Anda di halaman 1dari 9

PROPOSAL

PERSATUAN AMAL KEMATIAN (P.A.K)


RT 41 RW 13 KELURAHAN KEBUN BUNGA
KECAMATAN SUKARAMI PALEMBNAG
2019
PERSATUAN AMAL KEMATIAN
JALAN LUBUK KAWAH KEBUN BUNGA, RT 41 RW 13
KELURAHAN KEBUN BUNGA, KECAMATAN SUKARAMI
KOTA PALEMBANG

Perihal : Permohonan Bantuan Dana Palembang, November 2019

Kepada Yth
Bapak Walikota Palembang
C/q Bapak H.Muliadi,S.Pd., MM.
(Anggota DPRD Kota Palembang)

Di
Palembang

Dengan hormat,
Dalam rangka meningkatkan kelancaran kegiatan perawatan jenasah pada
kampung/desa kami, maka dengan ini kami mengajukan permohonan bantuan
dana untuk :

P.A.K : RT 41 RW 13
Alamat : Jalan Kebun Bunga Lubuk Kawah
Kelurahan : Kebun Bunga
Kecamatan : Sukarami

Sebagai bahan pertimbangan yang terhormat Walikota Palembang, dengan ini kami
lampirkan 1 (satu) berkas proposal.
Demikian atas perhatiannya kami selaku pengurus mengucapkan terima kasih dan
sermoga bantuan tersebut bermanfaat bagi masyarakat.

KETUA SEKRETARIS

____________________ ____________________

Mengetahui,

CAMAT SAMPANG LURAH GUNONG SEKAR

____________________ ____________________

Tembusan :
Yth. Kepala Dinas Pemberdayaan
Masyarakat Kabupaten Sampang
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kehidupan merupakan anugerah yang besar bagi manusia. Disebut anugerah
karena manusia, dengan kehidupan, dapat bergerak secara leluasa untuk
menerjemahkan apa yang dipelajari dan diyakini sebagai kebenaran –Islam. Disebut
anugerah karena manusia menyadari bahwa kehidupan tidak pernah membeli,
kehidupan hadir begitu saja kepada siapa saja, dan kehidupan datang tanpa pilih
kasih. Namun patut disadari oleh manusia, bahwa kehidupan itu datang untuk
beberapa waktu, durasi yang berbatas, dan limitnya pun ada. Jika sudah tibalah
saatnya, ajal akan menjelang dan menghampiri siapa saja dari kalangan manusia
tanpa terkecuali –yang kaya, yang sok kuasa, yang mengatur kehidupan melebihi
Tuhan, yang miskin, yang tidak mampu, bahkan yang disebut kere sekalipun juga
akan menghadapinya.
Kematian adalah suatu hal yang pasti terjadi, bisa dialami oleh orang yang
berusia muda, juga bisa dialami oleh orang tua. Kematian ini bisa terjadi kapan saja
dan kepada siapa saja. Karena saatnya kematian, yang umumnya tidak bisa diduga,
sehingga segala sesuatunya tidak ada persiapan. Akibatnya keluarga yang
ditinggalkan, selain berduka juga membutuhkan dana yang sifatnya segera untuk
pengurusan jasad yang meninggal.
Adalah anugerah Allah Ta’ala yang luar biasa diberikan kepada setiap
makhluk-Nya, yang bernama “hidup”. Dengan hidup, setiap makhluk, khususnya
manusia, dapat berbuat dan bergerak sesuai dengan hati nurani dan tuntunan
hidup yang dipegangi secara kuat. Hidup yang berdasarkan tuntunan ilahiyah tentu
menjadi keniscayaan dalam kehidupan setiap insan Muslim. Oleh sebab hidup yang
merupakan pemberian Allah Ta’ala ini menjadikan setiap yang “diberi hidup”
menyadari sepenuh hati makna dan pentingnya pemberian yang berharga tersebut.
Ini adalah amanat. Bagi siapapun yang menerima, konsekuensinya adalah
beribadah kepada-Nya. Namun sebaliknya, bagi yang acuh tak acuh, tidak peduli
dan tidak pula menghargai hidup, suasana yang penuh kesadaran sedemikian itu
sangat sulit muncul dalam kehidupannya.
Seperangkat nilai dan norma Islami yang bersumber pada Alqur’an dan
Sunnah menjadi pola bagi tingkah laku kalangan Muslim dalam menjalani
kehidupan sehari-hari sehingga tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Sebagai wujud realisasi nilai dan norma
ini kita menjadikannya pedoman untuk menjalani kehidupan dalam lingkup pribadi,
keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis,
mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan,
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan mengembangkan seni dan
budaya yang menunjukkan perilaku uswah hasanah (teladan yang baik).
Sebagaimana halnya dengan hidup, mati juga menjadi wilayah ketuhanan,
hak prerogatif Allah. Mutlak menjadi rahasia-Nya. Siapapun yang telah mendapat
vonis ‘ajal’ tidak dapat menolak dan menghindar darinya. Mustahil pula untuk di-
‘nego’, agar dapat diundur atau dimajukan dari waktu yang telah ditentukan.
Kematian, meski ditakuti oleh sebagian orang, merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan, hingga menjadi jelas pengertian hidup dan mati. Jika
salah satu dari keduanya tidak ada, sangat sulit menjelaskan apa itu “hidup” dan
apa sesungguhnya yang bernama “mati”.
Alqur’an memberikan pencerahan kepada setiap insan Muslim: “Sesungguhnya
Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka
kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami
kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lauh mahfuzh).” (QS. Yasin: 12)
Berkenaan dengan ayat di atas, Tafsir At-Thabari menjelaskan bahwa
sesungguhnya Allah telah menghidupkan yang mati dari apa yang telah Dia
ciptakan. Dia menuliskan apa yang telah mereka lakukan di (semasa hidup) dunia
berupa kebaikan dan keburukan, kesalehan amal dan kejahatannya. Semua
‘tinggalan dan bekasan’, sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, berupa
bekas-bekas langkah setiap insan menuju ketaatan ataupun kemaksiatan. Semua
itu direkam dan dicatat secara sistematis oleh Malaikat Raqib dan Atid, sehingga
kelak di akhirat dapat dilihat oleh masing-masing pelakunya.
Demikianlah, Allah dengan kekuasan dan kehendak-Nya menghidupkan dan
mematikan.
Agama memberikan tuntunan yang tegas tentang bagaimana setiap insan Muslim
dapat menjalani hidup. Karena hidup membawa konsekuensi terhadap apa yang kita
lakukan dan perbuat. Kewajiban manusia adalah berusaha, meski mereka tidak
dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan
diperolehnya. Allah menyatakan:

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari


kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam
rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan
diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana
dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS.
Luqman: 34)
Islam sungguh mengatur segala aspek kehidupan, hatta kematian sekalipun.
Dalam hidup itulah siapapun diberi kesempatan yang sama untuk berusaha dan
berupaya dalam mencari penghidupan. Meski mencari penghidupan ini menjadi
sarana dan alat untuk menyambung hidup, kadang di sebagian manusia melupakan
bahwa ada terminal terakhir yang harus dilampaui, negeri akhirat. Aturan yang
bersifat Qur’ani menyebutkan:

“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur”.


(QS. at-Takatsur: 1-2).
Ayat tersebut mengingatkan bahwa berlomba-lomba dalam mengumpulkan
harta, anak, pengikut, bermegah-megahan dengan kemuliaan dan sebagainya telah
melalaikan orang dari ketaatan. Kenyataan ini banyak terjadi di sebagian kaum
Muslim, oleh karena tidak ada kesadaran dan pemahaman yang benar tentang
Garis-garis Besar Haluan Islam (Alqur’an dan As-Sunnah). Yang pada akhirnya
kematian merenggut nyawa dan tidak ada lagi suatu perbaikan yang dapat
dilakukan. Oleh sebab kesadaran di saat ajal menjelang tak ada guna.
Tidak seorangpun yang mengetahui kapan dan di mana ia akan mengalami
kematian. Jika ada yang mampu menginformasikan hal ini, sungguh merupakan
kebohongan yang besar.
Musibah kematian yang dihadapi oleh setiap manusia membuka setiap indera kita
untuk melihat, mendengar, merasakan dan memaknai bahwa terbentang seribu satu
jalan menuju kematian. Melalui kesadaran ruhani kita mencoba merefleksikan diri,
introspeksi diri, dan menemukan kondisi kita pada titik mana, kedekatan pada Allah
atau sebaliknya –menjauh. Maknanya, kita fokus, sadar dan bersemangat untuk
melakukan kesiapan diri dalam kesalehan dan ketaatan, hingga kapanpun
‘panggilan’ itu datang, kita telah siaga dan siap segalanya. Bukankah sebaik-baik
bekal menuju akhirat adalah taqwa?
Allah mensinyalir dalam Alqur’an:
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu
yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS. Al-
Mulk: 2)
Ayat di atas perlu kita renungkan, mengapa Allah tidak menghendaki ‘yang lebih
banyak amalnya’, namun yang Dia pilih adalah ‘yang lebih baik amalnya’. Rahasia
apakah di balik itu?
Demikian pula hadits tentang semua amal terputus kecuali tiga perkara (HR.
Muslim); ayat yang memberi peringatan kepada kita agar tidak mati melainkan
dalam keadaan Islam (QS. Al-Baqarah: 132); ayat tentang soal puaskah kita dengan
kehidupan dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat (QS. Al-Taubah: 38);
kesemuanya adalah rambu-rambu setiap insan Muslim dalam mengarungi bahtera
kehidupan. Tentunya jaminan keselamatanlah yang Allah berikan.
Keinginan manusia untuk bermegah-megahan dalam soal duniawi, sering
melalaikan manusia dari tujuan hidupnya. Dia baru menyadari kesalahannya itu
setelah maut mendatanginya; manusia akan ditanya di akhirat tentang nikmat yang
dibangga-banggakannya. Hanya pertolongan Allah sajalah yang mampu membuka
mata hati manusia untuk membaca setiap musibah kematian, dan dengan ‘pisau’
kritislah yang mampu menganalisis dan mengambil hikmah dari hal tersebut.
Mereka yang mampu mengeja ayat berikut dalam kehidupan:

“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang
belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia
tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang
ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda- tanda kekuasaan
Allah bagi kaum yang berfikir”. (QS. Al-Zumar: 42)

Dari sinyal keagamaan di atas dan ketulusan memaknainya akan


mengantarkan setiap insan Muslim pada martabat kemanusiaan yang dekat dengan
Allah, sehingga ia akan kembali kepada-Nya dengan keadaan sebagaimana
disebutkan dalam Alqur’an:

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi
diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku. Masuklah ke
dalam syurga-Ku”. (QS. Al-Fajr: 27-30)
Mestinya kita menyadari ayat di atas dalam setiap langkah kehidupan ini. Dan
tentunya tidak ada lagi ketakutan menghadapi kematian, karena semua adalah milik
Allah dan kembali kepadaNya.

1.2 DASAR PEMIKIRAN


Pada saat terjadi musibah kematian di RT 41, masih ditemukan kesulitan untuk
mendapatkan bantuan peralatan kematian. Yang kadang untuk mendapatkan
pinjaman salah seorang keluarga yang mendapat musibah harus kembali ke tempat
asalnya untuk mendapatkan pinjaman.
Padahal dalam rangka pengurusan yang berhubungan dengan kematian hendaknya
dipermudah dan tidak mengalami kesulitan.
Warga muslim RT 41, baik yang NU, Muhammadiyah, PKS, HTI, Salafi atau apapun
label yang ingin disematkan pada dirinya sejatinya, berinisiatif mengadakan
pembuatan peralatan kematian berupa pembuatan alat pemandian jenazah,
pembuatan tenda dan juga pengadaan kursi sebagai wujud kebersamaan, prinsip
gotong royong, dan meringankan beban saudara sesama muslim yang mendapat
musibah.

1.3 TUJUAN
Pengadaan peralatan kematian berupa alat pemandian jenazah, tenda dan
kursi ini bertujuan untuk:
• Memberi kemudahan bagi keluarga yang sedang ditimpa musibah
• Meringankan beban keluarga yang sedang ditimpa musibah
• Sebagai wadah gotong royong
• Sebagai tempat untuk mempererat tali persaudaraan
• Sebagai lahan amal ibadah
BAB II
RENCANA PEMANFAATAN HIBAH

Sesuai dengan Maksud dan tujuan dari permohonan ini adalah untuk
mendapatkan bantuan hibah berupa peralatan perwatan jenazah dari Pemerintah
Kota Palembang agar kegiatan Persatuan Amal Kematian tersebut dapat berjalan
lancar.
Secara terperinci, hibah yang akan diterima akan dimanfaatkan sebagai
berikut :
1. Pemberian bantuan hibah berupa seperangkat Peralatan Perawatan Jenazah
akan kami manfaatkan dalam pelaksanaan kegiatan Persatuan Amal Kematian
yang berupa :
a. Perawatan Jenazah bagi warga yang meninggal dunia.
b. Pembacaan doa dan tahlil bagi warga yang meninggal dunia.
c. Pengajian rutin setiap bulan
d. Peringatan hari – hari besar agama islam
BAB III
SUSUNAN PENGURUS RKK

Rukun Kematian Kampung tersebut dalam kegiatan rutinnya dilaksanakan


oleh pengurus RKK dibantu oleh warga lainnya. Susunan pengurus Rukun Kematian
Kampung sebagai berikut :

Nama RKK : RKK Al Abror


Alamat : Perumahan Permata Selong , RT 06 RW 09 Kelurahan
Gunong Sekar, Kecamatan Sampang, Kabupaten
Sampang
Pelindung : Lurah Gunong Sekar
Ketua : …………………………………………..
Sekretaris : …………………………………………..
Bendahara : …………………………………………..

Seksi – seksi
a. Seksi Agama
Koordinator : ……………………………………………..
Anggota : 1. …………………………………………..
2. …………………………………………..
3. …………………………………………..
b. Seksi Humas
Koordinator : ……………………………………………..
Anggota : 1. …………………………………………..
2. …………………………………………..
3. …………………………………………..

c. Seksi Perlengkapan
Koordinator : ……………………………………………..
Anggota : 1. …………………………………………..
2. …………………………………………..
3. …………………………………………..
BAB IV
RENCANA KEBUTUHAN PERALATAN
PERAWATAN JENAZAH

Untuk melaksanakan kegiatan rutin Rukun Kematian kampung tersebut


membutuhkan sarana dan prasarana berupa peralatan perawatan jenazah. Sebagian
dari peralatan tersebut belum dimiliki oleh RKK sehingga membutuhkan bantuan
dari Pemerintah Kabupaten Sampang melelui Kegiatan Peningkatan Kapasitas
Sumber Daya Masyarakat. Kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :

NO URAIAN SATUAN JUMLAH HARGA HARGA TOTAL


SATUAN
Rp.5.000.000,- Rp.20.000.000,-
1 Tenda Unit 4
Rp.60.000,- Rp.12.000.000,-
2 Kursi Buah 200
Tempat pemandian
3 jenazah berbahan 1 1 - Rp.4.000.000,-
dasar stainles

TOTAL Rp.36.000.000,-

Palembang, November 2019

KETUA PAK

__________________________
BAB V
PENUTUP

Demikian proposal ini dibuat sebagai bahan pertimbangan dalam


perencanaan pemberian bantuan hibah barang berupa seperangkat Peralatan
Perawatan Jenazah
Besar harapan kami untuk mendapatkan bantuan tersebut agar kegiatan
kami dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat bagi masyarakat.

Palembang, November 2019

KETUA SEKRETARIS

____________________ ____________________

Anda mungkin juga menyukai