Anda di halaman 1dari 28

LEMBAR SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM - FAKULTAS HUKUM


UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
T.A 2020/2021

Mata Kuliah : Hak Kekayaan Intelektual


Dosen Pengampu   : Desi Sommaliagustina, S.H., M.H.
Hari/Tanggal : Jumat/ 13 November 2020
Jurusan : Ilmu Hukum
Semester : V

Soal:

1. Mengapa Hak atas Kekayaan Intelektual perlu dilindungi oleh hukum? Jelaskan dasar
hukumnya dan jelaskan bagaimana perlindungan hukum atas Hak Kekayaan Intelektual
di Indonesia!

2. Jelaskan kaitan antara pengetahuan tradisional dan Hak atas Kekayaan Intelektual.
Uraikan dengan menyebutkan contohnya!

3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan merek yang tidak memiliki daya pembeda dan
bisakah didaftarkan? Jelaskan dengan menyebutkan contohnya!

4. Jelaskan apa yang membedakan antara paten dan paten sederhana serta jelaskan dampak
yang ditimbulkan dari paten terhadap kehidupan manusia!

5. Sebutkan contoh kasus pelanggaran Hak Cipta di Indonesia! Dan buat analisis Saudara
terhadap pelanggaran tersebut!

-Selamat Mengerjakan dan Semoga Sukses-


Nama: Sartika Wigati
Kelas: 5B Nonreguler Hukum
1. Hak ata Kekayaan Intelektual penting untuk diketahui dan
diterapkan selain untuk melindungi hak ekonomis milik
pencipta karya, terdapat manfaat lain dari penerapan HaKI.
Sebagai perlindungan hukum kepada pencipta, juga terhadap
hasil cipta karya serta nilai ekonomis yang terkandung di
dalamnya.
2.1. Pelindungan Preventif

Kebudayaan (seni dan budaya) semakin disadari sebagai


sebuah fenomena kehidupan manusia yang paling progresif,
baik dalam hal pertemuan dan pergerakan manusia secara fisik
ataupun ide/gagasan serta pengaruhnya dalam bidang
ekonomi. Karenanya banyak negara yang kini menjadikan
kebudayaan (komersial atau non komersial) sebagai bagian
utama strategi pembangunannya. Selanjutnya, dalam jangka
panjang akan terbentuk sebuah sistem industri budaya. Dimana
kebudayaan bertindak sebagai faktor utama pembentukan pola
hidup, sekaligus mewakili citra sebuah komunitas. Di Indonesia,
poros-poros seni dan budaya seperti Jakarta, Bandung, Jogja,
Denpasar (Bali) telah menyadari hal ini dan mulai membangun
sistem industri budayanya masing-masing. Meski dalam
beberapa kasus, industri budaya lebih merupakan ekspansi
daripada pengenalan kebudayaan, tetapi dalam beberapa
pengalaman utama,industri budaya justru merangsang
kehidupan masyarakat pendukungnya. Industri budaya akan
merangsang kesadaran masyarakat untuk melihat kembali
dirinya sebagai aktor penting kebudayaannya.

2. 2. Perlindungan Represif

Perlindungan represif hak kekayaan intelektual terhadap


kesenian tradisional di Indonesia terdapat juga dalam Undang-
undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Pencipta atau
ahli warisnya atau pemegang hak cipta, dimana dalam hal
kesenian tradisional hak ciptanya dipegang oleh Negara, berhak
mengajukan gugatan ganti rugi kepada Pengadilan Niaga atas
pelanggaran hak ciptanya dan meminta penyitaan terhadap
benda yang diumumkan atau hasil perbanyakan ciptaan itu.
Pemegang hak cipta juga berhak memohon kepada Pengadilan
Niaga agar memerintahkan penyerahan seluruh atau sebagian
penghasilan yang diperoleh dari penyelenggaraan ceramah,
pertemuan ilmiah, pertunjukan atau pameran karya ciptaan
atau barang yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta.
Gugatan pencipta atau ahli warisnya yang tanpa
persetujuannya itu diatur dalam Pasal 55 UU No. 19 Tahun
2002 tentang Hak Cipta, yang menyebutkan bahwa penyerahan
hak cipta atas seluruh ciptaan kepada pihak lain tidak
mengurangi hak pencipta atau ahli warisnya untuk menggugat
yang tanpa persetujuannya:

Meniadakan nama pencipta pada ciptaan itu;


Mencantumkan nama pencipta pada ciptaannya;
Mengganti atau mengubah judul ciptaan; atau
Mengubah isi ciptaan.

3.Pendaftaran merek sangat penting untuk dilakukan jika kita


telah memiliki produk barang atau kita memiliki keterampilan
di bidang jasa tertentu. Di Indonesia, pengaturan tentang
perlindungan merek diatur di dalam Undang-Undang No. 20
Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis.

Untuk mendaftarkan suatu merek, hendaknya kita memiliki


panduan yang benar. Didalam Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-
Undang Merek dijelaskan mengenai Merek yang tidak dapat di
daftar dan di tolak di Indonesia, yaitu sebagai berikut :
Pasal 20 :

Merek tidak dapat didaftar jika :

a. Bertentangan dengan ideologi negara, peraturan perundang-


undangan, moralitas, agama, kesusilaan, atau ketertiban
umum.

Penjelasan :

“Bertentangan dengan ketertiban umum” adalah tidak sejalan


dengan peraturan yang ada di dalam masyarakat yang sifatnya
menyeluruh seperti menyinggung perasaan masyarakat atau
golongan, menyinggung kesopanan atau etika umum
masyarakat, dan menyinggung ketentraman masyarakat atau
golongan.

b. Sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya menyebut


barang dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya.

Penjelasan :
Merek tersebut berkaitan atau hanya menyebutkan barang
dari/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya.

Contoh : kita mendaftarkan merek kopi untuk jenis barang kopi


atau mendaftarkan merek manis untuk jenis barang gula.

c. Memuat unsur yang dapat menyesatkan masyarakat tentang


asal, kualitas, jenis, ukuran, macam, tujuan penggunaan barang
dan/atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya atau
merupakan nama varietas tanaman yang dilindungi untuk
barang dan/atau jasa yang sejenis.

Penjelasan :

Yang dimaksud dengan “memuat unsur yang dapat


menyesatkan” misalnya Merek “Kecap No.1” tidak dapat
didaftarkan karena menyesatkan masyarakat terkait dengan
kualitas barang, Merek “netto 100 gram” tidak dapat
didaftarkan karena menyesatkan masyarakat terkait dengan
ukuran barang.
d. Memuat keterangan yang tidak sesuai dengan kualitas,
manfaat, atau khasiat dari barang dan/atau jasa yang
diproduksi.

Penjelasan :

Yang dimaksud dengan “memuat keterangan yang tidak sesuai


dengan kualitas, manfaat, atau khasiat dari barang dan/atau
jasa yang diproduksi” adalah mencantumkan keterangan yang
tidak sesuai dengan kualitas, manfaat, khasiat, dan/atau risiko
dari produk dimaksud. Contohnya: obat yang dapat
menyembuhkan seribu satu penyakit, rokok yang aman bagi
kesehatan.

e. Tidak memiliki daya pembeda.

Penjelasan :
Tanda dianggap tidak memiliki daya pembeda apabila tanda
tersebut terlalu sederhana seperti satu tanda garis atau satu
tanda titik, ataupun terlalu rumit sehingga tidak jelas.

f. Merupakan nama umum dan/atau lambang milik umum.

Yang dimaksud dengan “nama umum” atau “generik” antara


lain Merek “rumah makan” untuk restoran, Merek “warung
kopi” untuk kafe. Adapun “lambang milik umum” antara lain
“lambang tengkorak” untuk barang berbahaya, lambang “tanda
racun” untuk bahan kimia, “lambang sendok dan garpu” untuk
jasa restoran.

Sedangkan berdasarkan Pasal 21 suatu merek yang akan


didaftarkan akan ditolak jika :

1. Permohonan ditolak jika Merek tersebut mempunyai


persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan :

Penjelasan :
Pasal 21 Ayat (1) Yang dimaksud dengan “persamaan pada
pokoknya” adalah kemiripan yang disebabkan oleh adanya
unsur yang dominan antara Merek yang satu dengan Merek
yang lain sehingga menimbulkan kesan adanya persamaan, baik
mengenai bentuk, cara penempatan, cara penulisan atau
kombinasi antara unsur, maupun persamaan bunyi ucapan,
yang terdapat dalam Merek tersebut.

Berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 2279


PK/Pdt/1992 tanggal 6 Januari 1998 menyatakan bahwa merek
yang mempunyai persamaan pada pokoknya maupun
keseluruhan dapat dideskripsikan sebagai sama bentuk
(similarity of form), sama komposisi (similarity of compotition),
sama kombinasi (similarity of combination) dan sama unsur
elemen (similarity of elements). [1]

a. Merek terdaftar milik pihak lain atau dimohonkan lebih


dahulu oleh pihak lain untuk barang dan/atau jasa sejenis.

Penjelasan :
Yang dimaksud dengan “Merek yang dimohonkan lebih dahulu”
adalah permohonan pendaftaran Merek yang sudah disetujui
untuk didaftar.

b. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dari/atau jasa


sejenis.

Penjelasan :

Penolakan Permohonan yang mempunyai persamaan pada


pokoknya atau keseluruhan dengan Merek terkenal milik pihak
lain untuk barang dan/atau jasa yang sejenis dilakukan dengan
memperhatikan pengetahuan umum masyarakat mengenai
Merek tersebut di bidang usaha yang bersangkutan.

Di samping itu, diperhatikan pula reputasi Merek tersebut yang


diperoleh karena promosi yang gencar dan besar-besaran,
investasi di beberapa negara di dunia yang dilakukan oleh
pemiliknya, dan disertai bukti pendaftaran Merek dimaksud di
beberapa negara.
Berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 1486
K/pdt/1991 yang menyatakan bahwa : “Pengertian Merek
terkenal yaitu, apabila suatu Merek telah beredar keluar dari
batas-batas regional sampai batas-batas internasional, dimana
telah beredar keluar negeri asalnya dan dibuktikan dengan
adanya pendaftaran Merek yang bersangkutan di berbagai
negara”.

Pada prakteknya, pengertian di berbagai negara adalah pemilik


merek harus memiliki merek di negara asalnya dan 4 sertifikat
merek di negara lainnya.

Jika hal tersebut belum dianggap cukup, Pengadilan Niaga


dapat memerintahkan lembaga yang bersifat mandiri untuk
melakukan survei guna memperoleh kesimpulan mengenai
terkenal atau tidaknya Merek yang menjadi dasar penolakan.

c. Merek terkenal milik pihak lain untuk barang dan/atau jasa


tidak sejenis yang memenuhi persyaratan tertentu.

d. Indikasi Geografis terdaftar.


(2) Permohonan ditolak jika Merek tersebut:
a.Merupakan atau menyerupai nama atau singkatan nama
orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki
orang lain, kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak.

Penjelasan :

Yang dimaksud dengan “nama badan hukum” adalah nama


badan hukum yang digunakan sebagai Merek dan terdaftar.

b. Merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan


nama, bendera, lambang atau simbol atau emblem suatu
negara, atau lembaga nasional maupun internasional, kecuali
atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang; atau

Penjelasan :

Yang dimaksud dengan “lembaga nasional” termasuk organisasi


masyarakat atau organisasi sosial politik.
c. Merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau
stempel resmi yang digunakan oleh negara atau lembaga
Pemerintah, kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang
berwenang.

(3) Permohonan ditolak jika diajukan oleh Pemohon yang


beriktikad tidak baik.

Penjelasan :

Ayat (3) Yang dimaksud dengan “Pemohon yang beritikad tidak


baik” adalah Pemohon yang patut diduga dalam mendaftarkan
Mereknya memiliki niat untuk meniru, menjiplak, atau
mengikuti Merek pihak lain demi kepentingan usahanya
menimbulkan kondisi persaingan usaha tidak sehat, mengecoh,
atau menyesatkan konsumen.

Contohnya Permohonan Merek berupa bentuk tulisan, lukisan,


logo, atau susunan warna yang sama dengan Merek milik pihak
lain atau Merek yang sudah dikenal masyarakat secara umum
sejak bertahun-tahun, ditiru sedemikian rupa sehingga memiliki
persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan Merek
yang sudah dikenal tersebut. Dari contoh tersebut sudah terjadi
iktikad tidak baik dari Pemohon karena setidak-tidaknya patut
diketahui adanya unsur kesengajaan dalam meniru Merek yang
sudah dikenal tersebut.

Oleh karena itu, Pasal 20 dan Pasal 21 ini hendaknya menjadi


Panduan dalam upaya untuk mendaftarkan merek di Indonesia.

4. Suatu paten yang telah habis masa berlakunya tidak dapat


diperpanjang lagi sesuai dengan Pasal 22 Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten (“UU Paten”) sebagai
berikut :

Paten diberikan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun


terhitung sejak Tanggal Penerimaan.[1]
Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
diperpanjang.
Tanggal mulai dan berakhirnya jangka waktu Paten dicatat dan
diumumkan melalui media elektronik dan/atau media non-
elektronik.
Jika masa perlindungan hak paten telah berakhir, maka suatu
invensi akan menjadi public domain (milik umum) sehingga
pihak lain dapat memproduksi dan menjualnya secara bebas.
Aturan mengenai masa berlaku hak paten dimaksudkan agar
tidak ada pihak yang secara terus menerus dapat mengontrol
seluruh industri sehingga dikhawatirkan dapat merugikan
masyarakat dan sistem perdagangan.

Hak paten berlaku teritorial. Secara umum, hak eksklusif ini


hanya berlaku di negara atau wilayah di mana paten telah
diajukan dan diberikan, sesuai dengan hukum negara atau
wilayah yang bersangkutan.

Paris Convention for the Protection of Industrial Property


menerapkan prinsip ‘national treatment’ sebagaimana tertuang
dalam Pasal 2 ayat (1) sebagai berikut :

Nationals of any country of the Union shall, as regards the


protection of industrial property, enjoy in all the other
countries of the Union the advantages that their respective
laws now grant, or may hereafter grant, to nationals; all
without prejudice to the rights specially provided for by this
Convention. Consequently, they shall have the same protection
as the latter, and the same legal remedy against any
infringement of their rights, provided that the conditions and
formalities imposed upon nationals are complied with.

Adanya prinsip ‘national treatment’ ini berarti bahwa:


Bangsa dari negara anggota Union memiliki hak yang sama
dalam perlindungan HKI;
Agar mendapatkan hak yang sama, pemohon harus memenuhi
persyaratan yang berlaku sesuai undang-undang negara
setempat.

Selanjutnya, Pasal 19 ayat (1) huruf a UU Paten menyatakan


bahwa:

Pemegang Paten memiliki hak eksklusif untuk melaksanakan


Paten yang dimilikinya dan melarang pihak lain yang tanpa
persetujuannya:
dalam hal Paten-produk: membuat, menggunakan, menjual,
mengimpor, menyewakan, menyerahkan, atau menyediakan
untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi
Paten;
Sedangkan dalam Pasal 1 angka 6 UU Paten yang dimaksud
dengan pemegang paten adalah inventor sebagai pemilik paten
atau pihak yang menerima hak tersebut dari pemilik paten atau
pihak lain yang menerima lebih lanjut hak tersebut, yang
terdaftar dalam daftar umum paten
Menjawab pertanyaan apakah boleh membuat suatu alat untuk
kepentingan komersial dimana alat tersebut telah didaftarkan
patennya oleh pihak lain di negara lain, akan tetapi di Indonesia
tidak didaftarkan, pada dasarnya memang tidak ada aturan
hukum yang mengatur mengenai larangan untuk melakukan hal
tersebut karena berlakunya aturan hukum paten yang bersifat
teritorial.

Akan tetapi tindakan memproduksi suatu alat yang telah


terdaftar hak patennya meski di negara lain tanpa seizin
pemegang hak patennya adalah tindakan yang melanggar
moral. Kekayaan Intelektual (“KI”) bukan hanya mencakup
perlindungan hukum, akan tetapi juga merupakan penghargaan
kepada hasil karya intelektual seseorang. Hasil pemikiran
manusia adalah sumber kekayaan dan kelangsungan hidup dan
bahwa semua properti pada dasarnya adalah KI.
Melanggar KI seseorang sama halnya dengan secara moral
melanggar KI yang terkait dengan proses-proses kehidupan dan
karena itu merupakan tindakan tidak bermoral.

Selain paten, terdapat juga paten sederhana. Pasal 1 angka 1


UU Paten menyatakan sebagai berikut:

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada


inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi untuk jangka
waktu tertentu melaksanakan sendiri invensi tersebut atau
memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk
melaksanakannya.

Untuk membedakan antara paten dengan paten sederhana,


terlebih dahulu kita harus membahas mengenai apa yang
dimaksud dengan invensi.

Pasal 1 angka 2 UU Paten menyatakan yang dimaksud dengan


invensi adalah ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu
kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi
berupa produk atau proses atau penyempurnaan dan
pengembangan produk atau proses.
Dapat disebutkan perbedaan antara paten dengan paten
sederhana sebagai berikut:
Paten diberikan untuk invensi yang baru, mengandung langkah
inventif, dan dapat diterapkan dalam industri. Sementara paten
sederhana diberikan untuk setiap invensi baru, pengembangan
dari produk atau proses yang telah ada, dan dapat diterapkan
dalam industri. Paten sederhana diberikan untuk invensi yang
berupa produk yang bukan sekadar berbeda ciri teknisnya,
tetapi harus memiliki fungsi/kegunaan yang lebih praktis
daripada invensi sebelumnya yang disebabkan bentuk,
konfigurasi, konstruksi, atau komponennya yang mencakup
alat, barang, mesin, komposisi, formula, senyawa, atau sistem.
Paten sederhana juga diberikan untuk invensi yang berupa
proses atau metode yang baru.[2]
Maksimum perlindungan paten sederhana lebih pendek
daripada maksimum perlindungan paten. Perlindungan untuk
paten sederhana sesuai dengan Pasal 23 ayat (1) UU Paten
adalah selama 10 tahun terhitung sejak tanggal penerimaan,
sedangkan paten sesuai Pasal 22 ayat (1) UU Paten diberikan
untuk jangka waktu 20 tahun sejak tanggal penerimaan.
Klaim paten sederhana dibatasi dengan satu klaim mandiri,
sedangkan paten jumlah klaimnya tidak dibatasi.[3]
Progres teknologi dalam paten sederhana lebih simpel daripada
progres teknologi dalam paten.
5.Contoh Pelanggaran Hak Cipta
Biasanya pelanggaran hak cipta ini terkait penjiplakan,
pembajakan, dan penggunaan sebuah ciptaan tanpa
mendapatkan izin langsung dari pemilik. Ingin tahu seperti apa
copyright sering membuat masalah? Simak beberapa contoh
kasus berikut ini:

1. Hak Cipta Buku


Untuk contoh hak cipta buku ini kerap terjadi pada siswa
ataupun mahasiswa. Beberapa dari mereka ada yang tahu
bahwa yang dilakukan adalah pelanggaran, dan beberapa
lainnya tidak, seperti memfotocopy buku materi tanpa seijin
penulis.

Memfotocopy materi pelajaran memang sering terjadi. Alih-alih


untuk mendapatkan sebuah materi dengan harga terjangkau,
hal itu justru merugikan pihak yang sudah mengorbankan
waktu untuk riset dan membuatnya.
Salah satu kasus yang bisa kita ambil contoh adalah apa yang
menimpa Romy pada tahun 2014, dilansir dari detik.com,
seorang sarjana komputer yang tinggal di Semarang dan
bernama Romy ditangkap polisi akibat pelanggaran hak cipta,
yaitu mencetak ulang dan mengedarkan buku palsu tanpa seizin
penulis.

2. Hak Cipta Lagu


Lagu juga termasuk jenis hak cipta yang paling sering terjadi
pelanggaran. Untuk kasus contoh hak cipta lagu biasanya
adalah menyanyikan atau menggunakan karya orang lain
dengan tujuan komersil, baik di platform digital seperti youtube
atau konser, yang dilakukan tanpa seizin.

Beberapa artis juga pernah terganjal masalah seperti ini, seperti


kasus Eny Sagita yang menyanyikan lagu Oplozan tanpa seizin
pencipta, Erie Suzan yang juga mengalami hal yang sama
karena mengubah lagu anak-anak menjadi dangdut, dan masih
banyak lagi lainnya.

Contoh kasus lain adalah polemik tentang pekemilikan lagu


Tinggal Kenangan yang akhirnya dimenangkan oleh Band
Caramel Surabaya.
4. Hak Cipta Kaos
Untuk contoh hak cipta kaos biasanya terkait penjiplakan
desain ataupun pemroduksian ulang tanpa seizin pemilik.

Marc Jacobs, sebuah brand fashion terkenal asal Amerika


pernah tersandung pelanggaran desain t-shirt, dimana mereka
memproduksi kaos dengan desain mirip yang sudah di
popullerkan Oleh Nirvana.

Adalah Bootleg Redux Grunge, sebuah kaos yang menampilkan


desain smiley ikonik milik Nirvana, namun pada bagian mata
yang harusnya ‘x x’ diganti dengan ‘M J’.
Divedigital.ID
Divedigital.ID
KEKAYAAN INTELEKTUAL
Contoh Pelanggaran Hak Cipta di Indonesia dan Luar Negri
EDITORIAL TEAM 16TH SEP '19 1
Beberapa waktu lalu, sebelum membahas contoh hak cipta ini,
Divedigital sudah membahas tema yang bisa dibilang serupa
tapi tidak sama yaitu hak paten. Nah bagi teman-teman yang
masih sulit membedakan kedua topik ini, ulasan kali ini kami
harap dapat membantu.

Daftar Isi
Dasar Hukum
Dasar hukum hak cipta sendiri tertuang dalam Undang-Undang
no 28 tahun 2014 pasal 1 sampai pasal 126 yang ditanda
tangani oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang
Yudoyono pada tahun 2014.
Apa itu Hak Cipta?
Menurut Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual (Dirjen HKI),
hak cipta adalah sebuah hak esklusif yang dimiliki oleh pencipta
yang didapat dengan prinsip deklarasi. Istilah lain yang biasa
digunakan untuk hak cipta adalah copyright.

Nah inilah yang membedakan hak cipta dan hak paten, yaitu
hak cipta diberikan secara otomatis.
Yang menjadi subyek atau ciptaan sendiri menurut pasal 1
adalah ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas
inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan,
keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk
nyata.

Jadi hak cipta tidak hanya sebatas pada lagu saja, namun karya
lain seperti buku, novel, aplikasi, pidato, ceramah, drama,
koreografi, arsitektur, puisi, gambar, terjemahan, logo, dan
desain juga memiliki hak cipta.

Pengajuan Hak Cipta


Meskipun hak ini diberikan secara otomatis sejak pengumuman
atas ciptaan, namun pemilik hak cipta juga dapat mengajukan
permohonan atas pencatatan hak cipta tersebut.

Beberapa pihak mengatakan bahwa pengajuan ini bersifat


opsional, tujuannya hanya untuk memasukan sebuah ciptaan
ke Dirjen HKI dimana ini nantinya bisa digunakan sebagai bukti
bila terjadi pelanggaran terhadap hak cipta tersebut.
Pengajuan atas pencatatan hak cipta dapat dilakukan dengan
menyerahkan beberapa persyataran pengajuan kepada Dirjen
HKI.

Contoh Pelanggaran Hak Cipta


Biasanya pelanggaran hak cipta ini terkait penjiplakan,
pembajakan, dan penggunaan sebuah ciptaan tanpa
mendapatkan izin langsung dari pemilik. Ingin tahu seperti apa
copyright sering membuat masalah? Simak beberapa contoh
kasus berikut ini:

1. Hak Cipta Buku


Untuk contoh hak cipta buku ini kerap terjadi pada siswa
ataupun mahasiswa. Beberapa dari mereka ada yang tahu
bahwa yang dilakukan adalah pelanggaran, dan beberapa
lainnya tidak, seperti memfotocopy buku materi tanpa seijin
penulis.

Memfotocopy materi pelajaran memang sering terjadi. Alih-alih


untuk mendapatkan sebuah materi dengan harga terjangkau,
hal itu justru merugikan pihak yang sudah mengorbankan
waktu untuk riset dan membuatnya.
Salah satu kasus yang bisa kita ambil contoh adalah apa yang
menimpa Romy pada tahun 2014, dilansir dari detik.com,
seorang sarjana komputer yang tinggal di Semarang dan
bernama Romy ditangkap polisi akibat pelanggaran hak cipta,
yaitu mencetak ulang dan mengedarkan buku palsu tanpa seizin
penulis.

2. Hak Cipta Lagu


Lagu juga termasuk jenis hak cipta yang paling sering terjadi
pelanggaran. Untuk kasus contoh hak cipta lagu biasanya
adalah menyanyikan atau menggunakan karya orang lain
dengan tujuan komersil, baik di platform digital seperti youtube
atau konser, yang dilakukan tanpa seizin.

Beberapa artis juga pernah terganjal masalah seperti ini, seperti


kasus Eny Sagita yang menyanyikan lagu Oplozan tanpa seizin
pencipta, Erie Suzan yang juga mengalami hal yang sama
karena mengubah lagu anak-anak menjadi dangdut, dan masih
banyak lagi lainnya.
Contoh kasus lain adalah polemik tentang pekemilikan lagu
Tinggal Kenangan yang akhirnya dimenangkan oleh Band
Caramel Surabaya.

4. Hak Cipta Kaos


Untuk contoh hak cipta kaos biasanya terkait penjiplakan
desain ataupun pemroduksian ulang tanpa seizin pemilik.

Marc Jacobs, sebuah brand fashion terkenal asal Amerika


pernah tersandung pelanggaran desain t-shirt, dimana mereka
memproduksi kaos dengan desain mirip yang sudah di
popullerkan Oleh Nirvana.

Adalah Bootleg Redux Grunge, sebuah kaos yang menampilkan


desain smiley ikonik milik Nirvana, namun pada bagian mata
yang harusnya ‘x x’ diganti dengan ‘M J’.
Permasalahan seperti ini memang kerap terjadi. Contoh lain
seperti Kaos Dagadu yang sering dijiplak dan diperjualbelikan di
sepanjang jalan Malioboro.

5. Hak Cipta Novel


Tidak jauh berbeda dengan beberapa permasalahan yang sudah
terjadi, contoh hak cipta novel yang sering terjadi adalah terkait
pembajakan. Salah satu novelis yang pernah mengeluhkan
tentang pelanggaran hak cipta ini adalah Andrea Hirata dengan
novelnya ‘Laskar Pelangi’.

Andrea pernah mengeluhkan tentang banyaknya pembajakan


Laskar Pelangi, bahkan jumlahnya sebanyak 4 kali lipat. Beliau
juga pernah ditawari bukunya sendiri versi bajakan, sampai
diminta tanda tangan pada novel bajakan.

Anda mungkin juga menyukai