Laporan Prak PBG PDF
Laporan Prak PBG PDF
Oleh :
Nama : Rifqi Karramah
NIM : 710018154
Kelompok : 25
Yogyakarta
Oleh :
Rifqi Karramah
710018154
Menyetujui, Mengetahui,
Asisten Dosen I Dosen Mata Kuliah
ii
KATA PENGANTAR
Dengan puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Resmi Praktikum Pengolahan Bahan Galian tepat pada waktunya. Penyusunan
laporan praktikum ini dibuat sebagai salah satu syarat mengikuti responsi akhir
Praktikum Pengolahan Bahan Galian pada Program Studi Teknik Pertambangan
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
Dalam penyusunan Laporan ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Bayurohman Pangacella Putra, S.T., M.T., selaku Ketua Program
Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
2. Bapak Erry Sumarjono, S.T.,M.T., selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah
Pengolahan Bahan Galian Program Studi Teknik Pertambangan Institut
Teknologi Nasional Yogyakarta.
3. Tim Asisten Pengolahan Bahan Galian 2020 sebagai pembimbing dalam
pelaksanaan praktikum serta dalam pembuatan laporan resmi.
4. Semua pihak yang membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan laporan praktikum ini.
5. Dan untuk orang tua saya yang selalu mendoakan hal-hal baik untuk saya
6. Grup whatsapp warga tambang secara langsung maupun tidak langsung
membantu dalam penulisan laporan praktikum ini.
Penulis mengerti bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mohon kritik dan saran guna kemajuan dalam
pembuatan tugas selanjutnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.2 Alat – alat praktikum ................................................................................... 33
3.3 Kominusi ..................................................................................................... 37
3.4 Particle Size Distribusi ................................................................................ 39
3.5 Tahapan Praktikum Kominusi ..................................................................... 40
3.6 Jaw crusher dan Roll Crusher..................................................................... 42
3.7 Analisis Data ............................................................................................... 43
3.7.1 Persen Material Terhadap Berat Material Lolos ................................. 43
3.7.2 Particle Size Distribution ..................................................................... 47
3.8 P80 ............................................................................................................... 49
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 51
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 51
4.2 Saran ............................................................................................................ 51
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52
LAMPIRAN ......................................................................................................... 53
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Sampling Coning and Quartering ............................................................... 12
2.2 Mekanisme Flotasi ...................................................................................... 21
3.1 Grafik Perbandingan material lolos dan mesh ........................................... 53
3.2 Grafik Perbandingan % lolos dan mesh ...................................................... 54
3.3 Grafik PSD (Particle Size Distribution) ..................................................... 56
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Keunggulan Single Roll dan Double Roll Crusher ..................................... 32
2.2 Kekurangan Single Roll dan Double Roll Crusher ..................................... 32
3.1 Hasil Perhitungan % Lolos Ayakan ............................................................ 51
3.2 Hasil Perhitungan Lolos Proses Kominusi .................................................. 55
3.3 Tabel P80 .................................................................................................... 57
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. Jaw Crussher ............................................................................................... 62
B. Roll Crussher ............................................................................................... 63
C. Sharing Table .............................................................................................. 64
D. Screaning ..................................................................................................... 65
E. Sluice Box ................................................................................................... 66
F. Magnetic Separation ................................................................................... 67
G. Jigging ......................................................................................................... 68
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Concentration (pemisahan-pemisahan mineral berharga dari pengotor-
pengotornya).
4. Dewatering (pengeringan) dan material handlind.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1.1 Preparation
1. Kominusi (Reduksi ukuran).
Kominusi adalah suatu tahap operasi atau proses persiapan sebelum
dilakukan prosespengolahan bahan galian, dengan tujuan mereduksi
ukuran butir agar dapat dilakukan proses pengolahan yang selanjutnya.
Kominusi dilakukan dalam tiga tahap (Currie, 1973),yaitu:
a. Primary Crushing
Merupakan peremukan tahap pertama,alat peremuk yang biasanya
digunakan pada tahap ini yaitu umpan material yang digunakan
bersal dari hasil penambangan. Alat yang biasa digunakan adalah
Jaw Crusher.
b. Secondary Chrushing
Merupakan peremukan tahap kedua,alat peremuk yang digunakan
adalah Jaw Chrusher ukuran kecil .umpan yang digunakan berkisar
3
150 mm, dengan ukuran antara 12,5 mm sampai 25,4 mm. Produk
terbesar yang dihasilkan adalah 75mm. alat yang digunakan jaw
crusher ukuran kecil, gyratory crusher, hammer crusher dan roll
crusher.
c. Fine Crushing atau grinding
Merupakan permukaan tahap lanjut dari Secondary Crushing.
Umpan material 5 mm – 10 mm,sedangkan alat yang digunakan
adalah Ball mill dan roll mill.
d. Screening
Merupakan proses pengelompokkan mineral berdasarkan ukuran
lubang ayakan sehingga ukurannya seragam. Alat untuk melakukan
screening disebut screen. Biasanya alat screen ini langsung
berhubungan dengan alat crusher.
e. Quartering
Sebelum dilakukan proses screening dilakukan proses quartering
yaitu caranya seperti:
1. Material dicampur sehingga homogen
2. Diambil secukupnya dan dibuat bentuk kerucut
3. Ujung kerucut ditekan sehingga membentuk kerucut terpotong
dan dibagi empat bagian sama besar
4. Dua bagian yang berseberangan diambil untuk dijadikan contoh
yang dianalisis.
4
f. Regresi Linear
Untuk menentukan persamaan garis pada grafik PSD maka rumus
yang harus dipakai yaitu persamaan regresi linear
Y = a + Bx
Dimana:
Y = Variabel Response atau Variabel Akibat (Dependent)
X = Variabel Predictor atau Variabel Faktor Penyebab
(Independent)
a = konstanta
B = koefisien regresi (kemiringan) besaran respon yang ditimbulkan
oleh Predictor.
Nilai-nilai a dan b dapat dihitung dengan menggunakan Rumus
dibawah ini
a = (Σy) (Σx²) – (Σx) (Σxy)
. n(Σx²) – (Σx)²
b = n(Σxy) – (Σx) (Σy)
. n(Σx²) – (Σx)²
Tujuan dari kominusi:
1. Membebaskan mineral berharga dari material pengotornya.
2. Menghasilkan bentuk dan ukuran partikel yang sesuai dengan
pada proses berikutnya.
3. Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak
dengan zat lain, misalnnya reaksi flotasi.
Macam-macam kominusi:
a. Crushing (Permukan/Pemecahan)
b. Grinding ( Penggerusan/Penghalusan)
c. Sizing (Pemisahan berdasarkan ukuran)
Setelah dilakukan penggerusan atau grinding akan diperoleh
ukuran partikel yang bermacam-macam sehingga haus dilakukan
pemisahan berdasarkan ukuran partikel agar sesuai dengan ukuran
5
yang dibutuhkan pada tahap selanjutnya. pada umunya sizing dibagi
menjadi dua yaitu saringan (sieving) dipake pada skala laboratorium,
dan ayakan (screen) pada skala industri.
Sizing pada umumnya terbagi dalam dua cara yaitu pengayakanatau
penyaringan dan klasifikasi.
1) Pengayakan/penyaringan (screening/sieving) adalah proses
pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan ukuran partikel
atau pengelompokan partikel berdasarkan besar lubang ayakan.
2) Klasifikasi (Classification) adalah pemisahan partikel berdasarkan
kecepatan pengendapannya dalam suatu media (udara atau air)
dipengaruhi oleh densitas, volume dan bentuk material.
a. Pengayakan atau penyaringan (screening/sieving)
Tujuan dilakukannya pengayakan atau penyaringan adalah:
1. Mempertinggi kapasitas unit operasi lainnya.
2. Mencegah terjadinya over crussing atau over grinding.
3. Memenuhi permintaan pasar.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan partikel jatuh dalam
pengayakan.
1. Ukuran dari ayakan: semakin besar lubang ayakan maka
semakin besar juga ukuran material yang lolos dari ayakan.
2. Ukuran relatif partikel: material yang berukuran kecil akan
lebih mudah lolos dari lubang ayakan dari pada material
yang berukuran besar, material yang bertuknya tidak teratur
atau ada salah satu bagian yang ukuranya lebih panjang
akan susah melewati ayakan jika posisinya terlintang pada
ayakan.
3. Kandungan air: kandungan air yang banyak akan sangat
membantu proses pengayakan, apabila kandungan airnya
sedikit mungkin akan tersumbat.
6
4. Pantulan dari material: material yang jatuh pada ayakan
apabila jatuhya mengenai kisi dari ayakan maka akan
terpantul keatas dan jatuh pada posisi yang tidak beraturan.
Saringan (sieve) yang sering digunakan dalam skala industri
adalah:
a) Hand sieve
b) Vibrating sieve series/tylervibrating sieve
c) Sieve shaker/rotap
d) Wetand dry sieving.
Sedangkan ayakan (screen) yang sering digunakan dalam skala
industri adalah:
a) Stationary grizzly
b) Roll grizzly
c) Sieve bend
d) Revolving screen
e) Vibrating screen (single deck, double deck, triple deck, etc)
f) Shaking sceen
g) Rotary shifter.
Produk dari proses pengayakan/penyaringan yaitu:
1. Oversize (ukuran lebih besar dari ukuran lubang
ayakan/yang tertinggal pada ayakan atau tidak dapat
melewati ayakan)
2. Undersize (ukurannya lebih kecil dari lubang ayankan
/yang melewati ayakan).
b. Klasifikasi (Classification)
Kalsifikasi dapat terjadi dalam tiga cara yaitu :
1. Partition concept
2. Tapping concept
3. Rein concept
Pralatan yang digunakan dalam proses klasifikasi adalah:
1. Scrubber
7
2. Log washer
3. Sloping tank classifier (rake, spiral dan drag)
4. Hydraulic tank classifier
5. Hydraulic bowl classifier
6. Hydraulic clindrical tank classifier
7. Hydraulic cone classifier
8. Counter current classifier
9. Pocket classifier
10. Hydrocyclone
11. Air separation
12. Solid bowl centrifuge
13. Elutriator
Produk dari proses klasifikasi adalah:
1. Overflow: produk yang berukuran kecil/halus (slimes) yang
mengalir ke bagian atas.
2. Underflow: produk yang berukuran besar/kasar (sand) yang
mengendap dibagian bawah.
2.1.2 Concentration
Sifat-sifat fisik mineral yang dapat dimanfaatkan dalah proses
konsentrasi adalah:
a. Perbedaan berat jenis atau kerapatan (konsentrasi gravitasi dan media
berat).
b. Perbedaan sifat kelistrikan (Konsentrasi elektrostatik)
c. Perbedaan sifat kemagnetan (Konsentrasi magnetik)
d. Perbedaan sifat permukaan partikel (Flotasi).
Proses peningkatan kadar itu ada bermacam-macam, antara lain:
1. Sorting (Pemilahan)
Sorting adalah sebuah proses merangkaikan benda dalam urutan
tertentu dan/atau dalam himpunan berbeda. Sorting memiliki dua
pengertian secara umum.
8
a. Pengurutan: merangkaikan benda sejenis, sekelas, dll.dalam urutan
yang tertentu.
b. Kategorisasi: pengelompokan dan pemberian label pada benda
yang memiliki sifat serupa.
Sorting dalam pengolahan bahan galian (PBG) adalah suatu proses
peningkatan kadar atau proses konsentrasi yang dilakukan dengan cara
manual, (menggunakan tangan). Pada proses ini apabila terlihat
material yang cukup atau material yang tidak mengandung mineral
dapat dipisahkan langsung dengan tangan.Apabila materialnya cukup
besar mungkin akan dikembaliakan pada proses sebelumnya,
sedangkan apabila material nya tidak mengandung mineral berharga
dapat dibuang.
2. Konsentrasi gravitasi (gravity concentration)
Konsentrasi gravitasi (gravity concentration) yaitu proses konsentrasi
yang memanfaatkan perbedaan berat jenis mineral dalam suatu media
fluida. Bisa juga memanfaatkan perbedaan kecepatan pengendapan
mineral-mineral.
Dilihat dari segi gerakan fluidanya dibedakan menjadi 3, yaitu:
a. Fluida tenang : (Dense medium separation "DMS" atau Heavy
mediun separation "HMS")
b. Aliran Fluida Horisontal : (Sluice box, shaking table dan spiral
concentration)
c. Aliran Fluida Vertikal : (Jengkek)
Bila jumlah partikel (mineral) di dalam fluida relatif sedikit, maka
akan terjadi pengendapan bebas (free settling). Tetapi bila jumlah
partikel banyak gerakannya akan terhambat sehingga terbentuk
stratifikasi yang terdiri dari 3 (tiga) tahap sebagai berikut:
1. Hindered settling classification: klasifikasi pengendapan
terhalang.
2. Differential acceleration pada awal pengendapan: Artinya
partikel berat mengendap lebih dahulu.
9
3. Consolidation trackling pada akhir pengendapan: Partikel-
partikel kecil berusaha mengatur diri diantara partikel-partikel
besar sesuai berat jenisnya.
Produk dari proses konsentrasi ada tiga macam yaitu:
a) Konsentrat (concentrate) yang terdiri dari kumpulan mineral
berharga dengan kadar tinggi.
b) Middling yaitu konsentrat yang masih kotor.
c) Ampas (tailing) yang terdiri dari mineral-mineral pengotor
yang harus dibuang.
Peralatan konsentrasi gravitasi yang paling banyak dipakai adalah:
a. Jengkeng (Jig)
b. Meja Goyang (shaking table)
c. Konsentrasi Spiral (Humprey spiral concentrator)
d. Palong / sakan (sluice box)
1) Konsentrasi media berat (dense/heavy medium separator)
Pada konsentrasi ini mineral berharganya harus lebih berat dari
pengotornya menggunakan medium pemisah yang berat
jenisnya lebih besar dari air (berat jenisnya > 1) Media pemisah
yang sering digunakan antara lain:
a) Air + magnetit halus dengan kerapatan 1.25-2.20 ton/m3
b) Air + ferrosilikon dengan kerapatan 2.20-2.90 ton/m3
c) Air + Magnetit + ferosillikon dengan kerapatan 2.90-3.40
ton/m3
d) Larutan berat seperti tetra bromo ethana (b.j.=2.96),
bromoform (b.j.=2.85) dan metihylene jodida (b.j.=3.32).
larutan berat ini harganya sangat mahal sehingga hanya
digunakan di laboratorium.
Peralatan yang digunakan:
a) Drum separotor (bentuknya silindris)
b) Cone separator (bentuknya seperti corongan).
Produk atau hasil dari proses ini adalah:
10
a) Endapan (sink): terdiri dari mineral berharga yang berat.
b) Apungan (float): yang terdiri dari mineral pengotor yang
ringan.
11
(magnet susceptibility) yang dimiliki mineral. Sifat kemagnetan
bahan galian dibagi menjadi 3 yaitu:
Ferromagnetik yaitu bahan galian mineral yang sangat
kuat ditarik oleh medan magnet misalnya magnetit
(Fe3O4).
Paramagnetik yaitu bahan galian yang dapat ditarik oleh
magnet taetapi tidak terlalu kuat, misalnya hematit
(Fe2O3), Ilmenit(SeTiO3) dan pyrhotit (FeS2).
Diamagnetik yaitu bahan galian yang tidak tertarik oleh
magnet. Misalnya sebagai contoh pada kuarsa (SiO2) dan
feldspar [(Na,K,Al)Si3O8].
Peralatan yang digunakan disebut magnet separator yang terdiri
dari:
1. Inducet roll dry magnetic separator
2. Wet drum low intensity magnetic separator
Yang arah aliran dapat:
1. Councurrent
2. Countercurrent
3. Counter rotation
Sedangkan letak magnetnya :
1. Suspended magnets
2. Suspendets with continuous removal
3. Cobbing drum
4. Konsentrasi secara flotasi (flotation concentration)
4) Konsentrasi Flotasi
Reagen kimia yang di gunakan pada proses flotasi:
a) Pembuih (frother);berfungsi sebagai penstabil gelembung
udara (metil isobuthyl carbonat "MIBC", minyak pinus
dan terpenting.
12
b) Kolektor/pengumpul (collector): berfungsi mengubah
sifat mineral yang suka air menjadi suka udara (xanhatr,
thiocarbonilid, asam oleik, dll.)
c) Penekan/pencegah (depresant): untuk mencegah agar
mineral pengotor tidak ikut menempel pada udara atau
ikut terapun (ZnSO4 untuk menekan Zn S)
d) Pengatur keasaman (pH regulator) mengatur tingkat
keasaman proses plotasi [HCl, HNO3, Ca(OH)2, NH4OH,
dll].
Produk dari flotasi:
a) Konsentrat (mineral yang terapung dengan gelembung
udara)
b) Amang (mineral apungan yang masi mengandung banyak
mineral pengotor)
c) Ampas (Mineral yang tenggelam.
Jenis-jenis proses dalam plotasi :
a) Flotasi ruah (bulk flotation):proses flotasi yang
mengapungkan sekelompok mineral. Misalkan pada biji
kompleks Pb-Cu-Zn. Jika dilakukan flotasi ruah maka
akan didapatkan konsentrat dan tailing. Konsentrat
mengandung Pb-Cu-Zn dengan kadar yang tinggi.
b) Differential flotation:froses flotasi ruah yang dilakukan
dengan cara bertahap. misalnya pada biji komplek Pb-Cu-
Zn , pada tahap pertama di peroleh apungan berupa Pb
dan masih banyak endapan Cu dan Zn, pada tahap kedua
diperoleh konsentran Cu dan masih banyak Zn. pada
tahap ketiga diperoleh Zn dan endapan yang merupakan
tailing akhir.
c) Selective flotation: hampir mirip dengan defferential
flotaion, yang membedakan adalah pada flotasi ini tidak
melakukan proses flotasi ruah terlebih dahulu dan
13
dilakukan dalam jumlah yang besar dan peralatan yang
banyak. Diatas terdapat perbedaan selective flotation
dengan defferential flotation dimana sudah dijelaskan,
dengan hel itu maka diharapkan dapat membedakan
keduanya.
Keterangan:
1. Aliran udara masuk
2. Zona-zona
(a) Apungan
(b) Zona benturan partikel udara
(c) Zona pengadukan.
3. Impeller
4. Arah aliran gelembung udara.
Peralatan yang dipakai
a. Mechanical flotation:
1. Agitair cell
2. Denver cell
3. Krupp cell
4. Outokumpu cell
5. Wemco-Fagregren cell
b. Pneumatic flotation:
1. Column cell
2. Cyclo cell
14
3. Davcra cell
4. Flotaire cell
2.1.3 Dewatering
Dewatering (Penanganan kadar air/pengawa-airan) adalah kegiatan yang
bertujuan untuk mengurangi kandungan air yang ada pada konsentrat yang
dihasilkan dari proses basah (Konsentrasi gravitasi dan flotasi).
Dewatering ada 3 cara yaitu:
a. Pengentalan/pemekatan (thickening)
b. Penapisan/pengawa-airan (filtrasi)
c. Pengeringan (drying)
1. Pengentalan: Konsentrat yang berlumpur dimasukkan kedalam bejana bulat.
Bagian yang pekat akan mengendap kebawah disebur underflow sedangkan
bagian yang encer akan mengalir dibagian atas disebut overflow kedua
produk ini dikeluarkan secara terus menerus. Alat yang digunakan adalah:
a) Rake thickener
b) Deep cone thickener
c) Free flow thickener
2. Penapisan: Dari proses pengentalan kadar airnya masih cukup tinggi, maka
yang pekat dari proses pengentalan akan dimasukkan ke penapis yang
sisertai dengan pengipasan, sehingga jumlah air yang terhisap akan banyak.
dengan demikin akan dapat dipisahkan padatan dari airnya. Alat yang
digunakan adalah :
a. Vacuum (suction) filters yang terdiri dari:
1. Intermitten, misalnya moore leaf filter.
2. Continuous ada beberapa tipe yaitu :
a) Bentuk silindris / tromol (drum type), misalnya: Oliver filter,
Dorrco filter.
b) Bentuk cakram (disk type) berputar, contohnya: American filter.
c) Berbentuk lembaran berputar (revolving leef type) contonya:
Oliver filter.
15
d) Bentuk meja (desk type) misalnya: Caldecott sand table filter.
b. Pressure filter, misalnya:
1. Merrill plate and frame filter
2. Kelly pressure filter
3. Burt revolving filter.
3. Pengeringan: yaitu proses untuk membuang seluruh kandungan air dari
padatan yang berasal dari konsentrat dengan cara penguapan
(evaporization/evaporation). Alat yang digunakan adalah :
a. Hearth type drying/air dried/air baked, pengeringan yang dilakukan
dengan bantuan sinar matahari.
b. Shaft drier, dibagi 4 yaitu :
1) Tower drier: material yang basah dijatuhkan didalam saluran vertikal
yang dialinri oleh udara panas (80-100oC).
2) Rotary drier: material yang basah dialiri kedalam silinder panjang
yang berputarpada posisi agak miring dan dialiri udara panas dari
arah yang berlawanan.
3) Film type drier (atmospheric drum drier): silinder bajah yang
didalamnya dialiri uap air (steam).
4) Spray drier: material yang halus dan basah disemburkan kedalam
ruangan yang panas. Material yang kering akan terkumpul dibagian
bawah ruangan.
16
e. Mengurangi bobot mati
f. Sebagai pengawasan persediaan.
Jenis Material Handling
a. Dry solid handling (Penanganan material padat kering)
b. Slurry handling (Penanganan lumpur)
c. Tailing disposal (Penanganan/pembuangan ampas)
17
g) Throat, bagian dari bagian bawah yang berfungsi sebagai lubang
pengeluaran.
h) Gate, adalah jarak mendarat pada mouth.
i) Set, adalah jarak mendarat pada throat.
j) Cloased Setting, jarak antara fixed jaw dengan swing jaw dengan
closed setting.
k) Throw, selisi antara jarak pelemparan antara open setting dengan
close setting.
l) Nip Angel sudut yang dibentuk dengan garis singgung yang dibuat
melalui titik singgung antara jaw dengan batuan.
2. Cara Kerja Jaw Crusher
Cara kerja Jaw crusher adalah, batuan yang dimasukan melalui feed
opening bagian movable jaw yang bergerak (jaw plate) kedepan ataupun
kebelakang yang naik turun, akibat dari eccentric shaft yang digerakan
oleh fly whell, yang sumber pergerakannya adalah motor listrik, batu tadi
dihancurkan oleh kedua buah rahang jaw crusher karena gerakan
movable jaw. Batu yang telah hancur melalui discharger opening.
Discharger opening dapat diatur dengan menyetir atau menyetel baut
adjustment, ukuran batu yang pecah tergantung dari jaw crusher ini atau
feed opening tanpa menyebabkannya lompat batu keluar pada waktu
dipecahkan tentu hal ini juga dari kekerasan yang dipecah. Khusunya
untuk gap adalah jarak mendarat pada mouth yang ukuran pada bagian
mouth dimana umpan yang dimasukkan bersinggung dengan mouth. Jadi
besarnya gap selalu berubah-ubah menurut besarnya umpan.
a. Mekanisme Pecahnya Batuan
Batuan pada proses peremukan pecahnya batuan disebabkan
karena kuat tekan material batuan lebih kecil dari kuat tekan yang
ditimbulkan oleh alat peremuk rahang, sudut singgung antara
material (nip anggle), dan resultan gaya akhir. Adapun gaya yang
bekerja pada alat peremuk adalah:
18
a) Gaya tekan merupakan gaya yang dihasilkan oleh gerakan
swing jaw yang bergerak menekan batuan.
b) Gaya gesek meupakan gaya yang bekerja pada permukaan
antara fixed jaw maupun swing jaw dengan material batuan.
c) Gaya gravitasi merupakan gaya yang bekerja pada batuan
sehingga mempengaruhi arah gerak material ke bawah
(gravitasi).
d) Gaya menahan merupakan gaya tahan yang dimiliki batuan
atas gaya yang timbul akibat gerakan swing jaw terhadap
fixed jaw.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peremukan batuan oleh alat
peremuk rahang jaw crusher antara lain:
a) Kuat tekan batuan
Ketahanan dipengaruhi oleh kerepasan (friability) dan
kerapuhan (britlleness) dari kandungan mineralnya.
b) Lebar dari lubang pengeluaran/setting, besar kecilnya setting
alat peremuk dapat di atur dengan mengatur toggle.
Dilakukan dengan mengencangkan atau mengendurkan pada
setting block sampai didapat lebar setting yang di inginkan.
c) Variasi dari throw, untuk jaw crusher kecil selisih antara
open dengan closed setting 3/8 inchi, sedangkan jaw crusher
besar selisinya sebesar 1 inchi.
d) Ukuran feed, ukuran feed tergantung pada gape, nip angle
dan dengan pertimbangan bahwa besar feed kurang dari 80%
gape.
e) Kapasitas produk adalah perbandingan antara ukuran feed
dengan ukuran produk. Menurut (currie 1973) reduction yang
baik untuk primary crushing adalah 4 – 7 sedangkan untuk
secondary crushing adalah 14 – 20 dan fine crushing 50 –
100.
19
b. Reduction Ratio
Terdapat 4 macam reduction ratio antara lain:
1. Limiting Reduction Ratio
Merupakan perbandingan ukuran tebal atau lebar material
umpan dengan tebal atau lebar material produk yang dihasilkan
pada proses peremukan
𝑡𝑓 𝑤𝐹
RL = 𝑡𝑓 = 𝑤𝑃
Keterangan:
RL = nilai limiting redcutio ratio
tF = tebal material umpan (cm)
tP = tebal material produk (cm)
wP = tebal material umpan (cm)
Wf = tebal material produk (cm)
2. Apparent Reduction Ratio
Apparent Reduction adalah perbandingan antara gap (G)
dengan efektif setting (So) pada unit crusher. Nilai apparent
reduction ratio dapat dinyatakan sebagai.
0,85 𝐺
Arr = 𝑆𝑜
Keterangan:
Arr = Nilai apparent reduction ratio
G = ukuran efektif gape crusher
So = effective setting crushing
3. Working Reduction Ratio
Working reduction ratio merupakan perbandingan antara
tebal material umpan yang terbesar dengan ukuran efektif
setting (Se) pada unit jaw crusher secara umum nilai dari
working reduction adalah:
𝑡𝑓
𝑊𝑅𝑅 =
𝑆𝑒
20
Keterangan:
Wrr = working Reduction Ratio
Se = effective setting
tf = tebal material umpan
4. Reduction ratio % (R80)
Reduction ratio 80 % adalah perbandingan antara ukuran
lubang ayakan yang dapat meloloskan komulatif 80 % dan
lubang ayakan yang meloloskan kumulatif 80 % berat produk
𝑊80𝐹
R 80% = 𝑊80𝑃
Keterangan:
w80f = ukuran umpan yang lolos persen kumaltif 80 %
w80p = ukuran produk pada persen komulatif 80 %
21
digunakan untuk memecahkan batuan yang lembab dan tidak
menguntungkan jika digunakan untuk memecahkan batuan yang abrasive.
Kapasitas roll crusher tergantung pada jenis batuan, ukuran crusher
primer, ukuran batuan yang di inginkan, lebar roda dan kecepatan roda
berputar.
Cara Kerja Roll Crusher
Roll crusher atau pecahan batuan jenis roll, memecahkan batuan
dengan menjepitnya diantara satu roll, dua roll atau lebih, dimana roll-roll
akan berputar berlawanan dengan adanya berat tersendiri dan gusuran dari
batu, maka batuan akan pecah.
Adapun permukaan dari Roll bermacam macam ada yang rata,
bergelombang, beralur dngan bermacam macam gigi, gigi dan sebagainya,
sesuai dengan jenis batu dan hasil pemecahan yang diharapkan.
Beberapa keutungang utama dari roll crusher mereka memberikan
distribusi ukuran yang sangat halus dan mereka menghasilkan debu yang
sangat sedikit. Crusher Rolls secara efektif digunakan dimaterial
penghancur dimana bijih tidak terlalu kasar dan juga digunakan dalam
pertambangna skala produksi lebih kecil antara biji logam abrasive seperti
emeas.
Batubara mungkin adalah pengguna terbesar Roll Crusher saat ini,
meskipun batubara menggunakan roll crusher atau single roll crusher
maupun double roll crusher,crusher primary dapat mengurangi batubara
ROM. Biasanya, crusher ini biasanya akan memeliki bentuk gigi yang
berada dimuka gulungan. (Roll crusher yang biasa digunakana pada
mineral bijih logam memliki gulungan yang halus.
a. Single Roll Crusher
Single roll crusher adalah roll crusher yangdisediakan memliki 1 roller
dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan batubara/
satuan luas. cara Kerja Single Crusher Pada single roll crusher memiliki
satu buah roda. Bagian utamanya adalah bagian roda silinder yang
dapat berputar yang berfungsi sebagai pengancur batuan. Pelat
22
berfungsi untuk menahan. Single roll crusher melakukan pengurangan
ukuran di daerah penghancuran yang berbentuk baji yang mendapar
tekanan. Tubuh penghancur terdiri dari satu roll berputar dan pegas
peredam dan piringan yang terletak disisi berlawanan. Jarak antara
dasar dari pelat penghancur dan ujung gigi roll crusher memiliki jarak
yang dapat bervariasi tergantung pada ukuran produk yang di inginkan.
Setiap keausan yang mungkin terjadi dapat disesuaikan melalui pela
penghancur. Tergantung pada tepian. Pelat dilengkapi dengan diganti
sisi plat.
b. Double Roll Crusher
Double roll crusher adalah roll crusher yang mempunyai 2 buah roller,
dengan sumbu yang sejajar pada bidang horizontal yang sama. Double
roll crusher sangat cocok digunakan untuk batuan jenis: batubara,
limestone, kaolin, phospat, dan tersier crusher pada batu split/andesit.
Dengan kecepatan 300-350 rpm double roll crusher memiliki kecapatan
dalam menghancurkan berbagai jenis batuan.
Cara Kerja Double Roll Crusher melakukan peremukan dengan cara
menjepit benda yang hendak diremukan diantara satu buah roller yang
dikenal dengan sebutan crushing roll.
Alat ini terdiri dari 2 silinder (roller) dengan sumbu yang sejajar
pada bidang horizontal yang sama kedua roller berdekatan lalu berputar
dengan arah putaran berlawanan kemudian batubara mental diumpan
masuk akan dijepit diantara dua roller akibat tekanan yang kuat
akhirnya batubara mentah remuk dan jatuh kedalam roller truk ke
penampungan.
23
partikel
Mudah dalam melakukan Jarang terjadi penyumbatan pada
preparasi alat ruang peremukan
Preparasi mudah dilakukan
24
c) Roll bergerigi dengan hummer
Tipe roll ini digunakan untuk hasil pengolahan yang lebih halus. Hasil
yang dihasilkan menjadi lebih kecil atau halus. Penggunaan roll ini
pada single roll crusher.
Tipe Roll Crusher dari gerakan roll (double roll crusher)
1. Dua roll yang bergerak
Pada umumnya roll crusher mengandalkan gerak roll untuk
memecahkan bahan. Pada single roll, yang bekerja hanya roll saja,
sehingga dapat diketahui pasti bahwa gerakan rollnya memutar.
Sedangkan pada double roll crusher, ada dua buah roll yang bekerja.
Keduanya adalah roll yang memiliki fungsi sama yaitu memecahkan
bahan. Karena dua buah roll yang bekerja, dapat dipastikan bahwa
gerak roll dapat sama dapat pula tidak. Tipe dua roll yang digerakan
pada double roll crusher berarti kedua buah roll yang bergerak
bersamaan dengan arah yang berlawanan.
2. Satu roll yang dan satu roll diam ( double roll crusher)
Pada double roll yang memounyai cara kerja seperti ini, maka hanya
ada satu roll di antara kedua roll yang bergerak memutar memecah
bahan. Sedangkan satu roll tidak bergerak, fungsinya sebagai penahan
pemecah atau pengolahan bahan. Sekilas jika dicermati, seperti cara
kerja pada single roll, namun memiliki roll yang berbeda. Tapi, dilihat
dari fungsinya, maka akan terlihat berbeda.
Karena dari segi hasil double roll yang memiliki satu buah roll yang
bergerak, memiliki hasil lebih halus dibandingkan single roll. Pada tipr
roll jenis ini, hanya digunakan pada roll yang memiliki permukaan
halus atau smooth roll. Karena dilihat dari cara gerak, tidak
memungkinkan jika roll dengan permukaan bergerigi bekerja dengan
metode seperti ini. Karakteristik atau bagian dari Roll Crusher\
25
3. Base Frame dan Hopper
Semua kontruksi baja dibuat, terbuat dari plat baja roll memiliki akses
dilepas meliputi untuk memungkinkan pemeliharaan berkala dan
pemeriksaan gulungan.
4. Bearings
Bearings bekerja sebagai anti-gesek atau bantalan bulat roller yang
mendukungan poros roll. Mereka adalah adaptor yang dipasang dan
dilumasi, dan terkandung dalam heavysection. Sebuah plat yang
terletak antara bantalan geser dan dasar bingkai untuk mencegah
keausan pada bantalan dasar.
5. Segel Debu
Segel debu sekitar roll poros mencegah debu dari melarikan diri ke
atmostfer. V-belt drive adalah salah satunya.
6. Desain Roll
Karang roll tersedia dalam berbagai panduan untuk mengelolah bahan
pakan. Permukaan roll mencakup berbagai elemen penghancur, seperti
intermeshing gigi, mani-manik dilas, bergalur dan smoothfaced atau
kombinasi halus dan manik-manik, semuanya dirancang untuk siap
mengubah bahan dan menghancurkan sampai tahap yang di inginkan.
7. Tramp Perlindung
Otomatis perlindungan terhadap baja, sampah dan lainnya
uncrusgables disediakan oleh toggle khusus pengatur. Toggle akan
terbuka dan bergerak roll bergerak kembali, membuat lubang besar
untuk lulus mekanisme beralih uncrushable material. The
menyediakan produk positif ukuran control dan bar torsi dan
ketertarikan balik roll bergerak menjamin keselarasan paraler
gulungan sepanjang waktu.
8. Penyesuaian Ukuran Hidrolik
Penyesuaian ukuran produk dicapai melalui suatu mekanisme hidrolik
yang beroperasi melalui batang torsi. Shims baja ketebalan yang
26
bervariasi yang digunakan untuk menjaga pengaturan sementara
crusher sedang bekerja.
27
Dek yang terlalu miring akan mempengaruhi kecepatan aliran air dan
bila kecepatan aliran air tersebut terlalu cepat mkaan partikel ringan
akan terbawa air semuanya hingga yang tertinggal hanya mineral
berat. Dengan begitu hasil yang didapatkan adalah produksi yang
berkadar tinggi tetapi kapasitasnya sedikit. Untuk kemiringan yang
kecil sehingga kecepatan aliran air lambat maka produksi yang
didapat berkadar rendah dengan kapasitas besar.
2) Kecepatan feeding dan kemiringan
Bila terlalu cepat pengumpanannya dan kemiringan dek kecil, maka
proses pemisahan akan berjalan kurang baik karena umpan
tertumpuk dan akan masuk ke konsentrat.
3) Persen solid
Bila terlalu encer pemisahan akan baik dan sebaliknya bila kental
maka semua partikel akan masuk ke konsentrat.
4) Jumlah dan Panjang stroke
Pengaruh terhadap proses pemisahan adalah stroke yang Panjang
untuk material kasar dan stroke kecil untuk material halus.
28
b. Berat jenis material yang akan dipisahkan
Berat jenis material harus cukup besar karena material itu harus dapat
mengimbangi derasnya arus dengan gaya berat sehingga meterial itu
dapat terhalangi oleh riffle. Bila material itu mempunyai berat jenis
yang kecil, akan hanyut terbawa oleh aliran air.
c. Banyanya air/fluida
Bila iar yang digunakan untuk memisahkan mineral ini hanya sedikit,
maka mineral tersebut tidak akan dapat terpisah atau hasilnya adalah
heterogen.
d. Ketinggian riffle
Ketinggian riffle harus sebanding dengan ketebalan aliran air, paling
tidak harus melebihi +/ -0,5cm dari permukaan riffle .
e. Panjang box
Panjang box sangat menentukan karena makin Panjang akan semakin
besar kemungkinan material itu untuk tersangkut pada riffle sehingga
hasilnya makin besar.
Dalam sulice box ini, macam riffle ada dua:
a. Riffle memanjang
b. Riffle melintang
Tahapan-tahapan dalam sluicing adalah:
a. Pemasukan umpan
b. Pencucian
c. Pengambilan konsentrat
Khusus untuk pengambila konsentrat maka riffle diangkat atau dibuka lalu
disemprotkan dengan air, maka material yang dikendaki itu dapat di ambil
dari sluice box tertentu.
2.2.5 Jigging
Jigging merupakan salah satu alat pemisah yang berdasarkan
perbedaan berat jenis, bekerja secara mekanis yang menggunakan adanya
29
perbedaan kemampuan menerobos dari butiran yang akan dipisahkan
terhadap suatu lapisan pemisah (bed).
Secara umun jig merupakan suatu tengki terbuka yang berisi air
dengan saringan horizontal terletak pada bagian atasnya dimana terdapat
lapisan pemisah. Tangki jig dilengkapi dengan lubang pengeluaran
konsentrat (spigot) pada bagian bawahnya. Disamping itu jig juga memiliki
suatu mekanisme penyebab terjadinya tekanan (pulsion) yang diimbangi
dengan pemakaian tambahan.
Prinsip Kerja Proses Jigging
Apabila terjadi pulsion maka bed akan terdorong naik. Sehingga
batuan pada lapisan bed akan merenggang karena adanya tekanan.
Kesempatan ini akan dimanfaatkan oleh mineral berat untuk menerobos bed
masuk ke tangka sebagai konsentrat sedangkan mineral ringan akan terbawa
oleh aliran horizontal diatas permukaan bed dan akan terbuang sebagai
tailing.
Pada saat terjadi suction, bed menutup kembali sehingga mineral berat
berukuran besar dan mineral ringan berukuran besar tidak berpeluang masuk
ke tangki. Jadi mineral berat berukuran besar akan mengendap diatas bed
untuk menunggu kesempatan pulsion berikutnya, sedangkan mineral ringan
berukuran besar akan terbawa aliran arus horizontal.
30
atau terpengaruh ketika dilewatkan pada medan magnet. Mineral-mineral ini
tidak akan tertarik oleh medan magnet dan dikelompokkan sebagai mineral
non–magnetic.
Mineral-meineral yang masuk dalam kelompok mineral magnetic
misalnya: magnetite, hematite, ilmenit, siderite, monazite. Sedangkan
mineral-mineral yang dikelompokan dalam mineral non-magnetic misalnya:
kuarsa, mika, corundum, gypsum, zircon, feldspar. Kemampuan mineral
dalam merespon medan magnet disebut magneticsusceptibility.
Berdasarkan pada magneticsusceptibility mineral dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu:
a. Paramagnetic mineral seperti hematite, ilmenit, pyrhotite.
b. Diamegnetic mineral: kuarsa feldspar.
c. Ferromagnetic: besi, magnetite.
Mineral-mineral paramagnetic memiliki sifat kemagnetan yang
rendah. Artinya mineral-mineral ini hanya memberikan respon terhadap
medan magnet yang besar. Mineral-mineral diamagnetic merupakan
kelompok mineral yang tidak memiliki sifat kemagnetan. Kelompok mineral
ini tidak memberikan respon terhadap medan magnet.
Mineral magnetite merupakan mineral yang memiliki sifat kemagnetan
yang tinggi. Magnetite akan tertarik oleh medan magnet yang relatif rendah
sekalipun. Karena sifatnya ini, maka mineral magnetite dikelompokan
dengan besi sebagai ferromagnetic.
31
BAB III
PEMBAHASAN
32
3.2 Alat – alat praktikum
33
34
35
36
3.3 Kominusi
37
38
3.4 Particle Size Distribusi
39
3.5 Tahapan Praktikum Kominusi
40
41
3.6 Jaw crusher dan Roll Crusher
42
3.7 Analisis Data
43
44
Gambar 3.1. Grafik Perbandingan material lolos dan mesh
45
3.2. Grafik Perbandingan % lolos dan mesh
46
3.7.2 Particle Size Distribution
47
Gambar 3.3. Grafik PSD (Particle Size Distribution)
48
3.8 P80
49
50
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Pengolahan bahan galian merupakan proses pengolahan material untuk
memisahkan material berharga (konsentrat) dengan material pengotor
(tailing) dengan tiga tahapan yaitu preparasi, kosentrasi, dan dewatering.
2. Kominusi merupakan pengolahan bahan galian yang berfungsi untuk
mereduksi atau memperkecil ukuran mineral yang kita olah. Alat alat yang
digunakan dalam proses kominusi beragam tergantung juga jenis
materialnya, jadi tidak semua bahan galian memakai alat yang sama.
3. Dalam menentukan Particle Size Distribution, dibutuhkan pengkondisian
sample, memilih berdasarkan ukuran partikel kemudian menghitung
jumlah partikel tersebut
4. Tahapan pertama pengolahan bahan galian adalah primary crushing
menggunakan jaw crusher, setelah ukuran sudah lebih kecil dilakukan
secondary crusher.
5. Dalam analisis data kita dapat mengetahui besarnya material yang lolos
maupun tertahan.
4.2 Saran
Pelaksanaan praktikum pengolahan bahan galian tahun 2020 berbeda dari
tahun sebelumnya. Hal itu dikarenakan adanya tanggap darurat bencana covid 19
maka pelaksanaan praktikum dilaksanakan secara online. Berkaitan dengan
praktikum online sebaiknya praktikan benar-benar mencari tugas dengan
sungguh-sungguh
51
DAFTAR PUSTAKA
52
LAMPIRAN
53
A. Jaw Crussher
54
B. Roll Crusher
55
C. Sharing Table
56
D. Screaning
57
E. Sluice Box
58
F. Magnetic Separation
59
G. Jigging
60