Anda di halaman 1dari 2

STUDI KASUS TERHADAP KETERLAMBATAN PEMBAYARAN UPAH PEKERJA/ BURUH DI KONTRAKTOR

AGAWE STUDIO GIWANGAN YOGYAKARTA

Upah sebagai salah satu faktor utama dalam sebuah hubungan kerja seringkali tidak
dipenuhi dengan baik oleh pengusaha yang mana menjadi masalah ketenagakerjaan. Pembayaran
upah yang tidak tepat waktu menjadi masalah besar karena upah adalah hal yang sangat
berpengaruh terhadap kesejahteraan para pekerja/buruh. Pada studi kasus di Kontraktor Agawe
Studio Giwangen Yogyakarta telah melakukan penundaan pembayaran upah pekerja/buruhnya.
Faktor- faktor yang menjadi penyebab keterlambatan pembayaran upah antara lain, pelunasan biaya
proyek yang belum dipenuhi oleh pihak ketiga yaitu klien, perusahaan tidak memiliki cadangan dana
yang mencukupi untuk membayar seluruh upah pekerja, serta sistem manajemen usaha dan
keuangan perusahaan yang belum tersusun dengan baik. Dalam hal ini, peran Dinas Tenaga Kerja
tidak menjalankan fungsinya sebagai penegak hukum dengan baik karena Dinas Tenaga Kerja tidak
menjatuhkan sanksi terhadap pelanggaran hukum yaitu penundaan upah tenaga kerja di Kontraktor
Agawe Studio Yogyakarta. Ini berakibat kesejahteraan dan lemahnya perekonomian tenaga kerja
menjadi menurun, selain itu tenaga kerja akan berakibat mengundurkan diri sehingga menyebabkan
banyaknya pengangguran dan migrasi.
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA DITINJAU DARI SEGI HUKUM

(STUDI KASUS PT. MEDICO LESTARI PAPUA)

Pemutusan hubungan kerja menjadi masalah ketenagakerjaan yang kompleks karena


mempunyai kaitan dengan pengangguran, kriminalitas, dan kesempatan kerja. Hal ini terjadi pada
PT. Medico Lestari Papua merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri kayu yang
melakukan PHK secara besar- besaran karena dalam 10 terakhir biaya produksi lebih tinggi
dibandingkan dengan biaya pemasukan perusahaan. Namun, masalah perlindungan tenaga kerja
dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan dimana perusahaan tidak dapat membayar upah
karyawan dan hanya membayar pesangon untuk karyawan pulang ke kampung halaman. Pemutusan
hubungan kerja seharusnya wajib dirundingkan secara mufakat dengan pekerja/ buruh, apabila gagal
maka wajib melaporkan kepada Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) yang kemudian akan ditawarkan
penyelsaian secara konsiliasi atau arbitrase. Selain itu, hak- hak normatif apara pekerja/ buruh harus
dipenuhi oleh perusahaan menurut Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan , dengan ketentuan pekerja/ buruh berhak atas uang pesangon sebesar 1 kali. Hal
itu berguna untuk meminimalisir kriminalitas dan demo massa.

Anda mungkin juga menyukai