4.Buatlah sebuah garis vektor yang dimulai dari titik tangkap kedua vektor
(a dan c) dan berakhir diperpotongan 2 garis yang sejajar tadi seperti pada
langkah 3. Vektor ini merupakan resultan dari penjumlahan a + c.
3.Buatlah garis yang sejajar dengan vektor a yang dimulai dari ujung vektor –c.
kemudian garis yang sejajar dengan vektor –c yang dimulai dari ujung
vektor a sehingga membentuk jajargenjang.
4.Buatlah sebuah vektor yang dimulai dari titik tangkap kedua vektor (a dan –c)
dan berakhir diperpotongan 2 garis yang sejajar tadi seperti pada langkah 3.
Vektor ini merupakan resultan dari selisih a – c.
Itu tadi cara menentukan resultan vektor dengan menggunakan metode
jajargenjang. Pada artikel ini hanya membahas cara melukiskan resultan dari 2
vektor saja menggunakan metode ini. Untuk melukiskan resultan lebih dari 2
vektor silahkan baca artikel tentang cara melukiskan resultan 5 vektor dengan
metode jajargenjang.
5.Gambarlah sebuah vektor yang dimulai dari titik tangkap atau pangkal
vektor a dan berakhir di ujung vektor d. Vektor ini merupakan resultan dari
penjumlahan vektor a + c + b + d.
#2 Pengurangan/Selisih Vektor dengan Metode Poligon
Untuk pengurangan vektor menggunakan metode poligon caranya sama persis
dengan pengurangan vektor menggunakan metode segitiga. Kita hanya perlu
membalik arah salah satu atau lebih vektor 180 (searah jarum jam)
o
Coba kalian cermati hasil akhir dari penjumlahan dan pengurangan resultan
dengan metode poligon tersebut. Kenapa resultan a + c + b + d lebih kecil dari
resultan a + c – b – d? karena pada dasarnya selisih vektor adalah penjumlahan
vektor dengan arah yang berlawanan. Jadi tanda minus (−) pada vektor bukan
menunjukkan nilai tetapi menunjukkan arahnya sehingga tidak mempengaruhi
besar kecilnya resultan vektor.
Sebelum Anda memulai materi ini, Anda harus tahu bagaimana teknik dasar
dalam menguraikan vektor menjadi komponen-komponennya. Oleh karena itu,
sebaiknya Anda pelajari dahulu cara mudah menguraikan vektor menjadi
vektor komponennya. Atau jika Anda sudah paham, langsung saja mulai dari
sini.
Vektor Komponen adalah hasil proyeksi suatu vektor terhadap sumbu X dan
sumbu Y bidang Cartesius yang saling tegak lurus.
Bagaimana Cara Menjumlahkan atau Mengurangkan
Vektor dengan Metode Analisis?
Di dalam menentukan besar dan juga arah vektor resultan, vektor komponen
menjadi sangat penting untuk dipahami agar dalam menggambarkan vektor
komponen tersebut tidak terjadi kesalahan. Karena salah menggambarkan
arah saja bisa berbeda hasil resultannya.
dan c ).
Y
C.Karena vektor c berhimpit pada sumbu Y maka vektor c tidak memiliki
vektor komponen pada sumbu X dan komponen vektor pada
sumbu Y yaitu c = c. Kemudian setelah vektor komponen terbentuk, jumlahkan
y
ΣR = a - b
X X X
ΣR = a + b + c
Y Y Y
Dari kedua persamaan tersebut, besar resultan vektor dapat dicari dengan
rumus:
ΣR = a - b
X X X
ΣR = a + b – c
Y Y Y
F = F cos α
1X 1 1 F = F sin α
1Y 1 1
F = F cos α
2X 2 2 F = F sin α
2Y 2 2
F = F cos α
3X 3 2 F = F sin α
3Y 3 2
Secara umum, jika sebanyak n buah vektor bekerja pada satu bidang datar
membentuk sudut sebanyak n buah αterhadap sumbu X, maka rumus
resultan vektor komponen pada sumbu X dan Y adalah sebagai berikut:
Perlu kalian ingat bahwa dalam memindahkan pangkal vektor ke ujung yang
lain jangan mengubah besar dan arah vektornya, yang artinya panjang dan
arah anak panah harus tetap. Dari gambar di atas, kita dapat menuliskan
persamaa resultan hasil penjumlahan vektor A, B, C dan D adalah sebagai
berikut:
E = A + B + C + D …….….. pers. (1)
A = E − B − C − D ….…….. pers. (2)
A + B = E − C − D ….…….. pers. (3)
A + B + C = E − D ….…….. pers. (4)
E adalah vektor resultan dari penjumlahan vektor A, B, C dan D. Sama seperti
pada metode segitiga, untuk menentukan vektor mana yang termasuk resultan
dari penjumlahan beberapa vektor pada metode poligon, kita dapat
menggunakan trik berikut ini.
Vektor Resultan = ujung bertemu ujung dan pangkal bertemu
pangkal
Jadi pada metode poligon, untuk menentukan vektor mana yang termasuk
resultan adalah dengan melihat ujung dan pangkal vektor-vektor. jika ada
sebuah vektor yang ujungnya bertemu dengan ujung vektor yang lain dan
pangkal vektor tersebut bertemu dengan pangkal vektor yang lain maka vektor
itu adalah vektor resultan.
PERKALIAN VEKTOR
Perkalian vektor sebenarnya ada tiga jenis yaitu perkalian vektor dengan
skalar, perkalian titik, dan perkalian silang. Nah, pada kesempatan kali ini kita
akan mempelajari beberapa contoh soal tentang perkalian vektor silang (cross
product). Namun sebelum itu, kita ulas sedikit mengenai konsep perkalian
silang vektor berikut ini.
Sudut antara vektor satuan i dan i adalah 0 maka (i) (i) cos 0 = 1, sedangkan
o o
sudut antara vektor satuan i dan j adalah 90 maka (i) (j) cos 90 = 0. Ketentuan
o o
ini memenuhi sifat perkalian titik sesama vektor. Secara matematis, perkalian
titik vektor A dan B dapat diperoleh sebagai berikut.
A . B = (A i + A j + A k) . (B i + B j + B k)
x y z x y z
A . B = A B + A B + A B
x x y y z z
Contoh Soal:
Vektor gaya dan perpindahan mempunya persamaan F = (i + j + k) N dan s = (3i
+ 4j + 6k) m. tentukan usaha yang dilakukan oleh gaya!
Penyelesaian:
Diketahui:
F = (i + j + k)
s = (3i + 4j + 6k)
ditanya: usaha (W)
Jawab:
Usaha merupakan hasil perkalian titik antara gaya dengan perpindahan, jadi
W=F.s
W = (i + j + k) . (3i + 4j + 6k)
W = (1)(3) + (1)(4) + (1)(6)
W=3+4+6
W = 13
Jadi usaha yang dilakukan oleh gaya tersebut adalah 13 joule.
2. Balok yang berada pada bidang datar licin ditarik oleh gaya 200 N dengan
arah membentuk sudut 60 terhadap arah horizontal seperti pada gambar di
o
bawah ini.
Pada saat balok berpindah 8 m maka tentukan usaha yang dilakukan oleh gaya
F.
Penyelesaian:
Usaha dapat didefinisikan sebagai perkalian titik gaya yang bekerja selama
perpindahannya dengan perpindahannya tersebut. Berarti dapat diperoleh
hubungan sebagai berikut.
W=F.s
W = |F||s| cos 60 o
W = (200)(8)( / ) 1
2
W = 800 joule
Usaha merupakan besaran skalar.
|a| = √(16 + 9 + 1)
|a| = √26
|b| = √(1 + 4 + 9)
|b| = √14
Jawab:
a) a . b = |a||b| cos γ
⇒ a . b = (3)(4) cos 90 o
⇒ a . b = (12)(0)
⇒ a . b = 0
⇒ a . c = (15)(- / )
3
5
⇒ a . c = -9
⇒ b . c = (20)(- / )
4
5
⇒ b . c = -16
6. Diketahui tiga vektor berikut.
x = 2i + 3j
y = 3i + 2j
z=i+j+k
Hitunglah:
a) x . x
b) (x + y) . z
Jawab:
a) x . x = (2i + 3j) . (3i + 2j)
⇒ x . x = (2)(3) + (3)(2)
⇒ x . x = 6 + 6
⇒ x . x = 12
Hasil dari perkalian titik adalah sebuah skalar, sedangkan hasil dari perkalian
silang adalah sebuah vektor lain (misal C) yang mempunyai arah tegak lurus
pada bidang yang dibentuk oleh A dan B. Arah vektor C adalah sesuai dengan
aturan atau kaidah tangan kanan di mana ujung vektor A menuju ujung vektor
B searah dengan lipatan keempat jari ketika arah jempol menunjukkan arah
A × B. Perhatikan gambar di bawah ini.
Pada perkalian silang vektor, tidak berlaku sifat komutatif sehingga
A × B ≠ B × A. Akan tetapi, berlaku sifat anti-komutatif, yaitu A × B = −B × A.
Untuk menentukan nilai resultan vektor dan persamaan perkalian vektor,
dapat digunakan sifat-sifat perkalian silang sesama satuan, antara lain:
■ Perkalian silang antara dua vektor satuan yang sama besar dan searah
bernilai nol.
■ Perkalian antara dua vektor satuan yang berbeda akan bernilai positif jika
searah jarum jam, sebaliknya akan bernilai negatif jika arahnya berlawanan
dengan arah jarum jam.
Agar lebih mudah memahami sifat tersebut, perhatikan siklus perkalian silang
berikut ini.
Dari sifat-sifat perkalian silang vektor satuan di atas, kita dapat menentukan
besar dan arah vektor dari hasil perkalian silang A dan B. Jika vektor A
dinyatakan dengan persamaan A = A i + A j + A k dan vektor B yang dinyatakan x y z
berikut.
A × B = (A i + A j + A k) × (B i + B j + B k)
x y z x y z
+ Ak × Bi + Ak × Bj + Ak × Bk
z x z y z z
Ak ×Bj+0
z y
A × B = Ai ×Bj +Ai ×Bk +Aj × Bi +Aj × Bk +Ak × Bi +Ak ×Bj
x y x z y x y z z x z y
A × B = (A B - A B )i + (A B - A B )j + (A B - A B )k
y z z y z x x z x y y x
Cara lain yang lebih sederhana untuk mengingat rumus perkalian silang dua
vektor satuan A dan B, yaitu dengan menggunakan metode determinan. Untuk
determinan matriks 3 × 3, dapat digunakan metode berikut ini.
B
A × = (A B – A B )i + (A B – A B )j + (A B – A B )k
y z z y z x x z x y y x
A × B = C
|A × B| = AB sin α
Keterangan:
α = sudut yang dibentuk oleh vektor A dan B dengan 0o ≤ 𝛼 ≤ 180o
C = vektor lain hasil perkalian silang antara vektor A dan B
|A x B| = besar vektor hasil perkalian silang antara vektor A dan B
Arah vektor C hasil perkalian B terhadap A atau kita tulis sebagai C = B× A
adalah tegak lurus ke bawah menembus bidang yang dibentuk vektor A dan B.
Perkalian vektor B × A ditunjukkan pada arah lipatan empat jari dari gengaman
tangan kanan yang dibalik ke bawah yang menunjukkan arah dari B ke A. Dan
ibu jari menunjukkan arah vektor C hasil perkalian antara vektor B terhadap A.
Di dalam perkalian silang (cross product) antara dua vektor ada beberapa point
penting yang perlu kalian ingat. Point-point penting tersebut adalah sebagai
berikut.
1 Pada perkalian silang tidak berlaku sifat komutatif sehingga
A x B ≠ B x A
2 Pada perkalian silang berlaku sifat anti komutatif yaitu
A x B = - B x A
3 Jika kedua vektor A dan B saling tegak lurus (𝛼 = 90 ) maka o
|A x B| = AB → sin 90 = 1 o
|A x B| = 0 → sin 0 = 0
o
|A x B| = 0 → sin 180 = 0o
Dan konsep yang kedua adalah perkalian silang antara vektor satuan yang tidak
sejenis (ex. i × j), dimana hasil dapat ditentukan dengan menggunakan siklus
perkalian silang vektor satuan seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut
ini.
Dengan menggunakan konsep perkalian silang antara vektor satuan sejenis dan
juga siklus perkalian silang di atas, kita dapat menentukan hasil perkalian silang
dua vektor satuan dengan sangat mudah. Misalkan terdapat dua vektor berikut
ini.
A = A i + A j + A k
x y z
A × B = A i x B i + A i x B j + A i x B k + A j x B i + A j x B j + A j x B k + A kx B
x x x y x z y x y y y z z
A × B = 0 + A i x B j + A i x B k + A j x B i + 0 + A j x B k + A k x B i + A k xB j +
x y x z y x y z z x z y
A × B = A i x B j + A i x B k + A j x B i + A j x B k + A k x B i + A k x B j
x y x z y x y z z x z y
Dengan demikian, dapat kita simpulkan bahwa hasil perkalian silang antara dua
vektor satuan dalam sistem koordinat tiga dimensi (x,y,z)adalah sebagai
berikut:
A = A i + A j + A k
x y z
B = B i + B j + B k
x y z
maka
Jika kalian masih merasa kesulitan dalam menghitung perkalian silang vektor
satuan dengan menggunakan siklus di atas, ada cara lain yang lebih mudah dan
simple dalam mencari hasil perkalian silang dua vektor satuan. Cara tersebut
adalah dengan menggunakan metode determinan. Dengan menggunakan
metode ini, kalian tidak perlu repot-repot menghafal rumus di atas. Perhatikan
bagan berikut ini.
Bagaimana? Lebih simple dan mudah dengan metode determinan bukan? Cara
ini merupakan cara yang paling efektif dan efisien dalam menghitung perkalian
silang dua vektor satuan.
A × B ≠ B × A
Perkalian silang memiliki sifat asosiatif, yaitu
k(A × B) = (kA) × B = A × (kB)
Dan terakhir, perkalian silang memiliki sifat distributif, yaiut
A × (B + C) = (A × B) + (A × C)
(A + B) × C = (A × C) + (B × C)
Contoh Soal Perkalian Silang Dua Vektor dan
Pembahasan
Untuk lebih memahami penerapan rumus perkalian silang dua buah vektor,
silahkan kalian pahami beberapa contoh soal perkalian silang dua buah vektor
beserta pembahasannya berikut ini.
Contoh Soal #1
mengapit sudut 30° satu dengan lain. Tentukan hasil perkalian silang
vektor A dan B.
Penyelesaian:
A × B = AB sin α
A × B = 10 N. 20 cm . ½
A × B = 100 Nm