Anda di halaman 1dari 52

KIMIA DASAR I StRUKTUR

BAB 3 ATOM

Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan dapat:


1. Menentukan nomor atom dan nomor massa
2. Menjelaskan perbedaan isotop, isobar, dan isoton
3. Menjelaskan perbedaan dan persamaan model atom Dalton, model
atom Thomson, model Rutherford, Bohr, dan model atom mekanika
kuantum
4. Menjelaskan bentuk dan orientasi orbital
5. Menggunakan prinsip Aufbau, aturan Hund, dan asas larangan Pauli
untuk menuliskan konfigurasi elektron dan diagram orbital
6. Mahasiswa dapat menyusun konfigurasi unsur-unsur yang terdapat
dalam sistem periodik unsur

73 Kimia Dasar 1
ernahkah Anda membayangkan bahwa keberadaan alam semesta,

P dunia dan seisinya termasuk juga kita hanya mungkin terjadi dengan
adanya keseimbangan yang teramat halus dan teliti? Atom adalah
bagian terkecil dari suatu unsur yang masih memiliki sifat unsur tersebut.
Struktur atom menggambarkan bagaimana partikel-partikel dalam atom
tersusun. Pada bab ini Anda diajak untuk meninjau lebih jauh tentang struktur
sempurna yang berada di dalam sebuah atom.

74 Kimia Dasar 1
3.1 NOMOR ATOM DAN NOMOR MASSA
Nomor atom (Z) menunjukkan jumlah proton dalam inti atom atau
jumlah elektron disekitar inti atom.

Atom hidrogen Atom karbon Atom emas


1 proton, 1 elektron 6 proton, 6 elektron 79 proton, 79 elektron

Selain proton, inti atom juga mengandung neutron. Jumlah proton (Z) dan
neutron (N) dalam atom disebut nomor massa (A) (McMurry, 2003: 45).
Penulisan lambang atom unsur menyertakan nomor atom dan nomor massa
yaitu:

Nomor Massa (A) = Jumlah proton (Z) + Jumlah neutron (N)


Jumlah Neutron = Nomor massa – Nomor atom

Dimana X = lambang unsur

CONTOH

a. mempunyai jumlah proton, neutron, dan elektron sebagai berikut.


p=Z=6
n = A – Z = 12 – 6 = 6
Karena atom netral (tak bermuatan) maka e = p = 6.
b. Pada ion mempunyai jumlah proton, neutron, dan elektron sebagai
berikut.
p = Z = 17

75 Kimia Dasar 1
n = A – Z = 35 – 17 = 18. Karena muatan Cl adalah –1 maka r = 1
sehingga: e = p + r = 17 + 1 = 18
c. mempunyai jumlah proton, neutron, dan elektron sebagai
berikut.
p = Z = 20
n = A – Z = 40 – 20 = 20. Karena muatan Ca adalah 2+, maka q = 2
sehingga: e = p – q = 20 – 2 = 18
d. mempunyai jumlah proton, neutron, dan elektron sebagai berikut.
p=Z=7
n = A – Z = 14 – 7 = 7. Karena muatan Ca adalah -3, maka r = 3
sehingga: e = p + r = 7 + 3 = 10

Soal latihan sub bab 3.1

1. Tentukan jumlah proton, elektron, dan neutron dalam atom-atom berikut.


Notasi Jumlah Proton Jumlah Elektron Jumlah Neutron

2. Bila diketahui jumlah proton, neutron, dan elektron, tentukan nomor


atom, nomor massa, dan tulislah notasi atom dari unsur-unsur berikut.
Jumlah Jumlah Jumlah Nomor Nomor
Unsur Notasi
Proton Elektron Neutron Atom Massa
Mn 25 23 30
S 16 18 16
Xe 54 54 77
Cs 55 54 78

76 Kimia Dasar 1
3.2 ISOTOP, ISOBAR, DAN ISOTON
Setelah penulisan lambang atom unsur dan penemuan partikel
penyusun atom, ternyata ditemukan adanya isotop, isobar, dan isoton.

3.2.1 Isotop
Isotop adalah atom-atom dengan atom yang sama tetapi nomor massa
berbeda (Effendy, 2016a: 22), seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Contoh isotop
Atom Isotop
Hidrogen , ,
Helium ,
Karbon , ,
Nitrogen ,
Oksigen , ,

3.2.2 Isobar
Isobar adalah atom-atom dari unsur-unsur yang berbeda dapat
memiliki nomor massa yang sama (Effendy, 2016a: 22). Contoh-contoh dari
isobar dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Contoh-contoh isobar
Unsur Unsur isobar
Hidrogen dan helium dan
Karbon dan nitrogen dan
Natrium dan magnesium dan

3.2.3 Isoton
Isoton adalah atom-atom dari unsur-unsur yang berbeda dapat
memiliki jumlah neutron yang sama (Effendy, 2016a: 23). Beberapa contoh
isoton dan neutronnya diberikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Contoh-contoh isoton
Unsur-unsur Isoton Jumlah n
Hidrogen dan helium dan 2
Kalium dan kalsium dan 20
Nitrogen dan karbon dan 7

77 Kimia Dasar 1
Soal latihan sub bab 3.2

Diketahui kelompok unsur


Pilihlah unsur-unsur dalam daftar di atas dalam kelompok
a. Isotop
b. Isobar
c. Isoton

3.3 PERKEMBANGAN MODEL ATOM


Jika Anda memotong satu batang emas menjadi dua bagian, kemudian
dipotong lagi menjadi dua bagian dan seterusnya maka bagian terkecil yang
tidak dapat dibagi lagi inilah yang mengawali berkembangnya konsep atom,
konsep atom ini dikemukakan oleh Democritus yang hidup pada tahun 460 –
370 SM.
Berdasarkan pendapat Democritus bila sepotong emas dipotong
secara terus menerus maka akan ada batas akhir, yaitu setelah pemotongan
terakhir menghasilkan atom-atom emas. Jadi, menurut Democritus atom
merupakan bagian terkecil dari suatu unsur yang tidak dapat dibagi lagi
menjadi partikel yang ukurannya lebih kecil (Effendy, 2016a: 20)
Konsep atom itu dikemukakan oleh Democritus yang tidak didukung
oleh eksperimen yang meyakinkan, sehingga tidak dapat diterima oleh
beberapa ahli ilmu pengetahuan dan filsafat. Pengkajian kembali tentang
unsur dan atom dilakukan setelah munculnya percobaan modern 2000 tahun
kemudian.
Pengembangan konsep atom-atom secara ilmiah dimulai oleh John
Dalton (1805), kemudian dilanjutkan oleh Thomson (1897), Rutherford
(1911), dan disempurnakan oleh Bohr (1914). Hasil eksperimen yang

78 Kimia Dasar 1
memperkuat konsep atom ini menghasilkan gambaran mengenai susunan
partikel-partikel tersebut di dalam atom. Gambaran ini berfungsi untuk
memudahkan dalam memahami sifat-sifat kimia suatu atom. Gambaran
susunan partikel-partikel dasar dalam atom disebut model atom.

3.3.1 Model Atom Dalton


Jhon Dalton adalah seorang guru Inggris, yang mengembangkan teori
modern yang pertama mengenai atom-atom sebagai partikel terkecil unsur
dan molekul-molekul adalah partikel terkecil senyawa (Prasetiawan, 2009:
21).
Teori atom Dalton dikemukakan berdasarkan dua hukum, yaitu
hukum kekekalan massa: massa total dari benda yang ada setelah reaksi kimia
adalah sama seperti sebelum reaksi berlangsung dan hukum perbandingan
tetap: senyawa kimia, tidak peduli darimana asalnya atau caranya dibuat,
selalu mempunyai komposisi yang sama, yaitu, perbandingan-perbandingan
massa yang sama dari unsur-unsur pembentuknya. Sebagai contoh adalah
pemanasan potongan logam magnesium dengan gas oksigen menjadi bubuk
putih, magnesium oksida, mempunyai komposisi tetap (Sastrohamidjojo,
2012: 4) seperti pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Pemanasan logam magnesium dengan oksigen
Sebelum percobaan Setelah pemanasan Perbandingan
magnesium (g) magnesium oksida (g) magnesium/magnesium oksida (g)
0,62 1,02 0,62/1,02 = 0,61
0,48 0,79 0,48/0,79 = 0,60
0,36 0,60 0,36/0,60 = 0,60

Sesuai dengan hukum perbandingan tetap, maka perbandingan massa


magnesium dengan massa magnesium oksida harus merupakan harga yang
tetap. Pada kolom terakhir terlihat bahwa harga perbandingan tersebut adalah
tetap.

79 Kimia Dasar 1
Menurut Brady (1999: 50) teori atom Dalton dapat dikemukakan
dalam empat anggapan dasar (postulat) berikut ini:
1. Zat terdiri dari partikel-partikel kecil
yang tidak kelihatan yang disebut atom.
2. Semua atom dari suatu unsur adalah
sama, tetapi berbeda dari atom unsur
lainnya (berarti semua atom dari suatu
unsur mempunyai massa yang sama,
tetapi berbeda dari massa atom unsur
lainnya).
3. Senyawa kimia dibentuk oleh atom-
Gambar 3.1 John Dalton (1766 –
atom unsurnya dalam suatu 1844) adalah ilmuwan Inggris
perbandingan yang tetap.
4. Suatu reaksi kimia hanyalah berupa
pergeseran atom dari suatu senyawa ke
yang lain. Sedangkan atom masing-
masing masih tetap berfungsi dan tak
Gambar 3.2 Model atom Dalton,
berubah. seperti bola pejal

Dalton mengembangkan simbol untuk menyatakan atom unsur dan


dengan simbol ini dia menulis persamaan pembentukan senyawa seperti
persamaan pembentukan dua senyawa oksida-karbon berikut ini.

+
+ 2

Kedua persamaan itu berdasarkan teori atom Dalton, menggambarkan hukum


kekekalan massa, hukum perbandingan tetap, dan hukum perbandingan
berganda (Sukarna, 2003: 5).
Teori atom Dalton juga merupakan dasar untuk memprediksi hukum
perbandingan berganda: jika dua unsur membentuk lebih dari senyawa

80 Kimia Dasar 1
tunggal, maka satu unsur yang bergabung dengan massa unsur kedua tertentu
merupakan perbandingan dari bilangan-bilangan bulat sederhana
(Sastrohamidjojo, 2012: 5).
Sebagai contoh unsur karbon dan oksigen dapat membentuk dua
senyawa dengan oksigen yaitu karbon monoksida, tersusun dari 1,33gram
oksigen yang bergabung dengan 1 gram karbon dan pada karbon dioksida,
2,66 gram oksigen bergabung dengan 1 gram karbon. Perbandingan massa
oksigen pada kedua senyawa yang bergabung dengan massa karbon yang
tetap adalah (1,33 : 2,66 = 1 : 2) seperti digambarkan pada Gambar 1.4.
CO CO2
Info :
Pada pertemuan The
Manchester and Philosophical
Society. Dalton memakai jas
berwarna merah menyala
yang dipandang kurang pas
untuk pertemuan tersebut.
Setelah diberitahu dia
terkejut sebab dia yakin
bahwa jas yang dipakai
berwarna cokelat. Sejak
itulah Dalton mengetahui
dirinya menderita buta
warna.
Bermula dari itulah
karbon Dalton melakukan
dengan penelitian tentang buta
berat warna dan tulisannya
sama dimuat dalam majalah
Memoirs. Eksperimen-
eksperimen lainnya pun ia
lakukan, di antaranya
perbandingan berat
tentang meteorologi, sifat
oksigen 1 : 2
fisika gas, atom, dan
pengamatan lainnya.
Gambar 3.3 Hukum perbandingan berganda

Hal ini sesuai dengan teori atom yaitu bila karbon monoksida terdiri
atas 1 atom oksigen yang terikat dengan satu atom karbon dan karbon
dioksida terdiri atas 2 atom oksigen yang terikat dengan satu atom karbon,

81 Kimia Dasar 1
maka berat oksigen di dalam molekul karbon dioksida haruslah dua kali
massa oksigen di dalam molekul karbon monoksida (Sukarna, 2003: 5).

3.3.2 Model Atom Thomson


Percobaan penting pertama yang
mengarah pada pemahaman tentang atom
adalah dilakukan oleh J.J. Thomson selama
periode 1898 – 1903. Percobaan Thomson
dalah dengan menggunakan tabung sinar
katode (Cathode ray tube = CRT) seperti
Gambar 3.4 J.J. Thomson (1856- ditunjukkan pada Gambar 3.5. Tabung ini
1940)
dibuat oleh Michael faraday sekitar 175 tahun yang lalu. Tabung digunakan
dalam pesawat televise dan monitor computer generasi pertama. Karena
tabungnya memanjang seperti terlihat pada Gambar 3.5 maka ukuran pesawat
televisi dan monitor computer generasi pertama ukurannya selalu besar
(Effendy, 2016a: 115).

Gambar 3.5 Tabung sinar katode dengan medan listrik yang tegak lurus dengan arah sinar
katode dan medan magnetik luar. Lambang U dan S menandakan kutub utara dan selatan
magnet. Sinar katode akan menumbuk ujung tabung di A dengan adanya medan listrik, di C
dengan adanya medan listrik, dan di B di mana tidak ada medan luar atau ketika pengaruh
medan listrik dan medan magnetik saling menghilangkan.
(Gambar dikutip dari Chang, 1998: 40)

82 Kimia Dasar 1
Sinar katode adalah tidak berwarna. Sinar katode tampak berwarna
hijau apabila tabung sinar katode dilapisi zat yang dapat berpendar seperti
ZnS. Arus sinar katode ditunjukkan pada Gambar 3.6.

(a) (b) (c)


Gambar
(a) 3.6 (a) Sinar katode tampak berwarna hijau karena tabung sinar katode dilapisi zat
yang dapat berpendar, (b) sinar katode dibelokkan menjauhi kutub negatif magnet, (c) sinar
katode dibelokkan mendekati kutub positif magnet.
(Gambar dikutip dari McMurry, 2003: 42)

Berdasarkan fakta bahwa sinar katode dibelokkan menjauhi kutub


negatif magnet dan dibelokkan mendekati kutub positif magnet, Thomson
menyatakan bahwa sinar katode merupakan partikel yang memiliki muatan
negatif. Partikel tersebut disebut dengan elektron. Thomson menemukan
bahwa percobaan menggunakan katode dari logam-logam yang berbeda
selalu memberikan hasil percobaan yang sama. Berdasarkan fakta ini
Thomson menyatakan bahwa atom-atom dari logam-logam yang berbeda
selalu memiliki elektron sehingga elektron merupakan partikel fundamental
dari setiap atom (Effendy, 2016a: 117)
Berdasarkan kenyataan bahwa atom memiliki sifat netral, Thomson
mengusulkan bahwa atom harus memiliki sesuatu yang bermuatan positif.
Berdasarkan hal tersebut Thomson mengajukan suatu postulat bahwa: “Atom
terdiri dari sebuah bola awan baur yang bermuatan positif dengan elektron-
elektron bermuatan negatif, yang tertanam secara acak di dalamnya”. Model
atom Thomson seringkali disebut dengan model roti kismis dimana kismis

83 Kimia Dasar 1
merupakan elektron yang
bemuatan negatif,
sedangkan roti merupakan
bola awan baur yang
bermuatan positif (Effendy,
2016a: 117) seperti yang
ditunjukkan pada Gambar
3.7. Gambar 3.7 Model atom Thomson
Pada tahun 1897, Thomson menemukan angka banding muatan
elektron (e) terhadap massanya (m), e/m sebesar yaitu -1,76 x 108 Coulomb
per gram. Penemuan angka banding ini membuka jalan bagi penemuan massa
dan muatan elektron. Percobaan yang dilakukan Thomson didasarkan pada
sifat elektron dalam medan magnet dan medan listrik (Sunarya, 2010: 292).
Namun, pada percobaan Thomson tersebut ia tidak dapat menentukan baik
harga massa maupun muatan elektron.
Pada tahun 1906, Robert A. Milikan berhasil menentukan harga
muatan elektron melalui percobaan tetesan minyak. Dalam percobaan
Milikan seperti pada Gambar 3.8, kabut halus minyak disemprotkan ke dalam
tabung dengan alat penyemprot. Sebagian tetesan minyak, melalui sebuah
lubang kecil pada pelat kuningan atas, dibiarkan memasuki ruangan di antara
dua pelat kuningan yang sejajar. Tetesan tersebut diamati pergerakannya
menggunakan sebuah mikroskop. Gaya gravitasi menyebabkan tetesan
minyak bergerak ke bawah (Effendy, 2016a: 117).
Penyinaran udara yang berada antara dua pelat kuningan dengan sinar
X menyebabkan dilepaskannya elektron dari molekul nitrogen dan oksigen.
Sebagian dari elektron tersebut akan bertabrakan dengan tetesan minyak
sehingga tetesan minyak tersebut bermuatan negatif. Pemberian muatan
positif pada pelat kuningan atas dan muatan negatif pada pelat kuningan

84 Kimia Dasar 1
bawah menggunakan sumber arus bertegangan tinggi, menyebabkan
timbulnya gaya listrik yang arahnya ke atas, berlawanan dengan arah
gravitasi. Gaya tarik ke atas ini kekuatannya dapat diatur dengan merubah
tegangan pada sumber arus yang ada (Effendy, 2016: 117).

Gambar 3.8 Model tetesan minyak Millikan. Minyak dihamburkan dengan alat penyemprot,
sebagian tetesan minyak memasuki celah berada di antara dua pelat yang dimuati listrik dan
diradiasi dengan sinar x, mengakibatkan udara di sekitarnya terionisasi dan elektron
menempel pada minyak. Besarnya medan listrik diatur sedemikian rupa sehingga dapat
mengimbangi gaya gravitasi dan tetesan minyak tidak bergerak.
(Gambar dikutip dari Jespersen, Brady & Hyspon, 2012: 65)

Pada harga kekuatan medan listriktertentu dapat terjadi kekuatan gaya


gravitasi setimbang dengan kekuatan gaya listrik. Pada kondisi ini tetesan
minyak akan diam dan berlaku persamaan berikut (Effendy, 2016a: 118).
Gaya listrik = q . E

Tetesan minyak Keterangan:


bermuatan negatif q = Muatan tetesan minyak
E = Kekuatan medan listrik terpakai
antara dua pelat kuningan
Gaya listrik = m . g m = Massa tetesan minyak
q.E=m.g g = Tetapan gravitasi

85 Kimia Dasar 1
Dalam setiap percobaan harga E, m, dan g adalah diketahui sehingga q dapat
dihitung.
Setiap tetesan minyak dapat menangkap elektron dengan jumlah yang
berbeda sehingga harga muatannya berbeda pula. Dari beberapa percobaan
menggunakan tetesan minyak yang berbeda selalu diperoleh harga muatan
tetesan minyak yang merupakan kelipatan bilangan bulat dari harga yang
sama yaitu -1,6 x 10-19 C. Muatan sebesar ini adalah dimiliki oleh satu
elektron. Berdasarkan fakta tersebut maka harga muatan elektron (e)
ditetapkan sebesar -1,6 x 10-19 C. Dengan dimasukkan harga e ke dalam
angka banding e/m yang ditemukan oleh Thomson maka harga massa
elektron (m) dapat ditentukan.
e/m = -1,76 x 108 Cg-1
e = -1,6 x 10-19 C
= -1,6 x 10-19 C
-1,76 x 108 Cg-1
m = 9,11 x 10-28 gram

Pada tahun 1886 Eugen Goldstein, seorang ilmuwan fisika Jerman,


mengamati bahwa apabila katode dibuat berlubang maka pada ujung tabung
sebelah kiri pada dekat katode tampak bercahaya. Goldstein menyimpulkan
bahwa selain sinar katode yang bergerak dari katode ke anode ada sinar lain
yang bergerak dengan arah berlawanan, yaitu bergerak dari anode ke katode.
Karena sinar ini bergerak dari melewati lubang-lubang pada katode maka
sinar tersebut oleh Goldstein disebut dengan sinar terusan (canal ray) atau
sinar katode. Sinar ini memiliki muatan positif karena terdiri dari ion-ion
positif. Ion-ion positif ini terjadi ketika sinar katode menumbuk atom-atom
dari gas yang terdapat dalam tabung. Tumbukan ini menyebabkan atom-atom
berubah menjadi ion-ion positif. Jenis ion tersebut tergantung pada gas yang
terdapat dalam tabung sehingga memberikan rasio e/m yang berbeda pula.

86 Kimia Dasar 1
Sinar terusan memiliki harga e/m yang lebih kecil dibandingkan harga e/m
untuk elektron. Hal ini menunjukkan bahwa massa partikel-partikel dalam
sinar terusan adalah lebih besar dibandingkan massa elektron. Sinar terusan
dengan rasio e/m terkecil diperoleh dari gas H 2. Sinar ini terdiri dari ion-ion
H+ atau proton. Massa proton adalah 1,672622 x 10 -24 gram (Effendy, 2016a:
119).

Gambar 3.9 Sinar terusan Goldstein

3.3.3 Model Atom Rutherford


Fakta bahwa atom-atom pada katode
dalam tabung sinar katode dapat
memancarkan elektron-elektron
menunjukkan bahwa atom-atom harus
memiliki partikel yang bermuatan positif.
Hal ini mendorong Ernest Rutherford (1871
- 1937), seorang ilmuwan fisika dari
Gambar 3.10 Ernest Rutherford
Selandia Baru yang bekerja dengan Thomson di Cambridge University,
melakukan percobaan hamburan partikel alfa (α) oleh atom-atom yang

87 Kimia Dasar 1
hasilnya dipublikasikan pada tahun 1911. Percobaan Rutherford melibatkan
penggunaan partikel-partikel α, satu jenis radiasi yang dipancarkan oleh
sejumlah zat radioaktif alami seperti radium, polonium, dan uranium. Partikel
α bermuatan positif karena terdiri dari ion-ion He2+. Bersama dengan
rekannya Hans Geiger dan Ernest Marsden, Rutherford melakukan
serangkaian percobaan menggunakan lempeng emas yang sangat tipis dan
lempeng dari logam lainnya sebagai target untuk ditembak dengan partikel α
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11 (a) Alat percobaan Rutherford sinar α ditembakkan pada lempengan emas; (b)
Hasil percobaan Rutherford ketika sinar α mengenai lempengan emas.
(Gambar dikutip dari Chang, 1998: 42)

Rutherford berlogika bahwa jika model atom yang diajukan oleh J.J.
Thomson benar, maka hampir semua partikel α yang harus menembus
lempeng emas tanpa dibelokkan, kecuali sebagian kecil saja yang dibelokkan
dengan sudut kecil seperti dimodelkan pada Gambar 3.12(a). Namun, hasil
percobaan Rutherford adalah sangat berbeda seperti dimodelkan pada
Gambar 3.12(b). Rutherford menemukan bahwa:
(1) Hampir semua partikel α menembus lempeng emas tanpa dibelokkan
(2) Sejumlah kecil partikel α dibelokkan dengan sudut kecil

88 Kimia Dasar 1
(3) Hanya sebagian kecil partikel α (sekitar satu dari 20000) dibelokkan
dengan sudut besar
(4) Sebagian kecil lagi dibandingkan (3) partikel α dipantulkan balik ke
sumber partikel α (Effendy, 2016a: 120).

(a) (b)

Gambar 3.12 (a) Hamburan partikel α oleh lempeng emas berdasarkan model atom
Thomson dan (b) Hamburan partikel α hasil percobaan Rutherford

Berdasarkan hasil percobaan tersebut Rutherford menyimpulkan


bahwa:
(a) Atom terdiri dari inti atom yang bermuatan positif, dikelilingi oleh
elektron-elektron yang bermuatan negatif
(b) Volume inti atom adalah sangat kecil dibandingkan volume atom
(c) Hampir semua massa atom terpusat pada inti atom. Hal ini ditunjukkan
dengan sangat sedikitnya partikel α yang dipantulkan balik ke sumbernya
(d) Sebagian besar dari atom merupakan ruangan yang kosong karena
hampir semua partikel α yang menembus lempeng emas tanpa
dibelokkan (effendy, 2016a: 121).
Berdasarkan kesimpulan tersebut Rutherford mengemukakan model
sederhana tentang atom, yaitu “Atom terdiri dari inti atom dengan ukuran

89 Kimia Dasar 1
sangat kecil (diameter sekitar 10 -13 cm) yang memiliki muatan positif dan
elektron-elektron dengan muatan negatif yang menelilingi inti atom pada
jarak rata-rata sekitar 10-8 cm.
inti atom

~10-8 cm

~10-13 cm

Gambar 3.13 Ukuran relatif dari inti atom


Dalam model atom Rutherord, apabila ukuran inti atom dibandingkan
dengan ukuran atom maka seperti kelereng dibandingkan Gelora Bung Karno
di Jakarta. Rutherford menyukai model atom di mana elektron mengitari inti
atom analog dengan planet-planet beredar mengelilingi matahari. Model
atom Rutherford menyisakan masalah yang tidak segera dapat dipecahkan.
Pada waktu itu sudah diketahui bahwa hidrogen merupakan atom yang paling
sederhana karena hanya memiliki satu proton dan satu elektron. Helium juga
sudah diketahui sebagai atom yang memiliki dua proton dan dua elektron.
Karena massa elektron jauh lebih kecil dibandingkan dengan massa proton
maka secara teoritis rasio dari massa atom helium terhadap massa atom
hidrogen adalah mendekati 2 : 1. Dalam kenyataan rasio tersebut adalah
mendekati 4 : 1. Rutherford mengajukan postulat bahwa dalam inti atom
helium terdapat partikel fundamental yang lain selain proton. Keberadaan
dari partikel tersebut dibuktikan oleh James Chadwick, seorang ahli fisika
dari Inggris, pada tahun 1932 (Effendy, 2016b: 122).
Ketika Chadwick membombardir lembaran tipis berilium dengan
partikel α, radiasi dengan energi sangat tinggi dipancarkan oleh lembaran
berilium tersebut. Percobaan selanjutnya menunjukkan bahwa sinar tersebut

90 Kimia Dasar 1
merupakan partikel fundamental yang ketiga setelah elektron dan proton.
Chadwick memberi nama partikel tersebut neutron karena netral atau tidak
memiliki muatan listrik. Massa dari neutron adalah sedikit lebih besar dari
massa proton. Penemuan proton dapat memecahkan masalah berkaitan
dengan rasio massa atom helium dengan massa atom hidrogen. Dalam inti
atom helium terdapat dua proton dan dua neutron, sedangkan dalam inti atom
terdapat satu proton. Oleh karena itu, rasio massa atom helium dengan massa
atom hidrogen mendekati 4 : 1. Terdapatnya neutron dalam inti-inti atom
selain atom hidrogen-1 atau protium adalah sangat penting. Tanpa adanya
neutron dalam inti atom, inti atom tidak akan stabil karena tolakan antara
proton-proton yang sangat kuat. Dengan adanya neutron yang posisinya
diantara proton-proton menjadikan tolakan antara mereka menjadi lemah
sehingga atom menjadi stabil (Effendy, 2016a: 122).

3.3.4 Model Atom Bohr


Menurut Rutherford, atom dibangun oleh inti atom bermuatan positif
dikelilingi oleh elektron bermuatan negatif. Elektron dalam atom tidak diam,
melainkan berputar secara kontinu mengelilingi inti atom dengan percepatan
tetap. Jika tidak demikian, elektron akan tertarik ke inti. Gerakan elektron
mengelilingi inti merupakan syarat untuk dapat menerangkan spektra atom
(Sunarya, 2010: 306).
Model atom Rutherford ini melanggar salah satu prinsip dasar dari
fisika klasik menyatakan bahwa apabila partikel bermuatan, seperti elektron
bergerak mengelilingi atau mengorbit inti atom maka elektron tersebut akan
terus menerus memancarkan energi. Orbit elektron akan berbentuk spiral,
elektron semakin mendekati ke inti dan pada akhirnya jatuh ke dalam inti
atom. Hal ini menyebabkan inti atom bersifat tidak stabil. Dalam kenyataan,
atom-atom cenderung bersifat stabil (Effendy, 2016a: 123).

91 Kimia Dasar 1
Pada tahun 1913 salah satu murid Rutherford, yaitu Neils Bohr pakar
fisika Denmark, menyatakan bahwa kegagalan tersebut dapat diperbaiki
dengan menerapkan hipotesis Planck dengan mekanika kuantum untuk
menjelaskan model atom. Penjelasan Bohr tentang atom hidrogen melibatkan
gabungan antara teori klasik dari Rutherford dan teori kuantum dari Planck,
diungkapkan dalam empat postulat, sebagai berikut (Sunarya, 2010: 306).
1. Hanya ada seperangkat orbit tertentu yang diperbolehkan bagi elektron
dalam atom hidrogen. Orbit ini merupakan keadaan stasioner (menetap)
elektron dan merupakan lintasan elektron dalam mengelilingi inti atom.
Gerakan elektron dalam lintasan stasioner dijelaskan melalui hokum
mekanika klasik.
2. Selama elektron berada dalam lintasan stasioner, energi elektron tetap
sehingga tidak ada lagi energi dalam bentuk radiasi yang dipancarkan atau
diserap oleh atom.
3. Elektron hanya dapat berpindah dari satu lintasan stasioner ke lintasan
stasioner lain disertai perubahan energi yang besarnya sama dengan
persamaan Planck, ΔE = h.v.
4. Lintasan stasioner yang dibolehkan memiliki besaran dengan sifat-sifat
tertentu, yang disebut momentum sudut. Besarnya momentum sudut
merupakan kelipatan dari h/2π atau nh/2π, dengan n adalah bilangan bulat,
dan h adalah tetapan Planck.

Model atom hidrogen menurut Bohr ditunjukkan pada Gambar 3.14. Lintasan
yang dibolehkan untuk elektron diberi nomor, n = 1, n = 2, n = 3, dan
seterusnya . Bilangan bulat ini dinamakan bilangan kuantum. Huruf K, L, M,
dan seterusnya.

92 Kimia Dasar 1
n=3 Model atom Bohr
n=2 menggabungkan teori klasik
n=1 dari Rutherford dan teori
+ kuantum dari Planck
menghasilakan model atom
serupa Rutherford, dimana
elektron berada pada tingkat
energi tertentu sesuai dengan
Gambar 3.14 Model atom Bohr bilangan kuantum n = 1, 2, 3,
. . . . (teori kuantum Planck).
Gambar 3.15 Niels Bohr

Dalam model atom Bohr ini dikenal istilah konfigurasi elektron, yaitu
susunan elektron pada masing-masing kulit. Data yang digunakan untuk
menuliskan konfigurasi elektron adalah nomor atom suatu unsur, di mana
nomor atom unsur menyatakan jumlah elektron dalam atom unsur tersebut.
Sedangkan elektron pada kulit terluar dikenal dengan sebutan elektron
valensi. Susunan elektron valensi sangat menentukan sifat-sifat kimia suatu
atom dan berperan penting dalam membentuk ikatan dengan atom lain.
Untuk menentukan konfigurasi elektron suatu unsur, ada beberapa
patokan yang harus selalu diingat, yaitu:
a. Dimulai dari lintasan yang terdekat dengan inti, masing-masing lintasan
disebut kulit ke-1 (kulit K), kulit ke-2 (kulit L), kulit ke-3 (kulit M), kulit
ke-4 (kulit N), dan seterusnya.
b. Jumlah elektron maksimum (paling banyak) yang dapat menempati
masing-masing kulit adalah:

2n2

dengan n = nomor kulit


 Kulit K dapat menampung maksimal 2 elektron.
 Kulit L dapat menampung maksimal 8 elektron.
 Kulit M dapat menampung maksimal 18 elektron, dan seterusnya.
c. Kulit yang paling luar hanya boleh mengandung maksimal 8 elektron.

93 Kimia Dasar 1
Jumlah maksimum elektron pada beberapa kulit dapat dilihat pada Tabel
3.5.
Tabel 3.5 Jumlah maksimum elektron pada beberapa kulit
n Nama kulit Jumlah maksimum elektron dalam kulit
1 K 2
2 L 8
3 M 18
4 N 32
5 O 50
6 P 72
7 Q 98

Pada keadaan dasar elektron dari atom hidrogen menempati kulit


K. Untuk atom-atom berelektron banyak, yaitu atom-atom dengan dua
atau lebih elektron, elektron-elektron tersebut menempati kulit-kulit
dengan tingkat energi yang paling rendah. Untuk atom litium dalam
keadaan dasar, dua elektron menempati kulit K dan satu elektron
menempati kulit L. Untuk atom karbon dalam keadaan dasar, dua elektron
menempati kulit K dan empat elektron menempati kulit L seperti
ditunjukkan pada Gambar 3.16 (Effendy, 2016a: 125).

+ Inti atom
+ + +
Elektron

Gambar 3.16 Atom-atom hidrogen, litium, dan karbon pada keadaan dasar dengan elektron-
elektron menempati kulit dengan tingkat energi paling rendah

Untuk unsur-unsur golongan utama, kulit terluar yang terisi oleh


elektron disebut kulit valensi sedangkan elektron disebut yang menempati
kulit valensi disebut elektron valensi. Distribusi elektron pada kulit-kulit
atom dalam suatu atom disebut konfigurasi elektron (Effendy, 2016a:

94 Kimia Dasar 1
126). Konfigurasi elektron logam-logam alkali pada keadaan dasar
diberikan pada Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Konfigurasi elektron logam-logam alkali pada keadaan dasar
Jumlah elektron yang menempati Elek.
Nomor kulit Konfigurasi
Atom Valen
atom K L M N O P Q elektron
si
Li 3 2 1 2, 1 1
Na 11 2 8 1 2, 8, 1 1
K 19 2 8 8 1 2, 8, 8 1
Rb 37 2 8 18 8 1 2, 8, 18, 8, 1 1
Cs 55 2 8 18 18 8 1 2, 8, 18, 18, 8, 1 1
Fr 87 2 8 18 32 18 8 1 2, 8, 18, 32, 18, 8, 1 1

CONTOH

Tulislah konfigurasi elektron dari unsur-unsur berikut.


a. Helium dengan nomor atom 2
b. Oksigen dengan nomor atom 8
c. Bromin dengan nomor atom 35
Jawab
Nomor Konfigurasi Elektron pada Kulit Elektron
Unsur Valensi
atom K L M N
Helium 2 2 2
Oksigen 8 2 6 6
Bromin 35 2 8 18 7 7

3.3.5 Model Atom Mekanika Kuantum


Salah satu kontribusi terpenting dari teori atom Bohr adalah
diperkenalkannya konsep bilangan kuantum. Saat ini teori (yang diterima)
yang dapat menjelaskan tingkah laku elektron pada atom disebut mekanika
gelombang dan mekanika kuantum. Teori ini menggambarkan elektron
sebagai gelombang yang mengelilingi inti dan mempunyai energi yang

95 Kimia Dasar 1
ditentukan oleh bilangan kuantum, yang merupakan bilangan bulat atau
kelipatannya (kuantitas energi). Konsep kuantitasi energi ini sebagai
konsekuensi dari sifat-sifat gelombang yang ditunjukkan oleh elektron.
Untuk memahaminya marilah kita bayangkan satu gelombang yang lebih kita
kenal (Purwoko, 2006: 34-36).
Seutas tali kedua ujungnya terikat pada penyangga. Jika tali tersebut
digetarkan maka bagian tengahnya bergerak naik dan turun (membentuk
gelombang), namun tidak demiakian halnya dengan kedua ujungnya. Karena
terikat kedua ujung ini tetap tidak bergerak sekeras apapun tali tersebut
digetarkan. Dikatakan tinggi gelombang pada ujung-ujungnya sama dengan
nol, atau amplitudonya sama dengan nol. Tempat (titik) yang mempunyai
amplitudo nol disebut simpul. Jika di sepanjang tali terdapat lebih dari satu
simpul, akan dihasilkan lebih banyak simpul seperti terlihat pada Gambar
3.17 di bawah ini.

A Simpul Simpul

Simpul Simpul
B Simpul Simpul

Simpul Simpul Simpul Simpul


C Simpul Simpul

Gambar 3.17 Analogi gelombang dengan menggunakan seutas tali


Pada Gambar A terdapat satu puncak (atau lembah) saja. Dengan kata
lain pada situasi A hanya terdapat 1 setenngah panjang gelombang. Pada
Gambar B hanya terdapat 3 setenngah panjang gelombang, dan selanjutnya

96 Kimia Dasar 1
pada Gambar C terdapat 5 setenngah panjang gelombang. Hal ini berarti
terdapat kelipatan angka bulat dari setengah panjang gelombang. Itulah
akibat logis dari sifat gelombang, yakni hanya terdapat kelipatan bilangan
bulat.
Hal yang sama juga terjadi pada atom, karena sifat gelombang yang
dimiliki partikel sama dengan yang ada pada tali tersebut di atas. Tentu saja
terdapat perbedaan antara gelombang tali dan gelombang partikel, karena
atom memiliki ukuran tiga dimensi. Namun, batasan yang menentukan
keberadaan gelombang elektron juga harus memenuhi kelipatan angka
bilangan bulat, yakni hanya mungkin terdapat angka bulat pada bilangan
kuantum. Dengan menggunakan matematika Erwin Schrodinger pada tahun
1926 menghitung energi dan perilaku elektron pada atom hidrogen dengan
menggabungkan sifat dualisme elektron, dan sejak itu dimulailah studi
mekanika gelombang atau mekanika kuantum
Persamaan gelombang Schrodinger menghasilkan serangkaian fungsi
matematis yang dikenal dengan fungsi gelombang ( = psi). Fungsi
gelombang ini tidak memiliki makna fisik secara langsung, akan tetapi
kebolehjadian menemukan elektron di daerah tertentu dalam ruang
berbanding lurus dengan harga kwadrat dari fungsi gelombang, 2 hubungan
antara 2 dan kebolehjadian ini diangkat dari analogi teori gelombang, yang
menyatakan bahwa intensitas cahaya berbanding lurus dengan harga kwadrat
dari amplitude gelombang, atau 2. Jadi kebolehjadian menemukan foton
terbesar adalah ketika harga intensitasnya tertinggi, yakni ketika 2
menemukan elektron dalam ruang di sekitar inti atom. Distribusi elektron di
sekitar inti ditentukan oleh 2 (Purwanto, 2006: 36).
Fungsi gelombang () menggambarkan bentuk dan energi dari
gelombang elektron. Setiap macam kemungkinan gelombang disebut dengan
orbital, yang memiliki energi tertentu dan distribusi kepadatan elektron yang

97 Kimia Dasar 1
khas. Orbital dalam atom adalah daerah di sekitar inti tempat kemungkinan
elektron ditemukan. Persamaan gelombang ( = psi) dari Erwin Schrodinger
menghasilkan empat bilangan gelombang (bilangan kuantum) untuk
menyatakan kedudukan (tingkat energi, bentuk, serta orientasi) suatu orbital,
yaitu bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimut (l), bilangan
kuantum magnetik (m), dan bilangan kuantum spin (s).
1. Bilangan kuantum utama (n)
Bilangan kuantum utama (n) menyatakan tingkat energi utama atau
kulit atom. Bilangan kuantum utama mempunyai harga mulai dari 1, 2, 3,
dan seterusnya (bilangan bulat positif) serta dinyatakan dengan lambang K
(n = 1), L (n = 2), dan seterusnya. Orbital-orbital dengan bilangan kuatum
utama berbeda mempunyai tingkat energi yang berbeda secara nyata.
Perhatikan Tabel 3.7 di bawah ini.
Tabel 3.7 Beberapa kulit-kulit berdasarkan bilangan kuantum utamanya
Bilangan Kuantum Utama (n) Simbol Kulit
1 K
2 L
3 M
4 N
dan seterusnya

Bilangan kuantum utama (n) berhubungan dengan jarak antara


rata-rata elektron dari inti dalam orbital tertentu. Semakin besar n,
semakin besar jarak rata-rata elektron dari inti dalam orbital tersebut dari
inti dan oleh karena itu semakin besar orbitalnya (Chang, 2005: 205).
Bilangan kuantum utama terdiri atas orbital-orbital yang diberi simbol s, p,
d, f, g, h, i, dan seterusnya, yang kemudian dikenal dengan bilangan
kuantum azimut.
2. Bilangan kuantum momentum sudut atau azimut (l)
Bilangan kuantum momentum sudut atau azimut (l) membagi kulit
menjadi orbital-orbital yang lebih kecil (subkulit). Nilai l bergantung pada

98 Kimia Dasar 1
nilai bilangan kuantum utama, n. Untuk nilai n tertentu, l mempunyai nilai
bilangan bulat yang mungkin dari 0 sampai (n - 1). Bila n = 1, hanya ada
satu nilai l yang mungkin; yakni l = n – 1 = 1 – 1 = 0. Bila n = 2, ada dua
nilai l, 0 dan 1. Bila n = 3, ada tiga nilai l, yaitu 0, 1, 2. Nilai-nilai l
biasanya ditandai dengan huruf s, p, d, . . . . sebagai berikut:
l 0 1 2 3 4 5

Nama orbital s p d f g h
Jadi bila l = 0, kita mempunyai sebuah orbital s, bila l = 1 kita mempunyai
orbital p dan seterusnya.
Sekumpulan orbital-orbital dengan nilai n yang sama seringkali
disebut kulit. Satu atau lebih orbital dengan nilai n dan l yang sama
dirujuk selalu subkulit. Misalnya, kulit dengan n = 2 terdiri atas 2 subkulit,
l = 0 dan 1 (nilai-nilai l yang diizinkan untuk n = 2). Subkulit-subkulit ini
disebut subkulit 2s dan subkulit 2p di mana 2 melambangkan nilai n, dan s
dan p melambangkan nilai l (Chang, 2005: 206).
Tabel 3.8 Subkulit pada bilangan kuantum azimut (l)
Kulit ke Orbital Bilangan kuantum azimut (l)
1 (K) 1s 0
2 (L) 2s 2p 0,1
3 (M) 3s 3p 3d 0, 1, 2
4 (N) 4s 4p 4p 4 f 0, 1, 2, 3
dan Seterusnya

3. Bilangan kuantum magnetik (m)


Bilangan kuantum magnetik (m) menggambarkan orientasi orbital
dalam ruang. Di dalam satu subkulit, nilai m bergantung pada nilai
bilangan kuantum azimut l. Untuk nilai l tertentu, ada (2l + 1) nilai bulat
m sebagai berikut:
-l, (-l + 1), . . . , 0, . . . (+l – 1), + l
Bila l = 0, maka m = 0. Bila l = 1, maka terdapat [(2 x 1) + 1], atau
tiga nilai m yaitu -1, 0, dan 1. Bila l = 2, maka terdapat [(2 x 1) + 1], atau

99 Kimia Dasar 1
lima nilai m, yaitu -2, -1, 0, 1, 2. Jumlah m menunjukkan jumlah orbital
dalam subkulit dengan nilai l tertentu (Chang, 2005: 206). Hubungan
bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimut (l), dan bilangan
kuantum magnetik (m) dapat dilihat pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Hubungan bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimut (l), dan
bilangan kuantum magnetik (m)
Bilangan Bilangan
Bilangan Kuantum Jumlah
Kuantum Kuantum
Magnetik (m) Orbital
Utama (n ) Azimut (l )
1 (K) 0 1s 0 1
0 2s 0 1
2 (L)
1 2p –1, 0, +1 3
0 3s 0 1
3 (M) 1 3p –1, 0, +1 3
2 3d –2, –1, 0, +1, +2 5
0 4s 0 1
1 4p –1, 0, +1 3
4 (N)
2 4d –2, –1, 0, +1, +2 5
3 4f –3, –2, –1, 0, +1, +2, +3 7

4. Bilangan kuantum spin elektron (ms atau s)


Bilangan kuantum spin (s) menunjukkan arah putaran atau spin
atau rotasi sebuah elektron pada sumbunya. Hanya ada dua kemungkinan
arah rotasi elektron, yaitu searah atau berlawanan arah jarum jam. Arah

rotasi yang searah jarum jam diberi notasi +½ atau simbol ↿. Sedangkan

yang berlawanan arah dengan jarum jam diberi notasi –½ atau simbol ⇂

(Chang, 2005: 207).


Akibatnya satu orbital hanya dapat ditempati oleh maksimum dua
elektron, di mana kedua elektron itu haruslah mempunyai spin yang
berlawanan, sehingga menghasilkan medan magnet yang berlawanan pula.
Medan magnet yang berlawanan ini diperlukan untuk mengimbangi gaya
tolak-menolak listrik yang ada (karena muatan sejenis).
Dapat disimpulkan bahwa kedudukan suatu elektron dalam suatu
atom dinyatakan oleh empat bilangan kuantum, yaitu:

100 Kimia Dasar 1


a. Bilangan kuantum utama (n) menyatakan kulit utamanya.
b. Bilangan kuantum azimut (l) menyatakan subkulitnya.
c. Bilangan kuantum magnetik (m) menyatakan orbitalnya.
d. Bilangan kuantum spin (s) menyatakan spin atau arah rotasinya.

Soal latihan sub bab 3.3

1. Apakah yang dimaksud dengan


a. Partikel
b. Neutron
c. Proton
2. Bandingkan model atom Rutherford dan model atom Bohr
3. Untuk mengetahui sifat-sifat elektron Thomson dan Milikan melakukan
suatu percobaan secara terpisah. Apa hubungan kedua percobaan tersebut
4. Tulislah konfigurasi elektron dari unsur-unsur berikut.
a. Nitrogen dengan nomor atom 7
b. Kalsium dengan nomor atom 20
c. Rubidium dengan nomor atom 37
d. Barium dengan nomor atom 56
5. Jelaskan empat bilangan kuantum!

3.4 BENTUK DAN ORIENTASI ORBITAL


Setiap orbital mempunyai ukuran, bentuk, dan arah orientasi ruang
yang ditentukan oleh bilangan kuantum n, l, m. Orbital-orbital bergabung
membentuk suatu subkulit, kemudian subkulit bergabung membentuk kulit
dan tingkat energi.

101 Kimia Dasar 1


3.4.1 Orbital s
Bentuk orbital s memiliki
satu orbital dengan bentuk seperti
bola, sehingga tidak tergantung pada
sudut manapun. Orbital s hanya
terdapat 1 nilai m, sehingga hanya
terdapat 1 orientasi, yaitu sama ke

Gambar 3.18 Bentuk orbital s


segala arah.

3.4.2 Orbital p

Orbital p tersusun dari tiga orbital dengan bilangan kuantum l = 1.


Ketiga orbital p tersebut adalah px, py, pz. dengan bentuk ruang orbital p
seperti dumbbell dengan probabilitas untuk menemukan elektron semakin
kecil bila mendekati inti.

2py 2px 2pz


Gambar 3.19 Bentuk orbital p

3.4.3 Orbital d

Orbital d memiliki 5 orbital dengan bentuk yang kompleks dan


orientasi yang berbeda. Empat orbital pertama memiliki bentuk yang sama,
sedangkan satu orbital memiliki bentuk yang berbeda. Kelima orbital itu
adalah dxz, dyz, dxy, dx2 – y2 dan dz2. Untuk lebih jelas, perhatikan gambaran
orbital subkulit d di bawah ini

102 Kimia Dasar 1


Gambar 3.20 Bentuk orbital d

3.4.4 Orbital f

Orbital f lebih rumit dan lebih


sukar untuk dipaparkan. Setiap
subkulit f terdiri atas 7 orbital,
sesuai dengan 7 harga m untuk
l = 3.

Gambar 3.21 Orbital f

“Mengerti bentuk orbital adalah kunci untuk dapat mengerti


pembentukan molekul dari penggabungan beberapa atom.”

3.5 KONFIGURASI ELEKTRON


Penandaan bagaimana elektron terdistribusikan di berbagai orbital
pada kulit utama dan subkulit disebut konfigurasi elektron (Petrucci, 2011:
308). Pada penulisan konfigurasi elektron perlu dipertimbangkan tiga aturan
(asas), yaitu prinsip Aufbau, asas larangan Pauli, dan kaidah Hund.

103 Kimia Dasar 1


3.5.1 Prinsip Aufbau
Untuk menuliskan
konfigurasi elektron, kita
menggunakan prinsip Aufbau.
Aufbau adalah kata Jerman yang
berarti “membangun” (Petrucci,
2011: 309) elektron akan
menempati orbital yang memiliki
energi terendah terlebih dahulu dan
diteruskan ke orbital yang
memiliki energi lebih tinggi.
Gambar 3.22 Diagram urutan tingkat energi Dengan demikian, atom berada
orbital
pada tingkat energi minimum.
Inilah yang disebut prinsip Aufbau. Urutan-urutan tingkat energi ditunjukkan
pada Gambar 3.22.
Jadi, pengisian orbital dimulai dari orbital 1s, 2s, 2p, dan seterusnya.
Pada gambar dapat dilihat bahwa subkulit 3d mempunyai energi lebih tinggi
daripada subkulit 4s. Oleh karena itu, setelah 3p terisi penuh maka elektron
berikutnya akan mengisi subkulit 4s, baru kemudian akan mengisi subkulit
3d.

CONTOH

Bagaimana konfigurasi elektron dari unsur He, N, dan Sc? (Nomor atom H =
1, He = 2, N = 7, dan Sc = 21)
Jawab
2He : 1s2
7N : 1s2 2s2 2p3
21Sc : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d1

104 Kimia Dasar 1


3.5.2 Larangan Pauli

Pada tahun 1928, Wolfgang Pauli (1900


– 1958) mengemukakan bahwa tidak ada dua
elektron dalam satu atom yang dapat
mempunyai keempat bilangan kuantum yang
sama. Tiga bilangan kuantum pertama, n, l, an
m, menentukan orbital spesifik. Dua elektron
mungkin memiliki tiga bilangan kuantum yang

Gambar 3.23 Wolfgang Pauli


sama, tetapi jika demikian, elektron-elektron
lahir di Vienna, memperoleh
Ph.D di Universitas Munich tahun tersebut pasti mempunyai nilai s (bilangan
1921. Ia menjadi professor di
Universitas Zurich. Pauli
kuantum spin) yang berbeda (Petrucci, 2011:
menerima hadiah Nobel dalam
bidang Fisika, 1945. 308).
Setiap orbital mampu menampung maksimum dua elektron. Untuk
mengimbangi gaya tolak-menolak di antara elektron-elektron tersebut, dua
elektron dalam satu orbital selalu berotasi dalam arah yang berlawanan.
 Subkulit s (1 orbital) maksimum 2 elektron
 Subkulit p (3 orbital) maksimum 6 elektron
 Subkulit d (5 orbital) maksimum 10 elektron
 Subkulit f (7 orbital) maksimum 14 elektron
Dengan demikian, jumlah elektron maksimum yang menempati suatu
subkulit dapat dinyatakan dengan rumus:

Jumlah elektron maksimum = 2 x jumlah orbital dalam subkulit

CONTOH

Berapakah jumlah elektron yang menempati subkulit s?


Jawab

105 Kimia Dasar 1


Subkulit s memiliki 1 orbital.
Jumlah elektron maksimum = 2 x jumlah orbital dalam subkulit.
Jadi, jumlah elektron maksimum yang menempati subkulit s = 2 x 1 = 2
elektron.

3.5.3 Kaidah Hund


Untuk menyatakan distribusi elektron-elektron pada orbital-orbital
dalam suatu subkulit, konfigurasi elektron dapat dituliskan dalam bentuk
diagram orbital. Jika hanya orbital dilambangkan dengan strip, sedangkan
dua elektron yang menempati satu orbital dilambangkan dengan dua anak
panah yang mengandung satu elektron, anak panah dituliskan mengarah ke
atas.
Dalam kaidah Hund, dikemukakan oleh
Friedrich pada tahun 1930, disebutkan
elektron-elektron yang menempati subkulit
yang terdiri atas lebih dari satu orbital
didistribusikan ke dalam orbital-orbitl
tersebut dengan spin tidak berpasangan
(arah spin yang sama) (Purwoko, 2006:
Gambar 3.24 Friedrich Hund (1896 – 47).
1997)

Orbital kosong Orbital setengah penuh Orbital penuh


(tidak mengandung (mengandung elektron yang tidak (mengandung pasangan
elektron berpasangan) elektron)
Gambar 3.25 Pengisian orbital dalam suatu atom
Untuk lebih memahaminya, perhatikan gambaran pengisian elektron
pada orbital p.

106 Kimia Dasar 1


Contoh pengisian yang benar

Orbital p (2 elektron) Orbital p (3 elektron) Orbital p (4 elektron)

Contoh pengisian yang salah

Orbital p (2 elektron) Orbital p (3 elektron) Orbital p (4 elektron)

Untuk penulisan konfigurasi elektron yang mempunyai jumlah


elektron besar dapat dilakukan penyederhanaan. Penyederhanaan dilakukan
dengan menuliskan simbol dari unsur gas mulia yang mempunyai nomor
atom di bawahnya, diikuti dengan penulisan kekurangan jumlah elektron
setelah gas mulia tersebut.

CONTOH

Perhatikan konfigurasi elektron unsur-unsur di bawah ini.


a. 10Ne : 1s2 2s2 2p6
b. 11Na : 1s2 2s2 2p6 3s1
c. 18Ar : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
d. 20Ca : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2
e. 25Mn : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 3d5 4s2
Sederhanakan penulisan konfigurasi elektron tersebut.
Jawab
Penulisan konfigurasi elektron Na, Ca, dan Mn tersebut dapat disederhanakan
menjadi
11Na : [Ne] 3s1
20Ca : [Ar] 4s1
25Mn : [Ar] 4s2 3d5

107 Kimia Dasar 1


3.5.4 Penyimpangan Dari Aturan Umum
Terdapat beberapa atom yang konfigurasi elektronnya menyimpang
dari aturan-aturan umum di atas, penyimpangan pengisian elektron ditemui
pada elektron yang terdapat pada orbital subkulit d dan f.
Penyimpangan pada orbital subkulit d dikarenakan orbital yang
setengah penuh (d5) atau penuh (d10) bersifat lebih stabil dibandingkan
dengan orbital yang hampir setengah penuh (d4) atau hampir penuh (d9 ).
Dengan demikian, jika elektron terluar berakhir pada d4, atau d9 tersebut,
maka satu atau semua elektron pada orbital s (yang berada pada tingkat
energi yang lebih rendah dari d) pindah ke orbital subkulit d. Beberapa
contoh penyimpangan dari aturan umum dalam Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Penyimpangan pada orbital d
Unsur Konfigurasi Elektron
Teoritis Kenyataan Eksperimen
24Cr [Ar] 4s2 3d 4 [Ar] 3d 5 4s1
2 9
29Cu [Ar] 4s 3d [Ar] 3d 10 4s1
2 4
42Mo [Kr] 5s 4d [Kr] 4d 5 5s1
47Ag [Kr] 5s2 4d 9 [Kr] 4d 9 5s1

Pada orbital f, sebagaimana dengan penyimpangan konfigurasi dalam


orbital d, maka konfigurasi elektron yang berakhir pada orbital f juga
mengalami penyimpangan. Penyimpangan dalam pengisian elektron dalam
orbital ini disebabkan oleh tingkat energi orbital saling berdekatan hampir
sama. Penyimpangan ini berupa berpindahnya satu atau dua elektron dari
orbital f ke orbital d. beberapa contoh dalam Tabel 3.11
Tabel 3.11 Penyimpangan pada orbital f
Konfigurasi Elektron
Unsur
Teoritis Kenyataan Eksperimen
57La [Xe] 6s2 4f1 [Xe] 5d 1 6s2
64Gd [Xe] 6s2 4f8 [Xe] 4f7 5d 1 6s2
2 1
89Ac [Rn] 7s 5f [Rn] 6d 1 7s2
Th 2 2
90 [Rn] 7s 5f [Rn] 6d 2 7s2
92U [Rn] 7s2 5f4 [Rn] 5f3 6d 1 7s2
2 5
93Np [Rn] 7s 5f [Rn] 5f4 6d 1 7s2

108 Kimia Dasar 1


3.5.5 Penulisan Konfigurasi Elektron Pada Ion
Penulisan konfigurasi elektron di atas berlaku pada atom netral.
Penulisan konfigurasi elektron pada ion yang bermuatan pada dasarnya sama
dengan penulisan konfigurasi elektron pada atom netral.
Atom bermuatan positif (misalnya +x) terbentuk karena atom netral
melepaskan elektron pada kulit terluarnya sebanyak x, sedangkan ion negatif
(misalnya –y) terbentuk karena menarik elektron sebanyak y. Penulisan
konfigurasi elektronnya hanya menambah atau mengurangi elektron yang
dilepas atau ditambah sesuai dengan aturan penulisan konfigurasi elektron.
Ini berlaku untuk semua unsur yang membentuk ion, termasuk unsur transisi.

CONTOH

Diketahui konfigurasi elektron Al dan Fe sebagai berikut.


12Al : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p1
26Fe : [Ar] 3d6 4s2
Tuliskan konfigurasi elektron untuk ion Al3+ dan Fe2+
Jawab
Ion Al3+ : 1s2 2s2 2p6
Ion Fe2+ : [Ar] 3d6
Atom Fe termasuk unsur transisi dan melepas 2e, maka terbentuk ion
Fe2+ dengan konfigurasi elektron [Ar] 3d6. Jadi, konfigurasi ion Al3+ = 1s2 2s2
2p6 dan Fe2+ = [Ar] 3d6

Soal latihan sub bab 3.5

1. Berapakah jumlah elektron yang menempati subkulit p, d, dan f?


2. Tulis konfigurasi elektron dari unsur-unsur berikut

109 Kimia Dasar 1


a. 14Si d. 42Mo

b. 32Ge e. 55Cs

c. 37Rb f. 82Pb

3. Tuliskan konfigurasi elektron dari ion-ion berikut


a. Fe3+ (Z = 26) c. O2– (Z = 8)
b. Cr3+ (Z = 24) d. Co3+ (Z = 27)
4. Tentukan keempat bilangan kuantum pada elektron terakhir dari
a. 11Na d. 30Zn

b. 15P e. 54Xe

c. 18Ar f. 22Ti

5. Sebuah elektron pada suatu atom berada pada bilangan kuantum n = 3.


Berapakah harga-harga l, dan m yang mungkin dimilikinya?

3.6 HUBUNGAN KONFIGURASI ELEKTRON DAN SISTEM


PERIODIK
Konfigurasi elektron sangat erat hubungannya dengan sistem periodik
unsur. Sifat-sifat unsur sangat tergantung pada jumlah elektron valensinya.
Jika jumlah elektron terluar yang mengisi orbital dalam subkulit sama dengan
bilangan kuantum utama (n), maka atom unsur tersebut pasti terletak pada
golongan yang sama (selain yang berbentuk ion). Sedangkan nilai n (bilangan
kuantum utama) yang terbesar menunjuk nomor periode unsur tersebut dalam
sistem periodik unsur. Misal konfigurasi elektron unsur Natruim (Na) sebagai
berikut.
11Na : 1s2 2s2 2p6 3s1
Nilai n terbesar adalah 3, maka Na menempati periode 3.
Untuk menentukan golongan unsur dalam sistem periodik
berdasarkan konfigurasi elektron, perlu dilihat pada jenis dan jumlah elektron
terluar yang menempati kulit yang sama.

110 Kimia Dasar 1


 Golongan utama (Golongan A), pada golongan ini elektron valensi
menempati subkulit s atau subkulit s dan p.
 Golongan transisi (Golongan B), pada golongan ini elektron valensi
menempati subkulit s dan d.
 Untuk lantanida dan aktinida, elektron valensi menempati subkulit s dan f.
Tapi jumlahnya tidak menentukan golongan, karena lantanida dan aktinida
tidak mempunyai golongan.
Pembagian unsur-unsur menurut blok s , p, d, dan f
 Blok s
Unsur yang mempunyai konfigurasi elektron terluar pada orbital s
terletak pada golongan IA dan IIA, kecuali unsur H dan He. Unsur-unsur ini
merupakan logam yang reaktif. Misal konfigurasi elektron terluar adalah ns x,
maka unsur tersebut terletak pada golongan xA.
 Blok p
Unsur yang mempunyai konfigurasi elektron terluar pada orbital p,
terdapat dalam golongan IIIA, IVA, VA, VIA, VIIA, dan VIII. Golongan
unsur-unsur ini meliputi logam, metaloid, dan non logam. Misal konfigurasi
elektron terluar adalah npy, maka unsur tersebut terletak pada golongan (2 +
y)A.
 Blok d
Konfigurasi elektron terluar d terdapat dalam unsur-unsur transisi,
yaitu golongan IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB, VIIIB, IB, dan IIB. Misal
konfigurasi elektron terluar adalah nsx (n - d)z, maka unsur tersebut terletak
pada golongan (x + z)B jika:
a. x + z = 8, x + z = 9, dan x + z = 10, maka unsur terletak pada golongan
VIIIB
b. x + z = 11, maka unsur terletak pada golongan IB
c. x + z = 12, maka unsur terletak pada golongan IIB

111 Kimia Dasar 1


 Blok f
Blok f merupakan golongan unsur lantanida dan aktinida. Golongan ini
disebut juga golongan transisi dalam.

1s IIA IIIA IVA VA VIA VIIA VIIIA

2s 2s 2p 2p 2p 2p 2p 2p
3s 3s IIIB IVB VB VIB VIIB VIIB IB IIB 3p 3p 3p 3p 3p 3p
4s 4s 3d 3d 3d 3d 3d 3d 3d 3d 3d 3d 4p 4p 4p 4p 4p 4p
5s 5s 4d 4d 4d 4d 4d 4d 4d 4d 4d 4d 5p 5p 5p 5p 5p 5p
6s 6s 5d 5d 5d 5d 5d 5d 5d 5d 5d 5d 6p 6p 6p 6p 6p 6p
7s 7s 6d 6d 6d 6d 6d

Lantanida 4f 4f 4f 4f 4f 4f 4f 4f 4f 4f 4f 4f 4f 4f
Aktanida 5f 5f 5f 5f 5f 5f 5f 5f 5f 5f 5f 5f 5f 5f
Gambar 3.26 Pembagian unsurunsur menurut blok s, p, d, dan f.

CONTOH

Ramalkan posisi unsur di bawah ini dalam sistem periodik unsur.


a. 17Cl

b. 27Co

Jawab
a. 17Cl : [Ne] 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
Kulit utama terbesar n = 3. Jadi, Cl terletak pada periode 3. Sub
kulit terluar ada pada 3s dan 3p maka, Cl terletak di golongan VIIA.
b. 27Co : [Ar] 4s2 3d7
Konfigurasi elektron Co di atas disusun berdasarkan tingkat energi
orbital. Berdasarkan aturan pengisian elektron, orbital 4s mempunyai
energi lebih rendah dari orbital 3d sehingga terisi lebih dahulu. Untuk
memudahkan kita dalam menentukan posisi unsur dalam tabel periodik,
maka konfigurasi elektron yang sudah benar penulisannya dibalik, yaitu

112 Kimia Dasar 1


orbital 3d dulu baru 4s, menjadi 27 Co : [Ar] 3d7 4s2 baru kemudian kita
menentukan kulit utama unsur. Kulit utama terbesar n = 4. Jadi, Co
terletak pada periode 4. Orbital terakhir ada di subkulit 3d dengan 7
elektron. Jadi, Co terletak di golongan VIIIB (karena elektron valensinya 8
atau (n - 1) d7 ns2).

Soal latihan sub bab 3.7

Ramalkan terdapat pada periode dan golongan berapa unsur-unsur berikut


dalam sistem periodik.
a. 3Li c. 35Br e. 47Ag

b. 12Mg d. 54Xe f. 28Ni

Ayo…
Belajar !
Orang berilmu terlihat besar,
meskipun masih remaja.

113 Kimia Dasar 1


INFO KIMIA
Terapi Proton
Pada tahun 1946, Robert Rathbun
Wilson PhD, Fisikawan partikel
eksperimentalis yang juga terlibat dalam
proyek "bom atom" Manhattan,
mempublikasikan sebuah karya ilmiah yang
pertama kali mengusulkan penggunaan
berkas proton untuk pengobatan kanker
dengan radiasi. Akhirnya, Wilson menjadi

direktur pertama fasilitas yang saat ini dikenal dengan nama Fermi National Accelerator
Laboratory di kota Batavia di Negara Bagian Illinois, Amerika Serikat (AS). Terapi kanker
dengan radiasi proton memiliki keuntungan yang tidak dimiliki oleh terapi radiasi konvensional.
Keunikan terapi proton ini terletak dari sifat proton itu sendiri sebagai partikel yang
memiliki massa dan listrik. Dibandingkan dengan metode-metode pengobatan lain, seperti
kemoterapi atau bahkan operasi pengangkatan kanker, terapi proton jauh lebih aman dan
memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi si pasien selama terapi radiasi dijalankan.
Prinsip kerjanya sesuai dengan konsep Proton adalah nukleon (penyusun inti atom)
bermuatan listrik positif satu. Dimana dengan menggunakan bantuan mesin akselator, proton ini
dipercepat sampai dengan energi yang diinginkan untuk menembus ketebalan jaringan tubuh
tertentu menuju jaringan target. Proton bermuatan listrik dan bermasa oleh karena itu
interaksinya dengan atom-atom yang dilalui mengakibatkan ionisasi dominisasi oleh interaksi
coloumb. Pada proton berkecepata tinggi (dan tentu saja energinya), nilai kehilangan energi per
satuan panjang jejak/lintasan sangat kecil, nilai ini semakin besar dengan berkurangnya energi
proton dan sangat efektif ketika proton hampir berhenti. Oleh karen itu ionisasi atom-atom
terutama terjadi di daerah sekitar berhentinya proton (Meyerhof, 1989).
Dengan demikian kerusakan sel terlokalisir disekitar posisi proton berhenti dan efek
samping akan berkurang secara signifikan. Pengurangan dosis secara signifikan pada jaringan
normal dengan terapi proton dibandingkan dengan terapi proton (Chang, et all, 2006). Dengan
memperhatikan kedalaman jaringan kanker yang menjadi target radiasi,

114 Kimia Dasar 1


energi proton ditentukan agar jangkuannya tepat pada jaringan tersebut. Tidak seperti radiasi
foton, dimana dosis tersebar diterima oleh jaringan dipermukaan, pada terapi proton dosis
maksimum dirasakan di pusat kangker itu sendiri (Castelluci, 1998).
 Kelebihan dari Terapi Proton
1. Terapi dengan proton dengan sifatnya yang unik ditinjau dari segi keuntungan klinis
dalam pengontrolan dan penanganan kanker, dapat memberikan sumbangan yang
berarti terhadap kesembuhan dan sekaligus pengurangan rasa sakit pada pasien.
Keakuratan teknik ini dapat lebih ditingkatkan apabila ditunjang oleh teknik imaging,
untuk dapat mengkonfirmasikan volume dan posisi dari target yang hendak diradiasi,
terutama pada bagian tertentu seperti kepala dan otak.
2. Terkonsentrasinya dosis juga terjadi pada penanganan tumor yang ada pada mata
bagian dalam, seperti pada melanoma okuler. Penanganan dengan proton sangat efektif
dan memuaskan karena dapat menyelamatkan berbagai jaringan yang sensitif pada
mata, sehingga penglihatan pasien tidak terganggu. Penanganan konvensional untuk
kasus ini adalah dengan mengangkat mata pasien.
3. Dengan sangat berkurangnya kerusakan pada jaringan sehat, maka potensi untuk
timbulnya efek samping seperti mual, pusing dan diare pasca penyinaran menjadi
sangat berkurang. Dengan mengambil fraksi penyinaran sebanyak 20, pasien dapat
menjalani radiasi hanya sekali dalam satu hari, 5 kali dalam seminggu, sehingga untuk
seluruh terapi diperlukan waktu satu bulan. Dapatlah dikatakan bahwa terapi kanker
dengan proton merupakan cara non invasif baru yang sangat potensial.
4. Terapi proton dianggap mampu menghindar dari efek samping impotensi bagi pasien
yang menderita kanker prostat. Hal itu disebabkan bagian bladder dan rectum terpapar
radiasi lebih sedikit dibanding bila menggunakan terapi sinar-X
 Kelemahan dari Terapi Proton
1. Sesuai dengan terapi terapi pada umumnya pengobatan terhadap penyakit kangker
mempunyai biaya pengobatan yang sangat mahal, hal ini dikarenakan dalam
penggunaanya terapi ini menggunakan teknologi yang sangat tinggi dan terapi ini tidak
hanya dapat dilakukan sekali sehingga memakan banyak biaya.
2. Masih mengalami berbagai macam penyakit seperti mual, pusing dan diare pasca
penyinaran. Hal ini dikarenakan pengguanan yang berulang kali sehingga akan
menyebabkan interaksi dengan sel-sel yang terdapat dalam tubuh, namun dengan
dampak yang lebih sedikit.

Sumber : Bayu Erdian


http://bayuerdian.blogspot.co.id/2016/02/terapi-sinar-proton.html

115 Kimia Dasar 1


Rangkuman

Jumlah proton dalam suatu atom dinyatakan dengan suatu bilangan


yang disebut dengan nomor atom yang diberi dengan symbol Z. Di samping
proton, inti dari semua atom, kecuali hidrogen-1, memiliki neutron. Dalam
atom, jumlah proton (Z) ditambah dengan jumlah neutron (N) menghasilkan
suatu bilangan yang disebut nomor massa yang diberi simbol A. Unsur
berbeda satu dengan yang lain tergantung pada jumlah proton dan elektron
yang mereka miliki. Atom-atom dengan nomor atom yang sama tetapi
memiliki nomor massa berbeda disebut isotop. Atom-atom dengan nomor
atom berbeda tetapi memiliki nomor massa sama disebut isotop. Atom-atom
dengan nomor atom berbeda tetapi memiliki jumlah neutron yang sama
disebut isoton.
Perkembangan teori atom dimulai dari (1) Teori atom Dalton: atom
merupakan bagian terkecil dari materi yang tidak dapat dibagi lagi (2) Teori
atom Thomson: atom merupakan bola bermuatan positif yang mengandung
elektron-elektron bermuatan negatif yang tersebar merata di seluruh bagian
bola (3) Teori atom Rutherford: atom terdiri atas inti atom bermuatan positif
yang dikelilingi elektron yang bermuatan negatif (4) Teori atom Bohr:
Elektron beredar mengelilingi inti atom pada lintasan tertentu dan dapat
berpindah-pindah lintasan dengan menyerap atau melepas energi dan (5)
Teori atom Mekanika Kuantum: elektron-elektron yang beredar mengelilingi
inti atom terletak pada orbital-orbital. Pada model atom dikenal istilah
orbital. Karakteristik dan sifat-sifat orbital ditentukan oleh empat bilangan
kuantum, yaitu bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimut (l),
bilangan kuantum magnetik (m), dan bilangan kuantum spin (s).

116 Kimia Dasar 1


Bilangan kuantum utama (n) menyatakan tingkat energi utama atau
kulit atom. Bilangan kuantum utama mempunyai harga mulai dari 1, 2, 3, dan
seterusnya (bilangan bulat positif) yang dinyatakan dengan lambang K (n =
1), L (n = 2), dan seterusnya. Bilangan kuantum azimut (l) menyatakan
subkulit. Nilai-nilai untuk bilangan kuantum azimut dikaitkan dengan nilai
bilangan kuantum utamanya, yaitu semua bilangan bulat dari 0 sampai (n –
1). Bilangan kuantum magnetik (m) menyatakan letak orbital khusus yang
ditempati elektron pada suatu subkulit. Bilangan kuantum spin (s), yang
mempunyai nilai s = +½ atau s = –½.
Pada penulisan konfigurasi elektron perlu dipertimbangkan tiga
aturan (asas), yaitu prinsip Aufbau, asas larangan Pauli, dan kaidah Hund.
Asas Aufbau menyatakan pengisian orbital dimulai dari tingkat energi yang
paling rendah. Kaidah Hund menyatakan jika terdapat orbital-orbital yang
peringkat energinya sama, maka setiap orbital hanya berisi elektron tunggal
lebih dahulu, sebelum diisi oleh pasangan elektron. Asas larangan Pauli
menyatakan bahwa tidak ada dua elektron yang mempunyai empat bilangan
kuantum yang sama. Dua elektron yang menempati orbital yang sama harus
mempunyai arah rotasi yang berlawanan.

117 Kimia Dasar 1


Soal-jawab
Struktur atom

1. Tentukan nomor atom dan nomor massa serta lambang dari atom yang
mengandung:
a. 28 proton dan 31 neutron
b. 4 proton dan 5 neutron
Jawab
a. Nomor atom = Z = Jumlah proton = 28
Nomor massa = A = 28 + 31 = 59
Lambang unsur
b. Nomor atom = Z = 4
Nomor massa = A = 4 + 5 = 9
Lambang unsur =
2. Berikut ini terdapat bebarapa lambang atom unsur

Sebutkan yang termasuk:


a. Isotop
b. Isoton
c. Isobar
Jawab
a. Isotop :
b. Isoton :
c. Isobar :
3. Jika pada keadaan dasar elektron terakhir dari suatu atom adalah n = 4; l =
2; m = 0; s = -½, berapa jumlah elektron tidak berpasangan pada atom
tersebut?
118 Kimia Dasar 1
Jawab
n = 4; l = 2 Artinya elektron terakhir adalah 4d mempunyai m = 0 dan s =
-½, sehingga orbitalnya sebagai berikut:

-2 -1 0 +1 +2

Jadi elektron yang tidak berpasangan ada 2 elektron


4. Pada keadaan dasar, elektron terakhir dari suatu atom adalah n = 3; l = 2;
m = +2; s = +½, berapa jumlah orbital yang ditempati oleh pasangan
elektron tersebut?
Jawab
n = 3; l = 2 berada pada 3d, m = +2; s = +½
Sehingga konfigurasi elektronnya adalah:
1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d5

1 1 3 1 3 1 semua tidak berpasangan

Jumlah elektron yang berpasangan adalah 1 + 1 + 3 + 1 + 3 + 1 = 10


5. Tentukan periode dan golongan unsur-unsur berikut:
a. 26Fe

b. 20Ca

c. 58Ce

d. 92U

Jawab
a. Konfigurasi elektron 26 Fe : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d6
Bilangan kuantum n terbesar = 4 (periode 4)
Konfigurasi elektronnya diakhiri nsx (n - d)z
n = 4, x + z = 8 (Golongan VIIIB)
b. Konfigurasi elektron 20 Ca : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2

119 Kimia Dasar 1


Bilangan kuantum n terbesar = 4 (periode 4)
Subkulit pada kulit terluar = s maka, Ca mempunyai nomor golongan
IIA dan periode 4.
c. Konfigurasi elektron 58Ce : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10
5p6 6s2 4f 2
Bilangan kuantum n terbesar = 6 (periode 6)
Karena sub kulit terluar = f maka, Ce masuk dalam golongan lantanida
periode 6.
d. Konfigurasi elektron 92 U : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d10
5p6 6s2 4f 14 5d10 6p6 7s2 5f 4
Bilangan kuantum n terbesar = 7 (periode 7)
Karena sub kulit terluar = f maka, U masuk dalam golongan Aktanida
periode 7.

120 Kimia Dasar 1


Glosarium

Aturan Hund : Jika terdapat orbital-orbital dengan energi


yang sama, elektron terlebih dahulu mengisi
tiap orbital sendiri sendiri (satu elektron),
setelah itu baru elektron menempatinya
secara berpasangan

Bilangan kuantum utama : Bilangan yang menyatakan tingkat energi


(n) utama atau kulit atom

Bilangan kuantum azimut : Bilangan yang menyatakan subkulit


(l)
Bilangan kuantum : Bilangan yang menyatakan orbital
magnetik (m)

Bilangan kuantum spin (s) : Bilangan yang menyatakan spin atau arah
rotasinya

Elektron : Partikel penyusun atom yang bermuatan


negatif

Elektron valensi : Elektron yang terdapat di kulit terluar suatu


atom

Isobar : Atom-atom yang mempunyai nomor atom


yang berbeda tetapi nomor massanya sama

Isoton : Atom-atom yang mempunyai jumlah neutron


yang sama

Isotop : Atom-atom yang mempunyai nomor atom


yang sama tetapi nomor massanya berbeda

Konfigurasi elektron : Gambaran susunan elektron dalam suatu


atom

121 Kimia Dasar 1


Massa atom : Menunjukkan jumlah neutron dan proton di
dalam inti atom

Neutron : Partikel penyusun atom yang tidak


bermuatan, terdapat di dalam inti atom
bersama proton

Nomor atom : Menunjukkan jumlah proton yang dimiliki


oleh suatu atom

Orbital atom : Daerah di sekitar inti yang paling mungkin


ditempati elektron

Prinsip Aufbau : Elektron di dalam atom akan menempati


terlebih dahulu orbital yang berenergi rendah
kemudian mengisi orbital yang berenergi
lebih tinggi

Prinsip larangan Pauli : Tidak ada elektron di dalam atom yang


memiliki keempat bilangan kuantum yang
sama. Jika dua elektron menempati orbital
yang sama, berarti mempunyai harga tiga
bilangan kuantum n, l, dan m yang sama
pula, tetapi harga bilangan kuantum spinnya
harus berbeda

Proton : Partikel penyusun atom yang bermuatan


positif, terdapat pada inti atom

122 Kimia Dasar 1


Uji kompetensi
Stuktur atom

Jawablah soal-soal di bawah ini dengan singkat dan jelas!


1. Diketahui nomor atom oksigen = 8 dan nomor massanya 16. Berapa
jumlah p, n, dan e dalam:
a. Atom oksigen (O) b. Ion O2– c. Ion O2+
2. Suatu unsur mempunyai konfigurasi elektron 2, 8, 18, 3. Salah satu isotop
unsur tersebut mempunyai neutron 36. Berapa nomor massa isotop
tersebut?
3. Perhatikan data proton, elektron, dan neutron berikut!
A B C D E F G
Proton 16 20 19 8 20 22 20
Neutron 18 20 21 22 24 26 28
Elektron 18 20 18 17 18 22 20

a. Tuliskan atom-atom yang termasuk isotop!


b. Mana saja atom unsur yang berbentuk atom netral dan ion!
c. Tuliskan lambang unsur masing-masing!
4. Suatu atom A mempunyai konfigurasi elektron 2, 8, 18, 8, 1. Jumlah
neutronnya 48. Tentukan nomor atom, nomor massa, dan tulislah notasi
atom A tersebut!
5. Jelaskan kontribusi J.J. Thomson, R.A. Milikian, E. Goldstein, Rutherford,
dan Bohr terhadap pengembangan model atom
6. Berapa jumlah maksimum elektron yang mungkin terdapat pada tingkat
utama di mana n = 3?
7. Tentukan bilangan kuantum utama, azimut, magnetik, dan spin dari unsur-
unsur di bawah ini.

123 Kimia Dasar 1


a. 3Li b. 24Cr c. 47Ag

d. 9F e. 34Se f. 50Sn

8. Tentukan harga-harga bilangan kuantum yang paling mungkin untuk atom


21Sc!

9. Tuliskan keempat bilangan kuantum untuk elektron dalam orbital 3p.


10. Tentukan periode dan golongan unsur-unsur berikut
a. 11Na b. 20Ca c. 21Sc

d. 13Al e. 35Br f. 60Nd

124 Kimia Dasar 1

Anda mungkin juga menyukai