Anda di halaman 1dari 24

SEBAB-SEBAB LUAR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA

KECELAKAAN LALU LINTAS DAN LANGKAH-LANGKAH


PENGKODEANNYA

Makalah Ini Dibuat Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Kodefikasi Terkait
Cidera, Keracunan dan Faktor Eksternal

Disusun Oleh :

Linda Pebriyanti 180205166


Satrio Estu Prayogihadi 180205179
Shinta Novitasari 180205180
Tri Winasis Kusumaningrum 180205184
Zein Ulinnuha 180205188

PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS DUTA BANGSA
SURAKARTA
2020
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN........................................................................................4

A. Pengertian dari External Cause....................................................................4

B. Kategori-kategori dari External Cause........................................................4

C. Definisi dari Kecelakaan Lalu Lintas.........................................................11

D. Jenis dan Dampak Kecelakaan Lalu Lintas................................................12

E. Block yang Mengkategorikan Sebab Luar pada Kecelakaan Lalu Lintas..13

F. Langkah-langkah Pengkodean External Cause untuk Kecelakaan Lalu


Lintas..........................................................................................................14

BAB III. PENUTUP..............................................................................................16

A. Kesimpulan................................................................................................16

B. Saran...........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh-contoh Kode External Cause................................................10

Gambar 2.2 Contoh dari Jenis Kecelakaan Lalu Lintas.........................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era modern seperti sekarang ini, bidang transportasi berperan

penting dalam kesejahteraan masyarakat sehingga mendukung pertumbuhan

di berbagai bidang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mendukung

perkembangan alat transportasi secara pesat, sehingga menyebabkan laju

pertumbuhan kendaraan semakin meningkat. Perkembangan kendaraan

sebagai alat transportasi membawa dampak positif bagi pemenuhan dan

peningkatan kesejahteraan manusia, terutama sebagai alat mobilisasi guna

memperlancar aktivitas sehari-hari. Namun hal ini juga diiringi dengan

timbulnya beberapa dampak negatif yang tidak diinginkan, seperti

kemacetan dan meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas.

Kepolisian Negara Republik Indonesia melaporkan hasil rilisnya

selama 2019. Dalam pemaparannya, jumlah kecelakaan lalu lintas

(lakalantas) yang terjadi pada tahun ini meningkat ketimbang pada 2018.

Jumlah lakalantas (meningkat) 3 persen. Namun jumlah korban meninggal

dunia menurun 6 persen dibandingkan tahun 2018. Berdasarkan data dari

Polri, terjadi 107.500  kecelakaan lalu lintas pada 2019. Meningkat

sebanyak 3 persen dari 2018, yaitu sebanyak 103.672 kecelakaan. Namun,

1
jumlah korban meninggal pada 2019 menurun sebesar 6 persen, menjadi

sebanyak 23.530 orang. Ketimbang pada 2018, yaitu berjumlah 27.910 jiwa.

2
2

Tingginya kasus kecelakaan lalu lintas disuatu daerah, maka tinggi

pula pelayanan kesehatan yang dibutuhkan termasuk pelayanan rekam

medis. Pencatatan data harus dilakukan secara lengkap untuk memberikan

informasi yang jelas. Hal tersebut terutama dibutuhkan oleh bagian

kodefikasi external cause terkait kecelakaan lalu lintas, sehingga kode yang

diperoleh tepat dan konsisten. External cause merupakan kode yang

menunjukkan penyebab luar suatu penyakit yang dipakai sebagai pilihan

kode tambahan (WHO, 2005). Dan dari kodefikasi external cause tersebut,

dapat diketahui sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan lalu

lintas.

Oleh karena itu, kedua hal tersebut sangat berkaitan antara satu

dengan yang lainnya dan tidak dapat dipisahkan demi menunjang pelayanan

kesehatan yang efektif yaitu cepat dan tepat. Dalam memberikan pelayanan

kesehatan secara efisien dimana pelayanan yang diberikan sesuai dengan

yang dikehendaki oleh pasien. Berdasarkan uraian diatas, penulis menyusun

makalah ini dengan judul Sebab-sebab Luar yang Mempengaruhi

Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas dan Langkah-langkah Pengkodeannya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari external cause?

2. Apa saja kategori dari external cause?

3. Apa definisi dari kecelakaan lalu lintas?

4. Apa saja jenis dan dampak kecelakaan lalu lintas?


3

5. Apa saja block yang mengkategorikan sebab luar pada kecelakaan lalu

lintas di ICD-10 volume 1?

6. Bagaimana langkah-langkah koding external causes untuk kecelakaan

lalu lintas?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dari External Cause


Pengertian dari external cause menurut WHO (2010) adalah sifat dan
keadaan yang memunculkan suatu kondisi seperti cedera, keracunan dan
efek lain dari penyebab luar. Kepentingan kode external cause
diantaranya untuk menggambarkan sepenuhnya apa yang terjadi, apakah
disengaja atau tidak, dimana kesakitan terjadi dan apa yang dilakukan pasien
pada saat itu. External Cause atau penyebab luar dalam ICD-10 merupakan
klasifikasi tambahan yang mengklasifikasikan kemungkinan kejadian
lingkungan dan keadaan sebagai penyebab cedera, keracunan dan efek
samping lainnya. Kode external cause (V01-Y89) harus digunakan sebagai
kode primer kondisi tunggal dan tabulasi penyebab kematian (underlying
cause) dan pada kondisi yang morbid yang dapat diklasifikasi ke bab XIX
(Injury, Poisoning, And certain other consequences of external cause).

Bila kondisi morbid diklasifikasi pada bab I-XVIII, kondisi morbid itu
sendiri akan diberi kode sebagai penyebab kematian utama (underlying
cause) dan jika diinginkan dapat digunakan kategori bab external cause
sebagai kode tambahan. Pada kondisi cedera, keras atau akibat lain dari sebab
ekternal harus dicatat, hal ini penting menggambarkan sifat kondisi dan
keadaan yang menimbulkannya.

B. Kategori-kategori dari External Cause


Susunan external cause dalam Bab XX ICD-10 terdiri dari beberapa
kategori yaitu sebagai berikut:

4
1. Kategori Kecelakaan (Accidents); meliputi kecelakaan transport dan
sebab luar pada kecelakaan lain.
2. Upaya Melukai Diri Sendiri (Intentional Self Harm); termasuk adalah
upaya bunuh diri (suicide).
3. Penganiayaan (Assault).

5
6

4. Peristiwa yang tak diketahui motifnya (undetermined intent).


5. Intervensi Hukum (Legal Intervention) dan Keadaan Perang (Operations
of War)
6. Komplikasi Medis dan Operasi/Pembedahan (Complications of Medical
and Surgical Care)
7. Sequelae (Gejala Sisa) dari Sebab Luar Morbiditas dan Mortalitas
8. Faktor-faktor lain terkait sebab morbiditas dan mortalitas yang
terklasifikasi di bagian lain.
Namun dari kedelapan kategori-kategori tersebut jika dispesifik lagi
untuk kecelakaan lalu lintas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Kategori Kecelakaan Lalu Lintas/Transport
Dalam kasus kecelakaan transport, ICD-10 mengidentifikasi
kendaraan yang terlibat dalam suatu kejadian kecelakaan. Hal ini untuk
membedakan antara kecelakaan transport dan non-transport. Termasuk
juga mengidentifikasi kecelakaan tunggal. Dalam koding sebab luar
kecelakaan, diidentifikasi pihak korban (victim) dan pihak lawan
(counterpart) dalam kecelakaan. Pihak korban adalah pasien yang
dirawat di fasyankes yang mendokumentasikan. Adapun pihak lawan
adalah pihak yang bertabrakan dengan korban. Hal ini untuk
mengidentifikasi posisi, kendaraan yang dinaiki, dan situasi korban.
Apakah korban dalam keadaan menaiki kendaraan atau tidak, korban
sebagai supir atau penumpang kendaraan, korban terlibat langsung dalam
kecelakaan atau tidak langsung (misalkan sedang berada di tepi jalan,
tetiba ditabrak). Termasuk juga kejadian kecelakaan tunggal, di mana
korban jatuh sendiri, atau menabrak obyek yang tak bergerak (misalkan
pohon, atau tiang listrik). Hal-hal ini mungkin diperlukan dalam
penelitian atau investigasi oleh pihak kepolisian dalam melakukan
rekonstruksi kejadian, atau untuk kepentingan pencegahan kecelakaan.
Dalam hal kecelakaan transportasi yang melibatkan kendaraan sebagai
7

alat transport, beberapa hal yang harus diidentifikasi dalam koding sebab
luar adalah sebagai berikut.
a. Jenis Kendaraan. Jenis kendaraan yang terlibat penting disebutkan
agar dapat menentukan kode kategori 3 karakter sebagai kode
mandatory ICD-10. Tanpa penjelasan tentang jenis kendaraan, akan
sulit menentukan kode yang tepat, dan hanya akan masuk dalam
kategori yang tidak spesifik. Dalam ICD-10 terdapat kategori jenis
kendaraan sebagai berikut:
1) Kendaraan Transportasi Darat
2) Kendaraan transportasi Air
3) Kendaraan transportasi Udara dan Ruang Angkasa (Space)
b. Lokasi Kecelakaan. Pada kasus kecelakaan transportasi, ICD-10
membedakan koding untuk traffic accident dan non-traffic accident.
Sehingga dalam dokumentasi kecelakaan, dokter perlu menuliskan
dengan rinci lokasi kejadian.
Tertabrak mobil di dalam garasi rumah atau di halaman (non-traffic)
tentu berbeda dengan tertabrak mobil saat di jalan raya ataupun di
tepi jalan raya (traffic). Jika kejadian kecelakaan merupakan traffic
accident pada saat berangkat menuju atau pulang dari tempat kerja,
maka kejadian tersebut dapat digolongkan sekaligus sebagai
kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja, karena korban dalam
posisi menjalankan tugas pekerjaannya. Pada kecelakaan transport,
informasi tentang traffic dan non-traffic ini menentukan penetapan
kode pada karakter ke-4 dalam kategori V00-V99. Dalam hal
perasuransian, terutama asuransi kecelakaan lalu lintas, implikasi
dari kategori traffic dan non-traffic accident akan berdampak
terhadap penjaminan atau pertanggungan pembiayaan pelayanan
kesehatannya. Berdasarkan UU No 33 th 1964 tentang Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, disebutkan bahwa
“setiap orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas berhak untuk
mendapatkan santunan dari PT Jasa Raharja selaku Badan Asuransi
8

Milik Negara.2 Dengan demikian penting untuk mengidentifikasi


kasus Traffic Acccident. Selain identifikasi traffic dan non-traffic,
kode ICD-10 juga mengidentifikasi pihak lawan (counterpart) dari
korban (victim). Mengapa hal ini penting? Karena berdasarkan
regulasi yang ada, PT Jasa Raharja hanya menanggung Kecelakaan
Lalu Lintas yang melibatkan dua pihak atau lebih (kecelakaan
ganda); yaitu pihak korban dan lawannya. Jika korban jatuh sendiri
dari kendaraan, atau bertabrakan dengan obyek tak bergerak
misalnya tiang listrik atau pohon di tepi jalan, disebut kecelakaan
tunggal. Dalam ketentuan Coordination of Benefit antara BPJS
Kesehatan dan PT Jasa Raharja, dalam hal kecelakaan transport yang
merupakan kecelakaan lalu lintas (traffic accident) ganda maka PT
Jasa Raharja merupakan penjamin pertama dan wajib membayar
biaya perawatan sampai dengan plafon maksimalnya, sedangkan
BPJS Kesehatan menjadi penjamin kedua. Adapun pada kasus
kecelakaan non-lalu lintas, atau kecelakaan lalu lintas tunggal, maka
penjaminnya adalah BPJS Kesehatan.3 Dalam koding Sebab Luar,
kode V00-V99 akan mengidentifikasi kecelakaan ganda, atau
kecelakaan tunggal.
c. Posisi korban atau peranannya dalam kendaraan. Salah satu keunikan
ICD-10 adalah tersedianya data/informasi yang cukup rinci tentang
korban yang dirawat di fasilitas layanan kesehatan akibat kasus
cedera. Dalam hal kecelakaan transportasi, pada kategori tertentu,
tersedia kode-kode yang menunjukkan posisi korban saat kecelakaan
apakah berada di dalam atau di luar kendaraan, dalam keadaan naik
atau turun dari kendaraan; serta kode untuk mengidentifikasi apakah
korban ini penumpang kendaraan, atau supir kendaraan.
2. Lokasi Kejadian
Kode Lokasi Kejadian (Place of Occurrence) ini merupakan atau
mengisi posisi karakter ke-4 subkategori pada sebagian besar bab XX
Sebab Luar, yaitu mulai kategori W00 hingga Y34 kecuali kategori Y06
9

dan Y07. Apabila cedera terjadi di pabrik atau di lokasi industri lainnya,
maka dapat dikaitkan dengan kecelakaan kerja. Informasi ini penting
terkait penjaminan asuransi ketenagakerjaan. Bahkan jika kejadian
kecelakaan merupakan traffic accident pada saat berangkat menuju atau
pulang dari tempat kerja, maka kejadian tersebut dapat digolongkan
sekaligus sebagai kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja, karena
korban dalam posisi menjalankan tugas pekerjaannya.
Pada kejadian cedera atau kecelakaan di tempat-tempat umum,
lokasi kejadian juga dapat menunjukkan pihak yang bertanggung jawab
terhadap kejadian tersebut dan pihak yang (mungkin) harus
memberikan ganti rugi atas kejadian kecelakaan tersebut. Misalnya
seorang anak yang tenggelam di kolam renang, jika terjadi di kolam
renang pribadi di rumahnya dan di kolam renang publik, mungkin akan
berbeda implikasinya terhadap pihak yang bertanggungjawab atas
kejadian tersebut. Dan masih banyak lagi kegunaan dan manfaat dari
informasi tentang lokasi kejadian dalam epidemiologi cedera dan
keracunan, akibat kecelakaan maupun kekerasan. Berikut ini adalah
beberapa kategori untuk Lokasi Saat Terjadinya Kecelakaan atau
Kekerasan yang mengakibatkan cedera atau dalam ICD-10 Volume 1
disebut Place of Occurence
a. Kediaman (Kode : 0)
b. Institusi Hunian (Kode : 1)
c. Sekolah, Institusi Lain dan Area Administratif Publik (Kode : 2)
d. Area Olah Raga dan Atletik (Kode : 3)
e. Jalan Raya dan Jalan Bebas Hambatan (Kode : 4)
f. Area Perdagangan dan Jasa (Kode : 5)
g. Area Industri dan Konstruksi (Kode : 6)
h. Pertanian (Kode : 7)
i. Tempat Lain (Kode : 8)
j. Lokasi Tak Dirinci (Kode : 9)
3. Aktivitas Saat Kecelakaan
10

Dalam Bab XX ICD-10, aktivitas saat terjadinya cedera


diidentifikasi secara khusus. Kode aktivitas ini diletakkan pada posisi
karakter ke-5 pada kode sebab luar pada kategori V01 sampai dengan
W34. Kode aktivitas ini menunjukkan keadaan/kegiatan korban saat
terjadinya cedera; apakah saat sedang berolahraga; saat sedang
bersantai atau mengerjakan hobi; saat sedang bekerja mencari nafkah
(working for income); saat melakukan pekerjaan domestik rumah
tangga (misalnya memasak, mencuci, berkebun, dan lain-lain); atau saat
sedang menjalani kegiatan pribadi seperti makan, minum, tidur, mandi
dan sebagainya. Ini semua penting selain untuk kepentingan riset dan
penelitian juga untuk perasuransian.
Dalam koding Sebab Luar terdapat Kode tentang Aktivitas pada
saat kejadian kecelakaan terjadi. Salah satunya adalah “while working
for income” (saat bekerja mencari nafkah). Kode inilah yang
menerangkan bahwa saat kejadian, korban sedang dalam posisi bekerja,
jadi kecelakaan/cedera yang dialaminya adalah terkait dengan
pekerjaan, dan oleh karenanya berhak untuk memperoleh JKK (Jaminan
Kesehatan Kerja) sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
Seorang ibu yang mengalami luka bakar akibat tersiram minyak
panas saat sedang memasak untuk makan malam keluarganya, akan
dikategorikan sebagai kecelakaan domestik yang tidak dijamin oleh
asuransi tenaga kerja. Akan tetapi seorang chef yang mengalami hal
yang sama, saat bekerja mencari nafkah (working for income) di suatu
restoran, tentu dapat dijamin oleh asuransi tenaga kerja, dan mungkin
dapat memperoleh ganti rugi atau kompensasi dari perusahaannya. Oleh
karena itu, WHO menganggap penting untuk mendata aktivitas saat
cedera sebagai salah satu data kesehatan penting untuk program
epidemiologi dan pencegahan cedera.
Hal lain yang berkaitan dengan penjaminan pelayanan kesehatan
adalah aktivitas terkait olahraga ekstrim atau hobi yang berbahaya,
seperti misalnya: panjat tebing, menyelam (diving), mountaineering,
11

paralayang, gantole, hingga skydiving. Hal ini penting untuk


diidentifikasi sebagai penyebab kasus cedera dan kecelakaan, karena
dalam buku Pedoman tentang Fasilitas dan Manfaat Kesehatan
disebutkan juga bahwa gangguan kesehatan atau penyakit akibat
melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri tidak dijamin oleh
BPJS Kesehatan.
Berikut ini jenis aktivitas yang perlu dicantumkan dalam kode
sebab luar.
a. Saat melakukan aktivitas olah raga (Kode : 0)
b. Saat bersantai (aktivitas di waktu luang) (Kode : 1)
c. Saat bekerja untuk mencari nafkah (Kode : 2)
d. Saat Melakukan Jenis Pekerjaan Lain (Kode : 3)
e. Saat beristirahat, tidur, makan atau terlibat aktivitas vital lainnya
(Kode : 4)
f. Saat terlibat aktivitas tertentu lain (Kode : 8)
g. Selama aktivitas yang tak terinci. (Kode : 9)
12

Gambar 2.1 Contoh-contoh Kode External Cause


Sumber: https://medicalexecutivepost.com/2015/06/15/do-you-know-these-
icd-10-codes/

C. Definisi dari Kecelakaan Lalu Lintas


Kecelakaan lalu lintas merupakan suatu peristiwa di jalan yang tidak
diduga dan tidak disengaja, melibatkan kendaraan dengan atau tanpa
pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan kerugian harta
benda. Sedangkan menurut WHO (2004), kecelakaan lalu lintas merupakan
kejadian pada lalu lintas jalan yang sedikitnya melibatkan satu kendaraan
yang menyebabkan cedera atau kerusakan atau kerugian pada pemiliknya.
Hal senada diungkapkan oleh dirjen hubungan darat DLLAJ (2008)
bahwa kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang jarang
dan tidak tentu kapan terjadi dan bersifat multi faktor yang selalu didahului
oleh situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi
lingkungan mereka. Filosofi penelitian kecelakaan menganggap kecelakaan
sebagai suatu peristiwa yang acak, dari dua aspek yaitu lokasi, dan waktu.
Hasil studi di Inggris menyatakan bahwa tingkat kematian sepeda motor
per mil kendaraan adalah 20 kali lipat dari tingkat kematian untuk mobil, dan
tingkat cedera adalah tiga kali lebih besar. Hal ini dapat dimengerti bahwa
pertama, secara keseluruhan pengemudi sepeda motor mungkin lebih banyak
resiko, kedua pengendara sepeda motor tidak dilengkapi dengan bantalan
udara dan tidak terlindungi oleh badan kendaraan berupa penggunaan atribut
keselamatan dan yang terkahir, pada saat kejadian tabrakan, pengendara
sepeda motor terlempar kedepan dengan kecepatan yang sama dengan
kecepatan sebelum tabrakan, umumnya kepala terlebih dahulu, sampai
membentur obyek tetap atau tergelicir sampai berhenti, yang mana kejadian
ini beresiko cedera atau kematian (Bolla, 2011).
Dari berbagai definisi kecelakaan lalu lintas diatas dapat disimpulkan
bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan suatu kejadian yang tidak disangka-
sangka dan tidak diinginkan yang disebabkan oleh kendaraan bermotor,
13

terjadi di jalan raya atau tempat terbuka, serta menyebabkan kerusakan, luka-
luka, kematian manusia dan kerugian harta benda.
14

D. Jenis dan Dampak Kecelakaan Lalu Lintas


1. Karakteristik kecelakaan lalu lintas menurut jumlah kendaraan
Karateristik kecelakaan menurut jumlah kendaraan yang terlibat,
digolongkan menjadi :
a. Kecelakaan tunggal, yaitu kecelakaan yang hanya melibatkan satu
kendaraan bermotor dan tidak melibatkan pemakai jalan lain, seperti
menabrak pohon, kecelakaan tergelincir dan terguling akibat ban
pecah
b. Kecelakaan ganda, yaitu kecelakaan yang melibatkan lebih dari satu
kendaraan atau kendaraan dengan pejalan kaki yang mengalami
kecelakaan di waktu dan tempat bersamaan
2. Karakteristik kecelakaan lalu lintas menurut jenis tabrakan
Karateristik kecelakaan menurut jenis tabrakan dapat
diklarifikasikan menjadi :
a. Angke (Ra), tabrakan antara kendaraan yang bergerak pada arah
yang berbeda, namun bukan dari arah berlawanan
b. Rear-End (Re), kendaraan menabrak dari belakang kendaraan lain
yang bergerak searah
c. Sideswipe (Ss), kendaraan yang bergerak menabrak kendaraan lain
dari samping ketika berjalan pada arah yang sama, atau pada arah
yang berlawanan
d. Head-On (Ho), tabrakan antara kendaraan yang berjalan pada arah
yang berlawanan (tidak sideswipe)
e. Backing, tabrakan secara mundur
3. Dampak kecelakaan lalu lintas
Dampak yang ditimbulkan akibat kecelakaan lalu lintas dapat
menimpa sekaligus atau hanya beberapa diantaranya. Berikut beberapa
kondisi yang digunakan untuk mengklarifikasikan korban kecelakaan lalu
lintas, yaitu :
15

a. Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan


meninggal dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka
waktu lebih dari 30 hari setelah kecelakaan tersebut
b. Luka berat adalah kecelakaan yang karena luka-lukanya menderita
cacat tetap atau harus di rawat inap di rumah sakit dalam jangka
waktu lebih 30 hari sejak terjadi kecelakaan. Suatu kejadian
digolongkan sebagai cacat tetap jika sesuatu anggota badan hilang
atau tidak dapat digunakan sama sekali dan tidak dapat sembuh atau
pulih untuk selama-lamanya
c. Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka
yang tidak memerlukan perawatan inap atau harus dirawat inap di
rumah sakit lebih dari 30 hari setelah kecelakaan (PP RI No 43 tahun
1993)

Gambar 2.2 Contoh dari Jenis Kecelakaan Lalu Lintas


Sumber: https://mediaindonesia.com/read/detail/130347-korban-kecelakaan-
tunggal-dimintakan-santunan;
https://ppid.bengkaliskab.go.id/web/detailberita/1098/2018/09/20/ingat,-
pasien-kecelakaan-ganda-di-rsud-bengkalis-tidak-ditanggung-bpjs-
kesehatan

E. Block yang Mengkategorikan Sebab Luar pada Kecelakaan Lalu Lintas


Pada umumnya penyebab luar sebaiknya ditabulasi baik menurut Bab
XIX dan Bab XX. Pada kondisi ini, kode dari Bab XX harus digunakan untuk
memberikan informasi tambahan untuk beberapa analisis kondisi. Dan untuk
kategori kecelakaan lalu lintas, dapat dijelaskan dalam kategori Transport
Accident, yang dapat meliputi:
1. V01-V09 : Pejalan kaki terluka di kecelakaan transportasi
16

2. V10-V19 : Pengendara sepeda terluka di kecelakaan transportasi


3. V20-V29 : Pengendara motor terluka di kecelakaan transportasi
4. V30-V39 : Penumpang motor roda 3 terluka di kecelakaan transportasi
5. V40-V49 : Penumpang mobil terluka di kecelakaan transportasi
6. V50-V59 : Penumpang pick up, truk, atau van terluka di kecelakaan
transportasi
7. V60-V69 : Penumpang kendaraan berat terluka di kecelakaan
transportasi
8. V70-V79 : Penumpang bus terluka di kecelakaan transportasi
9. V80-V89 : Kecelaan transportasi darat lainnya
10. V90-V94 : Kecelakaan transportasi laut
11. V95-V97 : Kecelakaan transportasi udara
12. V98-V99 : Kecelakaan transportasi lain tidak spesifik

F. Langkah-langkah Pengkodean External Causes untuk Kecelakaan Lalu


Lintas
Sebelum kita menentukan kode external cause, kita harus mengetahui
langkah-langkah untuk mengkode external cause. Berikut langkah-langkah
untuk koding external cause :
1. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode, dan buka volume 3
Alphabetical Index. Bila pernyataan adalah istilah penyakit atau cedera
atau kondisi lain yang terdapat pada Bab I-XIX dan XXI (volume 1),
gunakanlah sebagai “lead-term” untuk dimanfaatkan sebagai panduan
menelusuri istilah yang dicari pada seksi I indeks ICD 10 Volume 3. Bila
pernyataan adalah penyebab luar (external cause) dari cedera (bukan
nama penyakit) yang ada di Bab XX (volume 1), lihat dan cari kodenya
pada seksi II di Indeks ICD 10 Volume 3.
2. Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di bawah
istilah yang akan dipilih pada Volume 3.
3. Lihat daftar tabulasi (Volume 1) untuk mencari nomor kode yang paling
tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda minus pada posisi
17

keempat yang berarti bahwa isian untuk karakter keempat itu ada di
dalam volume 1 dan merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam
indeks (Volume 3). Perhatikan juga perintah untuk membubuhi kode
tambahan (additional code) serta aturan cara penulisan dan
pemanfaatannya dalam pengembangan indeks penyakit dan dalam sistem
pelaporan morbiditas dan mortalitas.
4. Ikut pedoman Inclusion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau
bagian bawah suatu bab (chapter), blok, kategori atau subkategori.
Adapun proses kodefikasi external cause untuk kecelakaan lalu lintas
menggunakan ICD-10 sebagai berikut :
1. Tentukan diagnosa external cause yang akan dikode.
2. Jika external cause merupakan kecelakaan transportasi maka buka ICD-
10 volume 3 pada section II ( external causes of injuries ) lihat Table of
land transport accident. Bagian vertikal merupakan korban dan bagian
horizontal merupakan jenis kendaraan yang menyebabkan kecelakaan.
3. Pertemuan bagian vertikal dan horizontal merupakan kode external
cause sampai karakter ketiga yang menjelaskan bagaimana kecelakaan
terjadi.
4. Pastikan kode pada buku ICD-10 Volume I (Tabular List) untuk
menentukan karakter keempat dan kelima dari kode external cause
tersebut.
5. Pastikan kode pada buku ICD-10 Volume I (Tabular List) untuk
menentukan karakter keempat dan kelima dari kode external cause
tersebut.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan untuk
makalah ini bahwa:
1. External Cause dapat diartikan secara umum sebagai adalah sifat dan
keadaan yang memunculkan suatu kondisi seperti cedera, keracunan
dan efek lain dari penyebab luar. Namun, di dalam ICD-10 dapat
diartikan sebagai klasifikasi tambahan dan digunakan dalam
mengklasifikasikan sebuah penyebab luar terjadi pada suatu kejadian
atau peristiwa yang dapat menyebabkan keracunan, cedera dan penyebab
lainnya yang menimbulkan sebuah efek samping lainnya.
2. Sebab-sebab luar dapat dibagi menjadi 8 kategori, yaitu kategori
kecelakaan, upaya melukai diri sendiri, penganiayaan, peristiwa yang tak
diketahui motifnya, intervensi hukum dan keadaan perang, komplikasi
medis dan operasi/pembedahan, sequelae dari sebab luar morbiditas dan
mortalitas, dan faktor-faktor lain terkait sebab morbiditas dan mortalitas
yang terklasifikasi di bagian lain.
3. Kecelakaan lalu lintas dapat diartikan sebagai suatu peristiwa di jalan
yang tidak diduga dan tidak disengaja, melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan
kerugian harta benda.
4. Jenis kecelakaan lalu lintas dapat dikategorikan sebagai karakteristik
kecelakaan lalu lintas menurut jumlah kendaraan dan jenis tabrakan.
Sedangkan dampak kecelakaan lalu lintas yang ditimbulkan akibat
kecelakaan lalu lintas dapat menimpa sekaligus atau hanya beberapa
yang diantaranya dapat meninggal dunia, luka berat atau luka ringan.
5. Untuk mengkategorikan sebab luar pada kecelakaan lalu lintas dalam
pengkodean, sebaiknya ditabulasi baik menurut Bab XIX dan Bab XX.
Pada kondisi ini, kode dari Bab XX harus digunakan untuk memberikan

18
19

informasi tambahan untuk beberapa analisis kondisi. Dan untuk


kecelakaan lalu lintas, kode yang tepat adalah pada blok V01-V99
6. Sebelum kita menentukan kode external cause, kita harus mengetahui
langkah-langkah untuk mengkode external cause. Jika external cause
merupakan kecelakaan transportasi maka buka ICD-10 volume 3 pada
section II (external causes of injuries) lihat Table of land transport
accident. Bagian vertikal merupakan korban dan bagian horizontal
merupakan jenis kendaraan yang menyebabkan kecelakaan.

B. Saran
Dari pembahasan yang telah ditulis, penulis dapat memberi saran untuk
kedepannya. Yaitu untuk mengoptimalkan hasil kode external cause
hendaknya pengkodean dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Maka,
pelaksanaan pengkodean sebaiknya kembali menyesuaikan dan mengacu
pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA

Amanda, Gita dan Akbar, Nawir Arsyad. Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas Naik 3
Persen pada 2019.
https://nasional.republika.co.id/berita/q37i3n423/jumlah-kecelakaan-lalu-
lintas-naik-3-persen-pada-2019#:~:text=Berdasarkan%20data%20dari
%20Polri%2C%20terjadi,2018%2C%20yaitu%20berjumlah
%2027.910%20jiwa. Diakses tanggal 24 September 2020 pukul 14.00
e-prints Udinus. 2015. Bab 2.
Erlina, Ayu dan Sutrisno, Adi. 2018. Ingat, Pasien Kecelakaan Ganda di RSUD
Bengkalis Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan.
https://ppid.bengkaliskab.go.id/web/detailberita/1098/2018/09/20/ingat,-
pasien-kecelakaan-ganda-di-rsud-bengkalis-tidak-ditanggung-bpjs-
kesehatan. Diakses pada Minggu, 27 September 2020 pukul 21.05
Faruq, Umarul. 2017. Korban Kecelakaan Tunggal Dimintakan Santunan
https://mediaindonesia.com/read/detail/130347-korban-kecelakaan-tunggal-
dimintakan-santunan. Diakses pada Minggu, 27 September 2020 pukul
20.00
Kartika, P.A. 2016. Bab II Tinjauan Pustaka.
http://eprints.dinus.ac.id/19096/10/bab2_18439.pdf. Diakses pada Rabu, 23
September 2020 pukul 09.20
Marcinko, David E. 2015. Do you Know these ICD 10 Codes?
https://medicalexecutivepost.com/2015/06/15/do-you-know-these-icd-10-
codes/. Diakses pada Sabtu, 26 September 2020 pukul 19.20
Marsaid, et all. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan
Lalu Lintas pada Pengendara Sepeda Motor di Wilayah Polres Kabupaten
Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan, 1 (2); 98-112
Nuryati dan Kresnowati, Lily. 2018. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit dan
Masalah Terkait III: Anatomi, Fisiologi, Patologi, Terminologi Medis dan
Tindakan pada Sistem Panca Indra, Saraf, dan Mental. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pareira, Felix Andriano. 2018. Hubungan Antara Karateristik Individu
Perkerjaan Dengan Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda
Motor di RSUD Budhi Asih. Skripsi. Jakarta: Universitas Respati Indonesia.
World Health Organization. 2010. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problems of Tenth Revision (ICD-10) Vol. 2:
Instruction Manual. Geneva: WHO.
Wulandari, Amalia, Wahyuni, Ida. 2015. Analisis Ketepatan Kode External
Cause Kasus Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) Berdasarkan ICD-10 di RSUD
dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2014. Jurnal Persada Husada
Indonesia, 3 (6); 36-45

Anda mungkin juga menyukai