Case Anak DBD Kelompok Iv
Case Anak DBD Kelompok Iv
BANGSAL ANAK
RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI
Oleh:
KELOMPOK IV
MAHDALENI 3005045
ELSI YUWANDA 3005057
FADILLAH JAINIR 3005063
IRVAN ZULIANSYAH 3005071
ENDA FITRIANI 3005079
1
BAB I
PENDAHULUAN
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, melalui perantara nyamuk
Pada saat ini jumlah kasus masih tetap tinggi rata-rata 10-25 per 100.000
yang terkena infeksi dengue adalah kelompok umur 4-10 tahun, walaupun makin
banyak kelompok umur lebih tua. Spektrum klinis infeksi dengue dapat dibagi
menjadi (1) gejala klinis paling ringan tanpa gejala (silent dengue infection), (2)
demam dengue (DD), (3) demam berdarah dengue (DBD) dan (4) demam
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
virus dengue. Dengue adalah virus penyakit yang ditularkan dari nyamuk Aedes
aegypti, nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia. Ini telah menyebabkan
hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya. Beberapa jenis nyamuk
2.1.2 Epidemiologi
Filipina pada tahun 1953. Pada tahun 1958 meletus epidemi penyakit serupa di
Bangkok. Setelah 1958 penyakit ini dilaporkan berjangkit dalam bentuk epidemi
(1962-1964), Saigon (1965) yang disebabkan virus dengan tipe 2, dan Calcutta
(1963) dengan virus dengue tipe-2 dan chikungu berhasil diisolasi dari beberapa
Yogyakarta (1972). Epidemi pertama diluar Jawa dilaporkan pada tahun 1972 di
Sumatera Barat dan Lampung, disusul oleh Riau, Sulawesi Utara, dan Bali (1973).
Pada tahun 1974 epidemi dilaporkan di Kalimatan Selatan dan Nusa Tenggara
Barat. Pada 1993 DBD telah menyebar ke seluruh provinsi di Indonesia. Pada saat
ini DBD sudah endemis di banyak kota-kota besar, bahkan sejak tahun 1975
penyakit ini telah berjangkit di daerah pedesaan. Berdasarkan jumlah kasus DBD,
Indonesia menempati urutan kedua setelah Thailand. Sejak 1968 angka kesakitan
3
rata-rata DBD di Indonesia terus meningkat dari 0,05 (1968) menjadi 8,14 (1973),
8,65 (1983), dan mencapai angka tertinggi pada tahun 1998 yaitu 35,19 per
100.000 penduduk dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang. Pada saat ini
DBD telah menyebar luas di kawasan Asia Tenggara, Pasifik Barat, dan daerah
Karibia.2
2.1.3 Etiologi
jenis serotipe yaitu den-1, den-2, den-3, dan den-4. Infeksi dengan salah satu
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4
serotipe selama hidupnya. Kempat jenis serotipe virus dengue dapat dilakukan
sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe
2.1.4 Patofisiologi
a. Volume Plasma
pada kasus DBD dengan menggunakan 131 lodine labeled human albumin
4
penakit mulai dari permulaan masa demam dan mencapai puncaknya pada
masa syok. Pada kasus berat, syok terjadi secara akut, nilai hematokrit
berat badan, ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu
akut dan perbaikan klinis terjadi secara cepat dan drastic.Sedangkan pada
kerusakan sel endotel vascular yang mirip dengan luka akibat anoksia atau
luka bakar.Gambaran itu juga mirip dengan binatang yang diberi histamine
b. Trombositopenia
pada sebagian besar kasus DBD.Nilai trombosit mulai menurun pada masa
5
demam dan mencapai nilai terendah pada masa syok.Jumlah trombosit
secara cepat meningkat pada masa konvalesens dan nilai normal biasanya
beberapa factor dapat menjadi penyebab yaitu virus dengue, komponen aktif
sistem atau secara terpisah. Lebih lanjut fungsi trombosit pada DBD terbukti
DBD.2
6
kadar fibrinogen dan factor VIII. Hal ini diakibatkan oleh konsumsi sistem
pada DBD dibuktikan dengan penurunan aktifitas ά-2 plasmin inhibitor dan
juga pada DBD tanpa syok. Pada masa dini DBD, peran DIC tidak menonjol
sehingga terjadi syok dan asidosis maka syok akan memperberat DIC
besar oleh factor DIC, terutama pada kasus syok lama yang tidak dapat
d. Sistem Komplemen
kadar C3, C3 proaktivator, C4, dan C5, baik pada kasus yang disertai syok
7
maupun tidak. Terdapat hubunganpositif antara kadar serum komplemen
dengue, aktivasi komplemen terjadi baik melalui jalur klasik maupun jalur
komplemen dan bukan oleh karena produksi yang menurun atau ekstrapolasi
dalam urin 24jam, (2) adanya kompleks imun yang bersirkulasi (circulating
immune complex), baik pada DBD derajat ringan maupun berat, (3) adanya
penyakit.2
8
e. Respons Leukosit
Dilaporkan juga bahwa pada sediaan hapus buffy coat kasus DBD dijumpai
khas untuk DBD oleh karena proporsinya sangat berbeda dengan infeksi
secara seri dari preparat hapus darah tepi memperlihatkan bahwa LPB pada
tidak terdapat perbedaan bermakna proporsi LPB pada DBD syok dan tanpa
syok.Berdasarkan uji diagnostik maka dipilih titik potong (cut off point)
LPB 4%.Nilai titik potong itu secara praktis mampu membantu diagnosis
dini infeksi dengue dan sejak hari ketiga demam dapat dipergunakan untuk
perinuklear yang jernih. Inti terletak pada salah satu tepi sel berbentuk bulat
9
ini terdapat nucleoli.Pada sitoplasma tidak ada granula azurofilik.Daerah
yang berdekatan dengan eritrosit tidak melekuk dan tidak bertambah biru.2
2.1.5 Patogenesis
klinis DBD seperti pada manusia. Hingga kini sebagian besar sarjana masih
infection yang menyatakan bahwa DBD dapat terjadi apabila seseorang setelah
terinfeksi virus dengue pertama kali mendapatkan infeksi kedua dengan virus
Antibody yang terbentuk pada infeksi dengue terdiri dari IgG yang berfungi
antibody dan neutralizing antibody. Pada saat ini dikenal 2 jenis tipe antibody
yaitu (1) Kelompok monoclonal reaktif yang tidak mempunyai sifat menetralisasi
tetapi memacu replikasi virus, dan (2) Antibodi yang dapat menetralisasi tetapi
memacu replikasi virus, dan (2) Antibodi yang dapat menetralisasi secara spesifik
tanpa disertai daya memacu replikasi virus. Perbedaann ini berdasarkan adanya
10
dan membedakan DBD dan DD ialah peningkatan permeabilitas dinding
hemoragik.2
Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji tourniquet positif, memar, dan
anggota gerak, muka, aksila seringkali ditemukan pada masa dini demam.Harus
diingat juga bahwa perdarahan dapat terjadi di setiap organ tubuh.Epitaksis dan
lebih jarang lagi dan biasanya timbul setelah renjatan yang tidak dapat diatasi.
kaki.2
keadaan umum tiba-tiba memburuk, hal ini biasanya terjadi pada saat atau setelah
demam menurun, yaitu diantara hari sakit ke 3-7.Hal ini dapat diterangkan dengan
tanda kegagalan peredaran darah, kulit teraba lembab dan dingin, sianosis sekitar
mulut, nadi menjadi cepat dan lembut.Anak tampak lesu, gelisah, dan secara cepat
masuk dalm fase syok.Pasien seringkali mengeluh nyeri di daerah perut sesaat
sebelum syok.2
kecil sampai tidak dapat teraba.Tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau
kurang dan tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau lebih rendah. Syok
harus segera diobati, apabila terlambat pasien dapat mengalami syok berat,
11
tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak dapat diraba. Tatalaksana syok
prognosis baik.2
dapat terjadi pula pada kasus derajat ringan meskipun tidak sehebat dalam kedaan
syok. Hasil laboratorium lain yang sering ditemukan ialah hipoproteinemia. Pada
bersifat sementara.2
2.1.7 Diagnosis
bentuk pendarahan lain, pembesaran hati, syok yang ditandai oleh nadi
lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun (< 20 mmHg), tekanan
menurun, disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada
ujung hidung, jari, kaki, pasien menjadi gelisah, dan timbul sianosis di
sekitar mulut.
12
Laboratorium : trombositopenia (<100.000/ul) dan hemokonsentrasi yang
a. Ananesis :
- Demam merupakan tanda utama, terjadi mendadak tinggi, selama 2-7 hari
- Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, nyeri otot, dan nyeri perut
mimisan
b. Pemeriksaan fisis :
- Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi, facial flush, muntah,
nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorokan dengan faring
pada DBD.
13
- Fase kritis hari ke 3-5 perjalanan penyakit. Pada saat ini suhu turun, yang
d. Pemeriksaan Penunjang
trombosit. Pada asupan darah perifer juga dapat dinilai limfosit darah biru,
- Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi dilakukan saat fase akut dan fase
konvalesens.
Pemeriksaan foto dada, dilakukan atas indikasi (1) dalam keadaan klinis
pemberian cairan.
14
USG : efusipluera, ascites, kelainan (penebalan) dinding vesica felea
Derajat Gejala
perdarahan lain.
gelisah.
Derajat IV Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur.
2.1.8 Tatalaksana
Pada awal perjalanan penyakit DBD tanda/ gejalanya tidak spesisifk, oleh
karena itu masyarakat diharapkan untuk waspada jika melihat tanda/ gejala yang
mungkin merupakan gejala awal perjalanan penyakit DBD .Tanda/ gejala awal
penyakit DBD ialah demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, teus-
dahulu adakah tanda kedaruratan yaitu tanda syok, muntah terus-menerus, kejang,
kesadaran menurun, muntah darah, berak hitam, maka pasien perlu dirawat
15
apabila trombosit <100.000 pasien diawat untuk observasi. Apabila uji tourniquet
postif dengan jumlah trombosit >100.000 atau normal atau uji tourniquet negative,
pasien boleh pulang dengan pesan untuk datang kembali setiap hari sampai suhu
turun.Nilai gejala klinis dan lakukan pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit setiap
kali selama anak masih demam. Bila terjadi penurunan kadar Hb dan atau
peningkatan kadar Ht, segera rawat. Bila klinis menunjukkan tanda-tanda syok
dianjurkan segera dibawa berobat ke dokter atau ke puskesmas, dan rumah sakit.2
16
Pasien dengan keluhan demam 2-7 hari, disertai uji tourniquet positif
(DBD derajat II) dapat dikelola seperti pada bagan dibawah.Apabila pasien masih
dapat minum, berikan minum banyak 1-2 liter/ hari atau 1 sendok makan setiap 5
menit. Jenis minuman yang dapat diberikan adalah air putih, the manis, sirup, jus
buah, susu atau oralit. Obat antipiretik diberikan bila suhu >38,5 oC.pada anak
dengan riwayat kejang dapat diberikan obat anti konvulsif. Apabila pasien tidak
dapat minum atau muntah terus-menerus, sebaiknya diberikan infuse NaCl 0,9% :
Dekstrosa 5% (1:3) dipasang dengan tetesan rumatan sesuai dengan berat badan.
17
Disamping itu, perlu dilakukan pemeriksaan Hb, Ht, dan trombosit setaip 6-12
jam.Pada tindak lanjut, perhatikan tanda syok, raba hati setiap hari untuk
mengetahui pmbesarannya oleh karena pembesaran hati yang disertai nyeri tekan
berhubungan dengan perdarahan saluran cernaa. Diuresis diukur tiap 24 jam dan
awasi perdarahan yang terjadi. Kadar Hb, Ht, dan trombosit diperiksa tiap 6-12
jam. Apabila pada tindak lanjut telah terjadi perbaikan klinis dan laboratories,
anak dapat dipulangkan: tetapi bila kadar Ht cenderung naik dan trombosit
menurun, maka infuse cairan ditukar dengan ringer laktat dan tetesan
disesuaikan.2
18
Pada DBD derajat II apabila dijumpai demam tinggi, terus-menerus selama
<7hari tanpa sebab yang luas, disertai tanda perdarahan spontan, disertai
19
saat pasien datang, berikan cairan kristaloid ringer laktat/Nacl 0,9% atau dekstrosa
20
Sindrom syok dengue ialah DBD dengan gejala gelisah, nafas cepat, nadi
teraba kecil, lembut atau tak teraba, tekanan nadi menyempit, bibir biru, tangan
(1) Segera beri infus kristaloid 20ml/kgBB secepatnya, dan oksigen 2 liter/menit.
Untuk DSS berat (DBD derjat IV, nadi tidak teraba dan tensi tidak terukur),
diberikan ringer laktat 20mL/kgBB bersama koloid. Observasi tensi dan nadi
tidap 15 menit hematokrit dan trombosit tiap 4-6 jam. Periksa elektrolit dan
gula darah.
(2) Apabila dalam waktu 30 menit syok belum teratasi, tetesan ringer laktat
darah, keadaan nadi tiap 15 menit, dan periksa hematokrit tiap 4-6 jam.
21
Pemilihan jenis dan volume cairan yang diperlukan tergantung dari umur
dan berat badan pasien, serta derajat kehilangan plasma sesuai dengan derajat
dengan berat badan ideal untuk anak umur yang sama, kebutuhan cairan rumatan
22
Berat Badan (kg) Jumlah Cairan (mL)
10 100 per kg BB
10-20 1000+ 50 x kg (diatas 10kg)
>20 1500+ 50 x kg (diatas 20kg)
Pasien harus dirawat dan segera diobati bila dijumpai tanda-tanda syok
yaitu gelisah, letargi/ lemah, ekstremitas dingin, bibir sianosis, oliguri, dan nadi
lemah, tekanan nadi menyempit (20mmHg atau kurang) atau hipotensi, dan
stabil, tiga hari setelah syok teratasi, jumlah trombosit >50.000 dan cenderung
menigkat, serta tidak dijumpai distress pernafasan (disebabkan oleh efusi pleura
atau asidosis).2
BAB III
TINJAUAN KASUS
23
3.1 Identitas Pasien
Nama : An. K
Umur : 9 tahun
selayan, Bukittinggi
3.2 Anamnesa
ini.
Demam sejak 5 hari ini, mimisan 1 sehari sebelum masuk rumah sakit,,
tidak mengalami batuk, tidak sakit tenggorokan, tidak pilek, gusi tidak berdarah,
tidak muntah, tidak mual serta buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)
pasien normal.
a. BCG : ada
24
b. Polio : ada
c. Hepatitis B : ada
d. Campak : ada
e. DPT : ada
Kelahiran normal dengan berat badan 3000 gram , panjang badan nya 39 cm.
a. Pemeriksaan fisik
Kesadaran : Composmentis
Suhu : 37oC
Berat Badan : 27 kg
b. Pemeriksaan Umum
(normal)
25
Abdomen : Distensi tidak ditemukan kelainan (normal), bising
(normal)
: Rendah
3.5 Diagnosa
3.6 PENATALAKSANAAN
26
27
3.7 Follow Up Pemakaian Obat
03 Agustus 2020 04 Agustus 2020 05 Agustus 2020 06 Agustus 2020 07 Agustus 2020 08 Agustus 2020
Nama Obat Reg 8 12 18 24 8 12 18 24 8 12 18 24 8 12 18 24 8 12 18 24 8 12 18 24
am am pm pm am am pm pm am am pm pm am am pm pm am am pm pm am am pm pm
Paracetamol 3x1
300 mg (PO)
Ringer Laktat 27
gtt/i
Infus
28
3.8 FOLLOW UP
27
Tanggal S O A P
03/08/20 Demam sejak 5 Kondisi umum (sakit Demam IVFD RL 63 tetes/ menit,
20 harisebelum sedang), suhu tubuh 37 berdarah Kontrol TTV/6 jam, Cek
o
dirawat, keluar C, nadi 95 dengue lab DL/6 jam, diet ML
bintik merah di x/menit,pernafasan 20x/ derajat II 1650 kkal, Siapkan
bagian lengan serta menit, BB 27 kg trombosit 10 unit, darah
mimisan sebelum segar 1 unit, Parasetamol
dirawat. 3x300 mg.
04/08/ Demam tidak ada Kondisi umum (sakit Demam IVFD RL 27 tetes/ menit,
2020 sedang), tekanan darah cek tanda Vital Sign/6 jam,
berdarah
90/70 mmHg, suhu diet Makan Lunak 1650
dengue
tubuh 36,3 oC, nadi 95 kkal, Parasetamol 3x300 mg.
x/menit,pernafasan 20x/ derajat II
menit, BB 27 kg, Hb
12,7, leukosit 2800 ,
Trombosit 21000/mm3,
Ht 38,2 Vol %
05/08/20 - Demam tidak ada Kondisi umum (sakit Perbaikan Terapi dilanjutkan
sedang), suhu tubuh
36,4oC, tekanan darah
90/62 mmhg, berat
badan 27 kg.- Hb 10,9,
leukosit 4800 ,
Trombosit 71000/mm3,
Ht 33,6 Vol %
06/08/20 Demam tidak ada Kondisi Umum Perbaikan Terapi dilanjutkan
(sedang), suhu tubuh
36,3oC, tekanan darah
28
100/60 mmHg.
Trombosit 117000/mm3,
BAB IV
DISKUSI
4.1. Drug Related Problem
29
Terdapat duplikasi terapi
- Tidak terdapat duplikasi terapi -
Pasien mendapatkan penanganan
terhadap efek samping yang Pasien tidak mendapatkan penanganan
- -
seharusnya dapat di cegah terhadap efek samping.
2. Kesalahan Obat
Bentuk sediaan sudah disesuaikan dengan
kondisi pasien ( Medscape )
1. Ringer Laktat diberikan secara IVFD -
Bentuk sediaan tidak tepat untuk mengembalikan keseimbangan
-
kadar elektrolit dalam tubuh secara cepat.
2. Parasetamol 300 mg tablet untuk
penggunaan secara peroral.
30
Obat tidak diindikasi untuk kondisi
Tidak ada obat yang tidak diindikasikan
pasien - -
untuk pasien.
badan 27 kg.
31
Paracetamol yang diterima pasien
Frekuensi pengguna tidak tepat - Frekuensi penggunaan sudah tepat 1. Terapi cairan RL pada
1. Infus Ringer Lactat 63 tetes/menit pasien DBD derajat II
2. Paracetamol 300 mg tablet 1 x1 yaitu 7 ml/kg bb/jam
(IDAI, 2008)
2. Dosis terapi
paracetamol yaitu
10mg/kg BB – 15
mg/kgBB)/sekali
pakai (IDAI, 2008)
32
-
Durasi penggunaan sudah tepat
- Paracetamol dapat diberikan sampai
Durasi penggunaan tidak tepat
- kondisi pasien tidak mengalami -
demam , dapat digunakan kapan
per,lu jika pasien demam
Penyimpanan obat sudah tepat, dimana obat
disimpan didalam tempat obat pasien,
menurut AHFS
Penyimpanan tidak tepat 1. Infuse RL dibawah suhu 300C, -
-
terlindung dari cahaya
2. Paracetamol tablet dibawah suhu
300C, terlindung dari cahaya
.
4. Reaksi Yang Tidak Diinginkan
33
Obat aman untuk pasien, pemberian
Obat tidak aman untuk pasien paracetamol dan Ringer lactate pada pasien -
-
sudah disesuaikan dengan dosis yang tepat
untuk pasien.
Tidak terjadi reaksi alergi, pasien tidak
Terjadi reaksi alergi
- memiliki riwayat alergi sehingga obat aman -
digunakan
Terjadi interaksi obat Tidak terjadi interaksi obat yang terlihat dari -
-
pasien.
Dosis obat dinaikan atau diturunkan -
Tidak ada dosis obat yang dinaikkan /
terlalu cepat -
diturunkan
Muncul efek yang tidak diinginkan Menurut pengamatan, tidak muncul efek
- -
yang tidak diinginkan.
Administrasi obat yang tidak tepat - Administrasi obat yang diberikan sudah -
tepat.
1. Ringer Laktat & diberikan secara IVFD
untuk mengembalikan keseimbangan
kadar elektrolit dalam tubuh secara cepat.
2. Paracetamol tablet diberikan secara
34
peroral karena kondisi pasien yang
masih bisa menelan
Pasien tidak bisa menelan obat atau Pasien mampu mengkonsumsi obat dengan
- -
menggunakan obat baik
Pasien tidak mengerti intruksi
Keluarga Pasien mengerti instruksi
penggunanan obat - -
penggunaan obat
35
6. Pasien Membutuhkan Terapi
Tambahan
Terdapat kondisi yang tidak diterapi Tidak ada kondisi yang tidak mendapatkan
- -
terapi
Pasien membutuhkan obat lain yang
Pasien tidak membutuhkan obat lain yang
sinergis - -
sinergis.
36
37
4.2 Perhitungan Dosis
Paracetamol2
Berat badan pasien 27 kg. Jadi dosis untuk anak berat badan 27 kg adalah :
10mg/kgBB X 27 kg = 270 mg
15 mg/kgBB X 27 kg = 405 mg
aman dan berada di rentang dosis anak dengan berat badan 27 kg.
Ringer Laktat2.
Terapi cairan RL pada pasien DBD derajat II yaitu 7 ml/kg bb/jam (IDAI,
2008).
Berat badan pasien 27 kg. Jadi, terapi cairan yang dibutuhkan untuk berat
badan 27 kg adalah :
Sehingga sudah sesuai untuk terapi cairan pada anak dengan berat badan
27 kg.
4.3 Pembahasan
melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada tanggal 03 Agustus 2020 pada pukul
11.50 WIB dengan keluhan utama demam sejak 5 hari ini, mimisan 1 kali sehari
sebelum masuk rumah sakit, tidak mengalami batuk, tidak sakit tenggorokan,
27
tidak pilek, gusi tidak berdarah, tidak muntah, tidak mual serta buang air besar
frekuensi nafas 20x/menit, suhu 370C, tekanan darah 90/60 mmHg. Terapi
Berdasarkan perhitungan terapi cairan untuk pasien DBD derajat II, dapat
Lalu pasien juga diberikan Paracetamol 300 mg (PO) 3x 1 Pada tanggal 3 Agustus
ruang anak dan diagnosa demam berdarah derajat II. Pada hasil pemeriksaan fisik
dan hasil labor pasien, kondisi pasien mengalami perbaikan, sehingga terapi
cairan pada pasien diberikan terapi IVFD RL 27 tetes/ menit. Hal ini sesuai
dengan perhitungan terapi cairan DBD derajat II jika kondisi pasien mengalami
bb/jam. Sehingga terapi cairan IVFD RL 27 tetes/ menit sudah sesuai untuk
Semua terapi obat yang diberikan kepada pasien sudah sesuai dengan indikasi
medis pasien, tidak ada terjadinya interaksi antara obat dan tidak adanya
28
menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan sehingga terapi obat aman
BAB V
5.1. Kesimpulan
Problem).
5.2. Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
30
Lampiran 1.
Parasetamol
Komposisi :
Parasetamol 500 mg
Indikasi:
1. Mengurangi nyeri pada kondisi: sakit kepala, nyeri otot, sakit gigi,
Kontraindikasi :
terhadap parasetamol
Efek Samping :
1. Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak
31
2. Gunakan parasetamol berdasarkan dosis yang dianjurkan oleh dokter.
32