Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah Kelinci (indonesia), rabbit (Inggris), atau arnab yang digunakan orang Arab atau
Malaysia adalah bagian dari dunia satwa yang cukup mengundang ketertarikan setiap orang.
Makhluk unik yang memiliki nilai manfaat mulai dari daging, bulu, feses dan air kencingnya ini
terus berkembang dan mampu mengisi ruang publik pembicaraan dalam dunia peternakan kita.

Memelihara kelinci, bagi para petani dilakukan sebagai peliharaan sambilan di samping
memelihara kambing, domba atau sapi. Jenis kelinci yang selama ini dipelihara petani pun
biasanya kelinci lokal yang tubuhnya kecil dan monoton bulunya.

Sekalipun pada dua tahun terakhir ini kelinci hias impor dari berbagai negara sudah mulai
menggeliat namun tergolong sedikit dan hanya beredar di pulau jawa, terutama di kawasan
Parongpong dan Lembang (Bandung), sebagian di Malang (Jawa Timur) dan beberapa kota lain.
Tentu saja hal ini bisa dimaklumi karena selama ini pemikiran para petani masih cenderung
tertutup dari informasi adanya kelinci import dari berbagai negeri asing. Memelihara kelinci hias
sebenarnya sangat menyenangkan dan tidak gampang dibuat bosan. Semakin orang mendekat
kepada makhuk aneh ini, seseorang akan semakin kecanduan dan menyayangi lebih dalam.

Sayangnya, sampai sekarang ini banyak orang yang ingin memelihara namun tidak
mudah merealisasikan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya; butuh kandang dan
tempat khusus. Karena itu bagi mereka yang tidak punya pekarangan akan sedikit kesulitan
untuk memelihara sang kelinci.

Kedua, butuh ketelatenan dalam mengurus dan memperhatikan makanan maupun


kesehatan. Ketiga, belum banyaknya stok kelinci di setiap kota sehingga orang tidak mudah
mendapatkannya. Sekadar untuk memelihara dalam jumlah terbatas, misalnya dua atau tiga ekor
sebagai hewan hias di rumah, barangkali tip berikut ini bisa sedikit membantu.

WANTI FITRIANI 1
1.2 Tujuan
Adapun tujuan prktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana mangemen pemeliharaan kelinci .
2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kelinci dan pakan yang diberikan.
3. Praktikum ini merupakan syarat menuntaskan mata kulia ilmu nutirsi non ruminansia

WANTI FITRIANI 2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Reproduksi :

Dalam menentukan produktifitas ternak, dasar utama yang perlu diketahui adalah sifat
reproduksi ternak tersebut. Untuk mendapatkan potensi reproduksi yang baik ada beberapa hal
yang perlu di ketahui yaitu pemilihan bibit baik untuk jantan maupun betina, pada kelinci sehat
mempunyai ciri-ciri telinga tegak dan bersih, otot paha tebal, mata bersinar dan bulat mulut
dan hidung kering dan bersih ekor tegak dan kering juga anusnya kering, bulu punggung
panjang dan halus, kuku pendek. Kelinci bibit harus mempunyai kriteria berat sesuai dengan
umur dan jenissnya, bulu halus dan licin, mata bersinar, mempunyai catatan perkawinan dan
kelahiran sehingga diketahui asal usulnya, bibit diambil dari induk-induk yang mempunyai
produksi susu baik, litter size tinggi, pertumbuhannya cepat dan tahan terhadap penyakit,
angka kematian anak rendah, berat lahir dan sapih yang tinggi, induk mempunyai sifat keibuan
yang baik.

Sistem perkawinan pada ternak kelinci dapat dilakukan secara alami maupun dengan
inseminasi buatan, biasanya dalam mengawinkan kelinci yang betina dimasukkan pada jantan,
bilamana kelinci betina sedang birahi, dan biarkan bebnerapa hari sampai terjadi kebuntingan
yang ditandai bahwa kelinci betina tidak mau menerima lagi pejantan, sehingga kelinci bisa
dikawinkan kapan saja, sex ratio antara jantan dan betina adalah 1 : 10, namun perlu diketahui
berahi pada kelinci bersifat induksi yang berarti bahawa bila terjadi rangsangan maka akan
terjadi ovulasi, dan ovulasi terjadi 10 jam setelah terjadi rangsangan, dan fertilisasai terjadi 1 –
2 jam setelah ovulasi, daya fertil ovum 6 jam, lama bunting rata-rata 30 hari, siklus estrus 12 –
14 hari ditambah 4 hari masa menolak, umur dikawinkan 5 – 7 bulan atau tergantung pada type
kelinci, biasanya type kecil lebih cepat dewasa kelamin dari pada type besar. Bila kelinci
menyusui anaknya maka perkawinan kembali dapat dilakukan 28 – 42 hari setelah melahirkan,
atau setiap saat bilamana tanpa menyusui. Berat lahir rata-rata pada kelinci 64 gram, dengan
pertambahan berat badan sekitar 29 – 30 garam per ekor perhari, dan umur disapih bisa

WANTI FITRIANI 3
dilakukan lebih cepat yaitu pada umur 28 hari (early Weaning) dan 56 hari (konvensional
weaning)

Dalam manajemen perkawinan untuk berbagai tujuan pemeliharaan akan berbeda


jumlah ternak awal yang digunakan. Sebagai contoh dengan asumsi litter size 4 ekor sampai
umur sapih atau dewasa dengan 1nterval kelahiran 60 hari, (beranak hanya 6 kali per tahun dan
ratio jantan betina 1 : 1, serta semua keturunan betina dijadikan induk maka dari 100 induk
betina pada akhir tahun kedua dapat dihasilkan hingga 90 ribu ekor kelinci pada berbagai
tingkat umur dan lebih dari 60 % berumur kurang dari 1 bulan, dan dari asumsi tersebut
diperkirakan untuk produksi 1 lembar kulit dan 1,2 kg daging pada pemeliharaan intensif
dibutuhkan biaya Rp. 41.500,- pada tingkat harga pakan Rp. 1800 per kg (Raharjo, 2003).
Dengan melihat potensi reproduksinya maka tujuan pemeliharaan untuk mendapatkan produk
yang baik perlu diperhatikan.

2.2 Tujuan Pemeliharaan Kelinci

Dalam memelihara ternak kelinci, harus ada tujuan dari produk utama yang diinginkan,
hal ini untuk menunjang keberhasilan dalam usaha ternak kelinci, karena dengan adanya tujuan
pemeliharaan maka akan memudahkan dalam penentuan pakan, manajemen kandang,
reproduksi, dan pemasaran. Pada dasarnya sebelum memilih bibit peternak harus mementukan
bibit yang akan dikembangkan, karena ini akan sangat berpengaruh terhadap tujuan
pemeliharaan dan tatalaksananya. Ada beberapa jenis kelinci yang diternakan khusus sebagai
penghasil DAGING ( Carolina, Simonoire, Giant Chinchila), KULIT BULU (Rex, Satin),
KULIT BULU dan DAGING (New Zealand White, Flemish Giant, Californian, English Spot),
WOL (Angora), FANCY (Lop Dwarf, Dutch,Netherland Dwarf).

2.2.1 Penghasil Daging

Penyediaan daging untuk memenuhi standar kecukupan- pangan berarti harus meningkatkan
produksi ternak.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut tampaknya kurang optimistik bila hanya
dipenuhi oleh ternak sapi, kerbau, domba, kambing, babi dan unggas saja, karena ternak
ruminansia lambat tingkat reproduksinya, sedangkan unggas dan babi meskipun rempunyai
kapasitas reproduksi yang tinggi dan tingkat pertumbuhan yang cepat, masih membutuhkan pakan

WANTI FITRIANI 4
_yang mahal harganya dan berkompetesi dengan kebutuhan manusia. Untuk dapat memenuhi
penyediaan daging dan penganeka ragaman koinoditas hasil ternak, maka perlu dicari jenis
ternak yang mempunyai potensi biologis tinggi dan ekonomis sebagai ternak penghasil
daging, salah satunva ternak kelinci.

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap penghasil daging yaitu bangsa, bobot lahir,
bobot sapih, umur potong dan kualitas serta kuantitas pakan yang diberikan. Pemberian pakan
pada kelinci tipe pedaging harus diberikan secara ad libitum, dengan kualitas pakan yang
diberikan mengandung protein tinggi (16 %) dan Energi Metabolis (2500 Kkal), dengan umur
potong 2 bulan dengan berat badan mencapai 2 kg, Untuk produk daging yang dihasilkan ada 2
istilah yang digunakan pada kelinci, yaitu Fryer dan Roaster. Bila daging yang dihasilkan berasal
dari kelinci yang dipotong umur 8 – 10 bulan dengan berat badan 2 kg, maka daging yang
dihasilkan disebut Fryer, sedangkan bila daging yang dihasilkan berasal dari kelinci yang
dipotong unr lebih dari 10 bulam disebut Roaster.

Di Amerika dan Eropa , kelinci dipotong secara komersial , dipotong pada umur 8 – 10
minggu, sangat disukai konsumen (90 – 95 % )menyatakan suka, pada umur potong tersebut
dicapai berat karkas 50 – 54 %, dan edible meat 70 – 80 % dari berat karkas. Selanjutnya untuk
roaster, berat badan lebih dari 2 kg, persentase karkas 55 – 65 %, dengan edibel meat 87- 90
persen dari karkas.

Dalam pemeliharaan ternak kelinci untuk penghasil daging, sisten kandang yang
digunakan sebaiknya sistem postal, dan dalam pemeliharaan berkelompok dengan umur yang
sama. Dalam manajemen reproduksinya, harus dipikirkan penyediaan induk dan pejantannya,
karena dalam perdagangan kita harus berorientasipermintaan pasar yang selalu kontinyu,
sehingga kita harus dapat memanage perkawinan dan kelahiran, dalam hal ini diperlukan induk
dari keturunan yang besar, bobot lahir yang tinggi, bobot sapih yang tinggi, mothering ability
yang baik, umur sapih yang cepat.

2.2.2 Penghasil Kulit:

Dalam beberapa hal kulit kelinci mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada daging
yang dihasilkan, hal ini disebabkan dari hasil kulit akan selalu memberikan pendapatan yang

WANTI FITRIANI 5
bermanfaat bagi peternak untuk menggantikan biaya produksinya. Banyak faktor yang
berpengaruh terhadap produksi kulit adalah bangsa, umur potong, jenis kelamin, iklim dan
kesehartan ternak. Tata laksana pemeliharaan untuk kelinci penghasil kulit, sebaiknya dipelihara
kelinci rex, dan satin, karena kelinci ini mempunyai beberapa keistimewaan diantaranya bulu
panjangnya seragam, banyak variasi warna,

Di Balitnak Ciawi Bogor litter size kelinci Rex rata-rata 7 ekor, sapih 5 ekor, interval
kelahiran 40,1 ekor berat potong 6 bulan 2,6 – 3,0 kg dengan berat karkas 50 %, luas kulit 1,1 –
1,8 feet2, Sedangkan pada pemeliharaan di daerah pegunungan Pandasari dengan ketinggian
1350 dpl Brebes menghasilkan litter size 6 – 7 ekor, dan sapih 4,2 ekor, kualitas bulu meningkat
pada lingkungan yang bersuhu dan kelembaban rendah.

Pada pemeliharaan kelinci penghasil bulu sebaiknya dipelihara pada kandang individu
dengan sistem baterry, dan dipotong pada umur 5 bulan untuk mendapatkan kulit yang lebar dan
tebal, hasil penelitian Yurmiati (1991) bahwa kelinci yang dipotong umur 5 bulan menghasilkan
kualitas yang baik, tidak rontok, tidak menggumpal dan pakan yang diberikan harus dibatasi
(restricted feeding) dan secara mikroskopis ternyata bulu berada pada stadium pertumbuhan fase
tellogen. Jenis kelamin yang dipelihara tergantung pada tujuan penggunaan kulit yang
dihasilkan, bila ditujukan untuk pembuatan sepatu dapat digunakan kulit yang berasal dari
kelinci jantan, sedangkan untuk garment, syal , mainan dibutuhkan kulit kelinci betina.

Produksi kulit mentah dari kelinci adalah 8 – 10 % dari berat badan. Kualitas Pakan yang
diberikan harus mengandung protein yang tinggi (16 -18 %, dengan energi metabolis 2500 Kkal.
Ransum yang diberikan sebaiknya komplit pellet, air minum dan pengawasan penyakit, karena
sebagai penghasil kulit bulu harus sehat dan tidak cacat, karena kualitas kulit mentah akan
mempengaruhi kualitas fur yang dihasilkan.

2.2.3 Penghasil Wol :

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap produksi wol adalah bangsa, pakan, musim.
Penghasil wol teristimewa adalah Kelinci ANGORA, mempunyai panjang bulu 15 – 20 cm,
dapat dicukur sebanyak 4 kali per tahun, dan setelah dicukur, bulu wol akan tumbuh kembali
sepanjang 7,5 – 10 cm, dan produksi wol yang dihasilkan 400 gram per tahun, harga per kg 20 –

WANTI FITRIANI 6
50 US dollar. Bila dibandingkan dengan produksi wol domba, maka ternak kelinci 3 kali lipat
dari produksi wol domba, Menurut Schlolaut (1981) bahwa kelinci Angora dengan berat badan 4
kg, dapat menghasilkan 800 gram wol per t ahun atau 225 gram wol per kg berat badan,
sedangkan pada domba produksinya 65 gram wol per kg berat badan.

Dan setelah 1- 2 minggu setelah dicukur, kelinci harus diberikan pakan yang tinggi akan
protein dan energy, kandungan protein pakan untuk kelinci penghasil wol 17 % dengan
digestible energi 2750 Kkal/kg,dan dibutuhkan pula pemberian asam amino yang mengandung
sulfur sebesar 0,8 % dan methionine 0,2 %, serat kasar 16 % dan lemak 2-3 %. Sistem
perkandangan yang digunakan untuk penghasil wol adalah syntem baterry dengan pemeliharaan
secara individual. Konsusi ransum 200 – 220 gram. Produser penghasil wol kelinci adalah China,
Argentina Perancis.

2.2.4 Fancy/Kesayangan

Berbicara masalah fancy, yang perlu diperhatikan adalah melakukan berbagai perkawinan
baik itu murni maupun antar bangsa, sehingga menghasilkan keturunan yang mempunyai sifat
yang baik, warna yang beragam, sehingga dapat menarik minat konsumen, Dalam perdagangan
untuk fancy sangat bervariasi dalam harga karena sangat tergantung kepada konsumen dan
kelangkaan dari jeninya, dalam pemeliharaan relatif sama, dan dapat dipelihara dalam kandang
batery secara individu atau dalam sistem ranch, yaitu sekelompok keluarga. Kebutuhan pakan
relatif sama.

2.3 Beberapa aspek tatalaksana peternakan kelinci meliputi :

2.3.1 Perkandangan

Fungsi kandang antara lain :

 Merupakan tempat tinggal yang nyaman dan pelindung dari pengaruh  alam (hujan, panas
matahari, angin/suhu dll.)
 Menunjang tatalaksana pemeliharaan (memudahkan pemberian pakan, memudahkan
kontrol terhadap suatu penyakit)

WANTI FITRIANI 7
 Keamanan dari predator dan pencuri
 Merupakan sarana pokok yang langsung maupun tidak langsung ikut membentuk
keberhasilan usaha.

Spesifikasi perkandangan  ternak kelinci :

 Mudah dijangkau
 Ketersediaan sumber air yang cukup.
 Akses tranportasi yang mudah.
 Menimbulkan situasi yang menyenangkan dan nyaman bagi ternak dan peternak
 Memenuhi syarat sanitasi yaitu cukup sinar matahari, ventilasi dan drainase yang baik
 Luas kandang dan kepadatan populasi yang cukup.
 Bangunan kokoh dan aman.
 Mempunyai nilai ekonomis

2.3.2 Kesehatan

Pencegahan dan penanganan penyakit :

 Kandang harus selalu bersih, kering dan terang


 Hindari ternak selain  kelinci  berkeliaran
 Peternak/anak kandang harus sehat dan bersih.
 Cukup pakan dan air
 Pemberian aditif

Kegiatan rutin :

 Membersihkan lingkungan kandang dan peralatan


 Membersihkan tempat pakan dan minum
 Memantau kelinci saat makan dikandang (kesehatan, jumlah)
 Pemberian pakan dan minum
 Pengamatan kesehatan

WANTI FITRIANI 8
 Penimbangan bobot kelinci  (bila memungkinkan)

2.3.3 Manajemen usaha

Keberhasilan suatu usaha peternakan kelinci ditentukan oleh aspek-aspek ekonomi, yaitu :

 Pembelian  calon induk harus berkualitas, jangan asal besar atau bagus, tapi genitik perlu
diperhatikan
 Biaya pakan yang diberikan harus ekonomis, artinya jangan sampai membebani peternak
 Biaya pemeliharaan harus ekonomis. terrmasuk anak kandang, Pembelian pakan, obat
obatan
 Dapat mendatangkan manfaat yang lebih, termasuk keuntungan.
 Pendapatan lain-lain tidak boleh diabaikan. (urine, kotoran)

2.4 Pola pemberian pakan

2.4.1 Pemberian hijauan


Sebelum diberikan pada ternak hijauan sebaiknya dilayukan terlebih dahulu dengan cara
membiarkan/diangin-anginkan pada ruangan sekitar kandang. Zat toksik pada beberapa
hijauanseperti adanya HCN pada daun singkong dapat membahayakan kesehatan ternak. Melalui
prosespelayuan zat toksik yang terkandung pada hijauan dapat dikurangi. Selain itu pelayuan
dapatmenurunkan kadar air hijauan yang sangat basah, dimana hijauan yang basah dapat
mengakibatkan kembung (bloat) dan mencret (enteritis) pada kelinci (BELANGER, 1977).
Diantara jenis hijauan ada yang sangat bergetah bahkan ada struktur hijauan yang
dapatmenyebabkan gatal-gatal dan merusak mulut kelinci (SITORUS et al., 1982). Untuk
mengatasihal tersebut dapat dilakukan pencacahan. Pencacahan dilakukan dengan memotong-
motonghijauan sepanjang 2?3 cm dengan cara manual atau mekanis. Melalui proses pencacahan
teksturhijauan yang kasar dan getah hijauan dapat dikurangi.

WANTI FITRIANI 9
2.4.2 Pemberian konsentrat
Konsentrat yang akan diberikan dipilih dari bahan yang disukai, mudah didapat dan
tersedia secara kontinu. Konsentrat harus bersih, tidak rusak, tidak berjamur. Konsentrat
diberikan pada
tempat pakan yang mudah dijangkau oleh kelinci. Tempat pakan harus selalu
dijagakebersihannya, sisa pakan yang sudah berjamur segera dibuang.Kecuali bentuk pellet atau
crumble, konsentrat bentuk all mash (tepung) sebaiknya dicampurdengan air panas atau diseduh
kemudian dikepal-kepal, selain bermanfaat untuk membunuhorganisme penyebab penyakit yang
mungkin ada, juga dapat mengaktifkan enzym inhibitor yang dapat mengurangi kualitas dari
konsentrat tersebut (KRATZER dan PAYNE, 1977 dalam SITORUS et al., 1982). Sebaliknya
pemberian konsentrat kering menyebabkan kelinci sering berbangkis dan menyebabkan intake
makanan rendah. Kelinci yang mendapat pakan dari gandum yang telah dikukus menunjukkan
pertumbuhan lebih cepat (LEBAS, 1976 dalam LANG, 1981)

WANTI FITRIANI 10
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum ilmu nutrisi non ruminansia dilaksanakan pada hari Minggu,8 Mei 2012 di
peternakan kelinci ibu Wiwi Naswida S.pdyang bertempat di jalan ampang gadang ,kec,ampek
angkek canduang,kab agam

1. Lokasi peternakn
 Tempat : jalan ampang gadang ,kec,ampek angkek canduang,kab agam
 Jarak kandang kelinci dengan sumber air : 12 m
 Jarak kandang dengan rumah penduduk : 15 m
 Ketinggian tempat : 2000 m dpl
 Suhu lingkungan : 25 derajat C
 Kelembaban 50 %
2. Identitas peternakan
 Jumlah /kapasitas : 65 ekor
 Jenis : kelinci hias
3. Memilih bibit
 Bibit yang tersedia di peternakan tersebut antara lain :
1. Floam
2. Fuji lop
3. Angora lop
4. Red
5. Blasteran
6. Angora inggris
a. Beda kelinci potong dengan kelinci hias
 Kelinci potong
- BB tinggi

WANTI FITRIANI 11
- Proporsi tubuh sesuai standar
- Contoh : giant
 hias : rambutnya halus
- contoh : angora
b. calon induk yang baik :
- postur tubuh ( panjang, perut kendor)
- rambut (mengkilap)
- putting (panjang)
c. calon pejantan yang baik : alat kelaminnya besar

4. pakan

 jenis :
- hijauan
hampir semua hijauan bisa dijadikan pakan utama kelincikecuali hijauan
yang bergetah .Masing pemberiannya adalah 40 kg /hari dengan rincian
400 gram /ekor /hari.Waktu pemberiannya adalah pukul 08.00-09.00
untuk pagi hari dan pukul 16.00 – 17.00 WIB untuk sore hari

- konsentrat
jenis yang diberikan adalah ampas tahu,kosentrat 511 dengan masing-
masing jumlah pemberiannya adalah:
1. ampas tahu : 25 kg / hari
2. kosentrat 511 : 5000 gram / 30 hari,jadi per hari diberikan 167
gram

5. Sistem perkandangan
Kandang dibuat dalam bentuk baterai dengan alas kandang dari bamboo,yang
tujuan nya mudah menyerap ,dinding dibuat dari kawat tujuannya agar sirkulasi
terjaga baik dan atap terbuat dari seng.Sedangkan ukuran kandang 70 cm x 70 cm

WANTI FITRIANI 12
6. Reproduksi
 Managemen perkawinan
Umur pertama kawin : 5 bulan,dengan cara perkawinannya adalah kelinci betina
dimasukan ke dalam kandang pejantan
 Managemen kebuntingan
1. Pemeriksaan kebuntingan : kelamin diraba dan apabila berminya
berarti bunting
2. Waktu pemeriksaan kebuntingan : 5 hari setelah sudah kelihatan
buntingnya.
3. Persiapan menjelang melahirkan : dari kawin 25 hari ,kotak anak
telah dipersiapkan
4. Tanda kelinci birahi: abang,abu,angat
 Managemen setelah melahirkan
1. Metode penyusuan: disusui sendiri
2. Lama penyusuan : 2 bulan
3. Perkawinan selanjutnya : 2 minggu

7. Penyakit
 Dalam peternakan tersebut ada beberapa kelinci yang sakit
 Jenis penyakitnya adalah scabies
 Tanda : pada bagian yang terserang,rambut kelinci rontok ,keropeng
 Jenis obat yang diberikan : formatin dan ifomex
 Pencegahanya ; biasanya pada saat pergantian cuaca diberi kencur
 Cara pemberian obat biasanya dengan injeksi / suntikan
 Selain scabies,penyakit yang sering menyerang kelinci adalah kembung.

WANTI FITRIANI 13
8. Jenis kelinci yang ada di peternakan ibu Wiwi

WANTI FITRIANI 14
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Menejemen ternak kelinci  sangat diperlukan dalam pengelolaan peternakan, bagaimana


mengatur peternakann kelincinya, dari paling awal, yaitu merencanakan mau beternak ,
melaksanakan peternakan sampai evaluasi akhir dari apa yang telah dilakukan  dalam peternakan
tersebut.Apabila kita bisa mengatur dalam usaha peternakan, baik yang menyangkut ternak dan
peternak sendiri, serta hal hal yang mendukung  dari usaha ternak sendiri.Dan hasil yang akan
diperoleh lebih menguntungkan dan memuaskan.

4.2 Saran

9. Sebaiknya praktikum dilaksanakan lebih serius dan waktu yang lebih panjang.

10. Hendaknya komoditi ternak non ruminansia yang di lihat lebih banyak lagi,seperti
kuda,dan babi.

11. Semoga praktikum untuk yang akan dating lebih baik pelaksanaannya dari pada
praktikum yang sekarang.

WANTI FITRIANI 15
DAFTAR PUSTAKA
www.pemeliharaankelincihias.com
www.wikipedia.com
www.managemenpemberianpakankelinci.com
www.sistempencernaankelinci.com

WANTI FITRIANI 16
WANTI FITRIANI 17

Anda mungkin juga menyukai