Anda di halaman 1dari 87

BISAKAH ORANG KRISTEN KEHILANGAN

KESELAMATAN?
I) Keselamatan.

1) Setiap orang membutuhkan keselamatan.


Mengapa?

a) Karena setiap orang adalah orang berdosa (Ro 3:23).


Bukan cuma sekedar berdosa sedikit tetapi sangat berdosa. Misalnya
perintah untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap
kekuatan, segenap jiwa, mungkin sekali tidak ada yang pernah
melakukan dengan sempurna. Itu berarti, ditinjau dari hukum itu saja,
kita berbuat dosa setiap saat.

b) Perbuatan baik tidak bisa menyelamatkan kita. Mengapa?

1. Karena manusia di luar Kristus itu sama sekali tidak bisa berbuat
baik.
Kita lahir sebagai orang yang berdosa, dan karena itu kita
mempunyai kecenderungan untuk berbuat dosa. Ini bisa terlihat
dari ayat-ayat di bawah ini:
Kej 6:5 - “Ketika dilihat TUHAN bahwa kejahatan manusia besar di
bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan
kejahatan semata-mata, ...”.
Kej 8:21b - “Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia,
sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak
kecilnya”.
Illustrasi: Makhluk yang lahir sebagai monyet akan secara otomatis
melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh monyet. Demikian
juga makhluk yang dilahirkan sebagai orang berdosa akan secara
otomatis melakukan hal-hal yang biasa dilakukan oleh orang
berdosa.

Sebetulnya, manusia berdosa itu bukan hanya cenderung kepada


dosa, tetapi bahkan sama sekali tidak bisa berbuat baik, dan selalu
berbuat dosa saja. Ini sebetulnya sudah terlihat dari Kej 6:5 di atas,
tetapi lebih terlihat lagi dari Tit 1:15 yang berbunyi: “Bagi orang suci
semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman
suatupun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati
mereka najis”.

Ini menunjukkan bahwa segala sesuatu yang dilakukan orang yang


tidak beriman adalah dosa. Jadi, tindakan-tindakan yang
kelihatannya baik sekalipun (seperti menolong orang miskin, dsb)
tetap dianggap dosa. Mengapa?

a. Karena tindakan itu tidak dilakukan berdasarkan kasih kepada


Allah / Yesus.
Yoh 14:15 - “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti
segala perintahKu”.

b. Karena tindakan itu tidak dilakukan untuk memuliakan Allah.


1Kor 10:31: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau
jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya
itu untuk kemuliaan Allah”.

Suatu ‘ketaatan / perbuatan baik’, yang dilakukan oleh orang yang


tidak percaya kepada Yesus, dan dilakukan bukan karena hati yang
mengasihi Tuhan, dan dilakukan bukan untuk kemuliaan Allah, pada
dasarnya adalah ‘ketaatan / perbuatan baik’ yang dilakukan tanpa
mempedulikan Allah. Sekarang pikirkan sendiri, bisakah perbuatan
demikian disebut baik?

2. Kalaupun ia bisa berbuat baik, perbuatan baik itu tidak bisa


menghapuskan dosa.
Bahwa dosa tidak bisa ditebus dengan perbuatan baik, dinyatakan
oleh Gal 2:16,21 yang berbunyi: “(16) Kamu tahu, bahwa tidak
seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat,
tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus ... (21) sekiranya
ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian
Kristus”.
Illustrasi: Seseorang ditangkap polisi karena melanggar peraturan
lalu lintas dan 1 minggu setelahnya harus menghadap ke
pengadilan. Dalam waktu satu minggu itu ia lalu banyak berbuat
baik untuk menebus dosanya. Ia menolong tetangga, memberi
uang kepada pengemis, dsb. Pada waktu persidangan, ia
membawa semua orang kepada siapa ia sudah melakukan
kebaikan itu sebagai saksi. Pada waktu hakim bertanya: ‘Benarkah
saudara melanggar peraturan lalu lintas?’, ia lalu menjawab: ‘Benar
pak hakim, tetapi saya sudah banyak berbuat baik untuk menebus
dosa saya. Ini saksi-saksinya’. Sekarang pikirkan sendiri, kalau
hakim itu waras, apakah hakim itu akan membebaskan orang itu?
Jawabnya jelas adalah ‘tidak’! Jadi terlihat bahwa dalam hukum
duniapun kebaikan tidak bisa menutup / menebus / menghapus
dosa! Demikian juga dengan dalam hukum Tuhan / Kitab Suci!

2) Yesus sudah memberikan jalan keselamatan kepada manusia berdosa


itu, dengan jalan menjadi manusia, menderita dan mati di kayu salib,
untuk menebus dosa-dosa manusia. Dengan itu Ia menjadi satu-satunya
jalan keselamatan (Yoh 14:6 Kis 4:12 1Yoh 5:11-12).

3) Kita bisa diselamatkan, karena ‘iman saja’ (Sola Fide / only faith), bukan
karena ‘perbuatan baik’ atau karena ‘iman + perbuatan baik’.
Bahwa Kitab Suci memang mengajarkan bahwa perbuatan baik tidak
punya andil dalam keselamatan, terlihat dari ayat-ayat di bawah ini:
Gal 2:16 - “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh
karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam
Kristus Yesus. Sebab itu kamipun telah percaya kepada Kristus Yesus,
supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh
karena melakukan hukum Taurat. Sebab: ‘tidak ada seorangpun yang
dibenarkan’ oleh karena melakukan hukum Taurat”.
Ro 9:30-32 - “(30) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Ini:
bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar kebenaran, telah
memperoleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (31) Tetapi: bahwa
Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran,
tidaklah sampai kepada hukum itu. (32) Mengapa tidak? Karena Israel
mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan”.
Fil 3:7-9 - “(7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku,
sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (8) Malahan segala sesuatu
kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih
mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan
semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh
Kristus, (9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri
karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena
kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan
berdasarkan kepercayaan”.

Karena iman itu sendiri adalah pemberian Allah (Fil 1:29), maka jelas
bahwa seluruh keselamatan merupakan anugerah. Dan karena itu kita
percaya bukan hanya kepada SOLA FIDE (= hanya iman), tetapi juga
kepada SOLA GRATIA (= hanya kasih karunia), karena kedua hal itu
berhubungan sangat dekat, dan sama-sama bertentangan dengan ajaran
yang mempercayai adanya andil manusia dalam memperoleh
keselamatan.

Ef 2:8-9 - “(8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman;
itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, (9) itu bukan hasil
pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Ro 3:24,27-28 - “(24) dan oleh kasih karunia Allah telah dibenarkan dengan
cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. ... (27) Jika demikian,
apa dasarnya untuk bermegah? Tidak ada! Berdasarkan perbuatan? Tidak,
melainkan berdasarkan iman! (28) Karena kami yakin, bahwa manusia
dibenarkan karena iman, dan bukan karena ia melakukan hukum Taurat”.
Ro 4:2-5 - “(2) Sebab jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya,
maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi tidak di hadapan Allah. (3)
Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu percayalah Abraham kepada
Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.’
(4) Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai
hadiah, tetapi sebagai haknya. (5) Tetapi kalau ada orang yang tidak
bekerja, namun percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka,
imannya diperhitungkan menjadi kebenaran”.

4) Iman yang sejati / sungguh-sungguh memang harus diikuti oleh


pertobatan dari dosa / perubahan hidup (Yak 2:17,26).
Mengapa demikian? Karena orang yang betul-betul percaya kepada
Yesus, pasti menerima Roh Kudus (Yoh 7:38-39 Ef 1:13-14), dan Roh
Kudus itu akan menguduskan / menyucikan hidup orang itu (Gal 5:22-23).
Kalau ada orang yang mengatakan bahwa dirinya adalah orang percaya,
tetapi hidupnya tidak berubah, maka itu menunjukkan bahwa ia tidak
mempunyai Roh Kudus. Dan kalau ia tidak mempunyai Roh Kudus, itu
berarti ia belum percaya.
Sekalipun iman yang sejati pasti diikuti oleh adanya ketaatan / perbuatan
baik / pengudusan, tetapi yang menyebabkan kita diselamatkan adalah
imannya, dan sama sekali bukan perbuatan baiknya.

Illustrasi:
sakit  obat  sembuh  olah raga / bekerja
dosa  iman  selamat  taat / berbuat baik

Apa yang menyebabkan sembuh? Tentu saja obat, bukan olah raga /
bekerja. Olah raga / bekerja hanya merupakan bukti bahwa orang itu
sudah sembuh. Karena itu kalau seseorang berkata bahwa ia sudah
minum obat dan sudah sembuh, tetapi ia tetap tidak bisa berolah raga /
bekerja, maka pasti ada yang salah dengan obatnya.
Demikian juga dengan orang berdosa. Ia selamat karena iman, bukan
karena perbuatan baik. Tetapi kalau seseorang berkata bahwa ia sudah
beriman dan sudah selamat, tetapi dalam hidupnya sama sekali tidak ada
perbuatan baik / ketaatan, maka pasti ada yang salah dengan imannya.

Juga kalau kita melihat pada garis waktu, maka akan terlihat hal-hal
sebagai berikut:
a) Sejak lahir sampai seseorang percaya kepada Yesus, ia tak bisa
berbuat baik SAMA SEKALI (Ro 3:10-12 Ro 6:20).
Ro 3:10-12 - “(10) seperti ada tertulis: ‘Tidak ada yang benar,
seorangpun tidak. (11) Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak
ada seorangpun yang mencari Allah. (12) Semua orang telah
menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat
baik, seorangpun tidak.”.
Ro 6:20 - “Sebab waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari
kebenaran.”.
b) Kalau pada suatu saat ia percaya kepada Yesus, maka pada saat itu
juga ia diselamatkan / mendapatkan keselamatan (Luk 19:9).
Luk 19:9 - “Kata Yesus kepadanya: ‘Hari ini telah terjadi keselamatan
kepada rumah ini, karena orang inipun anak Abraham.”.
c) Ia pasti pada saat itu juga mendapatkan Roh Kudus (Kis 2:38 Ef
1:13).
Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu
masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk
pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”.
Ef 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman
kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu
percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu.”.
d) Roh Kudus itu akan mengeluarkan buah Roh (Gal 5:22-23), sehingga
hidup orang itu secara sedikit demi sedikit akan dikuduskan.

Jadi terlihat dengan jelas bahwa imanlah, dan bukannya perbuatan baik,
dan juga bukannya iman + perbuatan baik, yang menyebabkan kita
diselamatkan, karena keselamatannya telah terjadi sebelum perbuatan
baik itu mulai muncul.

Kesimpulan dari bagian ini: keselamatan hanya karena iman, dan itu betul-
betul merupakan anugerah murni!

II) Keselamatan tidak bisa hilang.

Kalau ditanya: bisakah orang kristen kehilangan keselamatannya?, maka


ajaran Reformed / Calvinisme dan Arminianisme bertentangan dalam
menjawab pertanyaan ini. Ajaran Reformed / Calvinisme mengatakan bahwa
keselamatan tidak bisa hilang, sedangkan Arminianisme mengatakan
keselamatan bisa hilang.

Mengapa saya mempercayai ajaran Reformed / Calvinisme yang


mengatakan keselamatan tidak bisa hilang?

1) Ajaran Arminian bertentangan dengan SOLA FIDE dan SOLA GRATIA


yang baru saya ajarkan di atas. Penyangkalan terhadap doktrin
Perseverance of the Saints (= Ketekunan orang-orang kudus) ini
menyebabkan keselamatan akhir tergantung kepada usaha dan kehendak
manusia.

Pdt. Jusuf B. S.: “Kepastian keselamatan kita tergantung dari Allah dan
kita. Allah 100 % menghendaki keselamatan kita. Ia tidak pernah berubah
Ibr 13:8. Sebab itu sekarang hanya tergantung dari kita. Kalau kita
sungguh-sungguh, itu berarti kita akan tumbuh, tidak tinggal kanak-kanak
rohani, pasti naik, kita juga pasti tetap selamat. Jadi kepastian keselamatan
itu tergantung dari kesungguhan kita dengan kata lain tergantung dari
tingkat rohani kita” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 67.
Pdt. Jusuf B. S.: ‘Keselamatan itu bisa hilang tetapi orang beriman yang
mau tetap selamat, tidak akan kehilangan keselamatannya” - ‘Keselamatan
tidak bisa hilang?’, hal 73.

Misalnya ada 2 orang beriman yang sejati, yaitu A dan B. A sungguh-


sungguh berusaha untuk tetap selamat dan karena itu tetap selamat,
sedangkan B tidak / kurang berusaha, sehingga akhirnya kehilangan
keselamatannya.
a) Jadi apa yang membedakan A dan B? Apa yang akhirnya
menyebabkan A masuk surga sedangkan B masuk neraka?
Kesungguhan A dalam memelihara keselamatannya, bukan? Jelas
bahwa kebaikan si A mempunyai andil dalam keselamatannya.
Dengan demikian itu bertentangan dengan dengan SOLA FIDE dan
SOLA GRATIA.
b) Kalau si A ditanya: ‘mengapa kamu selamat, B tidak?’.
‘Karena saya percaya kepada Kristus’.
‘Si B juga percaya kepada Kristus, mengapa dia tidak selamat?’
‘Karena dia tidak percaya sampai akhir’.
‘Mengapa kamu bisa percaya sampai akhir, dan B tidak?’.
‘Mungkin karena saya lebih banyak berdoa, lebih tidak duniawi, lebih
cinta Tuhan, lebih sungguh-sungguh dalam berusaha, lebih tekun,
dsb’.
Ini memang merupakan jawaban yang tak terhindarkan. Dengan kata
lain: si A selamat dan si B tidak, karena si A lebih baik dari pada si B.

Memang konsekwensi seperti ini tidak akan disetujui oleh orang


Arminian.
Pdt. Jusuf B. S.: “Kita menerima keselamatan dari Tuhan dengan cuma-
cuma, bukan karena jasa, kebaikan, usaha atau pekerjaan kita” -
‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 9. Dan ia lalu mengutip Ef 2:8
sebagai dasar.
Tetapi ketidak-setujuannya ini menyebabkan ia menjadi tidak konsisten
dengan ajarannya di atas, yang menunjukkan bahwa orang kristen yang
bisa tetap selamat adalah mereka yang mau bersungguh-sungguh dalam
berusaha memelihara keselamatan mereka.

Bandingkan dengan kata-kata Council of Trent (Gereja Roma Katolik)


yang mengutuk orang yang mempercayai ‘pembenaran oleh iman saja’
(justification by faith alone).
Council of Trent, Chapter XVI, Canon IX: “If any one saith that by faith
alone the impious is justified in such wise as to mean, that nothing else is
required to co-operate in order to the obtaining of the grace of justification, and
that it is not in any way necessary, that he be prepared and disposed by the
movement of his own will: let him he anathema” (= Jika seseorang berkata
bahwa oleh iman saja orang jahat dibenarkan, dan mengartikan bahwa
tidak ada sesuatu apapun yang dibutuhkan untuk bekerja sama supaya
mendapatkan kasih karunia pembenaran, dan bahwa tidak dibutuhkan
dalam hal apapun bahwa ia disiapkan dan diatur / dicondongkan oleh
gerakan kehendaknya sendiri: terkutuklah dia) - Louis Berkhof,
‘Systematic Theology’, hal 512.
Canon XXIV: “If any one saith, that the justice received is not preserved and
also increased before God through good works; but that the said works are
merely the fruits and signs of justification obtained, but not a cause of the
increase thereof: let him he anathema” (= Jika seseorang berkata bahwa
pembenaran yang diterima itu tidak dipelihara dan juga ditingkatkan di
hadapan Allah melalui perbuatan baik; tetapi bahwa perbuatan baik yang
disebutkan tadi semata-mata merupakan buah dan tanda / bukti dari
pembenaran yang didapatkan, tetapi bukan suatu penyebab dari
peningkatan itu: terkutuklah dia) - Louis Berkhof, ‘Systematic Theology’,
hal 512.
Sekalipun ini sebetulnya lebih sesat dari pada kata-kata Pdt. Jusuf B. S.
tadi, tetapi ini lebih konsisten dengan pandangan bahwa keselamatan bisa
hilang, yang juga dianut oleh Roma Katolik. Tetapi ketidak-konsistenan
pandangan Arminian dalam hal ini merupakan ‘ketidak-konsistenan yang
menguntungkan’, karena dengan demikian mereka tak bisa disebut
sebagai ‘SESAT’. Paling-paling saya menganggap mereka ‘berbau
kesesatan’.
R. C. Sproul: “Evangelicals are so called because of their commitment to the
biblical and historical doctrine of justification by faith alone. Because the
Reformers saw SOLA FIDE as central and essential to the biblical gospel, the
term evangelical was applied to them. Modern evangelicals in great numbers
embrace the SOLA FIDE of the Reformation, but have jettisoned the SOLA
GRATIA that undergirded it. Packer and Johnston assert: ‘Justification by
faith only’ is a truth that needs interpretation. The principle of SOLA FIDE is
not rightly understood till it is seen as anchored in the broader principle of
SOLA GRATIA. What is the source and status of faith? Is it the God-given
means whereby the God-given justification is received, or is it a condition of
justification which is left to man to fulfill? Is it a part of God’s gift of salvation,
or is it man’s own contribution to salvation? Is our salvation wholly of God, or
does it ultimately depend on something that we do for ourselves? Those who say
the latter (as the Arminians later did) thereby deny man’s utter helplessness in
sin, and affirm that a form of semi-Pelagianism is true after all. It is no
wonder, then, that later Reformed theology condemned Arminianism as being
in principle a return to Rome (because in effect it turned faith into a
meritorious work) and a betrayal of the Reformation (because it denied the
sovereignty of God in saving sinners, which was the deepest religious and
theological principle of the Reformers’ thought). Arminianism was, indeed, in
Reformed eyes a renunciation of New Testament Christianity in favour of New
Testament Judaism; for to rely on oneself for faith is no different in principle
from relying on oneself for works, and the one is as un-Christian and anti-
Christian as the other. In the light of what Luther says to Erasmus, there is no
doubt that he would have endorsed this judgment. I must confess that the first
time I read this paragraph, I blinked. On the surface it seems to be a severe
indictment of Arminianism. Indeed it could hardly be more severe than to speak
of it as ‘un-Christian’ or ‘anti-Christian.’ Does this mean that Packer and
Johnston believe Arminians are not Christians? Not necessarily. Every
Christian has errors of some sort in his thinking. Our theological views are
fallible. Any distortion in our thought, any deviation from pure, biblical
categories may be loosely deemed ‘un-Christian’ or ‘anti-Christian.’ The fact
that our thought contains un-Christian elements does not demand the inference
that we are therefore not Christians at all. I agree with Packer and Johnston
that Arminianism contains un-Christian elements in it and that their view of
the relationship between faith and regeneration is fundamentally un-Christian.
Is this error so egregious that it is fatal to salvation? People often ask if I
believe Arminians are Christians? I usually answer, ‘Yes, barely.’ They are
Christians by what we call A FELICITOUS INCONSISTENCY. What is this
inconsistency? Arminians affirm the doctrine of justification by faith alone.
They agree that we have no meritorious work that counts toward our
justification, that our justification rests solely on the righteousness and merit of
Christ, that sola fide means justification is by Christ alone, and that we must
trust not in our own works, but in Christ’s work for our salvation. In all this
they differ from Rome on crucial points. Packer and Johnston note that later
Reformed theology, however, condemned Arminianism as a betrayal of the
Reformation and in principle as a return to Rome. They point out that
Arminianism ‘in effect turned faith into a meritorious work.’ We notice that
this charge is qualified by the words ‘in effect.’ Usually Arminians deny that
their faith is a meritorious work. If they were to insist that faith is a meritorious
work, they would be explicitly denying justification by faith alone. The
Arminian acknowledges that faith is something a person does. It is a work,
though not a meritorious one. Is it a good work? Certainly it is not a bad work.
It is good for a person to trust in Christ and in Christ alone for his or her
salvation. Since God commands us to trust in Christ, when we do so we are
obeying this command. But all Christians agree that faith is something we do.
God does not do the believing for us. We also agree that our justification is by
faith insofar as faith is the instrumental cause of our justification. All the
Arminian wants and intends to assert is that man has the ability to exercise the
instrumental cause of faith without first being regenerated. This position
clearly negates SOLA GRATIA, but not necessarily SOLA FIDE. Then why say
that Arminianism ‘in effect’ makes faith a meritorious work? Because the good
response people make to the gospel becomes the ultimate determining factor in
salvation. I often ask my Arminian friends why they are Christians and other
people are not. They say it is because they believe in Christ while others do not.
Then I inquire why they believe and others do not? ‘Is it because you are more
righteous than the person who abides in unbelief?’ They are quick to say no.
‘Is it because you are more intelligent?’ Again the reply is negative. They say
that God is gracious enough to offer salvation to all who believe and that one
cannot be saved without that grace. But this grace is cooperative grace. Man in
his fallen state must reach out and grasp this grace by an act of the will, which
is free to accept or reject this grace. Some exercise the will rightly (or
righteously), while others do not. When pressed on this point, the Arminian
finds it difficult to escape the conclusion that ultimately his salvation rests on
some righteous act of the will he has performed. He has ‘in effect’ merited the
merit of Christ, which differs only slightly from the view of Rome.” [= Orang-
orang ‘injili’ disebut demikian karena komitmen mereka pada doktrin
Alkitabiah dan bersifat sejarah, dari ‘pembenaran oleh iman saja’. Karena
para tokoh Reformasi melihat SOLA FIDE sebagai bersifat pokok dan
penting / bersifat hakiki pada injil yang Alkitabiah, maka istilah ‘injili’
diterapkan kepada mereka. Orang-orang Injili modern dalam jumlah yang
besar memeluk / mempercayai SOLA FIDE dari Reformasi, tetapi telah
membuang SOLA GRATIA yang menopang di bawahnya. Packer dan
Johnston menegaskan: ‘Pembenaran oleh iman saja’ adalah suatu
kebenaran yang membutuhkan penafsiran. Prinsip dari SOLA FIDE tidak
dimengerti secara benar sampai itu terlihat dijangkarkan pada prinsip yang
lebih luas tentang SOLA GRATIA. Apa yang merupakan sumber dan
keadaan / posisi dari iman? Apakah iman adalah cara yang Allah berikan
dengan mana pembenaran yang Allah berikan diterima, atau apakah iman
adalah suatu syarat pembenaran yang ditinggalkan kepada manusia untuk
digenapi / dilakukan oleh manusia? Apakah iman merupakan sebagian dari
pemberian keselamatan dari Allah, atau apakah iman merupakan
sumbangsih manusia sendiri pada keselamatan? Apakah keselamatan kita
sepenuhnya dari Allah, atau apakah iman pada akhirnya tergantung pada
sesuatu yang kita lakukan bagi diri kita sendiri? Mereka yang mengatakan
yang belakangan (seperti yang dilakukan oleh orang-orang Arminian yang
belakangan) dengan itu menyangkal ketidak-berdayaan sama sekali dari
manusia dalam dosa, dan menegaskan bahwa bagaimanapun suatu bentuk
dari semi-Pelagianisme adalah benar. Maka tidaklah mengherankan bahwa
theologia Reformed yang belakangan mengecam Arminianisme sebagai
dalam prinsip suatu tindakan kembali pada Roma (karena sebetulnya /
dalam faktanya Arminianisme mengubah iman menjadi suatu pekerjaan
yang mempunyai jasa) dan suatu pengkhianatan dari Reformasi (karena
Arminianisme menyangkal kedaulatan Allah dalam penyelamatan orang-
orang berdosa, yang merupakan prinsip agamawi dan theologis yang
terdalam dari pemikiran tokoh-tokoh Reformasi). Di mata orang-orang
Reformed, Arminianisme memang adalah suatu penolakan / penyangkalan
dari kekristenan Perjanjian Baru dan suatu dukungan kepada Yudaisme
Perjanjian Baru; karena bersandar pada diri sendiri UNTUK IMAN secara
prinsip tak berbeda dari bersandar kepada diri sendiri UNTUK
PERBUATAN BAIK, dan yang satu sama tidak Kristen dan anti Kristennya
seperti yang lain. Dalam terang dari apa yang Luther katakan kepada
Erasmus, disana tidak ada keraguan bahwa ia akan sudah mengesahkan /
menyokong penghakiman / penilaian ini. Saya harus mengakui bahwa
pertama kali saya membaca paragraf ini, saya mengedipkan mata. Di
permukaan ini kelihatannya merupakan suatu tuduhan serius terhadap
Arminianisme. Memang hampir tak bisa lebih keras dari pada berbicara
tentang Arminianisme sebagai ‘tidak Kristen’ atau ‘Anti Kristen’. Apakah
ini berarti bahwa Packer dan Johnston mempercayai bahwa orang-orang
Arminian bukanlah orang-orang Kristen? Tidak harus demikian. Setiap
orang Kristen mempunyai kesalahan-kesalahan dari jenis tertentu dalam
pemikirannya. Pandangan-pandangan theologis kita bisa salah. Distorsi
apapun dalam pemikiran kita, penyimpangan apapun dari kategori-kategori
yang murni dan Alkitabiah bisa secara longgar dianggap sebagai ‘tidak
Kristen’ atau ‘anti Kristen’. Fakta bahwa pemikiran theologis kita
mengandung elemen-elemen yang tidak Kristen tidaklah menuntut
kesimpulan bahwa karena itu kita bukanlah orang-orang Kristen sama
sekali. Saya setuju dengan Packer dan Johnston bahwa Arminianisme
mengandung elemen-elemen yang tidak Kristen di dalamnya dan bahwa
pandangan mereka tentang hubungan antara iman dan kelahiran baru
secara dasari tidak Kristen. Apakah kesalahan ini begitu menyolok sehingga
itu merupakan sesuatu yang fatal terhadap keselamatan? Orang-orang
sering bertanya apakah saya percaya bahwa orang-orang Arminian adalah
orang-orang Kristen? Saya biasanya menjawab, ‘Ya, hampir tidak’. Mereka
adalah orang-orang Kristen oleh apa yang kami sebut SUATU KETIDAK-
KONSISTENAN YANG MENGUNTUNGKAN. Ketidak-konsistenan apa
ini? Arminianisme menegaskan doktrin pembenaran oleh iman saja. Mereka
setuju bahwa kita tidak mempunyai perbuatan / pekerjaan yang berjasa
yang diperhitungkan pada pembenaran kita, bahwa pembenaran kita
bersandar semata-mata pada kebenaran dan jasa dari Kristus, bahwa SOLA
FIDE (iman saja) berarti pembenaran adalah oleh Kristus saja, dan bahwa
kita harus percaya bukan kepada pekerjaan / perbuatan baik kita sendiri,
tetapi kepada pekerjaan Kristus untuk keselamatan kita. Dalam semua ini
mereka berbeda dari Roma pada pokok-pokok yang penting. Tetapi Packer
dan Johnston memperhatikan bahwa theologia Reformed yang belakangan
mengecam Arminianisme sebagai suatu pengkhianatan terhadap Reformasi
dan secara prinsip sebagai suatu tindakan kembali kepada Roma. Mereka
menunjukkan bahwa Arminianisme ‘sebetulnya / dalam faktanya mengubah
iman menjadi suatu pekerjaan / perbuatan baik yang mempunyai jasa’.
Kami memperhatikan bahwa tuduhan ini disyaratkan oleh kata-kata
‘sebetulnya / dalam faktanya’. Biasanya orang-orang Arminian menyangkal
bahwa iman mereka adalah suatu pekerjaan / perbuatan baik yang
mempunyai jasa. Seandainya mereka berkeras bahwa iman adalah suatu
pekerjaan / perbuatan baik yang mempunyai jasa, mereka secara explicit
menyangkal pembenaran oleh iman saja. Orang-orang Arminian mengakui
bahwa iman adalah sesuatu yang seseorang lakukan. Itu adalah suatu
pekerjaan / perbuatan, sekalipun bukan suatu pekerjaan / perbuatan yang
mempunyai jasa. Apakah itu suatu pekerjaan baik? Pasti itu bukanlah suatu
pekerjaan yang buruk / jahat. Adalah baik bagi seseorang untuk percaya
kepada Kristus dan kepada Kristus saja untuk keselamatannya. Karena
Allah memerintahkan kita untuk percaya kepada Kristus, pada waktu kita
melakukannya kita sedang mentaati perintah ini. Tetapi semua orang
Kristen setuju bahwa iman adalah sesuatu yang kita lakukan. Allah tidak
melakukan tindakan percaya itu untuk kita. Kita juga setuju bahwa
pembenaran kita adalah oleh iman sejauh iman adalah penyebab yang
bersifat alat dari pembenaran kita. Semua yang orang-orang Arminian
inginkan dan maksudkan untuk tegaskan adalah bahwa manusia
mempunyai kemampuan untuk melaksanakan penyebab yang bersifat alat
dari iman tanpa harus dilahir-barukan lebih dulu. Posisi ini secara jelas
meniadakan SOLA GRATIA, tetapi tidak harus meniadakan SOLA FIDE.
Lalu mengapa mengatakan bahwa Arminianisme ‘sebetulnya / dalam
faktanya’ membuat iman suatu pekerjaan yang mempunyai jasa? Karena
tanggapan yang baik yang dibuat oleh orang-orang kepada injil menjadi
faktor penentu akhir dalam keselamatan. Saya sering bertanya kepada
teman-teman Arminian saya mengapa mereka adalah orang-orang Kristen
dan orang-orang lain tidak. Mereka mengatakan bahwa itu disebabkan
karena mereka percaya kepada Kristus sedangkan orang-orang lain tidak.
Lalu saya bertanya mengapa mereka percaya dan orang-orang lain tidak?
‘Apakah itu disebabkan karena kamu lebih benar dari pada orang yang
tinggal dalam ketidak-percayaan?’ Mereka dengan cepat menjawab ‘tidak’.
‘Apakah itu disebabkan karena kamu lebih pandai?’ Lagi-lagi jawabannya
adalah ‘tidak’. Mereka mengatakan bahwa Allah itu cukup murah hati
untuk menawarkan keselamatan kepada semua orang yang percaya dan
bahwa seseorang tidak bisa diselamatkan tanpa kasih karunia itu. Tetapi
kasih karunia ini adalah kasih karunia yang bersifat kerja sama. Manusia
dalam keadaannya yang sudah jatuh harus menjangkau dan memegang
kasih karunia ini oleh suatu tindakan dari kehendak, yang bebas untuk
menerima atau menolak kasih karunia ini. Sebagian menggunakan
kehendak dengan benar, sedangkan yang lain tidak. Pada waktu ditekan
pada titik ini, orang-orang Arminian mendapati bahwa sukar untuk lolos
dari kesimpulan bahwa pada akhirnya keselamatannya berdasar / bersandar
pada suatu tindakan benar dari kehendak yang telah ia lakukan. Ia
‘sebetulnya / dalam faktanya’ mengambil jasa Kristus yang hanya sedikit
berbeda dengan pandangan dari Roma.] - ‘Willing to Believe’, hal 24-26.
Catatan: kalau dalam kutipan ini dikatakan ‘Roma’ maksudnya adalah
‘Gereja Roma Katolik’.

Sekarang perhatikan beberapa kutipan dari para ahli theologia Reformed


di bawah ini:
Herman Hoeksema: “Hence, according to them, it is abundantly plain that
perseverance and the final salvation depend on man” (= Karena itu, menurut
mereka, adalah sangat jelas bahwa ketekunan dan keselamatan akhir
tergantung kepada manusia) - ‘Reformed Dogmatics’, hal 551-552.

Louis Berkhof: “The denial of the doctrine of perseverance virtually makes the
salvation of man dependent on the human will rather than on the grace of God.
This consideration will, of course, have no effect on those who share the
Pelagian conception of salvation as autosoteric - and their number are great -
but certainly ought to cause those to pause who glory in being saved by grace”
(= Penyangkalan terhadap doktrin ketekunan sebenarnya membuat
keselamatan manusia tergantung pada kehendak manusia dan bukannya
pada kasih karunia Allah. Tentu saja pertimbangan ini tidak mempunyai
pengaruh pada mereka yang mempunyai konsep Pelagianisme tentang
keselamatan sebagai penyelamatan diri sendiri - dan jumlah mereka banyak
- tetapi pasti pertimbangan ini harus menyebabkan mereka, yang bermegah
dalam keselamatan karena kasih karunia, untuk berhenti sejenak) -
‘Systematic Theology’, hal 549.

Loraine Boettner: “Arminianism denies this doctrine of Perseverance, because


it is a system, not of pure grace, but of grace and works; and in any such system
the person must prove himself at least partially worthy” (= Arminianisme
menyangkal doktrin ketekunan ini, karena Arminian merupakan suatu
sistim bukan hanya dari kasih karunia murni, tetapi dari kasih karunia dan
perbuatan baik; dan dalam sistim seperti itu seseorang harus membuktikan
bahwa dirinya sedikitnya layak sebagian / mempunyai kelayakan sebagian) -
‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 187.

Dan kalau memang keselamatan akhir tergantung manusia itu sendiri,


maka itu menyebabkan orang kristen berada dalam posisi yang sangat
genting / berbahaya.
Louis Berkhof: “The idea is that, after man is brought to a state of grace by the
operation of the Holy Spirit alone, or by the joint operation of the Holy Spirit
and the will of man, it rests solely with man to continue in faith or to forsake
the faith, just as he sees fit. This renders the cause of man very precarious and
makes it impossible for him to attain to the blessed assurance of faith.
Consequently, it is of the utmost importance to maintain the doctrine of
perseverance. In the words of Hovey, ‘It may be a source of great comfort and
power, - an incentive to gratitude, a motive to self-sacrifice, and a pillar of fire
in the hour of danger.’” [= Gagasannya (dari orang Arminian) adalah,
setelah seorang manusia dibawa ke suatu keadaan kasih karunia oleh
pekerjaan Roh Kudus saja, atau oleh kerja sama dari Roh Kudus dan
kehendak manusia, sekarang semata-mata terserah kepada orang itu untuk
terus dalam iman atau untuk meninggalkan iman, seperti yang ia anggap
baik. Ini membuat perkara manusia ini sangat genting / berbahaya, dan
membuat mustahil baginya untuk mencapai keyakinan iman / keselamatan.
Karena itu, mempertahankan doktrin ketekunan merupakan sesuatu yang
terpenting. Dalam kata-kata dari Hovey: ‘Doktrin itu bisa menjadi sumber
dari penghiburan dan kuasa, - suatu dorongan kepada rasa syukur, suatu
motivasi kepada pengorbanan diri sendiri, dan suatu tiang api pada saat
bahaya’.] - ‘Systematic Theology’, hal 549.

Loraine Boettner mengutip kata-kata Luther: “we ourselves are so feeble,


that if the matter were left in our hands, very few, or rather none, would be
saved; but Satan would overcome us all” (= kita sendiri adalah begitu lemah,
sehingga seandainya persoalannya diletakkan dalam tangan kita, sangat
sedikit, atau sama sekali tidak ada, yang akan diselamatkan; tetapi Setan
akan mengalahkan kita semua) - ‘The Reformed Doctrine of
Predestination’, hal 187.
Bdk. Yes 1:9 - “Seandainya TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada
kita sedikit orang yang terlepas, kita sudah menjadi seperti Sodom, dan
sama seperti Gomora”.
Calvin (tentang Yes 1:9): “as if he had said, Be not deceived by flatteries; you
would be in the same condition that Sodom and Gomorrah now are, were it not
that God, in compassion on you, has preserved a remnant. This agrees with the
words of Jeremiah, It is of the Lord’s mercies that we are not consumed.
(Lamentations 3:22.)” [= seakan-akan Ia telah berkata, ‘Jangan ditipu oleh
bujukan-bujukan; kamu akan ada dalam keadaan yang sama dengan
keadaan Sodom dan Gomora sekarang, seandainya bukan karena Allah,
dalam belas kasihan kepadamu, telah memelihara / melindungi / menjaga
suatu sisa. Ini sesuai dengan kata-kata Yeremia, ‘Adalah dari belas kasihan
Tuhan bahwa kita tidak dihabiskan’ (Ratapan 3:22).].
Rat 3:22 - “Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya
rahmatNya”.
KJV: ‘It is of the LORD’S mercies that we are not consumed, because his
compassions fail not’ (= Adalah dari / karena belas kasihan TUHAN
sehingga kita tidak dihabiskan, karena belas kasihanNya tidak gagal).
Mat 24:22 - “Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala
yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-
orang pilihan waktu itu akan dipersingkat”.

Loraine Boettner: “If Arminianism were true, Christians would still be in very
dangerous positions, with their eternal destiny suspended upon the probability
that their weak, creaturely wills would continue to choose right. ... His
assurance is based largely on self-confidence. Others have failed, but he is
confident that he will not fail. But what a delusion is this when apllied to the
spiritual realm! What a pity that any one who is at all acquainted with his own
tendency to sin should base his assurance of salvation upon such grounds! His
system places the cause of his perseverance, not in the hands of an all-
powerful, never-changing God, but in the hands of weak sinful man” (=
Seandainya Arminianisme benar, orang-orang Kristen tetap ada dalam
posisi yang sangat berbahaya, dengan nasib / tujuan kekal digantungkan
pada kemungkinan dimana kehendak mereka yang lemah dan bersifat
makhluk ciptaan, akan terus memilih yang benar. ... Keyakinanannya secara
umum didasarkan pada keyakinan terhadap diri sendiri. Orang-orang lain
telah gagal, tetapi ia yakin bahwa ia tidak akan gagal. Tetapi kalau ini
diterapkan terhadap dunia rohani, itu betul-betul merupakan khayalan /
tipuan. Betul-betul menyedihkan bahwa ada orang yang mengenal
kecenderungannya sendiri ke dalam dosa, mendasarkan keyakinan
keselamatannya pada dasar seperti itu! Sistimnya meletakkan persoalan
ketekunannya, bukan dalam tangan Allah yang maha kuasa dan tak pernah
berubah, tetapi dalam tangan orang berdosa yang lemah) - ‘The Reformed
Doctrine of Predestination’, hal 193-194.

2) Kitab Suci berulangkali menjanjikan bahwa orang yang percaya kepada


Yesus mendapatkan hidup kekal (Yoh 3:16,36 Yoh 6:47 dsb).
Yang ingin saya tekankan di sini adalah kata ‘kekal’, yang berarti terus
menerus tanpa ada akhirnya. Kalau orang kristen yang sejati, yang sudah
betul-betul diselamatkan bisa jatuh dalam dosa sedemikian rupa sehingga
tersesat, murtad dan akhirnya terhilang, maka sebetulnya pada saat ia
percaya kepada Yesus, ia bukannya diberi hidup kekal, tetapi hidup
bersyarat. Apa syaratnya? Syaratnya adalah jangan sesat / murtad. Kalau
memang ini keadaannya, maka keadaan orang kristen sejati itu sama
seperti keadaan Adam sebelum jatuh ke dalam dosa. Ia mempunyai
hidup, tetapi bukan hidup kekal, melainkan hidup bersyarat. Apa
syaratnya? Tidak makan buah terlarang.
Tetapi tidak ada bagian Kitab Suci manapun yang mengatakan:
percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan mendapat
hidup bersyarat. Itu bukan ajaran Kitab Suci, dan dengan demikian ajaran
Arminian tidak sesuai dengan Kitab Suci. Kitab Suci mengajarkan: yang
percaya kepada Yesus mendapatkan hidup kekal. Karena itu tidak ada
apapun yang bisa membuat mereka kehilangan hidup tersebut.

Louis Berkhof: “According to Scripture the believer is already in this life in


possession of salvation and eternal life, John 3:36; 5:24; 6:54. Can we proceed
on the assumption that eternal life will not be everlasting?” (= Menurut Kitab
Suci orang percaya dalam hidup ini sudah mempunyai keselamatan dan
hidup yang kekal, Yoh 3:36; 5:24; 6:54. Bisakah kita meneruskan pada
anggapan bahwa hidup yang kekal tidak akan bersifat kekal?) - ‘Systematic
Theology’, hal 548.

R. L. Dabney: “The principle then implanted, is a never-dying principle. In


every believer an eternal spiritual life is begun. If all did not persevere in
holiness, there would be some in whom there was a true spiritual life, but not
everlasting. The promise would not be true” (= Prinsip yang ditanamkan pada
saat itu, adalah prinsip yang tidak pernah mati. Dalam setiap orang percaya,
suatu kehidupan rohani yang kekal dimulai. Jika semua tidak bertekun
dalam kekudusan, maka ada sebagian dari mereka dalam siapa ada
kehidupan rohani yang benar, tetapi tidak kekal. Maka janji itu tidak benar)
- ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 692-693.

Keberatan:
1Yoh 3:15 - “Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang
pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh
yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya”.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang bisa kehilangan hidup yang kekal,
yang tadinya telah ia miliki.

Jawaban saya:
Ayat ini berbicara dari sudut pandang manusia. Kalau kita melihat
seseorang mengaku percaya kepada Kristus, maka kita menganggap
orang itu sudah mendapat hidup yang kekal. Tetapi pada waktu kita
melihat orang itu tidak mempunyai kasih, dan bahkan membenci
saudaranya, maka kita tahu bahwa ia bukan orang kristen yang sejati, dan
lalu dikatakan bahwa ‘ia tidak tetap memiliki hidup yang kekal di dalam
dirinya’. Tetapi fakta sebenarnya adalah: ia tidak pernah betul-betul
percaya, dan tidak pernah betul-betul mendapatkan hidup yang kekal.

Perlu ditambahkan komentar Matthew Henry tentang bagian ini.


Matthew Henry: “‘... he who hates his brother hath not eternal life abiding in him," v.
15. Or, he abideth in death, as it is expressed, v. 14” (= ‘... ia yang membenci
saudaranya tidak tetap memiliki hidup yang kekal dalam dirinya,’ ay 15.
Atau, ia tetap ada di dalam maut, sebagaimana dinyatakan, ay 14).

1Yoh 3:14-15: “(14) Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam
maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita.
Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut. (15) Setiap orang yang
membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu,
bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal
di dalam dirinya”.

Jadi, ‘tidak tetap memiliki hidup yang kekal’ (ay 15b) adalah sama dengan
‘tetap di dalam maut’ (ay 14b), yang menunjukkan kalau orang itu tidak
pernah selamat!!

3) Arminianisme merupakan penghinaan terhadap penebusan dan


pembenaran kita.
Satu-satunya dasar mengapa kita bisa dibenarkan adalah penebusan oleh
Yesus Kristus dan kebenaranNya yang diberlakukan bagi kita. Kalau ada
orang yang betul-betul percaya kepada Yesus Kristus sehingga diampuni
dan dibenarkan, tanpa peduli bagaimana kejahatannya dahulu, dan lalu
menjadi tidak benar lagi dan masuk ke dalam penghukuman, maka hal itu
pasti merupakan suatu penghinaan terhadap penebusan maupun
kehidupan yang benar dari Yesus Kristus.

R. L. Dabney: “As all Christians agree, the sole ground of the acceptance of
believers is the justifying righteousness of Jesus Christ. ... this ground of
justification, this atonement for sin, this motive for the bestowal of divine love,
is perfect. Christians atonement surmounts the demerit of all possible sin or
ingratitude. His righteousness is a complete price to purchase the sinner’s
pardon and acceptance. See Heb. 9:12; 10:12 and 14; Jno. 5:24. ... Can one
who has been fully justified in Christ, whose sins have been all blotted out,
irrespective of their heinousness, by the perfect and efficacious price paid by
Jesus Christ, become again unjustified, and fall under condemnation without a
dishonour done to Christ’s righteousness?” (= Sebagaimana disetujui oleh
semua orang kristen, satu-satunya dasar dari penerimaan orang-orang
percaya adalah kebenaran yang membenarkan dari Yesus Kristus. ... dasar
dari pembenaran ini, penebusan dosa ini, motivasi untuk pemberian kasih
ilahi ini, adalah sempurna. Penebusan orang-orang Kristen mengatasi
kesalahan dari semua dosa atau rasa tidak tahu terima kasih yang
memungkinkan. KebenaranNya merupakan harga yang lengkap / sempurna
untuk membeli pengampunan dosa dan penerimaan orang-orang berdosa.
Lihat Ibr 9:12; 10:12 dan 14; Yoh 5:24. ... Bisakah seseorang yang telah
sepenuhnya dibenarkan dalam Kristus, yang dosa-dosanya telah
dihapuskan, terlepas dari kejahatan mereka, oleh harga yang sempurna dan
manjur yang dibayar oleh Yesus Kristus, lalu menjadi tidak benar lagi, dan
jatuh di bawah penghukuman, tanpa dilakukan suatu penghinaan terhadap
kebenaran Kristus?) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 691.

Illustrasi: ada orang berhutang kepada saudara. Saya membayar hutang


orang itu seluruhnya, sehingga saudara lalu menganggap hutang itu
lunas. Tahu-tahu, entah apa yang dilakukan oleh orang itu, saudara
kembali menganggapnya masih berhutang kepada saudara. Dengan
tindakan ini, saudara menghina pembayaran yang sudah saya lakukan!
Dalam illustrasi ini, saudara bisa menjawab: belum tentu. Karena
bagaimana kalau orang itu berhutang lagi? Bukankah boleh ia dianggap
kembali sebagai orang yang berhutang? Memang ya. Tetapi dalam dunia
rohani, tidak bisa diterapkan seperti itu, karena pada saat Yesus Kristus
membayar hutang kita, Ia membayar semuanya, bahkan dosa-dosa yang
akan datang. Dan karena itu kalau kita tahu-tahu dianggap sebagai orang
yang berhutang / tidak benar, itu merupakan penghinaan terhadap
penebusan yang Ia lakukan.

4) Arminianisme merupakan penghinaan terhadap pekerjaan Roh Kudus


dalam diri / hati kita.
Roh Kudus diberikan kepada setiap orang yang percaya, dan tujuan
pemberian ini adalah supaya Roh Kudus itu membimbing, menolong,
menopang, menguatkan, menghibur, menegur, dan sebagainya. Dengan
kata lain, Roh Kudus menggantikan peranan Yesus terhadap murid-
muridNya selama Ia masih hidup di dunia ini. Kalau kita ternyata bisa
tersesat / murtad dan lalu kehilangan keselamatannya, maka itu berarti
Roh Kudus tidak becus dalam melakukan tugasNya.

Louis Berkhof mengutip kata-kata Dabney: “It is a low and unworthy


estimate of the wisdom of the Holy Spirit and of His work in the heart, to
suppose that He will begin the work now, and presently desert it; that the vital
spark of heavenly birth is an ‘ignis fatuus’, burning for a short season, and
then expiring in utter darkness; that the spiritual life communicated in the new
birth, is a sort of spasmodic or galvanic vitality, giving the outward appearance
of life in the dead soul, and then dying” (= Kita menilai hikmat dari Roh
Kudus dan dari pekerjaanNya dalam hati sebagai rendah dan tak berharga,
jika kita menganggap bahwa Ia mau mulai bekerja sekarang, dan dalam
waktu singkat meninggalkannya; sehingga percikan api yang vital dari
kelahiran surgawi adalah suatu ‘ignis fatuus’, menyala untuk waktu yang
singkat, dan lalu mati dalam kegelapan total; sehingga kehidupan rohani
yang diberikan dalam kelahiran baru, adalah suatu kehidupan yang bersifat
sementara atau seperti arus listrik dari batere, memberikan penampilan
lahiriah dari kehidupan dalam jiwa yang mati, dan lalu sekarat / mati) -
‘Systematic Theology’, hal 547.
5) Orang percaya tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah
kasih karunia.
Ro 6:14 - “Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu
tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia”.

Loraine Boettner: “Paul teaches that believers are not under law, but under
grace, and that since they are not under the law they cannot be condemned for
having violated the law. ‘Ye are not under law but under grace,’ Rom. 6:14.
Further sin cannot possibly cause their downfall, for they are under a system of
grace and are not treated according to their deserts. ... The one who attempts to
earn even the smallest part of his salvation by works becomes ‘a debtor to do
the whole law’ (that is, to render perfect obedience in his own strength and thus
earn his salvation), Gal. 5:3. We are here dealing with two radically different
systems of salvation, two systems which, in fact, are diametrically opposed to
each other. ... Hence if any Christian fell away, it would be because God had
withdrawn His grace and changed His method of procedure - or, in other
words, because He had put the person back under a system of law” [= Paulus
mengajar bahwa orang-orang percaya tidak berada di bawah hukum
Taurat, tetapi di bawah kasih karunia, dan karena mereka tidak berada di
bawah hukum Taurat mereka tidak bisa dihukum karena melanggar hukum
Taurat. ‘kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih
karunia’, Ro 6:14. Dosa-dosa selanjutnya tidak mungkin bisa menyebabkan
kejatuhan mereka, karena mereka ada di bawah sistim dari kasih karunia
dan tidak diperlakukan sesuai dengan yang mereka layak dapatkan. ...
Seseorang yang berusaha untuk mendapatkan bahkan bagian terkecil dari
keselamatannya menjadi ‘seorang yang berhutang untuk melakukan seluruh
hukum Taurat’ (yaitu, memberikan ketaatan yang sempurna dengan
kekuatannya sendiri dan dengan demikian layak mendapatkan
keselamatannya), Gal 5:3. Di sini kita menangani 2 sistim keselamatan yang
sangat berbeda, 2 sistim yang dalam faktanya bertentangan satu sama
lain. ... Jadi, jika orang Kristen manapun jatuh / murtad, itu disebabkan
karena Allah telah menarik kasih karuniaNya dan mengubah metode
prosedurNya - atau, dengan kata lain, karena Ia telah meletakkan orang itu
kembali di bawah sistim dari hukum Taurat] - ‘The Reformed Doctrine of
Predestination’, hal 184,185.

Bdk. Mat 11:28-30 - “(28) Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan
berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. (29) Pikullah kuk
yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan
rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (30) Sebab kuk yang
Kupasang itu enak dan bebanKupun ringan.’”. Bdk. 1Yoh 5:3b - ‘Perintah-
perintahNya itu tidak berat’.
Calvin mengatakan bahwa sebetulnya, yang diundang di sini bukanlah
seadanya orang yang letih lesu dan berbeban berat, tetapi orang yang
letih lesu dan berbeban berat karena dosa. Ia berusaha untuk hidup suci,
membuang dosa, dsb, tetapi ia tidak mampu. Ini menyebabkan ia tidak
yakin akan keselamatannya dan ia takut terhadap murka Allah, dan ini
yang menyebabkan ia merasakan beban yang berat. Contoh yang
menyolok tentang orang seperti ini adalah Martin Luther sebelum
pertobatannya. Yesus mengundang orang seperti ini untuk datang
kepadaNya. Dan Ia menjanjikan kelegaan / ketenangan, kuk yang enak,
dan beban yang ringan. Apakah kalau kita ikut Kristus bebannya betul-
betul ringan? Saya yakin tidak. Tetapi tetap disebut ‘ringan’ dalam
perbandingan dengan orang di luar Kristus. Yang di dalam Kristus
mengusahakan ketaatan dengan keyakinan bahwa dirinya sudah selamat,
yang di luar Kristus mengusahakan ketaatan supaya selamat. Itu yang
membedakan sehingga yang pertama merasakan bebannya ringan, yang
kedua merasakan bebannya berat.
Kalau kita menerima ajaran Arminian, bahwa orang kristen yang sejati
bisa kehilangan keselamatannya, maka janji Yesus ini harus dibuang.
Beban orang kristen sama beratnya dengan beban orang yang non
kristen, karena sama-sama tidak yakin nanti akan selamat atau tidak!

6) Arminianisme ini bertentangan dengan Ro 8:28 dan 1Kor 10:13.


Ro 8:28 - “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
1Kor 10:13 - “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-
pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia
dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui
kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu
jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”. Bdk. 2Pet 2:9a -
“maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-orang saleh dari
pencobaan”.

Dalam kedua janji di atas ini, yang saya yakin hanya berlaku untuk orang
kristen yang sejati, Allah berjanji untuk:
a) Memberikan yang baik bagi orang percaya.
b) Membatasi pencobaan sehingga tidak lebih dari kekuatan orang
percaya. Dan dalam 2Pet 2:9a dikatakan bahwa Tuhan tahu
bagaimana caranya menyelamatkan orang saleh / orang kristen dari
pencobaan.
2Pet 2:9a - “maka nyata, bahwa Tuhan tahu menyelamatkan orang-
orang saleh dari pencobaan”.
Kalau memang ada orang kristen yang sejati yang sudah diselamatkan
yang bisa murtad dan lalu terhilang selama-lamanya, maka perlu
dipertanyakan:
1. Mengapa Allah tidak memanggil ia pulang pada waktu ia ada dalam
keadaan selamat? Bukankah itu lebih baik baginya dari pada dibiarkan
hidup tetapi lalu murtad dan binasa?
2. Mengapa Allah tidak membatasi pencobaan yang dialami orang
tersebut? Dan mengapa Allah tidak tahu / tidak bisa menyelamatkan
orang kristen dari pencobaan?
Apakah 1Kor 10:13, dan juga Ro 8:28, tidak berlaku bagi orang itu?

Pdt. Jusuf B. S.: “Tentu Allah membatasi setan dalam usahanya ini, supaya
jangan manusia dicobai lebih dari kemampuannya (1Kor 10:13), kalau
tidak, semua manusia akan binasa” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal
19.
Kelihatannya ia menganggap bahwa 1Kor 10:13 ini berlaku untuk semua
orang. Allah membatasi pencobaan (secara umum), karena kalau tidak,
maka semua manusia akan binasa. Dengan dibatasi, maka sebagian
manusia saja yang binasa. Berarti pada orang-orang itu pencobaan terlalu
berat. Lalu mengapa ada yang dijaga sehingga pencobaannya tidak
terlalu berat dan ada yang dibiarkan dicobai secara terlalu berat?

Saya berpendapat bahwa baik Ro 8:28, maupun 1Kor 10:13, hanya


berlaku untuk orang kristen yang sejati, dan kedua ayat itu menjamin
bahwa orang kristen sejati tidak mungkin kehilangan keselamatannya!

Calvin (tentang 1Kor 10:13): “Now God helps us in two ways, that we may not
be overcome by the temptation; for he supplies us with strength, and he sets
limits to the temptation. It is of the second of these ways that the Apostle here
chiefly speaks. At the same time, he does not exclude the former - that God
alleviates temptations, that they may not overpower us by their weight. For he
knows the measure of our power, which he has himself conferred. According to
that, he regulates our temptations. The term ‘temptation’ I take here as
denoting, in a general way, everything that allures us” (= ).

Charles Hodge (tentang 1Kor 10:13): “‘But God is faithful.’ He has


promised to preserve his people, and therefore his fidelity is concerned in not
allowing them to be unduly tempted. Here, as in 1:9, and every where else in
Scripture, the security of believers is referred neither to the strength of the
principle of grace infused into them by regeneration, nor to their own firmness,
but to the fidelity of God. He has promised that those given to the Son as his
inheritance, should never perish. They are kept, therefore, by the power of God,
through faith, unto salvation, 1 Peter 1:4” (= ).

Adam Clarke (tentang 1Kor 10:13): “‘But such as is common to man.’


ANTHROOPINOS. Chrysostom has properly translated this word
ANTHROOPINOS as: TOUTESTI MIKROS, BRACHUS, SUMMETROS; that
is, small, short, moderate, Your temptations or trials have been but trifling in
comparison of those endured by the Israelites; they might have been easily
resisted and overcome. Besides, God will not suffer you to be tried above the
strength he gives you; but as the trial comes, he will provide you with sufficient
strength to resist it; as the trial comes in, he will make your way out. The words
are very remarkable, POIEESEI SUN TOO PEIRASMOO KAI TEEN
EKBASIN, He will, with the temptation, make the deliverance, or way out.’
Satan is never permitted to block up our way, without the providence of God
making a way through the wall. God ever makes a breach in his otherwise
impregnable fortification. Should an upright soul get into difficulties and
straits, he may rest assured that there is a way out, as there was a way in; and
that the trial shall never be above the strength that God shall give him to bear
it” (= ).

Sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan adalah bahwa 1Kor


10:13 ini diberikan persis setelah 1Kor 10:12 - “Sebab itu siapa yang
menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”.
Jadi, setelah ada peringatan untuk berhati-hati, ada jaminan bahwa Tuhan
akan menolong sehingga kita tidak mungkin jatuh, dalam arti ‘terhilang’!

7) Dasar dari keselamatan kita adalah kasih yang tidak berubah dari Allah.
Yer 31:3 - “Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku
mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan
kasih setiaKu kepadamu”.

Calvin (tentang Yer 31:3): “It is, therefore, a doctrine especially useful, when
the Prophet shews, that whatever blessings God has at any time conferred on
his ancient people, they ought to be ascribed to his gratuitous covenant, and
that that covenant is eternal: and hence there is no doubt but that God is at this
day prepared to secure the salvation of all the godly; for he remains ever the
same, and never changes; and he would also have his fidelity and constancy to
shine forth in the covenant which he has made with his Church. Since, then,
the covenant of God is inviolable and cannot fail, even were heaven and earth
brought into confusion, we ought to feel assured that God will ever be a
deliverer to us: how so? because his covenant remains the same; and, therefore,
his power to deliver us will remain the same. This is the use we ought to make
of this clause” (= ).

R. L. Dabney: “The sovereign and unmerited love is the cause of the believer’s
effectual calling, Jer. 31:3; Rom. 8:30. Now, as the cause is unchangeable, the
effect is unchangeable. ... When He first bestowed that grace, He knew that the
sinner on whom He bestowed it was totally depraved, and wholly and only
hateful in himself to the divine holiness; and therefore no new instance of
ingratitude or unfaithfulness, of which the sinner may become guilty after his
conversion, can be any provocation to God, to change His mind, and wholly
withdraw His sustaining grace. God knew all this ingratitude before. He will
chastise it, by temporarily withdrawing His Holy Spirit, or His providential
mercies; but if He had not intended from the first to bear with it, and to forgive
it in Christ, He would not have called the sinner by His grace at first” (= Kasih
yang berdaulat dan tidak layak kita dapatkan, adalah penyebab dari
panggilan effektif terhadap orang percaya, Yer 31:3; Ro 8:30. Sekarang,
karena penyebabnya tidak bisa berubah, maka akibatnya juga tidak bisa
berubah. ... Pada saat Ia pertama kalinya memberikan kasih karunia itu, Ia
sudah tahu bahwa orang berdosa, kepada siapa Ia memberikan kasih
karunia itu, adalah bejad secara total dan hanya membangkitkan kebencian
dalam dirinya terhadap kekudusan ilahi; dan karena itu tidak ada contoh
baru dari rasa tidak tahu terima kasih atau ketidak-setiaan, tentang mana
orang berdosa itu bisa menjadi bersalah setelah pertobatan, bisa menjadi
sesuatu yang membuat Allah menjadi marah, mengubah pikiranNya, dan
menarik kembali kasih karuniaNya sepenuhnya. Allah tahu tentang semua
rasa tidak tahu terima kasih ini sebelumnya. Ia akan menghajarnya, dengan
secara sementara menarik Roh KudusNya, atau belas kasihan
providensiaNya; tetapi seandainya Ia dari semula tidak bermaksud untuk
menganggung semua itu dengan sabar, dan mengampuninya dalam Kristus,
maka Ia tidak akan memanggil orang berdosa itu dengan kasih karuniaNya
dari semula) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 690,691.
Kata-kata Dabney ini mungkin agak membingungkan bagi orang yang
tidak terbiasa dengan bahasa Theologia. Karena itu akan saya ulangi
dengan kata-kata saya sendiri sebagai berikut: Yang menyebabkan Allah
memanggil kita adalah kasih Allah. Kasih Allah ini tidak bisa berubah.
Karena itu panggilanNya juga tidak berubah. Pada saat Allah mau
menyelamatkan seseorang, Allah sudah tahu bahwa orang itu adalah
orang yang bejat secara total, sehingga yang bisa dilakukan orang itu
selalu adalah hal-hal yang menjengkelkan Dia, karena semua manusia
memang seperti itu. Karena itu, pada saat orang itu menjadi orang kristen,
tidak ada dosa apapun yang mengejutkan Allah, yang lalu menyebabkan
Allah membatalkan keselamatan orang itu. Kalau dari semula Ia memang
tidak bermaksud untuk terus menanggung dengan sabar dosa-dosa orang
itu dan mengampuninya melalui darah Kristus, maka dari semula Ia juga
tidak akan memanggil / menyelamatkan orang itu.

Yer 31:3 - “Dari jauh TUHAN menampakkan diri kepadanya: Aku


mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan
kasih setiaKu kepadamu”.

Yes 54:10 - “Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit


bergoyang, tetapi kasih setiaKu tidak akan beranjak dari padamu dan
perjanjian damaiKu tidak akan bergoyang, firman TUHAN, yang
mengasihani engkau.”.

sampai sini

8) Allah itu setia.


2Tim 2:12-13 - “(12) jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah
dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita; (13)
jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal
diriNya.’”.
1Kor 1:8-9 - “(8) Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada
kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus
Kristus. (9) Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan
AnakNya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia”.
Ro 11:29 - “Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilanNya”.
Fil 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai
pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada
akhirnya pada hari Kristus Yesus”.
R. L. Dabney: “the Apostle says, Phil. 1:6, that from the first day of their
conversion till now, his prayers for his Philippian converts had always been
offered in joy, because he was confident that the Redeemer, who had begun the
blessed work in them, by their regeneration, faith, and repentance, would
continue that work of sanctification, till it was perfected at the second coming
of Jesus Christ, in the resurrection of their bodies, and their complete
glorification” (= sang Rasul berkata, Fil 1:6, bahwa dari hari pertama dari
pertobatan mereka sampai sekarang, doa-doanya untuk petobat-petobat
Filipi selalu dinaikkan dengan sukacita, karena ia yakin bahwa sang
Penebus, yang telah memulai pekerjaan yang baik di dalam mereka, oleh
kelahiran baru, iman dan pertobatan mereka, akan meneruskan pekerjaan
pengudusan itu, sampai itu disempurnakan pada kedatangan Yesus Kristus
yang keduakalinya, dalam kebangkitan tubuh mereka, dan pemuliaan
mereka yang sempurna) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 688.
Dabney lalu menambahkan: “This work was begun in them by God, not by
their own free choice, independent of grace; for that choice always would have
been, most freely and heartily, to choose sin. It must have been begun by God
from deliberate design; for God worketh all things after the counsel of His own
will. That design and purpose of mercy was not founded on anything good in
them, but on God’s unchangeable mercy; and therefore it would not be
changed by any of their faults, but the unchanging God would carry it out to
perfection” (= Pekerjaan ini dimulai di dalam mereka oleh Allah, bukan oleh
pemilihan bebas mereka sendiri, tak tergantung dari kasih karunia; karena
pilihan itu, dengan sangat bebas dan sungguh-sungguh / antusias, selalu
akan memilih dosa. Itu harus dimulai oleh Allah dari perencanaan yang
disengaja; karena Allah mengerjakan segala hal sesuai dengan rencana dari
kehendakNya sendiri. Rencana belas kasihan tidak didasarkan pada apapun
yang baik dalam diri mereka, tetapi pada belas kasihan Allah yang tidak
berubah; dan karena itu, itu tidak akan diubah oleh kesalahan apapun dari
mereka, tetapi Allah yang tidak berubah itu akan melaksanakannya sampai
pada kesempurnaan) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 688.
1Tes 5:24 - “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan
menggenapinya”.
2Tes 3:3 - “Tetapi Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan
memelihara kamu terhadap yang jahat”.

John Owen tentang Yer 32:40: “The security hereof depends not on anything
in ourselves. All that is in us is to be used as a means of the accomplishment of
this promise; but the event or issue depends absolutely on the faithfulness of
God. And the whole certainty and stability of the covenant depends on the
efficacy of the grace administered in it to preserve men from all such sins as
would disannul it” (= Kepastian / keamanan ini tidak tergantung pada
apapun dalam diri kita sendiri. Semua yang ada dalam kita digunakan
sebagai cara / jalan untuk mencapai janji ini; tetapi peristiwa atau hasilnya
tergantung secara mutlak pada kesetiaan Allah. Dan seluruh kepastian dan
kestabilan dari perjanjian tergantung pada kemujaraban dari kasih karunia
yang diberikan di dalamnya untuk menjaga manusia dari semua dosa-dosa
yang bisa membatalkannya) - ‘The Works of John Owen’, vol 6, hal 338.
Yer 32:40 - “Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku
tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka;
Aku akan menaruh takut kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan
menjauh dari padaKu”.

Loraine Boettner mengutip kata-kata Martin Luther:


“God’s decree of predestination is firm and certain; and the necessary resulting
from it is, in like manner, immovable, and cannot but take place. For we
ourselves are so feeble, that if the matter were left in our hands, very few, or
rather none, would be saved; but Satan would overcome us all” (= Ketetapan
Allah tentang Predestinasi adalah teguh dan pasti; dan karena itu tidak
berubah, dan tidak bisa tidak terjadi. Karena kita sendiri adalah begitu
lemah, sehingga kalau persoalannya diletakkan dalam tangan kita, sangat
sedikit, bahkan tidak ada, yang akan selamat; tetapi Setan akan
mengalahkan kita semua) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal
187.

Loraine Boettner: “The more we think of these matters, the more thankful we
are that our perseverance in holiness and assurance of salvation is not
dependent on our own weak nature, but upon God’s constant sustaining power.
We can say with Isaiah, ‘Except Jehovah of hosts had left us a very small
remnant, we should have become as Sodom, we should have been like unto
Gomorrah.’ Arminianism denies this doctrine of Perseverance, because it is a
system, not of pure grace, but of grace and works; and in any such system the
person must prove himself at least partially worthy” (= ) - ‘The Reformed
Doctrine of Predestination’, hal 187.

Yes 1:9 - “Seandainya TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada kita
sedikit orang yang terlepas, kita sudah menjadi seperti Sodom, dan sama
seperti Gomora”.

9) Allah berkuasa menjaga anak-anakNya.


Yoh 10:27-29 - “(27) Domba-dombaKu mendengarkan suaraKu dan Aku
mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku memberikan
hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa
sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari
tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar
dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari
tangan Bapa”.
Mengapa dalam ayat ini Yesus menjamin bahwa mereka pasti tidak akan
binasa selama-lamanya? Karena orang percaya ada dalam tangan Yesus
yang maha kuasa, sehingga tidak ada yang bisa merebut dari tanganNya.
Seakan-akan itu belum cukup, Ia menambahkan lagi, tangan Bapa,
pencipta langit dan bumi. Dengan dua tangan yang maha kuasa seperti itu
menggenggam kita, maka tidak seorangpun (termasuk setan) bisa
merebut kita dari tangan Mereka.

Selain itu, bagian ini ada dalam kontext yang menunjukkan Yesus sebagai
Gembala yang baik.
Yoh 10:11 - “Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan
nyawanya bagi domba-dombanya”.
Kalau ada domba yang sampai hilang, maka yang salah adalah
gembalanya. Sama seperti kalau seorang penjaga anak kecil, kehilangan
anak yang dijaganya. Yang disalahkan tidak mungkin anak itu; yang
disalahkan pasti penjaganya. Demikian juga dalam hal domba. Domba
memang bodoh dan tidak mempunyai alat pembelaan diri. Dan karena itu
ia membutuhkan gembala yang menjaganya dengan gada dan tongkat
(Maz 23:4) dan yang memimpinnya ke air yang tenang dan padang yang
berumput hijau (Maz 23:2). Kalau ada domba yang sangat nakal, kadang-
kadang gembala mematahkan satu kakinya, dan lalu membalutnya.
Selama kaki itu belum sembuh, domba itu akan selalu dekat dengan si
gembala, dan diberi makan dari tangan gembala. Nanti kalau kakinya
sudah sembuh, ia akan menjadi ‘domba teladan’. Karena itu kalau sampai
seorang gembala kehilangan domba, bukan dombanya yang salah, tetapi
gembala itu yang salah. Kecuali saudara berani mengatakan bahwa
Yesus adalah Gembala yang bodoh / ceroboh, janganlah percaya bahwa
orang kristen sejati bisa murtad dan kehilangan keselamatannya!

Bandingkan juga dengan Yeh 34:1-16 - “(1) Lalu datanglah firman


TUHAN kepadaku: (2) ‘Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-
gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada
gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-
gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-
domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (3) Kamu
menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu
sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. (4) Yang
lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak
kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu
cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman.
(5) Dengan demikian mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan
mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-dombaKu
berserak (6) dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi;
ya, di seluruh tanah itu domba-dombaKu berserak, tanpa seorangpun yang
memperhatikan atau yang mencarinya. (7) Oleh sebab itu, hai gembala-
gembala, dengarlah firman TUHAN: (8) Demi Aku yang hidup, demikianlah
firman Tuhan ALLAH, sesungguhnya oleh karena domba-dombaKu
menjadi mangsa dan menjadi makanan bagi segala binatang di hutan,
lantaran yang menggembalakannya tidak ada, oleh sebab gembala-
gembalaKu tidak memperhatikan domba-dombaKu, melainkan mereka itu
menggembalakan dirinya sendiri, tetapi domba-dombaKu tidak
digembalakannya - (9) oleh karena itu, hai gembala-gembala, dengarlah
firman TUHAN: (10) Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku sendiri akan
menjadi lawan gembala-gembala itu dan Aku akan menuntut kembali
domba-dombaKu dari mereka dan akan memberhentikan mereka
menggembalakan domba-dombaKu. Gembala-gembala itu tidak akan terus
lagi menggembalakan dirinya sendiri; Aku akan melepaskan domba-
dombaKu dari mulut mereka, sehingga tidak terus lagi menjadi
makanannya. (11) Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dengan
sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-dombaKu dan akan
mencarinya. (12) Seperti seorang gembala mencari dombanya pada waktu
domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari
domba-dombaKu dan AKU AKAN MENYELAMATKAN MEREKA DARI
SEGALA TEMPAT, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan
hari kegelapan. (13) Aku akan membawa mereka keluar dari tengah bangsa-
bangsa dan mengumpulkan mereka dari negeri-negeri dan membawa
mereka ke tanahnya; Aku akan menggembalakan mereka di atas gunung-
gunung Israel, di alur-alur sungainya dan di semua tempat kediaman orang
di tanah itu. (14) Di padang rumput yang baik akan Kugembalakan mereka
dan di atas gunung-gunung Israel yang tinggi di situlah tempat
penggembalaannya; di sana di tempat penggembalaan yang baik mereka
akan berbaring dan rumput yang subur menjadi makanannya di atas
gunung-gunung Israel. (15) Aku sendiri akan menggembalakan domba-
dombaKu dan Aku akan membiarkan mereka berbaring, demikianlah
firman Tuhan ALLAH. (16) Yang hilang akan Kucari, yang tersesat akan
Kubawa pulang, yang luka akan Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta
yang gemuk dan yang kuat akan Kulindungi; Aku akan menggembalakan
mereka sebagaimana seharusnya”.

Jelas bahwa dalam text di atas ini Allah mengkontraskan diriNya sendiri
dengan gembala-gembala yang brengsek. Para gembala yang brengsek
itu, salah satu cirinya adalah ‘tidak mencari domba-domba yang terhilang /
tersesat’ (ay 4-6), sedangkan Allah sebagai Gembala yang baik justru
sebaliknya, yaitu mencari domba-domba yang hilang / tersesat,
menyelamatkan mereka dari segala tempat dan membawa mereka pulang
(ay 11-12,16)!

Kalau orang kristen yang sejati bisa kehilangan iman, itu menjadikan Allah
/ Yesus sebagai gembala yang sama brengseknya dengan gembala-
gembala yang Allah kecam dalam Yeh 34 ini!

10)Kristus berdoa syafaat untuk umatNya (Yoh 17:20,24 Ibr 7:25 Luk 22:31-


32) dan Bapa selalu mendengarkan doaNya (Yoh 11:42).
Yoh 17:20,24 - “(20) Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi
juga untuk orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan
mereka; ... (24) Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka
juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan
kepadaKu, agar mereka memandang kemuliaanKu yang telah Engkau
berikan kepadaKu, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia
dijadikan”.
Ibr 7:25 - “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna
semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa
untuk menjadi Pengantara mereka”.
Luk 22:31-32 - “(31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk
menampi kamu seperti gandum, (32) tetapi Aku telah berdoa untuk engkau,
supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf,
kuatkanlah saudara-saudaramu.’”.

Yoh 11:42 - “Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi


oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku
mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah
mengutus Aku.’”.

11)Adanya Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan bagi kita.


2Kor 1:22 - “memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan
Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah
disediakan untuk kita”.
2Kor 5:5 - “Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan kita untuk hal itu
dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan segala sesuatu
yang telah disediakan bagi kita”.
Ef 1:13-14 - “(13) Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar
firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga,
ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya
itu. (14) Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita
memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah,
untuk memuji kemuliaanNya”.
Salah satu fungsi dari ‘meterai’ adalah menjamin keamanan. Dan
‘jaminan’ bisa diartikan sebagai ‘uang muka’ atau ‘tanggungan’. Kalau
Roh Kudus menjadi meterai dan jaminan, maka itu memastikan bahwa
keselamatan kita tidak bisa hilang.
Catatan: kata ‘penebusan’ biasanya berarti pembebasan dari kutuk /
hukuman, dan pemulihan diri kita sehingga kembali diperkenan oleh Allah.
Tetapi kadang-kadang kata ‘penebusan’ ini menunjuk pada pembebasan
total dari segala kejahatan, yang terjadi pada kedatangan Kristus yang
keduakalinya. Arti kedua ini digunakan misalnya dalam:
a) Luk 21:28 - “Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan
angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu [NIV: ‘redemption’ (=
penebusan)] sudah dekat.’”.
b) Ro 8:23 - “Dan bukan hanya mereka saja, tetapi kita yang telah
menerima karunia sulung Roh, kita juga mengeluh dalam hati kita
sambil menantikan pengangkatan sebagai anak, yaitu pembebasan [NIV:
‘redemption’ (= penebusan)] tubuh kita”.
c) Ef 4:30 - “Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang
telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan [NIV:
‘redemption’ (= penebusan)]”.
Dan Hodge mengatakan, bahwa dalam Ef 1:14, arti kedua inilah yang
harus diambil.
Charles Hodge: “The word redemption, in its Christian sense, sometimes
means that deliverance from the curse of the law and restoration to the favour
of God, of which believers are in this life the subjects. Sometimes it refers to
that final deliverance from all evil, which is to take a place at the second advent
of Christ. ...There can be no doubt that it here refers to this final deliverance.”
(= Kata ‘penebusan’, dalam arti Kristen, kadang-kadang berarti
pembebasan dari kutuk dari hukum Taurat dan pemulihannya sehingga
kembali diperkenan oleh Allah, tentang mana orang-orang percaya dalam
hidup ini adalah subyeknya. Kadang-kadang kata itu menunjuk pada
pembebasan terakhir dari segala kejahatan, yang akan terjadi pada
kedatangan Kristus yang keduakalinya. ... Tidak diragukan bahwa di sini
kata itu menunjuk pada pembebasan akhir ini.) - ‘Ephesians’, hal 65-66.

R. L. Dabney: “The use of a seal is to ratify a covenant, and make the


fulfilment of it certain to both parties. An ‘earnest’ (avrrabwn) is a small
portion of the thing covenanted, given in advance, as a pledge of the certain
intention to bestow the whole, at the promised time. ... Unless the final
perseverance of believers is certain, it could be no pledge nor seal” [=
Kegunaan dari suatu meterai adalah untuk mengesahkan perjanjian, dan
membuat penggenapannya pasti bagi kedua pihak. Suatu ‘jaminan / uang
muka’ (avrrabwn) adalah sebagian kecil dari hal yang dijanjikan, diberikan
di muka, sebagai jaminan dari maksud tertentu untuk memberikan
seluruhnya, pada saat yang dijanjikan. ... Kecuali ketekunan akhir dari
orang-orang percaya merupakan sesuatu yang pasti, tidak bisa ada jaminan
atau meterai] - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 692.

Charles Hodge: “The Holy Spirit is itself ‘the earnest,’ i.e. at once the
foretaste and pledge of redemption. ... So certain, therefore, as the Spirit dwells
in us, so certain is our final salvation” (= Roh Kudus sendiri adalah
‘jaminan’, yaitu sekaligus merupakan cicipan dan jaminan / janji tentang
penebusan. ... Karena itu, sepasti seperti Roh Kudus tinggal di dalam kita,
demikianlah pastinya keselamatan akhir kita) - ‘I & II Corinthians’, hal 401.

12)Tuhan berjanji bahwa tidak ada apapun yang bisa memisahkan kita dari
kasih Kristus atau dari kasih Allah dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
Ro 8:35-39 - “(35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih
Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan
atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (36) Seperti ada tertulis:
‘Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami
telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.’ (37) Tetapi dalam
semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang
telah mengasihi kita. (38) Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun
hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang
ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, (39) baik yang
di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan
dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita”.

a) Ay 35 mengatakan ‘kasih Kristus’ bukan ‘kasih Allah’ karena kasih


Allah tidak bisa dicari di luar Kristus. ‘Kasih Kristus’ ini bukan menunjuk
kepada ‘kasih kita kepada Kristus’, tetapi menunjuk kepada ‘kasih
Kristus kepada kita’.

b) Ay 35b berbicara tentang ‘penindasan, kesesakan, penganiayaan,


kelaparan, ketelanjangan, bahaya, atau pedang’. Ini merupakan
contoh hal-hal yang sering kita anggap sebagai bukti bahwa kita
ditinggal / tidak dipedulikan oleh Allah. Tetapi Paulus mengatakan
bahwa hal-hal ini tidak akan memisahkan kita dari kasih Kristus.
Kata ‘memisahkan’ dalam ay 35 itu, dalam bahasa Yunaninya adalah
KHORISEI, yang sebetulnya berarti ‘menceraikan’, seperti dalam
Mat 19:6 1Kor 7:10,11,15.
Dalam Perjanjian Lama, Allah menceraikan Israel karena perzinahan
rohani / penyembahan berhala yang mereka lakukan (Yer 3:8). Tetapi
dalam Perjanjian Baru, Allah tidak mungkin melakukan hal itu terhadap
kita. Bandingkan dengan 2Tim 2:13 - “jika kita tidak setia, Dia tetap
setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya”.
Dalam hidup suami - istri, hal-hal dalam ay 35b itu bisa menyebabkan
perceraian; seperti berita di koran beberapa waktu yang lalu yang
menyatakan bahwa karena krisis moneter, maka banyak pasangan
muda yang bercerai. Tetapi ay 35 ini menjamin bahwa Allah tidak akan
menceraikan kita!

c) Ay 38-39: hal-hal lain yang juga tidak bisa memisahkan / menceraikan


kita dari Allah (Catatan: kata ‘memisahkan’ dalam ay 39 menggunakan
kata Yunani yang sama dengan dalam ay 35):
1. ‘Maut’.
Ini menunjukkan bahwa kematian tidak bisa memisahkan kita dari
Allah!
2. ‘Hidup’.
Kalau ajaran Arminian benar, bahwa orang bisa murtad sehingga
kehilangan keselamatannya, maka itu berarti bahwa ‘hidup’ bisa
memisahkan kita dari Allah! Tetapi di sini Paulus mengatakan
bahwa bukan hanya ‘maut’, tetapi juga ‘hidup’, tidak bisa
memisahkan kita dari Allah.
3. ‘Malaikat-malaikat’.
Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada malaikat yang
baik, tetapi ada yang berpendapat bahwa ini menunjuk kepada
malaikat yang jahat / setan. Kalau menunjuk pada malaikat yang
baik, maka ini suatu hyperbole (= gaya bahasa yang melebih-
lebihkan), sama seperti dalam Gal 1:8, karena malaikat yang baik
tidak mungkin berusaha memisahkan kita dari Allah.
4. ‘Pemerintah-pemerintah’.
Ada yang menafsirkan bahwa ini menunjuk kepada setan, mungkin
karena dalam Ef 6:12 kata itu menunjuk kepada setan. Tetapi bisa
juga ini menunjuk kepada pemerintah manusia. Pemerintah bisa
berubah sikap dari pro kristen / netral menjadi anti kristen (seperti
dalam Kel 1:8-dst). Tetapi inipun tidak bisa memisahkan kita dari
Allah.
5. ‘Baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang’.
Bagian ini salah terjemahan, dan kesalahan penterjemahan ini
menyebabkan bagian ini seolah-olah merupakan keterangan dari
‘pemerintah-pemerintah’, padahal sebetulnya bukan.
NASB: ‘nor things present, nor things to come’ (= tidak hal-hal
sekarang, tidak hal-hal yang akan datang).
Jadi, bagian ini sebetulnya berdiri sendiri (terpisah dari
‘pemerintah-pemerintah’), dan menunjukkan bahwa ‘waktu’ tidak
bisa memisahkan kita dari Allah. Dengan berlalunya waktu, maka
godaan memang berubah, tetapi semua ini tetap tidak bisa
memisahkan kita dari Allah. Ini jelas menunjukkan bahwa Kitab
Suci mengajarkan adanya jaminan keselamatan (sekali selamat
pasti tetap selamat). Lagi-lagi terlihat, bahwa seandainya ajaran
Arminian benar, bahwa orang kristen bisa murtad dan kehilangan
keselamatannya, maka itu berarti bahwa ‘hal-hal yang akan datang’
ini harus dibuang dari ay 38-39.
Calvin: “The meaning then is, - that we ought not to fear, lest the
continuance of evils, however long, should obliterate the faith of
adoption. This declaration is clearly against the schoolmen, who idly
talk and say, that no one is certain of final perseverance, except through
the gift of special revelation, which they make to be very rare. By such a
dogma the whole faith is destroyed, which is certainly nothing, except it
extends to death and beyond death. But we, on the contrary, ought to
feel confident, that he who has begun in us a good work, will carry it on
until the day of the Lord Jesus” (= Jadi artinya adalah, - bahwa kita
tidak boleh takut, bahwa dengan berlanjutnya kejahatan, betapapun
lamanya, akan bisa menghapuskan iman adopsi. Pernyataan ini jelas
menentang para ahli theologia, yang berbicara dan mengatakan
tanpa dasar, bahwa tidak seorangpun yang pasti akan ketekunan
akhir, kecuali melalui karunia wahyu khusus, yang mereka katakan
sebagai jarang terjadi. Dengan dogma seperti itu seluruh iman
dihancurkan, dan memang iman itu kosong kecuali iman itu
diperluas sampai pada kematian dan bahkan melampaui kematian.
Tetapi sebaliknya kita harus merasa yakin bahwa Ia yang memulai
pekerjaan yang baik di dalam kita, akan meneruskannya sampai hari
Tuhan Yesus). Bdk. Fil 1:6.
6. ‘Kuasa-kuasa’.
Sama seperti ‘pemerintah-pemerintah’, kata ini bisa menunjuk pada
kuasa setan ataupun manusia.
7. ‘Baik yang ada di atas, maupun yang ada di bawah’.
Bagian ini juga salah terjemahan, dan menyebabkan bagian ini
seolah-olah menerangkan ‘kuasa-kuasa’, padahal seharusnya
tidak.
NASB: ‘nor height, nor depth’ (= tidak ketinggian, tidak kedalaman).
Macam-macam penafsiran:
a. ‘Height’ / ‘ketinggian’ menunjuk pada keadaan yang enak /
mulia; sedangkan ‘depth’ / ‘kedalaman’ menunjuk pada keadaan
hina / tidak enak.
b. Surga maupun neraka. Kalau diartikan seperti ini, mungkin ini
merupakan hyperbole (= gaya bahasa yang melebih-lebihkan),
karena orang beriman kepada Kristus tidak mungkin masuk
neraka. Jadi artinya adalah: seandainya orang beriman bisa
masuk neraka, itu tetap tidak akan memisahkan dia dari kasih
Allah dalam Kristus Yesus Tuhan kita!
c. Apapun yang ada di surga maupun di bumi.
8. ‘Makhluk lain’.
NASB: ‘nor any other created thing’ (= tidak benda ciptaan lain
yang manapun juga).
NIV: ‘nor anything else in all creation’ (= tidak suatu benda apapun
dalam seluruh ciptaan).
Lit: ‘nor any other creature’ (= tidak makhluk ciptaan lain yang
manapun juga).

Semua ini memberikan ketidakmungkinan yang mutlak bagi seorang


kristen untuk terpisah dari Allah / kasih Allah dalam Kristus Yesus!

13)Dari adanya janji-janji Allah:

a) Dalam Perjanjian Lama:


1. 1Sam 12:22 - “Sebab TUHAN tidak akan membuang umatNya,
sebab namaNya yang besar. Bukankah TUHAN telah berkenan untuk
membuat kamu menjadi umatNya?”.
2. Maz 89:31-38 - “(31) Jika anak-anaknya meninggalkan TauratKu
dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, (32) jika ketetapanKu
mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, (33)
maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan
kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan. (34) Tetapi kasih
setiaKu tidak akan Kujauhkan dari padanya dan Aku tidak akan
berlaku curang dalam hal kesetiaanKu. (35) Aku tidak akan
melanggar perjanjianKu, dan apa yang keluar dari bibirKu tidak
akan Kuubah. (36) Sekali Aku bersumpah demi kekudusanKu,
tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud: (37) Anak cucunya
akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di
depan mataKu, (38) seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu
saksi yang setia di awan-awan.’ Sela”.
Catatan: kata-kata ini dijanjikan oleh Tuhan kepada Daud (Maz
89:21 bdk. 2Sam 7:12-16).
3. Yes 43:1-5 - “(1) Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang
menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai
Israel: ‘Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah
memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaanKu. (2)
Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai
engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan;
apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan,
dan nyala api tidak akan membakar engkau. (3) Sebab Akulah
TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu.
Aku menebus engkau dengan Mesir, dan memberikan Etiopia dan
Syeba sebagai gantimu. (4) Oleh karena engkau berharga di mataKu
dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan
manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti
nyawamu. (5) Janganlah takut, sebab Aku ini menyertai engkau, Aku
akan mendatangkan anak cucumu dari timur, dan Aku akan
menghimpun engkau dari barat”.
4. Yes 54:9-10 - “(9) Keadaan ini bagiKu seperti pada zaman Nuh:
seperti Aku telah bersumpah kepadanya bahwa air bah tidak akan
meliputi bumi lagi, demikianlah Aku telah bersumpah bahwa Aku
tidak akan murka terhadap engkau dan tidak akan menghardik
engkau lagi. (10) Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-
bukit bergoyang, tetapi kasih setiaKu tidak akan beranjak dari
padamu dan perjanjian damaiKu tidak akan bergoyang, firman
TUHAN, yang mengasihani engkau”.
5. Yes 59:21 - “Adapun Aku, inilah perjanjianKu dengan mereka,
firman TUHAN: RohKu yang menghinggapi engkau dan firmanKu
yang Kutaruh dalam mulutmu tidak akan meninggalkan mulutmu
dan mulut keturunanmu dan mulut keturunan mereka, dari sekarang
sampai selama-lamanya, firman TUHAN”.
6. Yer 32:38-40 - “(38) Maka mereka akan menjadi umatKu dan Aku
akan menjadi Allah mereka. (39) Aku akan memberi mereka satu
hati dan satu tingkah langkah, sehingga mereka takut kepadaKu
sepanjang masa untuk kebaikan mereka dan anak-anak mereka yang
datang kemudian. (40) Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan
mereka, bahwa Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan
akan berbuat baik kepada mereka; Aku akan menaruh takut
kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh
dari padaKu”.
7. Yeh 36:25-27 - “(25) Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih,
yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari
semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. (26) Kamu
akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu
dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan
Kuberikan kepadamu hati yang taat. (27) RohKu akan Kuberikan
diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup
menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-
peraturanKu dan melakukannya”.
Adam Clarke (tentang Yeh 36:27): “‘And I will put my Spirit within
you.’ To keep the heart of flesh alive, the feeling heart still sensible, the
loving heart still happy. I will put my Spirit, the great principle of light,
life, and love, within you, to actuate the new spirit, and to influence the
new affections and passions; that the animal spirit may not become
brutish, that the mental powers become not foolish. I will put my Spirit
within you, so that since the new spirit may influence the new heart, so
will MY SPIRIT influence YOUR new spirit, that each may have a
proper mover; and then all will be pure, regular, and harmonious, when
passion is influenced by reason, and reason by the Holy Ghost. And the
cause shall be evidenced by the effects; for I will cause you to walk in
my statutes-not only to believe and reverence my appointments relative
to what I command you to perform; but ye shall walk in them, your
conduct shall be regulated by them. ‘And ye shall keep my judgments;’
whatsoever I enjoin you to avoid. And ye shall do them - ye shall not
only avoid every appearance of evil, but keep all my ordinances and
commandments unblamably. Here is the salvation that God promises to
give to restored Israel; and here is the salvation that is the birthright of
every Christian believer: the complete destruction of all sin in the soul,
and the complete renewal of the heart; no sin having any place within,
and no unrighteousness having any place without. ‘But where are they
that are thus saved?’ Ans. Wherever true Christians are to be found.
‘But I know many true Christians that have not this salvation, but daily
mourn over their evil hearts?’ Ans. They may be sincere, but they are
not true Christians; i.e., such as are saved from their sins; the true
Christians are those who are filled with the nature and Spirit of Christ.
But I will ask a question in my turn: ‘Do those you mention think it a
virtue to be always mourning over their impurities?’ Most certainly.
Then it is a pity they were not better instructed. It is right they should
mourn while they feel an impure heart; but why do they not apply to that
blood which cleanses from all unrighteousness, and to that Spirit which
cleanses the very thoughts of the heart by his inspiration? Many employ
that time in brooding and mourning over their impure hearts, which
should be spent in prayer and faith before God, that their impurities
might be washed away. In what a state of nonage are many members of
the Christian church!” (= ).
Catatan: komentarnya kok sepertinya Reformed???
8. Dan 11:32 - “Dan orang-orang yang berlaku fasik terhadap
Perjanjian akan dibujuknya sampai murtad dengan kata-kata licin;
tetapi umat yang mengenal Allahnya akan tetap kuat dan akan
bertindak”.
9. Hos 2:18-19 - “(18) Aku akan menjadikan engkau isteriKu untuk
selama-lamanya dan Aku akan menjadikan engkau isteriKu dalam
keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan kasih sayang. (19)
Aku akan menjadikan engkau isteriKu dalam kesetiaan, sehingga
engkau akan mengenal TUHAN”.

b) Dalam Perjanjian Baru:


1. Mat 12:20 - “Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya,
dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya, sampai
Ia menjadikan hukum itu menang”.
Inilah sikap dari Tuhan Yesus terhadap anakNya yang mundur dari
Dia atau jatuh ke dalam dosa. Ia bukannya justru membuang
mereka, tetapi menolong mereka.
2. Mat 24:22-24 - “(22) Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat,
maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan
tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.
(23) Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat, Mesias
ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. (24) Sebab
Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka
akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat,
sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang
pilihan juga”.
Kata-kata ‘sekiranya mungkin’ jelas menunjukkan bahwa
penyesatan terhadap orang pilihan itu tidak mungkin terjadi.
3. Yoh 4:13-14 - “(13) Jawab Yesus kepadanya: ‘Barangsiapa minum
air ini, ia akan haus lagi, (14) tetapi barangsiapa minum air yang
akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-
lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan
menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar
sampai kepada hidup yang kekal.’”.
4. Yoh 6:39-40 - “(39) Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus
Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikanNya kepadaKu
jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir
zaman. (40) Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu supaya setiap
orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh
hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir
zaman.’”.
Mula-mula Yesus menyatakan doktrin ini secara negatif, dimana Ia
mengatakan bahwa Bapa menghendaki supaya orang yang sudah
diberikanNya kepada Yesus tidak ada yang hilang (ay 39). Lalu
Yesus menyatakan doktrin ini secara positif, dimana Ia mengatakan
bahwa Bapa menghendaki supaya setiap orang yang percaya
kepada Yesus beroleh hidup yang kekal dan dibangkitkan pada
akhir zaman (ay 40).
5. Yoh 11:25-26 - “(25) Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup;
barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah
mati, (26) dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu,
tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?’”.
6. Yoh 13:1 - “Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus
telah tahu, bahwa saatNya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini
kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-muridNya
demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada
kesudahannya”.
7. Yoh 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan
memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia
menyertai kamu selama-lamanya”.
Dalam jaman Perjanjian Baru, Roh Kudus diberikan kepada orang
kristen bukan untuk sementara waktu, tetapi untuk selama-
lamanya. Ini menjamin bahwa kita tidak akan kehilangan
keselamatan kita.
8. Ro 5:8-10 - “(8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada
kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih
berdosa. (9) Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh
darahNya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab
jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh
kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah
diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
Loraine Boettner: “Here the very point stressed is that our standing
with God is not based on our deserts. It was ‘while we were enemies’
that we were brought into spiritual life through sovereign grace; and if
He has done the greater, will He not do the lesser?” (= Di sini hal yang
ditekankan adalah bahwa kedudukan kita dengan Allah tidaklah
didasarkan pada kelayakan kita. Adalah pada saat ‘ketika kita masih
seteru’ kita dibawa ke dalam kehidupan rohani melalui kasih karunia
yang berdaulat; dan jika Ia telah melakukan yang lebih besar,
tidakkah Ia akan melakukan yang lebih kecil?) - ‘The Reformed
Doctrine of Predestination’, hal 185.
9. Ro 8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula,
mereka juga ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa
dengan gambaran AnakNya, supaya Ia, AnakNya itu, menjadi yang
sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka yang
ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan
mereka yang dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan
mereka yang dibenarkanNya, mereka itu juga dimuliakanNya”.
Text ini menunjukkan adanya suatu rantai yang tidak terputuskan.
Semua orang yang ditentukan untuk selamat, akan dipanggil oleh
Allah, dan mereka yang dipanggil ini akan dibenarkan, dan mereka
yang dibenarkan ini akan dimuliakan. Tidak ada yang kancrit /
kehilangan keselamatannya!
10. Ro 14:4 - “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba
orang lain? Entahkah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan
tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa
menjaga dia terus berdiri”.
11. 2Kor 2:14a - “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu
membawa kami di jalan kemenanganNya”.
Kalau orang kristen sejati bisa murtad, dan terhilang, maka kata
‘selalu’ dalam ayat di atas, harus diganti dengan ‘kadang-kadang’,
atau ‘sering’, atau ‘biasanya’.
12. 2Kor 4:8-9,14 - “(8) Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak
terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; (9) kami dianiaya,
namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak
binasa. ... (14) Karena kami tahu, bahwa Ia, yang telah
membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga
bersama-sama dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami
bersama-sama dengan kamu kepada diriNya”.
Dalam penderitaan bagaimanapun, Paulus tetap yakin akan
keselamatannya.
13. 2Tim 1:12 - “Itulah sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku
tidak malu; karena aku tahu kepada siapa aku percaya dan aku yakin
bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa yang telah
dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan”.
14. 2Tim 4:18 - “Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha
yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke
dalam KerajaanNya di sorga. BagiNyalah kemuliaan selama-
lamanya! Amin”.
15.Ibr 6:19-20 - “(19) Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman
bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, (20)
di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia,
menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-
lamanya”.
16. Ibr 10:38-39 - “(38) Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh
iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan
kepadanya.’ (39) Tetapi kita bukanlah orang-orang yang
mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan
yang beroleh hidup”.
17. Ibr 12:2 - “Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju
kepada Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa
iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan
kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi
Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah”. Bagian
yang digaris-bawahi itu salah terjemahan; bandingkan dengan
terjemahan KJV di bawah ini.
KJV: ‘Looking unto Jesus the author and finisher of our faith’ (=
Memandang kepada Yesus, pencipta dan penyempurna dari iman
kita).
Yesus disebut sebagai author / pencipta, dan finisher /
penyempurna / penyelesai dari iman kita. Mungkinkah Ia disebut
demikian, kalau Ia membiarkan iman kita berhenti di tengah jalan,
sehingga kita murtad dan binasa?
18. Ibr 12:9-10 - “(9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita
beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian
bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita
boleh hidup? (10) Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang
pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia
menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian
dalam kekudusanNya”.
Kalau kita berbuat dosa, maka Bapa akan menghajar kita demi
kebaikan kita. Tujuannya apa? Supaya kita beroleh bagian dalam
kekudusanNya. Kalau Allah tidak berhasil melakukan hal itu, Ia
bukanlah seorang Bapa yang baik.
19. Ibr 13:5b - “Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak
akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan
meninggalkan engkau.’”.
Janji ini berlaku hanya untuk orang kristen yang sejati. Bagaimana
janji ini bisa tergenapi, kalau ada orang kristen sejati yang murtad
dan lalu binasa?
20. 1Pet 1:5 - “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah
karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah
tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir”.
21. 1Pet 5:10 - “Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah
memanggil kamu dalam Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal,
akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan
kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya”.
22. 1Yoh 3:9 - “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa
lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat
berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah”.
23. 1Yoh 5:18 - “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah,
tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya,
dan si jahat tidak dapat menjamahnya”.
24. 2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus,
tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah.
Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun
Anak”.
25. Yudas 24 - “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu
tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh
kegembiraan di hadapan kemuliaanNya”.

III) Serangan dari Arminianisme dengan jawabannya.

1) Nama bisa dihapus dari kitab kehidupan.


Pdt. Jusuf B. S.: “Buku kehidupan adalah catatan dari orang-orang percaya
yang masuk Surga, termasuk segala pahalanya, yang ditulis Allah. Buku ini
tidak berbentuk seperti buku catatan kita, juga bukan seperti disket-disket
komputer, tetapi jauh lebih canggih yaitu suatu catatan dengan cara Illahi
yang sempurna, tidak bisa salah / hilang dan betul-betul tercatat dengan
rapi, teliti, langkah (?) dan betul” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal
55.
Pdt. Jusuf B. S.: “Di mana terdapat buku ini? Terletak di hadapan hadirat
Tuhan, itu berarti ada di dalam Surga” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’,
hal 56.
Kelihatannya dia percaya bahwa betul-betul ada catatan seperti itu,
sekalipun bentuknya tidak ia ketahui. Pertanyaannya: apakah Allah
membutuhkan catatan dalam bentuk apapun?

Pdt. Jusuf B. S.: “Buku Kehidupan bukanlah catatan dari nama-nama


orang yang pernah lahir dan hidup di dunia. Tetapi setiap orang yang
percaya, yang mengakui nama Yesus, ia selamat dan menjadi putra Allah,
baru namanya ditulis di dalam buku hayat” - ‘Keselamatan tidak bisa
hilang?’, hal 60.

Pdt. Jusuf B. S.: “Nama di dalam Buku Kehidupan masih dapat dihapus!
Selama kita hidup di dunia ini, masih dapat terjadi perubahan. Bukan satu
kali selamat tetap selamat. Sebab itu Tuhan menyuruh kita memelihara
keselamatan itu dengan hati-hati” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal
63.

Pdt. Jusuf B. S.: “Dalam Kel 32:33 nama-nama orang Israel akan dihapus
dari dalam Buku Kehidupan oleh sebab dosa-dosanya. Tuhan tidak akan
mengancam atau menindak dengan sesuatu dusta atau omong kosong. Sebab
itu penghapusan nama dari Buku Kehidupan itu ada, bisa terjadi! Musa
memintakan ampun sehingga hal itu ditunda” - ‘Keselamatan tidak bisa
hilang?’, hal 64.

Dan tentang Wah 3:5, ia berkata sebagai berikut: “Juga di sini Tuhan
menjanjikan pada orang yang menang bahwa namanya akan jadi permanen
di dalam Buku Kehidupan, sebab mereka menang. Tetapi orang-orang yang
selalu jatuh bangun dalam dosa itu dalam bahaya. Kalau mereka terus
menuruti daging dan hidup dalam dosa sampai mati, maka namanya yang
sudah tertulis di dalam Buku Kehidupan akan terhapus dari dalamnya dan
itu berarti tidak masuk dalam Kerajaan Surga” - ‘Keselamatan tidak bisa
hilang?’, hal 65.

Jawaban saya:

a) Memang benar bahwa kitab kehidupan mencatat nama-nama orang


yang percaya kepada Yesus dan diselamatkan (Luk 10:20 Fil 4:3
Wah 20:12,15 Wah 21:27).
Karena itu jangan puas / bersukacita kalau nama saudara sekedar
tercatat di gereja, bahkan tercatat sebagai orang yang menduduki
jabatan tertentu dalam gereja / donatur gereja. Ini tidak menjamin
keselamatan saudara! Tetapi kalau saudara percaya kepada Yesus
dengan sungguh-sungguh, maka nama saudara tercatat dalam kitab
kehidupan, dan itu yang menjamin keselamatan saudara!

b) Penulisan nama dalam kitab kehidupan sudah dilakukan sejak dunia


belum dijadikan!
Kalau kitab kehidupan itu mencatat nama-nama orang-orang yang
percaya kepada Yesus, maka logikanya kita juga harus beranggapan
bahwa penulisan nama terjadi pada saat seseorang percaya kepada
Yesus (seperti yang diajarkan oleh Pdt. Jusuf B. S. di atas).
Tetapi ternyata tidak demikian! Kitab Suci mengajar bahwa Tuhan
bukannya baru menuliskan nama seseorang di dalam kitab itu pada
waktu orang itu bertobat / percaya kepada Yesus! Nama seseorang
sudah tertulis atau tidak tertulis dalam kitab kehidupan sejak dunia
belum dijadikan.
Ini bisa terlihat dalam 2 ayat Kitab Suci yaitu Wah 13:8 dan Wah 17:8.
1. Wah 17:8 - “Dan mereka yang diam di bumi, yaitu mereka yang
tidak tertulis di dalam kitab kehidupan sejak dunia dijadikan, akan
heran, apabila ....”.
2. Wah 13:8 - “Dan semua orang yang diam di atas bumi akan
menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak
dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang
telah disembelih”.
Hal yang perlu kita ketahui tentang Wah 13:8 ini adalah bahwa
dalam bahasa Yunaninya, kata-kata ‘sejak dunia dijadikan’
mempunyai 2 kemungkinan:
a. Dihubungkan dengan ‘penulisan dalam kitab kehidupan’.
Ini sesuai dengan terjemahan Kitab Suci Indonesia, dan juga
RSV, NASB, dan ASV. Kalau dipilih arti ini, maka Wah 13:8 ini
menjadi seperti Wah 17:8.
b. Dihubungkan dengan ‘penyembelihan Anak Domba’.
Ini sesuai dengan KJV yang menterjemahkan: “... whose names
are not written in the book of life of the Lamb slain from the
foundation of the world” (= ... yang namanya tidak tertulis dalam
kitab kehidupan dari Anak Domba yang disembelih sejak dunia
dijadikan).
NIV dan NKJV menterjemahkan seperti KJV.
William Barclay (lebih-lebih orang-orang Reformed) memilih
pandangan yang pertama, dengan berkata: “We have in these two
translations two equally precious truths. But, if we must choose, we
must choose the first, because there is no doubt that is the way in which
John uses the phrase when he repeats it in Revelation 17:8” (= Dalam
kedua terjemahan ini kita mempunyai dua kebenaran yang sama
berharga. Tetapi, jika kita harus memilih, kita harus memilih yang
pertama, karena tidak ada keraguan bahwa demikianlah Yohanes
menggunakan ungkapan itu ketika ia mengulanginya dalam Wahyu
17:8) - hal 96.
Catatan: perlu diingat bahwa andaikatapun yang benar dari dua
kemungkinan ini adalah yang kemungkinan yang kedua, tetap ada
Wah 17:8 yang jelas-jelas berbicara bahwa tertulisnya / tidak
tertulisnya nama dalam kitab kehidupan itu sudah dilakukan sejak
dunia dijadikan!

Memang kalau kita melihat Wah 13:8 dan Wah 17:8 di atas, kita


melihat bahwa kedua ayat itu berbicara tentang orang yang namanya
tidak tertulis dalam kitab kehidupan sejak dunia dijadikan. Tetapi
bahwa orang-orang tertentu namanya tidak tertulis dalam kitab
kehidupan sejak dunia belum dijadikan, secara implicit / tidak langsung
menunjukkan sebaliknya, yaitu bahwa orang yang namanya ada dalam
kitab kehidupan, juga sudah tercatat sejak dunia belum dijadikan.
Bahwa nama seseorang sudah tertulis atau tidak tertulis dalam kitab
kehidupan sebelum dunia dijadikan, jelas menunjukkan bahwa selamat
atau tidaknya seseorang sudah ditentukan sejak dunia belum
dijadikan. Inilah Predestinasi!

Calvin (tentang Maz 69:29): “the book of life being nothing else than the
eternal purpose of God, by which he has predestinated his own people to
salvation” (= kitab kehidupan bukan lain dari pada rencana kekal Allah,
dengan mana Ia telah mempredestinasikan umatNya kepada
keselamatan) - hal 73.
Calvin (tentang Kel 32:32): “By ‘the book,’ in which God is said to have
written His elect, must be understood, metaphorically, His decree” (=
Dengan kata ‘kitab’, dalam mana dikatakan Allah telah menuliskan
orang-orang pilihanNya, harus dimengerti, secara simbolis,
ketetapanNya) - hal 361-362.
Calvin (tentang Luk 10:20): “As it was the design of Christ to withdraw his
disciples from a transitory joy, that they might glory in eternal life, he leads
them to its origin and source, which is, that they were chosen by God and
adopted as his children. ... The metaphorical expression, ‘your names are
written in heaven,’ means, that they were acknowledged by God as His
children and heirs, as if they had been inscribed in a register” (= Karena
tujuan Kristus adalah untuk menarik murid-muridNya dari sukacita
yang fana / tidak kekal, supaya mereka bisa bermegah dalam kehidupan
yang kekal, Ia memimpin mereka kepada asal usul dan sumber dari
keselamatan itu, yaitu bahwa mereka telah dipilih oleh Allah dan
diadopsi menjadi anak-anakNya. ... Ungkapan yang bersifat simbolis
‘namamu tertulis di surga’ berarti bahwa mereka diakui oleh Allah
sebagai anak-anak dan pewaris-pewarisNya, seakan-akan mereka telah
dituliskan dalam sebuah daftar / catatan) - hal 34-35.
B. B. Warfield: “Book of life ..., which is certainly a symbol of Divine
appointment to eternal life revealed in and realized through Christ” (=
Kitab kehidupan ..., yang merupakan simbol dari penetapan pada
kehidupan kekal yang dinyatakan dalam Kristus dan diwujudkan
melalui Kristus) - ‘Biblical and Theological Studies’, hal 306.
John Owen: “This book of life is no other but the roll of God’s elect,
immutable designation of them unto grace and glory” (= Kitab Kehidupan
ini bukan lain dari daftar nama orang-orang pilihan Allah, penandaan
yang kekal terhadap mereka kepada kasih karunia dan kemuliaan) -
‘Hebrews’, vol 7, hal 341.

Dengan mengatakan bahwa kitab kehidupan ini adalah suatu simbol,


kelihatannya baik Calvin maupun Warfield tidak mempercayai bahwa
kitab seperti itu betul-betul ada. Ini cuma suatu simbol yang
menunjukkan bahwa orang-orang pilihan itu sudah tertentu dan
mereka pasti akan selamat. Tidak mungkin terjadi kesalahan dalam hal
ini, karena Allah itu maha tahu dan tidak mungkin salah.

c) Penghapusan nama dari kitab kehidupan.


Maz 69:29 - “Biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan,
janganlah mereka tercatat bersama-sama dengan orang-orang yang
benar!”.
Kel 32:31-33 - “(31) Lalu kembalilah Musa menghadap TUHAN dan
berkata: ‘Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah
membuat allah emas bagi mereka. (32) Tetapi sekarang, kiranya Engkau
mengampuni dosa mereka itu - dan jika tidak, hapuskanlah kiranya
namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.’ (33) Tetapi TUHAN
berfirman kepada Musa: ‘Siapa yang berdosa kepadaKu, nama orang
itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitabKu”.
Ayat-ayat di atas ini tidak boleh diartikan bahwa nama memang bisa
dihapus dari kitab kehidupan. Alasannya:

1. Predestinasi / rencana Allah tidak mungkin gagal (Ayub 42:2 Yes


14:24,26-27).

2. Kita tidak boleh menafsirkan Maz 69:29 dan Kel 32:32-33 itu


sehingga bertentangan dengan Wah 3:5 - “Barangsiapa menang, ia
akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan
menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan
mengaku namanya di hadapan BapaKu dan di hadapan para
malaikatNya”.

John Stott (hal 97,98) mengatakan bahwa kata-kata ‘tidak akan


menghapus’ dalam bahasa Yunaninya menggunakan ‘double
negatives’ (2 x kata ‘tidak’), dan ini menunjukkan suatu penekanan
bahwa Kristus tidak akan menghapus nama mereka dari kitab
kehidupan.

Tetapi orang Arminian akan berkata: ‘Itu janji bagi orang kristen
yang menang. Tetapi orang kristen yang kalah, namanya akan
dihapuskan dari kitab kehidupan’.
Pdt. Jusuf B. S.: “Juga di sini (dalam Wah 3:5) Tuhan menjanjikan
pada orang yang menang bahwa namanya akan jadi permanen di
dalam Buku Kehidupan, sebab mereka menang. Tetapi orang-orang
yang selalu jatuh bangun dalam dosa itu dalam bahaya. Kalau
mereka terus menuruti daging dan hidup dalam dosa sampai mati,
maka namanya yang sudah tertulis di dalam Buku Kehidupan akan
terhapus dari dalamnya dan itu berarti tidak masuk dalam Kerajaan
Surga” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 65.

Saya menjawab argumentasi ini dengan 2 pertanyaan:


a. Orang kristen mana yang tidak jatuh bangun dalam dosa? Jatuh
bangun dalam dosa itu pasti terjadi pada diri orang kristen
manapun, termasuk Paulus (Ro 7:15-19 bdk. 1Yoh 1:10). Ini
berbeda dengan ‘terus menuruti daging dan hidup dalam dosa
sampai mati’ yang jelas menunjukkan bahwa orangnya adalah
orang kristen KTP.
b. Apakah orang kristen yang sejati bisa kalah? Jelas tidak
mungkin. Bandingkan dengan:
 Ro 8:35-37 - “(35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari
kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan,
atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?
(36) Seperti ada tertulis: ‘Oleh karena Engkau kami ada
dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap
sebagai domba-domba sembelihan.’ (37) Tetapi dalam
semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang,
oleh Dia yang telah mengasihi kita”.
Ini masih ditambahi lagi dengan Ro 8:38-39 yang menjamin
bahwa tidak ada apapun yang bisa memisahkan kita (orang
kristen) dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita.
 Wah 17:14 - “Mereka akan berperang melawan Anak Domba.
Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia
adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja.
Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu
mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.’”.
Catatan: kata-kata ‘juga akan menang’ (yang saya cetak
miring) sebetulnya tidak ada, tetapi secara implicit itu ada.
 1Kor 15:57 - “Tetapi syukur kepada Allah, yang telah
memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus,
Tuhan kita”.
 2Kor 2:14a - “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus
selalu membawa kami di jalan kemenanganNya”.
Kalau orang kristen sejati tidak mungkin kalah, maka jelas
bahwa Wah 3:5 itu berlaku untuk setiap orang kristen dan
dengan demikian penghapusan nama dari kitab kehidupan itu
tidak mungkin terjadi.

Sekarang mari kita membahas lebih teliti kedua text tersebut di atas.

Text pertama: Maz 69:29 - “Biarlah mereka dihapuskan dari kitab


kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama-sama dengan orang-
orang yang benar!”.

Beberapa penafsir seperti Adam Clarke, Albert Barnes, dan Keil &
Delitzsch, menafsirkan bahwa ayat ini artinya adalah bahwa Daud
berdoa supaya mereka dibunuh, dan tidak mendapat kehidupan yang
panjang yang dijanjikan Allah kepada pengikut-pengikutNya.

Calvin mengatakan bahwa kata-kata ini disesuaikan dengan kapasitas


pengertian manusia.
Calvin: “he denounces against them eternal destruction, which is the
obvious meaning of the prayer, that they might be blotted out of the book of
the living; for all those must inevitably perish who are not found written or
enrolled in the book of life. This is indeed an improper manner of speaking;
but it is one well adapted to our limited capacity, the book of life being
nothing else than the eternal purpose of God, by which he has predestinated
his own people to salvation. God, it is certain, is absolutely immutable; and,
farther, we know that those who are adopted to the hope of salvation were
written before the foundation of the world, (Eph. 1:4;) but as God’s eternal
purpose of election is incomprehensible, it is said, in accommodation to the
imperfection of the human understanding, that those whom God openly,
and by manifest signs, enrols among his people, ‘are written.’ On the other
hand, those whom God openly rejects and casts out of his Church are, for

the same reason, said ‘to be blotted out.’” (= belum


diterjemahkan ) - hal 73-74.
Calvin: “Yet I do not deny that the Spirit sometimes accommodates the
utterance to the measure of our understanding - for instance, when he says:
‘They shall not be in the secret of my people, or be enrolled in the register
of my servants’ (Ezek. 13:9). It is as if God were beginning to write in the
book of life those whom he reckons among the number of His people,
although we know, as Christ bears witness (Luke 10:20), that the names of
the children of God have been written in the book of life from the beginning
(Phil. 4:3). But these words simply express the casting away of those who
seemed the chief among the elect, as the psalm had it: ‘Let them be blotted
out of the book of life; let them not be enrolled among the righteous’ (Ps.

69:28; cf. Rev. 3:5)” [=belum diterjemahkan ]-


‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter 24, no 9.
Catatan:
 Luk 10:20 secara hurufiah seharusnya adalah ‘your names have
been written in heaven’ (= namamu telah tertulis di surga).
 Fil 4:3 - “Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang
setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku
dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-
kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam
kitab kehidupan”.
 sebetulnya kalau mau menunjukkan bahwa nama sudah tertulis
dalam kitab kehidupan sejak semula, lebih baik menggunakan Wah
13:8 dan Wah 17:8.

Spurgeon menafsirkan bahwa penghapusan nama dari kitab


kehidupan menunjukkan bahwa nama itu tidak pernah dituliskan dalam
kitab kehidupan itu.
C. H. Spurgeon: “the inner meaning of being blotted out from the book of
life is to have it made evident that the name was never written there at all.
Man in his imperfect copy of God’s book of life will have to make many
emendations, both of insertion and erasure; but, as before the Lord, the
record is for ever fixed and unalterable” (= arti di dalam dari
penghapusan dari kitab kehidupan adalah untuk membuatnya jelas
bahwa nama itu tidak pernah dituliskan di sana sama sekali. Manusia
dalam copynya yang tidak sempurna dari kitab kehidupan Allah akan
harus membuat banyak koreksi / perubahan, baik tentang pemasukan
dan penghapusan; tetapi di hadapan Tuhan, catatan itu tetap / tertentu
dan tidak bisa berubah selama-lamanya) - ‘The Treasury of David’, vol
2, hal 184.

Matthew Poole mengatakan (hal 110) bahwa nama seseorang


dikatakan ditulis dalam kitab kehidupan, atau dihapuskan dari kitab
kehidupan, sesuai dengan kelihatannya dari jalan kehidupan mereka.
Tetapi bahwa penghapusan nama tidak bisa diartikan secara hurufiah,
terlihat dengan jelas dari bagian akhir dari Maz 69:29 itu.
Psalm 69:28 (KJV): ‘Let them be blotted out of the book of the living,
and not be written with the righteous’ (= Biarlah mereka dihapuskan
dari kitab kehidupan, dan tidak ditulis dengan orang benar).
Catatan: Kata Ibraninya bisa diartikan ‘menulis’ atau ‘mencatat’.
Kata-kata Poole ini perlu diperhatikan. Memang Maz 69:29 itu
mengidentikkan ‘penghapusan nama’ dan ‘tidak dituliskannya nama’.

W. S. Plumer: “To ‘be blotted out of this book’ is the same thing as not to
‘be written with the righteous’. The clauses are parallel” (= Dihapuskan
dari kitab ini adalah sama dengan tidak ditulis dengan orang benar.
Kedua kalimat itu paralel) - ‘The Psalms’, hal 684.

Pulpit Commentary memberikan penafsiran yang berbeda /


bertentangan. Ia berkata: “‘And not be written with the righteous;’ i.e. not
remain written in the book side by side with the names of the righteous” (=
‘Dan tidak ditulis dengan orang benar’; artinya tidak tetap tertulis
dalam kitab itu bersama-sama dengan nama-nama orang benar) - hal
55.
Tetapi kata ‘remain’ (= tetap) ini sebetulnya tidak ada dalam ayat itu,
dan karena itu penafsiran ini tidak bisa diterima!

Text kedua: Kel 32:31-33 - “(31) Lalu kembalilah Musa menghadap


TUHAN dan berkata: ‘Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab
mereka telah membuat allah emas bagi mereka. (32) Tetapi sekarang,
kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu - dan jika tidak,
hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.’ (33)
Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Siapa yang berdosa kepadaKu,
nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitabKu”.

Adam Clarke mengatakan bahwa kitab itu merupakan catatan dari


orang-orang Israel. Yang namanya dihapus adalah orang-orang yang
tidak diperkenankan untuk masuk ke Kanaan.

Pulpit Commentary mengatakan (hal 343) bahwa ada yang


mengartikan bahwa kata-kata Musa dalam Kel 32:32 ini hanya sekedar
berarti ‘Bunuhlah aku’. Jadi, kitab itu hanya diartikan sebagai kitab
yang mencatat nama-nama orang-orang yang masih hidup, dan tak
berhubungan dengan keselamatan. Tetapi Pulpit Commentary sendiri
lebih setuju bahwa itu juga berhubungan dengan keselamatan.

Sama seperti dalam tafsirannya tentang Maz 69:29 di atas Calvin (hal
361-362) menganggap bahwa istilah ‘penghapusan nama’ dipakai
untuk menyesuaikan dengan pengertian manusia (semacam bahasa
antropomorphis). Tentu kita tidak bisa mengartikan bahwa bisa terjadi
perubahan dalam rencana kekal Allah. Istilah ‘penghapusan nama’ itu
hanya untuk menunjukkan bahwa Tuhan akhirnya menyatakan bahwa
orang-orang reprobate, yang untuk sementara kelihatannya terhitung
bersama-sama dengan orang-orang pilihan, sebetulnya sama sekali
tidak termasuk di dalamnya.
Calvin: “In these words God adapt Himself to the comprehension of the
human mind, when He says, ‘Him will I blot out;’ for hypocrites make such
false profession of His name, that they are not accounted aliens, until God
openly renounces them: and hence their manifest rejection is called
erasure” (= Dalam kata-kata ini Allah menyesuaikan diriNya sendiri
dengan pengertian pikiran manusia, pada saat Ia berkata ‘Aku tidak
akan menghapuskannya’; karena orang-orang munafik membuat
pengakuan palsu tentang namaNya supaya mereka tidak dianggap
sebagai orang asing / non kristen, sampai Allah secara terbuka
menyangkal mereka sebagai anak: dan karena itu penolakan yang nyata
ini disebut penghapusan) - hal 362.
Juga dalam Kel 32:33 itu, mungkin sekali Tuhan menggunakan kata-
kata itu untuk menyesuaikan dengan kata-kata Musa dalam Kel 32:32.

Kesimpulan: Kitab kehidupan hanya merupakan simbol dari predestinasi.


Penghapusan nama dari kitab kehidupan tidak benar-benar ada. Istilah itu
digunakan hanya karena Allah menyesuaikan diri dengan pengertian
manusia yang terbatas, sehingga Ia menggambarkan tindakanNya seperti
tindakan manusia yang mencatat, menghapus dan sebagainya. Orang
yang ‘dihapus namanya’ adalah orang kristen KTP, yang sebetulnya tidak
pernah tercatat di dalam kitab kehidupan itu. Bagi orang percaya / pilihan,
namanya sudah ada dalam kitab kehidupan sejak dunia belum dijadikan
dan tidak mungkin akan dihapuskan.

2) Kitab Suci mengatakan bahwa orang benar yang berbalik ke dalam dosa
akan binasa.
Yeh 3:20 - “Jikalau seorang yang benar berbalik dari kebenarannya dan ia
berbuat curang, dan Aku meletakkan batu sandungan di hadapannya, ia
akan mati. Oleh karena engkau tidak memperingatkan dia, ia akan mati
dalam dosanya dan perbuatan-perbuatan kebenaran yang dikerjakannya
tidak akan diingat-ingat, tetapi Aku akan menuntut pertanggungan jawab
atas nyawanya dari padamu”.
Yeh 18:24 - “Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan
melakukan kecurangan seperti segala kekejian yang dilakukan oleh orang
fasik - apakah ia akan hidup? Segala kebenaran yang dilakukannya tidak
akan diingat-ingat lagi. Ia harus mati karena ia berobah setia dan karena
dosa yang dilakukannya”.
Yeh 18:26 - “Kalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan
melakukan kecurangan sehingga ia mati, ia harus mati karena kecurangan
yang dilakukannya”.
Yeh 33:13 - “Kalau Aku berfirman kepada orang benar: Engkau pasti
hidup! - tetapi ia mengandalkan kebenarannya dan ia berbuat curang, segala
perbuatan-perbuatan kebenarannya tidak akan diperhitungkan, dan ia
harus mati dalam kecurangan yang diperbuatnya”.
Yeh 33:18 - “Jikalau orang benar berbalik dari kebenarannya dan
melakukan kecurangan, ia harus mati karena itu”.

Inti dari penafsiran Arminian tentang text-text di atas adalah bahwa ‘orang
benar’ diartikan sebagai orang yang betul-betul percaya dan betul-betul
sudah dibenarkan. Jadi text-text tersebut di atas mereka artikan bahwa
orang kristen sejati bisa murtad sehingga lalu kehilangan
keselamatannya.

Pdt. Jusuf B. S.: “Orang yang sudah dibenarkan di dalam Kristus, tetapi
kemudian berbalik berbuat dosa, tidak mau bertobat, sampai mati tetap
hidup di dalam dosa, keselamatannya hilang, ia mati dalam dosa” -
‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 45.
Ia lalu mengutip Yeh 33:13 sebagai dasar.

Adam Clarke (tentang Yeh 3:20): “From these passages we see that a
righteous man may fall from grace, and perish everlastingly. Should it be said
that it means the self-righteous, I reply, this is absurd; for self-righteousness is
a fall itself, and the sooner a man falls from it the better for himself. Real,
genuine righteousness of heart and life is that which is meant. Let him that
standeth take heed lest he fall” (= Dari text-text ini kita melihat bahwa
seorang yang benar bisa jatuh dari kasih karunia, dan binasa secara kekal.
Jika dikatakan bahwa itu berarti kebenaran diri sendiri, saya menjawab
bahwa ini menggelikan; karena kebenaran diri sendiri itu sendiri
merupakan suatu kejatuhan, dan makin cepat seseorang jatuh dari padanya,
makin baik untuk dirinya sendiri. Kebenaran yang sungguh-sungguh dan
asli / sejati dari hati dan kehidupan adalah apa yang dimaksudkan di sini.
‘Sebab itu siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah
supaya ia jangan jatuh’) - hal 432.

Adam Clarke (tentang Yeh 18:24): “Can a man who was once holy and pure,
fall away so as to perish everlastingly? YES. For God says, ‘If he turn away
from his righteousness;’ not his self-righteousness, the gloss of theologians: for
God never speaks of turning away from that, for, in his eyes, that is a nonentity.
There is no righteousness or holiness but what himself infuses into the soul of
man, and as to self-righteousness, i.e., a man’s supposing himself to be
righteous when he has not the life of God in his soul, it is the delusion of a dark
and hardened heart; therefore it is the real righteous principle and righteous
practice that God speaks of here. And he tells us, that a man may so ‘turn away
from this,’ and so ‘commit iniquity,’ and ‘acts as the wicked man,’ that his
righteousness shall be no more mentioned to his account, ... So then, God
himself informs us that a righteous man may not only fall foully, but fall
finally” (= Bisakah seseorang yang pada suatu saat pernah kudus dan murni,
jatuh / murtad sehingga binasa secara kekal? YA. Karena Allah berkata:
‘Jika ia berbalik dari kebenarannya’; bukan kebenarannya sendiri,
komentar dari para ahli theologia: karena Allah tidak pernah mengatakan
tentang berbalik dari hal itu, karena di mataNya, hal itu tidak ada. Tidak
ada kebenaran atau kekudusan kecuali apa yang Ia sendiri masukkan ke
dalam jiwa manusia, dan berkenaan dengan kebenaran diri sendiri, yaitu
anggapan orang bahwa dirinya benar padahal ia tidak mempunyai
kehidupan Allah dalam jiwanya, itu merupakan suatu khayalan dari hati
yang gelap dan dikeraskan; karena itu adalah prinsip kebenaran dan
praktek kebenaran yang sejati yang Allah bicarakan di sini. Dan Ia
memberitahu kita, bahwa seseorang bisa ‘berbalik dari hal ini’ dan
‘melakukan kejahatan’, dan ‘bertindak seperti orang jahat’, sehingga
kebenarannya tidak akan diperhitungkan lagi, ... Maka demikianlah, Allah
sendiri menginformasikan kepada kita bahwa seorang yang benar bukan
hanya bisa jatuh secara buruk / jahat, tetapi juga jatuh pada akhirnya /
sampai akhir) - hal 471.

Jawaban saya:

a) Keberatan terhadap penafsiran di atas:

1. Dalam Yeh 33:13, yang jelas merupakan ayat yang paralel dengan


Yeh 18:24 ini, justru disebutkan bahwa orang itu mempercayai
‘kebenarannya’.
Yeh 33:13 - “Kalau Aku berfirman kepada orang benar: Engkau
pasti hidup! - tetapi ia mengandalkan kebenarannya dan ia berbuat
curang, segala perbuatan-perbuatan kebenarannya tidak akan
diperhitungkan, dan ia harus mati dalam kecurangan yang
diperbuatnya”.
Bdk. penggunaan kata ‘kebenaran’ dalam:
a. Ro 10:3 - “Sebab, oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran
Allah dan oleh karena mereka berusaha untuk mendirikan
kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk kepada
kebenaran Allah”.
b. Gal 5:4 - “Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan
kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih
karunia”.
c. Fil 3:6,9 - “(6) tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang
kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat. ...
(9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri
karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran
karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah
anugerahkan berdasarkan kepercayaan”.

2. Mereka menafsirkan text-text tersebut di atas tanpa mempedulikan


ayat-ayat lain dalam Kitab Suci, seperti Yoh 8:31 1Yoh 2:18-19
2Yoh 9 yang jelas mengatakan bahwa hanya orang kristen KTPlah
yang bisa murtad, sedangkan orang kristen sejati pasti bertahan
sampai akhir.

b) Calvin / orang Reformed menganggap bahwa yang dimaksud dengan


‘orang benar’ dalam text-text itu hanyalah orang yang kelihatannya
benar, atau orang benar secara lahiriah, atau orang kristen KTP.
Calvin (tentang Yeh 3:20): “Here it may be asked, how can the just turn
aside, since there is no righteousness without the spirit of regeneration? But
the seed of the Spirit is incorruptible, (1Pet. 1:23,) nor can it ever happen
that his grace is utterly extinguished; for the Spirit is the earnest and the
seal of our adoption, for God’s adoption is without repentance, as Paul
says. (Rom. 11:29.) Hence it may seem absurd to say, that the just recedes
and turns aside from the right way. That passage of John is well known - if
they had been of us, they had remained with us, (1John 2:19,) but because
they have departed, that falling away proves sufficiently that they were
never ours. But we must here mark, that ‘righteousness’ is here called so,
which has only the outward appearance and not the root: for when once the
spirit of regeneration begins to flourish, as I have said, it remains
perpetually” [= Di sini bisa ditanyakan: bagaimana orang benar bisa
menyimpang / berbalik, karena tidak ada kebenaran tanpa kelahiran
baru? Tetapi benih dari Roh tidak dapat binasa (1Pet 1:23), juga tidak
pernah bisa terjadi bahwa kasih karuniaNya dipadamkan secara total;
karena Roh itu adalah jaminan dan meterai dari pengadopsian kita,
karena pengadopsian Allah tidak akan disesali, seperti yang dikatakan
oleh Paulus (Ro 11:29). Karena itu adalah menggelikan untuk
mengatakan bahwa orang benar mundur dan menyimpang dari jalan
yang benar. Text dari Yohanes merupakan text yang terkenal - ‘jika
mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap
bersama-sama dengan kita’ (1Yoh 2:19), tetapi karena mereka telah
meninggalkan kita, kemurtadan itu membuktikan secara cukup bahwa
mereka tidak pernah termasuk pada kita. Tetapi di sini kita harus
memperhatikan, bahwa ‘kebenaran’ di sini disebut demikian, yang
hanya mempunyai penampilan lahiriah dan tidak mempunyai akarnya:
karena kalau satu kali roh kelahiran baru mulai tumbuh dengan subur,
seperti yang telah saya katakan, itu akan tinggal secara kekal] - hal 159.
Catatan: perhatikan bahwa berbeda dengan para penafsir Arminian,
maka Calvin menafsirkan text-text tersebut dengan memperhatikan
ayat-ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan text-text itu.

Calvin tentang Yeh 18:24: “In fine, we see that the word ‘righteousness’
is referred to our senses, and not to God’s hidden judgment; so that the
Prophet does not teach anything but what we perceive daily” (=
Kesimpulannya, kita melihat bahwa kata ‘kebenaran’ dihubungkan
dengan panca indera kita, dan bukannya dengan penghakiman /
penilaian yang tersembunyi dari Allah; sehingga sang nabi tidak
mengajar apapun kecuali apa yang kita rasakan / mengerti sehari-hari) -
‘Commentary on Ezekiel’, hal 251.

c) Bandingkan dengan Yeh 36:26-27 yang menjamin bahwa orang


percaya tidak mungkin murtad.
Yeh 36:26-27 - “(26) Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh
yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu
hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. (27) RohKu
akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu
hidup menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-
peraturanKu dan melakukannya”.
Mungkinkah Yehezkiel menentang sendiri ucapannya di sini?

d) Keberatan terhadap penafsiran Calvin / Reformed.


Yeh 33:13 - “Kalau Aku berfirman kepada orang benar: Engkau pasti
hidup! - tetapi ia mengandalkan kebenarannya dan ia berbuat curang,
segala perbuatan-perbuatan kebenarannya tidak akan diperhitungkan,
dan ia harus mati dalam kecurangan yang diperbuatnya”.
Dalam ayat ini Tuhan sendiri yang mengatakan bahwa orang itu pasti
hidup. Karena itu jelaslah bahwa istilah ‘orang benar’ menunjuk
kepada orang yang betul-betul adalah orang benar.

Jawaban saya:
Sekalipun Tuhan sendiri yang berbicara, Ia tetap sering berbicara dari
sudut pandang manusia. Misalnya:

1. Dalam Yer 18:8 1Sam 15:11 - Tuhan sendiri yang berkata bahwa


Ia menyesal. Ini tetap harus dianggap dari sudut pandang manusia,
dan demikian juga semua ayat Kitab Suci yang mengatakan bahwa
Allah menyesal, karena:

a. Allah yang maha tahu tidak mungkin menyesal, karena


‘menyesal’ hanya bisa terjadi kalau kita tahu apa yang tadinya
kita tidak tahu. Misalnya kita membeli barang yang kita kira
sebagai barang yang bagus, tetapi ternyata palsu / jelek.
Setelah kita tahu kejelekan / kepalsuan barang itu, kita
menyesal. Tetapi Allah itu maha tahu sehingga Ia mengetahui
segala-galanya dari semula, dan karena itu Ia tidak mungkin
menyesal!

b. Bil 23:19a dan 1Sam 15:29 mengatakan bahwa Allah bukanlah


manusia sehingga harus menyesal.
Bil 23:19 - “Allah bukanlah manusia, sehingga Ia berdusta bukan
anak manusia, sehingga Ia menyesal”.
1Sam 15:29 - “Lagi Sang Mulia dari Israel tidak berdusta dan Ia
tidak tahu menyesal; sebab Ia bukan manusia yang harus
menyesal.’”.
Catatan: perhatikan bahwa dalam 1Sam 15 itu, mula-mula
dikatakan ‘Allah menyesal’ (ay 11), lalu dikatakan ‘Allah tidak
tahu menyesal’ (ay 29), dan akhirnya dikatakan ‘Allah menyesal’
lagi (ay 35b).
Saya berpendapat bahwa hanya ada satu cara untuk
mengharmoniskan ayat-ayat yang kelihatannya kontradiksi ini,
yaitu dengan menganggap bahwa bagian yang mengatakan
‘Allah menyesal’ merupakan bagian yang menggambarkan
peninjauan dari sudut manusia, sedangkan bagian yang
mengatakan ‘Allah tidak tahu menyesal’ merupakan bagian
yang menggambarkan peninjauan dari sudut Allah.

c. Kel 32:7-14 - “(7) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Pergilah,


turunlah, sebab bangsamu yang kaupimpin keluar dari tanah
Mesir telah rusak lakunya. (8) Segera juga mereka menyimpang
dari jalan yang Kuperintahkan kepada mereka; mereka telah
membuat anak lembu tuangan, dan kepadanya mereka sujud
menyembah dan mempersembahkan korban, sambil berkata: Hai
Israel, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar dari
tanah Mesir.’ (9) Lagi firman TUHAN kepada Musa: ‘Telah
Kulihat bangsa ini dan sesungguhnya mereka adalah suatu bangsa
yang tegar tengkuk. (10) Oleh sebab itu biarkanlah Aku, supaya
murkaKu bangkit terhadap mereka dan Aku akan membinasakan
mereka, tetapi engkau akan Kubuat menjadi bangsa yang besar.’
(11) Lalu Musa mencoba melunakkan hati TUHAN, Allahnya,
dengan berkata: ‘Mengapakah, TUHAN, murkaMu bangkit
terhadap umatMu, yang telah Kaubawa keluar dari tanah Mesir
dengan kekuatan yang besar dan dengan tangan yang kuat? (12)
Mengapakah orang Mesir akan berkata: Dia membawa mereka
keluar dengan maksud menimpakan malapetaka kepada mereka
dan membunuh mereka di gunung dan membinasakannya dari
muka bumi? Berbaliklah dari murkaMu yang bernyala-nyala itu
dan menyesallah karena malapetaka yang hendak Kaudatangkan
kepada umatMu. (13) Ingatlah kepada Abraham, Ishak dan
Israel, hamba-hambaMu itu, sebab kepada mereka Engkau telah
bersumpah demi diriMu sendiri dengan berfirman kepada
mereka: Aku akan membuat keturunanmu sebanyak bintang di
langit, dan seluruh negeri yang telah Kujanjikan ini akan
Kuberikan kepada keturunanmu, supaya dimilikinya untuk
selama-lamanya.’ (14) Dan menyesallah TUHAN karena
malapetaka yang dirancangkanNya atas umatNya”.
Kalau bagian ini mau diartikan secara hurufiah, menjadi sesuatu
yang sangat menggelikan, karena Tuhan menyesal setelah
dinasehati oleh Musa. Lebih-lebih kalau kita melihat dalam
terjemahan KJV/RSV, dimana untuk kata ‘menyesal’ digunakan
kata ‘repent’ (= bertobat), maka penafsiran secara hurufiah ini
menjadi makin tidak masuk akal.

2. 2Raja 20:1-6 - “(1) Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir
mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya:
‘Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada
keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi.’ (2)
Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa
kepada TUHAN: (3) ‘Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah
hidup di hadapanMu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa
aku telah melakukan apa yang baik di mataMu.’ Kemudian
menangislah Hizkia dengan sangat. (4) Tetapi Yesaya belum lagi
keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman TUHAN
kepadanya: (5) ‘Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja
umatKu: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu:
Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya
Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau
akan pergi ke rumah TUHAN. (6) Aku akan memperpanjang
hidupmu lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan
kota ini dari tangan raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh
karena Aku dan oleh karena Daud, hambaKu.’”.
Lagi-lagi di sini Tuhan bicara dari sudut pandang manusia, karena
kalau dari sudut pandang Allah kematian itu jelas sudah ditentukan
waktunya dan tidak bisa diubah, bahkan oleh Allah sendiri.

Jadi, sekalipun Tuhan sendiri yang berbicara, Ia sering menyesuaikan


kata-kataNya dengan kapasitas pengertian kita yang terbatas! Dan itu
juga yang terjadi dengan Yeh 33:13!

3) Kemurtadan Saul dan Yudas Iskariot.


Pdt. Jusuf B. S.: “Contoh yang jelas dapat dilihat dari riwayat hidup Saul
dan Yudas. Saul sudah penuh dengan Roh Kudus 1Sam 10:6. Ia bernubuat
bersama-sama para nabi yang lain (1Sam 10:10-11). Ia mengerjakan
beberapa banyak hal-hal yang indah-indah di dalam pimpinan Roh Kudus
(1Sam 11:6) dan seterusnya. Tetapi sayang, ia tidak mau dipimpin Roh
Kudus terus menerus. Ia melakukan kehendaknya sendiri melawan Roh
Kudus sehingga akhirnya Roh Kudus meninggalkannya dan ia berakhir
dalam daging (1Sam 16:14). Roh setan masuk, merasuknya sampai akhirnya
ia didorong untuk bunuh diri dan mati di tangan iblis! Begitu juga dengan
Yudas. Yudas adalah seorang yang dipilih Tuhan Yesus lewat doa
semalaman (Luk 6:12-16). Tidak mungkin Putra Manusia Yesus memilih
orang yang belum percaya, sebab pada waktu itu Dia belum tahu tentang
akhir dari Yudas. Ia dipilih menjadi bendahara (Yoh 12:6). Biasanya yang
dipilih itu orang yang rohani dan bisa dipercaya. Ia juga mengusir setan dan
menyembuhkan orang bersama-sama dengan murid-murid lainnya (Luk
9:1-6). Pada waktu Putra Manusia Yesus dengan ilham Roh mengatakan
bahwa ada seorang yang akan mengkhianati Dia, tidak ada seorangpun yang
curiga pada Yudas, sebab Yudas bukan pengkhianat dari permulaan!
Mereka justru menanyakan dirinya sendiri. ... Yudas ini termasuk orang
seperti Matius 7:21-23, yaitu orang yang sudah pernah percaya, tetapi
kemudian undur, dan sampai mati tidak bertobat kembali. Sebab itu ia
binasa ... Jadi orang percaya yang tidak berjaga-jaga bisa undur dan
binasa” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 45-46.

Juga dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang menunjukkan adanya


kemurtadan, seperti 1Tim 1:19-20 2Tim 2:17-18 2Tim 4:10 2Pet 2:1,2
Ibr 6:4-6.

Jawaban saya:

a) Baik raja Saul maupun Yudas Iskariot dianggap oleh Pdt. Jusuf B. S.
sebagai orang-orang kristen sejati yang lalu murtad dan akhirnya
binasa. Pada waktu saya membaca buku Pdt. Jusuf B. S. yang
berjudul ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, saya menyimpulkan bahwa
salah satu problem terbesar dengannya adalah bahwa ia kelihatannya
menganggap semua orang kristen sebagai orang kristen yang sejati.
Dengan kata lain, ia kelihatannya tidak percaya adanya orang kristen
KTP. Sampai-sampai ‘tanah berbatu’ (Mat 13:5-6,20-21), Yudas
Iskariot, raja Saul, orang-orang dalam Mat 7:21-23, lima anak dara
yang bodoh (Mat 25:1-13) semuanya dianggap sebagai orang kristen
yang sejati yang lalu murtad. Padahal Kitab Suci sering berbicara
tentang orang kristen KTP, seperti dalam:
1. Perumpamaan lalang di antara gandum (Mat 13:24-30,36-43),
dimana lalang jelas menggambarkan orang kristen KTP.
2. Aalegori pokok anggur dan ranting-rantingnya (Yoh 15:1-8), dimana
ranting yang tidak berbuah jelas menggembarkan orang kristen
KTP.
3. Tanah berbatu dan tanah bersemak duri (Mat 13:5-7,20-22) yang
jelas menggambarkan orang kristen KTP karena mereka tidak
berbuah.

Kitab Suci juga sering mengatakan bahwa seseorang ‘percaya’ atau


bahwa orang itu adalah ‘murid’, tetapi penyebutan itu hanya
disesuaikan dengan pengakuan dari orang tersebut. Dalam faktanya,
orang itu tidak betul-betul percaya.
Contoh:
a. Yoh 2:23-25 - “(23) Dan sementara Ia di Yerusalem selama hari raya
Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya, karena mereka telah
melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24) Tetapi Yesus sendiri
tidak mempercayakan diriNya kepada mereka, karena Ia mengenal
mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi
kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di
dalam hati manusia”.
Perhatikan text di atas ini. Ay 23nya mengatakan banyak orang
percaya kepada Yesus, tetapi ay 24-25 menunjukkan sikap Yesus
terhadap mereka. Ia tidak mau mempercayakan diri kepada
mereka, karena Ia mengenal mereka semua. Jelas bahwa mereka
itu hanya mengaku percaya, tetapi sesungguhnya tidak betul-betul
percaya.
b. Kis 8:9-13 yang menunjukkan bahwa Simon tukang sihir ‘menjadi
percaya’ (ay 13). Tetapi kalau kita membaca cerita itu terus, maka
terlihat bahwa sebetulnya ia belum sungguh-sungguh percaya. Itu
terlihat dari dari kata-kata Petrus yang begitu keras kepada Simon
tukang sihir (ay 20-23), yang tidak memungkinkan untuk ditujukan
kepada orang kristen yang sejati.

Saya berpendapat bahwa Yudas Iskariot maupun raja Saul hanyalah


orang kristen KTP.
Ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa Yudas Iskariot hanyalah
orang kristen KTP:
 Yoh 6:64 - “Tetapi di antaramu ada yang tidak percaya.’ Sebab
Yesus tahu dari semula, siapa yang tidak percaya dan siapa yang
akan menyerahkan Dia”.
Betul-betul ajaib bahwa dengan adanya ayat seperti ini, yang
secara jelas menunjukkan ketidakpercayaan dari Yudas Iskariot,
Pdt. Jusuf B. S. bisa tetap beranggapan bahwa Yudas Iskariot
sudah percaya dan karena itu dipilih oleh Yesus.
 Yoh 6:70 - “Jawab Yesus kepada mereka: ‘Bukankah Aku sendiri
yang memilih kamu yang dua belas ini? Namun seorang di antaramu
adalah Iblis’”.
 Yoh 13:10b-11 - “(10b) ‘Juga kamu sudah bersih, hanya tidak
semua’. (11) Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia.
Karena itu Ia berkata: ‘Tidak semua kamu bersih’”.
 Yoh 13:18 - “Bukan tentang kamu semua Aku berkata. Aku tahu,
siapa yang telah Kupilih. Tetapi haruslah genap nas ini: Orang yang
makan rotiKu, telah mengangkat tumitnya terhadap Aku”.
 Yoh 12:6 yang menunjukkan bahwa pada waktu mengikut Yesus,
Yudas adalah seorang pencuri yang sering mencuri uang kas yang
ia pegang.

Yudas Iskariot dipilih menjadi salah seorang dari 12 rasul, bukan


karena ia beriman. Juga bahwa ia ikut menyembuhkan dan mengusir
setan, tidak menjamin bahwa ia adalah orang yang sungguh-sungguh
beriman, karena Mat 7:22-23 menunjukkan adanya orang-orang
seperti itu, yang akhirnya tidak pernah dikenal oleh Kristus.
Yudas dipilih karena ia memang harus menjadi pengkhianat. Hal itu
memang sudah ditentukan, seperti dikatakan dalam Luk 22:21-22 -
“(21) Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama
dengan Aku di meja ini. (22) Sebab Anak Manusia memang akan pergi
seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya
Ia diserahkan!’”.
Yoh 17:12 - “Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka
dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu;
Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang
binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya
genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci”.
Yang saya garis-bawahi itu bukan terjemahan yang hurufiah;
bandingkan dengan terjemahan KJV: ‘but the son of perdition’ (=
kecuali anak kebinasaan).

Calvin memberikan komentar sebagai berikut tentang bagian ini:


“Judas is excepted, and not without reason; for, though he was not one of
the elect and of the true flock of God, yet the dignity of his office gave him
the appearance of it. ... that no one might think that the eternal election of
God was overturned by the damnation of Judas, he immediately added, that
he was the son of perdition. By these words Christ means that his ruin,
which took place suddenly before the eyes of men, had been known to God
long before; for ‘the son of perdition,’ according to the Hebrew idiom,
denotes a man who is ruined, or devoted to destruction” (= Yudas
dikecualikan, dan bukannya tanpa alasan; karena sekalipun ia bukanlah
salah seorang dari orang-orang pilihan dan dari kawanan domba Allah,
tetapi kewibawaan dari jabatannya seolah-olah menunjukkan hal itu. ...
supaya tidak seorangpun berpikir bahwa pemilihan kekal dari Allah
dibalikkan oleh penghukuman Yudas, Ia langsung menambahkan, bahwa
ia adalah ‘anak kebinasaan / neraka’. Dengan kata-kata ini Kristus
memaksudkan bahwa kehancurannya, yang terjadi secara mendadak di
hadapan manusia, telah diketahui oleh Allah jauh sebelumnya; karena
‘anak kebinasaan / neraka’ menurut ungkapan Ibrani, menunjuk pada
seseorang yang dihancurkan, atau disediakan untuk kehancuran) - hal
176.

John Calvin: “Christ says that ‘no one perished but the son of perdition’
(John 17:12); this is indeed an inexact expression but not at all obscure; for
he was counted among Christ’s sheep not because he truly was one but
because he occupied the place of one. The Lord’s assertion in another
passage that he was chosen by him with the apostles is made only with
reference to the ministry. ‘I have chosen twelve,’ he said, ‘and one of them
is a devil.’ (John 6:70 p.) That is, he had chosen him for the apostolic
office. But when he speaks of election unto salvation, he banishes him far
from the number of the elect: ‘I am not speaking of you all; I know whom I
have chosen’ (John 13:18). If anyone confuses the word ‘election’ in the
two passages, he will miserably entangle himself; if he notes their
difference, nothing is plainer” [= Kristus berkata bahwa ‘tidak
seorangpun yang binasa, kecuali anak kebinasaan’ (Yoh 17:12); ini
memang merupakan ungkapan yang tidak tepat / akurat tetapi bukannya
sama sekali kabur; karena ia terhitung di antara domba-domba Kristus
bukan karena ia betul-betul adalah domba tetapi karena ia menempati
tempat dari domba. Penegasan Tuhan dalam text yang lain bahwa ia
dipilih olehNya dengan rasul-rasul hanya dibuat berhubungan dengan
pelayanan. ‘Aku sendiri yang memilih kamu yang dua belas ini’,
kataNya, ‘tetapi satu di antara mereka adalah Iblis’ (Yoh 6:70). Yaitu, Ia
telah memilihnya untuk jabatan rasul. Tetapi pada waktu Ia berbicara
tentang pemilihan kepada keselamatan, Ia membuangnya (Yudas) jauh-
jauh dari orang-orang pilihan: ‘Bukan tentang kamu semua Aku
berkata. Aku tahu, siapa yang telah Kupilih’ (Yoh 13:18). Jika ada orang
yang mencampuradukkan kata ‘pemilihan’ dalam kedua text itu, ia akan
bingung sendiri; jika ia memperhatikan perbedaannya, tidak ada yang
lebih jelas] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book III, Chapter
XXIV, no 9.

Juga raja Saul, sekalipun dikatakan penuh dengan Roh Kudus, tidak
bisa dianggap sebagai orang kristen yang sejati, karena peranan /
fungsi Roh Kudus pada jaman Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
berbeda. Pada jaman Perjanjian Baru memang orang yang sudah
memiliki Roh Kudus pasti adalah orang kristen yang sejati. Tetapi pada
jaman Perjanjian Lama Roh Kudus diberikan hanya supaya orang
yang bersangkutan bisa melakukan pelayanan / tanggung jawabnya.
Bdk. Kel 28:3 Kel 35:30-36:2 Bil 11:17 Bil 11:25-27. Karena Saul
diangkat menjadi raja, maka Tuhan memberikan Roh Kudus supaya ia
bisa melakukan tanggung jawabnya. Tetapi setelah Saul jatuh ke
dalam dosa dan lalu ditolak oleh Tuhan sebagai raja, maka Roh Kudus
itupun ditarik kembali. Hal seperti ini (penarikan Roh Kudus) tidak
mungkin terjadi dalam jaman Perjanjian Baru, karena adanya janji
Tuhan seperti dalam Yoh 14:16 Ibr 13:5.
Bahwa Saul bukanlah raja yang dikehendaki Tuhan, dan diberikan
untuk menghajar Israel yang memaksa meminta raja, terlihat dari
Hos 13:11 - “Aku memberikan engkau seorang raja dalam murkaKu
dan mengambilnya dalam gemasKu”.

Kesimpulan: sama seperti Yudas Iskariot, Saul bukannya kehilangan


keselamatan, tetapi memang tidak pernah selamat. Mereka bisa
murtad, karena mereka hanyalah orang kristen KTP. Bahwa orang
kristen yang sejati tidak mungkin murtad ditunjukkan secara jelas
dalam 1Yoh 2:19.

b) Semua ayat Kitab Suci yang menunjukkan kemurtadan, harus diartikan


sebagai orang kristen KTP yang murtad, karena Kitab Suci sendiri
memberikan jaminan bahwa orang kristen yang sejati tidak mungkin
murtad, yaitu dalam:
 Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang
percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu
benar-benar adalah muridKu”.
Ayat ini menunjukkan bahwa kalau seseorang tidak tetap dalam
firman (murtad), ia bukan benar-benar murid Kristus. Dengan kata
lain ia adalah orang kristen KTP.
 1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang
terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus
akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah
tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir.
(19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak
sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-
sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama
dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa
tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
Ayat ini menunjukkan hal yang kurang lebih sama dengan ayat di
atas. Kalau seorang kristen keluar dari kita (murtad) itu
menunjukkan bahwa ia tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita.
Dengan kata lain ia bukan orang kristen yang sejati. Dan ayat ini
memberikan jaminan: orang yang sungguh-sungguh termasuk
pada kita (orang kristen yang sejati), pasti akan tetap bersama kita
(berarti tidak mungkin murtad).
 2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus,
tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah.
Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun
Anak”.

4) Orang dapat mulai dengan Roh dan berakhir dengan daging.


Gal 3:3-4 - “(3) Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh,
maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? (4) Sia-siakah
semua yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!”.

Jawaban saya:
Kata-kata terakhir dari ayat ini, yaitu ‘masakan sia-sia!’ justru
menunjukkan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi! Dan Paulus menuliskan
surat Galatia dengan tujuan supaya kemurtadan mereka tidak terjadi.
Kalau toh ada yang betul-betul murtad dari jemaat Galatia, itu pasti orang
kristen KTP, karena orang kristen yang sejati tidak mungkin murtad (1Yoh
2:19).
Jawaban ini juga berlaku untuk ayat-ayat lain dalam surat Galatia, yang
seakan-akan menunjukkan bahwa mereka murtad (Gal 1:6 4:9-11 5:2-
4,7).

5) Mat 7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan,


Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang
melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak
orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat
demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak
mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus
terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu!
Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.

Pdt. Jusuf B. S.: “Ini orang-orang yang benar, yang sudah percaya dan
selamat, sebab:
1. Ini sambungan dari ayat 21 dan 22, yaitu tentang orang-orang yang
sudah percaya, sudah menyeru nama Tuhan, sebab itu sudah selamat (Rom
10:10). ...
2. Dari buah-buah pelayanan yang disebutkan di sini, kita melihat dengan
jelas bahwa ini adalah orang-orang yang percaya, sudah lahir baru, sudah
selamat. Semua dilakukan di dalam nama Yesus dengan sungguh-sungguh.
3. Mereka membuang setan dengan nama Tuhan Yesus. Kalau seseorang
hanya dengan main-main memakai nama Yesus untuk mengusir setan, pasti
gagal seperti Kis 19:13. Jadi mereka ini adalah orang-orang yang sungguh-
sungguh percaya.
4. Mereka membuat mujizat dengan nama Tuhan, ini orang-orang yang
betul. Andaikata mereka tidak satu golongan dengan kita, mereka tetap
diakui Tuhan (Mrk 9:38-40/ Luk 9:49-50). Jadi orang-orang yang disebut di
sini, pastilah orang-orang yang sudah percaya (sudah selamat), sudah
pernah sungguh-sungguh ikut Tuhan.
5. Lima Anak Dara yang Bodoh.
Mat 25:11-13 Kemudian daripada itu datang pula anak dara yang lain itu
sambil berkata: Ya Tuan, ya Tuan, bukakanlah kiranya kami pintu. Tetapi
ia menjawab serta berkata: Sesungguhnya aku berkata kepadamu: Tiada
aku kenal kamu. Sebab itu hendaklah kamu berjaga-jaga, karena tiada
kamu ketahui akan hari atau waktunya.
Jawaban Tuhan bagi 5 anak dara ini sama seperti jawaban Tuhan dalam
Mat 7:23. Jawaban ini diberikan kepada 5 anak dara yang bodoh. Siapakah
5 anak dara yang bodoh ini? Apakah mereka orang yang belum percaya
pada Tuhan Yesus? Mustahil! Mereka sudah bersama-sama dengan yang
lain pergi menyambut pengantin Laki-laki, mereka berpakaian sama seperti
5 anak dara yang pintar. Mereka juga mempunyai minyak dalam pelitanya
yang sama-sama menyala dengan teman-temannya yang pandai, sebab itu
tidak mungkin mengartikan 5 anak dara yang bodoh ini sebagai orang yang
belum percaya, tidak mungkin! Lima anak dara ini adalah orang-orang yang
sudah percaya pada Tuhan Yesus, sudah mempunyai pelita = pelayanan
yang tertentu (Wah 2:5), sudah bersinar, sudah penuh Roh Kudus, sudah
dimeteraikan dan mempunyai pakaian yang sama, tetapi mereka ditolak
dari Kerajaan Sorga seperti Matius 7:23. Mereka inilah orang-orang yang
mulai dengan Roh, tetapi mengakhirinya dengan kedagingan, mulai bersinar
tetapi sesudah itu menjadi gelap” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal
87-89.

Pdt. Jusuf B. S.: “Kesimpulan: Mat 7:23 ini bukan tentang orang-orang
yang tidak pernah diselamatkan, tetapi justru tentang orang-orang yang
pernah selamat bahkan dipakai Tuhan dengan heran, tetapi tidak berjaga-
jaga, akhirnya undur dalam dosa dan kejahatannya sampai mati, sehingga
mereka masuk dalam kebinasaan kekal” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’,
hal 91.

Jawaban saya:

a) Penafsiran Pdt. Jusuf B. S. ini tidak mempedulikan kontext dari


Mat 7:21-23 itu yang jelas-jelas berbicara tentang nabi-nabi palsu. Mari
kita membaca text tersebut mulai dari ay 15nya.
Mat 7:15-23 - “(15) ‘Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang
kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya
mereka adalah serigala yang buas. (16) Dari buahnyalah kamu akan
mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak
duri atau buah ara dari rumput duri? (17) Demikianlah setiap pohon
yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik
menghasilkan buah yang tidak baik. (18) Tidak mungkin pohon yang
baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak
baik itu menghasilkan buah yang baik. (19) Dan setiap pohon yang tidak
menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
(20) Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. (21) Bukan
setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke
dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak
BapaKu yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan
berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi
namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak
mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah Aku akan berterus
terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu!
Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
Jadi kontextnya ini menunjukkan bahwa mereka adalah serigala yang
buas tetapi menyamar sebagai domba. Karena itu tidak heran bahwa
dilihat dari luar / secara lahiriah, mereka terlihat seperti orang kristen.
Ingat bahwa lalang mirip dengan gandum.

b) Bahwa dalam Kis 19:13 orang-orang itu tidak bisa mengusir setan


dengan nama Yesus, tidak berarti bahwa selalu harus demikian. Ingat
bahwa setan itu begitu cerdik, sehingga ia mempunyai banyak taktik.
Pada saat itu ia merasa bahwa yang terbaik baginya adalah tidak
keluar dari orang yang dirasuknya dan bahkan lalu memukuli orang
yang menengkingnya. Tetapi pada kali-kali yang lain, ia bisa saja
menganggap bahwa lebih baik keluar dari orang yang dirasuknya,
supaya banyak orang percaya kepada nabi palsu yang
menengkingnya. Dengan demikian justru ia ‘mendapatkan lebih
banyak jiwa’.

c) Lima anak dara yang bodoh dalam Mat 25:1-13 itu jelas juga
menggambarkan orang kristen KTP. Orang kristen yang sejati tidak
biasanya disebut ‘bodoh’ dalam Kitab Suci. Disamping itu, lima anak
dara yang bodoh itu hanya kelihatannya saja siap menyambut
mempelai laki-laki. Bahwa mereka tidak membaca cadangan minyak,
menunjukkan bahwa persiapan mereka sama sekali tidak memadai.
Juga bahwa mereka tadinya mempunyai minyak dalam pelita / lampu
mereka, tidak boleh dialegorikan sebagai Roh Kudus, karena kalau
minyak itu diartikan sebagai Roh Kudus, lalu apa artinya ‘cadangan
minyak’ / ‘minyak dalam buli-buli’ (ay 4) yang dibawa oleh lima gadis
yang bijaksana? Juga apa artinya ‘membeli minyak’ dan ‘penjual
minyak’ (ay 9-10a)?

d) Dalam Mat 7:23 itu Tuhan berkata bahwa Ia bukan sekedar ‘tidak


mengenal’ mereka, tetapi ‘tidak pernah mengenal’ mereka.
Mat 7:23 - “Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka
dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu,
kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
Kalau orang-orang itu pernah percaya dan akhirnya murtad, maka
Tuhan tidak bisa berkata ‘tidak pernah mengenal’. Ia seharusnya
berkata: ‘Dahulu Aku mengenal kamu, tetapi sekarang tidak’.

Terhadap hal ini Pdt. Jusuf B. S. memberikan jawaban sebagai berikut:


Pdt. Jusuf B. S.: “Mengapa tidak pernah dikenal? Ini istilah Alkitab
(kata-kata Allah) untuk semua orang yang sudah dibuang dari hadapan
Allah, itu dilupakan sama sekali, tidak diingat lagi seperti tidak pernah
dikenal!
Misalnya:
1. Hidup yang tidak pernah dinajiskan.
Wahyu 3:4 Tetapi di Sardis ada beberapa orang yang tidak
mencemarkan pakaiannya; mereka akan berjalan dengan Aku dalam
pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.
Tidak menajiskan, tidak pernah berdosa? Semua orang pernah berdosa,
bahkan sesudah percaya (kecuali ia sudah sempurna dengan mutlak).
Mengapa beberapa orang-orang di Sardis disebut dengan kata-kata ini.
Inilah orang-orang yang sudah dilepaskan dari dosa, dosa-dosanya sudah
dibuang, dihapus begitu bersih, oleh darah Yesus, sehingga menjadi
seolah-olah tidak pernah menajiskan pakaiannya. Allah lupa akan
keadaan orang-orang itu sebelum bertobat; Seolah-olah Allah tidak
pernah mengenal keadaan pribadi mereka sebelum bertobat, sehingga
mereka dikenal Allah sebagai orang-orang yang tidak pernah berdosa!
2. Allah tidak lagi ingat dosa-dosa yang sudah diampuni. Luar biasa.
Allah yang maha tahu, tahu segala-galanya dapat lupa, tidak ingat lagi,
tidak lagi mengenali dosa-dosa yang sudah ditutup darah Yesus” -
‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 89.

Jawaban saya:
1. Jemaat Sardis itu tidak dikatakan ‘tidak pernah mencemarkan
pakaiannya’, tetapi ‘tidak mencemarkan pakaiannya’. Pdt. Jusuf B.
S. menambahkan kata ‘pernah’ dalam penafsiran / penjelasannya.
Ia seharusnya memperhatikan ancaman dalam Wah 22:18-19 bagi
orang-orang yang mengurangi atau menambahi Kitab Suci.
2. Kitab Suci tidak pernah mengatakan bahwa Allah lupa akan dosa-
dosa yang sudah diampuni. Kitab Suci mengatakan ‘tidak
mengingat-ingat’ (Yes 43:25 Yer 31:34 Ibr 10:17) dan ini berbeda
dengan ‘lupa’. ‘Tidak mengingat’ merupakan suatu tindakan
sengaja dan berada di dalam kontrol si pelaku, dan ini berbeda
dengan ‘lupa’, yang merupakan tindakan yang tidak disengaja dan
berada di luar kontrol si pelaku.
3. Bahwa Allah ‘tidak mengingat’ dosa kita, tidak bisa dikatakan
bahwa Ia ‘tidak pernah mengetahui’ dosa kita. Ia tahu, tetapi tidak
mau mengingat-ingat dosa-dosa itu. Ini berbeda dengan Mat 7:23
yang secara jelas mengatakan ‘tidak pernah mengenal’.

6) Adanya banyak ayat Kitab Suci yang memberikan peringatan terhadap


kemurtadan.
Misalnya: Mat 24:13 - “Tetapi orang yang bertahan sampai pada
kesudahannya akan selamat”.
Dalam Kitab Suci masih ada banyak ayat lain yang sejenis / yang
memberikan peringatan terhadap kemurtadan seperti Mat 10:22 Kol 1:23
Ibr 2:1 Ibr 3:14 Ibr 6:11. Juga dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang
mendorong orang kristen untuk bertekun sampai akhir seperti 1Kor 15:2
Wah 2:10. Secara implicit ini menunjukkan bahwa orang kristen bisa tidak
bertahan sampai akhir (murtad), sehingga kehilangan keselamatannya.

Jawaban saya:

a) Orang kristen yang sejati pasti akan bertahan sampai akhir, karena:
 penulis surat Ibrani mengatakan dalam Ibr 10:38-39 - “(38) Tetapi
orangKu yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia
mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’ (39)
Tetapi kita (orang kristen yang sejati) bukanlah orang-orang yang
mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang percaya dan
yang beroleh hidup”. Ini menunjukkan bahwa orang kristen yang
sejati pasti akan bertahan sampai akhir.
 1Yoh 2:19 - “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi
mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika
mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap
bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi
nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada
kita”. Ini jelas menunjukkan bahwa yang murtad itu pasti orang
kristen KTP.

b) ‘Jaminan keselamatan’ tidak bertentangan dengan ‘perintah untuk


bertekun sampai akhir / larangan murtad’.
Sekalipun kita dijamin tidak akan kehilangan keselamatan kita, tetapi
kita tetap diberi tanggung jawab untuk bertekun sampai akhir dan
memelihara keselamatan kita.
Untuk menjelaskan tentang hal ini saya akan memberikan suatu
illustrasi dari Kitab Suci, yaitu dari Kis 27:22-34 - “(22) Tetapi sekarang,
juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya kamu tetap
bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa,
kecuali kapal ini. (23) Karena tadi malam seorang malaikat dari Allah,
yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri di sisiku,
(24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap
Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang
ada bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena
engkau. (25) Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena
aku percaya kepada Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti
yang dinyatakan kepadaku. (26) Namun kita harus mendamparkan
kapal ini di salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba
dan kami masih tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira
tengah malam anak-anak kapal merasa, bahwa mereka telah dekat
daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan batu duga, dan ternyata air di
situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju sedikit mereka menduga
lagi dan ternyata lima belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami
akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat
sauh di buritan, dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas
siang. (30) Akan tetapi anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri
dari kapal. Mereka menurunkan sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka
hendak melabuhkan beberapa sauh di haluan. (31) Karena itu Paulus
berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak
tinggal di kapal, kamu tidak mungkin selamat.’ (32) Lalu prajurit-
prajurit itu memotong tali sekoci dan membiarkannya hanyut. (33)
Ketika hari menjelang siang, Paulus mengajak semua orang untuk
makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu menanti-nanti
saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku
menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk
keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan
sehelaipun dari rambut kepalanya.’”.

Jadi, cerita Kitab Suci ini menunjukkan bahwa Allah mengirim malaikat
yang memberikan Firman Tuhan yang menjamin keselamatan
(jasmani) semua mereka, kecuali kapalnya (ay 23-24). Dan Paulus
percaya penuh akan Firman Tuhan yang telah ia terima itu
(ay 22,25,34b), tetapi itu tidak menyebabkan Paulus hanya berdiam
diri, beriman, berdoa saja! Sekalipun ada Firman Tuhan yang
menjamin keselamatan mereka, tetapi Paulus tetap memberikan
nasehat supaya Firman Tuhan / janji Tuhan itu terjadi.
1. Ay 26: Paulus menasehati mereka untuk mendamparkan kapal di
salah 1 pulau. Perhatikan kata ‘namun’ dan ‘harus’ (ay 26).
2. Ay 31: Paulus menasehati perwira dan prajurit untuk tidak membi-
arkan anak-anak kapal melarikan diri. Perhatikan kata-kata ‘Jika ...,
kamu tidak mungkin selamat’ (ay 31).
3. Ay 33-34: Paulus menasehati mereka untuk makan. Perhatikan
bahwa sekalipun ia yakin akan keselamatan mereka (ay 34b), ia
tetap berkata ‘ini perlu untuk keselamatanmu’ (ay 34a).

Jadi, sekalipun ada janji Tuhan dan kita percaya janji itu, itu tidak
berarti bahwa kita tidak perlu berusaha supaya janji itu tergenapi!
Contoh:
 Janji bahwa Allah akan mencukupi hidup kita (Mat 6:25-34) tidak
berarti bahwa kita tidak perlu bekerja untuk mencari nafkah (bdk.
2Tes 3:10b) ataupun mengatur pengeluaran kita dengan bijaksana.
 Janji bahwa orang kristen tidak akan kehilangan keselamatannya
(Yoh 10:27-29 Ro 5:9-10 1Kor 1:8-9 2Kor 1:21-22 Fil 1:6 1Yoh
2:18-19), tidak berarti bahwa kita tidak perlu berusaha untuk setia,
untuk memelihara keselamatan dan menjauhi hal-hal yang
membinasakan (bdk. Wah 2:10b Mat 24:13).

7) Fil 2:12 - “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat;


karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar,
bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang
waktu aku tidak hadir”.
Pdt. Jusuf B. S.: “Mengapa sampai takut dan gentar kalau keselamatan
tidak bisa hilang?!” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 48.

Jawaban saya:

a) Ini sama seperti no 6 di atas. Adanya jaminan keselamatan tidak


membuang tanggung jawab kita dan tidak berarti bahwa kita boleh
hidup seenaknya sendiri.

b) Calvin mengatakan kata-kata Paulus dalam Fil 2:12 itu dimaksudkan


untuk membuang keyakinan yang berlebihan pada diri sendiri, yang
menyebabkan kita hidup secara sombong dan ceroboh / tidak
waspada. Calvin juga mengatakan bahwa ada rasa takut yang
menyebabkan kita ragu-ragu, dan ada rasa takut yang membangkitkan
kerendahan hati. Yang diinginkan oleh Paulus tentu saja adalah yang
kedua.

8) Ibr 10:38-39 - “(38) Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh iman, dan
apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’ (39)
Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa,
tetapi orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup”.
Pdt. Jusuf B. S. (hal 47-48) menggunakan text ini untuk menunjukkan
adanya orang-orang yang mengundurkan diri sehingga binasa.

Jawaban saya:

a) Menurut saya merupakan sesuatu yang bodoh untuk menggunakan


text ini untuk mendukung pandangan Arminian, karena text ini,
khususnya ay 39nya, justru menunjukkan bahwa orang percaya tidak
akan mengundurkan diri dan binasa.
b) Kalau ay 38nya memberikan semacam ancaman kepada orang-orang
yang mengundurkan diri, maka saya menjawab dengan cara yang
sama seperti pada no 6 di atas, yaitu bahwa adanya jaminan
keselamatan tidak berarti bahwa kita tidak harus berusaha supaya
tetap selamat.

Charles Hodge (tentang 1Kor 10:12): “Neither the members of the


church nor the elect can be saved unless they persevere in holiness; and
they cannot persevere in holiness without continual watchfulness and
effort” (= Tak ada anggota-anggota gereja ataupun orang-orang pilihan
yang bisa diselamatkan kecuali mereka bertekun dalam kekudusan; dan
mereka tidak bisa bertekun dalam kekudusan tanpa berjaga-jaga dan
usaha yang terus menerus).

9) 2Pet 2:20-22 - “(20) Sebab jika mereka, oleh pengenalan mereka akan


Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri dari
kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka
akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (21) Karena
itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan
Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah
kudus yang disampaikan kepada mereka. (22) Bagi mereka cocok apa yang
dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya,
dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.
Bagian ini lagi-lagi diartikan oleh Pdt. Jusuf B. S. sebagai orang kristen
yang sejati yang murtad.

Jawaban saya:
Bagian ini jelas sekali berbicara tentang orang kristen KTP, karena:

a) Kontext dari 2Pet 2 itu berbicara tentang nabi-nabi palsu (bacalah 2Pet
2 itu mulai dari ay 1nya). Dan pembicaraan tentang nabi-nabi palsu itu
terus berlangsung sampai akhir dari 2Pet 2 itu, yaitu ay 20-22.
Dengan menafsirkan orang-orang ini sebagai orang kristen yang sejati,
lagi-lagi Pdt. Jusuf B. S. menafsirkan tanpa mempedulikan kontextnya.

b) Mereka tetap disebut sebagai ‘anjing’ dan ‘babi’ (ay 22). Sebutan ini
tidak pernah digunakan untuk menunjuk kepada orang kristen yang
sejati.

Jadi, kata-kata ‘telah melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia’


(ay 20) dan ‘mengenal jalan kebenaran’ (ay 21) harus diartikan secara
lahiriah. Jadi, secara lahiriah mereka telah meninggalkan dosa-dosa
mereka dan mengenal jalan kebenaran / kekristenan, tetapi mereka belum
pernah betul-betul percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan
dan Juruselamat mereka.

10)Mat 12:43-45 - “(43) Apabila roh jahat keluar dari manusia, iapun


mengembara ke tempat-tempat yang tandus mencari perhentian. Tetapi ia
tidak mendapatnya. (44) Lalu ia berkata: Aku akan kembali ke rumah yang
telah kutinggalkan itu. Maka pergilah ia dan mendapati rumah itu kosong,
bersih tersapu dan rapih teratur. (45) Lalu ia keluar dan mengajak tujuh
roh lain yang lebih jahat dari padanya dan mereka masuk dan berdiam di
situ. Maka akhirnya keadaan orang itu lebih buruk dari pada keadaannya
semula. Demikian juga akan berlaku atas angkatan yang jahat ini”.

Pdt. Jusuf B. S.: “Dalam ayat-ayat ini terlihat jelas bahwa dengan kuasa
Allah hati orang itu sudah dibersihkan. Ini berarti ia sudah masuk Kerajaan
Allah dan selamat. Lukas 11:20 Tetapi jika Aku mengusir setan dengan
kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu
(sudah masuk kerajaan Allah!). Tetapi orang-orang seperti ini masih bisa
undur kembali sehingga hatinya penuh dengan 8 setan. Orang seperti ini,
kalau sampai mati tidak bertobat, binasa; hilang keselamatannya.” -
‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 48.

Jawaban saya:
Rumah itu dikatakan ‘kosong’ karena tidak adanya Roh Kudus dalam
orang itu, dan ini menunjukkan bahwa ia bukanlah orang kristen yang
sejati. Kata-kata ‘bersih tersapu dan rapih teratur’ maksudnya adalah
‘bersih tersapu dan rapih teratur bagi setan’. Jadi maksudnya adalah:
kehidupan orang itu adalah sedemikian rupa (tidak belajar Firman Tuhan,
tidak pernah berdoa / berbakti dsb), sehingga hatinya menjadi tempat
yang cocok / menyenangkan bagi setan. Jelas ini tidak mungkin
menggambarkan orang kristen yang sejati!

11)Doktrin yang mengatakan bahwa keselamatan tidak bisa hilang ini


dianggap bertentangan dengan kebebasan manusia.

Jawaban saya:

a) Di surga nanti kita juga tidak bisa berbuat dosa; apakah itu berarti free
will hilang?
Loraine Boettner: “No one denies that the redeemed in heaven will be
preserved in holiness. Yet if God is able to preserve His saints in heaven
without violating their free agency, may He not also preserve His saints on
earth without violating their free agency?” (= Tak seorangpun menyangkal
bahwa orang-orang yang ditebus di surga akan dijaga dalam kekudusan.
Kalau Allah mampu untuk menjaga / memelihara orang-orang
kudusNya di surga tanpa melanggar kebebasan mereka, tidak bisakah Ia
juga menjaga / memelihara orang-orang kudusNya di bumi tanpa
melanggar kebebasan mereka?) - Loraine Boettner, ‘The Reformed
Doctrine of Predestination’, hal 184.

b) Dalam kasus Yunus, apakah ia kehilangan free will? Mengapa Tuhan


tak ijinkan ia lari terus, tetapi ‘memaksa’ dia untuk melakukan perintah
Allah?

c) Malaikat-malaikat sekarang ini juga tidak mungkin berbuat dosa.


Apakah itu berarti tak ada free will?
d) Pada saat Tuhan menjaga supaya orang kristen yang sejati tidak
murtad, Ia tidak memaksa kehendak mereka, seakan-akan mereka
ingin murtad tetapi dihalangi oleh Tuhan. Tuhan bekerja melalui
kehendak mereka, sehingga mereka sendiri tidak ingin murtad. Jadi
mereka tetap merupakan manusia yang bebas.

e) Kalau seseorang mempunyai anak, dan anak itu mau bunuh diri, atau
menggunakan narkoba, atau melakukan sesuatu yang lain apapun
yang sangat buruk, tidakkah orang tua yang baik akan mencegah
tindakan itu kalau mereka bisa melakukannya? Lalu mengapa kita
harus percaya bahwa Allah, demi ‘free will’, harus membiarkan anak-
anakNya yang mau murtad?

12)Doktrin yang mengatakan bahwa keselamatan tidak bisa hilang ini


dianggap menyebabkan orang kristen berani hidup dalam dosa dan tidak
mau memikul salib, sehingga akhirnya justru binasa / masuk neraka.
Pdt. Jusuf B. S.: “Peluang untuk berdosa. Menurut ‘teori’ Calvin’ ini:
Sekali selamat tetap selamat. Keselamatan tidak dapat hilang, sekalipun
seseorang berbuat dosa, hanya pahalanya yang hilang. ... Teori ini membuat
orang berani memilih dan main-main dalam dosa, toh selamat” -
‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 29.
Pdt. Jusuf B. S.: “Memang mereka tidak mengajar orang untuk berdosa,
tetapi jelas sekali bahwa ‘Teori’ ini memberi peluang untuk berdosa. Seolah-
olah dosa bukan penghalang untuk masuk Kerajaan Surga, padahal jelas
sekali Firman Tuhan berkata: Dosa tidak boleh masuk Surga (1Kor 6:9-10/
Gal 5:19-21/ Ef 5:5/ Wah 21:8,27/ 22:15). Tuhan Yesus datang dalam dunia
ini karena dosa (Yoh 1:29). Supaya manusia lepas dan bebas dari dosa (Mat
1:21/ Yoh 8:36/ 1Yoh 3:6-9). Teori-teori manusiawi ini yang memberi
peluang untuk berbuat dosa, itu sangat bertentangan dengan Firman Tuhan
yang sangat tegas terhadap dosa. Mereka berkata: Dosa yang paling
dahsyatpun, paling-paling dihukum seperti 1Kor 5:5/ 1Tim 1:20, tetapi tetap
selamat, masuk surga. Ini salah!” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal
30-31.
Pdt. Jusuf B. S.: “Dosa tidak boleh masuk Surga. Orang yang tidak
bertobat, di dalam negeri yang semata-mata betul (Surga) akan tetap
berbuat salah lagi, sebab itu ditolak oleh Tuhan. Tidak masuk Surga!” -
‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 31.
Ia lalu mengutip Yes 26:10 dari terjemahan lama: “Jikalau dilakukan
kasihan kepada orang fasik, tiada juga ia belajar membuat barang yang
benar, melainkan salah jua perbuatannya di dalam negeri yang semata-mata
betul (berontak lagi di Surga), dan tiada dipandangnya akan kebesaran
Tuhan”.

Pdt. Jusuf B. S.: “Teori Calvin dapat memberi kesimpulan: Tidak perlu
pikul salib, tetap selamat! ... Kalau berbuat dosa tidak apa-apa, tetap
selamat, hanya pahalanya hilang (menurut teori Calvin, bukan menurut
Firman Tuhan!) dengan mudah salib ditinggalkan. Buat apa pikul salib?
Sebab itu orang-orang Calvinis ini akan lebih mudah memilih melazatkan
daging, nikmat untuk daging ... Bagi orang Kristen yang cinta daging dan
dunia, teori Calvin dapat menenangkan perasaan hati, bahkan dapat
menghanguskannya, sehingga walau berdosa berlapis-lapis senang juga
hatinya (Ams 14:16) sebab toh selamat. ... Teori ini seperti candu, merusak
habis-habisan sampai binasa dan orangnya tidak merasa, tahu-tahu sesudah
mati berada di Neraka!” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 32,33,34.

Jawaban saya:

a) Injil itu sendiri, yang mengatakan bahwa semua dosa kita telah dibayar
oleh Kristus, juga bisa menyebabkan orang-orang tertentu untuk lalu
sengaja berbuat dosa. Dalam hal ini, yang salah bukan ajarannya,
tetapi oknumnya!

b) Adanya jaminan keselamatan justru menyebabkan seseorang makin


merasakan kasih Allah, dan ini seharusnya menyebabkan ia makin
mencintai dan mentaati Tuhan.
R. L. Dabney: “Such a gift of redemption as the Calvinist represents is far
nobler and more gracious, and hence elicits more love and gratitude, which
are the noblest motives, the strongest and best. ... It is love and confidence,
not selfish fear, which most effectually stimulates Christian effort” (=
Karunia penebusan seperti itu, yang digambarkan oleh orang Calvinist
jauh lebih mulia dan lebih murah hati, dan karena itu mendatangkan
lebih banyak kasih dan syukur, yang merupakan motivasi-motivasi yang
paling mulia, paling kuat dan paling baik. ... Kasih dan keyakinanlah,
bukan rasa takut yang bersifat egois, yang secara paling effektif
mendorong / menggairahkan usaha Kristen) - ‘Lectures in Systematic
Theology’, hal 697,698.
Catatan: ‘rasa takut yang bersifat egois’ itu mungkin ia tujukan
terhadap orang-orang Arminian, yang mentaati Tuhan karena takut
kehilangan keselamatannya.

Terhadap hal ini Pdt. Jusuf B. S. berkata sebagai berikut: “Seorang


Pendeta (R. Hendrata) menceritakan pengalamannya sebagai berikut:
Ada seorang direktur pabrik gula (di Jawa) yang sukses dan kaya. Ia
(orang Belanda) mengangkat anak. Anak ini sangat beruntung di rumah
bapak angkatnya, lebih-lebih dengan pendidikan dan kemewahan orang
barat. Ia disayang dan dilengkapi segala kebutuhannya. Tentu
seharusnya ia sangat berterima kasih. Sesudah dewasa, ternyata anak
angkat ini membunuh bapak angkatnya hanya karena hendak
mengambil kepala sabuk dari emas yang dipakai bapak angkatnya.
Orang-orang menyesali anak ini. Ia sudah sangat beruntung boleh
menjadi anak angkatnya, sekarang justru membunuh bapak
angkatnya. ... Ada lagi seorang pemilik toko yang mengangkat anak dari
anak pembantu rumah tangganya. Sesudah anak itu menjadi dewasa dan
selesai sekolah, pemilik toko ini berharap anak angkatnya ini bisa ikut
membantu toko dan gudangnya. Ia diberi juga kunci gudang. Ternyata
tidak lama sesudah kunci gudang sampai ke dalam tangannya, mulailah
kecurangannya. Setiap kali barang-barang di gudang diam-diam dijual
keluar dengan harga lebih murah, dan uangnya masuk ke dalam kantong
pribadi anak angkat ini. Betapa orang tua angkatnya menyesal
mengetahui hal ini. Anak ini sudah menikmati kebaikan orang tua
angkatnya, tetapi tidak menyenangkan mereka. Contoh-contoh ini untuk
menyadarkan kita bahwa rasa syukur karena keyakinan selamat ‘yang
tipis ini’ (sebab siapa yang tahu dengan pasti keputusan Allah tentang
dirinya?) tidak akan cukup, apa lagi kalau digerogoti kehendak daging
yang dibiarkan ...” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 36,37.

Saya berpendapat bahwa ini merupakan jawaban / argumentasi yang


tidak alkitabiah, karena hanya mengandalkan suatu kejadian, bukan
ayat Kitab Suci. Disamping itu, contoh-contoh yang ia berikan itu
berbeda dengan kasus kita sebagai orang kristen, karena dalam kasus
kita, ada Roh Kudus yang memimpin dan menopang kita.

c) Jangan menganggap bahwa ajaran Calvinisme yang mengatakan


bahwa keselamatan tidak bisa hilang menyebabkan orang Calvinist
tidak mempunyai rasa takut. Perhatikan kata-kata Dabney di bawah
ini.
R. L. Dabney:
“when the Arminian would be led by a backsliding, to fear he had fallen
from grace, the Calvinist would be led, just as much, to fear he never had
had any grace; a fear much more wholesome and searching than the erring
Arminian’s. For this alarmed Calvinist would see, that, while he had been
flattering himself he was advancing heavenward, he was, in fact, all the
time in the high road to hell; and so now, if he would not be damned, he
must make a new beginning, and lay better foundations than his old ones
(not like the alarmed Arminian, merely set about the same old ones)” [=
pada saat seorang Arminian mengalami kemunduran, ia akan dibimbing
oleh rasa takut bahwa ia telah jatuh dari kasih karunia; seorang
Calvinist yang mengalami kemunduran, bisa dibimbing juga dengan rasa
takut, bahwa ia tidak pernah mempunyai kasih karunia; dan rasa takut
seperti ini lebih sehat / bermanfaat dan lebih menyebabkan ia mencari /
menyelidiki dirinya sendiri dari pada rasa takut yang salah dari orang
Arminian. Karena orang Calvinist yang takut ini akan melihat bahwa
sementara ia sedang mengumpak dirinya sendiri bahwa ia sedang
menuju ke surga, dalam faktanya ia senantiasa sedang ada di jalan besar
menuju neraka; dan sekarang, jika ia tidak mau dihukum, ia harus
membuat permulaan yang baru, dan meletakkan fondasi yang lebih baik
dari pada yang lama (tidak seperti orang Arminian yang takut, yang
semata-mata memulai hal lama yang sama lagi)] - ‘Lectures in
Systematic Theology’, hal 697.

d) Pdt. Jusuf B. S. menggunakan Yes 26:10 untuk mendukung


pandangannya, tetapi ia sengaja memilih Terjemahan Lama supaya
ayat itu bisa sesuai dengan pandangannya.
Yes 26:10 (TL) - “Jikalau dilakukan kasihan kepada orang fasik, tiada
juga ia belajar membuat barang yang benar, melainkan salah jua
perbuatannya di dalam negeri yang semata-mata betul, dan tiada
dipandangnya akan kebesaran Tuhan”.
Yes 26:10 (TB) - “Seandainya orang fasik dikasihani, ia tidak akan
belajar apa yang benar; ia akan berbuat curang di negeri di mana
hukum berlaku, dan tidak akan melihat kemuliaan TUHAN”.
KJV/RSV/NASB: ‘in the land of uprightness’ (= di negeri kelurusan /
kebenaran).
NIV: ‘in a land of uprightness’ (= di suatu negeri kelurusan /
kebenaran).
Jelas bahwa dalam terjemahan-terjemahan yang lain, kata ‘semata-
mata’ itu tidak ada. Dalam bahasa Ibraninya juga tidak ada. Dan
memang ayat ini tidak berbicara tentang surga, tetapi tentang
Yerusalem yang dipulihkan.

13)1Kor 9:27 - “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya,


supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri
ditolak”.
Ada orang yang menganggap bahwa ayat ini menunjukkan bahwa Paulus
takut kehilangan keselamatannya, dan karena itu, jelaslah bahwa
keselamatan bisa hilang!

Jawaban saya:
Pandangan seperti itu salah, karena ayat ini terletak dalam kontex yang
berbicara tentang pertandingan lari, dan yang dipersoalkan adalah
hadiah / mahkota / pahala.
1Kor 9:24-27 - “(24) Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang
pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang
saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu
memperolehnya! (25) Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam
pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat
demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk
memperoleh suatu mahkota yang abadi. (26) Sebab itu aku tidak berlari
tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. (27)
Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah
memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak”.
Karena itu, yang ditakutkan oleh Paulus dalam ayat ini bukanlah
kehilangan keselamatannya, tetapi kehilangan pahalanya!
Karena itu maka NIV menterjemahkan sebagai berikut: “No, I beat my
body and make it my slave so that after I have preached to others, I
myself will not be disqualified for the prize” (= Tidak, aku menguasai
tubuhku dan membuatnya hambaku supaya setelah aku berkhotbah
kepada orang-orang lain, aku sendiri tidak didiskwalifikasi untuk
hadiahnya).
Harus diakui bahwa dalam bahasa aslinya, kata-kata ‘for the prize’ itu
tidak ada. Tetapi, kontexnya membenarkan penafsiran seperti itu!

14)Kalau keselamatan tidak bisa hilang maka setan tidak akan menyerang
manusia mati-matian.
Pdt. Jusuf B. S.: “Kalau keselamatan tidak bisa hilang, kalau semua orang
sudah ditentukan selamat atau binasa secara sepihak oleh Allah, maka Iblis
dan kawan-kawannya tidak perlu ngotot mencari mangsa, sia-sia! ... Tetapi
bagaimana dalam kenyataannya? Iblis berusaha mati-matian hendak
menjatuhkan semua orang, istimewanya yang penting-penting” -
‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 26-27.
Ia lalu mengutip Luk 22:31-32 - “(31) Simon, Simon, lihat, Iblis telah
menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, (32) tetapi Aku telah
berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau
engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.’”.
Pdt. Jusuf B. S.: “Jadi secara tidak langsung, dari sikap dan cara kerja ilbis
dan kawan-kawannya kita dapat menyimpulkan bahwa tidaklah betul kalau
Allah secara sepihak menentukan lebih dahulu keselamatan setiap orang.
Orang-orang beriman masih mungkin hilang keselamatannya dan
kemungkinan inilah yang dipakai Iblis baik-baik” - ‘Keselamatan tidak bisa
hilang?’, hal 27.

Jawaban saya:

a) Iblis itu tekun, Tuhan Yesus saja terus dicobai (bdk. Luk 4:13).

b) Kalaupun ia tidak bisa membatalkan keselamatan orang-orang pilihan /


percaya, ia bisa membuat mereka menderita, mengganggu mereka
dalam pelayanan / penginjilan dan ketaatan, sehingga mereka jatuh ke
dalam dosa, dan dengan demikian menyakiti hati Allah. Karena itu ia
tetap menyerang orang percaya.

15)Kemurtadan Salomo (1Raja 11:1-43).

Seluruh no 15 ini lihat file


‘Salomo’ yang jauh lebih lengkap /
mendetail.
a) Pembicaraan tentang dosa Salomo sudah dimulai pada 1Raja 10:
1. 1Raja 10:14-25,27 - ia mengumpulkan emas dan perak.
2. 1Raja 10:26,28-29 - ia mengumpulkan banyak kuda dan kereta.
Dan sekarang dalam 1Raja 11, ia mempunyai banyak istri.
1Raja 11:3 - Salomo mempunyai 700 istri dan 300 gundik (semua ini
mungkin merupakan bilangan hasil pembulatan).
Bagaimanapun juga, dan apapun alasannya, semua ini bertentangan
dengan Ul 17:14-17.

b) Yang menjadi tekanan dari dosa Salomo dalam 1Raja 11 ini bukanlah
banyak istri, tetapi ‘banyak istri asing’. Ini bertentangan dengan
larangan Tuhan dalam ay 2a: “padahal tentang bangsa-bangsa itu
TUHAN telah berfirman kepada orang Israel: ‘Janganlah kamu bergaul
dengan mereka dan merekapun janganlah bergaul dengan kamu, sebab
sesungguhnya mereka akan mencondongkan hatimu kepada allah-allah
mereka.’”. Bdk. Kel 34:12-16 Ul 7:1-5.
c) Mentoleransi penyembahan berhala oleh para istri asing tersebut di
negaranya.

d) Pada masa tuanya Salomo tertarik kepada penyembahan berhala dari


para istri asing tersebut, dan bahkan ia mendirikan kuil bagi berhala-
berhala tersebut (1Raja 11:3-8).
Ada beberapa hal yang ingin saya bahas dalam persoalan kejatuhan
Salomo ke dalam penyembahan berhala ini:

1. Sampai sejauh mana kemurtadan / penyembahan berhala yang


dilakukan oleh Salomo?
Adam Clarke mengatakan bahwa Salomo betul-betul murtad
sejauh mungkin.
Adam Clarke: “He seems to have gone as far in iniquity as it was
possible” (= Kelihatannya ia telah pergi / berjalan di dalam dosa
sejauh hal itu memungkinkan) - hal 427.
Tetapi kebanyakan penafsir tidak sependapat dengan Adam
Clarke.
Albert Barnes (hal 178) mengatakan bahwa Salomo tidak pernah
betul-betul murtad.
Poole (hal 679) mengatakan bahwa kemurtadan Salomo bukan
berarti bahwa ia berubah pikiran tentang Allah, tetapi bahwa ia
menjadi dingin / suam. Juga ia mengijinkan dan bahkan
membangun kuil-kuil berhala, dan mungkin kadang-kadang ikut
secara lahiriah dalam upacara-upacara berhala.
Pulpit Commentary: “The text does not limit Solomon’s polygamy to
the time of old age, but his idolatrous leanings. I say ‘leanings’ for it is
doubtful to what extent Solomon himself took part in actual idolatry” (=
Text ini tidak membatasi polygamynya Salomo pada masa tuanya,
tetapi membatasi kecondongan penyembahan berhalanya. Saya
mengatakan ‘kecondongan’ karena diragukan sampai sejauh mana
Salomo sendiri ikut serta dalam penyembahan berhala yang sungguh-
sungguh) - hal 221.
Alasannya:
a. Tidak pernah dikatakan bahwa Salomo ‘served’ [= melayani /
beribadah; Ibrani: dbafA (ABAD)] allah lain, suatu ungkapan /
istilah yang selalu digunakan untuk penyembahan berhala. Bdk.
1Raja 16:31 22:53 2Raja 16:3 dan sebagainya.
b. Kalau ia memang menyembah berhala, maka dosanya lebih
besar dari pada dosa Yerobeam (1Raja 12:29). Lalu mengapa
selanjutnya bukan dosa Salomo, tetapi dosa Yerobeam, yang
selalu dijadikan patokan dari kejahatan, seperti dalam 1Raja
15:34 16:2,19,26,31 22:53 dan sebagainya?
c. Kata-kata ‘tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada TUHAN /
mengikuti TUHAN’ (1Raja 11:4,6) menunjukkan bahwa Salomo
tidak sepenuhnya meninggalkan Tuhan.
d. Kalau ia betul-betul murtad, bagaimana mungkin dikemudian
hari kehidupannya, bersama-sama dengan kehidupan Daud,
masih tetap dijadikan teladan?
2Taw 11:17 - “Demikianlah mereka memperkokoh kerajaan
Yehuda dan memperkuat pemerintahan Rehabeam bin Salomo
selama tiga tahun, karena selama tiga tahun mereka hidup
mengikuti jejak Daud dan Salomo”.

Salomo memang ikut membangun kuil, dan itu jelas salah, tetapi ia
tidak pernah betul-betul ikut menyembah berhala. Perhatikan
1Raja 11:7-8, yang menunjukkan bahwa Salomo hanya
membangun kuilnya, tetapi para istri asing itulah yang
mempersembahkan korban kepada berhala / dewa mereka.
Pulpit Commentary: “It was not actual idolatry. True, Solomon built
altars, but he built them for his wives (vers. 7,8).” [= Itu bukan betul-
betul penyembahan berhala. Memang benar bahwa Salomo
membangun altar-altar / mezbah-mezbah, tetapi ia membangun
altar-altar / mezbah-mezbah itu untuk istri-istrinya (ay 7,8)] - hal
223.
Pulpit Commentary: “the distinction, so far as the sin is concerned,
between this and actual idolatry is a fine one. It is not implied, however,
that Solomon ever discarded the worship of Jehovah” (= Mengenai dosa
yang dipersoalkan, perbedaan antara dosanya ini dan penyembahan
berhala yang sungguh-sungguh, merupakan perbedaan yang tipis.
Tetapi bagaimanapun text itu tidak menunjukkan bahwa Salomo
pernah membuang penyembahan kepada Yehovah) - hal 222.

2. Problem 1Raja 11:33: apakah ayat ini menunjukkan bahwa Salomo


betul-betul jatuh ke dalam penyembahan berhala?
Ayat ini adalah ayat satu-satunya yang seolah-olah menunjukkan
bahwa Salomo betul-betul jatuh ke dalam penyembahan berhala
secara pribadi.
1Raja 11:33: “Sebabnya ialah karena ia telah meninggalkan Aku dan
sujud menyembah kepada Asytoret, dewi orang Sidon, kepada
Kamos, allah orang Moab dan kepada Milkom, allah bani Amon, dan
ia tidak hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dengan melakukan
apa yang benar di mataKu dan dengan tetap mengikuti segala
ketetapan dan peraturanKu, seperti Daud, ayahnya”.
Tetapi sebetulnya belum tentu, karena ayat ini salah terjemahan.
Terjemahan Kitab Suci Indonesia diambil dari LXX / Septuaginta (=
Perjanjian Lama yang sudah diterjemahkan ke bahasa Yunani)
yang dalam seluruh ayat ini menggunakan bentuk tunggal.
Bandingkan dengan terjemahan KJV di bawah ini.
KJV: ‘Because that they have forsaken me, and have worshipped
Ashtoreth the goddess of the Zidonians, Chemosh the god of the
Moabites, and Milcom the god of the children of Ammon, and have
not walked in my ways, to do [that which is] right in mine eyes, and
[to keep] my statutes and my judgments, as [did] David his father’
(= Karena mereka telah meninggalkan Aku, dan telah menyembah
Asytoret dewi orang Sidon, Kamos dewa orang Moab, Milkom
dewa bangsa Amon, dan telah tidak berjalan dalam jalanKu,
melakukan apa yang benar di mataKu, dan memelihara hukum-
hukumKu dan penghakimanKu, seperti yang dilakukan oleh Daud,
bapanya).
Jadi KJV menterjemahkan hampir seluruh ayat itu dalam bentuk
jamak, kecuali bagian terakhir dari ayat itu.

Pulpit Commentary: “But the plural is to be retained, the import being


that Solomon was not alone in his idolatrous leanings; or it may turn
our thoughts to the actual idolaters - his wives - whose guilt he shared.
The singular looks as if an alteration had been made to bring the words
into harmony with the context, and especially with the concluding
words of this verse, ‘David his father.’” (= Tetapi bentuk jamak itu
harus dipertahankan, maksudnya adalah bahwa Salomo tidak
sendirian dalam kecondongannya pada penyembahan berhala; atau
itu bisa mengarahkan pikiran kita kepada penyembah-penyembah
berhala yang sesungguhnya - istri-istrinya - dengan siapa ia ikut
bersalah. Bentuk tunggal kelihatannya seakan-akan suatu perubahan
telah dibuat untuk mengharmoniskan kata-kata ini dengan kontext,
dan khususnya dengan kata-kata penutup dari ayat ini, ‘Daud,
bapanya’) - hal 236-237.

Saya sendiri beranggapan bahwa kata-kata ‘mereka meninggalkan


Aku’ tidak bisa diterapkan kepada istri-istri asing tersebut, karena
mereka belum pernah mengenal / mengikut Tuhan. Jadi itu harus
diterapkan kepada Salomo dan istri-istrinya yang bukan orang
asing / penyembah berhala.
Demikian juga dengan kata-kata pada bagian akhir ay 33 itu - ‘telah
tidak berjalan dalam jalanKu, melakukan apa yang benar di mataKu,
dan memelihara hukum-hukumKu dan penghakimanKu’. Ini semua
hanya berlaku untuk Salomo dan istri-istrinya yang bukan orang
asing / penyembah berhala, dan tidak berlaku untuk istri-istri asing
Salomo.
Kalau demikian, maka bisa juga diambil kebalikannya, yaitu dengan
menerapkan kata-kata ‘telah menyembah’ hanya kepada para istri
asing tersebut, dan tidak kepada Salomo.

Salomo memang mungkin sekali ikut dalam upacara / kebaktian


penyembahan berhala itu, tetapi jelas bahwa hatinya tidak
sungguh-sungguh mempercayai berhala-berhala tersebut. Dengan
kata lain, ia hanya ikut secara lahiriah. Bandingkan dengan
Naaman dalam 2Raja 5:17-18 yang meminta ijin kepada Elisa
untuk ikut sujud menyembah kepada dewa Rimon (secara lahiriah).
Saya berpendapat tindakan itu salah, dan Elisa juga salah dalam
memberikan ijin, tetapi itu tetap bukan merupakan suatu
kemurtadan. Jadi, demikian juga dengan tindakan Salomo. Kalau ia
secara lahiriah ikut menyembah dewa-dewa istri-istrinya, itu jelas
merupakan suatu kompromi yang bersifat dosa, tetapi itu bukan
merupakan kemurtadan yang sungguh-sungguh.
3. Apakah Salomo akhirnya bertobat dari dosa-dosanya ini? 1Raja 11
ini ditutup dengan cerita tentang kematian Salomo, tanpa
menceritakan sedikitpun tentang pertobatannya.

a. Pandangan Adam Clarke: Salomo tidak pernah bertobat sampai


akhir hidupnya, dan ia binasa dalam dosanya (tidak
diselamatkan).
Adam Clarke: “This dismal account has a more dismal close still;
for, in the same place in which we are informed of his apostasy, we
are informed of his death, without the slightest intimation that he
ever repented and turned to God” [= Cerita yang menyedihkan ini
mempunyai penutup yang lebih menyedihkan; karena di tempat
yang sama (pasal yang sama) dimana kita diberi informasi
tentang kemurtadannya, kita juga diberi informasi tentang
kematiannya, tanpa petunjuk sedikitpun bahwa ia pernah
bertobat dan berbalik kepada Allah] - hal 433.

Adam Clarke: “It is true that what is wanting in fact is supplied by


conjecture; for it is firmly believed that ‘he did repent, and wrote the
book of Ecclesiastes after his conversion, which is a decided proof of
his repentance.’” (= Memang benar bahwa apa yang dalam
faktanya tidak ada disuplai oleh suatu dugaan; karena dipercaya
secara teguh bahwa ‘ia memang bertobat, dan menuliskan kitab
Pengkhotbah setelah pertobatannya, yang merupakan suatu bukti
yang nyata / pasti tentang pertobatannya’) - hal 433.
Adam Clarke: “I am sorry I cannot strengthen this opinion; of
which I find not the shadow of a proof” (= Saya minta maaf bahwa
saya tidak bisa menguatkan pandangan ini; tentang mana saya
tidak bisa menemukan bayangan dari bukti) - hal 433.

Clarke lalu memberikan beberapa hal untuk menentang


pandangan tersebut:
 Kitab Pengkhotbah sekalipun berbicara tentang banyak
kesia-siaan tetapi sama sekali tidak berbicara tentang kesia-
siaan dari penyembahan berhala, yang merupakan dosa /
kemurtadan Salomo.
 Kitab Pengkhotbah tidak menggunakan kata-kata dari orang
yang bertobat dari dosa yang hebat / kejatuhan yang dalam,
karena sama sekali tidak ada pengakuan dosa di dalamnya
dan sama sekali berbeda dengan Maz 51, yang merupakan
doa pengakuan dosa dari Daud.
 Diragukan bahwa Salomo menulis kitab Pengkhotbah,
karena dalam beberapa bagian terlihat bahwa itu berasal
dari jaman sesudah Salomo (Clarke, hal 434).
 Terhadap pandangan yang mengatakan bahwa Salomo
merupakan type dari Kristus dan karena itu ia pasti selamat,
Clarke mengatakan:
 ia tidak menganggap Salomo sebagai type dari Kristus.
 seandainya ia memang type dari Salomo, itu tidak
membuktikan pertobatan / keselamatannya, karena ular
tembaga yang jelas merupakan type dari Kristus (Yoh
3:14-15), akhirnya dihancurkan karena disembah (2Raja
18:4).
Adam Clarke: “Typical persons and typical things may
perish as well as others; the antitype alone will infallibly
remain” (= Orang-orang atau hal-hal / benda-benda yang
merupakan type bisa binasa seperti yang lain; hanya anti
typenya saja yang tertinggal secara mutlak) - hal 434.

Adam Clarke: “there seems every evidence that he died in his


sins. ... there is not a single testimony in the Old or New Testament
that intimates he died in a safe state” (= kelihatannya ada setiap
bukti bahwa ia mati dalam dosa-dosanya. ... tidak ada satupun
kesaksian dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru yang
menunjukkan bahwa ia mati dalam keadaan selamat) - hal 434.
Adam Clarke: “That awful denunciation of Divine justice stands
point blank in the way of all contrary suppositions: ‘If thou forsake
the Lord, he will cast thee off for ever,’ 1Chron. 28:9. He did forsake
the Lord; and he forsook him in his very last days; and there is no
evidence that he ever again clave to him” (= Ancaman yang
mengerikan dari keadilan Ilahi berada secara langsung di jalan
dari semua anggapan yang bertentangan: ‘Jika engkau
meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk
selamanya’, 1Taw 28:9. Ia memang meninggalkan Tuhan; dan Ia
meninggalkannya pada hari-hari terakhirnya; dan tidak ada bukti
bahwa ia pernah berpegang kepadaNya lagi) - hal 434.

1Taw 28:9 (kata-kata Daud) - “Dan engkau, anakku Salomo,


kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepadaNya dengan
tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki
segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau
mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika
engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau
untuk selamanya”.

Adam Clarke: “Reader, let him that standeth take heed lest he fall;
not only foully but finally. Certainly, unconditional final
perseverance will find little support in the case of Solomon. He was
once most incontrovertibly in grace. He lost that grace and sinned
most grievously against God. He was found in this state in his old
age. He died, as far as the Scripture informs us, without repentance.
Even the doubtfulness in which the bare letter of the Scripture
leaves the eternal state of this man, is a blast of lightning to the
syren song of ‘Once in grace, and still in grace;’ ‘Once a child, and
a child for ever.’” (= Pembaca, siapa yang menyangka, bahwa ia
teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh; bukan hanya
jatuh secara buruk, tetapi jatuh pada akhirnya / sampai akhir.
Jelas bahwa ketekunan akhir yang tidak bersyarat tidak
menemukan dukungan dalam kasus Salomo. Bahwa ia pernah
berada dalam kasih karunia merupakan sesuatu yang tidak dapat
dibantah. Ia kehilangan kasih karunia itu dan berdosa secara
sangat menyedihkan terhadap Allah. Ia didapati dalam keadaan
ini pada masa tuanya. Ia mati, sejauh yang Kitab Suci
informasikan kepada kita, tanpa pertobatan. Bahkan keragu-
raguan dimana huruf-huruf telanjang dari Kitab Suci
menyerahkan keadaan kekal dari orang ini, merupakan suatu
ledakan petir bagi nyanyian ... (?) ‘Sekali dalam kasih karunia,
dan tetap dalam kasih karunia’; ‘Sekali seorang anak, dan
seorang anak selama-lamanya’.) - hal 434.

Alasan lain yang dipakai untuk menunjukkan bahwa Salomo


tidak bertobat adalah: seandainya ia bertobat, ia pasti akan
menghancurkan kuil-kuil yang ia bangun, tetapi kenyataannya
semua itu masih ada setelah kematiannya. 2Raja 23:13 -
“Bukit-bukit pengorbanan yang ada di sebelah timur Yerusalem
di sebelah selatan bukit Kebusukan dan yang didirikan oleh
Salomo, raja Israel, untuk Asytoret, dewa kejijikan sembahan
orang Sidon, dan untuk Kamos, dewa kejijikan sembahan Moab,
dan untuk Milkom, dewa kekejian sembahan orang Amon,
dinajiskan oleh raja”.
Matthew Poole (hal 768) menafsirkan ini bukan sebagai apa
yang didirikan oleh Salomo, karena itu sudah dihancurkan pada
saat ia bertobat, tetapi lalu diatasnya didirikan lagi oleh orang
lain, di tempat yang sama, dan untuk penggunaan yang sama,
sehingga disebut dengan nama Salomo.
Catatan: Memang di antara jaman Salomo dan jaman Yosia
yang melakukan apa yang tertulis dalam 2Raja 23:13 ini, ada
jaman Yehu, yang menghancurkan semua berhala, kecuali
anak lembu yang dibuat oleh Yerobeam (2Raja 10:26-29). Maka
adalah aneh kalau bukit-bukit yang didirikan oleh Salomo belum
dihancurkan dan bertahan sampai jaman Yosia.

b. Penafsir-penafsir lain kelihatannya tidak ada yang setuju


dengan Adam Clarke. Hampir semua beranggapan bahwa
Salomo bertobat dan diselamatkan.
Matthew Poole menganggap Salomo bertobat dan
diselamatkan. Alasannya:
 Matthew Poole: “We read nothing of the repentance of Adam,
Noah, after his drunkenness, Lot, Samson, Asa, &c.; shall we
therefore conclude they were all damned? The silence of the
Scripture is a very weak argument in matters of history” (= Kita
tidak pernah membaca tentang pertobatan Adam, Nuh, setelah
ia mabuk, Lot, Simson, Asa, dsb; apakah karena itu kita akan
menyimpulkan bahwa mereka semua dihukum? Diamnya
Kitab Suci merupakan suatu argumentasi yang lemah dalam
persoalan-persoalan sejarah) - hal 682.
 Poole menambahkan bahwa kalau ia bertobat, dan Kitab
Suci tidak menceritakan sehingga ada keraguan tentang
nasib akhirnya, maka itu menjadi sesuatu yang membuat
takut orang-orang kristen sehingga tidak sembarangan
berbuat dosa.
 Bahwa ia bertobat bisa terlihat secara implicit dari bagian
setelah Salomo mati, dimana jalannya dan jalan Daud
digabungkan menjadi satu sebagai teladan.
2Taw 11:17 - “Demikianlah mereka memperkokoh kerajaan
Yehuda dan memperkuat pemerintahan Rehabeam bin
Salomo selama tiga tahun, karena selama tiga tahun mereka
hidup mengikuti jejak Daud dan Salomo”.
 Kitab Pengkhotbah yang ditulis oleh Salomo setelah
pertobatannya, menunjukkan pertobatan tersebut.
Pulpit Commentary: “We need not attempt to solve the purely
speculative question as to whether he ever recovered from his
fall; his later writings suggest at least the hope that it was so” (=
Kita tidak perlu mencoba untuk menyelesaikan pertanyaan
yang sepenuhnya bersifat spekulasi berkenaan dengan apakah
ia pernah pulih dari kejatuhannya; tulisan-tulisannya pada
masa belakangan sedikitnya menunjukkan harapan bahwa ia
memang pulih / bertobat) - hal 231.
Keil & Delitzsch: “Whether Solomon turned to the Lord again
with all his heart, a question widely discussed by the older
commentators ... cannot be ascertained from the Scriptures. If
the Preacher (Koheleth) is traceable to Solomon so far as the
leading thoughts are concerned, we should find in this fact an
evidence of his conversion, or at least a proof that at the close of
his life Solomon discovered the vanity of all earthly possessions
and aims, and declared the fear of God to be the only abiding
good, with which a man stand before the judgment of God” (=
Apakah Salomo berbalik kepada Tuhan lagi dengan segenap
hatinya, suatu pertanyaan yang didiskusikan secara meluas
oleh penafsir-penafsir kuno ... tidak bisa dipastikan dari Kitab
Suci. Jika kitab Pengkhotbah bisa ditelusuri jejaknya sampai
kepada Salomo sejauh pokok-pokok utamanya yang
dipersoalkan, kita harus mendapatkan dalam fakta ini suatu
bukti dari pertobatannya, atau sedikitnya suatu bukti bahwa
pada akhir hidupnya Salomo menemukan kesia-siaan dari
semua milik dan tujuan duniawi, dan menyatakan rasa takut
kepada Allah sebagai satu-satunya hal baik yang menetap,
dengan mana seseorang berdiri di hadapan penghakiman
Allah) - hal 182,183.
Catatan: terhadap argumentasi Clarke di atas yang
mengatakan bahwa dalam kitab Pengkhotbah tidak
disebutkan tentang kesia-siaan dari penyembahan berhala,
dan juga tidak ada pengakuan dosa / permintaan ampun,
saya menjawab sebagai berikut:
 penjahat yang bertobat di kayu salib juga tidak
diceritakan bahwa ia mengaku dosa, minta ampun dan
sebagainya. Tetapi tetap ia dianggap betul-betul
bertobat!
 pertobatan dari pemungut cukai (Luk 18:13), yang juga
tidak membicarakan korupsi / penindasan yang ia
lakukan, tetapi ia toh diampuni / dibenarkan.
 Maz 51 itu sendiri, yang merupakan doa pengakuan dosa
raja Daud, sama sekali tidak menyinggung tentang
perzinahan (dengan Batsyeba) dan pembunuhan
(terhadap Uria) yang ia lakukan.
Catatan: perlu diketahui bahwa Maz 51:1-2 dalam Kitab
Suci Indonesia, yang memang membicarakan
perzinahannya dengan Batsyeba, sebetulnya tidak
termasuk dalam Kitab Suci. Itu mungkin hanya
merupakan catatan tambahan dari ahli Taurat yang
menyalin manuscript / naskah. Dalam Kitab Suci bahasa
Inggris bagian-bagian seperti itu selalu diletakkan di
headnote (catatan kepala).
 kitab Pengkhotbah memang bukan merupakan suatu doa
pengakuan dosa seperti Maz 51. Tetapi dari isinya kita
bisa melihat sikap hati Salomo.

Matthew Poole: “And therefore we have reason to conclude that


Solomon did repent, and was saved” (= Dan karena itu kita
mempunyai alasan untuk menyimpulkan bahwa Salomo memang
bertobat, dan diselamatkan) - hal 682.

Tetapi bagaimana tentang kata-kata Daud dalam 1Taw 28:9 -


“Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan
beribadahlah kepadaNya dengan tulus ikhlas dan dengan rela
hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala
niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan
ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia
akan membuang engkau untuk selamanya”?
Mungkin Daud sengaja memperkeras kata-katanya, untuk
membuat Salomo lebih sungguh-sungguh dalam mengikut
Tuhan.

Saya sendiri ingin menambahkan satu hal lagi yang mendukung


keselamatan dari Salomo, yaitu 2Sam 7:12-16 (kata-kata Tuhan
melalui nabi Natan kepada Daud) - “(12) Apabila umurmu sudah
genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama
dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan
keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan
mengokohkan kerajaannya. (13) Dialah yang akan mendirikan
rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta
kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan menjadi
Bapanya, dan ia akan menjadi anakKu. Apabila ia melakukan
kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang
dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak
manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari
padanya, seperti yang Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah
Kujauhkan dari hadapanmu. (16) Keluarga dan kerajaanmu akan
kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu akan
kokoh untuk selama-lamanya.’”.
Kata-kata ‘kasih setiaKu’ diterjemahkan berbeda-beda:
KJV: ‘my mercy’ (= belas kasihanKu).
RSV: ‘my steadfast love’ (= kasih setiaKu).
NIV: ‘my love’ (= kasihKu).
NASB: ‘My lovingkindness’ (= kebaikan dari kasihKu).

Dalam tafsirannya tentang bagian ini Adam Clarke berkata: “he


shall have affliction, but his government shall not be utterly
subverted. But this has a higher meaning. ... His house shall be a
lasting house, and he shall die in the throne of Israel, his children
succeeding him; and the spiritual seed, Christ, possessing and ruling
in that throne to the end of time. The family of Saul became totally
extinct; the family of David remained till the incarnation” (= ia akan
mendapatkan penderitaan, tetapi pemerintahannya tidak akan
ditumbangkan sepenuhnya. Tetapi bagian ini mempunyai arti
yang lebih tinggi. ... Keluarganya akan ada selama-lamanya, dan
ia akan mati di takhta Israel, keturunannya menggantikannya;
dan benih / keturunan rohani, Kristus, memiliki dan memerintah
di takhta itu sampai akhir jaman. Keluarga Saul punah secara
total; keluarga Daud tetap ada sampai inkarnasi) - hal 325.

Saya berpendapat bahwa ia menghindari kata-kata dari text ini,


dan menujukannya hanya untuk keadaan jasmani dari Salomo,
dan menerapkannya secara penuh untuk Yesus Kristus.
Memang dalam text tersebut ada bagian-bagian yang ditujukan
kepada Kristus, tetapi bagian yang saya garis bawahi dari text
itu tidak mungkin ditujukan kepada Kristus, karena berbicara
tentang ‘kesalahan’ dan ‘hukuman Tuhan baginya’. Itu hanya
bisa diterapkan / ditujukan kepada Salomo.
Tentang hal ini Clarke (hal 327) mengatakan bahwa kata-kata
‘to commit iniquity’ (= melakukan kejahatan) bisa diterjemahkan
‘to suffer for iniquity’ (= menderita untuk kejahatan). Juga ia
berpendapat bahwa kata ‘iniquity’ (= kejahatan) bisa
diterjemahkan ‘punishment’ (= hukuman). Jadi, ia lalu
mengubah kata-kata ‘if he commit iniquity’ (= jika ia melakukan
kejahatan) menjadi ‘even in his suffering for iniquity’ (= bahkan
dalam penderitaannya untuk kejahatan).
Juga kata-kata ‘Aku akan menghukum dia dengan rotan yang
dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak
manusia’ diartikan oleh Clarke sebagai menunjuk kepada
penderitaan Kristus dalam memikul dosa / hukuman kita (bdk.
Yes 53:4-5). Dengan demikian, menurut Clarke, bagian ini
cocok untuk Mesias.
Adam Clarke: “if the Messiah be the person here meant, as
suffering innocently for the sins of others, Solomon cannot be” (=
jika sang Mesias adalah orang yang dimaksudkan di sini, yang
menderita secara tak bersalah untuk dosa-dosa orang-orang lain,
maka tentu bukan Salomo yang dimaksud) - hal 327.
Tetapi terjemahannya ini:
 sepanjang yang saya ketahui tidak didukung oleh
terjemahan Kitab Suci manapun, bahkan tidak oleh Living
Bible ataupun Good News Bible.
 menjadi sangat tidak cocok dengan kontext, yang
mengkontraskan Salomo (yang sekalipun berdosa, tetapi
tidak ditinggalkan oleh Tuhan) dengan Saul (yang
ditinggalkan Tuhan karena berdosa).

Adam Clarke menambahkan lagi: “Many have applied these


verses and their parallels to support the doctrine of unconditional
final perseverance; but with it the text has nothing to do; and were
we to press it, ... the doctrine would most evidently be ruined, for
there is neither proof nor evidence of Solomon’s salvation” (=
Banyak orang yang menerapkan ayat-ayat ini dan ayat-ayat
paralelnya untuk mendukung doktrin dari ketekunan akhir yang
tak bersyarat; tetapi text itu tidak mempunyai hubungan dengan
doktrin itu; dan seandainya kita mau memaksakannya, ... doktrin
ini justru akan hancur, karena tidak ada bukti dari keselamatan
Salomo) - hal 325.

Keil & Delitzsch: “It is very obvious, from all the separate details of
this promise, that it related primarily to Solomon, and had a certain
fulfilment in him and his reign. ... But in his old age Solomon
sinned against the Lord by falling into idolatry; and as a punishment
for this, after his death his kingdom was rent from his son, not
indeed entirely, as one portion was still preserved to the family for
David’s sake (1Kings 11:9 sqq.). Thus the Lord punished him with
rods of men, but did not withdraw from him His grace” [= Adalah
sangat jelas, dari semua detail-detail yang terpisah dari janji ini,
bahwa itu secara terutama berhubungan dengan Salomo, dan
mempunyai penggenapan tertentu dalam dia dan
pemerintahannya. ... Tetapi pada masa tuanya Salomo berdosa
terhadap Tuhan dengan jatuh ke dalam penyembahan berhala;
dan sebagai hukuman untuk ini, setelah kematiannya kerajaannya
disobek dari anaknya, memang tidak seluruhnya, karena satu
bagian masih ada pada keluarga tersebut demi Daud (1Raja
11:9dst). Demikianlah Tuhan menghukumnya dengan rotan dari
manusia, tetapi tidak menarik kasih karuniaNya darinya] - hal
346.

Kelihatannya Keil & Delitzsch ini menganggap bahwa kata-kata


‘kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya’ hanya menunjuk
pada fakta bahwa Salomo tetap menjadi raja sampai mati, dan
demikian juga dengan keturunannya sampai jaman Yesus
berinkarnasi. Tetapi saya berpendapat bahwa kata-kata itu tidak
mungkin hanya mempunyai arti jasmani / duniawi saja. Adalah
aneh untuk mengatakan bahwa Tuhan tidak menjauhkan kasih /
kasih setiaNya dari Salomo, tetapi Salomo masuk neraka.
Kesimpulan: Cerita tentang ‘kemurtadan’ Salomo ini tidak menunjukkan
bahwa orang percaya yang sejati bisa murtad dan terhilang / binasa,
karena:
 Salomo tidak betul-betul murtad secara total. Bdk. Mat 24:24 - “Sebab
Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan
mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga
sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
Kata-kata ‘sekiranya mungkin’ jelas menunjukkan bahwa itu tidak
mungkin terjadi.
 Salomo akhirnya bertobat dan diselamatkan.

IV) Sedikit tambahan dari ajaran Pdt. Jusuf B. S.

Rupanya Pdt. Jusuf B. S. juga menyadari akan adanya begitu banyak ayat
Kitab Suci yang menunjukkan bahwa keselamatan tidak bisa hilang. Lalu
bagaimana ia menafsirkan semua ini? Ada beberapa hal yang ia berikan
‘untuk mengatasi’ hal ini:

1) Ia berkata supaya orang kristen tidak kuatir akan kehilangan


keselamatannya, karena keselamatan itu tidak mudah hilang.
Pdt. Jusuf B. S.: “Sebaliknya jangan takut kehilangan keselamatan. Allah
tidak bekerja separuh hati. Adalah kehendak Allah supaya kita tetap
selamat, pasti! (2Pet 3:19/ Yoh 3:16). Sekalipun manusia tidak setia, Allah
tetap tinggal setia (2Tim 2:13). Jangan ragu-ragu akan kesetiaan Allah (Fil
1:6/ Yoh 13:1). Jangan mau dituduh iblis. Sekalipun sumbu tinggal berasap,
Tuhan masih mau menyalakannya. Bahkan cabang yang terkulai tidak
dipatahkan (Mat 12:20). Tuhan tidak ingin seorangpun binasa. Jangan mau
ditipu dan dituduh setan! Sehingga ragu-ragu akan kesungguhan dan
jaminan Allah bagi orang yang tinggal di dalam Kristus” - ‘Keselamatan
tidak bisa hilang?’, hal 66.
Pdt. Jusuf B. S.: ‘Keselamatan itu bisa hilang; tetapi orang beriman yang
mau tetap selamat, tidak akan kehilangan keselamatannya” - ‘Keselamatan
tidak bisa hilang?’, hal 73.
Pdt. Jusuf B. S.: “Sesungguhnya keselamatan yang diberikan Allah itu tidak
mudah hilang, ... ” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 75.
Pdt. Jusuf B. S.: “Jadi keselamatan itu tidak mudah hilang, jangan kuatir
atau ragu-ragu, asal kita mau tetap percaya dan bertekun sampai ke akhir.
Allah sudah siap menolong kita sampai ke akhir, dan Dia sanggup!” -
‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 79-80.

Tanggapan saya:
Pdt. Jusuf B. S. berkata: ‘Jangan mau dituduh iblis. ... Jangan mau ditipu
dan dituduh setan!’. Saya pikir kata-katanya ini aneh. Bukankah yang
dalam sepanjang bukunya mengatakan bahwa keselamatan bisa hilang
itu adalah dia sendiri? Mengapa sekarang menyalahkan setan / iblis?
Saya pikir dialah setan / ilbisnya yang membuat orang kristen ragu-ragu
akan keselamatannya!
2) Ia membagi orang kristen menjadi 3 bagian, sesuai dengan bagian-bagian
Kemah Suci / Bait Allah, yang ia alegorikan:
a) Orang kristen halaman.
Pdt. Jusuf B. S.: “Kristen Halaman adalah orang Kristen yang tetap
tinggal kanak-kanak, tidak tumbuh, terus jatuh bangun dalam dosa.
Inilah orang Kristen duniawi, yang tidak sungguh-sungguh bertobat atau
suam. ... Orang Kristen Halaman itu terus berubah-ubah, sebentar
dingin sebentar panas. Ia terus tertuduh oleh dosa-dosanya, yang tidak
kunjung lepas, sebab itu juga kepastian keselamatannya itu masih goyah,
kadang-kadang yakin sudah selamat, kadang-kadang tertuduh dan ragu-
ragu. Memang Roh Kudus tidak bisa meyakinkan dengan kuat
keselamatannya kalau hidupnya melawan Roh. Sebab itu orang-orang
Kristen yang terus tinggal di Halaman seringkali keyakinannya goyah.
Tetapi kalau ia tumbuh terus, biasanya keyakinan akan tetap mantap. ...
Golongan Halaman ini memang rawan, seperti Israel yang terus beredar-
edar di padang gurun sebab keras hati, bersungut-sungut, tinggal dalam
dosa, tinggal kanak-kanak rohani. Kanak-kanak rohani ini memang
mudah terpengaruh ajaran sesat Ef 4:14, mudah kena godaan dunia,
sering berkelahi seperti 1Kor 3:3, mudah terpancing sehingga
ditewaskan oleh kejahatan. Jadi masa depan orang-orang Halaman itu
tidak tentu. Sulit mengatakan tentang orang-orang Halaman, apakah
mereka bisa setia sampai ke akhir, sedangkan ‘hari ini’ saja hatinya
masih bercabang. Sebab itu jangan tinggal kanak-kanak rohani, tetapi
meningkatlah lebih tinggi” - ‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal
68,69.
b) Orang kristen Ruangan Suci.
Pdt. Jusuf B. S.: “Kristen Ruangan Suci adalah orang-orang Kristen
yang sungguh-sungguh seperti carang yang terus tinggal di dalam pokok
yang benar (Yoh 15:1-8) yang selalu hidup dengan Allah, dipimpin Roh
senantiasa. ... Orang-orang yang sudah lahir baru, penuh dan dipimpin
Roh itu lebih stabil. Dalam tingkatan ini (Ruangan Suci), keyakinan
selamat orang-orang ini kokoh, pada umumnya mereka pasti selamat.
Biasanya orang-orang ini bisa berkata bahwa ia pasti selamat, kapan saja
ia dipanggil Tuhan, ... Orang yang di dalam Ruangan Suci masih bisa
turun kembali ke Halaman, tetapi lebih tinggi ia meningkat, lebih kecil
kemungkinan berbalik, sekalipun kemungkinan itu masih tetap ada” -
‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 68,69,70.
c) Orang kristen Ruangan Maha Suci.
Pdt. Jusuf B. S.: “Kristen Ruangan Maha Suci adalah orang-orang
Kristen yang sempurna, yang mutlak tidak lagi bisa berbuat dosa.
Orang-orang ini langsung naik ke tahta Allah” - ‘Keselamatan tidak bisa
hilang?’, hal 68.

Tanggapan saya:
1. Penafsiran alegoris seperti itu salah sama sekali, dan hanya bisa
muncul dari orang yang tidak mengerti Hermeneutics (ilmu penafsiran
alkitab). Apa dasarnya untuk mengatakan bahwa bagian-bagian
Kemah Suci itu menyimbolkan 3 golongan orang kristen?
2. Bagi saya, yang ia sebut orang kristen halaman itu kelihatannya
adalah orang kristen KTP, yang tentu saja belum selamat.
3. Dimana ada orang kristen yang sempurna, yang mutlak tidak lagi
berbuat dosa, yang ia gambarkan sebagai orang kristen Ruangan
Maha Suci itu? Apakah ia memaksudkan dirinya sendiri? Siapapun
yang ia anggap sebagai orang kristen sempurna itu, jelas
bertentangan dengan:
a. 1Yoh 1:10 - “Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa,
maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firmanNya tidak ada
di dalam kita”.
b. Fakta yang menunjukkan bahwa Paulus sendiri menyadari bahwa
dirinya masih terus berbuat dosa (Ro 7:15-23).
Dan karena golongan ketiga ini tidak pernah ada dalam hidup ini,
maka jelas bahwa orang-orang Arminian tidak mempunyai keyakinan
keselamatan. Setiap saat mereka bisa saja mundur, tersesat dan lalu
binasa selama-lamanya di dalam neraka.

3) Ia mengatakan 2 pernyataan (hal 69):


a) Keselamatan tidak dapat hilang  SALAH.
b) Keselamatan saya tidak dapat hilang  BENAR

Tanggapan saya:
Saya heran bagaimana seorang manusia yang berakal bisa
mengeluarkan 2 pernyataan yang bertentangan seperti ini. Kalau setiap
orang kristen bisa berkata: ‘Keselamatan saya tidak dapat hilang’,
bukankah semua itu menuju pada suatu pernyataan ‘keselamatan tidak
dapat hilang’ yang berlaku secara umum / untuk semua orang kristen?

V) Serangan-serangan yang paling hebat bagi Arminianisme.

1) Kalau semua janji Tuhan dalam Injil diberi persyaratan ‘asal orang
percaya itu tidak mundur / murtad’, maka janji itu menjadi tidak ada
harganya.

Robert Louis Dabney:


“I am well aware that the force of these and all similar passages has been met,
by asserting that in all gospel promises there is a condition implied, viz: That
they shall be fulfilled, provided the believer does not backslide, on his part,
from his gospel privileges. But is this all which these seemingly precious words
mean? Then they mean nothing. To him who knows his own heart, what is that
promise of security worth, which offers him no certainty to secure him against
his own weakness? ‘All his sufficiency is of God.’ See also Rom. 7:21. If his
enjoyment of the promised grace is suspended upon his own perseverance in
cleaving to it, then his apostasy is not a thing possible, or probable, but certain.
There is no hope in the gospel” (= Saya sadar bahwa kekuatan dari text-text
ini dan text-text yang serupa telah dijawab dengan menegaskan bahwa
dalam semua janji-janji Injil secara implicit ada suatu syarat, yaitu: bahwa
janji-janji itu akan digenapi, asal orang percaya itu tidak mundur, dari hak-
hak injil. Tetapi apakah ini arti dari semua kata-kata yang berharga itu?
Maka janji-janji itu tidak berharga apa-apa. Bagi dia yang mengenal
hatinya sendiri, apa nilai dari janji keamanan itu, yang tidak menawarkan
kepadanya kepastian untuk mengamankan dia terhadap kelemahannya
sendiri? ‘Semua kecukupannya adalah dari Allah’. Lihat juga Ro 7:21. Jika
kemungkinan menikmati kasih karunia yang dijanjikan itu tergantung pada
ketekunannya dalam berpegang kepadanya, maka kemurtadannya bukan
hanya mungkin terjadi, tetapi pasti terjadi. Maka tidak ada pengharapan
dalam injil) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 693-694.
Catatan: Kutipan ayat dari 2Kor 3:5b versi KJV.
Ro 7:21 - “Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki
berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku”.

Dabney lalu menambahkan: “And when such a condition is thrust into such
a promise as that of Jno. 10:27: ‘None shall pluck them out of My hand,’
provided they do not choose to let themselves be plucked away; are we to
suppose that Christ did not know that common Bible truth, that the only way
any spiritual danger can assail any soul successfully, is by persuasion: that
unless the adversary can get the consent of the believer’s free will, he cannot
harm him? ... Surely Jesus knew this; and if this supposed condition is to be
understood, then this precious promise would be but a worthless and pompous
truism. ‘Your soul shall never be destroyed, unless in a given way,’ and that
way, the only and the common way, in which souls are ever destroyed. ‘You
shall never fall, as long as you stand up.’” (= Dan pada saat persyaratan
seperti itu dimasukkan ke dalam suatu janji seperti Yoh 10:27: ‘seorangpun
tidak akan merebut mereka dari tanganKu’, asalkan mereka tidak memilih
untuk membiarkan diri mereka direbut; apakah kita menganggap bahwa
Kristus tidak tahu akan kebenaran umum dari Alkitab, bahwa satu-satunya
jalan melalui mana bahaya rohani bisa menyerang jiwa dengan sukses,
adalah melalui bujukan: bahwa kecuali sang musuh / setan bisa
mendapatkan persetujuan dari kehendak bebas orang percaya, ia tidak bisa
menyakiti / merugikannya? ... Jelas Yesus mengetahui hal ini; dan jika
syarat ini ada dalam janji itu, maka janji yang berharga itu menjadi tak
berharga dan hanya merupakan suatu kebenaran yang dibesar-besarkan.
‘Jiwamu tidak akan pernah dihancurkan, kecuali dengan cara tertentu’, dan
cara itu adalah satu-satunya cara dan merupakan cara yang umum, melalui
mana jiwa-jiwa dihancurkan. ‘Engkau tidak akan pernah jatuh, selama
engkau berdiri’) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal 694.
Catatan: ayat yang dimaksud sebetulnya bukan Yoh 10:27 tetapi Yoh
10:28.

Mungkin kata-kata Dabney ini agak mbulet dan sukar dimengerti oleh
orang kristen yang tidak terbiasa dengan bahasa theologia. Karena itu
saya mencoba untuk menjelaskannya dengan kata-kata saya sendiri di
bawah ini.
Kejatuhan manusia selalu terjadi karena adanya bujukan setan yang lalu
dituruti oleh manusia. Jadi ini merupakan jalan yang umum untuk jatuh.
Yesus sendiri pasti mengetahui hal ini. Dan karena itu Ia tidak mungkin
memberikan janji sebagai berikut: ‘seorangpun tidak akan merebut mereka
dari tanganKu, asalkan mereka tidak menyerah pada bujukan setan’.
Mengapa? Karena perkecualian yang Ia berikan justru merupakan jalan
yang umum bagi manusia untuk jatuh. Dengan memberikan perkecualian
seperti ini, maka janji itu menjadi tidak ada harganya.
Illustrasi:
 ada seseorang yang berlatih angkat besi dengan maksud mengikuti
suatu kejuaraan angkat besi. Lalu ada seorang pelatih angkat besi
yang melatihnya, dan memberinya jaminan sebagai berikut: ‘Saya
menjamin engkau pasti menang, asalkan waktu mengangkat barbel,
engkau bertekun sehingga barbel itu naik ke atas’. Bukankah ini suatu
lelucon? Semua lifter gagal dalam kejuaraan angkat besi, karena
mereka tidak berhasil mengangkat barbelnya. Dengan demikian
jaminan yang ia berikan merupakan jaminan yang kosong.
 ada seorang pelatih sirkus yang melatih orang untuk berjalan di atas
tali. Dan ia memberikan jaminan kepada orang yang ia latih dengan
kata-kata sebagai berikut: ‘Saya menjamin engkau pasti bisa sampai
ke seberang, asal engkau tidak kehilangan keseimbanganmu’. Semua
orang tahu bahwa seorang yang berjalan di atas tali akan gagal
sampai ke seberang kalau ia kehilangan keseimbangannya. Itu jalan
yang umum yang menyebabkan seseorang tidak sampai ke seberang.
Kalau pelatih itu memberikan jaminan, dengan hal itu sebagai
perkecualian, maka jaminan yang ia berikan menjadi tidak ada
harganya!
Demikian juga adanya perkecualian / persyaratan yang diberikan oleh
orang Arminian terhadap janji-janji dari Injil, menyebabkan janji-janji Injil
itu kosong dan tak berguna.

Dabney menambahkan lagi: “the promise in Jer. 32:40, ... most expressly
engages God to preserve believers from this very thing - their own backsliding.
Not only does He engage that He will not depart from them, but ‘He will put
His fear in their heart, so that they shall not depart from Him.’” (= janji dalam
Yer 32:40, ... dengan cara yang paling jelas mengikat Allah dengan janji
untuk menjaga orang-orang percaya justru dari hal yang satu ini -
kemunduran mereka sendiri. Ia bukan hanya berjanji bahwa Ia tidak akan
meninggalkan mereka, tetapi ‘Ia akan menaruh rasa takutNya dalam hati
mereka, sehingga mereka tidak akan meninggalkan Dia’) - ‘Lectures in
Systematic Theology’, hal 694.
Yer 32:40 - “Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa
Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik
kepada mereka; Aku akan menaruh takut kepadaKu ke dalam hati mereka,
supaya mereka jangan menjauh dari padaKu”.

Inilah ajaran Reformed! Allah bukan hanya berjanji untuk menyelamatkan,


tetapi juga berjanji akan menolong mereka sedemikian rupa sehingga
mereka tidak akan murtad!

2) Ajaran Arminian ini menghancurkan damai, sukacita dan kepastian dari


kehidupan kristen.

A. H. Strong mengutip kata-kata Adolph Saphir sebagai berikut:


“My objection to the Arminianism or semi-Arminianism is not that they make
the entrance very wide; but that they do not give you anything definite, safe and
real, when you have entered. ... Do not believe the devil’s gospel, which is a
chance of salvation: chance of salvation is chance of damnation” (= Keberatan
saya terhadap Arminianisme atau semi-Arminianisme bukan bahwa mereka
membuat jalan masuk sangat lebar; tetapi bahwa mereka tidak memberikan
kepadamu apapun yang pasti, aman, dan nyata, pada saat kamu masuk. ...
Jangan percaya kepada injil setan, yang merupakan suatu kemungkinan
untuk selamat: kemungkinan untuk mendapat keselamatan adalah
kemungkinan untuk mendapat penghukuman) - A. H. Strong, ‘Systematic
Theology’, hal 605.
Catatan: kata-kata Strong ini bukan main kerasnya. Ia menyebut ajaran
Arminian sebagai ‘injil setan’!

Loraine Boettner:
“A consistent Arminian, with his doctrine of free will and of falling from grace,
can never in this life be certain of his eternal salvation. He may, indeed, have
the assurance of his present salvation, but he can have only a hope of his final
salvation. He may regard his final salvation as highly probable, but he cannot
know it as a certainty. He has seen many of his fellow Christians backslide and
perish after making a good start. Why may not he do the same thing?” (=
Seorang Arminian yang konsisten, dengan doktrinnya tentang kehendak
bebas dan kemurtadan, tidak akan pernah dalam hidup ini mempunyai
keyakinan akan keselamatan yang kekal. Ia memang bisa mempunyai
keyakinan untuk keselamatannya saat ini, tetapi ia hanya bisa mempunyai
pengharapan tentang keselamatan akhirnya. Ia bisa menganggap
keselamatan akhirnya sebagai sangat memungkinkan, tetapi ia tidak bisa
mengetahuinya sebagai suatu kepastian. Ia telah melihat banyak sesama
Kristennya mundur dan binasa setelah melakukan permulaan yang baik.
Mengapa ia tidak bisa melakukan hal yang sama?) - ‘The Reformed
Doctrine of Predestination’, hal 193.

Loraine Boettner:
“The assurance that Christians can never be separated from the love of God is
one of the greatest comforts of the Christian life. To deny this doctrine is to
destroy the grounds for any rejoicing among the saints on earth; for what kind
of rejoicing can those have who believe that they may at any time be deceived
and led astray? ... It is not until we duly appreciate this wonderful truth, that
our salvation is not suspended on our weak and wavering love to God, but
rather upon His eternal and unchangeable love to us, that we can have peace
and certainty in the Christian life” (= Kepastian bahwa orang-orang Kristen
tidak pernah bisa dipisahkan dari kasih Allah adalah salah satu
penghiburan terbesar dari kehidupan Kristen. Menyangkal doktrin ini sama
dengan menghancurkan dasar untuk sukacita apapun di antara orang-orang
kudus di bumi; karena jenis sukacita apa yang bisa mereka miliki jika
mereka percaya bahwa pada setiap saat mereka bisa ditipu dan
disesatkan? ... Hanya kalau kita menghargai dengan seharusnya kebenaran
yang hebat ini, bahwa keselamatan tidak tergantung pada kasih kita yang
lemah dan berubah-ubah kepada Allah, tetapi pada kasihNya yang kekal
dan tak berubah kepada kita, maka kita bisa mendapatkan damai dan
kepastian dalam kehidupan Kristen) - Loraine Boettner, ‘The Reformed
Doctrine of Predestination’, hal 194-195.

Alan P. F. Sell mengutip kata-kata Thomas Watson (1620-1686) sebagai


berikut:
“How despairing is the Arminian doctrine of falling from grace! To-day a
saint, to-morrow a reprobate; to-day a Peter, to-morrow a Judas. This must
needs cut the sinews of a Christian endeavour, and be like boring a hole in a
vessel: to make all the wine of joy run out ... What comfort were it to have one’s
name written in the book of life, if it might be blotted out again? But be
assured, for your comfort, grace, if true, though never so weak, shall
persevere” (= Alangkah tidak ada harapannya doktrin Arminian tentang
kemurtadan! Hari ini seorang kudus, besok seorang yang ditetapkan binasa;
hari ini seorang Petrus, besok seorang Yudas. Ini pasti memotong otot dari
usaha Kristen, dan seperti melubangi bejana: untuk membuat semua anggur
sukacita keluar ... Penghiburan apa untuk mendapati nama seseorang
tertulis dalam kitab kehidupan, jika itu bisa dihapus lagi? Tetapi yakinlah,
untuk penghiburanmu, kasih karunia, jika itu benar / sejati, tetapi tidak
pernah begitu lemah, akan bertekun) - ‘The Great Debate, Calvinism,
Arminianism and Salvation’, hal 30.

Kesimpulan / penutup.

Loraine Boettner: “The saints in heaven are happier but no more secure than are true
believers here in this world” (= Orang-orang kudus di surga lebih bahagia, tetapi
tidak lebih aman, dari pada orang-orang percaya yang sejati di sini di dunia ini) -
‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 183.

-o0o-
BISAKAH
ORANG KRISTEN

KEHILANGAN
KESELAMATAN

???
Oleh:

Pdt. BUDI ASALI, M. Div.


DAFTAR ISI

I) Keselamatan...................................................................................................................1
1) Setiap orang membutuhkan keselamatan....................................................................1
2) Yesus memberikan jalan keselamatan.........................................................................2
3) Kita diselamatkan karena iman saja (SOLA FIDE).......................................................2
4) Iman yang sejati pasti menghasilkan perbuatan baik...................................................3

II) Keselamatan tidak bisa hilang....................................................................................4


1) Arminianisme bertentangan dengan SOLA FIDE dan SOLA GRATIA.........................5
2) Orang yang percaya mendapatkan hidup yang kekal bukan hidup bersyarat..............8
3) Arminianisme merupakan penghinaan terhadap penebusan dan pembenaran kita.....9
4) Arminianisme merupakan penghinaan terhadap pekerjaan Roh Kudus.......................9
5) Orang percaya tidak berada di bawah hukum Taurat tetapi di bawah kasih karunia.. 10
6) Arminianisme bertentangan dengan Ro 8:28 dan 1Kor 10:13....................................11
7) Dasar dari keselamatan kita adalah kasih yang tidak berubah dari Allah...................11
8) Allah itu setia.............................................................................................................. 12
9) Allah berkuasa menjaga anak-anakNya.....................................................................14
10)Kristus berdoa syafaat untuk umatNya dan Bapa selalu mendengarkan doaNya.....14
11)Adanya Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan bagi kita......................................15
12)Tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Allah dalam Kristus Yesus............16
13)Karena adanya janji-janji Allah..................................................................................19
a) Dalam Perjanjian Lama........................................................................................19
b) Dalam Perjanjian Baru..........................................................................................21

III) Serangan dari Arminianisme dan jawabannya.....................................................24


1) Nama bisa dihapus dari kitab kehidupan....................................................................24
2) Kitab Suci mengatakan bahwa orang yang berbalik ke dalam dosa akan binasa......31
3) Kemurtadan Saul dan Yudas Iskariot.........................................................................36
4) Orang dapat mulai dalam Roh dan berakhir dalam daging........................................40
5) Mat 7:21-23................................................................................................................ 40
6) Ayat-ayat Kitab Suci yang memberikan peringatan terhadap kemurtadan.................43
7) Fil 2:12 menyuruh kita mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar..............45
8) Ibr 10:38-39 berbicara tentang orang yang mengundurkan diri..................................46
9) 2Pet 2:20-22.............................................................................................................. 46
10)Mat 12:43-45............................................................................................................. 47
11)Doktrin Reformed ini bertentangan dengan kebebasan manusia..............................47
12)Doktrin Reformed ini menyebabkan orang berani berdosa dan tak mau pikul salib. .48
13)1Kor 9:27 menunjukkan bahwa Paulus sendiri takut dirinya ditolak..........................51
14)Kalau keselamatan tak bisa hilang, setan tak akan menyerang mati-matian.............51
15)Kemurtadan Salomo.................................................................................................52

IV) Sedikit tambahan ajaran Pdt. Jusuf B. S................................................................62


1) Jangan kuatir; keselamatan tidak mudah hilang.........................................................62
2) Ia golongkan orang kristen seperti bagian-bagian Kemah Suci..................................63
3) Ia memberi 2 pernyataan yang kontradiksi.................................................................64

V) Serangan-serangan yang paling hebat bagi Arminianisme....................................64


1) Persyaratan ‘asal tidak mundur / murtad’ menghancurkan janji.................................64
2) Tidak ada damai, sukacita, dan kepastian dalam Arminianisme................................66

Kesimpulan / penutup.....................................................................................................67
-o0o-
Pdt. Jusuf B. S.: “5. Selamat tidak dapat hilang. Artinya: bahwa orang yang sudah
ditakdirkan akan selamat, tak mungkin binasa, sebab Allah pasti berhasil dalam
penentuan atau rencanaNya. Biarpun ia berdosa, akhirnya pasti tetap selamat, sebab
Allah akan mengejar dia, bila perlu sampai dibunuh supaya berhenti berdosa” -
‘Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 22.
Ini fitnahan!
Hal 9 - ditambahi keberatan - 1Yoh 3:15
hal 67 dst point V - banyak perubahan dan penambahan.
hal 11 - ditambahi 1Yoh 5:4a
hal 68-69 - ilustrasi ditambahi.

2Kor 6:1-2 - “(1) Sebagai teman-teman sekerja, kami menasihatkan kamu, supaya


kamu jangan membuat menjadi sia-sia kasih karunia Allah, yang telah kamu terima.
(2) Sebab Allah berfirman: ‘Pada waktu Aku berkenan, Aku akan mendengarkan
engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.’
Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah
hari penyelamatan itu”.

Charles Hodge (tentang 2Kor 6:1): “Others say that the apostle here exhorts his readers to
guard against ‘falling from grace;’ that having been graciously pardoned they should not, by
a relapse into sin, forfeit the grace or favor which they had received. This is a very common
interpretation. Olshausen says, ‘It is undeniable that the apostle assumes that grace when
once received may be lost; the Scriptures know nothing of the dangerous error of the
advocates of predestination, that grace cannot be lost; and experience stamps it as a lie.’ But
in the first place, it is no argument in favor of this interpretation that the apostle uses the
infinitive aorist (decasqai), ‘have received,’ because the aorist infinitive is very commonly
used for the present after verbs signifying to command or exhort. See Romans 12:1; 15:20; 2
Corinthians 2:8; Ephesians 4:1. Winer’s Idioms of the New Testament, p. 386. In the second
place, the ‘grace of God,’ here spoken of, does not mean the actual forgiveness of sin, nor the
renewing, sanctifying influence of the Spirit, but the favor of which the apostle spoke in the
preceding chapter. It is the infinite grace or favor of having made his Son sin for us, so that
we may become the righteousness of God in him. This is the grace of God of which the
apostle speaks. He exhorted men not to let it be in vain, as it regarded them, that a
satisfaction for sin sufficient for all, and appropriate to all, had been made and offered to all
who hear the gospel. In precisely the same sense he says, Galatians 2:21, ‘I do not frustrate
the grace of God.’ That is, ‘I do not, by trusting to the works of the law, make it in vain that
God has provided a gratuitous method of salvation.’ That great grace or favor he did not
make a thing of naught. In Galatians 5:4, he says, ‘Whosoever of you are justified by the law,
are fallen from grace.’ That is, ‘ye have renounced the gratuitous method of salvation, and
are debtors to do the whole law.’ So in Romans 6:14, it is said, ‘We are not under the law,
but under grace.’ In no one of these cases does ‘grace’ mean either the actual pardon of sin,
or inward divine influence. It means the favor of God, and in this connection the great favor
of redemption. The Lord Jesus Christ having died for our sins and procured eternal
redemption for us, the apostle was most earnest in exhorting men not to allow this great
favor, as regards them, to be in vain. It is the more evident that such is the meaning of the
passage because it is not so much a direct exhortation to the Corinthians, as a declaration of
the method in which the apostle preached. He announced the fact that God had made Christ
who knew no sin to be sin for us, and he exhorted all men not to receive the grace of God in
vain, that is, not to reject this great salvation. And finally, this interpretation is required by
the following verse. ‘Behold, now is the accepted time; now is the day of salvation.’ This is
appropriate as a motive to receive the offer of pardon and acceptance with God, but it is not
appropriate as a reason why a renewed and pardoned sinner should not fall from grace. There
is therefore no necessity to assume, contrary to the whole analogy of Scripture, that the
apostle here teaches that those who have once made their peace with God and experienced
his renewing grace can fall away into perdition. If reconciled by the death of his Son, much
more shall they be saved by his life. Nothing can ever separate them from the love of God
which is in Christ Jesus. Whom he calls, them he also glorifies. They are kept by the mighty
power of God through faith unto salvation” (= ) - ‘I & II Corinthians’, hal 529-530.

Anda mungkin juga menyukai