Anda di halaman 1dari 188

RUMAH SEDERHANA SEHAT

Berbasis Nilai Lokal


58 KARYA TERPILIH SAYEMBARA Rancangan
Rumah Sederhana Sehat Berbasis Nilai Lokal 2016

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat


Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
2016

1
2
RUMAH SEDERHANA SEHAT
Berbasis Nilai Lokal

diselenggarakan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman, Kementerian PUPR, dan Forum
Masyarakat Arsitektur Tradisional (FORMAT) Indonesia.

diterbitkan oleh:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman


bekerjasama dengan
Forum Masyarakat Arsitektur Tradisional (FORMAT)
2016

3
Rumah Sederhana Sehat Berbasis Nilai Lokal
58 Karya Terpilih Sayembara Rancangan
Rumah Sederhana Sehat Berbasis Nilai Lokal 2016

diterbitkan oleh:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
bekerjasama dengan
Forum Masyarakat Arsitektur Tradisional (FORMAT)

Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman


Jl. Panyaungan – Cileunyi Wetan
Kabupaten Bandung 40393
Telepon : 022.7798393 (4 lines) Faksimili : 022.7798392
e-mail:sayembara_rslok@puskim.pu.go.id

Cetakan Pertama: Desember 2016 (cetak terbatas)


Cetakan Kedua: Februari 2017 (revisi)

Desain dan Tata Letak: Rofida Noor Amalia


Teks Tentang Sayembara: Panitia Sayembara Rumah Sederhana
Sehat Berbasis Nilai Lokal 2016
Teks Sistem Penilaian Karya: Dewan Juri Sayembara Rumah
Sederhana Sehat Berbasis Nilai Lokal 2016
Teks Deskripsi Karya: Rofida Noor Amalia
Foto Dokumentasi: Azka Pintra

ISBN: 975-602-8330-99-2

4
p

-1-
KATA PENGANTAR DEWAN JURI

-19-
TENTANG SAYEMBARA

-27-
SISTEM PENILAIAN KARYA

-31-
5 KARYA PEMENANG

-53-
KARYA 15 BESAR

-85-
KARYA 58 BESAR

-173-
DOKUMENTASI PENJURIAN

-176-
DAFTAR PESERTA SAYEMBARA

-180-
SUSUNAN PANITIA SAYEMBARA

5
6
KATA PENGANTAR
DEWAN JURI

1
GEDE KRESNA, ST.
Praktisi Arsitektur

Ada banyak persoalan di sektor perumahan rakyat di Indonesia, baik kuantitas maupun kualitas perumahannya.
Sudut pandang apa itu rumah sehat oleh pemerintah dan juga oleh masyarakat juga masih belum sepenuhnya
sama. Apalagi jika sudah masuk ke wilayah-wilayah pendanaan, persoalan perumahan menjadi semakin kentara.
Sebegitu banyaknya sehingga pemerintah tidak bisa menyelesaikannya sendiri. Bukan karena ketidakmampuan,
namun memang karena sumber daya yang dibutuhkan untuk memikirkan hal-hal seperti ini sangat terbatas. Kami
sangat yakin, ada banyak perorangan ataupun kelompok di tengah-tengah masyarakat yang ingin membantu
menyelesaikan persoalan ini. Kami juga sangat terbuka menerima gagasan-gagasan dari masyarakat.
Berangkat dari keyakinan-keyakinan tersebut maka terselenggaralah Sayembara Rancangan Rumah
Sederhana Sehat Berbasis Nilai Lokal 2016 ini. Pada awalnya ada sedikit keraguan apakah sayembara dengan
tema seperti ini akan mendapat banyak perhatian dari masyarakat. Namun, ternyata hasilnya di luar dugaan.
Sekitar 700 peserta mendaftar dan sekitar 300 karya sampai ke meja panitia, untuk kemudian dewan juri memilih
58 karya yang lolos ke babak berikutnya. Dari 58 karya tersebut, dewan juri kembali bekerja keras memilih lima
karya pemenang.
Kami mengakui, memilih karya untuk lolos ke tahap-tahap selanjutnya tidak pernah mudah. Kami juga
yakin, karya-karya pemenang juga bukan karya yang sempurna. Untuk itulah kami memberikan sejumlah catatan
kepada para pemenang untuk bisa diindahkan karena karya pemenang akan dibangun dalam skala 1:1. Catatan ini
menjadi penting supaya tidak terbangun sebuah pandangan di masyarakat bahwa karya pemenang sayembara
adalah karya yang sempurna, yang bisa dijadikan acuan untuk membangun perumahan masyarakat.
Selebihnya, kami percaya siapapun pemenangnya pasti akan mendapatkan banyak masukan baik dalam
proses penjurian maupun dalam proses pelaksanaan sehingga bisa melengkapi catatan-catatan yang telah
diberikan oleh dewan juri. Kami juga percaya, model-model kerjasama Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perumahan dan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dengan masyarakat akan menumbuhkan
budaya saling memiliki dan wadah membagi beban tanggungjawab untuk memberikan sedikit kontribusi bagi
perkembangan kualitas perumahan di seluruh Indonesia. Mudah-mudahan sayembara-sayembara seperti ini
tetap dijaga keberlangsungannya dan dapat ditingkatkan kualitasnya di masa yang akan datang.

2
IR. PRIYO PRATIKNO, MT.
Akademisi, Praktisi Arsitektur, IAI

Diskusi dalam proses penjurian yang dilakukan beberapa waktu lalu menunjukkan bahwa kelima nominasi
pemenang telah melakukan pembahasan dan analisis perancangan sebagai masukan solutifnya sesuai dengan
delapan aspek sebagaimana yang diminta oleh penyelenggara sayembara. Analisis teknis, sosial, dan ekonomis
yang dimaksudkan adalah aspek Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), Nilai-Nilai Lokal, Wawasan
Lingkungan, Kemudahan Pembangunan, Kepraktisan Pelaksanaan, Kelayakan Ekonomi, Kelayakan Teknis, dan
Kebaruan Rancangan Arsitektur.
Berdasarkan delapan aspek di atas dan keragaman locus yang mereka teliti telah menghasilkan rancangan
arsitektur yang spesifik, khas, dan amat beragam hasilnya. Nampak sekali para finalis, dalam mengajukan
permasalahan yang sangat khas sesuai dengan kondisi wilayah dan kondisi masyarakatnya itu, memiliki
semangat untuk mempromosikan daerahnya masing-masing, khususnya yang terkait dengan pembangunan
rumah massal. Sebagai contoh dalam membahas MBR mereka lebih melihat kenyataan sosial di lapangan
dibandingkan dengan merujuk pada penghasilan para pekerja di sektor formal dengan penghasilan per bulan
yang tetap dan lebih terukur.
Pada analisis nilai-nilai lokal, seluruh finalis menempatkan dirinya dalam memahami lokalitas dari kacamata
”wong cilik”. Ibaratnya tersirat kehendak untuk menjadi tuan rumah di kampung mereka sendiri, sehingga cara
pandangnya pun sangat khas, melokal. Pengetahuan lokal terhadap kekayaan material bangunan setempat
yang layak digunakan untuk rumah tinggal berada di luar pengertian sebagaimana pada umumnya yaitu lebih
mengutamakan penggunaan material yang sudah baku digunakan para pengembang perumahan. Demikian pula
dengan kualifikasi ketenagakerjaan yang diusulkan untuk membangun rancangannya terdapat semangat untuk
memberdayakan masyarakat untuk belajar pertukangan. Di sisi lain hal ini menyebabkan penghitungan biaya
untuk upah tenaga kerja menjadi sangat berbeda dengan patokan yang berlaku secara umum yaitu standar harga
tingkat provinsi misalnya, sebagaimana yang ditetapkan oleh pemerintah setempat.
Sebagai arsitek muda, kelima nominasi tersebut adalah arsitek muda yang masih mencari jati dirinya
sendiri. Semangat untuk menonjolkan arsitektur tradisional di daerahnya sangat menyolok. Acuan bentuk dan
pola-pola lokal yang digunakan untuk mentransformasikan rancangan sangat kental dekat dengan karya para
leluhur mereka di masa lalu. Hebatnya mereka tidak terjebak pada ungkapan arsitektur yang sedang “ngetren”

3
saat ini. Tengok misalnya pada rancangan perumahan para nelayan Omah Nelayan di Pulau Tidung Kecil,
Kepulauan Seribu, Jakarta. Rancangan bentuk bangunan dan susunan ruangnya di luar kebiasaan rancangan
rumah sederhana, lebih figuratif dan sangat simpel, tetapi diselesaikan dengan baik menggunakan elemen puspa
sebagai bagian semangat memberikan sentuhan ’hijau’ pada lingkungan pantai yang panas. Resonansi kultural
dan sense of place serasa mengada tanpa harus mengada-ada.
Perhatikan pula semangat muda mereka yang ditumpahkan pada rancangan Harmonisasi Alam dari
Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara. Bentuk ruang dalam bangunan yang terintegrasi dengan baik antara
pemenuhan kebutuhan furnitur dengan upaya menjadikan ruang dalam agar terasa longgar. Penggunaan furnitur
sistem built in pada akhirnya mendorong terjadinya bentuk bangunan yang terlihat aneh, belum pernah dilakukan
pada pembangunan rumah sederhana. Ketika juri mengonfirmasi masalah bentuk tersebut, dijawabnya bahwa
dinding yang miring itu untuk memperoleh ruang yang luas bagi rak-rak perabotan rumah tangga. Pada pemikiran
nominasi pemenang ini nampak bahwa bentuk luar bangunan seakan menjadi sangat relatif. Estetika dan etik
desain berkelindan secara bergantian ’saling memberi kesempatan untuk tampil’. Ruang menjadi segalanya
sehingga relasi antara fungsi, bentuk, dan simbol membentuk sebuah wacana baru yang sangat menarik.
Kebaruan rancangan susunan ruang-ruang yang bergayut dengan permasalahan ’urban konteks’
ditunjukkan oleh arsitek yang merancang Buruang Urang. Kondisi tapak yang luasannya sangat terbatas menjadi
acuan utamanya. Upaya membuat rumah yang ramping, memanjang ke belakang, sehingga lebar muka persilnya
sesedikit mungkin selama memenuhi standar peruangan –dan pada akhirnya membuat harga lebih kompetitif-
diselesaikan dengan membuat susunan ruang linear ke belakang. Rumah ini memiliki halaman samping yang
cukup memadai untuk berinteraksi dengan tetangga sebelah. Sebuah upaya untuk mengakomodasi kebiasaan
masyarakat Sumedang dan masyarakat Sunda pada umumnya yang senang berkumpul dengan saudara dan
tetangga di saat senggang.
Rumah bagi masyarakat korban letusan Gunung Sinabung bukan sekadar tempat berteduh yang kokoh
semata. Kedekatan masyarakat dengan suasana rumah lama mereka baik bentuk maupun nuansa lokalnya
diapresiasi dengan baik oleh perancang Jabu Ni Siosar. Pemberian judul ini merupakan upaya agar ia dapat
melakukan metode rancangannya yang menjadikan sebuah miniatur bangunan tradisional Batak. Sebagaimana

4
kita ketahui bahwa sebuah rumah tradisional yang semula dihuni hingga delapan keluarga kini diperkecil menjadi
satu rumah satu keluarga. Pengecilan tersebut dilakukan tanpa mengurangi keleluasaan keluarga penghuni
tersebut dalam beraktivitas sehari-hari. Demikian pula dengan estetika bentuk rumah itu sendiri, si perancang
memberi peluang besar untuk mengingatkan nuansa dan suasana bangunan tradisional masa lalu ke dalam
rancangan barunya. Dalam segala keterbatasannya semua diwujudkan dengan membuat kompensasi pada
bahan bangunan dan sistem konstruksinya yang memanfaatkan kelebihan bambu. Material yang satu ini, menurut
riset singkat yang ia lakukan, dapat diperoleh dari desa-desa terdekat dengan lokasi kompleks perumahan yang
dibangunnya.
Problem yang ada di lingkungan perumahan sederhana adalah kebutuhan ruang terbuka untuk berinteraksi
dengan sesama tetangga. Kontak sosial, kebersamaan, dan penanganan limbah keluarga merupakan masalah
yang harus dapat ditanggulangi bersama. Sementara itu, di kawasan Adonara yang kepadatannya terus tumbuh
memadat membuat kondisi tanah memburuk akibat limbah dan sampah keluarga. Pasang surut laut juga
menjadi masalah yang harus perlu disiasati agar kenyamanan tinggal di rumah terpelihara selain tetap aman
dari gangguan air laut. Ekombele dirancang dengan sangat memperhatikan masalah-masalah di atas tersebut.
Desain ini memberikan kemungkinan pada terwujudnya interaksi sosial antar tetangga yang diwujudkan dengan
ruang-ruang sempit di antara dapur dan rumah induk secara sangat efektif. Letak tangga belakang sangat
memungkinkan terjadinya kontak sosial. Rancangan dapur yang sangat memerhatikan kebiasaan ibu-ibu di
sana memasak, seperti dimensi ruang masak dan peralatan tradisional yang dipakai, dibuat lebih sehat dengan
membuat sistem pengaturan sirkulasi yang lebih baik sehingga dapur tetap bersih dan nyaman.
Ruang dalam bangunan dibuat privat supaya aktivitas keluarga leluasa, sementara hubungan luar dengan
tetangga dipererat dalam sebuah komunitas bersama. Pada akhirnya rancangan bentuk bangunan terjadi tanpa
harus dibebani oleh ikon kelokalan yang berlebihan.
Kejelian dalam memahami permasalahan setempat serta merujuk pada lokalitas dan nilai-nilai yang ada
hingga pemahaman tentang wawasan lingkungan yang langsung secara nyata dihadapi oleh warganya, para
arsitek muda yang menjadi nominasi ini dapat keluar dari tatanan lama yang membelenggu dalam merancang
rumah sederhana. Berbagai kemungkinan dilakukan dalam menghadapi mahalnya bahan bangunan, keterbatasan

5
keterampilan pertukangan, dan keterbatasan mengakses kebaruan rancangan sebagaimana yang terjadi selama
ini, dapat mereka berikan jalan keluarnya. Salah satunya mengaitkan gaya hidup masyarakat dan metode
rancangan yang ada di ranah arsitektur tradisional kemudian ditransformasikan melalui tataan nilai-nilai kekinian
akan membuka berbagai kemungkinan.
Sebagai karya arsitektur yang dirancang untuk memenuhi tuntutan sayembara, dan dalam waktu yang relatif
sempit, tentu kelima rancangan tersebut tidak pernah akan menjadi sebuah rancangan yang sempurna. Banyak
hal yang harus dikonfirmasikan dengan kondisi saat ini, baik dengan situasi perekonomian secara nasional
maupun perkembangan teknologi rancang bangun dan berbagai aspek yang terkait. Namun bagaimanapun
karya-karya ini sangat berharga untuk memberikan kesejahteraan pada para penghuni rumah sederhana yang
kian hari akan terus bertambah.

6
Prof. (R). Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES
Profesor Peneliti Perumahan

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan rentang luas wilayah dari Sabang sampai Merauke
dan dari Pulau Miangas sampai dengan Pulau Rote, yang terdiri dari 300 suku bangsa atau 1.340 suku bangsa
(Badan Pusat Statistik 2010). Tidak disangsikan lagi bahwa arsitektur kita memiliki koleksi yang banyak. Namun
sayang, catatan yang sudah banyak dilakukan oleh berbagai masyarakat dan pemerhati arsitektur lokal belum
terarsip secara komprehensif, masih tersebar.
Keberadaan arsitektur lokal kita belum banyak memberikan pengaruh pada kebijakan penyediaan perumahan
di Indonesia. Dalam penelusuran kota demi kota di Indonesia, masih amat sangat sulit untuk membedakan kota
tersebut dari karakter arsitekturnya. Wujud perumahan di perkotaan, khususnya dari rentang 1.340 suku bangsa
tersebut pada akhirnya menuju satu karakter. Pertanyaannya adalah, apakah hal tersebut mewakili sekolompok
besar masyarakat Indonesia, apakah bentuk perumahan rakyat sekarang adalah sesuai dengan tata nilai yang
dianutnya.
Keberadaan arsitektur lokal tidak dapat dilepaskan dari proses transformasi yang terjadi sejalan dengan
perkembangan waktu. Yang mana, teknologi dari waktu ke waktu terus berkembang, dan perkembangan tersebut
semakin terasa di era kejayaan teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi ini membuka interaksi
yang lebih dekat antara suku bangsa di dunia. Artinya pada era saat ini akluturasi budaya terjadi tidak hanya
dikarenakan oleh interaksi langsung antar satu atau beberapa suku bangsa pada satu tempat, akan tetapi
interaksi terjadi secara masal di dunia maya melalui berbagai media.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus terjawab. Untuk itu, penjaringan informasi melalui pendekatan
lomba rancangan rumah sederhana berbasis nilai lokal diadakan. Pada akhirnya terjaring informasi sebanyak
281 karya dari 697 pendaftar, dengan jumlah yang memadai karena keterwakilan dari berbagai kelompok, seperti
mahasiswa, profesional muda, maupun dari pengembang perumahan. Nyatanya karya yang dijaring melalui
lomba ini telah menjadikan informasi mengenai bagaimana “mengkinikan nilai-nilai arsitektur lokal ke dalam
rancangan rumah sederhana” semakin kaya. Hasilnya telah memberikan gambaran kepada kita semua bahwa
perumahan di Indonesia tidak bisa disama-ratakan di semua wilayah. Indonesia kaya dengan nilai-nilai lokal
yang bila ditransformasikan ke dalam arsitektur perumahan dengan pertimbangan kekinian akan menghasilkan
Indonesia yang berwarna, yang menunjukkan adanya keragaman yang tetap diikat oleh Bhinneka Tunggal Ika.

7
Iklim arsitektur yang beragam akan membangun kesadaran kita semua bahwa Indonesia ini kaya, dan Indonesia
memiliki arsitektur yang beragam.
Pandangan tersebut dapat kita perhatikan dari karya-karya lima besar nominasi. Seperti karya yang
menyajikan arsitektur Muna. Sejauh mana masyarakat dapat menerima karya ini sebagai bagian dari milik
mereka. Masyarakat disajikan sebuah solusi, terhadap keterbatasan lahan dan ruang melalui pengolahan dinding
miring pada sisi yang berbatasan dengan ruang luar, yang berfungsi sebagai tempat menyimpan barang atau
dengan kata lain dijadikan sebuah lemari. Transformasi bentuk masa simetris berubah menjadi tidak simetris.
Pada akhirnya menyajikan karya arsitektur lokal yang dinamis, perlu juga dikaji sejauh mana transformasi yang
dilakukan tersebut merupakan rangkaian transformasi bentuk yang berkesinambungan dari masa ke masa
sebelumnya. Transformasi bentuk tidak terlepas dari wujud perkembagan teknologi bahan bangunan saat ini.
Adanya gagasan dalam pemanfaatan bahan bekas sebagai solusi dalam penyediaan rumah murah, perlu
ditunjang dengan regulasi. Oleh karenanya, perlu kajian lebih mendalam. Di samping itu, banyak karya yang
menyajikan kebaruan rancangan arsitektur lokal terkait dengan perkembangan teknologi bahan bangunan, juga
teknologi instalasi pengolahan air bersih maupun air limbah.
Hampir sebagian besar karya menunjukkan bahwa perumahan di perdesaan perlu mendapatkan perhatian
lebih. Alasan kuat yang mendasari adalah tingginya angka kemiskinan di perdesaan. Seperti kawasan kampung
nelayan yang disajikan oleh tiga peserta yang masuk dalam nominasi lima besar. Ketiganya mengarahkan
bahwa pembangunan rumah tidak sebatas membangun fisik bangunan akan tetapi membangun kehidupan
dan penghidupan penguhuninya. Gagasan yang diwujudkan oleh peserta sangat memperhatikan kegiatan dan
aktivitas keseharian yang tidak saja ditampung dalam ruang-ruang dalam akan tetapi ruang luar menunjukkan
adanya kegiatan tidak sekedar bertempat tinggal.
Arsitektur rumah apung barangkali bukan sesuatu yang baru untuk sebagian besar masyarakat Indonesia.
Karena umumnya untuk permukiman yang dilalui oleh sungai-sungai besar seperti di Pulau Sumatera, Pulau
Kalimantan, atau di kepulauan lainnya sudah banyak arsitektur rumah terapung. Namun yang menjadi menarik
dari karya peserta tersebut adalah solusi teknologi apung itu sendiri yang sudah bertransformasi dengan
menggunakan bahan bahan modern, seperti dengan penggunaan beton ringan berbasis foam.

8
Arsitektur Indonesia umumnya dicirikan dari bentuk atapnya yang cukup dominan, dikarenakan oleh
pertimbangan iklim tropis dengan curah hujan yang besar dan sinar matahari yang berimpah. Sebagian besar
peserta banyak yang sepakat bahwa bentuk atap atau arsitektur atap ini harus dipertahankan. Karya-karya yang
masuk memperlihatkan bentuk-bentuk atapnya masih sangat dominan. Volume atap yang cukup luas, banyak
digunakan untuk menambah kegiatan bagi keluarga sehingga ruang atap menjadi sangat bermanfaat.
Terminologi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dari sebagian besar peserta menunjukkan
ada perbedaan dengan terminologi saat ini yang dibangun oleh kebijakan pemerintah. Di mana pemerintah
menempatkan MBR pada katagori penghasil 4-7 juta rupiah. Sedangkan masyarakat melalui karya peserta
lomba lebih menempatkan MBR pada kelompok berpenghasilan informal rata-rata dengan penghasilan di bawah
2,5 juta rupiah.

9
Dr. Ir. Purnama Salura, MM., MT.
Akademisi, Praktisi Arsitektur

Hampir seluruh peserta menyajikan rancangannya dengan sangat baik!


Sayangnya hampir semua peserta juga gemar menggunakan software komputer. Langka yang menggunakan
media arsitektur yang paling mendasar yaitu sketsa gambar tangan.
Sedangkan pada sisi subtansi rancangan kondisinya agak menyedihkan. Hampir seluruh peserta agaknya
luput memahami arti Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Demikian juga pemahaman tentang konteks
keseharian pengguna MBR.
Peserta cenderung melihat MBR sebagai orang “luar” daripada sebagai orang “dalam”. Lima nominasi yang
mempresentasikan rancangannya pun tak luput dari “kekurangan” ini. Layaknya sebuah sayembara, sebaiknya
hasil rancangan para finalis tidak mentah-mentah ditiru.
Masuk dalam finalis tidak serta merta menjamin rancangan ini spesifik dan fit dengan konteks nature dan
culture-nya.
Pembaca masih perlu memilah-milah mana yang baik dan mana yang selayaknya dihindarkan.

Selamat Membaca

10
DR. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, ST., MA.
Akademisi, Praktisi Arsitektur

Sayembera Rancangan Rumah Sederhana Sehat Berbasis Nilai Lokal Tahun 2016 ini sangat luar biasa!
Sayembara ini merupakan wadah bagi seluruh arsitek untuk ikut memberikan kontribusi dalam desain rumah
bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah yang masih tetap berindentitaskan lokal.
Peserta sayembara secara keseluruhan sangat kreatif dan inovatif. Keberanian dalam mengolah ide-ide yang
baru dan imajinasi yang tanpa batas berkolaborasi dengan teknologi dan bahan yang baru sangat variatif. Beberapa
karya fokus pada pemecahan masalah, kondisi alam, ada pula yang lebih banyak fokus mentransformasikan
lokalitas dan ada yang lebih fokus pada bagaimana menyeleraskan tradisi dalam modernitas.
Namun apapun itu, pemahaman rumah tidak hanya sekedar tempat berlindung tetapi sebagai tempat
interaksi sosial, ekspresi budaya, dan aktivitas ekonomi. Identitas lokal rumah di Indonesia tidak hanya terlepas
dari fungsi fisik dan sosial semata tetapi sudah merupakan warisan secara turun temurun yang sarat dengan
makna, simbol, konsep, dan filosofi dari setiap tarikan garis yang membentuknya. Demikian juga pemahaman
terhadap Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) bukan hanya sekedar seberapa penghasilan mereka tapi
seberapa mereka mampu menyisihkan untuk memenuhi kebutuhan akan papan terkait aspek keterjangkauan
MBR.
Oleh karena itu, keberhasilan transformasi identitas lokal dalam arsitektur kekinian adalah kemampuan
mentransformasikan baik konsep, bahan, teknologi, struktur, konstruksi, simbol, dan ornamen dengan
keharmonisan dan kondisi modern sekarang. Melestarikan substansi isi (substance of content) dan melakukan
reformasi pada subparas ekspresi (substance of expression) sehingga wujud rumah arsitektur kekinian yang
muncul adalah hasil harmoni penjagaan kontekstual yang beradaptasi dengan ekspresi modernitas.
Semua karya peserta sayembara akan menjadi khazanah yang kreatif tentang bagaimana keberagaman dan
kekayaan rumah rakyat di Indonesia. Semoga bisa menjadi masukan dan kontribusi yang luar biasa tidak hanya
dalam tingkatan ide desain tetapi juga sampai ke ranah kebijakan, pembiayaan, teknologi, dan kelembagaan
perumahan dan permukiman di Indonesia.

11
Ir. Eko Prawoto, M.Arch, IAI
Akademisi, Praktisi Arsitektur, IAI

Banyaknya peserta yang memasukkan karya merupakan salah satu tolok ukur bagi keberhasilan
penyelenggaraan sayembara. Hal ini juga merupakan ‘kesulitan’ bagi dewan juri untuk memilih atau menentukan
pemenangnya. Tahapan seleksi yang panjang dimaksudkan untuk memastikan bahwa pemikiran yang benar-
benar bagus dan menjawab tuntutan serta kebutuhan KAK-lah yang layak sebagai pemenang. Dan itu sudah
dilakukan.
Namun saya ingin juga memberikan catatan terkait dengan sayembara ini, mengingat bahwa betapa banyak
karya dengan pemikiran-pemikiran yang ‘menarik’ sekalipun tidak muncul dengan predikat pemenang. Dalam
sayembara apapun memang harus ditentukan sejumlah kecil yang dinamakan Pemenang. Jika dicermati ada
banyak gagasan menarik yang terserak dan tersebar di antara karya-karya yang dikategorikan sebagai bukan
pemenang itu, dan ini bernilai juga.
Catatan ini lebih tentang gagasan-gagasan dalam kelompok besar yang disebutkan sebagai bukan
pemenang itu.
Dari ratusan karya yang masuk secara agak kasar dapat digolongkan menjadi lima arus pemikiran, yaitu :
1. Transformasi vernakular, titik berat kelompok ini ada pada upaya-upaya untuk mengkinikan khazanah
bentuk arsitektural. Sekalipun beberapa masih bertumpu pada citra estetik, ada juga yang mampu
menukik pada esensi dan membawa dalam perwujudannya yang relevan dengan kebutuhan masa kini.
2. Inovasi produksi, kelompok ini menyarankan bagaimana ‘gap’ kebutuhan atas perumahan yang besar
itu dapat diatasi secara cepat dengan bertumpu pada proses produksi massal. Ini tidak harus dimaknai
sebagai proses produksi oleh kontraktor besar namun bisa juga bertumpu pada komunitas dengan
mengadopsi logika serta metode produksi yang moduler dengan prefabrikasi komponen.
3. Tapak spesifik, persoalan rumah bukan sekedar mengenai jumlah melainkan juga kesesuaian dengan
tapak dan terlebih terkait dengan penghuni atau pemakai yang di dalamnya ada persoalan kebiasaan
serta nilai sosial. Pendekatan rancangan di sini dilakukan dengan mendalami karakteristik alamnya
serta manusia yang hidup di dalamnya. Komunitas nelayan misalnya akan membutuhkan wujud rumah
yang berbeda dengan petani. Sementara rumah pada lahan berkontur di daerah pegunungan tentu akan
berbeda dengan rumah di tepi sungai atau bahkan di tepi laut.

12
4. Solusi yang terintegrasi, kelompok ini mencoba melihat persoalan merumah bukan sebagai persoalan
membuat bangunan melainkan bagaimana kegiatan di dalamnya dapat berlangsung dengan baik,
nyaman, serta harmonis dengan alam sekitarnya untuk mewujudkan lingkungan yang berkelanjutan
dan sehat serta memberikan peluang ekonomi. Pemikiran tentang rumah kemudian diintegrasikan
dengan misalnya memanen air hujan, mengatasi limbah, memurnikan air bahkan sampai kebun sayur
sebagai bagian dari rumah itu.
5. Konteks urban/lahan sempit, persoalan ini sangat khas bagi wilayah perkotaan, harga tanah yang tinggi
akan menuntut penggunaan lahan yang hemat namun sekaligus tuntutan perwujudan ruang hidup yang
nyaman serta sehat.

Pada akhirnya sayembara rumah sederhana menjadi tidak sederhana juga karena persoalan merumah pada
dasarnya adalah persoalan asasi yang memerlukan pendekatan menyeluruh. Merumah merupakan perjalanan
budaya manusia. Dengan kecenderungan pendekatan yang sangat pragmatis, pendekatan ekonomi (ingat istilah
rumah murah atau rumah sederhana atau terjangkau) sebenarnya barulah tentang satu aspek saja. Manusia
membutuhkan aspek lain untuk menopang hidupnya. Nilai sosial budaya dan keberlanjutan lingkungan juga
kegiatan kehidupan dan penghidupan di dalamnya merupakan aspek yang sangat hakiki. Rumah lebih dari
sekedar komoditas yang bisa ditakar dalam jumlah, luasan, maupun harga saja. Namun ada juga ruh, nilai, serta
dampak sosial budaya maupun lingkungannya. Nah, dalam hal ini desain menemukan panggilan dirinya karena
itu sayembara seperti ini menjadi penting.
Pada arah yang lebih mikro, ada juga gagasan-gagasan yang mungkin kecil namun sebenarnya menyimpan
potensi untuk membuat perubahan. Misalnya usulan rancangan yang melihat ruang luar sebagai ruang
kehidupan, struktur ruang dibentuk dengan menanam pohon dalam konfigurasi tertentu. Lalu terwujudlah ruang
luar dalam naungan kerindangan pepohonan, nyaman, ekologis, dan selaras dengan budaya tropis yang nyaris
kita lupakan karena perancang yang mencari jalan mudah dengan merekomendasikan pemasangan AC. Atau
bidang dinding yang diintegrasikan sebagai ‘ruang penyimpanan’, kepekaan pada keterbatasan lahan/ruang, juga
empati terhadap kebutuhan penghuni dalam keterbatasannya patutlah mendapat perhatian juga.

13
Saya sendiri merasa sangat bersyukur dapat terlibat sebagai anggota juri sehingga dapat belajar banyak dari
pemikiran-pemikiran yang sangat beragam itu.
Pada akhirnya memang persoalan tentang merumah atau memenuhi kebutuhan rumah tidak otomatis
selesai dengan penyelenggaraan sayembara namun dalam hal ini ada juga optimisme yang muncul dari dalamnya.
Bahwa ada perhatian besar yang saat ini semakin menguat khususnya dari pemerintah lewat Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Dinas Pekerjaan Umum yang akan melakukan kajian lebih
lanjut atas usulan-usulan rancangan ini. Artinya masyarakat akan mendapatkan peluang dan kemungkinan cara
serta metode yang lebih bervariasi dalam mewujudkan impian besar untuk merumah.

Semoga nyala api semangat ini tidak kunjung padam.

14
Dr. Ir. Yohanes Basuki Dwi Susanto, MSc.
Akademisi, Praktisi Arsitektur

Sayembara perancangan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dengan berbasis kekhasan
daerah (lokalitas) ini dapat dipandang sebagai langkah awal upaya strategis mengembangkan pembangunan
(pe)rumah(an) murah yang mempunyai identitas lokal.
Masyarakat sangat antusias mengikuti sayembara (hampir 300 karya diterima panitia dari 697 pendaftar)
dan mencoba melakukan transformasi nilai-nilai lokal ke dalam perancangan rumah MBR. Dewan juri telah
bersepakat untuk memilih lima karya yang dipandang berhasil melakukan transformasi arsitektural. Kelima karya
tersebut merupakan karya terbaik dari yang ada dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Kegiatan sayembara ini mengungkap bahwa pemaknaan rumah MBR tidak dapat diseragamkan karena
masing-masing daerah mempunyai persepsi MBR tersendiri.
Saat ini, sayembara ini memang belum mendapatkan hasil rancangan yang paripurna tetapi dengan sedikit
modifikasi, hasil sayembara ini layak diujicobakan. Inilah nilai lebih penyelenggaraan sayembara ini.

15
Ir. Pangihutan Marpaung, M. Arch.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman merupakan salah satu institusi pemerintah
di dalam Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Untuk mendekatkan lembaga penelitian
kepada masyarakat, termasuk para pakar, peneliti, mahasiswa, dan pemerhati serta pemeduli perumahan, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman menyelenggarakan kegiatan sayembara rancangan
rumah sederhana yang memasukkan unsur kearifan lokal, transformasi rancangan rumah tradisional melalui
rekayasa penggunaan teknologi konstruksi dan bahan bangunan lokal dengan delapan kriteria yaitu: Deskripsi
Masayarakat Berpenghasilan Rendah menurut pemahaman peserta di tiap daerah, Muatan Lokal, Berwawasan
Lingkungan, Mudah Direalisasikan, Kepraktisan Operasional, Kelayakan Ekonomi, Kebaruan, dan Kelayakan
Teknis.
Melalui sayembara tersebut dapat terlihat bahwa antusiasme masyarakat ternyata sangat besar, yang
dibuktikan dengan masuknya 281 karya desain dari 697 peserta yang mendaftar, yang berasal dari berbagai
macam provinsi di Indonesia.
Setelah melalui proses seleksi dan penilaian selama dua minggu, Dewan Juri yang terdiri dari unsur
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, para pengajar dari perguruan tinggi, arsitek, dan praktisi
perumahan, akhirnya memutuskan lima karya terbaik yaitu:
1. Rumah Ekombele oleh Azki Muhammad dan Margaretha L. Bunga Naen
2. Jabu Ni Siosar oleh Erik Wijaya
3. Buruan Urang oleh Yusup Rahayu Bahtiar
4. Harmonisasi Alam oleh Afan Mponiala
5. Omah Nelayan oleh Felicia Annice, Yenti Amelia, dan Dennis Cahya Indra
Kelima rancangan yang masuk dalam nominasi, sesungguhnya dapat dimplementasikan atau diwujudkan di
lapangan, tidak hanya oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui program penyediaan
rumah khusus dan fasilitasi perumahan swadaya, tetapi juga oleh institusi lain, seperti Kementerian Sosial,
Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, para pengembang yang membangun
rumah umum bagi masyarakat berpenghasilan rendah, lembaga donor, maupun masyarakat umum.
Harapannya, pengenalan rancangan rumah yang mengadopsi kearifan lokal dan implementasinya di

16
lapangan lebih dapat diterima oleh masyarakat luas, selain untuk mempertahankan nilai dan tradisi bermukim
yang beragam di seluruh Indonesia.
Kami mengajak semua pihak yang peduli kepada pembangunan dan pengembangan perumahan untuk
mengenalkan dan menggunakan rancangan hasil sayembara ini untuk memenuhi permintaan rumah yang layak
dan terjangkau, yang masih banyak dibutuhkan oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
Akhirnya Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman menghaturkan terima kasih
dan penghargaan yang tinggi kepada Bapak Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kepala Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kementerian PUPR, para peserta sayembara, para
juri, serta panitia sayembara yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan ini sehingga dapat berlangsung
dengan baik dan lancar.

17
Dr. Ir. MOHAMAD Muqoffa, MT.
Akademisi, Praktisi Arsitektur

Sayembara Rumah Sederhana Sehat Berbasis Nilai Lokal ini rasanya mendapat berkah dari Allah SWT.
Betapa tidak? Pertama, jumlah peserta yang berminat meliputi hampir 697 orang/kelompok, kemudian yang
akhirnya menyerahkan karya rancangan mencakup hampir 300 peserta. Jumlah yang tidak sedikit. Kedua,
sebaran geografis peserta juga cukup beragam, merepresentasikan cakupan kepulauan Indonesia.
Pun kemudian terpilih sekitar 58 buah karya arsitektur yang masih memberikan aneka rupa solusi rancangan
dengan kelebihan dan kekurangannya.
Hal yang menarik dari sejumlah karya tersebut, terdapat tipologi yang beragam; tipe rumah nelayan (pesisiran),
tipe rumah di dataran tinggi (pegunungan), tipe rumah pedalaman (agraris). Hal lain yang mencerminkan kekayaan
karya berupa rancangan dengan tipe rumah tapak (landed), tipe rumah apung, dan tipe rumah panggung.
Hampir semua karya berusaha menyuguhkan konsep nilai lokal dengan berbagai macam strategi rancang.
Sebagian besar melalui pengolahan bentuk atap, mulai dari stilisasi yang sederhana hingga eksperimentasi yang
cenderung rumit. Ada pula pendekatan nilai lokal melalui pemilihan material bangunan, baik material rangka,
maupun dinding. Selain tipologi tersebut, juga terdapat karya yang berangkat dari kasus di lapangan, yakni sebuah
desa yang terkena musibah bencana alam. Jadi rancangan merupakan solusi rancang atas fenomena alam.
Persoalan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) disikapi dan diselesaikan dengan berbagai kreativitas
rancang. Mulai dari menyiasati lahan, pengolahan ruangan, dan penentuan material yang sifatnya hybrid.
Perlu diapresiasi bahwa semua karya telah berupaya memberikan alternatif rancang yang kreatif, dengan
berbagai tema. Namun pada akhirnya masih tetap menyimpan persoalan rancang yang harus disempurnakan
lagi, seperti konsekuensi faktor klimatologi, karakteristik kegiatan, dan upaya pengembangan dalam rangka
pengadaan secara massal.

18
TENTANG SAYEMBARA

19
RUMAH SEDERHANA DAN NILAI LOKAL

Pembangunan perumahan massal dalam beberapa dasawarsa belakangan ini cenderung dilakukan dengan
pendekatan pragmatik-fungsional yang mengarah pada kesamaan bentuk dan kesamaan ruang. Sementara
itu, kondisi wilayah di Indonesia sangat beragam sehingga rumah massal banyak yang tidak sesuai dengan
kebutuhan masyarakat setempat. Metode pengadaan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
cenderung mengandalkan skema pengadaan yang lebih mengedepankan aspek ekonomi sehingga mereduksi
makna rumah itu sendiri.

Pola pembangunan ini memicu hadirnya rancangan rumah sederhana yang tipikal, baik harga maupun rupa.
Contohnya tidak ada beda antara rancangan rumah sederhana di kota besar seperti Medan dengan rancangan
rumah di kota-kota menengah dan kecil seperti di Flores, misalnya. Kenyataannya kini banyak rumah sederhana
yang siap pakai, baik dibangun oleh pemerintah maupun swasta, mangkrak tidak laku.

Sayembara ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa potensi setempat, lokalitas, keragaman arsitektur tradisional
yang ada di seluruh wilayah negeri ini sangat dibutuhkan dalam rancangan rumah tinggal sederhana lagi sehat.
Tujuannya agar penghuni, yang kebanyakan adalah masyarakat setempat, juga dapat merasakan bahwa rumah
tinggalnya memiliki kekhasan sebagaimana yang mereka pikirkan dan rasakan. Diharapkan rumah sederhana
tersebut mampu menjadi ‘dunia kecil’ (jagad alit) si penghuni.

Rancangan Rumah Tinggal Sederhana Sehat yang setara dengan MBR digagas untuk memberi keragaman
dan keunikan budaya yang tercermin pada permukiman warganya. Melalui sayembara ini, besar harapan
dapat diperoleh rancangan rumah sederhana yang selaras, “membetahkan” (homy, pomah) dan berbasis pada
pengembangan konsep nilai-nilai lokal serta arsitektur tradisional Indonesia.

SEDERHANA DENGAN NILAI LOKAL

Sayembara ini bertujuan untuk mendapatkan rancangan rumah sederhana sehat yang merujuk pada arsitektur
tradisional yang kaya dengan nilai-nilai lokal di Indonesia dalam rangka pemenuhan kebutuhan rumah yang
dapat menumbuh-kembangkan karakter lokal, baik pada tata nilai, rancangan, maupun bahan yang digunakan.

Meskipun demikian aspek yang terpenting dalam pemenuhan kebutuhan rumah sederhana yang layak dan
terjangkau harus tetap memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, kemudahan, dan dalam
lingkup heterogenitas potensi daerah, khususnya potensi bahan bangunan, nilai budaya, serta karakteristik
lingkungan alam kawasan.

20
ACUAN RANCANGAN

Dasar dari perancangan rumah sederhana sehat mengacu pada:


1. Undang-undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
2. Program Pemerintah tentang Penyediaan Sejuta Rumah;
3. http://sejutarumah.id/index.php/halaman/detail/13/tentang-program-sejuta-rumah;
4. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia Nomor 403/KPTS/M/2002
tanggal 2 Desember 2002 tentang Pedoman Teknik Pembangunan Rumah Sederhana Sehat (RS Sehat);
5. Peraturan Daerah yang berlaku tentang Arsitektur Tradisional Setempat (kalau ada)

TARGET KELUARAN

Rancangan arsitektur (preliminary design dan detailed engineering design). Model atau purwarupa (prototype)
khas setempat yang meliputi:
1. Deskripsi MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah) pada daerah usulan, termasuk:
• Pengertian MBR;
• Kelas/range penghasilan sesuai dengan kondisi daerah usulan;
• Kondisi sosial MBR;
2. Konsep rancangan (arsitektur, struktur, dan utilitas);
3. Rencana tapak, skala 1:100 (minimal);
4. Denah, skala 1 : 50 (minimal);
5. Tampak dari empat arah, skala 1 : 50 (minimal);
6. Potongan memanjang dan melintang, skala 1 : 50;
7. Detail tampak atau fasad rumah, skala 1 : 50;
8. Detail arsitektur yang khas setempat, skala 1 : 50 atau 1 : 20;
9. Spesifikasi bahan bangunan;
10. Gambar ilustrasi 3D massa bangunan dan interior;
11. Rincian Anggaran Biaya (RAB) bangunan 1 (satu) unit rumah;
12. Rincian penjadwalan pembangunan, termasuk metode membangun.

KRITERIA RANCANGAN

1. Rancangan rumah harus merupakan sebuah rancangan arsitektur yang merujuk pada arsitektur tradisional
yang kaya dengan nilai-nilai lokal ke-Indonesia-an (sesuai domisili/regional peserta);

21
2. Rumah yang dimaksud dapat berupa rumah tapak, rumah panggung, atau rumah apung;
3. Rancangan harus dapat diterapkan (applicable);
4. Rancangan rumah harus dapat memberi solusi terhadap prinsip selaras dengan lingkungan.

SYARAT DAN KETENTUAN

1. Kegiatan sayembara ini tidak dipungut biaya;


2. Peserta wajib mengirimkan rancangan lokal sesuai dengan domisili (yang ditunjukkan dengan Kartu Tanda
Mahasiswa (KTM)/KTP/SIM/alamat tempat kerja);
3. Peserta dapat mengirimkan rancangan kedua dengan lokalitas wilayah yang berbeda dengan domisilinya;
4. Peserta yang memasukkan 2 (dua) karya, hanya 1 (satu) karya yang dapat menjadi pemenang;
5. Kriteria peserta:
a. Semua lapisan masyarakat umum dapat mengikuti sayembara ini dengan ketentuan mampu
melaksanakan atau membuat materi karya seperti yang dipersyaratkan;
b. Peserta dapat perseorangan ataupun kelompok dengan jumlah anggota maksimal 4 (empat) orang,
termasuk ketua;
6. Setiap karya yang didaftarkan merupakan karya orisinal dan bukan modifikasi dari karya orang lain;
7. Setiap karya yang didaftarkan belum pernah diikutsertakan dalam sayembara lainnya dan karya akan menjadi
milik pihak penyelenggara sepenuhnya;
8. Peserta maupun pemenang yang terbukti melakukan kecurangan dalam bentuk apapun selama sayembara
berlangsung akan didiskualifikasi dan tidak berhak menerima kompensasi atau hadiah dalam bentuk apapun;
9. Hadiah tidak dapat dialihkan dan ditukar dalam bentuk lainnya.

PENDAFTARAN, PENGIRIMAN HASIL KARYA, DAN PENJURIAN

1. Pendaftaran peserta disertai fotocopy kartu identitas diri (KTP atau Kartu Mahasiswa/Kartu Pelajar/Kartu
Pegawai), untuk selanjutnya akan diberikan nomor pendaftaran sebagai identitas pada lembar karya. Formulir
pendaftaran dan buku panduan dapat diunduh di website: http://puskim.pu.go.id.

Formulir pendaftaran diisi (dilampiri file pemindaian KTP/SIM/KTM/Kartu Pegawai yang masih berlaku)
dan segera dikirimkan melalui email: sayembara_rslok@puskim.pu.go.id dan cc: sony.suryono@puskim.
pu.go.id, untuk mendapatkan nomor identitas peserta yang digunakan pada saat mengirimkan hasil karya.
Pendaftaran paling lambat tanggal 14 November 2016.

22
2. Hasil karya yang disampaikan:
a. Dalam media penyajian dengan format kertas A3 (setiap lembar harus bersih dari identitas diri kecuali
nomor kode yang diberikan panitia dan judul karya);
b. Dicetak dengan ukuran kertas A3 (maksimal 15 lembar); dilengkapi softcopy berupa file gambar berformat
digital (*.JPG atau *.PDF dan *.DWG) dengan resolusi 600 pixel/inch dan gambar 3D dengan resolusi 600
dpi, frame/scene yang memiliki ukuran minimal 1500 pixel pada sisi terpendek atau ukuran minimal 25
cm x 34 cm (minimal file 20MB) dalam bentuk CD/DVD;
c. Hasil karya yang disajikan dalam bentuk “free hand”, disampaikan dalam bentuk softcopy digital hasil
pemindaian (scanning);
d. Materi karya harus diserahkan sebanyak 1 (satu) set sesuai ketentuan pada poin di atas;
e. Kepada 5 (lima) calon pemenang yang terpilih nantinya, untuk penilaian akhir diminta melengkapi
dengan penyajian hasil karya dalam format powerpoint (maksimal 10 slides) untuk presentasi (maksimal
20 menit) pada proses penjurian akhir;

3. Hasil karya beserta Surat Pernyataan Orisinalitas dan Pakta Integritas yang sudah ditandatangani perorangan
atau oleh ketua tim dimasukkan ke dalam amplop dan dikirimkan ke sekretariat sayembara melalui pos atau
kurir paling lambat tanggal 7 November cap pos/tanggal resi kurir, dengan tujuan:
Panitia Sayembara Rancangan Rumah Sederhana Sehat Berbasis Nilai Lokal 2016
Pusat Litbang Perumahan dan Permukiman
Jl. Panyaungan – Cileunyi Wetan
Kabupaten Bandung 40393
Telepon : 022.7798393 (4 lines) Faksimili : 022.7798392
e-mail:sayembara_rslok@puskim.pu.go.id
cc: sony.suryono@puskim.pu.go.id

PENJURIAN

Penjurian dilaksanakan dua tahap :


1. Tahap pertama dilaksanakan di Bandung pada tanggal 16-18 November 2016 dan akan diambil lima calon
pemenang untuk penjurian tahap berikutnya;
2. Tahap kedua, lima calon pemenang akan diundang ke Bandung untuk melakukan presentasi karyanya di
depan dewan juri. Biaya perjalanan dan akomodasi peserta ditanggung oleh panitia penyelenggara sesuai
dengan standar yang diberlakukan di instansi pemerintah. Penyampaian penghargaan pemenang akan
dilakukan di Jakarta dan lima calon pemenang diundang untuk menghadiri acara tersebut.

23
KRITERIA PENJURIAN

1. Muatan Lokal atau Kearifan Lokal


2. Berwawasan Lingkungan
3. Mudah direalisasikan
4. Kepraktisan Operasional
5. Kelayakan Ekonomi
6. Kebaruan
7. Kelayakan Teknis

DEWAN JURI

Ketua Dewan Juri


Gede Kresna, ST. (Praktisi Arsitektur)
Sekretaris Dewan Juri
Ir. Priyo Pratikno, MT. (Akademisi, Praktisi Arsitektur, IAI)
Anggota Juri
Prof. (R). Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES (Profesor Peneliti Perumahan)
Dr. Ir. Purnama Salura, MM., MT. (Akademisi dan Praktisi Arsitektur)
Dr. Ngakan Ketut Acwin Dwijendra, ST., MA. (Akademisi dan Praktisi Arsitektur)
Ir. Eko Prawoto, M.Arch., IAI (Akademisi, Praktisi Arsitektur, IAI)
Dr. Ir. Yohanes Basuki Dwi Susanto, MSc. (Akademisi dan Praktisi Arsitektur)
Ir. Pangihutan Marpaung, M. Arch. (Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat)
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT. (Akademisi dan Praktisi Arsitektur)

SEKRETARIAT PENYELENGGARA

Puslitbang Perumahan dan Permukiman serta FORMAT Indonesia


Jl. Panyaungan – Cileunyi Wetan
Kabupaten Bandung 40393
Telepon : (022) 7798393 (4 lines), Faksimili : (022) 7798392
Website : http://puskim.pu.go.id
e-mail : sayembara_rslok@puskim.pu.go.id

24
Narahubung:
Azka Pintra, ST ( 087834886475 ) dan
Kunthi Herma Dwidayati, SPd, MSc ( 085863859127 )

JADWAL PELAKSANAAN SAYEMBARA

Tanggal-tanggal Penting

Pengumuman Sayembara: Senin, 22 Agustus 2016


Batas Akhir Pendaftaran Peserta: Rabu, 14 September 2016
Pemasukan Karya: Terakhir Jumat, 7 November 2016 (cap pos/tanggal resi kurir)
Penjurian Awal: Rabu-Kamis, 16-17 November 2016 di Bandung
Pengumuman Pemenang Lima Besar: Jum’at, 18 November 2016
Paparan dan Penjurian Lima Besar: Kamis, 24 November 2016 di Bandung
Penganugerahan Gelar: Hari Kebaktian Pekerjaan Umum & Perumahan Rakyat Tahun 2016

25
26
SISTEM PENILAIAN KARYA

27
Berkenaan dengan banyaknya peserta yang hingga hari terakhir pengumpulan
mencapai 281 peserta, perlu dirancang tata cara penilaian terhadap karya yang masuk.
Harapannya agar diperoleh hasil yang sesempurna mungkin dalam waktu yang relatif
singkat sesuai jadwal yang telah dirancang sebelumnya. Penilaian dilakukan dalam
dua tahap. Setelah peserta dinyatakan memenuhi persyaratan administrasi maka akan
dilakukan penilaian terhadap desainnya.

Pertama, memeriksa kelengkapan dokumen administrasi yaitu adanya Pakta Integritas


dan pernyataan Orisinalitas Karya yang menyatakan karya tersebut asli buatan yang
bersangkutan serta belum pernah diikutsertakan pada lomba sejenis. Kedua pernyataan itu
harus disetujui peserta, ditandai dengan dibubuhkannya tanda tangan ketua kelompok di
atas materai senilai Rp. 6.000,-. Aspek ini diperiksa pada awal penilaian untuk meyakinkan
juri bahwa peserta tidak akan melakukan kecurangan dari awal hingga akhir sayembara.
Pemeriksaan Orisinalitas karya ditujukan untuk meyakinkan para juri bahwa karya tersebut
benar-benar asli bukan hasil contekan dan belum pernah disertakan dalam sayembara
sebelumnya.
Kedua, penilaian rancangan arsitektur secara bertahap yaitu melalui tahapan
penyaringan. Awalnya, setiap juri yang berjumlah sembilan orang masing-masing memilih
lima karya yang dianggap layak untuk dinilai pada tahap berikutnya. Pertimbangannya
adalah bahwa kesembilan juri memiliki kesepakatan tentang apa saja yang akan dinilai
sehingga akan menghasilkan kesetaraan bobot yang relatif sama. Penilaian ini ditujukan
pada capaian kualitas dan kuantitas desain, yakni pada cara yang dikemukakan untuk
memecahkan problem setempat. Mengeksekusi desain berdasarkan kepekaan merancang
terhadap permasalahan yang dihadapi sehingga rancangan benar-benar merupakan solusi
arsitekturalnya.
Desain yang masuk diterima panitia sejumlah 281 rancangan dan dinyatakan sah
sejumlah 251 rancangan. Setelah dilakukan penilaian terutama pendalaman terhadap
rancangan arsitekturalnya, beberapa juri memberikan merekomendasikan terhadap
beberapa karya yang dianggap baik sehingga melebihi jumlah yang ditetapkan semula,
yakni terkumpul 58 desain. Rancangan tersebut dipilih kembali berdasarkan kelebihan,
keunikan dan nilai tambah yang dimilikinya, diuji menggunakan delapan aspek perancangan
Rumah Sederhana yang telah ditetapkan oleh panitia.
Proses berikutnya adalah menilai ulang ke-58 desain tersebut dengan lebih detail
dan saksama sehingga akan diperoleh desain untuk dipilih lagi menjadi lima besar karya
nominasi. Pemilihan juara dari lima besar nominasi dilakukan melalui presentasi verbal dari
setiap kelompok yang dilakukan secara tertutup. Sebelum melakukan presentasi, setiap

28
kelompok diarahkan agar menjelaskan berbagai hal yang telah diatur oleh panitia sehingga
diskusi akan terfokus pada aspek-aspek tertentu yang berkaitan dengan rancangan rumah
sederhana sehat yang berbasis nilai lokal.
Teknik presentasi secara verbal diharapkan dapat membantu proses penilaian
menjadi objektif dan transparan. Presentasi karya yang dilakukan oleh kelima calon
pemenang dimaksudkan agar juri semakin yakin terhadap pilihannya. Selama ini problem
yang dihadapi penilai rancangan adalah kurangnya informasi tentang karya itu sendiri
dikarenakan presentasi gambar rancangan tidak selalu dapat menyampaikan hal-hal yang
ada di balik pemikiran perancangnya.
Cara ini diharapkan akan semakin jelas menunjukkan kepada peserta sayembara,
khususnya mereka yang tergolong lima besar, bahwa sayembara ini dipahami sebagai
upaya untuk memperoleh masukan dan solusi terbaik untuk rancangan rumah sederhana
yang akan dibangun di setiap pelosok wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, NKRI.

29
30
5 KARYA PEMENANG

31
32
RUMAH EKOMBELE
AZKI MUHAMMAD & MARGARETHA L. BUNGA NAEN
Pemenang Pertama
Rumah Ekombele berawal dari kondisi pesisir Bele, desa untuk pengolahan air limbah agar tidak mengganggu
di Kecamatan Waiwerang, Pulau Adonara, Flores Timur. keberadaan air tanah yang tidak terlalu dalam.
Tingkat kesadaran penduduk terhadap sanitasi masih Pengolahan air hujan, limbah cair dapur, dan limbah
rendah. Sebagian rumah masyarakat yang rata-rata kotoran dibedakan: air hujan digunakan untuk sumber
bermatapencaharian sebagai nelayan tidak jarang akan air minum dan air limbah cair untuk menyiram tanaman.
terkena air pasang laut. Ditambah dengan kenyataan Penyaringan menggunakan pasir, ijuk, dan arang aktif
beberapa rumah belum memiliki toilet, serta sebagian dengan pembedaan tempat penyaringan sesuai sumber
besar rumah belum dilengkapi instalasi septic tank. limbahnya. Sementara itu, limbah padat disalurkan ke
Pembuangan yang berakhir di tanah atau laut tentu septic tank yang kemudian akan bermuara ke septic
akan mencemari keberadaan sumber air. tank komunal.

Rancangan rumah ini mencoba mengurai masalah Dapur dilengkapi dengan chimney wall agar asap dari
yang ada dengan mengacu pada rumah adat (lango tungku tertarik keluar karena perbedaan tekanan panas
belen) Suku Lamaholot, Flores Timur, yaitu Rumah dan dingin. Dinding tersebut berupa kisi-kisi kayu yang
Koke. Rumah dirancang berbentuk panggung untuk akan mengeluarkan asap yang telah diarahkan keluar
mengantisipasi naiknya permukaan air laut saat oleh cement board.
pasang. Pada bagian dapur, kolongnya digunakan

33
2

1 3

4 5
Legenda:
1. Denah Rumah 4. Tampak Samping Kanan 7. Potongan 2-2’
2. Tampak Depan 5. Tampak Samping Kiri 8. Transformasi Desain dan
3. Tampak Belakang 6. Potongan 1-1’ Ruang

34
6 7

35
JABU NI SIOSAR
ERIK WIJAYA
Pemenang Kedua
Meletusnya Gunung Sinabung ternyata menyisakan Konsep rancangan ini mencoba mengangkat kembali
kenyataan bahwa masih banyak masyarakat yang nilai kebersamaan masyarakat Karo, dimulai dari
belum memiliki hunian. Sebagian besar rumah di Desa pembangunannya yang melibatkan partisipasi warga
Relokasi Siosar justru tidak bertuan karena rumah yang melalui gotong royong. Rumah mengacu pada rumah
disediakan tidak sesuai dengan perilaku dan budaya tradisional Karo, Siwaluh Jabu, yang berbentuk
masyarakat setempat. Pembangunan yang tidak panggung. Pembagian rumah menjadi tiga bagian yaitu,
melibatkan masyarakat turut mengakibatkan kurangnya kepala sebagai gudang menyimpan hasil panen; badan
rasa memiliki calon penghuni. untuk berkumpul, istirahat, memasak; serta kaki untuk
menyimpan alat pertanian dan mengumpulkan sampah.
Jabo Ni Siosar diharapkan dapat menjadi jawaban
atas permasalahan pada tipologi rumah yang dapat Pembagian ruang dan material menyesuaikan
mengakomodasi kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan zaman, namun dengan tetap
kebiasaan di rumah sebelumnya, tidak sekedar tempat menyediakan teras depan dan teras belakang sebagai
untuk tinggal tetapi juga wadah untuk mempertahankan ruang berkumpul antar masyarakat. Kombinasi material
budaya yang masih dijunjung tinggi. Sebagian modern seperti polikarbonat, GRC, dan bata ringan
masyarakat Karo yang tinggal di lereng Sinabung ini dipadukan dengan material lokal seperti ijuk, sirap,
berprofesi sebagai buruh tani dan beternak. bambu petung, dan tipologi pondasi umpak.

36
2 3

Legenda:
1. Transformasi
Struktur Jabo Ni
Siosar
2. Denah Lantai Dasar
3. Denah Mezzanine
4. Tampak Depan
5. Tampak Belakang
4 5

37
6 7

8 9

Legenda:
6. Tampak Kanan
7. Tampak Kiri
8. Potongan 1-1’
9. Potongan 2-2’
10. Ilustrasi Pembagian
Tugas Saat
Pembangunan
10

38
39
40
BURUAN URANG
YUSUP RAHAYU BAHTIAR & FIRMAN MAULANA RAMDHANI
Pemenang Ketiga
Buruan Urang menanggapi isu penggusuran wilayah di
daerah Jati Gede atas pembangunan proyek Bendungan
Jati Gede. Mata pencaharian masyarakat yang bertani
dirasa kurang mencukupi untuk membangun rumah
pengganti walaupun pemerintah sudah memberikan
dana untuk membangun ulang rumah.

Buruan Urang sendiri memiliki arti: halaman milik


kita. Rancangan ini didasari kebutuhan halaman bagi
penghuni untuk kegiatan berdagang, bercocok tanam,
ataupun sekadar berkumpul (ngariung). Dengan
demikian, rumah yang dirancang bukan hanya menjadi
tempat tinggal melainkan tempat bermasyarakat pula.

Rumah yang dibuat mencerminkan kehidupan sosial


masyarakat setempat sekaligus hasil kebudayaan
masyarakat berupa bangunan. Langkah tersebut
merupakan langkah untuk merestorasi jati diri daerah
setempat sehingga memiliki karakter yang kuat.

Bentuk atap khas Sunda berupa atap julang ngapak


dihadirkan kembali dengan menyesuaikan bentuk denah
yang memanjang. Pola ruang memanjang ini bertujuan
agar penghawaan dan pencahayaan alami dapat
diperoleh secara maksimal. Sementara itu, konsep
halaman samping adalah open-sharing. Rumah saling
berpasangan dan halaman samping yang merupakan
halaman antara tersebut digunakan bersama-sama.

Pemasangan lubang ventilasi dibuat agar udara dapat


mengalir dengan mudah, dari sharing space menuju
kamar dan koridor, lalu ke side court atau sebalikanya.
Hal ini dimaksudkan agar kondisi udara di dalam rumah
nyaman dan menunjang pencahayaan yang cukup di
dalam rumah sehingga rumah tidak harus menyalakan
Transformasi Bentuk dan Metode Membangun lampu di siang hari.
Massa Bangunan

41
2

1 3

5
4

6 7

42
Keterangan:
1. Sharing Space
2. Sirkulasi Udara
3. Side Court
8 4. Taman Depan

43
HARMONISASI ALAM
AFAN MPONIALA
Pemenang Harapan Pertama
Etnis Muna dengan rumah rakyat Lambu masih hidup menggunakan material daur ulang. Lantai bilah
selaras dengan alam. Hal tersebut dapat dilihat dari bambu diaplikasikan pada ruang tamu dan kamar
pola keseharian yang mencerminkan lokalitas, seperti tidur, sementara lantai papan digunakan untuk dapur.
memasak dengan tungku, mencuci bersama-sama, Konstruksi rangka dinding menggunakan kayu kaso,
gotong royong, hingga sungai dan hutan yang menjadi balok utama berbahan kayu jati, dan tiang utama
sumber air dan kayu bakar. memanfaatkan kayu kelapa. Pondasi berbentuk umpak
beton dengan harapan tahan terhadap perubahan
Harmonisasi Alam menghadirkan suasana rumah cuaca.
yang hijau sehingga rumah adalah sarana relaksasi
bagi penghuni. Tidak hanya kesehatan fisik yang Pengolahan limbah mandiri diupayakan ada di dalam
diperhatikan, tetapi juga kesehatan psikis, serta area rumah. Air yang mengandung lemak dinetralkan
kebahagiaan. Menghijaukan dan memberikan nuansa di dalam kolam kangkung dan alang-alang. Air hujan
alami pada hunian diharapkan dapat menarik perhatian disaring dengan pasir dan kerikil kemudian digunakan
burung atau serangga tanpa mengganggu kenyamanan untuk menyiram. Sedangkan limbah organik diolah
penghuni. menjadi pupuk kompos untuk menyuburkan kebun kecil
di sekitar bangunan.
Bahan bangunan dipilih dari alam dan lokal, serta

44
4

5
3

Legenda:
1. Aksonometri dan
Elemen Ruang
2. Hierarki Kosmologis
Rumah Suku Muna
3. Denah
4. Tampak Depan
5. Tampak Belakang
6
6. Tampak Kiri

45
Legenda:
7. Tampak Kanan
8. Isometri Sistem
Struktur Bangunan

46
47
48
OMAH NELAYAN
FELICIA ANNICE, YENTI AMELIA, & DENNIS CAHYA I.
Pemenang Harapan Kedua
Minimnya lahan perikanan di Jakarta Utara, pendapatan guesthouse untuk menjaga ketahanan ekonomi
nelayan yang rendah, serta kelayakan hidup para masyarakat.
nelayan menjadi latar belakang perancangan Omah
Nelayan. Pulau Tidung Kecil di kawasan Kepulauan Pondasi bangunan memanfaatkan drum plastik
Seribu menjadi lokasi yang dipilih untuk dikembangkan. daur ulang sebagai penunjang struktur apung. Hal
yang paling menonjol adalah teras dan halaman
Gagasan yang diambil adalah dengan penyediaan airnya memiliki empat fungsi sekaligus, yaitu tempat
teras sebagai ruang antara dengan konsep ‘apung’ bersandar perahu (30%) yang lebih privat; tambak ikan
bermaterialkan kayu. Penghawaan dan pencahayaan atau aquaculture farming (30%); budidaya tanaman laut
dipertimbangkan sesuai iklim tropis dengan ventilasi (30%); serta rekreasi (10%).
silang. Budidaya hidroponik dan photovoltaic cell
diaplikasikan untuk mengurangi emisi energi. Material ilalang yang diaplikasikan pada atap dan
dinding memungkinkan aliran udara ke dalam rumah
Rancangan modular dengan material kayu dan (breathing skin). Sedangkan bukaan-bukaan pada sisi
beton ringan diharapkan dapat memangkas waktu yang lain akan menurunkan panas di dalam ruangan
pembangunan. Aspek lain yang dapat dihadirkan serta menurunkan tingkat kelembaban ruang.
adalah kemampuan ekspansi Omah Nelayan menjadi

1 2

49
Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Denah Mezzanine
3. Tampak Depan
4. Tampak Kanan
5. Tampak Belakang
6. Tampak Kiri
7. Potongan

5 6

50
7

51
52
KARYA 15 BESAR

53
RUMAH NAUNGAN
M. RIDHA ALHAMDANI

Rumah Naungan terinspirasi dari rumah Betang yang 3 x 3 meter dengan pertimbangan ukuran tersebut
dihuni Suku Dayak di Kalimantan Barat, yaitu rumah cukup mengakomodir kebutuhan minimal ruang
yang efisien terhadap lahan, berpenghawaan alami, multifungsi. Bangunan memiliki panjang 51 meter
berkonsep modular, dan tumbuh dalam satu naungan dan lebar 12 meter, dengan kemiringan atap 60o. Atap
besar. Suasana Pulau Kabung, Bengkayang, yang berfungsi sebagai naungan utama yang melindungi
didominasi nelayan dianggap dapat mewakili kampung massa dan ruang modular di dalamnya. Satu naungan
nelayan dengan prinsip perumahan massal. besar tersebut dihuni oleh beberapa keluarga. Pada
lantai dasar dan lantai atas, masing-masing terdapat
Kabupaten Bengkayang merupakan daerah perkebunan penambahan satu modular.
kelapa. Potensi ini diangkat di dalam konstruksi Rumah
Naungan. Struktur bangunan menggunakan kayu Tipologi rumah berbentuk panggung memungkinkan
kelapa, daun kelapa yang kering digunakan sebagai penghuni untuk menyimpan perahu dan peralatan
penutup atap, serta sabut kelapa yang dapat meredam nelayannya di kolong rumah. Toilet juga diletakkan rapat
bunyi, sedangkan tempurung kelapa dapat menjadi ke tanah untuk menghemat pipa pembuangan.
elemen pembuatan perabot rumah.

Komposisi ruang yang dirancang menggunakan modul

54
1

Legenda:
3
1. Denah Lantai Dasar
2. Potongan B-B’
3. Detail Tahapan Pembangunan
4. Denah Lantai Pengembangan
5. Tampak Samping Kiri dan
Kanan
6. Tampak Depan
7. Tampak Belakang

55
4

56
TERAS(A) TEDUH
ISMAIL HANAPING

Lebih dari 25 tahun, warga yang berprofesi sebagai (pangkeng) dirancang lebih luas untuk aktivitas
pedagang dan nelayan tinggal di daerah Penjaringan, pengajian, arisan, maupun kegiatan bersama lainnya.
Jakarta Utara. Pemindahan masyarakat ke rumah
susun dirasa bukan menjadi pilihan yang tepat karena Elemen material menggunakan kombinasi material
beban ekonomi masyarakat justru meningkat. transparan polikarbonat dengan bambu dan kayu.
Dinding antara ruang tidur dan ruang keluarga
Teras(a) Teduh merupakan konsep hunian sederhana bersifat temporer yang dapat digeser jika memerlukan
yang menonjolkan kehadiran teras. Teras sendiri adalah perluasan ruang. Pada bagian atas teras, kanan, dan kiri
ruang terbuka yang berfungsi ganda, tempat menerima bangunan diterapkan bioponik, sistem berkebun pada
tamu, tempat berkumpul, serta ruang melakukan lahan terbatas untuk mencukupi kebutuhan pangan dan
berbagai aktivitas. Bagi masyarakat Betawi, teras tanaman obat.
menjadi ruang yang disakralkan karena di sana terjadi
aktivitas ekonomi, edukasi, dan sosial budaya. Pondasi bangunan yang mengapung menggunakan
sistem amfibi, dengan pola tradisional kacapuri.
Penambahan teras di samping rumah ditujukan untuk Dikembangkan melalui penggunaan kayu bekas yang
menyediakan area penjemuran ikan dan memperbaiki terikat pada balok struktur untuk menopang material
alat-alat mencari ikan. Sementara itu, ruang keluarga lain seperti drum bekas, forrecement, dan EPS foam.

57
1 2

58
5

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Tampak Depan
3. Detail Penerapan Urban
Farming
4. Detail Sambungan Struktur
5. Tampak Samping Kanan
6. Tampak Samping Kiri
7. Potongan A-A’
8. Potongan B-B’ 8

59
BANUA TO KAILI
NURSARIYAH ASMA RANI

Banua dalam bahasa Kaili berarti ‘rumah’ sehingga juga menjadi pertimbangan pemilihan struktur berupa
Banua To Kaili bermakna rumah orang Kaili di Palu. kayu dengan pondasi umpak yang lebih lentur apabila
Banua To Kaili merujuk pada rumah adat Tambi seperti terjadi getaran dan gesekan. Lantai teras sedikit
di Desa Doda, Sulawesi Tengah. Bentuk tanduk kerbau diangkat dari tanah untuk meminimalkan kelembapan.
ditransformasikan menjadi bentukan silang pada ujung Selain itu, ruang antara di bawah teras dapat
atap bangunan, bentuk ujung tombak, serta ornamen mendukung penghawaan alami pada Banua To Kaili.
ekor burung tengke (depan bangunan) dan kepala kuda
(belakang bangunan). Sesuai dengan perkembangan jenis material, lantai
yang digunakan merupakan perpaduan keramik dan
Dapur pada Banua To Kaili berada di tengah dengan kayu. Penutup atap dipilih atap genteng keramik yang
elevasi terendah, didasari oleh penempatan rapu (dapur) diharapkan dapat menahan penyerapan panas ke
Rumah Tambi, sedangkan kamar tidur berada di tingkat dalam bangunan. Ventilasi dari susunan kayu horizontal
elevasi bangunan yang lebih tinggi. diaplikasikan pada dinding atas, selain mengalirkan
udara juga menjadi filter masuknya cahaya matahari ke
Material lokal dan kayu bekas dipilih agar tidak dalam rumah.
menimbulkan tambahan biaya pengangkutan dan
timbulan biaya lainnya. Kondisi rawan gempa di Palu

60
1 2

61
Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Denah Lantai Atas
3. Tampak Depan
4. Tampak Samping Kiri
5. Tampak Belakang
6. Tampak Samping Kanan
7. Detail Struktur
8. Potongan A-A’
9. Potongan B-B’

3 4

5 6

7
8 9

62
RUMAH PRODUKTIF
WIDI CAHYA YUDHANTA

Yogyakarta adalah salah satu destinasi wisata dengan diupayakan tetap ada untuk menangkap angin dan
pertumbuhan populasi yang tinggi. Pada akhirnya, cahaya, menghasilkan oksigen, serta menyerap panas.
meningkatnya pembangunan menjadikan harga Pada lantai atas dibiarkan terbuka dengan peruntukan
tanah di Yogyakarta berada di urutan tiga termahal di multifungsi sesuai kebutuhan penghuni.
Indonesia. Atas dasar hal tersebut, Rumah Produktif
(co-working house) dirancang. Harapannya dapat Material lokal yang dipilih adalah bambu sebagai
menjadi alternatif rumah sekaligus tempat produksi elemen konstruksi atap, bata dan kayu sebagai elemen
yang sehat dan ramah lingkungan. penutup. Sementara itu, material konstruksi utama
menggunakan beton pracetak untuk memudahkan
Konsep co-working yang dimaksud adalah hunian yang pengerjaan dan aman terhadap goncangan gempa.
terintegrasi dengan ruang sosial untuk berkumpul dan
bekerja sebagai satu kesatuan. Pendekatan sistem Pada sisi luar dinding beton pracetak digunakan
modular menjadikan kemudahan dalam pembangunan sebagai bidang vertikultur yang mendukung usaha
secara massal. bertanam di lahan terbatas. Urban farming pada dinding
yang berbatasan dengan balkon diharapkan dapat
Teras depan disediakan cukup luas sebagai tempat menjadi penghalang masuknya angin dan matahari
berkumpul dengan tetangga. Bersebelahan dengan secara berlebihan.
teras, terdapat ruang multifungsi yang dapat digunakan
untuk wirausaha atau kebutuhan lainnya. Taman

63
1 2

3 4 5

64
8

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Denah Lantai Atas
3. Tampak Depan
4. Tampak Belakang
5. Tampak Samping
6. Konsep Hunian yang
Terintegrasi dengan
Aktivitas Sosial
7. Detail Material Bangunan
8. Perspektif Potongan
9. Perspektif Kawasan

65
IMAH WADE
MELANIA LIDWINA PANDIANGAN

Imah Wade adalah rumah ramah lingkungan sebagai tempat tinggal tetapi juga sebagai kearifan
bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah yang aspek ekologis juga dimunculkan dalam rancangan ini.
mengakomodasi gaya hidup penghuni, komposisi
keluarga, dan pola hunian di perkotaan abad ke- Bentuk dasarnya adalah suhunan jolopong, yaitu bentuk
21. Lokasi yang dipilih berada di Jalan Batujajar, dasar rumah adat Sunda yang terdiri dari hareup (ruang
Padalarang, Bandung Barat. depan), patengahan (ruang tengah), dan ruang belakang
(pawon dan kamar mandi). Ruang depan merupakan
Imah Wade memberi pendekatan baru bagaimana teras sementara ruang tengah terdiri dari ruang tidur
memutus mata rantai kemiskinan dengan mendorong dan ruang keluarga.
warganya memajukan kehidupannya secara mandiri.
Caranya dengan menghadirkan teknologi rumah Imah Wade menggunakan kerawang sebagai salah satu
yang praktis, sederhana, cepat dan dapat diproduksi alternatif penghawaan alami sekaligus mengangkat
secara swadaya dengan berlandaskan teknologi yang citra lokal. Rumah yang berbentuk semi-panggung
memadai. dipilih sebagai usaha meminimalkan tutupan pada
tanah sehingga air hujan dapat meresap maksimal.
Konsep yang diangkat berangkat dari sintesis Kotoran dari kakus dimanfaatkan untuk energi biogas,
unsur tradisional Sunda dengan modern yaitu, siga sementara grey water dinetralisir melalui filter enceng
(keserupaan), sarupaning (esensi bentuk), dan waas gondok dan air hujan dimanfaatkan untuk budidaya
(spirit). Filosofi rumah Sunda yang tidak sekedar secara aquaponic.

66
1

Legenda:
1. Transformasi Bentuk
Massa Rumah Sunda
2. Denah Lantai Dasar
3. Denah Lantai Atas

2 3

67
1

Legenda:
1. Tampak Samping Kiri
2. Tampak Depan
3. Tampak Belakang

68
RUMANAGA
DEWI LARASATI & TIM

Rumanaga mengadopsi konsep rumah di Kampung konstruksi rumah Kampung Naga dengan material
Naga yang berbasis kearifan lokal. Rumah vernakular batu untuk pondasi, kayu dan bambu untuk lantai, serta
dirancang lebih modern agar dapat diterima oleh panel bambu untuk dinding. Panel bambu terinspirasi
masyarakat. Terdapat dualisme konsep antara dari beberapa anyaman seperti anyaman bilik,
rumah Kampung Naga (ramah lingkungan, material anyaman palupuh, dan anyaman sasak. Sistem struktur
berkelanjutan, melibatkan masyarakat) dan bangunan berupa kayu yang dirakit dengan sistem knockdown.
prefabrikasi modern (modular, knockdown, panelisasi Sementara itu, struktur atap menggunakan besi hollow
komponen). sekaligus sebagai penyokong media hidroponik dari
bambu.
Tapak perumahan berupa cluster dengan tipe couple
(dua rumah berhimpitan). Ruang bebas antara dua Keberlanjutan hunian direncanakan dengan adanya
rumah dimanfaatkan sebagai area komunal, teras hutan kayu dan bambu sebagai bagian dari perawatan
bersama, serta jalan. Di sisi lain, ruang tersebut juga bangunan. Hutan bambu dilengkapi dengan area
menjadi jalur aliran udara atau lorong angin. Atap workshop sebagai sarana edukasi mengenai konsrtruksi
lebar yang saling bertemu antar bangunan menjadi bambu bagi penguni. Terdapat pula kolam retensi air
sunshading untuk meningkatkan rasa nyaman penghuni hujan yang juga dapat digunakan untuk mengawetkan
yang beraktivitas di bawahnya. bambu. Kebun sayur masyarakat pun disediakan
sehingga masyarakat dapat memproduksi bahan
Bangunan berbentuk modular panggung mengacu makanan secara mandiri.

69
2

3
1

Legenda:
1. Denah
2. Tampak Depan
3. Tampak Belakang
4. Tampak Samping Kanan
5
5. Tampak Samping Kiri

70
1

4
2

Legenda:
1. Detail Pintu dan Jendela
2. Detail Penutup Dinding
dan Lantai
3. Detail Fasade
4. Elemen Rumah Kampung
Naga
3

71
IMAH DANGDANGGULA
YOSHUA KUNCORO

Dangdanggula adalah sebuah plupuh Sunda yang panorama dari lantai tertinggi ditambahkan dan
menggambarkan kedamaian, keindahan, keagungan, melingkupi 2/3 selubung teratas serupa mezzanine. Hal
atau kegembiraan. Diambil dari nama Raja Kediri, ini menunjukkan filosofi para resi di Jawa Barat yang
Prabu Dhandhanggenis. Dangdanggula sendiri tinggal di puncak-puncak gunung.
bermakna menanti kebaikan, hal inilah yang ingin
dicapai oleh Imah Dangdanggula yang mengambil Modul struktur knockdown Risha digunakan agar
lokasi di Kampung Karees. Kampung Karees di Desa mempermudah eksplorasi bentuk massa dan tingginya.
Kamoja memiliki permasalahan terkait sengketa lahan, Hunian dangdanggula dirancang efisien dengan bentuk
premanisme, kesehatan, dan lingkungan hidup. denah persegi panjang dan kubus. Penggunaan
bambu tali menguatkan identitas kelokalan Sunda,
Pembagian ruang mengacu pada konsep rumah Sunda, berkelanjutan, dan mudah diperoleh.
terbagi menjadi ruang depan (publik), ruang tengah
(semipublik-privat), dan ruang belakang (servis). Pada Aspek hijau juga diterapkan dalam Imah Dangdanggula
lantai atas terbagi menjadi dua fungsi yaitu kamar melalui hidroponik, teknik menanam menggunakan
tidur utama dan kamar tidur anak. Terdapat jembatan air tanpa tanah. Hidroponik membutuhkan air lebih
sebagai konektor antara kedua ruang tersebut yang sedikit daripada media tanam tanah, sehingga cocok
sekaligus sebagai area masuknya cahaya matahari diterapkan pada daerah dengan pasokan air terbatas.
(skylight). Saung dengan atap julang ngapak sebagai
tempat bersantai atau belajar anak sembari melihat

72
1 2 3 4

5 6 7

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar 5. Tampak Depan
2. Denah Lantai Atas 6. Tampak Belakang
3. Denah Mezzanine 7. Tampak Samping Kanan
4. Denah Dek Atap

73
9

10 11

Legenda:
8. Tampak Samping Kiri
9. Atap Saung Julang Ngapak
10. Potongan Melintang
11. Potongan Membujur
12 12. Detail Struktur Beton Risha

74
RUMAH ETAM KEBAYA
HAIRUDIN

Rancangan rumah ini menggabungkan ciri khas rumah Sedangkan jendela krepyak diharapkan dapat
dua suku terbesar di Kutai Barat, yaitu Suku Dayak mendukung kenyamanan penghawaan ruangan
dan Suku Kutai, dengan mengacu pada tiga aspek: Rumah Etam Kebaya. Terdapat pula ornamen anyaman
kelayakan, keberlanjutan, dan kontekstualitas. rotan pada tas khas Suku Dayak bernama anjat, yang
menghiasi fasade depan rumah.
Ruangan dibuat lebar yang dapat mengakomodir
kebutuhan dasar penghuni seperti berkumpul dan Maraknya penebangan hutan justru menjadi pilihan
beristirahat. Satu ruang dengan ruang lain bersifat untuk menggunakan material alternatif pengganti kayu
fleksibel sehingga fungsi ruang-ruang tersebut dapat agar konsumsi kayu berkurang. Material tersebut antara
beragam. Tapak direncanakan dapat berkembang lain GRC board, atap seng dengan genteng metal dan
menjadi rumah tumbuh, dengan batas antar tapak konstruksi atap baja ringan, serta besi hollow untuk
berupa kayu ulin. Selain rumah, di area tapak juga menopang kuda-kuda. Meski demikian, sebagian kecil
dihadirkan kebun sayur, dan buah, kandang ternak elemen bangunan seperti pintu dan jendela, serta
unggas, serta kolam air hujan yang dapat dimanfaatkan sebagian dinding dan lantai, tetap menggunakan bahan
untuk budidaya ikan. kayu.

Penerapan secondary skin dari kayu bangkirai yang


disusun berjajar dengan kemiringan 45o menjadi
penahan masuknya cahaya matahari yang berlebihan.

75
1 2

3 4

76
5 6

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Denah Mezzanine
3. Tampak Depan
4. Tampak Samping Kiri
5. Tampak Belakang
6. Tampak Samping Kanan
7. Potongan

77
JABU PEPALEM PUSUH
FREDERIKSON TARIGAN

Jabu Pepalem Pusuh adalah rumah untuk relokasi Perpaduan bata ekspos dan anyaman bambu dipilih
warga terdampak letusan Gunung Sinabung tanpa sebagai material dinding agar bangunan dapat
melupakan tradisi dan kearifan lokal. Jabu (rumah) ini bernapas. Sedangkan atap mengadopsi tipologi rumah
menjadi bagian dari Desa Nang Belawan. adat Karo dengan material genteng. Sekat antar ruang
dibuat fleksibel sehingga dapat digeser-geser apabila
Penggabungan beberapa rumah ke dalam satu area memerlukan ruang yang lebih luas.
menciptakan ruang-ruang terbuka antar rumah, yang
dapat berfungsi sebagai courtyard untuk ruang komunal Rancangan ini juga memiliki tujuan untuk mengangkat
dan area bermain anak-anak. Hal ini sejalan dengan perekonomian masyarakat melalui tradisi bertanam
tradisi berkumpul Suku Karo yang membutuhkan ruang secara hidroponik, menggantikan teknik tanam
cukup besar. konvensional. Hasil tanam tersebut dapat dijual dengan
booth yang telah menyatu dengan rumah.
Rumah dibuat dengan struktur panggung untuk
mengurangi intervensi bangunan terhadap lahan. Di
samping itu untuk mengantisipasi goncangan gempa
yang dapat terjadi sewaktu-waktu saat erupsi Gunung
Sinabung. Pondasinya dirancang untuk pengembangan
ke atas, untuk dua lantai berikut mezzanine.

78
Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Tampak Depan
3. Tampak Samping Kiri
4. Tampak Samping Kanan
5. Tampak Belakang

2 3

4 5

79
6 7

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Tampak Depan
3. Tampak Samping Kiri
4. Tampak Samping Kanan
5. Tampak Belakang
6. Potongan B-B’
7. Potongan A-A’
8. Transformasi Bentuk
8
Massa

80
RUMAH DILAU
MARGARETHA & TIM

Rumah ini berupaya mengangkat kembali kemajemukan Sementara itu, pada lantai dua memiliki tiga rumah di
dan keberagaman arsitektur. Suku Bajo yang hidup di mana setiap rumah memiliki ruang tamu dan dapur;
dekat laut memiliki kecerdasan dalam kearifan lokal dan kamar utama dan mini teras; serta kamar anak. Lantai
terancam punah karena regulasi dan berbagai peraturan ini memiliki fungsi yang lebih privat.
permukiman Suku Bajo di Jakarta. Mereka tinggal dekat
kampung nelayan Muara Angke. Rancangan rumah Dinding bagian depan diberikan kisi-kisi kayu dari
ini merekomendasikan konsep hunian Bajo dengan kayu ulin bekas material kapal yang tidak terpakai.
peleburan kekinian, sosial, ekonomi, dan budaya yang Kayu ulin dikenal sebagai kayu yang tahan terhadap
beriringan. kelembaban namun lebih ringan dibandingkan dengan
batu bata. Tangga sebagai akses vertikal utama juga
Pendekatan rancangan mengacu pada konsep menggunakan kayu ulin untuk pijakan dan railing,
produktif, ayah yang melaut, ibu berjualan, dan anak- sedangkan strukturnya menggunakan baja.
anak bersekolah. Tidak luput, hubungan sosial antar
tetangga yang turut menjaga efisiensi ruang. Lantai kolong dilapisi plester semen agar dapat
nyaman digunakan berdagang. Bahan penutup atap
Rumah Dilau dapat dihuni oleh tiga keluarga sekaligus. menggunakan rangka baja ringan untuk meminimalkan
Rumah berbentuk panggung yang kolongnya dapat beban atap serta ramah pada suhu ruangan.
digunakan untuk berdagang, bersantai dengan tetangga,
serta menyimpan peralatan melaut atau kendaraan.

81
Legenda:
1. Denah Lantai Kolong
2. Denah Lantai Dasar
3. Tampak Depan
4. Tampak Samping Kanan
5. Tampak Belakang
6. Tampak Samping Kiri
7. Perspektif Rumah

82
3 4

5 6

83
84
KARYA 58 BESAR

85
RUMAH MODULAR SEHAT
AYLIA ANDIANNA H.
Rumah Modular Sehat mengambil latar belakang Lokalitas bangunan diangkat dengan penambahan
kondisi daerah padat, rawan banjir, penumpukan elemen mural bertema lokal, yang juga sebagai media
sampah, tata ruang yang buruk, serta kurangnya lahan kreativitas warga sebagai cermin tanah Jawa Barat
terbuka hijau. Rumah tidak dapat berkembang apabila yang dinamis. Mural ditampilkan melalui pagar paling
keadaan fisik lingkungan tidak mendukung, sehingga depan rumah dengan corak flora dengan sentuhan
perlu diciptakan ruang-ruang yang sehat. Mengambil artistik lokal. Aspek arsitektur berkelanjutan juga
lokasi di Jalan Pagarsih, Jamika, Bojongloar Kaler, menjadi nilai tambah rancangan ini dengan penerapan
Bandung, rancangan ini bertujuan untuk memperbaiki urban farming untuk menciptakan sumber pangan
lingkungan dan memberikan ruang berkembang untuk mandiri, misalnya menanam sayur-sayuran dengan
masyarakat. usia tanam singkat seperti kangkung, pokchoy, daun
bawang, kemangi, tomat, dan cabai.
Konsep yang diangkat mengutamakan efisiensi
ruang dan fleksibilitas struktur modular dengan Selain itu, penghawaan alami juga diterapkan dalam
sistem knockdown agar penghuni dapat merubah rancangan ini dengan adanya ventilasi silang.
dan menambah luasan bangunan di kemudian hari. Sumber energi pun didukung dengan solar panel yang
Konstruksi yang digunakan adalah sistem pracetak masing-masing memiliki daya 50 W. Air hujan juga
untuk mendukung bangunan sederhana. Elevasi dimanfaatkan melalui sistem rainwater harvesting
bangunan dibuat lebih tinggi 80 cm dari tanah sebagai sehingga dapat digunakan kembali untuk irigasi di
respon terhadap potensi banjir di kawasan Jamika. dalam tapak.

86
1 2

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Denah Lantai Atas
3. Tampak Depan dan Samping Kiri
4. Tampak Samping Kanan dan
Belakang
4
5. Sayuran untuk Urban Farming

87
RUMAH IJO ROYO-ROYO
ALBERT DENDY
Dalam bahasa Jawa, ‘ijo’ berarti hijau dan ‘royo-royo’ mandiri dengan menanam sayur-sayuran sekaligus
berarti guyub, sehingga rumah ini dapat dimaknai memelihara ikan melalui teknik hidroponik.
sebagai rumah ramah lingkungan yang mengutamakan
faktor kesejahteraan bersama. Mengambil lokasi Secara umum tipe bangunan mengarah pada konsep
di Jalan Gondorio Barat, Semarang, rumah sehat minimalis ekologis. Material bambu dipilih karena
ini mengangkat nilai arsitektur lokal melalui aspek harganya murah, dapat disusun dengan sistem
kegotong-royongan untuk mengatasi keterbatasan knockdown, dan mencerminkan nilai lokalitas. Salah
lahan, terutama di kota besar seperti Semarang. satu aplikasinya adalah dengan menganyamnya
berbentuk bintang segienam yang akan memperlancar
Sekuensi ruang sangat terbuka dengan ruang yang pergerakan udara panas di bawah atap. Selain
menyatu. Pada rancangan ini, ruang komunal terletak itu, penggunaan pintu geser dan pintu putar akan
di lantai dasar. Sementara itu, kamar tidur dan dapur menambah efektivitas ruangan.
diletakkan di lantai atas. Dapur menempati bagian
depan rumah agar tidak menjadi ruang yang terabaikan.
Selain itu, keberadaannya yang dekat dengan balkon
diharapkan dapat mencerminkan karakter orang
Indonesia yang ramah.
Ilustrasi pintu geser dan model anyaman bambu
Terkait dapur, rumah ini juga mengusung konsep rumah segienam.

88
1 2

Legenda:
1. Denah Tapak
2. Denah Lantai Atas
3. Tampak Depan
4. Tampak Belakang
5. Tampak Samping Kiri
6. Tampak Samping Kanan
3 4

5 6

89
RUMAH
MELAYU DELI
SYAHLAN JUKHRI NASUTION & TIM

Rumah sehat ini direncanakan di Kelurahan Nelayan untuk pembangunan. Misalnya dinding berupa batako,
Indah, Kecamatan Medan Labuhan yang merujuk rangka atap baja ringan, dan penutup atap zincalum.
pada kearifan lokal rumah tradisional Melayu Deli. Perkerasan halaman menggunakan conblock namun
Sebagai solusi atas program penyediaan rumah layak dengan tetap memberikan ruang untuk vegetasi yang
bagi masyarakat berpenghasilan rendah, rumah ini berupa pohon dan perdu.
berupa rumah panggung yang mudah dan dapat cepat
dibangun. Utilitas bangunan dirancang dengan meletakkan
saluran pembuangan air di sekeliling bangunan. Hal ini
Atap rumah berbentuk belah rabung, ornamentasi menjadikan air tidak terbuang secara serampangan.
rumah mengacu pada ornamen rumah Melayu Deli
antara lain ornamen ricih wajid. Wajid sendiri adalah
nama makanan yang menjadi pemersatu masyarakat
Melayu. Umpak bangunan juga dihias dengan relief Legenda:
yang menjadikan tiang lebih memiliki ciri khas. Warna 1. Denah Rumah
2. Tampak Depan
bangunan dominan kuning, hijau, dan putih yang cerah
3. Tampak Samping Kanan
sesuai kekhasan rumah Melayu.
4. Tampak Belakang
5. Tampak Samping Kiri
Sementara itu, perancang memilih material fabrikasi 6. Detail-Detail Lokalitas

90
2

3
1

6 5

91
LEMBUR PASUNDAN: IMAH HIRUP
WIDYA DWIFRILIA

Imah Hirup mengambil bentuk badak heuay, yaitu Material struktur kuda-kuda Imah Hirup menggunakan
bangunan seperti saung yang tidak menggunakan kayu, dengan atap seng berlapis granula pasir. Atap
wuwung (sambungan atap) depan dan belakang seperti ini diharapkan dapat meredam suara air hujan.
sehingga bentuknya seperti badak yang sedang Bambu komposit juga digunakan dalam beberapa
menguap. Rumah Sunda merupakan jawaban, karena elemen bangunan seperti anjungan teras, pintu, dan
dapat mengakomodasi budaya lokal berkumpul, perabot ruangan. Dinding menggunakan pasangan
apalagi dengan masih lestarinya bahasa Sunda dalam 1/2 conblock dengan pertimbangan ringan, hemat
keseharian. Penggabungan teras antara dua rumah plesteran, mudah dipotong, dan kedap air. Hal lain yang
yang berdampingan menjadi pilihan agar interaksi menjadi pertimbangan pemilihan keseluruhan material
antara penghuni rumah dapat terjaga. adalah efektivitas dan kemudahan pemasangan.

Imah Hirup memiliki konsep tumbuh, masyarakat Ventilasi dimaksimalkan sebagai usaha pengendalian
dapat memilikinya dengan harga murah dan kelak saat udara secara pasif. Setiap ruangan mendapatkan
memerlukan ruang lebih dapat menambah luasan. aliran udara dan cahaya sehingga ramah kesehatan
Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan halaman di bagi penghuninya. Imah Hirup ingin menjadikan rumah
belakang rumah. Bidang resapan yang luas juga akan yang bernapas sehingga memberi kenyamanan bagi
mempercepat penyerapan air saat hujan. Dengan penguninya.
demikian, potensi banjir dapat dihindari.

92
2

Legenda:
1. Denah Rumah
2. Tampak Depan
3. Tampak Belakang
4. Perspektif Halaman
Belakang
5. Perspektif Teras
1 3
Depan

4 5

93
BUMI RAMPAK
LILYANA PRATIWI

Sebuah space (ruang) menjadi place (tempat) jika menyediakan bidang resapan lebih luas dan aliran udara
mempunyai arti dari lingkungan yang berasal dari di ruang bawah bangunan.
budaya setempatnya. (Trancik, 1986)
Tata massa dirancang modular dengan menyediakan
Pernyataan Trancik tersebut menjadi inspirasi desain ruang berkumpul (ngariung) dan interaksi antar warga
Bumi Rampak yang diawali dengan pengamatan di lantai dasar. Perabot seperti tempat tidur dapat dilipat
terhadap masyarakat Bojongsoang, Bandung. apabila tidak digunakan sehingga akan menghemat
Golongan berpenghasilan rendah cenderung lebih ruang. Mezzanine pun ikut dirancang untuk ruang tidur
‘bermasyarakat’, sering melakukan aktivitas bersama yang lebih privat atau sebagai tempat menyimpan
atau sekedar berkumpul. Sementara golongan barang.
berpenghasilan rendah cenderung individualis.
Pemilihan material disesuaikan antara bentuk
Wilayah Bojongsoang sendiri merupakan daerah tradisional dan modern. Misalnya atap rangka baja
rawan banjir luapan Sungai Citarum. Karenanya ringan dengan mempertahankan bentuk julang ngapak.
pengembangan Bumi Rampak diharapkan dapat Sementara itu, pintu bermaterial bambu yang dapat
merevitalisasi sungai agar menjadi lebih baik dan memaksimalkan cahaya masuk.
bernilai lokal. Rumah dirancang berbentuk panggung
dengan atap modifikasi tipikal julang ngapak sebagai
pencerminan nilai lokal di Tatar Sunda. Hal ini

94
1 2 3

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
(Fleksibel)
2. Denah Lantai Atas
3. Denah Mezzanine
4. Tampak Depan
5. Tampak Samping Kiri
4 5

95
A TANAH ABANG
SURIA WIYADI

Rancangan ini bertolak dari tidak dipilihnya rumah digunakan untuk urban farming sementara sisi yang lain
subsidi oleh masyarakat dengan alasan faktor tata dimaksimalkan untuk pencahayaan dan penghawaan
ruang dan estetika rumah, lingkungan permukiman, alami.
dan kestrategisan lokasi. Rata-rata masyarakat
berpenghasilan rendah yang tidak banyak memiliki Kesehatan dalam berhuni mengharuskan manusia
mobil memunculkan ide untuk membuat tempat parkir berinteraksi satu dengan yang lain. Pada A Tanah
komunal sehingga alokasi lahan untuk carport dapat Abang, halaman belakang digabung dengan pedestrian
dialihkan untuk fungsi sosial. agar penghuni tidak terisolasi oleh kendaraan dan
menciptakan hubungan sosial yang lebih intensif.
Bentuk massanya sendiri mengikuti konfigurasi rumah Halaman belakang pun diperluas sebagai area
Sunda dengan atap miring badak heuay sebagai pengembangan rumah atau ruang kegiatan bersama
tanggapan terhadap iklim tropis. Satu sisi atap seperti hajatan.

96
1 2

3 4

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Tampak Depan
3. Tampak Belakang
4. Tampak Samping Kanan
5. Tampak Samping Kiri
5

97
MENGEMBALIKAN HAK ALAM
MUHAMMAD FAISAL IMANSYAH & TIM

Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Medan masih belum mencapai angka normal, yaitu
sebesar 30%. Bahkan justru berkurang akibat pembangunan yang tidak terkendali. Limbah
pembangunan dan tingginya curah hujan lantas menyebabkan beban kota bertambah.
Kemampuan tanah menyerap air atau limpahan volume air jauh berkurang. Banjir pun tidak
bisa dihindari.

Rancangan ini ingin mengembalikan hak alam antara lain dengan mengangkat bangunan
sehingga berbentuk panggung, agar tanah tetap dapat menjadi resapan hujan secara
maksimal. Skala atap dibuat besar sekaligus menjadi dinding seperti pada rumah tradisional Legenda:
Karo dan Batak Toba di Sumatra Utara. Dengan demikian, fungsi atap sebagai naungan dapat 1. Denah
terjaga. Nilai tambah pada atap adalah dengan menerapkan green roof. 2. Potongan A-A’
3. Potongan B-B’
4. TampakDepan
Materialnya sendiri menggunakan perpaduan material industrial, seperti baja, kaca, dan
5. Tampak Samping
zincalum; untuk menghemat waktu pengerjaan. Sedangkan material lokal yang digunakan Kiri
adalah kayu kelapa karena kemudahan mendapatkan di sekitar lokasi. Sistem di dalam hunian 6. Tampak Samping
juga menghindari sifat manusia yang mengambil lalu membuang sebanyak-banyaknya. Hasil Kanan
sisa atau buangan diolah kembali di dalam tapak untuk meminimalkan buangan. 7. Tampak Belakang

98
2

1 3

4 5

6 7

99
RUME SWADAYE IJO
BAMBANG S.

Setu Babakan adalah kawasan perkampungan jemur; 10) area ketahanan pangan; 11) area apotek
di Jakarta yang telah ditetapkan sebagai tempat hidup; 12) batas lahan berupa tanaman puring.
pelestarian dan pengembangan budaya Betawi.
Masyarakatnya masih beraktivitas dengan kultur khas Langkan, pembatas antara teras dan halaman,
Betawi seperti berdagang, memancing, bercocok dipertahankan dengan simbol seperti patung manusia
tanam, membuat kerajinan, dan membuat makanan yang memiliki filosofi penerimaan tamu dari depan
khas Betawi. rumah. Pintu depan rumah berdaun ganda dengan
lubang angin khas Betawi di atasnya. Sedangkan
Rume Swadaye Ijo merupakan transformasi desain jendela bertipe kupu-kupu dengan jalusi besi silinder
arsitektur pedalaman Betawi menuju rancangan serta bukaan oval di sampingnya.
yang kekinian sebagai bagian keberlanjutan kearifan
lokal dalam ornamen-ornamen bangunan tanpa Sopi-sopi di samping rumah terbuat dari anyaman
mengesampingkan aspek sosial, ekonomi, dan bambu, hal yang sama juga diterapkan untuk
budaya. plafon. Lubang sebesar 1 x 1 cm2 diharapkan dapat
mengalirkan angin semilir 0.1-0.2 m/detik. Lisplank
Rumah terbagi menjadi 12 bagian seperti ditunjukkan ala Betawi juga dihadirkan dengan melibatkan
pada denah, yaitu: 1) teras; 2) ruang dalam; 3) kamar perajin lokal untuk mengukirnya. Ukiran tersebut
tidur; 4) dapur; 5) area cuci; 6) KM/WC; 7) ruang hijau mencerminkan kejujuran, kerajinan, keuletan, dan
untuk biopori; 8) ruang hijau untuk resapan; 9) area kesabaran.

100
2

3 4

Legenda:
1. Denah
2. Perspektif Bangunan
3. TampakDepan
4. Tampak Belakang
5. Tampak Samping
Kiri
6. Tampak Samping
5 6
Kanan

101
RUMAH KAMPUNG JOLOPONG
JIMMI ROY TAMPUBOLON

Keberadaan rumah tidak layak huni di Desa Pasir Angin, Pembiasaan perilaku menanam ini bertujuan pula
Cileungsi masih tinggi dengan jumlah 1.048 rumah yang untuk mengurangi konsentrasi CO2 dan menciptakan
harus dibenahi. Masyarakat yang beraktivitas sehari- rumah ramah lingkungan. Secara tidak langsung, hal
hari sebagai petani sangat lekat dengan tipe rumah ini juga akan mengurangi konsumsi energi karena
rakyat. Rumah jolopong adalah rumah tradisional tidak memerlukan penghawaan buatan. Sementara itu,
Sunda yang diadopsi dalam desain ini. Konsep ini kebutuhan energi sendiri diperoleh dari solar panel yang
menggambarkan masyarakat yang tangguh dan dipasang pada permukaan atap.
mandiri.
Material yang digunakan merupakan material industrial
Prinsip hijau dan mandiri diangkat untuk menjadikan untuk mempercepat pengerjaan. Misalnya, dinding
permukiman yang mampu memenuhi sendiri kebutuhan batako dengan lapisan semen, lantai cor beton untuk
pangan dan energi. Salah satu pola yang diaplikasikan interior dengan lapisan keramik, atap baja ringan
adalah eco-box di mana wadah vegetasi dan filter dengan plafon gypsum, penutup atap berupa genteng
air dari halaman ke rumah. Media yang digunakan press. Bahan bangunan lokal tetap digunakan pada
adalah pipa PVC yang telah dilubangi dengan teknik lantai teras, berupa papan kayu.
penanaman vertikal. Penanaman padi pun dilakukan
dengan pola petak-petak dari polybag. Panel-panel
tanaman juga tidak luput menempel d dinding-dinding
luar rumah sebagai usaha penyediaan pangan mandiri.

102
2
1

5 6

Legenda:
1. Denah 5. Potongan A-A’
2. Tampak Depan 6. Tampak Samping Kanan
3. Tampak Belakang
4. Tampak Samping Kiri

103
RUME ALIT BETAWI
INDAH TIARA NINGRUM

Rumah sehat memiliki beberapa kriteria, antara lain memenuhi kebutuhan fisiologis
dan psikologis, serta menghindarkan dari kecelakaan dan penularan penyakit. Rumah
ini dirancang untuk peka terhadap lingkungan, efisiensi energi, menerapkan prinsip
keberlanjutan, dan ekonomis.

Rume Alit Betawi mengambil bentuk-bentuk tipologi rumah tradisional Betawi, terutama
atapnya yang berbentuk seperti kebaya. Selain itu, material kayu yang tradisional nan elegan
dipertahankan meski tata ruangnya minimalis. Keterbukaan orang Betawi ditunjukkan
dengan pola ruang memanjang berjendela lebar, beranda sekaligus ruang tamu tanpa
sekat dengan ornamen-ornamen khas. Mengambil lokasi di kawasan Kebon Pala, Jakarta;
hunian ini turut menjaga kelestarian lingkungan dengan menerapkan prinsip arsitektur hijau,
memperbanyak ruang terbuka dan menanam pohon.

Material yang digunakan berkonsep alami seperti penggunaan bata ekspos, pintu dari kayu
kamper dan jati, jendela dari kayu nangka, kalsiplank urat kayu, serta keramik bermotif kayu.
Penggunaan material imitasi kayu dimaksudkan untuk mengurangi penebangan pohon,
kalsiboard turut dipilih karena tidak mengandung unsur asbes sama sekali dan tidak mudah
patah.

104
2

Legenda:
1. Denah 5. Tampak Samping Kiri
2. Tampak Depan 6. Potongan Melintang
3. Tampak Samping Kanan 7. Potongan Membujur
5
4. Tampak Belakang

105
RUMAH SAMOSIR
MUHAMMAD DOLOK LUBIS & TIM

Desa Rianiate, Kecamatan Pangururan dengan profesi sebagian besar masyarakat


di bidang perikanan dan pertanian menjadi pilihan lokasi Rumah Samosir. Konsep
bangunannya mengadopsi bentuk Rumah Bolon, rumah tradisional masyarakat Toba.
Rumah ini memiliki tipologi bentuk segiempat dengan ketinggian lantai dua meter
di atas tanah. Pada sudut-sudut rumah terdapat hiasan khas rumah bolon seperti:
gajah dompak dengan motif muka hewan, motif cicak, dan kepala singa sebagai
lambang penolak bala. Warna yang digunakan adaah warna hitam, putih, dan merah.

Dinding batako, rangka atap baja, penutup atap zincalum, dan lantai plat dengan
rangka besi menyusun massa bangunan Rumah Samosir. Vegetasi berupa perdu
dan rumput melengkapi lanskap rumah yang perkerasannya dipilih menggunakan
conblock ini.

Tata ruang Rumah Samosir sederhana dan mencukupi kebutuhan dasar


penghuninya. Terdiri dari teras, ruang keluarga, dua kamar tidur, dapur, dan kamar
mandi yang letaknya di bagian paling belakang rumah.

106
2

3
7
1

4 5
Legenda:
1. Denah 4. Detail Ornamen pada Atap
2. Tampak Depan dan Belakang 5. Detail Relief Kayu pada Atap
3. Tampak Samping Kiri dan
Kanan

107
BREATHING HOUSE
ALAN DARMA

Breathing House merupakan rancangan yang transisi seperti teras, menuju ruang privat di dalam
menghadirkan pemanfaatan potensi lokal rumah.
dan teknologi modern. Bangunan ini berupaya
mengoptimalkan sirkulasi udara alami di dalam Penerapan arsitektur hijau dalam bangunan ini
bangunan untuk mencapai kesehatan rumah yang melalui optimalisasi penghawaan dan pencahayaan
maksimal. alami, penggunaan lahan secara efisien, pemilihan
material bangunan yang ramah lingkungan,
Atap dipilih dari bentuk-bentuk yang memungkinkan manajemen limbah, penerapan rainwater harvesting,
udara dapat mengalir sehingga diharapkan akan meminimalkan produksi sampah dan emisi,
mendinginkan ruang di bawahnya seperti halnya aktivitas permakultur, dan orientasi bangunan yang
bangunan rumah Belanda di Indonesia pada memperhatikan arah bukaan.
masanya. Peninggian atap merupakan tanggapan
terhadap iklim tropis. Pada proses pembangunannya diupayakan
menggunakan energi seminimal mungkin yang
Breathing House didominasi material yang diolah tidak membutuhkan banyak akomodasi dan waktu
oleh masyarakat sebagai bentuk partisipasi. Kearifan pemasangan yang singkat.
lokalnya merupakan simbiosis ruang luar, ruang
transisi, dan ruang dalam. Ruang luar merupakan
sarana interaksi masyarakat, mengalir pada ruang

108
2

1 3

4 5

Legenda:
1. Denah 4. Tampak Depan
2. Tampak Samping Kiri 5. Tampak Samping Kanan
3. Potongan Melintang

109
RUMAH AYEM TENTREM
WIWIN SETIANI & TIM

Rumah Ayem Tentrem mengambil lokasi di Batu dan kerikil yang melimpah di sungai serta
Kabupaten Tulungagung, sebuah kabupaten di pasir Tulungagung menjadi material pondasi dan
Jawa Timur dengan dominasi rumah tradisional dan perkerasan.
penduduk yang berprofesi sebagai buruh, petani, dan
peternak. Sanitasi di daerah tersebut masih belum Bentuk tiga segitiga pada dhodog yang
baik, keterbatasan energi listrik, serta ruang yang melambangkan kekuatan hubungan dilukis pada
gelap dan pengap sepeerti tipikal rumah Jawa pada daun jendela dengan warna cerah. Warna tersebut
umumnya. diadopsi dari kesenian reog. Sementara itu, gebyog
pintu dibiarkan polos tanpa ukiran. Tata ruangnya
Rumah Ayem Tentrem diharapkan dapat membawa sendiri mengadopsi tata ruang rumah Jawa dengan
kesejahteraan dan ketenteraman bagi penghuninya. pengembangan desain menuju konsep rumah
Material lokal yang melimpah di Tulungagung tumbuh.
diterapkan hampir pada setiap elemen bangunan,
antara lain: genteng; batu bata yang seringkali Aspek kemandirian energi diselesaikan dengan
masih diproduksi secara gotong royong; bambu penggunaan solar panel, pemanfaatan komposter dan
sebagai pendukung struktur atap; dan gamping biogas, serta pembuatan bank air.
untuk pelapis dinding (nglabur). Kayu sengon dan
akasia yang biasanya ditanam warga di pekarangan
dapat digunakan sebagai struktur kuda-kuda.

110
2

1
4

6 5

Legenda:
1. Denah 5. Tampak Belakang
2. Tampak Depan 6. Potongan A-A’
3. Tampak Samping Kanan
4. Tampak Samping Kiri

111
RUMAH MEWAH (untuk) NELAYAN
EVITA DEWI & TIM

Pondasi apung sejajar sebagai inovasi menghindari Material bangunan didominasi oleh bambu baik
banjir diharapkan menjadi solusi untuk daerah dalam bentuk batangan, potongan, maupun anyaman.
kampung nelayan di Tambak Mulyo, Semarang. Hal Bambu merupakan material yang ringan, ramah
ini didasari atas fenomena kenaikan air laut sebesar lingkungan, dan kuat. Hal ini akan memudahkan daya
0.8-1.3 cm; penurunan muka tanah sebesar 7-10 angkat saat banjir datang.
cm; kenaikan banjir rob sebesar 10 cm; serta kondisi
tanah berupa lempung. Tata ruang rumah mengakomodasi kebutuhan dasar
penghuninya seperti berkumpul dan istirahat. Semua
Pondasi tersebut dibuat dari bambu sebagai sloof dan ruang dirancang terbuka dari ruang depan hingga
kolom yang ditopang drum. Agar drum tetap stabil di dapur, sehingga lebih efektif dalam mengatur furnitur,
lahan tersebut, maka ditahan oleh dinding batu bata. kecuali kamar tidur dan kamar mandi yang memang
Ketika air pasang, maka drum berikut rumah akan harus bersifat privat.
mengapung namun tetap ‘terikat’ di dalam dinding
bata. Atap dirancang bersilangan atas bawah untuk
mengalirkan udara ke dalam bangunan dan
Septic tank dibuat dari drum untuk mengantisipasi mengeluarkan udara panas dari dalam bangunan.
cemaran air saat banjir. Air hujan pun dimanfaatkan Bukaan pada atap berupa jeruji bambu tersebut
sebagai pengganti air PDAM. menjadi lubang pencahayaan alami.

112
2

1 3

6 4

Legenda:
1. Denah 5. Tampak Samping Kiri
2. Tampak Depan 6. Potongan Membujur
3. Tampak Belakang
5
4. Tampak Samping Kanan

113
RUMAH KETAPANG
ORPHIN PUTRA G. & TIM

Rumah Ketapang mengambil lokasi di Jalan Keputih Material bangunan sendiri perpaduan dari beberapa
Tegal Timur, Surabaya, daerah yang dekat dengan bahan pada satu elemen. Misalnya atap merupakan
kampus sekaligus permukiman warga. Mengambil ide perpaduan genteng dan beton; dan dinding berupa
dari kata ‘rumpang’ yang berarti bersela-sela, Rumah perpaduan batu bata ekspos, bata porITS (bata
Ketapang ingin menghadirkan suasana rumah yang berbahan dasar lumpur Lapindo), dan anyaman
sehat secara fisik: banyak bukaan dan penghijauan; bambu. Sedangkan lantai rumah dipilih dengan
serta sehat secara rohani: keluasan ruang untuk material tegel atau ubin kuno yang sempat populer
berkontemplasi dan bercengkerama dengan penghuni pada era tahun 80-90an.
lain.
“Arsitektur adalah penciptaan suasana, perkawinan
Softscape dibangun dengan pemikiran sederhana guna dan citra. Bukan melulu soal harga, kemewahan
tentang lokalitas yang tidak melulu harus berwujud bahan, dan teknologinya. Bahan-bahan sederhana
material hardscape. Hal itu tampak pada empat sesungguhnya lebih mampu merefleksikan keindahan
pohon ketapang kencana yang ditanam dengan sebuah puisi, karena lebih bersih dari godaan serta
komposisi seperti saka guru di halaman rumah. Selain kepongahan.” (YB. Mangunwijaya)
itu ditanam pula lavender untuk mengusir serangga, Legenda:
beluntas sebagai pagar, dan terminalia sebagai 1. Denah Lantai Dasar 4. Tampak Samping Kiri
peneduh. 2. Denah Lantai Mezzanine 5. Tampak Depan
3. Tampak Samping Kanan 6. Tampak Belakang

114
1 2

3 4

5 6

115
HIERARCHY HEALTHY HOUSE
I GUSTI NGURAH ANDRACANA

Hierarchy Healthy House menjadi jawaban atas cukup sempit, padat, dan keterbatasan lahan
usaha mengembalikan nilai-nilai lokal setempat, hijau dengan lebar jalan hanya 3-4 meter.
sekaligus menjadi ciri khas bangunan. Hal ini
akan berimplikasi pada kesakralan rumah atas Material batu bata ekspos pada hampir
kepercayaan dan kebudayaan yang berkembang keseluruhan bangunan bertujuan untuk
di sekitarnya. menghadirkan kesan alami. Selain itu, batu
bata juga digunakan untuk ventilasi dengan
Konsep kepala, badan, dan kaki telah lama cara menyusunnya berjajar dengan rotasi 45o.
berkembang di Jawa, terutama saat masa Kayu mahoni dipilih untuk pembuatan kusen
arsitektur candi. Pada rancangan ini, konsep dengan mempertahankan warna aslinya, cokelat
tersebut diaplikasikan dengan membedakan kemerahan.
ketinggian setiap ruangan.
Surabaya merupakan kota pelabuhan dan
Kawasan Gubeng Kertajaya lekat dengan pergudangan yang lekat dengan kayu pallet.
identitas tempat kos yang tidak dapat Kayu ini dimanfaatkan untuk membuat daun
dipisahkan dengan jasa cuci setrika. Karenanya, pintu. Material lain yang digunakan antara lain
rancangan ini mencoba menghadirkan konsep genteng dari Karang Pilang, daur ulang botol
rumah produktif dengan peruntukan satu ruang bekas sebagai pengganti glassblock.
sebagai tempat jasa cuci setrika. Lokasi tersebut

116
2 3

4
6

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Tampak Depan
3. Tampak Belakang
4. Tampak Samping Kanan
5. Tampak Samping Kiri
6. Aksonometri Lantai Mezzanine
7. Aksonometri Rencana Atap
5
8. Aksonometri Lantai Dasar

117
OMAH TANGGUNG RENTENG
RIANGGA YUDAS & TIM

Omah Tanggung Renteng ingin menjadi solusi bagi Atap berupa tipe panggangpe bertingkat tanpa
permukiman urban yang rawan penggusuran karena talang yang dimiringkan ke arah sungai, sehingga
lahan yang ilegal seperti bantaran sungai. Lokasi aliran air hujan akan langsung jatuh ke sungai, tidak
yang diambil adalah bantaran Sungai Gajahwong, menggenang di lahan sekitar rumah. Atap bertingkat
Yogyakarta. Daerah ini mulai banyak dihuni setelah dimaksudkan untuk mengalirkan udara dan cahaya
terjadinya krisis ekonomi pada 1997/1998. ke dalam ruangan. Material atap dipilih berupa fiber-
cement yang ringan, sehat, dan mudah didapat.
Omah Tanggung Renteng yang dirancang secara
swadaya bersama masyarakat mengedepankan Pintu dan jendela model lipat agar sewaktu-
interaksi antar individu, baik sesama penghuni rumah waktu ruangan dapat dibuka dengan maksimal.
maupun dengan tetangga, dalam keterbatasan lahan. Dinding anyaman bambu menjadikan bangunan
tetap bernafas. Sirkulasi vertikal menerapkan
Kamar-kamar tidur dialokasikan di lantai atas tangga setengah langkah yang agak curam namun
sementara lantai dasar dimaksimalkan sebagai ruang menghemat ruang dengan material besi kanal C atau
publik dan servis. Ruang-ruang bawah tidak bernama CNP dan papan untuk pijakan.
untuk membuka keleluasaan penghuni dalam
beraktivitas. Hal ini juga merupakan kemerdekaan
dan informalitas ruang sebagai kekhasan hunian di
kampung kota.

118
1

7 5

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar 5. Tampak Samping Kiri &
2. Denah Lantai Atas Kanan
3. Tampak Depan 6. Potongan Melintang
6
4. Tampak Belakang 7. Potongan Membujur

119
MICROSIZING RUMAH LIMAS
MUHAMMAD HAFIZ A. & TIM

Masyarakat berpenghasilan rendah atau miskin pada tempat berkumpul khusus untuk pria. Elevasi ketiga
umumnya memiliki atau menempati rumah yang (kekijing ketiga) lebih tinggi dan diberi batas dengan
tidak layak huni dan biasanya berada dalam suatu menggunakan penyekat. Ruangan ini biasanya untuk
lingkungan atau kawasan yang membuat kawasan tempat menerima para undangan dalam acara atau
tersebut terlihat kumuh. Permasalahan yang terjadi hajatan, terutama untuk handai taulan yang sudah
di lokasi terpilih adalah rumah adat lokal sekarang separuh baya.
semakin berkurang karena ketidakmampuan warga
untuk menjadikan rumahnya sebagai rumah adat Elevasi keempat, diperuntukkan bagi orang yang
Limas, rumah adat Bangka Belitung. memiliki hubungan kekerabatan lebih dekat dan
dihormati, seperti undangan yang lebih tua, dapunto
Microsizing Rumah Limas mengadopsi prinsip- dan datuk. Elevasi kelima (gegajah) memiliki ukuran
prinsip rumah tradisional yang disesuaikan dengan terluas yang di dalamnya terdapat ruang pangkeng,
kebutuhan masa kini. Pada rumah limas, elevasi amben tetuo, dan amben keluarga. Amben adalah
pertama (pagar tenggalung) ruangan tidak memiliki balai musyawarah dan gegajah adalah area dengan
dinding pembatas, terhampar seperti beranda. tingkat privasi paling tinggi.
Biasanya berfungsi sebagai tempat menerima tamu
saat acara adat.

Pada elevasi kedua (jogan) digunakan sebagai

120
2

1 3

4 5

Legenda:
1. Denah 4. Tampak Belakang
2. Tampak Depan 5. Tampak Samping Kanan
3. Tampak Samping Kiri

121
RUMAH LUMBUNG
NADIYA DWI M. & TIM

Rumah Lumbung mengambil aspek lokalitas dan kayu dan penutup genteng. Kemiringan dibuat agak
tata ruang rumah tradisional Sunda, dengan pilihan tinggi agar ruang di dalam atap dapat dimanfaatkan.
lokasi di Kecamatan Ciomas, Bogor. Warga bergerak Kemiringan ini juga mendukung aliran air hujan yang
di bidang industri tekstil, dan beberapa berdagang langsung jatuh ke tanah hijau sebagai resapan. Atap
di rumah. Permasalahan menyolok yang ada di tambahan diterapkan seperti topi-topi pada bukaan-
permukiman ini adalah terbatasnya lahan untuk bukaan agar dapat menahan masuknya cahaya
menjemur dan kurangnya kesadaran warga untuk matahari yang berlebihan.
membangun toilet mandiri.
Sedangkan dinding hebel dipilih karena ringan,
Rumah Sunda umumnya terbagi menjadi tiga bagian, kuat, murah, dan tahan lama. Konstruksi modular
yaitu ruang depan (emper) untuk laki-laki, ruang dengan lantai dasar yang kuat akan mempermudah
belakang (tukang imah) untuk perempuang, dan pengembanga rumah secara vertikal. Halaman rumah
ruang tengah (omah tengah) untuk keduanya. Rumah ditanami bambu atau bunga dan disertai kolam-
berbentuk panggung dengan pembagian kepala, kolam ikan untuk konsumsi sehari-hari.
badan, dan kaki; yang melambangkan hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan antar manusia,
dan hubungan manusia dengan alam.

Atap mengambil tipe jolongpong dengan rangka

122
1 2

3 4 5

Legenda:
1. Denah
2. Tampak Samping Kiri
3. Tampak Depan
4. Tampak Belakang
5. Tampak Samping Kanan
6. Potongan B-B’
7. Potongan A-A’ 6 7

123
RUMAH TROWULAN
SYAMSUL HARDI

Rumah Trowulan diangkat dengan latar belakang ke dalam kamar sekaligus cahaya alami. Hal ini juga
bahwa kebanyakan rancangan rumah masyarakat tidak akan membuat rumah saling berdempetan satu
berpenghasilan rendah tidak memperhatikan kebutuhan sama lain. Secara umum, rumah tidak berpagar atau
ruang berkegiatan bersama. Rancangan ini terinspirasi hanya berpagar rendah untuk mengakomodir ruang
dari rumah masyarakat pada era Majapahit. Rumah sosial bagi penghuninya.
berukuran 2.1 x 5 meter dengan ketinggian kurang lebih
3 meter. Pondasinya terbuat dari tumpukan batu bata Hal yang menjadi ciri khas adalah kebebasan dalam
yang disusun hingga ketinggian 0.6 meter. Dinding menentukan tampak depan masing-masing rumah,
rumah bermaterialkan anyaman bambu, sedangkan sehingga citra depan rumah akan berbeda-beda.
atap genteng tanah liat dengan rangka kayu. Halaman
diperkeras dengan komposisi modular batu bata yang
diisi kerikil sehingga saat hujan turun tidak akan becek.

Rancangan terdiri dari dua purwarupa, yaitu rumah Legenda:


1. Denah Rumah Tumbuh Satu Kamar
dengan satu kamar yang diperuntukkan untuk
2. Denah Rumah Tumbuh Dua Kamar
pasangan yang baru saja menikah. Sementara itu, 3. Tampak Depan
rumah dengan dua kamar diperuntukkan bagi keluarga 4. Tampak Samping Kiri
kecil dengan satu anak. Di samping kamar tersisa lahan 5. Tampak Samping Kanan
berbentuk lorong yang akan memasukkan udara bersih 6. Tampak Belakang

124
1 2

3 4

5 6

125
RUMAH BETAWI PESISIRAN
ADI MANGGALA PUTRA & TIM

Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di daerah penghuni untuk membersihkan ruang, selain bertujuan
Marunda, Jakarta Utara, rata-rata bekerja sebagai menjadikan rancangan lebih terkesan mdern.
nelayan, tukang batu, tukang ojek, dan pedagang
keliling. Empang komunal yang bersisian dengan toilet komunal
menjadi pilihan untuk meningkatkan komunikasi dan
Rumah ini merupakan transformasi kekinian arsitektur sosialisasi antar warga. Pemenuhan kebutuhan sanitasi
Betawi pesisiran yang berstruktur lantai panggung dengan solusi toilet komunal disebabkan utilitas di
dengan kolom beton. Lantai dasar dapat menjadi Marunda yang tidak cukup lengkap untuk menunjang
tempat bekerja sementara struktur panggung masing-masih petak rumah.
diharapkan mampu menghindarkan dari luapan air laut
(rob). Dapur diletakkan di balkon belakang dan ruang Alternatif lain yang dimunculkan adalah pembentukan
tamu di depan atau di beranda untuk menegaskan ruang dengan tipe deret sehingga antar beberapa
pemisahan area publik, privat, dan servis. rumah berada dalam satu atap besar memanjang.
Meskipun demikian, setiap petak rumah tetap memiliki
Ornamen-ornamen bangunan yang mencirikan satu tangga dari tanah menuju lantai panggung. Hal
arsitektur Betawi tetap dihadirkan untuk menjunjung ini secara tidak langsung juga mengefektifkan fungsi
kearifan lokal setempat. Warna kuning dan hijau lahan.
mendominasi perabot yang dipadukan dengan
warna cokelat kayu. Lantai keramik memudahkan

126
2

1 3

4 5

Legenda:
1. Denah 4. Tampak Samping Kanan
2. Tampak Depan 5. Tampak Samping Kiri
3. Tampak Belakang

127
LEUIT HUNI
DIMAS NURHARIYADI & TIM

Leuit Huni berada di daerah yang sejuk, Cimenyan,


Bandung, Jawa Barat. Rumah ini terinspirasi dari
gubahan bentuk leuit atau tempat menyimpan padi bagi
masyarakat Sunda.

Keberadaan bambu merupakan nilai lokal yang turut


diangkat sebagai material Leuit Huni. Material dinding
bambu menjadikan pergantian udara dingin dan panas
lebih lancar. Sebagai struktur, bambu bersifat lentur
dan tahan goncangan apabila terjadi gempa. Selain itu
sistem bamboo plastered diterapkan untuk menekan
biaya konstruksi yang juga akan dibangun secara
gotong royong oleh masyarakat.

Perkerasan pada lantai juga menggunakan teknik


bamboo plastered, yaitu dengan memplester anyaman 7
bambu yang sudah dipasang sebagai dinding atau
lantai bangunan.

128
1 2 3

4 5 6
Legenda:
1. Denah Lantai Dasar 5. Tampak Samping Kanan
2. Denah Lantai Dua 6. Tampak Depan
3. Denah Lantai Tiga 7. Perspektif Bangunan
4. Tampak Belakang

129
RUMAH KAMAR
NICO ADITYA PRATAMA & TIM

Rumah adalah memori rahim, kerinduan terhadap rasa lantai panggung di bagian depan menyediakan ruang
nyaman, tenteram, aman, dan damai. Di kota besar komunal sekaligus menyimpan kendaraan. Tanah
seperti Surabaya, rumah lebih bersifat sebagai tempat dibiarkan tanpa perkerasan untuk memperbesar bidang
membaringkan diri setelah seharian bekerja. Sebagai resapan air. Bagian bawah lantai panggung yang lain
kota terbesar kedua setelah Jakarta, pembangunan di difungsikan untuk dapur dan toilet.
Surabaya kian pesat yang justru kian meminggirkan
masyarakat pinggiran. Mezzanine tidak bersekat dengan maksud untuk
mengakomodir kebiasaan tidur di depan televisi
Apabila bentuk atap rumah pada umumnya berusaha sembari bercakap selepas bekerja. Sedangkan ruang
secepat mungkin mengalirkan air ke bawah, Rumah kecil di lantai atas dibuat sedikit lebih tinggi untuk
Kamar berpikir sebaliknya. Atap seakan menjadi menjaga privasi fungsi ruang sebagai kamar ganti.
media menampung air yang nantinya dialirkan
menuju bak penampungan. Hal ini untuk menghindari
menggenangnya air hujan di gang-gang. Legenda:
1. Denah Lantai Dasar 7. Tampak Samping Kiri
2. Denah Mezzanine 8. Potongan B-B’
Reduksi panas di bagian belakang tapak diantisipasi 3. Denah Lantai Atas 9. Potongan A-A’
dengan menerapkan secondary skin berupa susunan 4. Tampak Depan
batok-batok kelapa. Bukaan-bukaan yang cukup lebar 5. Tampak Belakang
ditutup tidak masif dengan kisi-kisi bambu. Sistem 6. Tampak Samping Kanan

130
3

1 2

4 5 6

9 8

131
RUMAH ETAM
IMANUEL HAPY DOKA & TIM

Daerah yang dipilih adalah daerah Tenggarong, Kutai (couple), sehingga dalam satu atap terdapat dua rumah
Kartanegara sebagai daerah yang tengah berkembang untuk dua keluarga. Seperti halnya Rumah Lamin,
di tepi Sungai Mahakam. Budaya yang masih bertahan kebutuhan ruang pun merujuk pada aspek inti yaitu
adalah sungai sebagai arah orientasi bangunan. ruang tamu, kamar tidur, dapur, ditambah kamar mandi
Dengan kondisi tanah labil dan air tanah yang tinggi, dan WC.
maka tipikal rumah yang secara tradisional terbangun
berbentuk panggung dengan nama Rumah Lamin. Material rumah tetap mempertahankan konstruksi kayu
yang masih mudah didapatkan di Tenggarong. Atap
Rumah tersebut berdiri dengan ketinggian 2-2.5 meter menggunakan bentuk atap pelana dan mengaplikasikan
dari tanah, terdiri dari ruang tamu, kamar tidur, dan ventilasi silang untuk menjamin pertukaran udara yang
dapur. Hal yang unik adalah tidak adanya sekat fisik baik.
antar ruang. Bentuk massanya persegi panjang (100-
200 m) yang akan semakin panjang ketika anggota
keluarga bertambah. Lebarnya sendiri mencapai 20-25
meter yang dapat dihuni hingga 60 keluarga.

Rancangan Rumah Etam sendiri bercermin pada


tipologi Rumah Lamin tersebut yang diolah dengan
kebutuhan saat ini. Rumah dirancang berpasangan

132
Legenda:
1. Denah Purwarupa Rumah
2. Tampak Belakang
3. Tampak Samping Kanan
4. Tampak Depan
1
5. Tampak Samping Kiri

2 3

4 5

133
OMAH LONGKANGAN
ANDREAS JANU & TIM

Omah Longkangan dirancang dengan konsep ingin batu bata pada dinding. Pasangan batu bata dan
menghadirkan kembali nuansa pedesaan yang asri. anyaman bambu dipilih sebagai material dinding agar
Lokasi yang dipilih berada di Prambanan, Yogyakarta, bangunan dapat bernapas sehingga ruang di dalam
dengan dominasi profesi masyarakat sebagai buruh. tidak pengap dan panas. Penutup atap menggunakan
Dengan penghasilan yang tidak menentu, sebenarnya genteng krewek dan genteng kaca sebagai skylight
masyarakat ini memiliki aset lain berupa luasnya yang akan memasukkan cahaya ke dalam ruangan.
tanah dan kepemilikan atas sawah.
Struktur bangunan mengadopsi rumah tradisional
Longkangan berasal dari bahasa Jawa yang joglo dengan penggunaan saka guru dan kili untuk
berarti ruang terbuka di dalam rumah (innercourt). menyokong atap. Emperan juga tetap disediakan
Longkangan ini menciptakan ruang luar di dalam seperti halnya tipologi rumah Jawa untuk menambah
bangunan yang dapat turut memaksimalkan serapan nuansa pedesaan dan sebagai ruang saling sapa
udara dan cahaya. Selain itu, longkangan dapat pula antar anggota masyarakat.
digunakan sebagai area hijau yang turut memberikan
nuansa sejuk.

Material tanah fermentasi (luluh) pun dimunculkan


kembali untuk menggantikan agregat semen pada
pasangan batu kali pada lantai dan pasangan

134
2

1
3

Legenda:
1. Denah Lantai
2. Tampak Depan
3. Tampak Belakang
4. Tampak Samping Kanan
5. Tampak Samping Kiri
6
6. Metode Pembangunan

135
IMAH TUMUWUH
KORNELIUS FEBRYANTO & TIM

Imah Tumuwuh terinspirasi dari rumah tradisional sifatnya yang semi transparan mampu memasukkan
Sunda yang dapat dijumpai di Klein-woningbouw cahaya ke dalam rumah. Panel-panel partisi yang
Gempol, lingkungan perumahan yang direncanakan mudah dibuka dan ditutup juga turut menghubungkan
untuk para pekerja pribumi pada masa pemerintahan kesinambungan ruang dalam dan ruang luar.
Hindia Belanda. Terkesan asing terhadap konteks urban
masa kini namun familiar dengan konteks urban Jawa. Struktur bangunan menggunakan sistem struktur
RISHA, dengan dinding bata acian kasar yang
Rumah ini terlihat ramping dengan konsep dipadukan dengan kerai bambu dan papan kayu.
pengembangan secara vertikal. Area samping rumah
diubah menjadi ruang hijau dan ruang interaksi antar
pribadi dan dengan alam sekitar. Arahan perancangan
vertikal ini juga menyebabkan luas telapak bangunan
mengecil ditambah dengan konsep semi-panggung
yang menjadikan area resapan maksimal.
Legenda:
Bebasnya halaman samping ini juga menjadikan potensi 1. Denah Lantai Dasar 5. Detail Konfigurasi
penyerapan cahaya dan udara ke dalam rumah lebih 2. Denah Lantai Atas Ruang
besar. Panel pintu dan jendela menerapkan material 3. Tampak Depan
polikarbonat untuk menghalau panas berlebih namun 4. Tampak Samping Kanan

136
1
3

137
GRIYA GUYUB
RIO BRAMANTYO S. & TIM

Konsep yang ditawarkan rumah ini adalah ‘andum menuju dapur tetangga. Sirkulasi ini diharapkan dapat
guyub’ atau berbagi keakraban. Sebagai daerah menjaga hubungan antar tetangga.
proyeksi perkembangan permukiman sekaligus wilayah
yang strategis, lokasi dipilih di Banguntapan, Bantul. Bukaan yang lebar dengan orientasi terhadap arah
datang matahari merupakan prinsip yang telah
Sesuai dengan konsep filosofi Jawa, rumah merupakan diperhatikan nenek moyang sedari dulu. Hal ini
perwujudan hubungan manusia dengan Tuhan diterapkan pula pada Griya Guyub sebagai sikap
(manunggaling kawula lan Gusti). Pada rumah ini, ruang memperindah dunia dengan tidak mengganggu
tengah sebagai titik hubung manusia dengan Tuhan keselarasannya.
diinterpretasikan dalam ruang keluarga sekaligus ruang
tamu sebagai titik pusat kenyamanan dan ketentraman Atap dipilih atap rumah kampung. Daun pintu terbuat
keluarga. dari kayu untuk memberi rasa aman dan nyaman terkait
privasi di dalamnya. Antar rumah tidak dibatasi dengan
Ruang keluarga dilengkapi dengan mezzanine sebagai pagar masif, melainkan pagar berupa tanaman untuk
gudang atau tempat penyimpanan. Strukturnya tetap menjaga interaksi warga. Kebutuhan air pada
dibuat dari kayu dengan tangga portable. Sedangkan Griya Guyub dipenuhi dari sumur komunal untuk setiap
partisi pada kamar tidur terbuat dari anyaman bambu empat rumah.
untuk meningkatkan fleksibilitas luasan ruang. Dapur
terhubung dengan pintu keluar rumah dan akses

138
Keterangan:
1. Teras
2. Ruang Keluarga
3. Kamar Tidur Utama
4. Kamar Tidur
5. Dapur
6. KM/WC
7. Taman Samping
8. Tempat Jemur
9. Tempat Cuci

2 3 4

5 6
7
Legenda:
1. Aksonometri Bangunan 5. Tampak Samping Kiri
2. Tampak Depan 6. Tampak Belakang
3. Tampak Samping Kanan 7. Potongan Melintang
4. Potongan Membujur

139
BUMI ALIT CIKAPUNDUNG
NICODEMUS RAYMOND & TIM

Kampung Kota di tepi Sungai Cikapundung ini rumah karena sirkulasi udara dan penerimaan cahaya
menjadi model kampung kumuh sekaligus bagian hanya sebatas di bagian atas.
area penghijauan dan ruang terbuka kota yang
pembangunannya tengah menjadi fokus pemerintah. Interaksi fisik dan psikis di dalam hunian menjadi fokus
Revitalisasi hunian tepi Sungai Cikapundung diharapkan penataan ruang, antara lain dengan mempertahankan
dapat berkelanjutan, tidak hanya sebagai upaya budaya bercengkerama melalui teras. Permasalahan
penyelesaian masalah hunian. ruang jemur pun diatasi agar lingkungan tidak ‘terpolusi’
oleh jemuran yang memanfaatkan pagar tepi sungai
Bumi Alit di bantaran Sungai Cikapundung ini dan jalan. Sementara area hijau di belakang rumah
mengadopsi prinsip rumah tradisional Sunda. Hunian menjadi sarana untuk menanam sekaligus mendukung
yang diadaptasikan dengan kebutuhan dan efektivitas pertukaran udara di dalam rumah.
masa sekarang seperti konstruksi yang menggunakan
baja ringan. Struktur ini tahan lama dan mudah
dibongkar pasang.
Legenda:
Kontur tanah dibuat berundak untuk memaksimalkan 1. Denah Lantai Dasar
pencahayaan dan penghawaan alami pada lahan yang 2. Denah Lantai Atas
tidak terlampau luas. Rekonstruksi lahan ini untuk 3. Tampak Depan
menghindari gelap dan pengapnya kondisi di dalam 4. Tampak Samping Kiri

140
1 2

3 4

141
GODONG DI RIMBO
NAUFAL HENDRATA & TIM

Godong Di Rimbo mencoba menjawab isu dari Suku Air bersih dialirkan dari sungai untuk kebutuhan
Anak Dalam terhadap kekurangan lahan dengan sehari-hari, sementara limbah dan kotoran dialirkan
merancang rumah yang sesuai dengan adat dan ke septic tank dan peresapan. Ruang komunal di luar
budaya orang rimbo. Orang rimba saat ini merasa menjadi tempat berkumpul sebelum pergi berburu
terusir dari hutan karena memang berkurangnya atau ke ladang. Kemampuan orang rimba adalah
lahan hutan. Orang rimba masih tetap mendepankan mengolah hasil hutan seperti rotan menjadi ikatan antar
kearifan lokal dan mempertahankan adat istiadat dalam sambungan kayu.
kehidupan sehari-hari.
Orang rimba masih hidup berdasarkan teritori
Orang rimba memiliki hukum sendiri, yang disebut berburu dan meramu atau mencari makan. Kasus ini
seloko adat. Salah satu seloko adat menceritakan menyebabkan mereka belum bisa hidup berdampingan.
tentang ciri-ciri orang suku anak dalam, yaitu bertubuh Karenanya rancangan massa dibuat terpisah dengan
onggok (bermukim), berpisang cangko (bercocok tetap mempertimbangkan analisis perkembangan
tanam), beratap tikai (beratap daun kayu), berdinding peradaban orang rimba.
baner (berdinding kulit kayu), melemak buah betatal
(buah-buahan yang bisa dimakan), dan minum air dari
bonggol kayu (air minum yang keluar dari pohon). Hal ini
menjadi dasar dalam perancangan Godong Di Rimbo.

142
Legenda:
1. Denah
2. Potongan A-A’
3. Tampak Depan
4. Tampak Samping Kanan
5. Tampak Belakang
6. Tampak Samping Kiri

1 2

3 4

5 6

143
TATANGGA CITARUM
NICO CHRISTIAN

Tanah di kawasan Bojongsoang merupakan kawasan Shared terrace pun diterapkan dengan menggabungkan
rawa dengan kadar air cukup tinggi. Dengan demikian, teras masing-masing rumah selebar 1.5 meter
menggunakan pondasi cerucuk bambu (dolken) dirasa sehingga diperoleh teras bersama selebar 3 meter.
tepat untuk meningkatkan daya dukung di lahan basah. Antara satu penghuni dengan penghuni lainnya dapat
Ditambah dengan rawannya banjir di kawasan ini akibat saling bercakap dan bercerita di teras ini.
tumpukan sampah.
Selain mengambil tipologi rumah badak heuay, fasade
Pembersihan sungai dirasa bukan menjadi upaya bangunan ditambah dengan motif persegi geometrik
maksimal, karenanya ditawarkan solusi kolam retensi yang terinspirasi dari batik khas Jawa Barat. Batik Jawa
di setiap kompleks perumahan. Lantai bangunan pun Barat mengandung filosofi sederhana namun tegas.
diangkat sehingga aman ketika air harus meluap.
Pondasi juga dirancang untuk pengembangan vertikal
agar tidak perlu membongkar pasang ketika kebutuhan
ruang meningkat. Legenda:
1. Denah
2. Potongan Membujur
Area hijau di area rumah dikembangkan dengan 3. Tampak Depan
memanfaatkan air hujan. Lantai area tanam terbuat dari 4. Tampak Samping Kiri
bambu sehingga saat penyiraman, air akan langsung 5. Tampak Samping Kanan
meresap ke tanah. 6. Tampak Belakang

144
1 2

3 4

5 6

145
UMA LENGGE
DZIKRI RAHMAN & TIM

Keunikan Uma Lengge terletak pada bentuk limas


‘kerucut’nya yang bertiang empat dan beratap alang-
alang. Atap dan dinding menjadi satu kesatuan dengan
pintu kecil di tengahnya. Selain itu, terdapat tempat
terbuka sebagai tempat beristirahat.

Konsep Uma Lengge diambil dari bentuk segitiga yang


melambangkan keseimbangan. Dalam arsitektur sendiri,
bentuk ini adalah bentuk yang paling stabil. Stabilitas
rancangan inilah yang menjadi titik tolak perancangan
rumah sehat sederhana di Desa Maria, Kabupaten Bima.

Tata ruang rumah terdiri dari dua lantai dan satu


mezzanine, lantai dasar terdiri dari ruang tamu, dapur,
dan toilet. Lantai atas dan mezzanine terdiri dari kamar
tidur dan dilengkapi mushola.

146
1 2 3

3 4 4 4

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Denah Lantai Atas
3. Denah Mezzanine
4. Tampak Depan
5. Tampak Belakang
6. Tampak Samping Kanan
7. Tampak Samping Kiri
8. Potongan Membujur
5 6
9. Potongan Melintang

147
GRIYA ANGEN LEMBU
FITRIA PUSPITA RANI

Hirarki ruang Griya Angen Lembu mengadaptasi penyimpanan kendaraan; pintu dapur (butulan)
bangunan yang telah ada sebelumnya, yang yaitu pintu akses menuju tetangga sekitar;
terletak di Desa Mliwis, Boyolali. Letak sepen pintu keluar ke arah kandang sapi; dan pintu di
atau sentong kulon yang berfungsi sebagai kandang sapi itu sendiri.
tempat kontemplasi diri (beribadah) harus di sisi
barat dan kandang sapi terletak di sisi timur. Rencana material yang digunakan pada
Griya Angen Lambu antara lain: 1) Dinding
Massa bangunan ramping agar sirkulasi menggunakan material batako, atas
udara lancar dan bersih dari kandang sapi. dasar melimpahnya pasir dan batu sisa
Boyolali adalah daerah dengan mayoritas letusan Gunung Merapi. Sebagian dinding
masyarakat memelihara sapi. Pola sirkulasi menggunakan rooster untuk penghawaan.
ruang dalam rumah adalah linear berbentuk 2) Sistem atap menggunakan material asbes
huruf L. Pola sirkulasi ini merupakan pola tipikal karena udara di lereng pegunungan sangat
rumah peternak sapi di Boyolali. dingin dan sulit mendapatkan material tanah
liat. Rangka atap menggunakan kayu wiyu. 3)
Rumah peternak sapi di Boyolali setidaknya Material dinding kandang sapi menggunakan
memiliki minimal tiga buah pintu: pintu utama kisi-kisi dari bambu.
untuk menerima tamu atau pintu masuk
saat hajatan; pintu garasi sebagai sirkulasi

148
Legenda:
1. Denah
2. Tampak Samping Kiri
3. Tampak Belakang
4. Tampak Samping Kanan
5. Tampak Depan

2 3

4 5

149
GRIYA RUKUNAN
YUSUP RENDY WIDIANTORO

Tema Griya Rukunan didasarkan pada tradisi kampung terbuka hijau. Pada bagian tengah massa muncul
kota di mana masyarakatnya menghibahkan sedikit ruang komunal yang menjadi stimulasi untuk membuat
area lahannya sebagai ruang bersama. Ruang bersama bukaan-bukaan yang mengarah ke ruang komunal
ini umum diperuntukkan sebagai akses antar tetangga tersebut.
sehingga kemudian muncul istilah ‘jalan rukunan’.
Prinsip pola-pola fisik yang memengaruhi perilaku
Jalan rukunan ini menghubungkan dalem dengan dan dinamika sosial pembentuk nilai kemasyarakatan
pendapa dan fungsi pendukung lainnya. Batas ruang memunculkan penekanan aspek hubungan visual
didefinisikan dengan halus antar ruang privat dan publik dan spasial pada Griya Rukunan. Tipe rumah limasan
yang silih berganti. Kegiatan bersosial masyarakat menjadi pilhan untuk menginterpretasikan hal tersebut.
Yogyakarta yang umumnya berlangsung di jalan depan Adopsi rumah limasan berikut filosofi tata ruang dan
rumah ini, bukan di lapangan atau taman, memunculkan bentuk diharapkan dapat menciptakan hunian yang
ide penataan streetscape sebagai fokus utama terjangkau dan terbuka terhadap potensi penggunaan
penataan lingkungan. Jalan dibuat lebih lebar, termasuk material modern dengan pertimbangan durabilitas dan
trotoar dan jalur hijau. kesehatan bangunan.

Komposisi rumah terdiri dari modular yang terdiri dari


empat unit dengan massa bangunan yang memanjang
ke belakang dan menyisakan lahan sebagai ruang

150
2
1

3 4

Legenda:
1. Denah
2. Potongan Membujur
3. Tampak Depan
4. Tampak Samping
Kanan
5. Tampak Belakang
5 6 6. Tampak Samping Kiri

151
OMAH GUNUNGAN
FADHIL RIZKY HARENDA

Besarnya arus urbanisasi di Yogyakarta mendorong Bentuk massa bangunan mengadaptasi bentuk
masyarakat berpenghasilan rendah berbondong- massa bangunan tradisional pada eksisting yang
bondong pindah ke daerah kota. Hal ini justru ditransformasikan menjadi bentuk gunungan. Sesuai
meningkatkan kepadatan penduduk di kota sehingga filosofi gunungan, zonasi rumah dibagi menjadi tiga
rumah saling berhimpitan tanpa sirkulasi penghawaan bagian. Bagian bawah sebagai tempat berinteraksi
dan pencahayaan yang memadai. antar warga. Bagian tengah digambarkan dengan
tangga sebagai ruang antara. Sedangkan bagian atas
Omah Gunungan mengambil lokasi di Kecamatan Jetis, diwujudkan dalam bentuk ruang kamar.
Yogyakarta, salah satu daerah yang tergolong kumuh
dan padat. Sempitnya lahan menjadikan septic tank Area lantai atas menginterpretasikan suasana
antar rumah sangat dekat jaraknya. Akibatnya air di ketenangan, bersifat privat bagi pemilik rumah, memiliki
daerah tersebut menjadi tidak layak konsumsi. ruang multifungsi di depan, dan dua kamar tidur yang
dipisahkan oleh tangga. Sementara itu, area bawah
Prinsip dasar perancangan adalah dengan mengubah memaksimalkan aktivitas sosial. Keterbatasan lahan
konfigurasi bangunan eksisting yang acak menjadi lebih memunculkan penggabungan ruang tamu bila ada
tertata. Konfigurasi dibuat modular empat unit dengan kebutuhan ruang untuk aktivitas sosial yang luas.
letak septic tank di belakang rumah dan sumur di depan
rumah. Dengan demikian jarak sumur dan septic tank
mencapai jarak aman minimal.

152
Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Denah Lantai Atas
3. Tampak Depan
4. Tampak Samping Kiri
5. Tampak Belakang
6. Tampak Samping
Kanan
7. Potongan A-A’
8. Potongan B-B’

1 2

3 4 7

5 6 8

153
RUMAH PARADIGMA
LUDOWIKUS PANDUHADI PANGESTU

Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk diganti dengan fungsi lain, yaitu ruang berkumpul
pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya keluarga. Efektivitas bentuk panggung ini juga akan
untuk membentuk citra subjektif seseorang. Rumah memperlancar sirkulasi udara dari bagian bawah
Paradigma dirancang untuk menghancurkan rumah, memperluas bidang resapan, dan menjaga
paradigma-paradigma yang salah di masyarakat muka air tanah.
mengenai sebuah rumah, menciptakan hunian yang
mengandung nilai lokal, harmonis dengan iklim, serta Adanya ruang luar yang luas, dimanfaatkan untuk
menyehatkan penghuninya. aktivitas bertanam sayuran yang dapat dipetik untuk
kebutuhan sehari-hari dengan rentang waktu panen
Tapak yang dipilih berada di Cibeunying Kaler, Kota kurang dari dua bulan. Tomat, wortel, cabai, kol, dan
Bandung, area sub-urban yang masih banyak lahan terong menjadi alternatif pilihan untuk menghasilkan
hijau dan berada di wilayah perbukitan. Bangunan pola hidup sehat dan hemat.
mengadopsi bentuk rumah tradisional Sunda, rumah
badak heuay. Kehidupan individualis yang melanda masyarakat
urban disiasati dengan penyediaan ruang luar untuk
Misalnya dengan penerapan atap yang dominan menstimulus aktivitas sosial yang menyehatkan tidak
serta bangunan yang ditinggikan dengan model hanya secara fisik namun juga psikis.
rumah panggung. Bagian bawah rumah panggung
yang mulanya sebagai tempat memelihara ternak

154
Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Denah Lantai Atas
3. Tampak Samping
Kanan
4. Tampak Samping Kiri
5. Tampak Belakang
6. Potongan Melintang
7. Potongan Membujur

1 2

3 4 5

6 7

155
BARAYA, BERDAYA, BERKARYA
AHMAD ZABEL FACHREZA

Selain performa bangunan yang menunjang kesehatan, mengurangi hilangnya air tanah pada tapak. Penerapan
adaptasi rancangan arsitektur lokal diharapkan dapat rainwater harvesting juga bertujuan untuk menghemat
membentuk suasana ruang dan iklim sosial penghuni penggunaan air untuk menyiram kloset maupun
yang tepat. Konsep rumah tumbuh bertujuan untuk tanaman.
memberi ruang berkembangnya keluarga dalam satu
tempat dan dapat beraktualisasi di dalamnya. Untuk meningkatkan interaksi antar penghuni, pagar
rumah ditiadakan dan mengubah batas menjadi ruang.
Selain menggunakan bukaan pada fasade bangunan, Area teras berperan sebagai ruang yang memungkinkan
upaya mengoptimalkan pencahayaan melalui skylight terjadinya komunikasi dengan tetangga sekaligus
yang memanjang pada sumbu timur-barat. Sedangkan memisahkan ruang luar dan ruang dalam. Ruang
penggunaan material berongga seperti expanded metal mencuci pun dirancang saling bertemu sehingga
dan rooster pada batas ruang memungkinkan terjadinya interaksi antar penghuni menjadi maksimal.
aliran udara.

Ruang balkon sekaligus sebagai media berkebun


sehingga menciptakan usaha produksi bahan pangan
secara mandiri. Sementara itu, lantai panggung
pada lantai dasar memungkinkan perluasan bidang
resapan pada perimeter bangunan. Hal ini untuk

156
Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Denah Lantai Atas
3. Tampak Depan
4. Potongan Melintang
5. Tampak Samping
Kanan
6. Tampak Belakang

1 2

3 4

6 7

157
RUMAH APUNG
WIJANARKA

Konsep rancangan yang ditawarkan adalah rumah keluar dari biofil dimanfaatkan untuk menyuburkan
terapung dan karamba tumbuh. Hal ini didasari tanaman sayuran yang ditanam pada bak apung.
kenyataan bahwa sebagian besar masyarakat Banjar
telah menghuni Sungai Kahayan, Palangkaraya selama Air jernih untuk mencuci dan mandi diperoleh melalui
6-20 tahun. penjernihan air sungai. Saat musim penghujan, air
hujan ditampung pada tangki-tangki penampungan.
Karena bentuknya yang terapung maka dibutuhkan Sedangkan kebutuhan air untuk memasak dan minum
keseimbangan dan tipe bangunan yang ringan. Pondasi diperoleh melalui air hujan yang dijernihkan atau
menggunakan konstruksi ferrocement bernama Module dibersihkan melalui tandon-tandon penjernih. Saat
Ferrocement Pontoon (Momentoon). Konstruksi lantai, kemarau, air bersih diperoleh dengan cara membeli air
dinding, dan atap menggunakan konstruksi rangka baja isi ulang dari pedagang-pedagang berperahu.
ringan kanal C. Penambatan bangunan menerapkan tali
yang mengaitkan rumah terapung dan tiang tambahan
di darat.

Listrik bersumber dari panel solar cell serta diarahkan


penggunaan konsep biodigester apung untuk
menghasilkan gas metan sebagai sumber energi.
Limbah toilet disalurkan ke septictank biofil. Cairan yang

158
Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Potongan Melintang
3. Tampak Samping Kanan
4. Tampak Depan
5. Tampak Samping Kiri
6. Tampak Belakang

1 2

3 4

6 7

159
HOUSE OF TAMBI
REZA RISKI FAUZAN

Sektor ekonomi Kabupaten Sigi masih didominasi oleh


sektor pertaninan dengan kontribusi 45,79%. Hal
ini dapat dijelaskan karena hampir seluruh wilayah
Kabupaten Sigi merupakan daerah potensi pertanian
dan sebagian besar penduduknya berprofersi di sektor
pertanian.

House of Tambi mengadopsi bentuk Rumah Tambi,


arsitektur tradisional Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Struktur bangunan dibagi menjadi dua, bagian privat
menggunakan susunan batu bata sementara bagian
semiprivat menggunakan dinding bambu untuk
mengembalikan potensi lokal setempat. Material atap
merupakan perpaduan seng gelombang dengan kuda-
kuda bambu.

160
1 2

5 4 3

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Potongan B-B’
3. Potongan A-A’
4. Tampak Samping
Kanan
5. Tampak Depan
6. Tampak Belakang
6 7
7. Tampak Samping Kiri

161
KAMPUNG PENDOPO NELAYAN
FIRDIANSYAH FATHONI

Pesisir Pantai Kenjeran, Surabaya dihuni oleh Ruang inilah yang nantinya akan mencerminkan
masyarakat yang bekerja sebagai nelayan dan kebudayaan dan kehidupan sehari-hari masyarakat
pedagang. Keseharian tersebut mengakibatkan nelayan. Selain mempertahankan sifat ruang pendapa,
permasalahan seperti kurangnya tempat mengolah rumah nelayan juga menggunakan empat struktur
ikan sehingga masyarakat mengambil ruang publik kolom utama yang mengalami tranformasi material dari
kampung seperti koridor gang. Di samping itu terjadi baja. Pemilihan baja dikarenakan semakin susah untuk
pula pencemaran dari limbah ikan dan polusi bau yang mencari batang kayu besar di Surabaya serta agar
memberikan kesan kumuh. pembangunan rumah lebih cepat dan praktis.

Rancangan rumah nelayan mengambil bentuk utama Tampak bangunan tercipta dari konsep transformasi
rumah Joglo Jawa yang ditransformasikan, yaitu atap Joglo. Bentuk ini cukup efisien karena fungsi
bagian atas atap rumah joglo sebagai ikon. Eksisting dinding dan atap menjadi satu. Pada bagian fasade
rumah nelayan juga masih mempertahankan sifat dan rumah terdapat beberapa pot tumbuhan yang
karakter ruang utama Rumah Joglo yaitu pendapa. menempel di dinding bagian barat-timur rumah. Fasade
Pendapa memiliki karakter yang terbuka sehingga dapat tumbuhan ini berfungsi untuk mengurangi panas dalam
dimanfaatkan oleh penghuni dengan beberapa fungsi, rumah dan polusi udara atau bau yang ditimbulkan oleh
seperti ruang berkumpul, ruang penyimpanan, ruang ikan yg dibawa ke rumah.
usaha, hingga ruang olah ikan.

162
1 2 3

4 5 6 7

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Denah Lantai Atas
3. Denah Mezzanine
4. Tampak Samping Kiri
5. Tampak Depan
6. Tampak Samping Kanan
7. Tampak Belakang
8. Potongan Melintang
8 9 9. Potongan Membujur

163
BUANA PANCA TENGAH
RAEDI DERMAWAN PUTRA

Dengan mengambil lokasi di daerah Jawa Barat, perkerasan untuk memaksimalkan daya serap tanah.
tepatnya di Jalan Situ Sipatahunan, Bale Endah, Dinding tidak sepenuhnya solid agar udara tetap dapat
Kabupaten Bandung, Buana Panca Tengah merancang mengalir sehingga tercipta kenyamanan termal di
rumah sehat dengan mengadopsi arsitektur lokal dalam rumah. Bagian bawah dinding adalah batu bata
Sunda. Hal itu dimulai dari teknik konstruksi, gubahan agar terkesan kokoh sekaligus melindungi rumah dari
bentuk, material serta perencanaan tapak. kelembapan tanah. Sementara dinding bagian atas
berupa anyaman bambu sebagai pori-pori.
Atap rumah merujuk pada atap badak heucay yang
ditransformasi bentuknya sesuai kebutuhan ruang.
Dalam budaya Sunda, rumah umumnya memiliki
dua pintu. Pintu depan untuk tamu laki-laki, dan
pintu belakang untuk tamu wanita. Keberadaan teras
berfungsi sebagai tempat bersantai antar warga. Legenda:
Hubungan keterbukaan penghuni dengan tetangga 1. Denah Lantai Dasar
ditunjukkan oleh tidak adanya pagar railing pada teras. 2. Potongan Melintang
3. Tampak Depan
4. Tampak Belakang
Konstruksinya mempertahankan bentuk panggung
5. Tampak Samping Kanan
untuk tetap menyediakan ruang hijau dan daerah
6. Tampak Samping Kiri
resapan air. Tapak di sekitar rumah juga tidak dibuat

164
1 2

5 4

6 7

165
RUMAH TO DEA
MUH. SYAFARUDIN

Rumah Adat Tambi merupakan rumah Adat Suku Lore sirkulasi udara.
dan berfungsi sebagai rumah tinggal. Karakter Rumah
Tambi yaitu rumah di atas tiang yang terbuat dari Konsep rumah sehat dicapai melalui aspek
kayu bonati. Bentuk rumah ini segi empat dan atapnya penghawaan alami, penggunaan bahan bangunan
berbentuk piramida terbuat dari daun rumbia atau ijuk. ramah lingkungan, pembuangan limbah yang tidak
mencemari lingkungan dan mengolah kembali limbah
Unsur visual pada rumah adat Tambi dominan segitiga yang dapat dimanfaatkan. Pada bagian atas bangunan
yang mempunyai makna adanya dua relasi pokok yaitu menggunakan kuda-kuda cremona dengan material
manusia (horizontal) dan supernatural (vertikal). Rumah baja ringan dan plafon tripleks dengan rangka kayu.
To Dea mengadopsi unsur-unsur ini dengan merancang
atap runcing ke atas dan menciptakan ruang komunal. Penataan ruang dirancang efektif dan multifungsi
karena banyaknya aktivitas di dalam rumah. Partisi
Pembagian ruang di dalam rumah menjadi tiga bagian, bongkar pasang pada ruang-ruang dalam rumah
yaitu bagian bawah atau kolong rumah panggung pun diterapkan agar luasan rumah lebih fleksibel.
sebagai kolam budidaya ikan dan konservasi air serta Partisi yang digunakan pada kamar anak adalah jenis
pereduksi suhu di dalam ruangan. Bagian tengah lumbersharing dengan material kayu.
digunakan sebagai area utama aktivitas seperti istirahat,
makan, dan berkumpul. Sedangkan bagian atas atau
loteng difungsikan sebagai ruang penyimpanan dan

166
Legenda:
1. Denah
2. Tampak Depan
3. Tampak Belakang
4. Tampak Samping Kanan
5. Tampak Samping Kiri
1

5 4

6 7

167
OMAH PANGKON
ADITYA PUTRA MAHARDHIKA

Omah Pangkon berangkat dari persepsi masyarakat digunakan sebagai ruang komunal, interaksi antar
yang keliru dalam upaya mengatasi rob untuk rumah penghuni. Sementara itu, konsep single layer pada
mereka sendiri dan tetangga. Upaya menambah bangunan memungkinkan udara dan cahaya dapat
ketinggian yang selama ini dilakukan masyarakat tidak masuk dengan maksimal. Pertukaran udara lebih lancar
memangkas akar permasalahan karena air tidak akan dengan kemunculan void di tengah rumah.
surut.
Material dipilih yang tahan lama dan mudah
Omah Pangkon memiiliki tujuan untuk memangku perawatannya, antara lain genteng fiber, asbes, bambu,
segala aktivitas penghuni rumah, kebutuhan tentang beton bertulang, aluminium, baja ringan, dan kalsiplank.
rumah sehat, dan segala permasalahan lingkungan di
Kecamatan Kemijen, Semarang Timur. Rumah dibuat
sesederhana mungkin agar mudah dikerjakan namun
dengan tetap mempertimbangkan keamanan dan
kenyamanan penghuninya. Dinding dibuat fleksibel
sehingga mudah digeser-geser mengikuti kebutuhan
luasan ruang.

Rumah dirancang berbentuk panggung sebagai respon


terhadap luapan air laut. Bagian bawah rumah dapat

168
Legenda:
1. Denah
2. Tampak Depan
3. Tampak Samping Kiri
4. Tampak Belakang
5. Tampak Samping Kanan
1

2 3

4 5

169
RECYCLE HOUSE
LUCRETIA DEBORA SIREGAR

Fokus Recycle House adalah penyediaan jumlah jendela vertikal ini diharapkan dapat menurunkan suhu akibat
yang cukup. Jendela terdiri dari bagian jalusi untuk panas yang menyorot dinding bagian barat.
mengalirkan udara dan bagian kaca untuk menyerap
cahaya. Harapannya penghuni tidak merasa gelap dan Pemilihan material atap mempertimbangkan kekuatan
pengap saat berada di dalam rumah. dan biaya. Rangka atap yang dipilih adalah galvalum
yang murah dan mudah dipasang. Penutup atap
Sistem konfigurasi ruang juga diperhatikan agar sendiri dipilih jenis atap go green yang menyerupai
interaksi antar penghuni dapat memenuhi kebutuhan asbes gelombang namun tidak menimbulkan dampak
sosial. Rancangan rumah ini menggunakan material kesehatan maupun suhu berlebih.
utama berupa peti kemas bekas yang banyak terdapat
di Tanjung Priok, Jakarta. Meski demikian rumah ini
tetap mengadaptasi Rumah Adat Betawi yaitu rumah
kebaya dalam elemen teras sekaligus ruang tamu, Legenda:
jendela jalusi, dan tipologi rumah panggung. 1. Denah Lantai Dasar
2. Potongan Melintang
Sebagian besar fasade bangunan dibiarkan mengikuti 3. Tampak Depan
4. Tampak Belakang
gelombang dinding kontainer, sementara pada sisi
5. Tampak Samping Kanan
barat dimodifikasi dengan menambahkan media untuk
6. Tampak Samping Kiri
menanam secara vertikal. Tanaman yang disusun

170
1

2 3

4 5

Legenda:
1. Denah Lantai Dasar
2. Denah Lantai Atas
3. Potongan A-A’
4. Tampak Depan
5. Tampak Belakang
6. Tampak Samping Kiri
7. Tampak Samping Kanan
6 7

171
172
DOKUMENTASI PENJURIAN

173
174
175
DAFTAR PESERTA SAYEMBARA

1. Dzikri Prakasa P. 40. Zahrotur Rahmania F.


2. Leviandri 41. Muhammad Himawan L.
3. Suria Wiyadi 42. Lily Maylani P. P.
4. Achmad Yusuf Fandy N. & Tim 43. Wisnu Retno Kartika S.
5. Umar Wirabhuana 44. Ning Miranti
6. Muhammad Faisal Imansyah & Tim 45. Berliani Ghea S.
7. Rifaíh & Tim 46. Prayogo Widyarangga
8. Margaretha & Tim 47. Dimas Yudi P.
9. Bayu Mahendra S. 48. Aylia Andianna H.
10. Azward Arief A. 49. Eva Yuliana
11. Iwan Ariyanto 50. Raihan Haitsam J.
12. Karina Santosa 51. Albert Dendy
13. Bambang S. 52. David Islamuddin
14. Elisa Rusli 53. Remi Triadi P. A.
15. Erik Wijaya 54. Eny Suryani S.
16. Dandi Raviandaru P. 55. Faris Aufarhan R.
17. Puteri Hidayati 56. Auliya Azhari
18. Galuh Indah P. L. 57. Rahadian Aryo
19. Warhidiyah 58. Lili Kurnia Farhana
20. Ktut Gede Ariwibawa 59. Miftah Adisunu N. A.
21. Rumaishatul Ulya 60. Nadhirah Dinda A. R.
22. Andrew Trinanda 61. Cleodora Ratih M.
23. Zaenal Siradjuddin 62. Fena Cantika P.
24. Quinsha Jasmine 63. Nisrina Aulia
25. Aurelia Dewi 64. Josephin Dian A. M.
26. Sanders Budiman 65. Dia Sebening Permata
27. Vina Alfia N. A. 66. Joshua Alexandre Pratasik
28. Alia Ghinantatia T. 67. Luh Saraswati P.
29. Kirana Ayu Nurmita S. 68. Afiya Afwa Layli
30. Gita Khoiin Nisa 69. Henriansah Wahyu Utomo
31. Khodijah Mustofa 70. Livie Sukma T.
32. Attiya Arum S. 71. Ghina RIzki Hanifa
33. Jimmi Roy Tampubolon 72. Efira Isniah
34. Fikri Sulaiman K. A. 73. Adviza Rindang Cahyaning
35. Al Ambon Reynaldo 74. Pandu Ramadan
36. Mohd Haikal 75. Himmatul Azizah Almina
37. Diana Celia Putri 76. Benedick Dhanisthia B.
38. Prasetyo Irsa R. 77. Amalia Nur Sabrina
39. Clarissa Ramadhania 78. Zakiyatur Rohmah

176
79. Mahdi Faiq 118. Ahmad Rayhan Gaffari
80. Ananta Wicaksana W. 119. Nur Zainah & Tim
81. Zahra Nur Nadhira 120. Bela Pravitasari
82. Savira Maharani Dewi 121. Indah Tiara Ningrum
83. Tita Aditya Rahmah 122. Maulina Nur Saidah
84. Murwani Nadia Hermianto 123. Isnaini Nur Jannah
85. Hukma Syarifah 124. Rani Primatiwi
86. Fadel Dzahabi 125. Linggar Surya Mahendra
87. Annisa Dian Widyasari 126. Devy Sagita I. H.
88. Adi Iman Wicaksono 127. Ardiansyah & Tim
89. Desca Tri Widyaningrum 128. Hilmi Haerul Umam
90. Christian Yudho Arjunanto 129. Lazuardi Istiqlal
91. Yusuf Sambada 130. Mohammad Dolok Lubis
92. Krisna Rizky Satriawan 131. Denta Ananta
93. Ilham Fryzendio 132. Indika Kamara & Tim
94. Raiza Azalia Dewi 133. Rima Sukma Yunita
95. Lucretia Debora Siregar 134. Alan Darma
96. Akhmad Dani Prasetya 135. Alifiano & Tim
97. Maulidiah Afrianty 136. Tahani B.
98. Hana Muthiara Sari 137. Khoirotul Fitri & Tim
99. Rizki Utami Meirynda 138. Wiwin Setiani & Tim
100. Luluk Khuzaimah 139. Marianus Talo Mau
101. Auliya Sholekhah 140. Shapardi Kahir & Tim
102. Sabita Thifal Amani 141. Alfian Rombe & Tim
103. Windy Mukhsiana Dewi 142. Evita Dewi & Tim
104. Ibrahim Imamun Hanif 143. Padhang H. S. & Tim
105. Salsabila Adelia Putri 144. Monica Fransisca & Tim
106. Yuramia Oksilasari 145. Orphin Putra G. & Tim
107. Syarif Vikri Yazid Assegaf 146. I Gusti Ngurah Andracana
108. Litani Evitasari 147. Salma Azhar & Tim
109. Rizal Bagus Kusuma 148. Riangga Yudas & Tim
110. Fachri Abidzar 149. Rivanto & Tim
111. Qurrotun A’yun 150. Bobby & Tim
112. Alfinda Rizka Permatasari 151. Rizaldi Miftahul Firdausi
113. Annisa Sulistyorini 152. Klara Putri P. & Tim
114. Imelda Gita Nugrahani 153. Anggi Tri Chandra
115. Saputra Dyan Efendi 154. Muhammad Hafiz A. & Tim
116. Lalu Fatih Azzam 155. Iqbhal Herianto & Tim
117. Farah Fadilla Haniman 156. Nadiya Dwi M. & Tim

177
157. Grace Jovita & Tim 194. Muhammad Cora & Tim
158. Syamsul Hardi 195. Afan Mponiala
159. Muhammad Regi Asmanda & Tim 196. Naufal Hendrata & Tim
160. Adi Manggala Putra & Tim 197. Abadi Mahardhika & Tim
161. Muhammad Farhandhika Akbar & Tim 198. Nico Christian
162. Gatot Eko Susilo & Tim 199. Syahlan Jukhri & Tim
163. Muhammad Danar Trisasmito & Tim 200. Akh Huzien Ghazali & Tim
164. Dimas Nurhariyadi & Tim 201. Rijal Qomaruz & Tim
165. Mia Andani Gunawan & Tim 202. Widya Dwifrilia
166. Jordy Mojo & Tim 203. Insan Aulia Qisti
167. Dewi Larasati & Tim 204. Nelsa Wini
168. Maher Aziz & Tim 205. Azki Muhammad
169. Aditya Yudi D. & Tim 206. David Kurniawan
170. Nico Aditya Pratama & Tim 207. Frederikson Tarigan
171. Juan Aditya & Tim 208. Dzikri Rahman
172. Johanes Hendrik Paat & Tim 209. Harry Triansya
173. Arif Yulianto 210. Dicky Rinaldy
174. Imanuel Hapy Doka & Tim 211. Hanifah Babeheer
175. Kausar Habibi & Tim 212. Yosephine Nugrahastu Dana R.
176. Andreas Janu & Tim 213. Nira Rosalia
177. Bagas Lukmanul H. 214. Dian Ariffianto Budi S.
178. Lana A. Sosro & Tim 215. Sidik Permana
179. Kornelius Febryanto & Tim 216. Yuni An Sari Nasution
180. Eva Priyanti & Tim 217. Fitria Puspita Rani
181. Ahmad Habibi & Tim 218. Ni Luh Putu Meiasih, ST.
182. Muhammad Rizal 219. Yusup Rendy Widiantoro
183. Samuel Hasibuan & Tim 220. Tatag Jiwo S.
184. Prasetyo Trunodipo & Tim 221. Fadhil Rizky Harenda
185. Isna Romadhona & Tim 222. Ludowikus Panduhadi Pangestu
186. Muhamad Fauzi Darmawan & Tim 223. Abdul Mulky Asyarie
187. Rio Bramantyo S. & Tim 224. Sutisna
188. Yoshua Kuncoro 225. Martin Pradipta
189. Monica Chrysilla & Tim 226. Anis Luthfiyanto
190. Irfan Diansya 227. Rifqi Hadyan Damas
191. Nicodemus Raymond & Tim 228. Maulina Fidy Widyaningrum
192. Widi Cahya Yudhanta 229. Muhammad Fadhil Hasairin
193. Afrizal & Tim 230. M. Ridha Alhamdani

178
231. Hadi Santoso 267. Moh. Ramdan
232. M. Taufiq Rokhman 268. Eko Priono
233. Dinah Istiqomah 269. Dwi Wahyu Paryanto
234. Majora Nuansa Al-Ghin 270. Yono Ngalimin
235. Fia Alfiatu Amanah 271. Christopher Alphadeus Golom
236. Hairudin 272. Muh. Syafarudin
237. Ezra Giovanny Subekti 273. Dimas Agung Nugroho
238. Afandy Sobry Saputra 274. Fajri Aulia Ansharullah Rusydi
239. Zulkarnaen Wahyu Agung 275. Chandra Adhila Maulana
240. Ahmad Zabel Fachreza 276. Tio Bintang Riyanto
241. Erlandi Senjaya 277. Winson Christian Anggoro
242. Norman Prakoso 278. Nursariyah Asma Rani
243. Musmulaoke 279. Aditya Putra Mahardhika
244. Radian Zaki Rabbani 280. Aldissain Jurizat
245. Amrun Nasution 281. Muhammad Fajri Utama
246. Norman W. A. Supit
247. Lisa Agustin
248. Wijanarka
249. Reza Riski Fauzan
250. Ira Novia Faniendita
251. Deky Ahmad Anugrah
252. Ismail Hanaping
253. Felicia Annice
254. Adhityo Setiawan Wicaksono
255. Unsani Lutfiana
256. Lilyana Pratiwi
257. Hilma Lailatul Husna
258. Yusup Rahayu Bahtiar
259. Firdiansyah Fathoni
260. Melania Lidwina Pandiangan
261. Raedi Dermawan Putra
262. Ayu Ginarani
263. Darren Ariel Yeremia
264. Anton Alberta Salim
265. Ansyar Pendang
266. Muhammad Fian Al-Aziz

179
SUSUNAN PANITIA SAYEMBARA

Pengarah Dr. Ir. Arie Setiadi Moerwanto, M.Sc.


Dr. Ir. Danis H. Sumadilaga, M.Eng.Sc.

Penanggung Jawab Prof. (R). Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES.

Narasumber Ir. Lukman Hakim, M.Sc.


Ir. Johny F. S. Subrata, MA.

Dewan Juri Gede Kresna, ST.


Prof. (R). Dr. Ir. Arief Sabaruddin, CES.
Dr. Ir. Purnama Salura, MM., MT.
Dr. Ngakan Acwin Dwijendra, ST., MA.
Ir. Eko Agus Prawoto, M. Arch., IAI
Dr. Ir. Yohanes Basuki Dwi Susanto, M.Sc.
Dr. Ir. Mohamad Muqoffa, MT.
Ir. Priyo Pratikno, MT.
Ir. Pangihutan Marpaung

Koordinator Ir. Arvi Argyantoro, MA.

Ketua Tim Teknis Yuri Hermawan Prasetyo, ST., MT.


Tim Teknis Ir. Yusniewati, M.Sc.
Kuswara, ST., MA.
Drs. Aris Prihandono, M.Sc.
Ir. Dian Irawati, MT.
Syarif Hidayatullah, ST., MT.
Rusli, ST., MT.

Ketua Tim Penyelenggara Drs. Muhajirin, MT.


Anggota Tim Penyelenggara Rian Wulan Desriani, ST., MSc.
Fani Deviana, ST., MT.
Risya Septiani, ST.
Azka Pintra, ST.
Kunthi Herma Dwidayati, S.Pd., M.Sc.
Sri Tusnaeni Ningsih, ST.
Angga
Anindwiyan Dian Panduwijaya, A.Md.
Vera Nursyva Rahmawati, A.Md.

180
181
Sayembara ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa potensi setempat, lokalitas, keragaman arsitektur tradisional
yang ada di seluruh wilayah negeri ini sangat dibutuhkan dalam rancangan rumah tinggal sederhana lagi sehat.
Tujuannya agar penghuni, yang kebanyakan adalah masyarakat setempat, dapat merasakan bahwa rumah tinggalnya
memiliki kekhasan sebagaimana yang mereka pikirkan dan rasakan. Diharapkan rumah sederhana tersebut mampu
menjadi ‘dunia kecilnya’ si penghuni. Rancangan Rumah Tinggal Sederhana Sehat yang setara dengan Masyarakat
Berpenghasilan Rendah digagaskan akan memberi keragaman dan keunikan budaya yang tercermin pada permukiman
warganya. Melalui sayembara ini, besar harapan dapat diperoleh rancangan rumah sederhana yang selaras,
“membetahkan” dan berbasis pada pengembangan konsep nilai-nilai lokal serta arsitektur tradisional Indonesia.

182

Anda mungkin juga menyukai