DAN MORTALITAS
• “Sequence”
Istilah “sequence” untuk sebutan satu atau
lebih dari satu kondisi yang ditulis secara
runtun di sertifikat kematian butir Part I, dengan
pengertian bahwa kondisi yang ada di bawah adalah
sebab yang mengakibatkan terjadinya kondisi yang
ditulis di baris atasnya.
2
Contoh:
3
Contoh: (Lanjutan-1)
Sequences adalah:
• artherosclerosis → myocard. infarct. → coma
• artherosclerosis → CVA →coma
• hypertension → myocard. Infarct → coma
• hypertension → CVA → coma
4
GENERAL PRINCIPLE:
5
SELECTION RULES
• Rule 1
Manakala General Principle tidak mungkin
diaplikasikan, dan ada Sequence yang terlapor
yang menghasilkan kondisi yang tertulis di baris
pertama sertifikat kematian
maka
• Rule 2
Manakala di dalam surat kematian tidak
ditulis sequence yang berakhir sebagai
kondisi yang disebut di baris pertama sertifikat
kematian,
maka pilih:
7
SELECTION RULES (Lanjutan-2)
• Rules 3
Apabila kondisi yang terpilih berdasarkan
General rule atau Rule 1 atau Rule 2 jelas
sebagai sequence yang langsung akibat
kondisi lain yang terlapor, apakah tertera di Part
I atau di Part II, maka pilih:
8
HAL-HAL YANG MENJADI PERTIMBANGAN “SELECTION
RULES”
9
Contoh:
10
Contoh: (Lanjutan)
pasien meninggal.
11
HAL-HAL YANG ... (Lanjutan-1)
13
HAL-HAL YANG ... (Lanjutan-2)
14
HAL-HAL YANG ... (Lanjutan-3)
15
HAL-HAL YANG ... (Lanjutan-4)
Rule 1
Bisa diaplikasikan apabia sequence yang
terlapor, menyebabkan kondisi yang disebut
sebelumnya di dalam sertifikat.
17
HAL-HAL YANG ... (Lanjutan-5)
18
HAL-HAL YANG ... (Lanjutan-6)
19
MORTALITY CODING RULES
(ATURAN ICD-10)
Contoh Penerapan:
- General Principle
- Rule 1
- Rule 2
- Rule 3
20
Peraturan Memilih KODE MORTALITAS
(ICD-10, WHO)
untuk Sertifikat Sebab Kematian
GENERAL PRINCIPLE
22
General Principle (Lanjutan-1)
1. Laki, 4 tahun
I: - Sinus tachydardia
- Anomalous pulmonary venous drainage
- Postoperrative subacute bacterial endocarditis
2. Wanita, 15 tahun
I: - Gagal nafas
- Abses paru
- Lobar Pneumonia
II: Kondisi lain-2: -
27
General Prinsiple (Lanjutan-2)
3. I. (a) Bronkopnemonia
(b) –
(c) –
II. Anemia sekunder
dan leukemia limfatik kronik
Pilih: Bronkopneumonia.
28
General Prinsiple (Lanjutan-3)
29
General Principle (Lanjutan-4)
4. I. (a) Pericarditis
(b) Uraemia dan pneumonia
II. -
Pilih: Uraemia.
31
RULE 1
32
Contoh Rule 1:
1. I (a) Bronkopneumonia
(b) Infark serebral
(c) Penyakit jantung hipertensif
Pilih: Infark serebral (I63.9)
Pada kasus ini ada 2 kondisi (b) dan (c) yang bisa
mengakibatkan timbulnya kondisi (a), maka pilih
yang disebut pertama.
33
CONTOH: Rule 1 (Lanjutan-1)
34
CONTOH: Rule 1 (Lanjutan-2)
Pada kasus ini ada dua kondisi yang dilapor sebagai sebab
terjadinya kondisi yang pertama disebut di Part I, maka pilih
penyebab dari kondisi yang pertama disebut. (Infark serebri
akibat hipertensi akibat athero-sclerosis, dan infark serebri
akibat diabetes.)
5. I. (a) Pericarditis
(b) Uraemia dan pneumonia
(c) -
(d) -
II. -
Pilih: Uraemia.
Pada kasus ini ada 2 (dua) urutan diagnosis yang dinyatakan
sebagai pemicu pericarditis-nya: - - pericarditis
akibat uraemia
- pericarditis akibat pneumonia
Pilih penyebab yang disebut pertama (Uraemia)
(Masih bisa menerapkan Modification Rule D)
37
CONTOH: Rule 1 (Lanjutan-4)
38
CONTOH: Rule 1 (Lanjutan-5)
7. Laki, 4 tahun
I: - Sinus tachydardia
- Anomalous pulmonary venous drainage
- Postoperrative subacute bacterial
endocarditis
II: Kondisi lain-2: -
Rawat 5 minggu oleh spesialis Bedah Jantung
Anak
Bedah: Repair of anomalies of pulmonary
valve
Reseleksi: penyebab kematian: Postoperative
subacute bacterial endocarditis
39
CONTOH: Rule 1 (Lanjutan-6)
8. Wanita, 15 tahun
I: - Gagal nafas
- Abses paru
- Lobar Pneumonia
II: Kondisi lain-2: -
40
RULE 2
If there is no reported sequence
terminating in the condition first entered
on the certificate, select the first
mentioned condition.
1. Laki, 40 tahun
I (a) Rematik dan penyakit jantung
arterioskelortik
II. -
Pilih: Penyakit jantung rheumatic (I09.9)
42
Contoh: Rule 2 (Lanjutan-1)
43
Contoh: Rule 2 (Lanjutan-2)
3. Wanita, 70 tahun
I. (a) Senility & hipostatik pneumonia
(b) Rematoid artritis
Pilih: Senility .
44
Contoh: Rule 2 (Lanjutan-3)
45
Contoh: Rule 2 (Lanjutan-4)
47
Contoh: Rule 3
2. I. (a) Aspergillosis
(b) Pneumonitis
II. Penyakit HIV
Pilih: HIV in aspergilosis pneumonitis (B20.5)
(HIV disease resulting in other mycoses)
48
Contoh: RULE 3 (Lanjutan-1)
3. I. (a) TB
II. Penyakit HIV
Pilih: HIV disease resulting in
mycobacterial infection (B20.0)
4. I. (a) Aspergillosis
(b) Pneumonitis
II. Penyakit HIV
Pilih: HIV in aspergilosis pneumonitis
(B20.5) (HIV disease resulting in
other mycoses)
49
Contoh: RULE 3 (Lanjutan-2)
50
Contoh: Rule 3 (Lanjutan-3)
8. I (a) Pneumonia
(b) Virus infection
II -
Reseleksi: Viral pneumonia.
9. I (a) Nephrectomy
II Clear cell carcinoma ginjal
Reseleksi: Clear cell carcinoma of
kidney.
53
THE MODIFICATION RULES
RULE A
= Senility and other ill-defined
conditions (→ Chapter XVIII, kode R)
(Pada lansia serta kondisi sakit lain yang terkode
dengan alfabet R Bab XVIII)
RULE B
= Trivial conditions
(Kondisi ringan diutamakan namun ternyata
ada kondisi yang lebih serious, maka pilih yang
kondisi yang serious)
54
THE MODIFICATION RULES (Lanjutan-1)
RULE C
= Linkage
(Ada saling keterkaitan → gunakan code
kombinasi)
RULE D
= Early and late stages of disease
(pilih yang advanced state, namun tidak
berlaku untuk kronik akibat yang akut,
kecuali ada instruksi khusus pada klasifikasi ICD-
10)
55
THE MODIFICATION RULES (Lanjutan-2)
RULE E
Early and late stages of disease
(Stadium dini dan lanjut/akhir penyakit)
Rule F
= Sequelae (terklasifikasi di dalam ICD
sebagai sequelae)
(Gejala sisa dari penyakit yang sudah lalu)
56
CONTOH APLIKASI
Disusun oleh
dr. Mayang Anggraini Naga
FIKES - RM-IK U-EU
(Revisi 2016)
57
THE MODIFICATION RULES
RULE A
= Senility and other ill-defined conditions
(→ Chapter XVIII, kode R
Symptoms, signs and abnormal
clinical and laboratory findings, NEC)
59
Contoh: (Perhatikan ICD-10 Vol. 2
Hal. 47-50)
60
Contoh: (Lanjutan-1)
61
Contoh: (Lanjutan-2)
62
Contoh: (Lanjutan-3)
63
RULE B
= Trivial conditions
(Kondisi ringan diutamakan namun ternyata
ada kondisi yang lebih serious, maka pilih yang
kondisi yang serious)
Apabila cause yang terpilih adalah kondisi
trivial (tidak penting) yang tidak layak
menyebabkan suatu kematian, dan ada
kondisi lain yang lebih penting yang terlapor,
maka pilih yang penting itu, dan abaikan yang
trivial, seolah ini tidak terlapor.
64
(Lanjutan) Rule B
65
Rule B (Lanjutan-1) CONTOH
68
Contoh Rule B (Lanjutan-4)
I (a) Paronychia
II Tetanus
69
RULE C
= Linkage
(Ada saling keterkaitan → gunakan code
kombinasi)
70
RULE C (Lanjutan-1)
76
Conoh RULE C (Lanjutan-6)
78
Conoh RULE C (Lanjutan-8)
79
RULE D
Specificity
80
RULE D (Lanjutan-1)
81
RULE D (Lanjutan-2)
82
RULE D (Lanjutan-3)
83
RULE D (Lanjutan-4)
84
RULE E
Early and late stages of disease
85
Contoh RULE E (Lanjutan-1)
86
Contoh RULE E (Lanjutan-2)
I (a) Bronchopneumonia
(b) Curvature vertebra
(c) Rickets saat masih kanak-kanak. Pilih
kode sequelae pada rickets (E64.3)
89
CONTOH: RULE F SEQUELAE (Lanjutan-2)
90
CONTOH: RULE F SEQUELAE (Lanjutan-3)
91
sumber
• Materi Ajar dr. mayang Anggraini, 2016
• WHO volume 2, 2016
TUGAS
• Baca lebih lanjut buku ICD-10 Volume 2:
Hal. 53-71.
4.1.11 Notes for use in underlying cause
mortality coding.
dan:
Hal. 71-77
4.1.12 Summary of linkages by code
number.
93