Anda di halaman 1dari 5

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 1 NOMOR 3, AGUSTUS 2014

TINJAUAN PUSTAKA

Nyeri, Agitasi dan Delirium pada Pasien Kritis


di Intensive Care Unit (ICU)
Untung Widodo

I. Pendahuluan merupakan sebuah petanda beratnya kondisi


Nyeri yang didefinisikan sebagai pengalaman sakit dan petanda luaran yang buruk. (dalam On
subyektif sensasi tidak nyaman karena adanya Regimen in Acute Diseases part 11 ). Nyeri, agitasi
kerusakan atau potensial kerusakan jaringan dan delirium sering terjadi di ICU, kondisi ini tidak
dalam tubuh, pada pasien kritis di ICU bisa berupa hanya menunjukkan ketidak-nyamanan pasien
nyeri akut medik atau pembedahan (luka atau saja tetapi mempunyai efek yang membahayakan
trauma), ventilasi mekanik, pemasangan pipa terhadap pasien sendiri maupun staff ICU dan
endotrakhea, atau kateter urin, penghisapan mempunyai kontribusi terhadap buruknya luaran
secret, tekanan intracranial yang tinggi1 atau nyeri pasien, sehingga penting bagi para klinisi untuk
karena tindakan-tindakan keperawatan dengan dapat mengenali dan memenej nyeri, agitasi dan
bergeraknya tubuh pasien dan lain-lain 2. Nyeri delirium ini dengan baik.
dapat memicu terjadinya agitasi yang berupa
bangun dengan gerakan-gerakan berlebihan II. Epidemiologi
berulang-ulang yang non produktif. Sedangkan Prevalensi agitasi-delirium di ICU secara
agitasi sendiri menurut pengertian didefinisikan umum 31% dan 82 % pada pasien yang dibantu
sebagai gangguan psikomotor yang ditandai dengan ventilator. Prevalensi 77% pada pasien luka
dengan peningkatan yang nyata aktivitas motorik bakar dengan ventilator3,5. Pada pasien-pasien tua
dan psikologis yang biasanya berupa bangun lebih banyak yang tipe hipoaktif, dan mempunyai
gelisah dan iritabel dengan gerakan-gerakan prognosis yang lebih buruk.6.7
seperti tersebut di atas yang biasanya akibat
dari sensasi internal ketidak nyamanan atau III. Etiologi
ketegangan psikologis dan ini sering berkaitan Mnemonic “I WATCH DEATH” merupakan
dengan kecemasan atau delirium. Delirium adalah proses yang paling sering berkaitan dengan
gangguan kesadaran akut yang berupa kurang delirium di ICU. Kepanjangan dari akronim tersebut
perhatian atau perhatian tidak focus ( inatten- adalah :
tion ), fikiran tidak tertata dan gangguan persepsi
yang berubah-ubah dalam waktu yang singkat.3 I : Infections, pneumonia, infeksi saluran
Delirium adalah suatu manifestasi neuropsikiatrik kencing, enkefalitis, meningitis, sifilis
dari gangguan sistemik, dan barangkali delirium W : Withdrawal, alcohol dan sedative-
adalah penyebab agitasi yang paling sering di hipnotika, juga withdrawal dari nicotine8.
rumah sakit pada umumnya, terutama di ICU.4 A : Acute metabolic, asidosis, alkalosis,
Empat ratus tahun sebelum masehi gangguan elektrolit, gagal hepar, gagal
Hippocrates5 telah menyebutkan bahwa agitasi ginjal

51
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 1 Nomor 3, Agustus 2014

T : Trauma, heat stroke, luka bakar, hipoksik pada neuron dopaminergik)3,


4
postoperative state. . Pada pasien dengan sepsis berat dan
C : Central nervous system pathology, shock septik yang disertai delirium terjadi
abcess, tumor, perdarahana, kejang, gangguan autoregulasi serebrovaskuler,
stroke, ini dapat dideteksi dengan Doppler
vaskilitis, hidrosefalus dengan tekanan sonografi.9
normal 2. Mediator inflamasi, mediator inflamasi
H : Hypoxia, hipotensi, emboli paru-paru, seperti TNF- , IL-1, dan lainlain sitokin dan
gagal paru dan gagal jantung, anemia, kemokin mempunyai kontribusi dalam
keracunan CO. proses patologi kerusakan endothelial,
D : Deficiencies, vitamin B12, niacin, tiamin. pembentukan thrombin dan disfungsi
E : Endocrinopathies, hiper-hipoglikemia, mikrovaskuler dalam system saraf pusat
hiper-hipoadrenalism, hiper-hipotiroi- dan berkontribusi untuk terjadinya
dism, Hiper-hipoparatiroidism. delirium.3
A : Acute vascular, ensefalopati hipertensif, 3. Ganguan metabolism oksidatif. Menurut
shock. hipotesis ini bahwa delirium diakibatkan
T : Toxin and drugs, medikasi, penyalah- oleh insufisiensi serebral yang terjadi
gunaan obat, pestisida, bahan pelarut secara sekunder dari gangguan oksidatif.
H : Heavy metals, Lead, manganese, mercuri 4. Tingginya asam amino netral. Peningkatan
ambilan (uptake) triptofan dan tirosin oleh
IV. Patofisiologilogi sel-sel otak maka akan meningkatkan
Ada 4 hipotesis untuk menerangkan kadar serotonin, dopamine dan nor-
patofisiologi terjadinya Delirium pada pasien- epinefrin dalan system saraf pusat. Peru-
pasien kritis : bahan ketersediaan asam-asam amino ini
1. Delirium terjadi apabila ada gangguan meningkatkan risiki terjadinya delirium3.
structural (anatomis) atau neurokimiawi
pada pusat saraf yang bertanggung V. Faktor Risiko
jawab pada kesadaran dan perhatian, Ada tiga kelompok factor risiko terjadinya
pusat kesadaran yaitu ascending delirium-agitasi pada pasien-asien di ICU :
reticular activating system (RAS) dan 1. Sifat sakit ( acute physiologic of illness) :
proyeksi bilateral pada thalamus, hiper-hiponatremia, hiper-hipoglikemia,
sedang perhatian merupakan fungsi dari hiper-hipotiroidism, hiper-hipotermia,
input neurocortical dan limbic ke sistem BUN/Creatinin ratio 18, gagal ginjal,
tersebut. Neurotransmitter primer patologi hepar, shock kardiogenik,
dalam RAS adalah asetilkolin, sehingga hipoksia.
medikasi misalnya obat-obat yang 2. Kondisi yang ada sebelumnya (chronic
berefek antikolinergik, atau kondisi yang physiologic of illness) : umur > 70 th,
mengganggu konsentrasi asetilkolin pindah dari rawat rumah, riwayat-riwayat:
di pusat tersebut dapat menyebabkan depressi, dementia, stroke, kejang,
munculnya delirium. Neurotransmitter pemabuk (alcohol), overdosis obat, gagal
lain (dopamine) merupakan fasilitator jantung, HIV, dan malnutrisi
efek eksitasi neuron dalam system 3. Lingkungan (iatrogenic): Pemberian obat
saraf pusat pada mekanisme terjadinya psikoaktif, nutrisi melalui pipa (NGT),
agitasi, yang mana pelepasan dopamine terpasangnya kateter urin atau kateter
akan meningkat pada adanya gangguan rectal, kateter vena sentral, pengekangan
metabolism oksidatif (misalnya kondisi fisik.

52
Nyeri, Agitasi dan Delirium pada Pasien Kritis ...

Kebanyakan pasien yang mengalami delirium fenotiazin, klorpromazin, flufenazin,


merupakan tipe hipoaktif, meskipun demikian tioridazin, mesoridazin, perfenazin
dapat dengan cepat atau tak terduga berkembang dan trifluoroperazin. Dalam literatur
menjadi agitasi akut4. disebutkan haloperidol dosis
rendah (1 mg / 8 jam) efektif untuk
VI. Diagnosis menghilangkan gejala delirium pada
Diagnosis ditegakkan berdasar penampilan pasien kritis12. Perbaikan dalam
klinis (diagnosis kllinis adanya agitasi-delirium, memenej sedasi dapat memperbaiki
yaitu kondisi bangun gelisah dengan gerakan- kualitas pengelolaan pasien-psien
gerakan non produktif yang berulang-ulang). Pada dengan ventilator di ICU 13.
kasus yang meragukan EEG bisa membantu dengan - Generasi dua neuroleptika :
data obyektif untuk mendiagnosis Delirium, tetapi risperidone, olanzapine, quetiapine,
akurasi diagnistik EEG jhanya sebesar 75 %, ini ziprasidone dan aripiprazole. Dalam
berupa pelambatan gelombang delta-theta range, satu laporan kasus disebutkan bahwa
organisasi yang jelek dari irama background, dan quetiapine dapat menurunkan
hilangnya perubahan reaktif terhadap buka mata. lamanya delirium pada kasus-kasus
Ada tiga tipe delirium di ICU yaitu hiperaktif, delirium hiperaktif yang membandel
hipoaktif dan mixed/campuran. dan delirium tipe campuran pada
SCCM (Society of Critical Care Medicine) pasien kritis 14. Loxapine juga
merekomendasikan untuk secara rutin memonitor dilaporkan aman dan efektif
nyeri (pain), agitasi dan delirium pada pasien pasien untuk menenangkan agitasi pada
di ICU, banyak alat (tool), untuk melakukannya sekelompok kecil pasien-pasien
diantaranya adalah : skala Ramsay, Riker dengan ventilator yang mengalami
Sedation-Agitation Scale (SAS), The Motor Activity delirium 15.
Assessment Scale (MAAS), the Richmond Agitation- - Dexmedetomidin, sebagai agonis
Sedation Scale (RASS), the Adaption to Intensive selektif reseptor 2
-adrenergik
Care Environment (ATICE) scale, the Minnesota yang digunakan untuk sedatif dan
Sedation Assesment Tool (MSAT). Alat yang baru analgetik efektif dalam menurunkan
dikembangkan : the Confusion Assessment Method insiden delirium di ICU dan mencegah
for the ICU (CAM-ICU), the Intensive Care Delirium terjadinya delirium pada pasien-
Screening Checklist (ICDSC), dan the Neelon and pasien pasca operasi 16, bahkan lebih
Champagne NEECHAM) Confusion Scale.3,4,6, 10 . baik daripada haloperidol. 17.
b. Non Farmakologis :
VII. Manajemen Delirium di ICU Disamping obat-obat sedative pasien
a. Farmakologis : tetap memerlukan perlakuan lain yang
- Untuk mencegah supaya nyeri diperlukan untuk melindungi pasien sendiri
dan cemas tidak berkembang dan staf ICU, yaitu dengan menggunakan
menjadi delirium dan agitasi, maka alat-alat pengaman, pagar bed, kaki tangan
pasien=pasien kritis di ICU perlu diberi diikat dengan pengikat lunak, atau badan
analgetika dan sedative 11. diikat dengan pengikat lunak dengan bed3,4,6.
- Bila delirium disebabkan oleh Hal-hal yang mengganggu kenyamanan
toksisitas antikolinergik, maka perlu diminimalkan, antara laian : suasana
obatnya adlah fisostigmin. Untuk dibuat tenang, tidak bising, paparan cahaya
kasus pada umumnya digunakan dibuat natural seperti siang-malam, sesedikit
antagonis reseptor dopamine, yaitu mungkin paparan cahaya artefisial pada
neuroleptika haloperidol, droperidol, malam hari, gangguan tidur juga harus

53
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 1 Nomor 3, Agustus 2014

diminimalkan 18, optimalisasi suhu kamar, dan Philadelpia, 2012, hal:206-217


komunikasi yang baik dengan pasien 4,6. 2. de Jong,A., Molinari,N., de Lattre,S, Gniadek,
C., Carr,J., Conseil, M., Susbielles, M.P, Jung,B.,
VIII. Prognosis Jaber,S., and Chanques, G., Decreasing severe
Gelisah dan agitasi di ICU merupakan prediktor pain and serious adverse events while moving
terjadinya autoekstubasi yang mengakibatkan intensive care unit patients: a prospective
trauma pada laring dan plika voklais, emesis, interventional study (the NURSE-DO project),
aspirasi, aritmia respiratory arrest dan kematian4 Critical Care 2013, 17:R74, hal 1-13.
Luaran pasien yang mengalami delirium di 3. Banerjee, A, Ely, E.W., Pandharipande, P.P.,
ICU menunjukkan peningkatan mortalitas 3,2 Agitation and Delirium dalam Texbook of
kali pada evaluasi mortalitas setelah 6 bulan, Critical Care 6th Edition, editor : Vincent, J.L. et
dan meningkatkan atau memperlama hari al, Elsevier, Philadelpia, 2011, hal : 7-10
perawatan di rumah sakit (LOS, hospital length of 4. Caplan, J.P., Diagnosis and treatment of
stay) 2 kali, buruknya prognosis juga tergantung agitation and delirium in the intensive care
lamanya delirium yang dialami, ada dose response unit patient dalam Irwin & Rippe’s Intensive
increase mortalitas dengan lamanya delirium. Care Medicine 7th Ed. editor: Irwin, R.S. dan
Pasien dengan delirium 1 hari mempunyai Rippe, J.M., Wolter Kluwer Lippincott Williams
kemungkinan meninggal 14,5 kali, delirium 3 & Wilkins, Philadelpia, 2012, hal:2073-2080
hari lebih kemungkinan meninggal 39 kali pada 5. Hippocrates : On Regimen in Acute Diseases
hari ke 30. Dan umumnya pada survivor (pasien (part 11) dalam Adams, F (penterjemah) : The
yang selamat) diikuti dengan penurunan kogninif Internet Classic Archive at : http//classic.mit.
yang dinilai setelah satu tahun 6, 19. Diberikannya edu/Hippocrates/acutedis.html. Accessed
intervensi psikologis (dan lain non farmakologis) November 8, 2013
dan farmakologis dapat menurunkan buruknya 6. Cavallazzi, R.,Saad, M., dan Marik, P.E., Delirium
luaran pasien.20. in the ICU : An Overview, Annals of Intensive
Care, http//:www.annalsofintensivecare.com/
IX. Simpulan content/2/1/49, 2012, hal 2-49
Nyeri pada pasien-pasien kritis dapat memicu 7. Girard, T.D., Pandharipande, P.P., and Ely,
terjadinya delirium dan agitasi yang banyak terjadi E.W., Review Delirium in the Intensive Care
di ICU. Delirium merupakan penyebab paling Unit, Critical Care, 2008, 12 (suppl 3):S3
sering terjadinya agitasi pasien-pasien di ICU, dan (doi:10.1186/cc6149)
merupakan petanda beratnya gangguan sistemik 8. Lucidarne, O., Seguin, A., Doubin, C., Ramaker,
yang dialami, serta mempunyai luaran yang buruk. M., Terzi, N., Beck, P., Charbonneau, P., and
Evaluasi yang cermat diperlukan untuk mencari du Cheyton, D., Nicotine Withdrawal and
kausanya yang mungkin. Dan kemudian dilakukan Agitation in Ventilated Critically Ill Patients,
manajemen farmakologis dan non farmakologis Critical Care 2010, 14:R58
yang tepat dan efisien, disamping tentunya 9. Schramm, P., Klein, K.U., Falkenberg, L.,
dilakukan terapi dan support intensif bagi critical Ill Berres, M., Closhen, D., Werhahn, K.J., David,
nya. M., Werner, C., and Engelhard, K., Impaired
cerebrovascular autoregulation in patients
Daftar Pustaka : with severe sepsis and sepsis-associated
1. Dagal, A., DePinto, M.,Edward, T., delirium, Critical Care 2012, 16:R181
Management of Pain in the Critically Ill Patient 10. Sessler, C.N., Grap, M.J. and Ramsay, M.AE.,
dalam Irwin & Rippe’s Intensive Care Medicine Review Evaluating and monitoring analgesia
7th Ed. editor: Irwin, R.S. dan Rippe, J.M., and sedation in the intensive care unit, Critical
Wolter Kluwer Lippincott Williams & Wilkins, Care , 2008, 12 (suppl 3):S2

54
Nyeri, Agitasi dan Delirium pada Pasien Kritis ...

11. Sessler, C.N. and Wilhelm, W., Introduction 17. Reade, M.C., O’Sullivan, K., Bates, S.,,
Analgesia and sedation in the intensive care Goldsmith, D., Ainslie, W.RSTJ. and Bellomo,
unit: an overview of the issues, Critical Care, R., Dexmedetomidine vs. haloperidol in
2008, 12 (suppl 3) : S1 delirious, agitated, intubated patients: a
12. van den Boogaard, M., Schoonhoven, L., randomised open-label trial, Critical Care,
van Achterberg, T., van der Hoeven, J.G. and 2009, 13:R75.
Pickkers, P., Haloperidol prophylaxis in critically 18. Weinhouse, G.L., Schwab, R.J., Watson, P.L.,
ill patients with a high risk for delirium, Critical Patil, N., Vaccaro, B., Pandharipande, P. and
Care, 2013, 17:R9 Ely, E.W., Review Bench-to-bedside review:
13. Jackson, D.L., Proudfoot, C.W., Cann, K.F, Delirium in ICU patients – importance of sleep
and Walsh, T.S., The incidence of sub-optimal deprivation, Critical Care, 2009, 13:234.
sedation in the ICU: a systematic review, 19. Pandharipande,P.P., Girard, T.D., Jackson,
Critical Care, 2009, 13:R204 J.C., Morandi, A., Thompson, J.L., Pun, B.T.,
14. Wan, R.Y.Y., Kasliwal, M., McKenzie, C.A., Brummel, N.E., Hughes, C.G., Vasilevskis, E.E.,
and Barrett, N.A., Quetiapine in refractory Shintani, A.K., Moons, K.G., Geevarghese,
hyperactive and mixed intensive care delirium: S.K., Canonico, A., Hopkins, R.O., Bernard,
a case series, Critical Care, 2011, 15:R159 G.R., Dittus, R.S., and Ely, E.W., for the BRAIN-
15. Sztrymf, B., Chevrel, G., Bertrand, F., Margetis, ICU Study Investigators, Long-Term Cognitive
D., Hurel, D., Ricard, J.D. and Dreyfuss, D., Impairment after Critical Illness, N. Engl. J.
Beneficial e ects of loxapine on agitation Med.,2013;369:1306-1316.
and breathing patterns during weaning from 20. Wade1, D.M., Howell, D.C., Weinman, J.A.,
mechanical ventilation, Critical Care, 2010, Hardy, R.J., Mythen, M.G., Brewin, C.R.,
14:R86. Boluda, S.B., Matejowsky, C.F. and Raine, R.A.,
16. Zhang, H., Lu, Y., Liu, M., Zou, Z., Wang, L., Xu, Investigating risk factors for psychological
F.Y. and Shi, X.Y., Strategies for prevention of morbidity three months after intensive care:
postoperative delirium: a systematic review a prospective cohort study, Critical Care, 2012,
and meta-analysis of randomized trials, Critical 16:R192
Care, 2013, 17: R47

55

Anda mungkin juga menyukai