Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BIOTEKNOLOGI TANAMAN

“Organogenesis”

Disusun Oleh:
Kelompok 3
1. Selia Dhatu Ihzani 185040200111060
2. Mainola Rizki yanti 185040200111105
3. Muhammad Wisnu Mahardika 185040200111144
4. Lailatul Badriyah 185040200111224
5. Indra Syarifuddin 185040200111242
6. Rismaulina Manullang 185040200111198

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Organogenesis” dengan baik dan lancar sebagai tugas mata kuliah Bioteknologi
Tanaman.
Kami juga tidak lupa untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen
pengampu mata kuliah Bioteknologi Tanaman yang selalu membimbing dan
mengajarkan kami dalam menyusun makalah ini. Serta semua pihak yang
membantu kami dalam hal penyusunan makalah ini.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.
Sebagai manusia biasa kami merasa memiliki banyak kesalahan. Oleh karena
itu, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya agar makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Atas perhatian dari semua pihak yang membantu penulisan makalah ini, kami
ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang
membutuhkan.

Malang, 29 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Tujuan ................................................................................................................ 1
BAB II ................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 2
2.1 Definisi Organogenesis ..................................................................................... 2
2.2 Organogenesis Langsung.................................................................................. 2
2.3 Organogenesis Tidak Langsung ...................................................................... 4
BAB III .................................................................................................................................. 5
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 5
3.2 Saran .................................................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kultur jaringan tanaman merupakan teknik menumbuh kembangkan bagian
tanaman, baik berupa sel, jaringan atau organ tanaman dalam kondisi aseptis secara
invitro. Ciri teknik ini adalah kondisi kultur yang aseptis, penggunaan media kultur
buatan dengan kandungan nutrisi yang lengkap, dan kondisi lingkungan yang sesua.
Organogenasis merupakan contoh dari aplikasi kultur jaringan.
Organogenesis merupakan proses yang menginduksi pembentukan sel, jaringan
atau kalus menjadi tunas dan tanaman sempurna. Proses ini diawali oleh hormon
pertumbuhan. Zat pengatur tumbuh berbeda yang diberikan pada media kultur dapat
memberikan pengaruh yang juga berbeda pada eksplan yang ditanam.
Organogenesis tejadi dipacu oleh adanya komponen-komponen seperti medium,
komponen endogen selama eksplan mulai dikultur. Organogenesis ini bisa
ditumbuhkan dari biji, daun atau bagian tanaman lain yang akan tumbuh menjadi
tanaman sempurna.
Semangka merupakan tanaman merambat yang masih berkerabatan dengan
labu-labuan. Semangka ini termasuk dari kelas magnoliopsida. Semangka ini biasa
dikonsumsi dalam bentuk buah dengan jumlah biji yang sangat banyak. Kemajuan
bioteknologi menyababkan semakin sulitnya mendapatkan semangka yang
memiliki biji.
1.2. Tujuan
Tujuan dari disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Organogenesis langsung
2. Organogenesis tidak langsung

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Organogenesis
Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan dapat ditempuh melalui dua jalur,
yaitu organogenesis dan embriogenesis somatik. Organogenesis adalah suatu proses
membentuk dan menumbuhkan tunas dari jaringan meristematik (Gunawan, 1992).
Regenerasi eksplan menjadi organ dan planlet dapat diperoleh melalui jalur organogenesis
langsung dan organogenesis tidak langsung (Wattimena, 2006). Sumber lain mengatakan
organogenesis adalah jalur perkembangan di mana tunas atau akar telah diinduksi
untuk berdiferensiasi dari sel atau sel sekelompok sel. Jika tunas atau akar di induksi
dan berkembang langsung dari eksplan tanpa melalui fase kalus maka disebut
dengan organogenesis langsung. Sedangkan jika melalui fese kalus disebut dengan
organogenesis tidak langsung. Organogenesis dipengarui oleh zat pengatur tumbuh
dimana konsentrasi sitokinin yang lebih tinggi dari auksin akan memicu
pertumbuhan tunas, sitokinin lebih rendah dari auksin akan memicu pertumbuhan
akar, dan rasio yang seimbang antara auksin dan sitokinin akan memicu proliferasi
kalus (Khachatourians, et al., 2002).
Pemberian zat pengatur tumbuh dapat dilakukan dengan penambahan dalam
medium tumbuh yang digunakan. Media kultur dapat berupa cair maupun padatan,
medium padatan diberikan dengan penambahan pemadat, seperti agar-agar atau
gelrite. Zat pengatur tumbuh yang digunakan biasanya berupa auksin, sitokinin
maupun campuran antara keduanya dalam kondisi yang diinginkan. Auksin
digunakan untuk merangsang pembentukan akar pada tunas. Sitokinin dapat
merangsang pembentukan tunas tajuk. Kondisi tanaman yang diinginkan dapat
dipenuhi dengan mengatur jumlah konsentrasi auksin dan sitokinin yang diinginkan
(Syara., 2006).

2.2 Organogenesis Langsung


Organogenesis langsung untuk perbanyakan tunas dapat diinisiasi langsung dari
tunas adventif. Tunas adventif adalah tunas yang terbentuk dari eksplan pada bagian yang
bukan merupakan tempat asal terbentuknya yaitu bukan dari mata tunas atau pada buku-
buku. Pada organogenesis tunas adventif dapat terbentuk tanpa melalui kalus terlebih
dahulu, misalnya langsung tunas atau akar, tergantung konsentrasi zat pengatur tumbuh
auksin dan sitokinin. Jika rasio auksin dan sitokinin masing-masing lebih tinggi dari

2
yang lain maka akan menghasilkan organogenesis langsung (rasio auksin lebih
besar disbanding sitokinin akan menghasilkan akar, sedangkan rasio auksin lebih
sedikit disbanding sitokinin akan menghasilkan tunas)
Auksin merupakan kelompok zat pengatur tumbuh yang berperan pembentukan akar
dan perbesaran sel. Zat pengatur tumbuh golongan auksinterdiri atas Indo Asam Asetat
(IAA), Indol Asam Buturat (IBA), Naftalen AsamAsetat (NAA), dan 2,4 D. Sitokinin
merupakan kelompok zat pengatur tumbuh yang berperan dalam pembentukan tunas. Zat
pengatur tumbuh golongan sitokinin terdiri atas Kinetin, Zeatin, Ribosil, dan Bensil
Aminopurin (BAP) (Hendaryono, 1994)
Pembentukan tunas secara langsung ini tergantung pada bagian tanaman yang
digunakan sebagai eksplan dan jenis tanaman yang dikulturkan. Pada beberapa jenis
tanaman tunas adventif dapat terbentuk dari berbagai organ tanaman seperti daun, batang,
akar atau petal, sementara jenis tanaman lainnya hanya dari organ tertentu seperti potongan
umbi, embrio atau kecambah. Perbanyakan tanaman melalui pembentukan tunas langsung
dapat dilakukan dengan tahap inisiasi yang dilanjutkan dengan multiplikasi tunas. Kedua
tahap ini dapat terjadi pada medium yang sama tanpa melalui pemindahan ke medium baru.
Tahap multiplikasi juga merupakan tahap pembentukan tunas adventif dan tunas aksiler
yang tumbuh dari mata tunas adventif bersama-sama.
Tahapan organogenesis langsung :
1. Tahap Inisiasi
Ini merupakan tahap penanaman awal, Eksplan yang telah disterilisasi
kemudian ditanam pada media yang telah dipersiapkan. Media yang sesuai
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan pertumbuhan pada
tahap selanjutnya. Setelah penanaman selesai, botol-botol berisi eksplan kemudian
disimpan di dalam ruangan tersendiri dimana suhu, kelembaban dan cahaya dapat
diatur sesuai kebutuhan pertumbuhan eksplan.
2. Tahap Multiplikasi Tunas
Pada umumnya eksplan akan membentuk akar pada minggu awal dalam
pertumbuhan, lalu dilanjutkan dengan pertumbuhan pada tunas-tunasnya. Yang
tunas-tunas tersebut kemudian dipisahkan untuk mendapatkan tanaman yang baru
lagi. Multiplikasi tunas dapat dilakukan dengan memisahkan ujuang tunas yang
sudah ada yang telah menghasilkan ruas dan buku baru, tunas-tunas lateral, tunas
adventif serta dengan cara embrio somatik.

3
2.3 Organogenesis Tidak Langsung
Pada organogenesis tidak langsung, eksplan ditambah dengan zat pengetur
tumbuh untuk memicu pertumbuhan kalus, selanjutnya kalus akan berkembang
menjadi tunas. Contohnya seperti organogenesis pada tanaman Zingiber spectabile.
Organogenesis tidak langsung pada Zingiber spectabile dilakukan menggunakan
eksplan buku batang yang ditanam pada medium MS dengan penambahan sitokinin
dan auksin yang menginduksi terbentuknya kalus. Kalus tersebut kemudian
membentuk tunas setelah melalui proses subkultur berulang pada medium tanpa
hormon. Setelah tumbuh menjadi planlet, Z. spectabile diperbanyak dengan
memotong setiap buku batang dan ditanam pada medium tanpa hormon secara
horizontal. Setiap buku batang mampu menghasilkan maksimal 4 tunas baru. Satu
planlet dewasa memiliki 4 buku batang dan dapat bermultiplikasi menjadi 16 tunas
baru. Selain itu, kalus pun dapat dengan mudah diproliferasi sebagai stok yang
dapat disimpan hingga 7 minggu periode subkultur.
Auksin dan sitokinin merupakan zat pengatur tumbuh yang sering
ditambahkan dalam media untuk induksi organogenesis. Auksin dalam
pertumbuhan tanaman berperan antara lain dalam inisiasi akar, pertumbuhan
batang, diferensiasi jaringan vaskuler dan menghambat proses senesen pada daun
(Srivastava, 2002).
Sitokinin berperan antara lain dalam pembentukan tunas adventif,
multiplikasi tunas aksiler dan penghilang pengaruh dominasi apikal (Davies, 2004).
Nisbah auksin sitokinin yang tinggi akan merangsang pembentukan akar adventif,
pada nisbah sedang akan menginduksi pembentukan akar adventif dari kalus dan
inisiasi kalus pada tumbuhan dikotil, sedangkan nisbah yang rendah akan
menginduksi pembentukan tunas adventif dan produksi tunas aksiler pada kultur
tunas (Gaba, 2005).

4
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

5
DAFTAR PUSTAKA

Davies, P., 2004. The plant hormones : Their nature, occurrence, and functions. London:
Kluwer Academic Publisher.

Gaba, V., 2005. Plant growth regulators in plant tissue culture and development. New
York: CRC Press.

Gunawan, L., 1992. Teknik Kultur Jaringan Tumbuhan. Bogor: Pusat Antar Universitas
Institut Pertanian Bogor.

Hendaryono, D. P. S., 1994. Teknik Kultur Jaringan (Pengenalan dan


PetunjukPerbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Modern). Yogyakarta: Kanisius.

Khachatourians, G. C., Hui, Y. H., Scorza, R. & Nip, W.-K., 2002. Transgenic Plants and
Crops. New York: Marcel Dekker Inc.

Srivastava, L., 2002. Plant growth and development, hormon and environment. London:
Academic Press.

Syara., 2006. Penggunaan IAA dan BAP untuk menstimulasi organogenesis tanaman
dalam kultur in vitro. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Wattimena, G., 2006. Kecenderungan marginalisasi peran kultur jaringan dalam


pemuliaan tanaman. Prosiding Seminar Nasional Bioteknologi dan Pemuliaan, pp. 6-8.

Anda mungkin juga menyukai