Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BOTANI

“Mekanisme Proses Perkecambahan”

Oleh :

ANDI SITTI RAHIMI HL


D1E117023

JURUSAN PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Ilahi Robbi Allah
SWT, karena berkat rahmat, hidayat serta inayah-Nya lah, kita saat ini bisa
menghirup udara segar di pagi hari dan menikmati semilir angin di sore hari.
Sholawat serta salam semoga senantiasa selalu terlimpah kepada Nabi, rasul dan
cahaya umat, Muhammad SAW. Beserta keluarganya, keturunannya, para sahabat
serta siapa saja yang senantiasa mengikuti tauladan dan sunahnya.
Alhamdullilah, penyusunan Makalah Botani ini dapat saya selesaikan dengan
penuh kelancaran tanpa kurang satu apapun. Adapun Makalah Botani tentang
“Mekanisme Perkecambahan”  yang saya susun ini merupakan salah satu pemenuhan
dari tugas akademis sebagai mahasiswi.
Kami menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan Makalah Botani
tentang “Mekanisme Perkecambahan”   ini tidak lepas dari bantuan sebagai pihak,
baik secara langsung maupun tidak langsung, berupa dorongan, pemikiran, materil
maupun moril. Karena rasa syukur kehadirat Allah SWT, Dalam kesempatan ini
penyusun mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada ibu dosen dan
teman-teman yang telah membantu.
Demikian pengantar dari kami semoga bermanfaat bagi para pembaca
khususnya dan umumnya bagi semua pihak. Kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca dan atas itulah kami sebagai penulis akan dapat
melakukan penyempurnaan perbaikan atas segala kekurangan dan kekhilafan sebagai
hamba Allah yang lemah dan tidak berdaya tanpa adanya bimbingan dan
perlindungan-Nya. Amin…

Kendari, 05 Desember 2017


Penyusun

Andi Sitti Rahimi HL


DAFTAR ISI

                                                                                                                         
KATA PENGANTAR ...................................................................................................i

DAFTAR IS
............................................................................................................................
..............ii

BAB  I   PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1. Latar Belakang .........................................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................................3
1.3. Tujuan ..........................................................................................................3

BAB  II  PEMBAHASAN..............................................................................................4

2.1. Pengertian Perkecambahan..............................................................................4


2.2. Pengertian Benih.............................................................................................5
2.3. Tipe Perkecambahan.......................................................................................6
2.4. Mekanisme dan Metabolisme Perkecambahan...............................................6

BAB  III PENUTUP.......................................................................................................9

A.     Kesimpulan ..........................................................................................................9


B.     Saran  ..........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu ciri mahluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Kedua aktifitas


kehidupan ini tidak dapat dipisahkan karena prosesnya berjalan bersamaan.
Pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel
secara irreversibel. Irreversibel maksudnya tidak dapat kembali pada keadaan awal.
Sedangkan perkembangan adalah proses menuju kedewasaan. Pertumbuhan pada
tanaman terbagi dalam beberapa tahapan,yaitu perkecambahan yang diikuti dengan
pertumbuhan primer dan pertumbuhan sekunder.
Pertumbuhan pada tanaman umumnya terbagi dalam beberapa fase, yaitu fase
perkecambahan, pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan generatif atau reproduktif.
Perkecambahan adalah fase awal pertumbuhan individu baru pada tanaman yang
diawali dengan munculnya radikel pada testa benih. Proses ini sangat dipengaruhi
oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan untuk memacu aktivitas enzim
yang diperlukan dalam metabolisme perkecambahan di jaringan dalam benih. Fase
perkecambahan diawali dengan imbibisi yang menjadikan kulit biji lunak dan
terjadinya peningkatan aktivitas enzimatik. Pada saat perkecambahan, imbibisi air
merangsang aktivitas giberelin yang diperlukan untuk mengaktivasi enzim α-
amilase. Enzim ini selanjutnya masuk ke dalam cadangan makanan dan mengkatalis
proses perubahan cadangan makanan, pati menjadi gula yang kemudian digunakan
sebagai sumber energi untuk pembelahan dan pertumbuhan sel.
Pertumbuhan adalah aktivitas kehidupan yang tidak dapat dipisahkan, karena
prosesnya berjalan bersamaan. Pertumbuhan diartikan sebagai suatu proses
pertambahan ukuran atau volume serta jumlah sel secara irreversible.
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji baik
tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya
ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan
sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara. Efek yang terjadi membesarnya ukuran
biji karena sel-sel embrio membesar dan biji yang melunak. Proses pertumbuhan
tumbuhan yang sangat penting adalah adanya proses fotosintesis yang memerlukan
sinar matahari. Namun efek lain dari sinar matahari adalah menekan pertumbuhan sel
tumbuhan. Hal ini menyebabkan tumbuhan yang terkena cahaya matahari akan lebih
pendek daripada tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap. Peristiwa ini disebut
dengan etiolasi. Dampaknya, tanaman tidak bisa melakukan proses fotosintesis.
Kondisi gelap juga memacu produksi hormone auksin. Auksin adalah hormon
tumbuh yang banyak ditemukan padasel-sel meristem, seperti ujung akar dan ujung
batang. Oleh karena itu, tanaman akan lebih cepat tumbuh dan panen.
Pertumbuhan dan perkembangan pada pertumbuhan biji dimulai dengan
perkecambahan. Perkecambahan  adalah munculnya plantula (tanaman kecil dari
biji). Embrio yang merupakan calon individu baru terdapat di dalambiji. Jika
suatu biji tanaman ditempatkan pada lingkungan yang menunjang dan
memadai, biji tersebut akan berkecambah.
Benih sering disama artikan dengan biji, namun terdapat perbedaan yang
mendasar antara kedua istilah tersebut, yakni fungsinya. Benih berfungsi sebagai alat
perbanyakan generatif, sedangkan biji berfungsi sebagai bahan makanan. Benih
adalah suatu bagian dari tanaman yang merupakan cikal bakal suatu tumbuhan baru
yang memiliki ciri atau sifat seperti induknya. Benih memiliki beragam jenis, baik
bentuk, ukuran, maupun struktur bagiannya. Benih seharusnya memilki kualitas yang
baik agar tanaman baru yang didapat merupakan tanaman yang sehat.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa
benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang
digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman.
Untuk dapat memanfaatkan benih dengan baik kita perlu memiliki
pengetahuan dan pemahaman tentang benih itu sendiri. Bagaimana struktur dan
komponen komponen yang terkandung di dalam benih. Selain itu juga perlu
diketahui bagaimana proses perkecambahannya sehingga dalam pengaplikasian
pemanfaatan kita bisa melakukan proses dengan benar dan tentunya memenuhi
harapan untuk dapat menghasilkan produk yang bermutu baik.
1.2. Rumusan Masalah

Dalam pembuatan makalah ini penulis mengangkat rumusan masalah yaitu :


1. Apa Pengertian Perkecambahan?
2. Apa Pengertian Benih?
3. Bagaimana Tipe Perkecambahan?
4. Bagaimana Mekanisme dan Metabolisme Perkecambahan?

1.3. Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan agar dapat memahami proses atau


mekanisme perkecambahan dan tipenya, serta mengetahui bagaimana struktur benih
serta komposisi kimia benih dan juga bibit.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perkecambahan

Menurut Elisa (2006), perkecambahan adalah proses pengaktifan kembali


aktivitas pertumbuhan embryonic axis di dalam biji yang terhenti untuk kemudian
membentuk bibit. Selama proses pertumbuhan dan pemasakan biji, embryonic
axis juga tumbuh. Secara visual dan morfologis, suatu biji yang berkecambah
umumnya ditandai dengan terlihatnya radikel atau plumula yang menonjol keluar
dari biji.
Perkecambahan memiliki banyak arti yang di definisikan oleh banyak
ilmuwan. Misalnya, perkecambahan adalah munculnya pertumbuhan aktif yang
menyebabkan pecahnya kulit biji dan munculnya semai (Amen, 1963).
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya
tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada
kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia
berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai
kecambah. Perkecambahan adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-
komponen biji yang memiliki kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi
tumbuhan baru. Komponen biji tersebut adalah bagian kecambah yang terdapat di
dalam biji, misalnya radikula dan plumula (Bagod Sudjadi, 2006).
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio.
Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses
perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang
menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar (Istamar
Syamsuri, 2004). Perkecambahan merupakan sustu proses dimana radikula (akar
embrionik) memanjang ke luar menembus kulit biji. Di balik gejala morfologi
dengan pemunculan radikula tersebut, terjadi proses fisiologi-biokemis yang
kompleks, dikenal sebagai proses perkecambahan fisiologis (Salisbury, 1985).
Perkecambahan terjadi karena pertumbuhan radikula (calon akar) dan
pertumbuhan plumula (calon batang). Para ahli fisiologis benih menyatakan bahwa
perkecambahan adalah munculnya radikel menembus kulit benih. Sedangkan para
agronomis menyatakan bahwa perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya
struktur penting embrio dari dalam benih dan menunjukkan kemampuannya untuk
menghasilkan kecambah normal pada kondisi lingkungan yang optimum.

2.2. Pengertian Benih

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992 tentang


Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4 disebutkan bahwa
benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau bagiannya yang
digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman. Dalam
buku lain tertulis benih disini dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan
untuk tujuan pertanaman (Sutopo, 2004).
Benih juga diartikan sebagai biji tanaman yang tumbuh menjadi tanaman
muda (bibit), kemudian dewasa dan menghasilkan bunga. Melalui penyerbukaan
bunga berkembang menjadi buah atau polong, lalu menghasilkan biji kembali. Benih
dapat dikatakan pula sebagai ovul masak yang terdiri dari embrio tanaman, jaringan
cadangan makanan, dan selubung penutup yang berbentuk vegetatif. Benih berasal
dari biji yang dikecambahkan atau dari umbi, setek batang, setek daun, dan setek
pucuk untuk dikembangkan dan diusahakan menjadi tanaman dewasa (Sumpena,
2005).
Menurut Sadjad, dalam “Dasar-dasar Teknologi Benih”.(1975, Biro
Penataran IPB-Bogor), yang dimaksudkan dengan benih ialah biji tanaman yang
dipergunakan untuk keperluan pengembangan usaha tani, memiliki fungsi agronomis
atau merupakan komponen agronomi.
Dari beberapa definisi di atas beberapa berpendapat bahwa benih merupakan
hasil perkembangbiakan secara generatif namun ada pula yang mengatakan bahwa
benih merupakan hasil dari perkembangbiakan secara vegetatif maupun generatif.
Terkait dengan hal itu pengertian benih lebih cenderung kepada hasil
perkembangbiakan tanaman secara vegetatif maupun generatif sebagaimana yang
telah tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia no.12 tahun 1992 tentang
Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4.
2.3. Tipe Perkecambahan

Berdasarkan posisi kotiledon dalam proses perkecambahan terbagi atas :


a. Perkecambahan Epigeal
Perkecambahan epigeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan
bagian hipokotil terangkat keatas permukaan tanah. Hipokotil benih memanjang dan
mengangkat keping biji menembus permukaan tanah, kemudian keping biji
membuka dan epikotil benih tumbuh menjadi tunas. Kotiledon sebagai cadangan
energi akan melakukan proses pembelahan dengan sangat cepat untuk membentuk
daun. Perkecambahan ini misalnya terjadi pada kacang hijau (Phaseolus radiatus) dan
tanaman jarak.
b. Perkecambahan hypogeal
Perkecambahan hipogeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan
terbentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan kotiledon
tetap berada di dalam tanah (hipokotil tetap berada di dalam tanah).Tipe
perkecambahan hipogeus hipokotil benih tidak memanjang tetapi epikotil benih yang
memanjang menembus permukaan tanah. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri
dan jagung.

2.4. Mekanisme dan Metabolisme Perkecambahan

Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio.


Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji. Proses
perubahan embrio saat perkecambahan adalah plumula tumbuh dan berkembang
menjadi batang, dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar.
Embrio yang tumbuh belum memiliki klorofil, sehingga embrio belum dapat
membuat makanan sendiri. Pada tumbuhan, secara umum makanan untuk
pertumbuhan embrio berasal dari endosperma. Proses perkecambahan benih
merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi
dan biokimia. Pada tanaman, tahapan dalam perkecambahannya terdiri dari:
a. Proses penyerapan air (imbibisi)
Perembesan air kedalam benih (imbibisi), merupakan proses penyerapan air
yang berguna untuk melunakkan kulit benih dan menyebabkan pengembagan embrio
dan endosperma. Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeabel
terhadap air dan tersedia cukup air dengan tekanan osmosis tertentu. Dalam tahap ini,
kadar air benih naik menjadi 25-35 %, sehingga kadar air didalam benih itu mencapai
50-60% dan hal ini menyebabkan pecah atau robeknya kulit benih. Selain itu, air
memberikan fasilitas untuk masuknya oksigen kedalam benih. Dinding sel yang
kering hampir tidak permeabel untuk gas, tetapi apabila dinding sel diimbibisi oleh
air maka gas akan masuk ke dalam sel secara difusi. Hal tersebut dikarenakan selain
membutuhkan air, benih yang berkecambah juga memerlukan suhu sekitar 10-40°C
dan oksigen. Apabila dinding sel kulit benih dan embrio menyerap air, maka suplai
oksigen meningkat pada sel-sel hidup sehingga memungkinkan lebih aktifnya
pernapasan. Sebaliknya, CO2 yang dihasilkan oleh pernapasan tersebut lebih mudah
mendifusi keluar (Manurung dan Ismunadii, 1988 : Kozlowski 1972)
b. Aktivasi enzim
Aktivasi enzim terjadi setelah benih berimbibisi dengan cukup. Enzim-enzim
yang teraktivasi pada proses perkecambahan ini adalah enzim hidrolitik seperti α-
amilase yang merombak amylase menjadi glukosa, ribonuklease yang merombak
ribonukleotida, endo-β-glukanase yang merombak senyawa glukan, fosfatase yang
merombak senyawa yang mengandung P, lipase yang merombak senyawa lipid,
peptidase yang merombak senyawa protein.
c. Perombakan cadangan makanan
Terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein
menjadi bentuk-bentuk yang terlarut.
d. Translokasi makanan ke titik tumbuh
Setelah  penguraian bahan-bahan karbohidrat,protein,lemak menjadi bentuk-
bentuk yang terlarut kemudian ditranslokasikan ke titik tumbuh.
e. Pembelahan dan Pembesaran Sel
Assimilasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik
menghasilkan energi bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel
baru. Merupakan tahap terakhir dalam penggunaan cadangan makanan dan
merupakan suatu proses pembangunan kembali.
f. Munculnya radikal dan pertumbuhan kecambah
Munculnya radikal adalah tanda bahwa proses perkecambahan telah
sempurna. Proses ini akan diikuti oleh pemanjangan dan pembelahan sel-sel. Proses
pemanjangan sel ada dua fase yakni; fase 1 (fase lambat) dimana pemanjangan sel
tidak diikuti dengan penambahan bobot kering dan fase 2 (fase cepat), yang diikuti
oleh penambahan bobot segar dan bobot kering.Pertumbuhan dari kecambah melalui
proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh,
pertumbuhan kecambah ini tergantung pada persediaan makanan yang ada dalam
biji. Kecambah mulai mantap setelah ia dapat menyerap air dan berfotosintesis
(autotrof). Semula, ada masa transisi antara masih disuplai oleh cadangan makanan
sampai mampu autotrof. Saat autotrof dicapai proses perkecambahan telah sempurna.
BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan benih bisa diartikan sebgai organ
generatif hasil fertilisasi putik oleh tepung sari yang ditujukan untuk
perbanyakan. Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan
embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya tumbuhan kecil dari dalam biji.
Perkecambahan merupakan proses pertumbuhan dan perkembangan embrio. Tipe
perkecambahan terdiri atas dua tipe, yaitu tipe epigeal dan hypogeal. Perkecambahan
epigeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan bagian hipokotil terangkat
ke atas permukaan tanah.
Perkecambahn hipogeal merupakan perkecambahan yang ditandai dengan
terbentuknya bakal batang yang muncul ke permukaan tanah, sedangkan kotiledon
tetap berada di dalam tanah (hipokotil tetap berada di dalam tanah). Proses
perkecambahan biji terjadi melalui proses-proses : Imbibisi (penyerapan air), aktivasi
enzim, perombakan cadangan makanan, translokasi makanan ke titik tumbuh,
pembelahan dan pembesaran sel, dan munculnya radikal dan pertumbuhan
kecambah.

B.   Saran

Dengan terselesainya makalah ini mari kita sebagai pelajar dapat


memanfaatkan masa remaja kita dalam rangka mengkaji keilmuan yang terjadi dalam
kehidupan di masyarakat terutama dalam masalah perkecambahan dan pembibitan.
DAFTAR PUSTAKA

Kozlowski, T.T. 1972. Shrinking and Sweling of Plant Tissues. In Water Deficit and
Plant Gwowth. Vol III. Academic Press. New York.
Sumpena, U. 2005. Budidaya Mentimun Intensif. Penebar Swadaya. Jakarta, hlm 17-
19.
Sutopo, L., 2004. Teknologi Benih. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Syamsuri.2004. Biologi. Erlangga, Jakarta.
Bagod Sudjadi dan Siti Laila. 2007. Biologi SMA/MA Kelas X. Jakarta: Yudhistira
Salisbury, G. W. Dan N. L. Van Demark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi
Buatan pada Sapi. Terjemahan R. Djanuar. Fakultas Peternakan.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai