JUDUL PROGRAM
Optimasi Limbah Ayam Petelur Sebagai Pakan Pada Budidaya Lele Dumbo
BIDANG KEGIATAN
PKM KEWIRAUSAHAAN
Diusulkan oleh:
Anas Mahfud (42.12.0937) Tahun Angkatan 2012
Ika Septi Anggraini (42.12.0935) Tahun Angkatan 2012
Ahmad Rofiudin (41.13.1040) Tahun Angkatan 2013
HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
RINGKASAN.................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Judul.............................................................................................................. 1
1.2 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.3 Permasalahan............................................................................................... 2
1.4 Peluang usaha............................................................................................... 2
1.5 Manfaat.........................................................................................................2
1.6 Luaran yang diharapkan............................................................................ 2
BAB 2 GAMBARAN UMUM RENCANA USAHA..................................... 3
2.1 Kondisi Umun Masyarakat......................................................................... 3
2.3 Lokasi Usaha................................................................................................ 3
2.4 Strategi Pemasaran...................................................................................... 3
2.5 Analisis Biaya................................................................................................ 4
RINGKASAN
Budidaya pembesaran lele merupakan salah satu cara untuk mendapatkan keuntungan
yang lebih. Disamping itu permintaan akan lele konsumsi masih mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Terbukti dari permintaan lele konsumsi di Provinsi Bali yang mencapai 8 ton
sehari. Provinsi Bali hanya bisa memenuhi permintaan hanya sekitar 2 ton sehari. Kekurangan
yang mencapai 6 ton sehari tersebut dipenuhi dari daerah luar Bali.
Banyaknya limbah dari peternakan ayam petelur bisa dijadikan pakan alternative untuk
mengurangi besarnya biaya pakan pelet. Limbah ayam petelur tersebut meliputi ayam yang
sudah mati dan ayam yang tidak dimanfaatkan lagi karena usia ayam petelur telah tua. Dalam
satu bulan, ayam petelur yang mati dipeternakan mencapai 10 ekor. Limbah ayam petelur tidak
langsung diberikan pada lele begitu saja, namun dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pertama
limbah ayam petelur direbus untuk mempermudah pembuagan bulu ayam yang menempel dan
juga berfungsi untuk menghilangkan bakteri yang menempel pada daging ayam. Setelah
perebusan, selanjutnya dilakukan pemisahan antara daging ayam dan tulang unutk
mempermudah proses berikutnya. Daging ayam yang telah terpisah antara tulang tersebut
dicampur dengan bahan lain dan di mixer untuk membuat adonan pelet. Adonan lalu dikukus
dalam wadah tertentu untuk membuat adonan menjadi kenyal. Setelah dikukus, adonan lalu
dicetak dalam mesin cetak pelet.
Di desa sumber kencono, budidaya lele belum ada yang merintis menjadi sebuah usaha.
Ini menjadi peluang usaha yang menjanjikan untuk prospek kedepan. Usaha pembesaran lele
tidak lepas dari benih yang akan dibudidayakan, benih bisa didapatkan dari desa tetangga yang
tidak jauh dari usaha pembesaran lele yang akan dilakukan. Tepatnya terletak didesa bimorejo
yang bisa menghasilkan benih lele siap tebar berjumlah 100 ribu ekor benih dalam satu bulan.
Dalam satu kali tebar benih yang berjumlah tiga ribu ekor dengan kolam terpal berukuran 3x5 m,
dalam waktu tiga bulan, hasil penen berkisar 350 kg dengan harga Rp. 15.000,-. Keuntungan
yang didapat mencapai Rp 2.675.000,- setelah dikurangi biaya awal produksi dari pengeluaran
pakan dan beli benih.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Judul
Optimasi Limbah Ayam Petelur Sebagai Pakan Pada Budidaya Lele Dumbo
1.2 Latar Belakang
Potensi sumberdaya ikan tidak harus tertuju pada laut, ada beberapa potensi sumberdaya ikan
juga bisa dihasilkan dari hasil budidaya. Salah satunya budidaya ikan lele yang saat ini banyak
dijadikan obyek oleh masyarakat untuk memperoleh keuntungan. Disamping itu, ikan lele
banyak mengandung protein yang berguna bagi tubuh manusia.
Lele merupakan salah satu komoditas unggulan. Setiap segmen usaha ini sangat
menguntungkan. Selain untuk konsumsi lokal, pasar lele telah mulai di ekspor dan
permintaannya cukup besar. Bali merupakan daerah pariwisata yang terkenal di dunia
internasional. Dengan aneka kreasi masakan yang berbahan dasar lele, permintaan lele di bali
setiap hari bisa mencapai 8 ton. Pembudidaya lele dibali sendiri hanya bisa memenuhi
permintaan lele sekitar 2 ton dalam sehari. Sedangkan kekurangan yang mencapai 6 ton dalam
sehari tersebut, membuat pasokan lele harus didatangkan dari luar Bali. (Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Bali)
Dengan budidaya lele dumbo dengan optimasi limbah ayam petelur sebagai pakan tambahan
ini sangat berpotensi untuk memperoleh keuntungan. Limbah ayam petelur bisa didapatkan dari
usaha peternakan yang berada tidak jauh dari lokasi usaha budidaya lele dumbo yang akan
dilakukan. Dalam satu bulan, ayam petelur mati dipeternakan mencapai 10 ekor. Oleh peternak,
limbah ayam petelur tidak dimanfaatkan lagi bahkan dikubur. Dalam sehari setidaknya ada satu
ayam petelur yang mati dan tidak dimanfaatkan oleh peternak. Sedangkan ayam petelur yang
sudah tua, oleh peternak dijual dengan harga Rp. 5.000,- @ ekor. Limbah ayam petelur tersebut
bisa dimanfaatkan sebagai pakan alternative pengganti pellet dengan pengolahan terlebih
dahulu. Budidaya lele dengan optimasi limbah ayam petelur bisa menghemat pengeluaran biaya
pakan. Pengolahan limbah ayam petelur pertama kali dilakukan pembersihan bulu bulu yang
menempel pada ayam petelur. Pembersihan tersebut dilakukan dengan caradirebus terlebih
dahulu agar bulu ayam mudah untuk dibersihkan dan perebusan juga bertujuan untuk
menghilangkan bakteri yang menempel pada tubuh atau daging ayam petelur. Setelah
pembersihan bulu sudah selesai, selanjutnya dilakukan pemisahan antara daging dan tulang.
Pemisahan daging dan tulang tersebut bertujuan untuk mempermudah proses selanjutnya.
Daging ayam yang telah terpisah dari tulang lalu dicampur dengan bahan lain untuk dilakukan
pengukusan. Selesai pengukusan, bahan tersebut di cetak menggunakan mesin pencetak pellet
ikan.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa potensi budidaya lele sangat menjanjikan. Di Desa
Sumber Kencono khususnya, pengembangan dari usaha budidaya lele belum ada yang berminat.
Dari segi lokasi dan pemasaran sangat strategis karena letak Desa Sumber Kencono yang tidak
terlalu jauh dari kota, menjadikan nilai tambah tersendiri dari usaha ini. Untuk akses ke Bali
hanya membutuhkan perjalanan sekitar 1 jam dengan transportasi penyeberangan kapal.
1.3 Permasalahan
Limbah ayam petelur yang tidak dimanfaatkan menjadi suatu alternative pakan untuk
budidaya lele.
Belum ada usaha budidaya lele di Desa Sumber Kencono.
Terdapat empat lokasi peternakan ayam petelur yang menghasilkan limbah. Dalam satu
bulan, ayam petelur mati dipeternakan mencapai 10 ekor.
Ayam petelur yang sudah tua tidak dimanfaatkan lagi dan dijual dengan harga @ ekor Rp.
5.000,-
1.4 Peluang usaha
Didesa Sumber Kencono yang memanfaatkan budidaya lele sangatlah minim sekali
mengingat mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Disamping itu kondisi
geografis yang bersuhu panas sangatlah cocok untuk usaha budidaya lele. Lele cepat
berkembang dengan suhu area yang hangat. Banyak warung warung makanan yang menyediakan
menu khas antara lain lele goreng, lalapan lele, dll. Hal itu bisa diajak kerjasama untuk memasok
ikan lele dari hasil budidaya ini. Kota Banyuwangi juga berdekatan dengan Pulau Bali, dimana
turis lokal maupun mancanegara berdatangan untuk sekedar menikmati pemandangan yang
sangat indah dan mempesona di pulau dewata tersebut. Tingginya permintaan ikan lele segar
untuk di kirim ke Bali menjadikan peluang usaha budidaya ini untuk proses berkelanjutan.
1.5 Manfaat
Disamping memperoleh keuntungan dari hasil budidaya ini, dapat menciptakan lapangan
pekerjaaan baru jika nantinya budidaya ini berkembang menjadi besar.
1.6 Luaran Yang Diharapkan
Diharapkan dari usaha budidaya lele ini bisa menjadikan penghasilan serta mampu melatih
mahasiswa untuk mengembangkan jiwa wirausaha.
2.3 Lokasi Usaha
Lokasi usaha terletak di desa Sumber Kencono kecamatan Wongsorejo Kabupaten
Banyuwangi. Dengan memanfaatkan lahan kosong di belakang rumah, bisa di buat kolam terpal.
Desa Sumber Kencono sendiri pada umumnya memilki suhu udara yang hangat, lele bisa cepat
berkembang apabila kondisi area budidaya memiliki suhu yang hangat. Dengan adanya potensi
area seperti itu, maka pemilihan lokasi ini sangatlah tepat untuk dijadikan usaha budidaya ikan
lele dumbo.
2.4 Strategi Pemasaran
Hasil budidaya lele dumbo ini tidak lepas dari penjualan atau pemasaran setelah panen.
Pemasaran akan dilakukan beberapa metode yang tepat untuk menarik minat pembeli dari daerah
terdekat maupun daerah yang jauh. Metode pemasaran sebagai berikut:
Kerja sama dengan pengepul ikan lele
Sebelum merintis usaha budidaya lele, telah dilakukan kerja sama dengan pengepul. Pengepul ini
yang nantinya akan membeli ikan lele yang sudah panen.
Kerja sama dengan warung makan
Banyaknya warung makan yang menyediakan aneka masakan dari bahan lele bisa diajak kerja
sama dalam pemasokan ikan lele segar untuk dijadikan bahan olahan masakan.
Internet kreatif
Banyaknya pengguna akun facebook, dan lain sebagainya menjadikan peluang usaha ini menjadi
lebih bagus. Pemanfaatan media sosial tersebut untuk menarik perhatian dalam transaksi jual
ikan lele. Nantinya ikan lele tidak harus dijual di beberapa daerah terdekat, melainkan bisa dijual
di berbagai daerah yang telah memesan lewat akun social media tersebut.
Keuntungan yang didapat bisa membuat usaha ini menjadi lebih besar dengan membangun
kolam kolam lain untuk dijadikan tempat budidaya ikan lele bumbo.
4.1 Peralatan
No Nama Barang Jumlah Harga Harga Total
4.3 Perjalanan
No Perjalanan Perihal Harga Total
1` Pelaksanaabersifat
administratif
Pembersihan dan
pembuatan kolam
Pemeliharaan lele
Penyusunan
laporan
Evaluasi hasil
4.3 Jadwal Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
Agromedia. 2007. Beternak Lele Dumbo. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. 52 hal
Bachtiar, Y,. 2006. Panduan Lengkap Budidaya Lele Dumbo. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.
102 hal
SNI : 01-4087-2006. Pakan Buatan Untuk Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Pada Budidaya
Intensif. BSN. Jakarta.12 hal
PKM Budidaya Belut 2011
BIDANG KEGIATAN :
PKM-K
DI USULKAN OLEH
Ketua Kelompok:
Medan,September 2011
Menyetujui,
Pembantu Dekan III Ketua Pelaksana Kegiatan
(Drs.Biner Ambarita,M.pd) (Drs.WanapriPangaribuan,MT)
NIP.19570515.198403.1.004 NIP.19640401.199003.1.004
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan
penyertaan-Nya sehingga proposal kreativ mahasiswa yang berjudul “Pengembangan Usaha
Budidaya Belut” ini dapat kami susun sesuai yang direncanakan dan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada bapak pembimbing kami,
bapakDrs.Wanapri Pangaribuan,MT yang telah membimbing kami mulai dari pembuatan
proposal penelitian sampai penyusunan laporan akhir ini. Kami juga berterima kasih kepada
orang-orang yang telah mendukung dan membantu kami dalam melakukan penelitian kami.
Laporan penelitian ini kami susun sebagai tindak lanjut dari usulan Program Kreativitas
Mahasiswa (PKM-K), dan sebagai akhir dari kegiatan penelitian kami ini. Kami berharap
laporan penelitian ini dapat berguna sebagai refrensi dalam meningkakan kreativitas Mahasiswa
Dalam pelaksanaan penelitian ini,
kami menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... iv
A. Judul........................................................................................................ 1
B. Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
C. Perumusan Masalah................................................................................. 2
D. Tujuan..................................................................................................... 2
F. Kegunaan Program.................................................................................. 2
H. Metode Pelaksanaan............................................................................... 4
I. Pelaksanaan Program.............................................................................. 5
J. Rancangan Biaya.................................................................................... 6
Lampiran
DAFTAR TABEL
Tabel 1 :Jadwal Kegiatan.................................................................................... 5
Tabel 2 : Alokasi Biaya....................................................................................... 6
DAFTAR GAMBAR
A. Judul program :
Belut merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan bentuk tubuh bulat memanjang
yang hanya memiliki sirip punggung dan tubuhnya licin. Belut suka memakan anak-anak ikan
yang masih kecil. Biasanya hidup di sawah-sawah, di rawa-rawa/lumpur dan di kali-kali kecil. Di
Indonesia sejak tahun 1979, belut mulai dikenal dan digemari, hingga saat ini belut banyak
dibudidayakan dan menjadi salah satu komoditas ekspor. Manfaat belut sudah tidak diragukan
lagi.
Jenis ikan ini manfaatnya tidak kalah dengan jenis ikan-ikan yang lain, atau bahkan
dengan daging-daging seperti daging sapi, kambing, ayam dan lain-lain, bahkan justru boleh
dibilang lebih baik. Belut yang mempunyai nama latin Monopterus albus sudah lama dikenal
oleh masyarakat baik indonesia maupun diluar negeri karena kandungan protein dan gizi yang
tinggi. Sebagian orang beranggapan dengan mengkonsumsi belut akan menambah vitalitas
tubuh, dan sebagian lagi menjadikannya sebagai obat untuk beberapa jenis penyakit. Belut di
habitat aslinya hidup disawah, rawa atau tempat yang berlumpur, belut mampu hidup dalam
kondisi habitat yang kurang air karena mampu untuk menyerap oksigen langsung dari kulitnya.
Produktifitas budidaya belut ini masih sangat rendah khususnya di Sumatera Utara.
Hasil pengamatan penulis sendiri menilai di SUMUT ini sedikit sekali masyarakat yang
bergelut usaha budidaya belut. Keberadaan belut yang ada dipasaran adalah hasil pencarian dan
tangkapan disawah-sawah yang istilah jawanya “Nyloh welut” , yakni mencari belut yang
dilakukan dimalam hari. Tentunya usaha untuk menghasilkan belut seperti cara di atas kurang
produktif karena bisa terkendala oleh musim atau terbatasnya jumlah belut di sawah. Bahkan
bisa pula usaha semacam itu berbahaya karena biasanya dilakukan di malam hari. Padahal
melihat pasar, belut juga termasuk jenis ikan yang sangat digemari oleh masyarakat di Sumatera
Utara.
Berangkat dari kenyataan tersebut akhirnya sangatlah dibutuhkan suatu cara yang lebih
produktif dan memenuhi komoditas pasar. Yakni dengan cara “budidaya belutdengan
kompos”.Selain itu juga peluang bisnis belut tidak hanya pada pasaran lokal, yang lebih
menggiurkan lagi adalah pasar eksporpun masih sangat mendukung, Tak heran jika akhir-akhir
ini banyak media mengekspos tentang besarnya peluang bisnis budidaya belut. Dan bagi yang
terbiasa akses di depan internet, mungkin juga tak jarang menemukan sebuah forum yang
memperbincangkan tentang gurihnya berbisnis di bidang yang satu ini.
Secara khusus PKM-W ini merupakan peningkatan dari usaha yang sebelumnya didanai
oleh Program Mahasiswa Berwirausaha(PMW) yang saat ini sudah berjalan tetapi ingin
meningkatkan ataupun memperbesar usaha serta peningkatan manajemen produk dan
pemasaran.
C.Perumusan masalah
Mengamati permasalahan dan beberapa kekurangan terhadap produktivitas
usaha dalam bilang bisnis belut, serta beberapa pelang-peluang pasar akan respon
atau daya konsmsi masyarakat Sumatera Utara dan sekitarnya dalam mengkonsumsi
belut maka apakah ada semacam usaha yang dapat meningkatkan produktivitas budidaya belut
yang sebelumnya lebih menggantungkan pada tangkapan dari alam?
D. Tujuan program
Tujuan dari penulisan Proposal PKM-K ini adalah merancang dan mengembangkan
budidaya belut serta pemasarannya dalam bentuk manjemen yang baik.
.E. Luaran yang diharapkan
Luaran yang dihasilkan dari pengajuan proposal usaha ini adalah berupa Produksi
belut yang berorientasi usaha untuk mencari keuntungan ( profit oriented).
F. Kegunaan Program
Uraian dari pengajuan usaha ini mempunyai kegunaan :
1) Meningkatkan usaha untuk mencari keuntungan ( profit oriented ). Dalam
usaha belut
2) Meningkatkan ekonomi bagi pemilik usaha .
3) Memenuhi kebutuhan pasar di Sumatera Utara dan disekitarnya.
H. METODE PELAKSANAAN
Metode budidaya belut yang diterapkan adalah menggunakan media kolam
Terpal dan drum plastik dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Persiapan/Fregmentasi
2. Memasukkan bibit belut
3. Pemeliharaan & Pembesaran
4. Panen & Pemasaran
Jumlah Kolam terpal yang disiapkan untuk budidaya belut ini ada 2 buah,
dengan masing-masing berukuran 5x 6 m dan 5 x 6 m dengan kedalaman 1 m.
Kolam terpal tersebut juga ditanam di tanah sekitar 40 cm dan ada drum plastik sebanyak 10
buah.
Struktur Organisasi
Gbr 2 : Struktur Organisasi
I. PELAKSANAAN PROGRAM
A. Waktu Dan Tempat
Pelaksanaan PKMK ini dilaksanakan mulai bulan april 2011 sampai
dengan bulan Agustusi 2011. Tempat Pelaksanaan PKMK ini dilaksanakan di kediaman dosen
pendamping yang berada di wilayah Jln.Bromo No.204 komp.Y.P Trijaya,medan.
A. Tahapan Pelaksanaan/Jadwal Faktual
Adapun tahapan-tahapan kegiatan seperti yang terjadwal dalam jadwal kegiatan
sebagaimana dalam tabel berikut:
No Keterangan Bulan
1 2 3 4
1 Persiapan/Fregmentasi
2 Memasukkan bibit belut
3 Pemeliharaan & pembesaran
4 Panen & pemasaran
B. Instrumen Pelaksanaan
1) Persiapan Fregmentasi
Dari tgl 22-23 April 2012 pembuatan kolam sebanyak 2 buah dengan ukuran 5x6 m
dengan kedalaman 1 m sebagian terpal tersebut ditanam di tanah sekitar 40 cm setelah itu proses
fregmentasi hingga lebih dari 1 bulan.
2) Memasukkan Bibit belut ke dalam media
Setelah proses fregmentasi maka pemasukan bibit belut sebanyak 30 kg ke dalam 2 buah
kolam dan 10 drum plastik. ( tgl 24 april 2012)
3) Pemeliharaan/Pembesaran
Mulai tanggal 24 Mei proses pemeliharaan/pembesaran bibit belut dengan rutin
memberikan pakan sesuai aturannya.
4) Panen & Pemasaran
23 Agustus 2012 melakukan panen selanjutnya dari hasil panen di promosikan ke pasar
belut.
Jadi jenis belut ada 3 (tiga) macam yaitu belut rawa, belut sawah dan belut kali/laut.
Melihat jenis-jenis belut tersebut, maka jenis belut yang kami budidayakan adalah jenis belut
sawah, karena mudah mendapatkan bibitnya daripada jenis belut yang lain.
Adapun tahapan-tahapan prosesnya adalah sebagai berikut:
4. Pemeliharaan Pembesaran
1) Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran yang subur dan
pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu bahan organik utama.
2) Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa, ulat besar(belatung)
yang diberikan setiap 10 hari sekali.
3) Pemberian Vaksinasi
4) Pemeliharaan Kolam dan Tambak Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah
menjaga kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
6. Panen
Pemanenan belut yaitu :
a. Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi
(besarnya/panjangnya sesuai denganpermintaan pasar/konsumen 10 ~15 ekor / kg).
b. Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan
peralatan antara lain : bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan
pancing atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.
7. Pemasaran
Pemasaran belut dilaksanakan dengan langkah pelaksanaannya sebagai
berikut.
Belut yang sudah ditangkap dipasarkan dalam drum plastik ke penjual ikan
maupun lele dan belut dengan yang berdagang di rumah-rumah makan dan
pasar ikan Sumatera utara.
Pemasaran produk juga dilakukan dengan menawarkan jasa pesanan antar
belut segar ke penjual masakan lalapan belut yang ada di sekitar.
Belut dijual dengan harga Rp 30.000,00 sampai 40.000,00 /kg.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka kesimpulan yang dapat diambil
dari pelaksanaan PKMK ini adalah sebagai berikut.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dari pelaksanaan
PKMK ini diajukan saran sebagai berikut.
1. Pendampingan dana oleh bank Pemerintah supaya pelaksanaan PKMK
menjadi lebih optimal.
2. Pendampingan dari pihak-pihak pemerintah sampai pada pemasaran
tingkat global/ekspor.
Setelah media matang alirkan air selama 3 – 4 hari untuk menghilangkan racundiamkan selama
sehari bibit baru boleh ditebar.
2.
Persiapan Benih / Bibit Belut
Pelaksanaan pembesaran dapat dimulai setelah kolam dan mediapemeliharaan siap. Langkah
berikutnya adalah memilih bibit belut yang baik agar hasilnya dapat masimal. Bibit belut ini
harus dipilih yang sempurna ataunormal dan singkirkan yang tidak normal. Belut yang
berkualitas ini akanmenghasilkan hasil yang baik, sehingga akan berkembang dengan baik
pula.Belut berkualitas memenuhi persyaratan sebagai berikut :a.
Anggota tubuh utuh dan mulus yaitu tidak ada luka gigitan atau goresan.b.
Gerakan lincah dan agresif.c.
Penampilan sehat yang dicirikan tubuh yang keras dan tidak lemasmanakala dipegang.d.
Tubuh dan kepala seimbang / kecil dan berwarna kuning kecoklatan.e.
Umur antara 2-4 bulan sebanyak 18 kg. Tidak dianjurkan benih berwarnahitam dgn bagian perut
berwarna kemerahan benih seprti ini akan tumbuhkerdil, hindari membeli benih dgn cara setrum,
benih yg baik adalah hasiltangkapan dgn wuwu / bubu.f.
3.
Pakan dan kebiasaan makan belut
Belut merupakan hewan karnifora alias pemangsa binatang lain, secaraalami memakan binatang
kecil yang masih hidup seperti siput, cacing, anak ikan, bekicot dll. Pakan mulai diberikan
setelah benih masuk ke kolamperbesaran setelah 3 hari atau hari ke 4 jadi tidak di benarkan
memberikanpakan buatan / palet setiap hari harus berseling 2 atau 3 hari sekali ini dimaksud
untuk mendapatkan hasil produktivitas secara maximum. Jumpahpakan yang diberikn harus
sesuai dengan pertumbuhan belut itu sendiri.Sebagai gambaran bulan pertama pemeliharaan
diperlukan 5 % dr jumplah / berat benih yang di tebar. Umur 1~2 bulan sebanyak 6,5 %, bulan
ke 2~3sebanyak 8 % dan 3~4 bulan sebanyak 10 %.
4.
Pemeliharaan Pembesaran
1)
PemupukanJerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuranyang subur dan
pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satubahan organik utama.2)
Pemberian PakanBila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa,ulat
besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.3)
Pemberian Vaksinasi4)
Pemeliharaan Kolam dan Tambak Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah
menjagakolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak beracun.
5.
Hama dan Penyakit
a.
Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang langsungmengganggu kehidupan belut.
b.
Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang belutantara lain: berang-
berang, ular, katak,burung, serangga, musang air danikan gabus.c.
Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang seringmenyerang hanya katak dan
kucing.d.
Pemeliharaan belut secara intensif tidak banyak diserang hama.e.
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan olehorganisme tingkat rendah
seperti virus, bakteri,jamur, dan protozoa yangberukuran kecil.
6.
Panen
Pemanenan belut yaitu :a.
Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi(besarnya/panjangnya
sesuai denganpermintaan pasar/konsumen 10 ~15ekor / kg).b.
Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya denganperalatan antara lain :
bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, denganpancing atau kail dan pengeringan air
kolam sehingga belut tinggal diambilsaja.
7.
Pemasaran
Pemasaran belut dilaksanakan dengan langkah pelaksanaannya sebagaiberikut.
•
Belut yang sudah ditangkap dipasarkan dalam drum plastik ke penjual ikanmaupun lele dan belut
dengan yang berdagang di rumah-rumah makan danpasar ikan Bojonegoro.
•
Pemasaran produk juga dilakukan dengan menawarkan jasa pesanan antarbelut segar ke penjual masakan
lalapan belut yang ada di sekitar.
•
Belut dijual dengan harga Rp 22.000,00 sampai 30.000,00 /kg.. Sampaisaat laporan ini dibuat,
belut yang terjual sudah mencapai 19 kg jadi totalpemasukan mencapai Rp 418.000,00.
Sedangkan hasil budidaya belut inimenghasilkan 179 kg.
BAB VIKESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka kesimpulan yangdapat diambil dari
pelaksanaan PKMK ini adalah sebagai berikut.1. Proses pembudidayaan belut menggunakan
teknik pembudidayaan belut dikolam terpal dengan proses sebagai berikut;a)
Persiapan/Fregmentasib)
Memasukkan bibit belutc)
Pemeliharaan & Pembesarand)
Panen & Pemasaran2. Analisis usaha sebagai berikut :a)
Asumsi1)
Kolam terpal digunakan berukuran 5 x 6 x 1 m sebanyak 2 buah.2)
Lama setiapperiode pemeliharaan 4-5 bulan.3)
Kolam (terpal & kerangka bambu)bias digunakan selama 1 tahun/ 3 peruode pemeliharan.4)
Berbagai perlengkapan pendukung dapat digunakan selama 4tahun/ 12 peruode pemeliharaan.5)
Kegiatan budidaya dilakukan sendiri oleh pembudidaya.6)
Media yang digunakan adalah canpuran tanah yang dimatangkandengan proses kompos.7)
Pakan utama dapat dibudidayakan sendiri sehingga dapatt menekanbiaya pakan8)
Dari 18 kg bibit, waktu panen bisa mencapai 180 kg belutsedangkan harga belut bervariasi
tergantung musim, dari 20.000,00sampai 30.000,00 /kg.9)
Harga bibit yang mahal, selanjutnya bisa dihasilkan sendiri.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya maka dari pelaksanaanPKMK ini diajukan saran
sebagai berikut.1.
Pendampingan dana oleh bank Pemerintah supaya pelaksanaan PKMKmenjadi lebih optimal.2.
Pendampingan dari pihak-pihak pemerintah sampai pada pemasarantingkat global/ekspor