Kelompok 9 - Sebab-Sebab Luar Yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
Kelompok 9 - Sebab-Sebab Luar Yang Mempengaruhi Terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
Makalah Ini Dibuat Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Kodefikasi Terkait
Cidera, Keracunan dan Faktor Eksternal
Disusun Oleh :
HALAMAN JUDUL..................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
A. Kesimpulan................................................................................................16
B. Saran...........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(lakalantas) yang terjadi pada tahun ini meningkat ketimbang pada 2018.
1
jumlah korban meninggal pada 2019 menurun sebesar 6 persen, menjadi
sebanyak 23.530 orang. Ketimbang pada 2018, yaitu berjumlah 27.910 jiwa.
2
2
kodefikasi external cause terkait kecelakaan lalu lintas, sehingga kode yang
kode tambahan (WHO, 2005). Dan dari kodefikasi external cause tersebut,
lintas.
Oleh karena itu, kedua hal tersebut sangat berkaitan antara satu
dengan yang lainnya dan tidak dapat dipisahkan demi menunjang pelayanan
kesehatan yang efektif yaitu cepat dan tepat. Dalam memberikan pelayanan
B. Rumusan Masalah
5. Apa saja block yang mengkategorikan sebab luar pada kecelakaan lalu
lalu lintas?
BAB II
PEMBAHASAN
Bila kondisi morbid diklasifikasi pada bab I-XVIII, kondisi morbid itu
sendiri akan diberi kode sebagai penyebab kematian utama (underlying
cause) dan jika diinginkan dapat digunakan kategori bab external cause
sebagai kode tambahan. Pada kondisi cedera, keras atau akibat lain dari sebab
ekternal harus dicatat, hal ini penting menggambarkan sifat kondisi dan
keadaan yang menimbulkannya.
4
1. Kategori Kecelakaan (Accidents); meliputi kecelakaan transport dan
sebab luar pada kecelakaan lain.
2. Upaya Melukai Diri Sendiri (Intentional Self Harm); termasuk adalah
upaya bunuh diri (suicide).
3. Penganiayaan (Assault).
5
6
alat transport, beberapa hal yang harus diidentifikasi dalam koding sebab
luar adalah sebagai berikut.
a. Jenis Kendaraan. Jenis kendaraan yang terlibat penting disebutkan
agar dapat menentukan kode kategori 3 karakter sebagai kode
mandatory ICD-10. Tanpa penjelasan tentang jenis kendaraan, akan
sulit menentukan kode yang tepat, dan hanya akan masuk dalam
kategori yang tidak spesifik. Dalam ICD-10 terdapat kategori jenis
kendaraan sebagai berikut:
1) Kendaraan Transportasi Darat
2) Kendaraan transportasi Air
3) Kendaraan transportasi Udara dan Ruang Angkasa (Space)
b. Lokasi Kecelakaan. Pada kasus kecelakaan transportasi, ICD-10
membedakan koding untuk traffic accident dan non-traffic accident.
Sehingga dalam dokumentasi kecelakaan, dokter perlu menuliskan
dengan rinci lokasi kejadian.
Tertabrak mobil di dalam garasi rumah atau di halaman (non-traffic)
tentu berbeda dengan tertabrak mobil saat di jalan raya ataupun di
tepi jalan raya (traffic). Jika kejadian kecelakaan merupakan traffic
accident pada saat berangkat menuju atau pulang dari tempat kerja,
maka kejadian tersebut dapat digolongkan sekaligus sebagai
kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja, karena korban dalam
posisi menjalankan tugas pekerjaannya. Pada kecelakaan transport,
informasi tentang traffic dan non-traffic ini menentukan penetapan
kode pada karakter ke-4 dalam kategori V00-V99. Dalam hal
perasuransian, terutama asuransi kecelakaan lalu lintas, implikasi
dari kategori traffic dan non-traffic accident akan berdampak
terhadap penjaminan atau pertanggungan pembiayaan pelayanan
kesehatannya. Berdasarkan UU No 33 th 1964 tentang Dana
Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang, disebutkan bahwa
“setiap orang yang mengalami kecelakaan lalu lintas berhak untuk
mendapatkan santunan dari PT Jasa Raharja selaku Badan Asuransi
8
dan Y07. Apabila cedera terjadi di pabrik atau di lokasi industri lainnya,
maka dapat dikaitkan dengan kecelakaan kerja. Informasi ini penting
terkait penjaminan asuransi ketenagakerjaan. Bahkan jika kejadian
kecelakaan merupakan traffic accident pada saat berangkat menuju atau
pulang dari tempat kerja, maka kejadian tersebut dapat digolongkan
sekaligus sebagai kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja, karena
korban dalam posisi menjalankan tugas pekerjaannya.
Pada kejadian cedera atau kecelakaan di tempat-tempat umum,
lokasi kejadian juga dapat menunjukkan pihak yang bertanggung jawab
terhadap kejadian tersebut dan pihak yang (mungkin) harus
memberikan ganti rugi atas kejadian kecelakaan tersebut. Misalnya
seorang anak yang tenggelam di kolam renang, jika terjadi di kolam
renang pribadi di rumahnya dan di kolam renang publik, mungkin akan
berbeda implikasinya terhadap pihak yang bertanggungjawab atas
kejadian tersebut. Dan masih banyak lagi kegunaan dan manfaat dari
informasi tentang lokasi kejadian dalam epidemiologi cedera dan
keracunan, akibat kecelakaan maupun kekerasan. Berikut ini adalah
beberapa kategori untuk Lokasi Saat Terjadinya Kecelakaan atau
Kekerasan yang mengakibatkan cedera atau dalam ICD-10 Volume 1
disebut Place of Occurence
a. Kediaman (Kode : 0)
b. Institusi Hunian (Kode : 1)
c. Sekolah, Institusi Lain dan Area Administratif Publik (Kode : 2)
d. Area Olah Raga dan Atletik (Kode : 3)
e. Jalan Raya dan Jalan Bebas Hambatan (Kode : 4)
f. Area Perdagangan dan Jasa (Kode : 5)
g. Area Industri dan Konstruksi (Kode : 6)
h. Pertanian (Kode : 7)
i. Tempat Lain (Kode : 8)
j. Lokasi Tak Dirinci (Kode : 9)
3. Aktivitas Saat Kecelakaan
10
terjadi di jalan raya atau tempat terbuka, serta menyebabkan kerusakan, luka-
luka, kematian manusia dan kerugian harta benda.
14
keempat yang berarti bahwa isian untuk karakter keempat itu ada di
dalam volume 1 dan merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam
indeks (Volume 3). Perhatikan juga perintah untuk membubuhi kode
tambahan (additional code) serta aturan cara penulisan dan
pemanfaatannya dalam pengembangan indeks penyakit dan dalam sistem
pelaporan morbiditas dan mortalitas.
4. Ikut pedoman Inclusion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau
bagian bawah suatu bab (chapter), blok, kategori atau subkategori.
Adapun proses kodefikasi external cause untuk kecelakaan lalu lintas
menggunakan ICD-10 sebagai berikut :
1. Tentukan diagnosa external cause yang akan dikode.
2. Jika external cause merupakan kecelakaan transportasi maka buka ICD-
10 volume 3 pada section II ( external causes of injuries ) lihat Table of
land transport accident. Bagian vertikal merupakan korban dan bagian
horizontal merupakan jenis kendaraan yang menyebabkan kecelakaan.
3. Pertemuan bagian vertikal dan horizontal merupakan kode external
cause sampai karakter ketiga yang menjelaskan bagaimana kecelakaan
terjadi.
4. Pastikan kode pada buku ICD-10 Volume I (Tabular List) untuk
menentukan karakter keempat dan kelima dari kode external cause
tersebut.
5. Pastikan kode pada buku ICD-10 Volume I (Tabular List) untuk
menentukan karakter keempat dan kelima dari kode external cause
tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut, penulis dapat mengambil kesimpulan untuk
makalah ini bahwa:
1. External Cause dapat diartikan secara umum sebagai adalah sifat dan
keadaan yang memunculkan suatu kondisi seperti cedera, keracunan
dan efek lain dari penyebab luar. Namun, di dalam ICD-10 dapat
diartikan sebagai klasifikasi tambahan dan digunakan dalam
mengklasifikasikan sebuah penyebab luar terjadi pada suatu kejadian
atau peristiwa yang dapat menyebabkan keracunan, cedera dan penyebab
lainnya yang menimbulkan sebuah efek samping lainnya.
2. Sebab-sebab luar dapat dibagi menjadi 8 kategori, yaitu kategori
kecelakaan, upaya melukai diri sendiri, penganiayaan, peristiwa yang tak
diketahui motifnya, intervensi hukum dan keadaan perang, komplikasi
medis dan operasi/pembedahan, sequelae dari sebab luar morbiditas dan
mortalitas, dan faktor-faktor lain terkait sebab morbiditas dan mortalitas
yang terklasifikasi di bagian lain.
3. Kecelakaan lalu lintas dapat diartikan sebagai suatu peristiwa di jalan
yang tidak diduga dan tidak disengaja, melibatkan kendaraan dengan atau
tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan
kerugian harta benda.
4. Jenis kecelakaan lalu lintas dapat dikategorikan sebagai karakteristik
kecelakaan lalu lintas menurut jumlah kendaraan dan jenis tabrakan.
Sedangkan dampak kecelakaan lalu lintas yang ditimbulkan akibat
kecelakaan lalu lintas dapat menimpa sekaligus atau hanya beberapa
yang diantaranya dapat meninggal dunia, luka berat atau luka ringan.
5. Untuk mengkategorikan sebab luar pada kecelakaan lalu lintas dalam
pengkodean, sebaiknya ditabulasi baik menurut Bab XIX dan Bab XX.
Pada kondisi ini, kode dari Bab XX harus digunakan untuk memberikan
18
19
B. Saran
Dari pembahasan yang telah ditulis, penulis dapat memberi saran untuk
kedepannya. Yaitu untuk mengoptimalkan hasil kode external cause
hendaknya pengkodean dilakukan berdasarkan ketentuan yang berlaku. Maka,
pelaksanaan pengkodean sebaiknya kembali menyesuaikan dan mengacu
pada Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Amanda, Gita dan Akbar, Nawir Arsyad. Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas Naik 3
Persen pada 2019.
https://nasional.republika.co.id/berita/q37i3n423/jumlah-kecelakaan-lalu-
lintas-naik-3-persen-pada-2019#:~:text=Berdasarkan%20data%20dari
%20Polri%2C%20terjadi,2018%2C%20yaitu%20berjumlah
%2027.910%20jiwa. Diakses tanggal 24 September 2020 pukul 14.00
e-prints Udinus. 2015. Bab 2.
Erlina, Ayu dan Sutrisno, Adi. 2018. Ingat, Pasien Kecelakaan Ganda di RSUD
Bengkalis Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan.
https://ppid.bengkaliskab.go.id/web/detailberita/1098/2018/09/20/ingat,-
pasien-kecelakaan-ganda-di-rsud-bengkalis-tidak-ditanggung-bpjs-
kesehatan. Diakses pada Minggu, 27 September 2020 pukul 21.05
Faruq, Umarul. 2017. Korban Kecelakaan Tunggal Dimintakan Santunan
https://mediaindonesia.com/read/detail/130347-korban-kecelakaan-tunggal-
dimintakan-santunan. Diakses pada Minggu, 27 September 2020 pukul
20.00
Kartika, P.A. 2016. Bab II Tinjauan Pustaka.
http://eprints.dinus.ac.id/19096/10/bab2_18439.pdf. Diakses pada Rabu, 23
September 2020 pukul 09.20
Marcinko, David E. 2015. Do you Know these ICD 10 Codes?
https://medicalexecutivepost.com/2015/06/15/do-you-know-these-icd-10-
codes/. Diakses pada Sabtu, 26 September 2020 pukul 19.20
Marsaid, et all. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Kecelakaan
Lalu Lintas pada Pengendara Sepeda Motor di Wilayah Polres Kabupaten
Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan, 1 (2); 98-112
Nuryati dan Kresnowati, Lily. 2018. Klasifikasi dan Kodefikasi Penyakit dan
Masalah Terkait III: Anatomi, Fisiologi, Patologi, Terminologi Medis dan
Tindakan pada Sistem Panca Indra, Saraf, dan Mental. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Pareira, Felix Andriano. 2018. Hubungan Antara Karateristik Individu
Perkerjaan Dengan Cedera Kepala Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Sepeda
Motor di RSUD Budhi Asih. Skripsi. Jakarta: Universitas Respati Indonesia.
World Health Organization. 2010. International Statistical Classification of
Disease and Related Health Problems of Tenth Revision (ICD-10) Vol. 2:
Instruction Manual. Geneva: WHO.
Wulandari, Amalia, Wahyuni, Ida. 2015. Analisis Ketepatan Kode External
Cause Kasus Kecelakaan Lalu Lintas (KLL) Berdasarkan ICD-10 di RSUD
dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya Tahun 2014. Jurnal Persada Husada
Indonesia, 3 (6); 36-45