Anda di halaman 1dari 2

Nama: Bhakti Anggoro

Review Materi 4 TK1JS 2020


Sejarah, Nilai, dan Peran
A. Sejarah Jamaah Shalahuddin
Sejarah awal terbentuknya Jamaah Shalahuddin di Gelanggang pada bulan Ramadhan 1976
ada lima tokoh perintis yaitu Mushlich Zainal Arifin (Teknik Sipil), Ahmad Lukman Ahmad
Farani (Teknik Arsitektur), Ahmad Lukman (Teknik Arsitektur) Muhammad Thoyibi
(Kedokteran), Ahmad Samhari Baswedan (Kedokteran). Muncul karena keinginan mengadakan
Gerakan Dakwah Kampus yang modern mementingkan persamaan dan mengedepankan
kolaborasi dengan berbagai elemen baik di lingkungan kampus maupun di luar lingkungan
kampus. Awal mulanya mengadakan Jumatan di gelanggang kemudian menjadi ramai jamaah
sehingga juga mengadakan acara tarawih di bulan Ramadhan kala itu. Pada awal-awal
terbentuknya Jamaah Shalahuddin kolaborasi sangat erat dengan seluruh civitas akademika
kampus seperti dosen-dosen bahkan pejabat di kampus seperti rektor sehingga agenda Jamaah
Shalahuddin mendapatkan dukungan dari pihak rektorat. Selain itu, Jamaah Shalahuddin juga
berkolaborasi dengan mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi di Yogyakarta dalam berbagai
kegiatan yang menarik salah satunya adalah buka bersama dengan mengajak pula umat agama
lainnya untuk menikmati makanan buka bersama untuk meningkatkan toleransi dan persaudaraan
antar umat beragama.
Pada era Soeharto, risiko dalam organisasi sangat berbahaya ketika dapat mengumpulkan
massa dalam jumlah banyak sehingga pemerintah berusaha mengontrol dengan datang ke UGM
mengawasi gerakan dakwah agar tidak mengganggu pemerintahan Soeharto. Hal tersebut tidak
lepas dari peran Jamaah Shalahuddin yang pada saat itu seolah memiliki jamaah yang berasal
dari berbagai daerah di Yogyakarta sehingga Jamaah Shalahuddin bukan sekadar organisasi
mahasiswa semata namun juga dimiliki oleh masyarakat Yogyakarta secara luas. Kondisi politik
yang saat itu cenderung otoriter melihat hal tersebut sebagai sebuah ancaman sehingga
pemerintah mengawasi gerakan tersebut. Pemimpin dalam organisasi Jamaah Shalahuddin juga
berisiko karena sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap organisasi tersebut.
Ramadhan in Kampus, Ramadhan di Kampung, Ramadhan di Kampus
B. Nilai-Nilai Jamaah Shalahuddin
Nilai-nilai yang dianut dalam dakwah:
a. Mencari persamaan bukan mencari perbedaan
Persamaan menjadi dasar untuk menciptakan persatuan sementara itu perbedaan juga
tidak menghalangi untuk bersatu sehingga akan lebih baik jika kita mencari persamaan-
persamaan untuk bersatu dibandingkan mencari-cari perbedaan untuk kemudian justru
malah menjadi konflik
b. Bangga apa yang kita miliki
Harus merasa bersyukur dengan apa yang dimiliki dalam organisasi Jamaah Shalahuddin
baik berupa sarana-prasarana penunjang aktivitas organisasi maupun SDM dan berusaha
memanfaatkan serta memberdayakan hal tersebut semaksimal mungkin untuk
kepentingan dakwah
Contohnya: penceramah di kampus dari mahasiswa dan dosen-dosen, imam tetap dari
mahasiswa IAIN
c. Dakwah rahmatan lil alamin melihat Ikhtiar
Dakwah harus menjadi rahmat bagi alam semesta berarti dakwah harus memberikan
kedamaian bagi seluruh masyarakat yang terlibat dalam Jamaah Shalahuddin
C. Peran Jamaah Shalahuddin di Era Sekarang
JS harus merangkul berbagai elemen civitas akademika dari berbagai golongan seperti dosen-
dosen dan petinggi Universitas karena saat ini cenderung mengendur. Hal tersebut juga
berdampak pada konflik antara JS dan rektorat karena mungkin mereka kurang terlibat dalam
gerakan tidak seperti dulu yang dijadikan sebagai bagian dakwah. Kolaborasi yang dilakukan
Jamaah Shalahuddin kurang karena kapasitas Jamaah Shalahuddin mengecil. JS dahulu
berkolaborasi dengan berbagai Universitas di Yogyakarta, bahkan Indonesia dalam dakwah.
Namun, dengan adanya teknologi yang semakin canggih saat ini memberi kemudahan dalam
menjalankan dakwah melalui berbagai media-media baru seperti instagram, facebook, twitter, dll
sehingga bentuk kolaborasi dapat memanfaatkan media tersebut dalam memperluas jaringan
dakwah ke seluruh penjuru Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai