kegiatan sistem wasdal berupa verifikasi, ob- dilakukan sebelumnya menemukan bahwa pembinaan,
servasi, analisis, evaluasi, investigasi, wawancara dengan pengawasan dan pengendalian tidak berjalan sesuai
menggunakan daftar periksa, penelusuran dokumen, dengan peraturan karena keterbatasan sumberdaya. 4
kuesioner, dan peninjauan fisik. Sesuai dengan hasil pe- Hasil tersebut diharapkan dapat menjadi pertimbangan
nelitian bahwa instrumen wasdal berupa cheklist yang untuk perbaikan sumberdaya wasdal penyalahgunaan
berlaku tepat dan dan akurat sehingga dapat digunakan formalin karena menurut perbaikan sumberdaya terma-
oleh setiap orang, metode dengan kunjungan bersama suk juga dalam bagian pengendalian.5
dalam satu tim teknis secara terpadu.3 Regulasi atau peraturan yang terkait dengan program
Sasaran kegiatan pengawasan dan pengendalian for- pengawasan dan pengendalian formalin sangat
malin yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan di
Tangerang adalah industri tahu, baso dan mie. Untuk lapangan. Meskipun peraturan perundangan tentang
usaha penangkapan ikan dan industri ikan asin tidak di- formalin telah banyak tersedia, tetapi hanya Permenkes
awasi oleh dinas kesehatan, tetapi ikan yang dijual di pa- yang diketahui dan dijadikan acuan kegiatan oleh
sar diawasi oleh dinas kesehatan. Belum seluruh sasaran petugas wasdal penggunaan formalin di lapangan. Selain
pengawasan dan pengendalian tercapai karena jumlah sa- itu, petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis kegiatan
saran banyak, meliputi 40 puskesmas binaan, 45 industri wasdal penggunaan formalin pada makanan ternyata
rumah tangga, 38 catering, 42 industri makanan dan mi- belum diketahui oleh para petugas Dinas Kesehatan
numan, dan beberapa pasar tradisional dan modern. Kabupaten Tangerang. Juklak atau Juknis yang tersedia
Cakupan pengawasan dan pengendalian yang dilakukan adalah Juklak penyuluhan makanan dan minuman yang
dinkes kabupaten Tangerang belum luas dan intensif di- berbentuk modul penyuluhan serta Juklak dan Juknis
bandingkan pelaksanaan kegiatan lain. pembuatan sertifikasi sehat untuk industri makanan.
Ketersediaan dan kecukupan sumber daya merupa- Sedangkan Juklak atau Juknis yang khusus untuk
kan faktor penentu yang penting dalam mekanisme pe- pengawasan penggunaan formalin di Dinas Kesehatan

53
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2, No. 2, Oktober 2007

Kabupaten Tangerang belum tersedia. Untuk sementara, dengan jadwal yang telah disepakati. Data tentang jum-
kegiatan pengawasan dan pengendalian dapat berjalan lah industri, lokasi dan pasar yang harus dibina serta da-
meskipun tanpa Juklak dan Juknis yang jelas. Namun, ta hasil pemeriksaan sampel telah tersedia di Dinas
untuk memperkuat manajemen program pengawasan Kesehatan Kabupaten Tangerang. Data tersebut berguna
dan pengendalian formalin Juklak/Juknis yang jelas untuk menunjukkan dugaan keberadaan formalin dan
untuk petugas lapangan sangat diperlukan. Untuk di alur perjalanan formalin hingga sampai di makanan.
tingkat puskesmas, kegiatan pembinaan industri rumah Partisipasi masyarakat dalam pengawasan dan pe-
tangga, pasar dan rumah makan mengacu pada Juklak ngendalian formalin baru pada tahap pelaporan yang ma-
dan Juknis sanitasi karena Juklak dan Juknis untuk B3 sih terbatas karena pengetahuan masyarakat tentang ciri-
belum ada. Implikasi ketiadaan juklak tersebut adalah ciri produk yang mengandung formalin yang rendah.
bahwa kegiatan wasdal ini belum berjalan secara Dukungan dalam bentuk lain belum ada, meskipun de-
optimal. mikian petugas sanitasi puskesmas menganggap bahwa
Di seksi pengawasan makanan dan minuman ada 12 partisipasi masyarakat tersebut sudah mendukung was-
orang petugas, tetapi yang terlibat dalam kegiatan penga- dal. BPOM pusat sangat berperan dalam kegiatan super-
wasan dan pengendalian formalin hanya empat orang. visi pengawasan dan pengendalian formalin. Selain itu,
Staf lain yang bertugas pada pengawasan obat di apotik POM Dinkes Bagian makanan dan minuman juga telah
dan toko obat serta persediaan obat di gudang obat dinas berperan dalam supervisi yang lebih bersifat koordinasi.
kesehatan. Pengelola program pengawasan dan pengen- Area kerja wasdal Dinas Kesehatan Kabupaten
dalian formalin di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang cukup luas antara lain meliputi Tempat
Tangerang yang berjumlah empat orang tersebut dirasa- Pengolah Makanan (warung makan, restoran dan jasa bo-
kan masih kurang, sehingga pengelolaan program masih ga, industri kecil, dan pedagang di pasar). Hal tersebut
menjadi beban yang berat. Berdasarkan latar belakang menjadi beban kerja yang cukup berat bagi petugas penga-
pendidikan, terdiri dari apoteker, kesehatan lingkungan, wasan formalin sedangkan tenaga yang terbatas membuat
sosial dan farmasi, sehingga dipandang mampu menja- jangkauan ke seluruh area kerja menjadi terbatas.
lankan tugas mereka. Setiap petugas mengacu pada tu-
poksi seksi pengawasan makanan dan minuman serta ke- Pembahasan
sepakatan pembagian tugas di dalam seksi. Kegiatan Pengawasan dan pengendalian penggunaan formalin
pengawasan dan pengendalian formalin sudah terlaksa- pada makanan merupakan faktor yang penting karena ke-
na, tetapi belum dapat mencakup semua area kerja butuhan makanan yang meningkat diikuti dengan, kebu-
Dinkes karena kerterbatasan jumlah tenaga yang masing- tuhan teknologi pengawetan makanan yang efisien dan
masing memiliki tugas rangkap yang lain. meningkat pula. Tanpa pengawasan, industri dan pengo-
Dari hasil penelitian diketahui bahwa para petugas lah makanan cenderung menggunakan bahan pengawet
lapangan tersebut bukan tenaga khusus pengawasan for- yang berbahaya seperti formalin dan boraks. Penggunaan
malin, tetapi mereka telah dilatih untuk dapat mengerja- bahan berbahaya tersebut dapat disebabkan oleh keti-
kan tugas tersebut sesuai dengan ketentuan standard la- daktahuan tentang dampak bahan pengawet dalam ben-
boratorium yang berlaku.6 Hasil penelitian ini juga me- tuk keracunan kronis akibat dosis kecil yang kumulatif
ngungkapkan bahwa petugas dengan latar belakang pen- atau keracunan akut dalam dosis besar. Formalin sangat
didikan sanitasi merasa perlu pelatihan khusus pengawa- mudah diserap melalui saluran pernafasan dan pencer-
san dan pengendalian formalin. Hal tersebut penting ka- naan. Pada penggunaan jangka panjang dapat berakibat
rena berpengaruh terhadap kinerja petugas wasdal sesu- buruk pada organ tubuh, seperti kerusakan hati dan gin-
ai dengan hasil penelitian sebelumnya. Sanitarian yang ti- jal. Formalin sering digunakan karena harganya yang mu-
dak pernah mengikuti pelatihan cenderung menampilkan rah dan mudah dijangkau masyarakat. Keberadaan for-
kinerja buruk 2.1 kali lebih besar daripada yang pernah malin dalam beberapa jenis makanan bukan hal baru.
ikut pelatihan. Namun, informasi bahaya dan kesulitan membedakan
Di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, material produk yang diawetkan dengan formalin menjadi penye-
pendukung pelaksanaan program pengawasan dan bab kelangsungan konsumsi makanan berformalin oleh
pengendalian formalin telah tersedia, meskipun masih di- masyarakat. Perilaku konsumen yang memilih produk
gunakan secara bergantian. Namun, tidak menghambat yang awet dan harga yang murah diduga juga menjadi pe-
pelaksanaan masing-masing kegiatan. Penelitian ini me- nyebab penggunaan formalin pada makanan.
nemukan bahwa jadwal pengawasan dan pengendalian Dalam era desentralisasi dan otonomi daerah, pe-
penggunaan formalin pada makanan telah dibuat secara ranan kabupaten/kota semakin menjadi penting dan me-
bersama-sama dan dipatuhi oleh setiap petugas. Jadwal nentukan dalam merencanakan dan melaksanakan prog-
tersebut dibuat di tingkat kabupaten dan di tiap puskes- ram kesehatan. Khusus untuk pengendalian B3, daerah
mas, sehingga masing-masing petugas bekerja sesuai harus mempunyai kemampuan untuk melaksanakan pe-

54
Hartati, Manajemen Pengawasan dan Pengendalian Penyalahgunaan Formalin

ngendalian pencemaran bahan tersebut.6 Mengacu pada Menkes/PER/X/1999. Selanjutnya, tata niaga bahkan di-
tupoksi Dinkes tingkat kabupaten ada 6 wewenang dan atur dengan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan
13 fungsi pengawasan dan pengendalian penggunaan ba- Perdagangan Nomor 254/MPP/KEP/7/2000. Selain itu,
han berbahaya. Dinas Kesehatan berperan sebagai pe- Menteri perdagangan telah menerbitkan peraturan men-
ngawas, pembuat keputusan dan melakukan tindakan ji- teri Perdagangan (Permendag) No. 04/M-DAG/ PER/
ka ditemukan penggunaan formalin pada makanan. 2/2006 tanggal 16 Februari 2006 tentang distribusi dan
Dalam melaksanakan pengawasan, dinas kesehatan di- pengawasan bahan berbahaya. Impor zat formalin hanya
bantu oleh puskesmas memeriksa sampel, memberikan dapat dilakukan oleh para importir produsen yang diakui
penyuluhan dan melakukan pemantauan. Dirjen Perdagangan Luar Negeri. Selain itu, PP No. 74
Sebagai perbandingan, kegiatan pemantauan pestisi- Tahun 2001 tentang pengelolaan Bahan Berbahaya dan
da (test cholinesterase) pada 250 orang petani, pada ta- Beracun dapat juga dijadikan bahan referensi bagaimana
hun 2004 dan 2005 dilakukan di 10 kecamatan. Inspeksi mengawasi dan melaporkan bahan berbahaya.
sanitasi sarana air bersih (2000 sarana), pengambilan, Menurut Menteri Perindustrian, ada empat langkah
pengiriman dan pemeriksaan sampel air bersih untuk pe- yang akan dilakukan pemerintah berhubungan dengan
meriksaan bakteriologi (240 sampel) dan fisika/kimia se- penyalahgunaan formalin yaitu: Pertama, penyuluhan ke-
banyak 60 sampel serta penyuluhan pencegahan penya- pada masyarakat, produsen khususnya UKM, dan pro-
kit melalui air (6 kecamatan yang meliputi 20 desa).7 dusen besar pemakai formalin. Kedua, pengawasan pe-
Kegiatan tersebut belum dilakukan secara intensif se- redaran, produksi yang ditujukan kepada produsen dan
hingga hasil yang didapat belum optimal. Pengawasan importir. Ketiga, tindakan hukum terhadap para pe-
memerlukan saat yang tepat, intensif dan relevan sehing- langgar. Keempat, melindungi industri kecil menengah
ga mekanisme kontrol dapat mendeteksikan penyimpa- dari penyalahgunaan zat berbahaya, bukan hanya forma-
ngan secara dini sehingga jeda waktu antara deteksi dan lin.11
tindakan koreksi awal singkat. Jika memungkinkan, me- Berdasarkan tugas dan fungsi Dinas kesehatan dalam
kanisme kontrol seharusnya dilakukan secara rutin tidak Pengendalian Pencemaran B3 dari perspektif manajemen
hanya inspeksi khusus yang dilakukan pada waktu ter- berarti Dinas Kesehatan juga berfungsi menyusun angga-
tentu.8 ran.6 Dinas kesehatan telah menyusun dan mengajukan
Meskipun demikian, output kegiatan pengawasan dan anggaran secara global untuk pengawasan dan minuman
pengendalian penggunaan formalin pada makanan terse- (tidak terbatas pada kegiatan pengawasan dan pengen-
but sudah dapat dirasakan. Output kegiatan tersebut dalian formalin). Dana yang disetujui tergantung pada
adalah peningkatan pengetahuan produsen tentang ba- kemampuan dan prioritas pemerintah daerah setempat.
haya formalin. Selain itu, produsen yang pernah meng- Penelitian ini menemukan bahwa kemampuan pemerin-
gunakan formalin telah menghentikan penggunaan for- tah daerah membiayai program kesehatan cukup besar,
malin berkat pengawasan dan pembinaan yang dilakukan tetapi dana untuk pengawasan dan pengendalian forma-
dinas kesehatan kabupaten Tangerang. Sedangkan dam- lin yang tercakup dalam program pengawasan makanan
pak pengendalian adalah terjaganya kualitas produk ma- dan minuman yang diusulkan tidak seluruhnya disetujui,
kanan yang dapat meningkatkan status kesehatan mas- sehingga jumlah dana yang diterima masih terbatas.
yarakat. Saat ini persoalan makanan berformalin sudah Kegiatan pengawasan dan pengendalian formalin
mereda di masyarakat dan kesadaran pedagang dan pro- mengacu pada modul/buku pedoman yang disusun ber-
dusen akan bahaya pemakaian formalin sudah tumbuh. dasarkan materi dalam pelatihan-pelatihan terkait maka-
Namun, hal ini tidak boleh dijadikan alasan untuk mele- nan dan minuman. Namun, modul pelatihan yang terse-
mahnya pengawasan dan pengendalian formalin. dia belum secara spesifik membahas tentang formalin.
Pengendalian penggunaan formalin dalam makanan Selama ini para petugas di dinas kesehatan Kabupaten
telah diatur dalam peraturan dan perundang-undangan Tangerang berusaha mendapatkan informasi tentang
di Indonesia. Pengendalian pencemaran dan resiko aki- pengawasan dan pengendalian penyalahgunaan formalin
bat pencemaran formalin telah diatur dalam beberapa dari berbagai sumber, antara lain pelatihan, koran dan
peraturan dan perundang-undangan baik secara eksplisit materi pembinaan. Tingkat pengetahuan petugas sangat
maupun implisit.6 Sebagai contoh, pada UU No. 23 penting karena akan berdampak pada kinerja mereka.
Tahun 1992 tentang kesehatan, pasal 21 berisi tentang Sanitarian yang tidak mempunyai panduan kerja berisiko
pengamanan makanan dan minuman dilakukan sesuai 2.5 kali lebih besar untuk berkinerja buruk daripada
standard jika tidak akan ditindak mulai dari larangan be- yang mempunyai pedoman kerja.10
redar, ditarik dari peredaran dan dimusnahkan. Formalin Data yang dikumpulkan seksi pengawasan makanan
merupakan salah satu bahan tambahan pangan (BTP) dan minuman Dinkes Kabupaten Tangerang sudah
yang dilarang digunakan dalam makanan menurut pera- sesuai dengan anjuran ditjen PP & PL,6 bahwa data ba-
turan Menteri Kesehatan (Menkes) Nomor 1168/ han yang membahayakan kesehatan masyarakat dan

55
KESMAS, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2, No. 2, Oktober 2007

dicurigai telah terjadi pemajanan dan merupakan priori- kan, UPTD Pasar dan Dinkes yang melakukan kegiatan
tas kesehatan masyarakat, harus dikumpulkan melalui pengawasan dan pengendalian secara berkala tidak ha-
program pemantauan. Data yang telah dihimpun terse- nya secara insidentil ketika ada issue kandungan forma-
but dapat berguna saat evaluasi program. lin pada makanan merebak di media massa. Hal tersebut
Dalam pengawasan dan pengendalian formalin sangat mengingat tempat pengolahan makanan yang banyak, an-
diperlukan koordinasi lintas sektor. Menurut Ditjen tara lain meliputi industri, pasar tradisional/modern, ja-
PP&PL dalam pemeriksaan bahan berbahaya harus me- sa boga, dan restoran/warung makan yang beresiko ter-
lakukan pencarian informasi tentang kegiatan peman- cemar formalin. Pemda juga perlu meningkatkan kapasi-
tauan bahan berbahaya tersebut bersama instansi lain gu- tas Labkesda agar dapat memeriksa kandungan formalin
na menjalin kerjasama secara efisien dan sinergi. Pada dan zat berbahaya yang lain pada makanan, sehingga da-
penelitian ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang te- pat memperpendek waktu pemeriksaan. Pemda juga di-
lah menjalin kerjasama dengan dinas perindustrian dan harapkan dapat mengembangkan jumlah dan kualitas pe-
perdagangan (Diperindag), UPTD (Unit Pelaksana tugas wasdal di dinas terkait khususnya di dinas keseha-
Teknis Daerah) Pasar, Dinas perikanan dan peternakan tan sesuai dengan wewenang rekrutmen dan penempatan
dan Balai Besar POM. Namun, kerjasama lintas sektor yang ada di tangan pemda.
tersebut belum terjalin baik, kecuali pada saat pemberi- Selain itu, kewenangan mengembangkan sistem im-
taan formalin yang gencar di media. Rapat koordinasi balan dan sangsi bagi perusahaan dan petugas yang di-
yang dilakukan terlaksana atas instruksi pemda, se- berikan, tidak terbatas hanya pada kepolisian, tetapi ju-
dangkan sebagai kegiatan rutinnya belum terlaksana. ga kepada seluruh tim Dinkes yang mempunyai rencana
Kerjasama dan koordinasi tersebut juga mengalami ham- pengembangan staf berupa penambahan jumlah petugas
batan, karena penyesuaian waktu, mengingat masing-ma- dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Untuk itu, perlu
sing dinas punya tupoksi masing-masing. upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan mela-
lui pelatihan dan penyediaan buku panduan bagi petugas
Kesimpulan teknis. Selain itu, Dinkes perlu meningkatkan frekuensi
Kegiatan pengawasan dan pengendalian penyalah- supervisi. Untuk mengambil sampel, perlu pengadaan
gunaan formalin sebagai pengawet makanan di wilayah alat tes kualitatif formalin untuk petugas wasdal.
Kabupaten Tangerang telah dilakukan oleh Dinas Frekuensi dan kualitas kerjasama lintas sektor perlu di-
Kesehatan Kabupaten Tangerang secara rutin sejak ta- tingkatkan antara lain dengan cara membuat sistem in-
hun 2004. Namun, kegiatan ini belum intensif kecuali formasi lintas sektor, semua sektor terkait dapat menye-
ketika ada isu pada tahun 2006 ada isu kandungan for- suaikan berbagai program sehingga tidak tumpang tin-
malin pada makanan. Sumberdaya dan faktor pendu- dih. Selain itu, Dinas kesehatan perlu diberi wewenang
kung program pengawasan dan pengendalian formalin memberi sanksi sampai mencabut ijin usaha/menutup
tersebut masih terbatas. Faktor lain yang mendukung dan menarik produk yang tercemar formalin.
kegiatan antara lain adalah : 1) kerjasama lintas sektor Puskesmas perlu meningkatkan frekuensi pengawa-
meliputi kepolisian, BPOM, diperindag, dinas pertanian san dan pengendalian pada industri, jasa boga, pasar
dan peternakan, UPTD Pasar, dan Dinkes. Kegiatan ter- maupun tempat produksi dan pengolahan makanan di
sebut sudah ada, tetapi tidak berjalan secara rutin (tidak sekitar wilayah kerja puskesmas. Frekuensi supervisi
ada dalam rencana kerja). 2) partisipasi masyarakat te- terhadap dinas kesehatan kabupaten/kota di Propinsi
lah ada tetapi hanya sebatas pelaporan. 3) Supervisi Banten perlu ditingkatkan. Partisipasi masyarakat hen-
khusus untuk formalin yang tidak terjadwal hanya dila- daknya tidak terbatas pada pelaporan tetapi juga pada
kukan jika ada kejadian tertentu. Supervisi yang dilaku- upaya meningkatkan pengetahuan tentang formalin dan
kan POM/ dinkes propinsi lebih bersifat monitoring. kewaspadaan mengkonsumsi makanan. Produsen/pe-
Namun supervisi ini dinilai sudah bermanfaat dalam dagang makanan disarankan tidak menggunakan pe-
meningkatkan kinerja petugas di dinkes dan puskesmas ngawet formalin. Mereka wajib mencantumkan label
di wilayah Kabupaten Tangerang. Area kerja dinas ke- ”bebas formalin” pada setiap kemasan produk yang di-
sehatan Kabupaten Tangerang yang sangat luas mem- produksi.
buat kegiatan ini tidak dapat dilakukan secara intensif Penelitian serupa perlu dilakukan di Dinkes yang lain,
jika hanya mengandalkan sumberdaya yang tersedia saat sehingga pelaksanaan pengawasan dan pengendalian
ini. (Wasdal) dapat dibandingkan. Jika memungkinkan, dila-
kukan penelitian yang lebih luas mencakup semua unsur
Saran lintas sektor. Juga perlu penelitian lanjutan tentang varia-
Pemda diharapkan dapat membentuk tim satgas pe- bel yang berpengaruh terhadap pengawasan dan pengen-
ngawasan makanan berformalin yang mencakup kepoli- dalian serta penelitian teknologi pengawetan makanan
sian, BPOM, diperindag, dinas pertanian dan peterna- yang aman dan efisien.

56
Hartati, Manajemen Pengawasan dan Pengendalian Penyalahgunaan Formalin

Daftar Pustaka 5. WHO (1997). Guidelines For Poison Control, Geneva, 1997
1. Depkes RI. (2006). Pedoman Manajemen Risiko Lingkungan Aspek 6. Ditjen P2M & PLP (1998). Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Kimia/ B3, Tingkat Propinsi, 2006 Sanitasi Makanan Untuk Petugas Sanitarian Puskesmas. 1998
2. Badan POM RI (2006). Press release Keterangan Pers Badan POM 7. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. (2004). Profil Kesehatan
Nomor: KH.00.01.1.241.002 tentang formalin untuk pengawet mie Kabupaten Tangerang. 2004
basah, tahu dan ikan., 3 january 2006 8. Liebler, Joan Gratto et all (1992). Management Principles for Health
3. Noerdin, Zoelkarnaen (2001). Rancangan Sistem Pengawasan dan Professionals, Aspen Publisher, 1992
Pengendalian Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Dalam Pelaksanaan 9. Media industri (2006). Penyalahgunaan formalin dan peran pemerin-
Desentralisasi Program Kesehatan Tingkat Kecamatan/Puskesmas tah, edisi no 21.III.2006
Studi Kasus di Kabupaten Musi Rawas (tesis) FKMUI, Yakarta 10. Aini, M.A (2003). Analisis Kinerja Sanitarian Puskesmas dalam
4. Soleh, Mohammad (1997). Kajian tentang Pembinaan, Pengawasan & Pelaksanaan Pengawasan Koalitas Air Bersih di Kota Palembang
Pengendalian Sarana Pelayanan Kesehatan Swasta di Kab. DT II Tahun 2003
Bekasi Tahun 1997 (Tesis) FKM UI, Yakarta

57

Anda mungkin juga menyukai