Anda di halaman 1dari 83

Bab I Struktur Atom

1. Partikel-partikel penyusun atom


1. Elektron
Berdasarkan percobaan tetes minyak yang dilakukan oleh Milikan dan Thomson
diperoleh

Muatan elektron = -1 dan massa elektron = 0

2. Proton
Eugene Goldstein, menggunakan tabung gas yg memiliki katoda, untuk
mempelajari partikel positif yg disebut dgn proton. Massa proton = 1 s m a
(satuan massa atom) dan muatan proton = +1

3. Inti atom
Percobaan Rutherford, tentang hamburan sinar alfa oleh lempeng emas.
Menyimpulkan bahwa atom tersusun dari inti atom yg bermuatan positif yg
dikelilingi elektron yang bermuatan negatif sehinggaatom bersifat netral.

4. Neutron
James Chadwick, menyatakan bahwa partikel yg menimbulkan radiasi berdaya
tembus tinggi bersifat netral atau tidak bermuatan dan massanya hampir sama
dengan massa proton disebut neutron.

Uji Kompetensi (A)

Pilihlah Jawaban yang tepat !

1. Robert Andrew Milikan menentukan besarnya muatan elektron


menggunakan percobaan .
1. Tetes minyak
2. Hamburan sinar alfa
3. Hamburan sinar beta
4. Tabung gas berkatoda
5. Pembelokan sinar katoda oleh medan listrik
2. Partikel yang menimbulkan radiasi berdaya tembus tinggi dan bersifat
netral ditemukan oleh James Chadwick, partikel itu disebut .
1. Proton
2. Neutron
3. Nukleon
4. Elektron
5. Inti atom
3. Percobaan yang dilakukan oleh Eugene Goldstein untuk menemukan
proton yaitu.
1. Tetes minyak
2. Hamburan sinar beta
3. Tabung gas berkatoda
4. Penembakan lempeng emas
5. Pembelokan sinar katoda oleh medan listrik
4. Pernyataan yang sesuai untuk neutron adalah.
1. Jumlahnya sama dengan jumlah elektron
2. Merupakan partikel atom bermuatan positif
3. Merupakan partikel atom bermuatan negatif
4. Jumlahnya selalu sama dengan jumlah proton
5. Jumlahnya dapat berbeda sesuai dengan momor massa isotopnya
5. Inti atom ditemukan melalui eksperimen hamburan sinar alfa. Hamburan
ini ditemukan oleh .
1. Thomson
2. Rutherford
3. Goldstein
4. Becquerel
5. Chadwick

1. Nomor Atom, Nomor Massa, Isotop dan Elektron Valensi

Penulisan lambang atom unsur menyatakan nomor atom dan nomor massa sebagai
berikut

Keterangan :

A = nomor massa

Z = nomor atom

X = lambang unsur

Nomor massa (A) = jumlah proton (p) + jumlah neutron (n)

Jumlah neutron (n) = nomor massa (A) nomor atom (Z)

Nomor atom (Z) = jumlah proton (p) = jumlah elektron

1. Nomor atom (Z)


Nomor atom (Z) menunjukkan jumlah proton ( muatan positif) atau jumlah elektron
dalam atom tersebut. Nomor atom ini merupakan ciri khas suatu unsur karena nomor
atom juga menunjukkan jumlah elektron.

Elektron inilah yang nantinya paling menentukan sifat suatu unsur. Nomor atom
ditulis agak ke bawah sebelum lambang unsur.

Contoh :

Atom nomor atom = 19

Jumlah proton = 19

Jumlah elektron = 19

Atom netral mempunyai jumlah proton sama dengan jumlah elektronnya. Apabila
suatu atom netral melepaskan elektronnya, atom tersebut menjadi bermuatan positif.
Hal ini karena jumlah proton lebih banyak daripada jumlah elektron. Atom
bermuatan positif disebut kation. Namun, apabila atom netral menangkap elektron,
atom tersebut akan jadi bermuatan negatif. Hal ini karena jumlah elektron lebih
banyak daripada jumlah proton. Atom beermuatan negatif disebut anion. Perubahan
ini hanya terjadi pada elektron, sedangkan jumlah proton dan neutron tetap karena
inti atom tidak berubah.

Contoh :

Atom kalium mempunyai nomor atom 19 dan nomor massa 39 (). Ini berarti, atom K
terdiri atas 19 proton, 19 elektron, dan 20 neutron.

Apabila atom K melepaskan satu elektron, atom K menjadi ion , artinya ion terdiri
atas 19 proton, 18 elektron, dan 20 neutron.

2. Nomor Massa (A)

karena jumlah proton sama dengan nomor atom maka nomor massa juga merupakan
jumlah nomor atom ditambah neutron. Semakin banyak proton dan neutron yang
dimiliki sebuah atom, semakin besar massanya. Nomor massa ditulis disebelah kiri
atas sebelum lambang unsur.

Contoh :

Atom nomor massa = 23

Jumlah proton + neutron = 23

3. Isotop, Isoton, dan Isobar


Isotop yaitu atom yang mempunyai nomor atom sama,tetapi memiliki nomor massa
yang berbeda. Contoh :

,,

P=7p=7p=7

E=7e=7e=7

N=6n=7n=8

Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang sama. Oleh karena setiap isotop
mem-punyai massa yang berbeda, maka harga massa atom setiap unsur merupakan
harga rata-rata setiap isotopnya. Isotop-isotop ini dapat digunakan untuk menentukan
massa atom relatif (Ar) atom tersebut berdasarkan kelimpahan isotop dan massa atom
semua isotop.

Contoh :

Oksigen di alam terdiri dari 3 isotop dengan kelimpahan sebagai berikut;

(99,76 (0,04 (0,20

Hitunglah massa atom rata-rata (Ar) dari unsur oksigen !

Jawab :

(99,76 x 16) + (0,04 x 17) + (0,20 x 18)

Ar = _____________________________ = 16,0044

100

Ar = 16

Isoton, adalah atom atom unsur yang berbeda yang mempunyai neutron yang sama,
tetapi nomor atom berbeda.

Contoh :

Isoton antara dan


Jumlah neutron O = 31 15 = 16 dan N 32 16 =16

Isobar, adalah atom-atom unsur berbeda yang mempunyai nomor atom berbeda,
tetapi mempunyai nomor massa yang sama.

Contoh :

Isobar antara dan

Isoelektron, merupakan atom-atom yang jumlah elektron sama setelah melepaskan


atau menangkap elektron.

Contoh :

11Na+ dan 9F Keduanya mempunyai jumlah elektron sama.

4. Menentukan Elektron Valensi Berdasarkan Konfigurasi Elektron

Elektron-elektron yang mengelilingi inti beredar pada lintasan-lintasan tertentu yang


disebut kulit atom. Lambang kulit dimulai dari K, L, M, N dan seterusnya dimulai
dari kulit yang dekat inti. Semakin jauh dari inti, tingkat energi dari kulit tersebut
semakin tinggi. Susunan elektron pada setiap kulitnya disebut konfigurasi elektron.
Elektron disusun sedemikian rupa pada tiap-tiap kulit dan diisi maksimum sesuai
daya tampung kulit tersebut. Jika masih ada sisa elektron yang tidak dapat ditampung
pada kulit tersebut, diletakkan pada kulit selanjutnya.

Konfigurasi (susunan) elektron suatu atom berdasarkan kulit-kulit atom tersebut.


Setiap kulit atom dapat terisi elektron maksimum 2n2, dengan menunjukkan kulit ke-
n.

Jika n = 1 maka berisi 2 elektron

Jika n = 2 maka berisi 8 elektron

Jika n = 3 maka berisi 18 elektron

Perhatikan konfigurasi elektron pada unsur dengan nomor atom 19!

Konfigurasi elektronnya adalah ;

KLMN

2881
Hal ini dapat dijelaskan bahwa kapasitas elektron maksimum di kulit M dari unsur
tersebut sebanyak 8, sehingga sisa 1 harus diletakkan di kulit terluar.

Elektron yang berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia dan dalam reaksi
kimia yaitu elektron pada kulit terluar atau elektron valensi . Jumlah elektron valensi
suatu atom ditentukan berdasarkan elektron yang terdapat pada kulit terakhir dari
konfigurasi elektron atom tersebut.

Unsur-unsur yang mempunyai jumlah elektron valensi yang sama memiliki sifat
kimia yang sama pula.

Contoh :

Unsur natrium dan kalium memiliki sifat yang sama karena kedua unsur tersebut
memiliki sifat elektron valensi = 1

UJI KOMPETENSI B

Pilihlah jawaban yang tepat!

1. Apabila elektron valensi pada kulit ketiga = 3, nomor atom unsur tersebut ..
1. 3
2. 4
3. 5
4. 8
5. 13
2. Di antara unsur di bawah ini yang memiliki elektron valensi terbanyak yaitu unsur
yang mempunyai nomor atom .
1. 13
2. 15
3. 17
4. 19
5. 20
6.

1. Perkembangan Teori Atom

Perkembangan konsep atom secara ilmiah dimulai oleh John Dalton (1805), kemudian
dilanjutkan oleh Thomson (1897), Rutherford (1911), dan disempurnakan oleh Bohr
(1914).
Eksperimen yang memperkuat konsep atom ini menghasilkan gambaran mengenai
susunan partikel-partikel di dalam atom. Gambaran susunan partikel-partikel dasar di
dalam atom disebut model atom.

1. Model Atom Dalton


1. Atom merupakan bagian terkecil dari materi yang tidak dapat dibagi lagi
2. Atom digambarkan sebagai bola pejal yang sangat kecil.

Suatu unsur memiliki atom-atom yang identik dan berbedauntuk unsur


yang berbeda.

3. Atom-atom bergabung membentuk senyawa dengan perbandingan


bilangan bulat dan sederhana. Misalnya air terdiri dari atom-atom
hidrogen dan atom-atom oksigen
4. Reaksi kimia merupakan pemisahan, penggabungan atau penyusunan
kembali atom- atom, sehingga atom tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan.

Hipotesis Dalton digambarkan dengan model atom sebagai bola pejal


seperti bola tolak peluru.

2. Model Atom Thomson

Menurut Thomson, atom adalah bola padat bermuatan positif dan di dalamnya
tersebar elektron yang bermuatan negatif. Model atom Thomson digambarkan
dengan sebagai kismis yang tersebar pada seluruh bagian roti sehingga disebut
sebagai model roti kismis.

3. Model Atom Rutherford

Teori atom Rutherford muncul berdasarkan eksperimen hamburan sinar alfa dan
uranium. Brerdasarkan percobaan tersebut, Rutherford menyimpulkan bahwa;

1. Atom adalah bola berongga yang tersusun dari inti atom dan elektron yang
mengelilinginya.
2. Inti atom bermuatan positif dan massa atom terpusat pada inti atom.

Kelemahan dari Rutherford tidak dapat menjelaskan mengapa elektron


tidak jatuh

Ke dalam inti atom. Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai

Pemancaran energi. Oleh karenanya elektron lama-kelamaan akan berkurang dan lin-

Tasannya makin lama mendekati inti kemudian jatuh ke dalam inti.


1. Model Atom Niels Bohr

Kesimpulan Bohr adalah;

1. Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif yang dikelilingi elektron
bermuatan negatif di dalam suatu lintasan
2. Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke lintasan yang lain dengan
menyerap atau memancarkan energi sehingga energi elektron atom itu tidak
akan berkurang. Jika erlektron berpindah kelintasan yang lebih tinggi maka
elektron akan menyerap energi. Jika beralih kelintasan yang lebih rendah
maka akan memancarkan energi radiasi.
3. Elektron-elektron berkedudukan pada tingkat-tingkat energi tertentu yang
disebut kuli-kulit elektron.
2. Kulit-kulit elektron bukan merupakan kedudukan yang pasti dari suatu elektron.
Tetapi hanyalah suatu kebolehjadiannya saja. Teori ini sesuai dengan teori
ketidakpastian yang dikemukakan oleh Heisenberg. Yang menyatakan bahwa
kedudukan dan kecepatan gerak elektron tidak dapat ditentukan secara pasti, yang
dapat ditentukan hanyalah kemungkinan terbesarnya atau probabilitasnya. Dengan
demikian kedudukan dan kecepatan gerakan elektron dalam atom berada diruang
tertentu dalam atom tersebut yang disebut orbital. Teori mengenai elektron berada
dalam orbital-orbital diseputar inti atom inilah yang merupakan pokok teori atom
modern.

Pilihlah jawaban yang tepat !

1. Eksperimen tabung sinar katoda menghasilkan penemuan .


1. Elektron
2. Massa elektron
3. Muatan elektron
4. Massa proton
5. Muatan proton
2. Elektron dapat berpindah dari suatu lintasan ke lintasan yang lain sambil
menyerap atau memancarkan energi. Teori ini merupakan penyempurnaan
teori atom Rutherford yang dikemukan oleh .
1. Becquerel
2. Bohr
3. Dalton
4. Rontgen
5. Thomson

BAB II SISTEM PERIODIK UNSUR

3. Perkembangan Dasar Pengelompokan Unsur-Unsur


Pengelompokan unsur-unsur mengalami perkembangan dari yang paling sederhana hingga
modern. Sejarah perkembangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut;

1. Logam dan Nonlogam

Para ahli kimia Arab dan Persia pertama kali mengelompokkan unsur-unsur menjadi dua,
yaitu Lugham (logam) dan Laysa lugham (non logam). Unsur logam yang dikenal saat itu
ada 16 unsur, diantaranya besi, emas, perak, seng, nikel dan tembaga. Sementara unsur non
logam yang dikenal ada 7, yaitu arsen, hidrogen, nitrogen, oksigen, karbon, belerang, dan
fosfor.

2. Hukum Triade Dobereiner

Pada tahun 1829, John Wolfgang Dobereiner, ahli kimia dari Jerman melihat adanya
kemiripan sifat diantara beberapa unsur. Dobereiner mengelompokkan unsur-unsur tersebut
menurut kemiripan sifat yang ada. Ternyata setiap kelompok terdiri atas tiga unsur (sehingga
disebut triade).

Unsur-unsur dalam satu triade juga disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya.
Berdasarkan aturan tersebut massa atom relatif unsur unsur kedua merupakan rata-rata dari
massa atom relatif unsur pertama dan ketiga. Penemuan ini memperlihatkan adanya
hubungan antara massa atom relatif dengan sifat-sifat unsur.

Contoh : Triade Cl Br I, massa atom relatif Br adalah

Ar = Ar Cl + Ar I

Ar = 35,5 + 127

Ar = 81,25

Pengelompokan ini ternyata memiliki kelemahan. Kemiripan sifat tidak hanya terjadi pada
tiga unsur dalam tiap kelompok.

3. Hukum Oktaf Newlands

Tahun 1864, A.R. Newlands, seorang ahli kimia berkebangsaan Inggris mengemukakan
penemuannya yang disebut hukum oktaf. Berdasarkan hukum ini unsur-unsur disusun
berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Ternyata unsur-unsur yang berselisih 1 oktaf
(misalnya, unsur H dengan unsur kedelapan yaitu F pada tabel 2.2) menunjukkan kemiripan
sifat dan keteraturan perubahan sifat unsur. Hukum Oktaf menyatakan jika unsur-unsur
disusun berdasarkan kenaikan nomor massa atom, sifat unsur tersebut akan berulang pada
unsur kedelapan.

Pada saat daftar Oktaf Newlands disusun, unsur-unsur gas mulia belum ditemukan.
Pengelompokan ini ternyata hanya sesuai untuk unsur-unsur ringan dengan massa atom
relatif rendah.

4. Hukum Mendeleyev

Tahun 1869, sarjana bangsa Rusia Dmitri Ivanovich Mendeleyev, mengadadakan


pengamatan terhadap 63 unsur yang sudah dikenal saat itu. Mendeleyev menyimpulkan
bahwa sifat-sifat unsur fungsi periodik diketahui dari massa atom relatifnya. Hal ini berarti
jika unsur-unsur disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya. Akibat cara
pengelompokan ini terdapat tempat-tempat kosong dalam tabel periodik tersebut. Tempat-
tempat kosong ini diramalkan akan diisi unsur-unsur yang waktu itu belum ditemukan. Di
kemudian hari ramalan itu terbukti dengan ditemukannya unsur-unsur yang mempunyai
kemiripan sifat. Unsur-unsur tersebut yaitu germanium di bawah silikon dan galium di
bawah aluminium.

Sistem periodik Mendeleyev masih mempunyai kelemahan-kelemahan. Kelemahan sistem


periodik Mendeleyev yaitu;

1. Penempatan unsur tidak sesui dengan kenaikan massa atom relatifnya. Hal ini terjadi
karena penempatan unsur mempertahankan kemiripan sifat unsur dalam satu golongan
2. Masih banyak unsur yang belum dikenal pada masa itu sehingga banyak tempat kosong
dalam tabel.
5. Sistem Periodik Modern

Tahun 1914, Henry G.J. Moseley, ahli kimia dari Inggris menemukan bahwa urutan
unsur dalam tabel periodik sesuai kenaikan nomor atom. Sistem periodik modern yang
disebut juga sistem periodik bentuk panjang, disusun menurut kenaikan nomor atom
dan kemiripan sifat. Sistem periodik modern ini dapat dikatakan sebagai
penyempurnaan sistem periodik Mendeleyev.

Sistem periodik bentuk panjang terdiri atas lajur vertikal (golongan) dan lajur
horizontal (periode). Golongan disusun menurut kemiripan sifat, sedangkan periode
disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya.

1. Lajur Vertikal (golongan)

Golongan ditulis dengan angka Romawi, terdiri atas 19 golongan. Unsur-unsur yang
berada pada lajur vertikal dikelompokkan dalam satu golongan. Unsur-unsur yang
berada dalam satu golongan mempunyai persamaan sifat karena mempunyai elektron
valensi (elektron di kulit terluar) yang sama.
Pada sistem unsur periodik modern (sistem periodik panjang) ada delapan golongan
utama dan delapan golongan transisi.

1. Golongan A (Golongan Utama)

Golongan utama terdiri atas delapan golongan unsur sebagai berikut :

Golongan IA : Alkali terdiri atas unsur-unsur H, Li, Na, K,Rb, Cs , Fr

Golongan IIA : Alkali tanah terdiri atas unsur-unsur Be, Mg, Ca, Sr,

Ba, dan Ra

Golongan IIIA : Aluminium terdiri atas unsur-unsur B, Al, Ga, In, Ti

Golongan IVA : Karbon terdiri atas unsur-unsur C, Si, Ge, Sn,Pb

Golongan V A : Nitrogen terdiri atas unsur-unsur N, P, As, Sb, Bi

Golongan VIA : Oksigen terdiri atas unsur-unsur O, S, Se, Te, Po

Golongan VIIA : Halogen terdiri atas unsur-unsur F, Cl, Br, I, At

Golongan VIIIA : Gas mulia terdiri atas unsur-unsur He, Ne, Ar, Kr,

Xe dan Rn

Unsur yang berada dalam satu golongan mempunyai kemiripan sifat atau hampir sama. Hal
ini karena elektron valensi unsur-unsur tersebut sama. Misalnya pada golongan IA bersifat
logam lunak, mudah bereaksi dengan air, dan warnanya putih seperti perak.

Tabel unsur-unsur golongan IA

Unsur Susunan Elektron Elektron Valensi

3Li 2. 1 1

11Na 2. 8. 1 1

19K 2. 8. 8. 1 1

37Rb 2. 8. 18. 8. 1 1

55Cs 2. 8. 18. 18.8. 1 1

87Fr 2. 8. 18. 32. 18. 8. 1 1


2. Golongan transisi atau golongan tambahan (golongan B)
1. Golongan transisi (Golongan B), yaitu IIIB, IVB, VB, VIB, VIIB, VIIIB, IB, dan
IIB, dimulai dari periode 4. Golongan B terletak di antara golongan IIA dan IIIA. Khusus
golongan VIIIB terdiri atas tiga lajur vertikal.

Unsur transisi yang mengisi periode empat merupakan unsur logam, misalnya krom, besi,
nikel, tembaga, dan seng. Unsur-unsur logam dan unsur non logam dibatasi secara tegas
dengan garis tebal.

Sebanyak 20 unsur non logam terpusatkan di daerah sudut kanan ke bawah.

Unsur-unsur yang paling reaktif terletak di sebelah kiri dan kanan

Dalam tabel periodik. Unsur-unsur yang kurang reaktif berada di tengah. Natrium (Na) dan
Kalium (K) merupakan dua unsur logam yang sangat reaktif, terletak di daerah paling kiri.
Logam-logam reaktif lainnya berada pada golongan II. Logam-logam yang kurang reaktif
berada di tengah pada tabel periodik tersebut, misalnya besi (Fe) dan tembaga (Cu).

Unsur unsur non logam yang tidak reaktif pada sistem periodik berada di tengah, yaitu
karbon (C), silikon (Si), belerang (S) dan oksigen (O) yang terletak di sisi kanannya
bersifat lebih reaktif. Unsur-unsur nonlogam yang paling reaktif yaitu flourin (F) dan
klorin (Cl). Kedua unsur itu terletak pada sisi kanan atas sistem periodik.

2. Golongan Transisi Dalam, ada dua deret yaitu :


1. Deret Lantanida (unsur dalam deret ini mempunyai kemiripan sifat dengan 57La)
2. Deret Aktinida (unsur dalam deret ini mempunyai kemiripan sifat dengan 89Ac)

Pada periode 6 golongan IIIB terdapat 14 unsur yang sangat


Mirip sifatnya, yaitu unsur-unsur Lantanida. Demikian juga pada
Periode 7 golongan yang sama, terdapat unsur-unsur Aktinida.
Unsur-unsur tersebut ditempatkan tersendiri pada bagian bawah
Sistem periodik.

1. Lajur Horisontal (periode)


Periode ditulis dengan angka Arab, terdiri atas 7 periode berikut;
Periode 1 berisi 2 unsur
Periode 2 berisi 8 unsur
Periode 3 berisi 8 unsur
Periode 4 berisi 18 unsur
Periode 5 berisi 18 unsur
Periode 6 berisi 32 unsur
Periode 7 berisi 32 unsur
UJI KOMPETENSI

Pilihlah jawaban yang tepat !


1. Menurut hukum Triade, jika massa atom relatif kalsium 40 dan massa atom relatif barium
137 maka massa atom relatif stronsium sebesar ..
1. 80,5
2. 85,5
3. 88,5
4. 90,5
5. 98,5
2. Unsur aluminium yang mempunyai nomor atom 13 terletak pada .
1. Periode 4 golongan IIA
2. Periode 4 golongan IIIA
3. Periode 3 golongan IIIA
4. Periode 2 golongan IVA
5. Periode 1 golongan VA
3. Salah satu tanda unsur golongan halogen adalah .
1. Elektron valensinya 5
2. Elektron valensinya 7
3. Elektron valensinya 8
4. Memiliki jumlah proton = elektron
5. Memiliki jumlah proton > neutronnya
4. Suatu atom memiliki neutron yang jumlahnya sama dengan protonnya. Atom tersebut
mempunyai nomor massa 40. Atom tersebut terletak pada .
1. Golongan IIA periode 4
2. Golongan IVA periode 2
3. Golongan IVA periode 5
4. Golongan VA periode 4
5. Golongan VA periode 5
5. Suatu atom memiliki 4 kulit elektron dan 6 elektron valensi. Jika atom tersebut memiliki
jumlah neutron 45. Unsur tersebut memiliki nomor mssa ..
1. 24
2. 34
3. 45
4. 69
5. 79
6. Diketahui ciri-ciri sistem periodik unsur sebagai berikut;
1. Terdapat 18 golongan
2. Terdapat 8 periode
3. Periode terbanyak berisi 32 unsur
4. Golongan terbanyak berisi 9 unsur
5. Terdapat golongan transisi luar dan transisi dalam

Ciri-ciri yang ditunjukkan oleh sistem periodik unsur modern yaitu .

6. 1), 2), dan 3)


7. 1), 3), dan 5)
8. 2), 3), dan 4)
9. 2), 3), dan 5)
10. 3), 4), dan 5)
7. Perhatikan beberapa golongan utama berikut !
1. Golongan IA : Alkali
2. Golongan IIA : Alkali tanah
3. Golongan VA : Halogen
4. Golongan VIA : Karbon
5. Golongan VIIA : Nitrogen

Nama golongan yang sesui dengan letak golongan pada sistem periodik unsur modern
yaitu .

6. 1), dan 2)
7. 2), dan 3)
8. 3), dan 4)
9. 3), dan 5)
10. 4), dan 5)
8. Suatu unsur mempunyai konfigurasi elektron 2. 8. 18. 7. Unsur tersebut terletak pada
golongan .
1. IA
2. IIA
3. VA
4. VIA
5. VIIA
9. Ion Sr2+ mempunyai konfigurasi elektron 2. 8. 18. 8. Unsur tersebut terletak pada periode
.
1. 3
2. 4
3. 5
4. 6
5. 7
10. Periode dalam sistem periodik unsur menyatakan banyaknya .
1. Elektron pada kulit terluar
2. Neutron dalam inti
3. Kulit elektron
4. Orbital elektron
5. Proton dalam inti
1. Mssa Atom Relatif (Ar) dan Sifat Keperiodikan Unsur

Unsur-unsur dalam sistem periodik disusun berdasarkan kenaikan nomor atom. Kenaikan
tersebut menentukan sifat fisik dan sifat kimia unsur. Selain nomor atom, unsur dalam sistem
periodik dilengkapi dengan nomor massa yang menunjukkan massa atom relatif dari unsur
tersebut.

1. Massa Atom Relatif (Ar)


Massa satu atom adalah satuan massa atom (sma). Massa atom ditentukan dari
perbandingan massa atom yang akan ditentukan terhadap massa atom unsur yang telah
ditetapkan (massa atom acuan). Dengan cara ini, massa setiap atom dapat ditentukan.

Pada tahun 1825, Jons Jacob Berzelius ahli kimia berkebangsaan Swedia, mendefenisikan
massa atom suatu unsur sebagai perbandingan massa satu unsur tersebut terhadap massa
satu atom hidrogen. Jika massa atom karbon = 12, berarti massa satu atom karbon 12 kali
lebih besar daripada massa satu atom hidrogen.

Atom karbon merupakan atom paling stabil dibandingkan atom-atom lain. Oleh karena
itu, atom karbon paling cocok digunakan sebagai standar penentuan harga massa atom
unsur-unsur.

Sejak tahun 1961, IUPAC telah mendefenisikan massa atom relatif (Ar) suatu unsur.
Menurut IUPAC, massa atom relatif adalah perbandingan massa satu atom unsur tersebut
terhadap kali massa satu atom karbon- 12 (C 12). Defenisi tersebut dirumuskan sebagai
berikut;

Ar X = massa rata-rata atom unsur X

x massa 1 atom C 12

Adapun penentuan massa satu molekul senyawa digunakan istilah massa molekul relatif
(Mr). Massa molekul relatif adalah perbandingan massa satu molekul senyawa terhadap
massa satu atom C 12.

Pengertian tersebut dirumuskan sebagai berikut ;

Mr X =

Massa molekul relatif mempunyai kesamaan dengan massa rumus relatif, yaitu sama-
sama mempunyai lambang Mr. perbedaan terletak pada partikel penyusunnya. Partikel
penyusun massa molekul relatif berupa molekul atau senyawa. Sementara itu, massa
rumus relatif partikel penyusunnya berupa ion-ion. Harga Mr suatu senyawa merupakan
jumlah total Ar unsur-unsur penyusun senyawa tersebut.

2. Sifat Keperiodikan Unsur


1. Jari-jari Atom

Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit elektron terluar.

1. Dalam satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom smakin besar.
Dalam satu golongan dari atasb ke bawah, kulit atom bertambah (ingat
jumlah kulit = nomor periode), sehingga jari-jari atom juga bertambah
besar.

2. Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari atom semakin kecil.

Dari kiri ke kanan, jumlah kulit tetap tetapi muatan inti (nomor atom) dan
jumlah elektron pada kulit bertambah. Hal tersebut mengakibatkan gaya
tarik menarik antara inti dengan kulit elektron semakin besar. Oleh
karena itu, jari-jari atom semakin kecil.

2. Energi Ionisasi

Energi ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan


elektron dari suatu atom netral dalam wujud gas. Energi yang diperlukan untuk
melepaskan elektron kedua disebut energi ionisasi tingkat kedua. Dan seterusnya.
Apabila tidak ada keterangan khusus maka yang disebut energi ionisasi adalah
energi ionisasi tingkat pertama.

Energi ionisasi merupakan ukuran mengenai mudah dan tidaknya suatu atom
untuk menjadi ion positif. Apabila atom mudah melepaskan elektron (mempunyai
energi ionisasi kecil), atom tersebutmudah menjadi ion positif. Apabila atom
sukar melepaskan elektron (mempunyai energi ionisasi besar), atom tersebut
sukar bermuatan positif. Misalnya energi ionisasi Li lebih besar dibanding Na
maka Li lebih sukar bermuatan bermuatan positif dibanding Na. perhatikan
penjelasan berikut;

3Li + energi ionisasi Li+ + e

(2. 1) (2)

11Na + energi ionisasi Na+ + e

(2. 8. 1) (2. 8)

Harga energi ionisasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu muatan inti dan jari-jari
atom.

1. Muatan inti, semakin besar muatan inti, semakin besar pula tarikan inti
terhadap elektron. Akibatnya elektron sukar lepas sehingga energi yang
diperlukan untuk melepaskannya besar.
2. Jari-jari atom, semakin kecil jari-jari atom, jarak antara inti dan elektron
semakin pendek. Dengan demikian, tarikan terhadap elektron semakin
kuat sehingga energi ionisasinya semakin besar.
Besarnya energi ionisasi unsur-unsur dalam keperiodikan dapat
disimpulkan sebagai berikut;

1. Dalam satu golongan dari atas ke bawah, energi ionisasi semakin


berkurang.
2. Dalam satu periode dari kiri ke kanan, energi ionisasi cenderung
bertambah.

Kecenderungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut;

3. Dari atas ke bawah dalam satu golongan, jari-jari atom bertambah. Hal ini
mengakibatkan daya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kecil.
Elektron semakin mudah dilepas dan energi yang diperlukan untuk
melepaskannya semakin kecil.
4. Dari kiri ke kanan dalam satu periode, daya tarik inti terhadap elektron
semakin besar. Oleh karena itu, elektron semakin sukar dilepas. Energi
yang diperlukan untuk melepaskan elektron tentunya semakin besar.
3. Afinitas Elektron

Afinitas elektron adalah besarnya energi yang dibebaskan satu atom netral dalam
wujud gas. Pembebasan energi ini terjadi pada waktu menerima satu elektron
sehingga terbentuk ion negatif. Afinitas elektron merupakan ukuran mengenai
mudah atau tidaknya suatu atom menjadi ion negatif. Apabila atom menangkap
elektron, atom bermuatan negatif. Semakin besar energi yang dilepaskan suatu
atom, semakin mudah atom-atom tersebut menangkap elektron.

Misalnya, atom Cl akan menjadi ion negatif (ion Cl ) jika menangkap elektron.

17Cl + e Cl + afinitas elektron

(2. 8. 7) (2. 8. 8)

Apabila ion negatif yang terbentuk stabil, energi dibebaskan dan dinyatakan
dengan tanda negatif (-). Apabila ion negatif yang terbentuk tidak stabil, eneri
diperlukan atau diserap dan dinyatakan dengan tanda positif (+).

Kecenderungan dalam afinitas elektron lebih bervariasi dibandingkan dengan


energi ionisasi. Unsur-unsur halogen (golongan VIIA) mempunyai afinitas
elektron paling besar atau paling negatif yang berarti paling mudah menerima
elektron.

4. Keelektronegatifan

Keelektronegatifan adalah kecenderungan suatu unsur untuk menarik elektron


sehingga bermuatan negatif. Dalam satu golongan dari atas ke bawah,
keelektronegatifan semakin berkurang. Sementara itu dalam satu periode dari kiri
ke kanan keelektronegatifan semakin bertambah. Harga keelektronegatifan ini
bersifat relatif antara satu atom dengan atom lainnya. Oleh karenanya tidak ada
sifat tertentu yang dapat diukur untuk menentukan atau membandingkan unsur-
unsur.

Linus Pauling membuat skala keelektronegatifan yang terkenal dengan skala


Pauling. Skala ini berfungsi untuk mengukur keelektronegatifan suatu unsur.
Harga skala Pauling berkisar antara 0,7 (dimiliki oleh fransium) sampai dengan
4,0 (dimiliki oleh fluorin).

Energi ionisasi dan afinitas elektron berkaitan dengan besarnya daya tarik
elektron. Semakin besar daya tarik elektron semakin besar energi ionisasi dan
afinitas elektronnya. Jadi suatu unsur (misalnya flourin) yang mempunyai energi
ionisasi dan afinitas elektron besar, keelektronegatifannya juga besar. Semakin
besar keelektronegatifan unsur cenderung semakin mudah membentuk ion
negatif. Semakin kecil keelektronegatifan, unsur cenderung semakin sulit
membentuk ion negatif, tetapi semakin mudah membentuk ion positif.

UJI KOMPETENSI

Pilihlah jawaban yang tepat !

1. Pernyataan tentang energi ionisasi yang paling tepat adalah .


1. Dalam satu golongan besarnya sama
2. Dalam satu periode dari kiri ke kanan bertambah kecil
3. Semakin besar energi ionisasi semakin sukar melepas elektron
4. Semakin besar energi ionisasi semakin mudah bermuatan positif
5. Dalam satu golongan dari atas ke bawah semakin besar
2. Kelompok unsur berikut ini yang mempunyai sifat afinitas elektron semakin besar
adalah .
1. Pb, Ge, dan Sn
2. Ge, Sn, dan Pb
3. Pb, Sn, dan Ge
4. Sn, Pb, dan Ge
5. Sn, Ge, dan Pb

BAB III IKATAN KIMIA

1. Terbentuknya Ikatan Kimia

Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul. Interaksi
ini selalu disertai dengan pelepasan energi. Adapun gaya-gaya yang menahan atom-atom
dalam molekul merupakan suatu ikatan yang dinamakan ikatan kimia. Ikatan kimia
terbentuk karena unsur-unsur cenderung membentuk struktur elektron stabil. Struktur
elektron stabil yang dimaksud yaitu struktur elektron gas mulia (golongan VIIIA).
Walter Kossel, dan Gilbert Lewis pada tahun 1916 menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara stabilnya gas mulia dengan cara atom berikatan. Mereka mengemukakan bahwa
jumlah elektron terluar dari dua atom yang berikatan, akan berubah sedemikian rupa
sehingga susunan elektron kedua atom tersebut sama dengan susunan elektron gas mulia
atau konfigurasi elektron gas mulia atau 8 elektron pada kulit terluar disebut kaidah oktet.

Sementara itu, atom-atom yang mempunyai nomor atom kecil dari hidrogen sampai
dengan boron cenderung memiliki konfigurasi elektron gas helium atau mengikuti kaidah
duplet.

Elektron yang berperan dalam reaksi kimia yaitu elektron pada kulit terluar atau elektron
valensi. Elektron valensi menunjukkan kemampuan suatu atom untuk berikatan dengan
atom lain.

Unsur-unsur dari golongan alkali dan alkali tanah, untuk mencapai kestabilan cenderung
melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion positif. Unsur-unsur yang
mempunyai kecenderungan membentuk ion positif termasuk unsur elektropositif. Unsur-
unsur dari golongan halogen dan khalkogen mempunyai kecenderungan menangkap
elektron untuk mencapai kestabilan sehingga membentuk ion negatif. Unsur-unsur yang
demikian termasuk unsur elektronegatif.

Contoh;

1. Fluorin (9F) mempunyai susunan elektron 2. 7. Flourin memerlukan satu elektron


untuk mencapai kestabilan (elektron terluar 8).
2. Kalsium (20Ca) mempunyai susunan elektron 2. 8. 8. 2. Kalsium melepaskan 2
elektron untuk mencapai kestabilan (elektron terluar 8).

Atom-atom yang belum stabil yaitu unsur-unsur selain gas mulia. Unsur ini selalu
berusaha untuk mencapai keadaan yang stabil. Agar dapat mencapai struktur
elektron seperti gas mulia, antar unsur melakukan hal-hal berikut;

1. Perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain (serah terima elektron)

Atom yang melepaskan elektron akan membentuk ion positif, sedangkan


atom yang menerima elektron akan berubah menjadi ion negatif, sehingga
terjadilah gaya elektrostatik atau tarik-menarik antara kedua ion yang
berbeda muatan. Ikatan ini disebut ikatan ion.

2. Pemakaian bersama pasangan elektron oleh dua atom yang bergabung


membentuk susunan elektron seperti gas mulia, yang dikenal dengan
ikatan kovalen.

Selain itu, dikenal juga adanya ikatan lain yaitu;

3. Ikatan logam
4. Ikatan hidrogen
5. Ikatan Van der Waals

Pilihlah jawaban yang tepat !

1. Unsur-unsur di alam cenderung saling berikatan karena tiap-tiap unsur mempunyai .


1. Jumlah proton dan elektron yang sama banyak
2. Kecenderungan untuk memiliki susunan elektron yang stabil
3. Neutron dalam intinya
4. Lintasan elektron lebih dari satu
5. Elektron valensi
2. Kr yang mempunyai nomor atom 36 termasuk golongan gas mulia. Hal ini ditunjukkan
oleh .
1. Keelektronegatifan Kr besar
2. Mudahnya bereaksi dengan unsur lain
3. Membentuk ikatan ion
4. Elektron valensinya 8
5. Termasuk golongan VIIA

1. Ikatan Ion (Ikatan Elektrovalen)

Ikatan ion yaitu ikatan yang terbentuk sebagai akibat adanya gaya tarik-menarik antara
ion positif dan ion negatif. Ion positif terbentuk karena unsur logam melepaskan
elektronnya. Sedangkan ion negatif terbentuk karena unsur non logam menerima
elektron. Ikatan ion terjadi karena adanya serah-terima elektron. Pada saat terjadi
pelepasan elektron, atom tersebut berubah menjadi sebuah kation (ion positif) karena
kelebihan muatan positif. Energi ionisasi diperlukan untuk melepas sebuah elektron.
Berbeda antara atom satu dengan lainnya.

Pada umumnya, atom-atom dari unsur logam memiliki energi ionisasi yang lebih rendah.
Oleh karena itu unsur-unsur tersebut, cenderung melepas elektron dan berubah menjadi
kation. Sebagai contoh unsur natrium (Na) mudah melepaskan satu elektron menjadi ion
natrium (Na+). Sementara itu atom-atom dari unsur non logam memiliki afinitas elektron
yang tinggi sehingga cenderung untuk menangkap elektron. Saat terjadi penangkapan
elektron, atom tersebut berubah menjadi anion (ion negatif). Misalnya atom klor (Cl)
mudah menangkap satu elektron dan menjadi ion klorida (Cl).

Terjadinya ikatan antara 11Na dengan 17 Cl sebagai berikut ;

KLM

11Na 2. 8. 1 melepas 1 elektron, membentuk Na+ : 2. 8

17Cl : 2. 8. 7 menerima satu elektron, membentuk Cl : 2. 8. 8

Na Na+ + e
Cl + eCl

Na + Cl Na+ + Cl

Na + dan Cl membentuk ikatan ion NaCl (Natrium klorida)

Ikatan ion mudah terjadi jika atom-atom suatu unsur mempunyai perbedaan
elektronegativitas yang besar ( lebih besar dari 1,7). Menurut Pauling, jika perbedaan
elektronegativitas semakin besar, ikatan kimia yang terbentuk semakin bersifat ionik.
Pada umumnya ikatan ion terjadi antara unsur-unsur golongan IA dan IIA (unsur logam)
dengan unsur-unsur golongan VIIA dan VIA ( unsur nonlogam).

Sifat-sifat senyawa ion sebagai berikut,

1. Dalam bentuk padatan tidak dapat menghantarkan listrik karena partikel-partikel


ionnya terikat kuat pada kisi, sehingga tidak ada elektron yang bebas bergerak.
2. Leburan dan larutannya menghantarkan listrik
3. Umumnya berupa zat padat kristal yang permukaannya keras dan sukar digores
4. Titik leleh dan titik didihnya tinggi
5. Larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut non polar

Pilihlah jawaban yang tepat !

1. Pernyataan di bawah ini yang sesuai dengan sifat-sifat senyawa ion yaitu .
1. Dalam bentuk padatan bersifat konduktor
2. Titik didih dan titik lelehnya relatif rendah
3. Dalam bentuk leburan bersifat isolator
4. Larut dalam pelarut nonpolar
5. Dalam bentuk larutan bersifat konduktor
2. Unsur Y mempunyai konfigurasi elektron 2. 8. 2. Unsur ini lebih mudah membentuk
ikatan ion dengan unsur lain yang mempunyai konfigurasi elektron .
1. 2. 8. 1
2. 2. 8. 4
3. 2. 8. 5
4. 2. 8. 6
5. 2. 8. 7

1. Ikatan Kovalen dan Ikatan Logam


1. Ikatan Kovalen

Ikatan kovalen dapat terjadi antara unsur nonlogam dengan unsur nonlogam lain
dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron. Jadi secara langsung ikatan
ini bersifat nonelektrostatik. Adakalanya dua atom dapat menggunakan lebih dari
satu pasang elektron. Apabila yang digunakan bersama dua pasang atau tiga
pasang maka akan terbentuk ikatan kovalen rangkap dua atau rangkap tiga.
Jumlah elektron valensi yang digunakan untuk berikatan tergantung pada
kebutuhan tiap atom untuk mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia
(kaidah oktet atau duplet).

Penggunaan bersama pasangan elektron digambarkan oleh Lewis menggunakan


titik elektron. Rumus Lewis merupakan tanda atom yang di sekelilingnya terdapat
titik (), silang (x), atau bulatan kecil (.

Tanda ini menggambarkan elektron valensi atom yang bersangkutan. Oleh karena
itu, rumus ini sering disebut sebagai rumus elektron atau titik elektron.

Langkah-langkah untuk menulis rumus molekul Lewis sebagai berikut;

1. Menuliskan simbol atom unsurnya


2. Menentukan jumlah elektron valensi atom tersebut
3. Meletakkan titik (.), silang (x), atau bulatan kecil ( yang mewakili elektron
valensi pada sisi simbol atom.

Berdasarkan bentuk ikatanya, ikatan kovalen dibedakan menjadi tiga, yaitu


kovalen normal, kovalen koordinasi, serta kovalen polar dan nonpolar.

1. Ikatan kovalen Normal

Dalam ikatan kovalen normal digunakan dasar pemakaian bersama pasangan elektron.
Dalam hal ini pasangan elektron tersebut berasal dari kedua atom. Jumlah ikatan yang
terdapat dalam suatu molekul dapat diramalkan dengan menghitung jumlah elektron yang
digunakan bersama-sama, selain itu juga, jumlah dan jenis atom yang membentuk
molekul. Oleh karena itu, dalam ikatan ini dikenal adanya ikatan kovalen tunggal, ikatan
kovalen rangkap dua, dan kovalen rangkap tiga.

1. Ikatan Kovalen Tunggal

Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
bersama satu pasang elektron, ikatan ini digambarkan dengan satu garis lurus.

Contoh:

1. Ikatan H dengan H dalam molekul H2

rumus titik elektronnya H

rumus titik elektronnya H

1 atom H berikatan dengan 1 atom H yang lain dan tiap-tiap atom H


menyumbangkan 1 elektron.
H + H H H H H H2

2. Ikatan H dengan Cl dalam molekul HCl

1 atom H berikatan dengan 1 atom Cl yang masing-masing


menyumbangkan 1 elektron.

H + xCl H xCl H Cl HCl

2. Ikatan Kovalen Rangkap Dua

Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang terjadi karena
penggunaan bersama dua pasang elektron. Ikatan ini digambarkan dengan dua
garis lurus.

Contoh;

Ikatan antara atom O dengan atom O yang lain dalam molekul O2

O = O O2

3. Ikatan Kovalen Rangkap Tiga

Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang terjadi karena
penggunaan bersama tiga pasang elektron. Ikatan ini digambarkan dengan tiga
garis lurus.

Contoh;

Ikatan antara atom N dengan atom N lain dalam molekul N2

N N N2

2. Ikatan Kovalen Koordinasi

Ikatan kovalen koordinasi yaitu ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang
digunakan bersama berasal dari salah satu atom yang berikatan. Ikatan kovalen
koordinasi dapat terjadi antara suatu atom yang mempunyai pasangan elektron bebas dan
sudah mencapai konfigurasi oktet dengan atom lain. Atom lain ini membutuhkan dua
elektron dan belum mencapai konfigurasi oktet.

Contoh; senyawa SO3, NH4+ dan lain-lain

3. Ikatan Kovalen Polar dan Nonpolar


Perbedaan keelektronegatifan dua atom menimbulkan kepolaran senyawa. Adanya
perbedaan keelektronegatifan tersebut menyebabkan pasangan elektron ikatan lebih
tertarik ke salah satu unsur sehingga membentuk dipol. Adanya dipol inilah yang
menyebabkan senyawa menjadi polar.

Pada senyawa HCl, pasangan elektron milik bersama akan lebih dekat pada Cl karena
daya tarik terhadap elektronnya lebih besar dibandingkan H. Hal itu menyebabkan
terjadinya polarisasi pada ikatan H Cl. Atom Cl lebih negatif daripada atom H, hal
tersebut menyebabkan terjadinya ikatan kovalen polar.

3. Contoh;
1. Senyawa kovalen polar; HCl, HBr, HI, HF, H2O, NH3.
2. Senyawa kovalen nonpolar; H2, O2, Cl2, N2, CH4, C6H6, BF3.

Pada ikatan kovalen yang terdiri lebih dari dua unsur, kepolaran senyawanya
ditentukan beberapa hal berikut;

1. Jumlah momen dipol. Jika jumlah momen dipol = 0, senyawanya bersifat


nonpolar. Jika momen dipol tidak sama dengan 0 maka senyawanya
bersifat polar.

Besarnya momen dipol suatu senyawa dapat ditentukan dengan:

=dxl

Keterangan;

= momen dipol dalam Debye (D)

d = muatan dalam satuan elektrostatis (ses)

l = jarak dalam cm

1. Bentuk molekul. Jika bentuk molekulnya simetris maka senyawanya bersifat nonpolar,
sedangkan jika bentuk molekulnya tidak simetris maka biasanya senyawanya bersifat
polar.
2. Jika molekul terdiri atas dua buah unsur.
1. Jika kedua unsur itu sejenis ikatannya nonpolar

Contoh; H2 dan Cl2

2. Jika kedua unsur itu tidak sejenis, biasanya ikatannya polar.

Contoh; HCl dan HBr

3. Jika molekul terdiri atas tiga atau lebih unsur yang berbeda.
1. Jika atom yang berada di tengah molekul (atom pusat) mempunyai pasangan
elektron bebas sehingga pasangan elektron ikatan akan tertarik ke salah satu
atom, ikatannya polar.

Contoh; H2O, dan NH3

2. Jika atom pusat tidak mempunyai pasangan elektron bebas sehingga pasangan
elektron tertarik sama kuat ke seluruh atom, ikatannya nonpolar.

Contoh; CH4 dan CO2

Sifat-sifat senyawa kovalen;

1. Pada suhu kamar umumnya berupa gas (misalnya H2, O2, N2, Cl2, dan CO2 ), cair
(misalnya H2O dan HCl), ataupun berupa padatan.
2. Titik didih dan titik lelehnya rendah, karena gaya tarik-menarik antara molekulnya lemah
meskipun ikatan antar atomnya kuat
3. Larut dalam pelarut nonpolar dan beberapa diantaranya dapat berinteraksi dengan pelarut
polar
4. Larutannya dalam air ada yang menghantarkan arus listrik (misal HCl) tetapi sebagian
besar tidak dapat menghantarkan arus listrik, baik padatan, leburan, atau larutannya.

Anda dapat memprediksi ikatan kimia apabila mengetahui konfigurasi elektron dari atom unsur
tersebut (elektron valensinya). Berdasarkan elektron valensi, akan diketahui jumlah kekurangan
elektron masing-masing unsur untuk mencapai kaidah oktet (kestabilan struktur seperti struktur
elektron gas mulia).

Jarak antara dua inti atom yang berikatan disebut panjang ikatan, sedangkan energi yang
diperlukan untuk memutuskan ikatan disebut energi ikatan. Pada pasangan unsur yang sama,
ikatan tunggal merupakan ikatan yang paling lemah dan paling panjang. Semakin banyak
pasangan elektron milik bersama maka semakin kuat ikatan. Namun, panjang ikatannya semakin
kecil atau pendek.

Contoh;

Ikatan : N N N N N N

Panjang ikatan (A) : 1,47 1,24 1,10

Energi ikatan (kJ/mol) : 163 418 941

1. Ikatan Logam

Logam mempunyai sifat-sifat berikut;

1. Pada suhu kamar umumnya padat


2. Mengkilap
3. Menghantarkan panas dan listrik dengan baik
4. Dapat ditempa dan dibentuk

Dalam bentuk padat, atom-atom logam tersusun dalam susunan yang sangat rapat (closly
packed). Susunan logam terdiri atas ion-ion logam dalam larutan elektron. Dalam
susunan seperti ini elektron valensinya relatif bebas bergerak dan tidak terpaku pada
salah satu inti atom. Ikatan logam terjadi akibat interaksi antara elektron valensi yang
bebas bergerak dengan inti atau kation-kation logam yang menghasilkan gaya tarik.

Pilihlah jawaban yang tepat !

1. Ikatan kovalen dapat terbentuk antara unsur .


1. Logam alkali dengan halogen
2. Logam alkali tanah dengan halogen
3. Logam alkali dengan gas mulia
4. Halogen dengan golongan oksigen
5. Golongan oksigen dengan logam alkali
2. Elektron yang digunakan bersama pada molekul N2 berjumlah .
1. 2
2. 3
3. 5
4. 6
5. 7

BAB IV TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI SEDERHANA

1. Rumus Kimia

Rumus kimia adalah lambang molekul unsur atau senyawa yang menyatakan jenis dan
jumlah relatif atom-atom yang terdapat dalam suatu zat.

Contoh;

1. Molekul gas oksigen terdiri atas 2 atom O. Rumus kimia gas oksigen adalah O2
2. Molekul air terdiri atas 2 atom hidrogen (indeks H = 2) dan 1 atom oksigen.
Rumus kimia air adalah H2O dan lambangnya ditulis H2O.
3. Molekul asam cuka terdiri atas 2 atom karbon, 4 atom hidrogen, dan 2 atom
oksigen. Rumus kimia asam cuka adalah CH3COOH.
4. Rumus kimia amonium sulfat adalah (NH4)2SO4. Artinya setiap molekul
amonium sulfat terdiri atas 2 atom nitrogen (N), 8 atom hidrogen (H), 1 atom
belerang (S), dan 4 atom oksigen (O).

Rumus kimia sering dinyatakan dalam rumus molekul dan rumus empiris. Rumus
molekul adalah rumus kimia yang menyatakan jenis dan jumlah atom yang
membentuk molekul senyawa. Rumus empiris atau rumus perbandingan
menyatakan perbandingan paling sederhana jumlah atom-atom penyusun senyawa
tersebut.

1. Tata Nama Senyawa

Sistem penamaan senyawa kimia dibedakan menjadi dua, yaitu penamaan untuk senyawa
organik dan senyawa anorganik. Penamaan senyawa-senyawa ini didasarkan pada rumus
kimia dengan aturan-aturan tertentu. Aturan penamaan senyawa anorganik adalah,

1. Tata Nama Senyawa Biner


1. Senyawa Biner yang Terdiri atas Unsur Logam dan Nonlogam

Aturan penamaan;

1. Unsur yang berada di depan (logam) diberi nama sesuai dengan


nama unsur tersebut
2. Unsur yang berada di belakang (nonlogam) diberi nama sesuai
dengan nama unsur tersebut dengan menambahkan akhiran ida.

Contoh; KCl nama, kalium klorida

3. Muatan kation ditulis menggunakan angka Romawi(jika


diperlukan). Unsur logam sebagai kation (ion positif) dan unsur
nonlogam (ion negatif). Penulisan angka Romawi berlaku apabila
unsur logam di dalamnya memiliki kation lebih dari satu macam.

Contoh;

Logam Fe memiliki kation Fe2+ dan Fe3+ sehingga penulisan nama


senyawa FeCl3 : besi (III) klorida.

Rumus umum penggabungan kation dan anion pada senyawa


biner.

Xa+ + Yb- XbYa

Keterangan; Xa+ = kation

Yb- = anion

Perhatikan beberapa contoh berikut;

Mg2+ + Cl MgCl2
Ag+ + Br AgBr

Na+ + O2- Na2O

2. Senyawa Biner yang Terdiri Atas Unsur Nonlogam dan Nonlogam

Aturan penamaannya ditandai dengan awalan angka Yunani yang


menyatakan jumlah atom nonlogam diikuti dengan nama unsur dan
diakhiri dengan akhiran- ida.

Awalan angka Yunani:

Mono :1

Di :2

Tri :3

Tetra : 4

Penta :5

Heksa : 6

Hepta :7

Okta : 8

Nona : 9

Deka : 10

Awalan mono hanya dipakai pada unsur nonlogam yang kedua.

Penulisan dilakukan berdasarkan urutan; B- Si- As- C- P- N- H- S- I- Br-


Cl- O- F

Contoh;

CO = karbon monoksida

CO2 = karbon dioksida

N2O5 = dinitrogen pentaoksida

2. Tata Nama Senyawa Poliatom


Senyawa poliatom adalah senyawa yang terdiri atas lebih dari dua macam unsur
penyusun yang berbeda. Kebanyakan ion poliatom bermuatan negatif, kecuali ion
amonium

(NH4+) yang bertindak sebagai kation. Penamaan senyawa poliatom sama dengan
aturan penamaan senyawa biner logam dan nonlogam. Naqmun terdapat
perbedaan pada penamaan anionnya sebagai berikut.

1. Anion yang terdiri dari atom penyusun yang sama, untuk jumlah oksigen
yang lebih sedikit diberi akhiran-it, dan untuk jumlah oksigen yang lebih
banyak diberi akhiran-at.

Contoh;

SO32- : sulfit

SO42- : sulfat

2. Khusus untuk CN dan OH mendapat akhiran-ida.


3. Anion yang mengandung unsur golongan VIIA (F, Cl, Br, dan I), urutan
penamaan anion dengan jumlah oksigen terkecil sampai terbesar, yaitu:
hipo + nama unsur + akhiran-it,

Nama unsur + akhiran it, nama unsur + akhiran at, sampai per + nama
unsur + akhiran at.

Contoh:

ClO : hipoklorit

ClO2 : klorit

ClO3 : klorat

ClO4 : perklorat

Rumus umum penggabungan kation dan anion pada senyawa poliatom:

Xa+ + YZb- Xb(YZ)a

Contoh:

NH4+ + Cl NH4Cl : amonium klorida


K+ + CN KCN : kalium sianida

Zn2+ + OH Zn(OH)2 : seng hidroksida

Fe3+ + SO42- Fe2(SO4)3 : besi (III) sulfat

Mg2+ + SO42- MgSO4 : magnesium sulfat

Tidak ditulis Mg2(SO4)2, karena rumus empirisnya

MgSO4.

3. Tata Nama Senyawa Asam

Asam adalah zat yang di dalam air larut dan terurai menghasilkan ion hidrogen
(H+) dan ion negatif. Semua asam diberi nama dengan awalan asam yang diikuti
nama ion negatifnya.

Contoh:

Asam-asam anorganik atau asam mineral.

HF = asam fluorida

H2SO4 = asam sulfat

HClO2 = asam hipoklorit

HClO3 = asam klorit

HClO4 = asam perklorat

HNO3 = asam nitrat

H2C2O4 = asam oksalat

H3PO3 = asam fosfit

H3PO4 = asam fosfat

H2CrO4 = asam kromat

H2Cr2O7 = asam dikromat

H2CO3 = asam karbonat


Contoh asam-asam organik, yaitu asam yang diperoleh dari hewan dan tumbuhan
diberi nama dengan nama trivial.

HCOOH asam format

C6H8O7 asam sitrat

C4H6O5 asam malat

C4H4O6 asam tartarat

C4H6O2 asam butirat

C4H12O2 asam kaproat

C6H8O6 asam askorbat

4. Tata Nama Senyawa Basa

Basa ditandai dengan adanya ion hidroksida (OH). Penamaan basa selalu diakhiri
dengan anion hidroksida.

Contoh: NaOH natrium hidroksida

Ba(OH)2 barium hidroksida

NH4OH amonium hidroksida

5. Oksida dan Tata Nama Oksida

Oksida adalah senyawa berupa unsur dan oksigen yang terbentuk pada peristiwa
oksidasi. Secara umum oksida dibedakan menjadi oksida logam dan oksida
nonlogam. Berdasarkan sifat-sifatnya, oksida dibagi menjadi oksida basa, oksida
asam, oksida amfoter, oksida indifferen, dan peroksida.

1. Oksida basa adalah oksida logam yang dengan air akan menghasilkan basa
atau hidroksida.

Contoh: Na2O + H2O 2NaOH

Natrium oksida natrium hidroksida

2. Oksida asam adalah oksida nonlogam yang bereaksi dengan air akan
menghasilkan asam.
Contoh: CO2 + H2O H2CO3

Karbon dioksida asam karbonat

3. Oksida amfoter adalah oksida logam atau nonlogam yang dapat bersifat
sebagai oksida asam atau oksida basa.

Contoh: Al2O3 (aluminium oksida) dan PbO (timbal oksida)

4. Oksida Indifferen adalah oksida logam atau nonlogam yang tidak bersifat
sebagai oksida asam ataupun oksida basa.

Contoh: H2O (air), NO (nitrogen monoksida), dan MnO2 (mangan


dioksida)

5. Peroksida adalah oksida logam atau oksida nonlogam yang kelebihan


atom O.

Contoh: H2O2 (hidrogen peroksida) dan Na2O2 (natrium peroksida).

Pemberian nama senyawa oksida berdasarkan IUPAC (International Union Of Pure Applied
Chemistry) sebagai berikut.

1. Untuk senyawa oksida yang tersusun atas unsur yang mempunyai bilangan oksidasi
hanya satu macam, pemberian nama dilakukan dengan menyebutkan nama unsurnya
yang kemudian dibutuhkan kata oksida.

Contoh:

1. Senyawa Al2O3 tersusun atas unsur Al yang hanya mempunyai bilangan oksidasi
+3 dinamai senyawa aluminium oksida.
2. Senyawa Na2O yang tersusun atas unsur Na yang hanya mempunyai bilangan
oksidasi +1 dinamai senyawa natrium oksida.
2. Untuk oksida yang tersusun atas unsur logam yang mempunyai bilangan oksidasi lebih
dari satu macam, pemberian nama dilakukan dengan menyebutkan nama unsur logamnya
yang diikuti dengan tingkat bilangan oksidanya yang ditulis dengan angka Romawi
dalam kurung dan diikuti kata oksida.

Contoh:

1. Senyawa oksida tembaga dapat terbentuk dari unsur tembaga yang mempunyai
bilangan oksidasi +1 (Cu2O) dan +2(CuO), sehingga senyawa Cu2O dinamakan
senyawa tembaga (I) oksida dan senyawa CuO dinamakan senyawa tembaga (II)
oksida.
2. Senyawa oksida besi dapat terbentuk dari unsur besi yang mempunyai bilanagan
oksidasi +2 (FeO) dan +3 (Fe2O3), sehingga senyawa FeO dinamakan besi (II)
oksida dan senyawa Fe2O3 dinamakan besi (III) oksida.
3. Untuk senyawa oksida yang tersusun atas unsur nonlogam yang mempunyai bilangan
oksidasi lebih dari satu macam, pepberian nama dilakukan dengan menyebutkan jumlah
atom unsur dan oksida yang terikat pada unsur dengan awalan .

Contoh:

1. Senyawa oksida klor dapat terbentuk dari unsur klor yang mempunyai bilangan
oksidasi +1(Cl2O), +5(Cl2O5), dan +7(Cl2O7), sehingga nama senyawa tersebut
berturut-turut adalah diklor monoksida, diklor pentaoksida dan diklor
heptaoksida.
2. Senyawa oksida nitrogen dapat terbentuk dari unsur nitrogen yang mempunyai
bilangan oksidasi +1 (N2O), +2 (NO), +4 (NO2), dan +5 (N2O5), sehingga
senyawa N2O5 dinamakan dinitrogen pentaoksida.
3. Tata Nama Senyawa Hidrat

Beberapa senyawa yang berwujud kristal mampu mengikat air dari udara atau
bersifat higroskopis, sehingga kristal senyawa tersebut mengandung air kristal .
Senyawa yang mengandung air kristal disebut hidrat. Kristal hidrat tidak berair
karena molekul air terkurung rapat dalam kristal senyawa. Senyawa hidrat dibeeri
nama dengan menambahkan angka Yunani yang menyatakan banyaknya air
kristal hidrat diakhir nama senyawa tersebut.

Contoh:

CuSO4 . 5H2O = Tembaga (II) sulfat pentahidrat

Na2CO3 . 10H2O = Natrium karbonat dekahidrat

4. Beberapa Senyawa Kimia di Sekitar Kita

Beberapa senyawa kimia yang serin ditemui dalam kehidupan sehari- hari sebagai
berikut.

1. Dacron atau poliethiena glikol tereftalat dengan rumus molekul


(C10H8O4)n . Dacron digunakan sebagai busa pada peralatan rumah tangga,
seperti bantal dan kasur.
2. Freon atau dicloro difluoro karbon, dengan rumus molekul CCl2F2
digunakan sebagai bahan pendingin lemari es dan AC, serta pengisi obat
semprot (spay).
3. Kloroform atau triklorometana, dengan rumus molekul CHCl3. Kloroform
pada suhu kamar berupa zat cair, berbau, mudah menguap, dan bersifat
membius.
4. DDT atau dikloro difenil trikloro etana, dengan rumus molekul C14H9Cl5 ,
digunakan sebagai pestisida.
5. PVC atau polivinil klorida, dengan rumus molekul (H2CCClH)n .
Digunakan untuk membuat pipa pralon, pembungkus kabel, dan tas
plastik.
6. Teflon atau tetrafluoroetena, dengan molekul (F2C = CF2)n. Sifatnya
sangat keras dan tahan panas, sehingga banyak digunakan sebagai
pengganti logam pada peralatan mesin-mesin dan peralatan rumah tangga.
7. Aseton, mempunyai rumus kimia CH3COOCH3 dipakai sebagai pelarut
pada industri selulosa asetat, serat, fotografi film, cat, dan pernis serta
digunakan sebagai pembersih cat kuku.

Pilihlah jawaban yang tepat!

1. Tawas mempunyai rumus kimia K2SO4Al2(SO4)3 . 24H2O . Senyawa tersebut


mengandung .
1. 2 atom K, 2 atom 9, atom O, 2 atom Al, dan 2 atom H
2. 2 atom K, 4 atom S, 17 atom O, 2 atom Al, dan 2 atom H
3. 2 atom K, 4 atom S, 17 atom O, 2 atom Al, dan 48 atom H
4. 2 atom K, 4 atom S, 40 atom O, 2 atom Al, dan 2 atom H
5. 2 atom K, 4 atom S, 40 atom O, 2 atom Al, 48 atom H
2. Cermati beberapa pasangan rumus kimia berikut !
1. CH2 dan C4H8
2. CH4 dan C2H6
3. CH2O dan C6H12O6
4. C2H2N dan C4H4N2
5. H2 dan H2O2
6. NaOH dan NaCl

Diantara pasangan rumus kimia tersebut, yang merupakan pasangan rumus


empiris dan rumus molekul yaitu ..

7. I, IV, VI
8. I, III,IV
9. II, III, V
10. II, IV,VI
11. III,V, VI

1. Persamaan Reaksi

Persamaan reaksi menggambarkan reaksi kimia yang terdiri atas rumus kimia pereaksi
(reaktan) dan hasil reaksi (produk) yang dipisahkan dengan tanda () disertai
koefisiennya masing-masing.
Prinsip yang mendasari penulisan persamaan reaksi adalah hukum kekekalan massa oleh
Lavoisier. Hukum ini menyatakan bahwa massa sebelum reaksi sama dengan massa
ssudah reaksi. Dengan demikian, persamaan reaksi disetarakan dengan syarat-syarat
sebagai berikut.

1. Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama


2. Pereaksi dan hasil reaksi dinyatakan dengan rumus kimia yang benar. Pereaksi
ditulis di sebelah kiri tanda panah, sedangkan hasil reaksi ditulis di sebelah kanan
tanda panah.

Contoh : A + B C + D

3. Persamaan reaksi pembakaran senyawa organik dengan menambahkan O2, yaitu :


1. Reaksi pembakaran sempurna menghasilkan CO2 dan H2O
2. Reaksi pembakaran tidak sempurna menghasilkan CO dan H2O
4. Perasamaan reaksi harus memenuhi hukum Kekekalan Massa. Apabila jumlah
unsur di sebelah kiri tanda panah berbeda dengan jumlah unsur di sebelah kanan,
ditambahkan angka sebagai koefisien reaksi di depan senyawa yang berhubungan.
Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol.

Contoh:

H2 + O2 H2O (belum setara)

Setelah ditambahkan angka menjadi

2H2O + O2 2H2O

5. Pada reaksi yang kompleks, penyetaraan reaksi dilakukan dengan cara aljabar,
yaitu dengan menggunakan variabel-variabel sebagai koefisien senyawa.

Contoh:

aHNO3 + bH2S cNO + dS + eH2O

atom N : a = c (sebelum dan sesudah reaksi)

atom O : 3a = c + e, karena a = c, maka

3a = a + e

2a = e

Atom H : a + 2b = 2e, karena e = 2a, maka:

a + 2b = 2(2a)
2b = 4a a

2b = 3a

b=a

atom S : b = d = a

Misal a = 2, persamaan reaksi tersebut menjadi:

2HNO3 + 3H2S 2NO + 3S + 4H2O

6. Wujud zat-zat yang terlibat reaksi harus dinyatakan dalam tanda kurung setelah
rumus kimia. Wujud zat dalam persamaan reaksi disingkat dengan:

(s) : solid (zat padat)

(l) : liquid (zat cair)

(aq) : aqueous (larut dalam air)

(g) : gas

Contoh:

2HNO3(aq) + 3H2S(aq) 2NO(g) + 3S(s) + 4H2O(l)

Pilihlah Jawaban Yang Tepat!

1. Koefisien dalam persamaan reaksi menunjukkan .


1. Jumlah molekul zat dalam reaksi
2. Perbandingan berat zat dalam reaksi
3. Jumlah volume zat dalam reaksi
4. Jumlah atom zat dalam reaksi
5. Perbandingan mol zat dalam reaksi
2. Persamaan reaksi kalsium karbida dengan air sebagai berikut:

CaC2(s) + 2H2O(l) Ca(OH)2(aq) + C2H2(g)

Gas yang terbentuk pada persamaan reaksi tersebut adalah .

1. Hidrogen
2. Asetilen
3. Amonia
4. Nitrogen
5. Karbon dioksida
BAB V HUKUM DASAR KIMIA

1. Hukum Kekekalan Massa (Hukum Lavoisier)

Hukum kekekalan massa menyatakan bahwa, Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah tetap.

Contoh: hidrogen + oksigen hidrogen oksida

(4g) (32g) (36g)

2. Hukum Perbandingan Tetap (Hukum Proust)

Proust mengemukakan teorinya yang dikenal dengan hukum perbandingan tetap yang
berbunyi; Perbandingan massa unsur-unsur penyusun suatu senyawa selalu tetap

Contoh:

Jika 4 gram hidrogen dengan 40 gram oksigen, berapa gram air yang terbentuk?

Penyelesaian:

Perbandingan massa hidrogen dengan oksigen = 1 : 8

Perbandingan massa hidrogen dengan oksigen yang dicampurkan = 4 : 40

Oleh karena perbandingan hidrogen dan oksigen = 1 : 8 maka 4 gr hidrogen memerlukan


4x8

Gram oksigen yaitu 32 gram.

Pada kasus ini oksigen yang dicampurkan tidak bereaksi semuanya, oksigen masih
bersisa sebanyak (40 32) gram = 8 gram

1. 1. Pengertian dan perbedaan larutan elektrolit dan larutan nonelekrolit


1. A. Pengertian larutan

Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut adalah zat yang
terdispersi ( tersebar secara merata ) dalam zat pelarut.Zat terlarut mempunyai jumlah yang lebih
sedikit dalam campuran. Ini biasa di sebut dengan solute. Sedangkan zat pelarut adalah zat yang
mendispersi atau ( fase pendispersi ) komponen komponen zat terlarut. Zat pelarut mempunyai
jumlah yang lebih banyak dalam campuran. Zat pelarut di sebut solvent.

1. B. Pengertian larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit


Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelmbung gas dalam
larutan .Larutan yang menunjukan gejala gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam
larutan elektrolit.

Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak menyala pada
alat uji. Larutan yang menunjukan gejala gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam
larutan nonelektrolit.

1. C. Jenis jenis larutan berdasrkan daya hantar listrik


1. Larutan elektrolit kuat

Laruta elektrolit kuat adalah larutan yang banyak menghasilkan ion ion karena terurai
sempurna, maka harga derajat ionisasi ( ) = 1. Banyak sedikit elektrolit menjadi ion dinyatakan
dengan derajat ionisasi ( ) yaitu perbandingan jumlah zat yang menjadi ion dengan jumlah zat
yang di hantarkan. Yang tergolong elektrolit kuat adalah :

1. Asam asam kuat


2. Basa basa kuat
3. Garam garam yang mudah larut

Ciri ciri daya hantar listrik larutan elektrolit kuat yaitu lampu pijar akan menyala terang dan
timbul gelembung gelembung di sekitar elektrode. Larutan elektrolit kuat terbentuk dari
terlarutnya senyawa elektrolit kuat dalam pelarut air. Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat
terurai sempurna membentuk ion positif ( kation ) dan ion negatif (anion). Arus listrik
merupakan arus electron. Pada saat di lewatkan ke dalam larutan elektrolit kuat, electron tersebut
dapat di hantarkan melalui ion ion dalam larutan, seperti ddihantarkan oleh kabel. Akibatnya
lampu pada alat uji elektrolit akan menyala. Elektrolit kuat terurai sempurna dalam larutan.
Contoh : HCl, HBr, HI, HNO3, H2SO4, NaOH, KOH, dan NaCL.

1. Larutan elektrolit lemah

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat
ionisasi sebesar 0 < > 1. Larutan elektrolit lemah mengandung zat yang hanya sebagian kecil
menjadi ion ion ketika larut dalam air. Yang tergolong elektrolit lemah adalah :

1. Asam asam lemah


2. Garam garam yang sukar larut
3. Basa basa lemah
Adapun larutan elektrolit yang tidak memberikan gejala lampu menyala, tetapi menimbulkan gas
termasuk ke dalam larutan elektrolit lemah. Contohnya adalah larutan ammonia, larutan cuka dan
larutan H2S.

1. Larutan non elektrolit

Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat
terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion ion ( tidak mengion ). Yang
tergolong jenis larutan ini adalah larutan urea, larutan sukrosa, larutan glukosa, alcohol dan lain
lain.

TEORI ASAM BASA

1.Teori Arrhenius (oleh Svante August Arrhenius)


Asam : pengionan dalam air melepaskan ion H+
contoh: HCl, H2SO4, H2CO3, H3PO4,HCN, HNO3
HCl + H2O H+ + Cl- + H2O
Basa : pengionan dalam air melepaskan ion OH-
contoh: NaOH, KOH, Ba(OH)2, Ca(OH)2
NaOH + H2O Na+ + OH- + H2O
Reaksi asam basa : Reaksi penetralan
Penggabungan ion H+ dan OH- membentuk air
Kation yang terikat pada OH- dan anion yang terikat pada H+ membentuk senyawa ionik (garam)
HCl + NaOH NaCl + H2O
Asam Basa Garam Air

2.Teori Bronsted Lowry (oleh Bronsted dan Lowry)


Dasar teori: pertukaran proton (H+)
Asam: sebagai donor (pemberi) proton
Basa: sebagai akseptor (penerima) proton
Amfiprotik/ Amfoter: bisa bersifat asam atau basa
Contoh : H2O, NH3, HCH3COO, H2PO4-
HCl + H2O H3O+ + Cl-
Asam basa
H2O + NH3 NH4+ + OH-
Asam basa
Reaksi asam basa :
Reaksi perpindahan proton dari asam ke basa
Membentuk asam dan basa konjugasi
Asam kuat: basa konjugasi lemah
Basa kuat: asam konjugasi lemah
HCl + H2O H3O+ + Cl-
Asam1 basa1 asam2 basa2
-Asam konjugasi memiliki atom H lebih banyak daripada basa konjugasinya
-Basa konjugasi memiliki muatan negatif lebih banyak daripada asam konjugasinya
H2PO4- HPO42-
asam konjugasi basa konjugasi
note:
Semua asam basa Arrhenius adalah asam basa bronsted lowry

3.Teori Lewis (oleh Lewis)


Dasar teori : pemakaian pasangan elektron bebas
Asam : menerima pasangan elektron bebas
Ex: H+, kation logam (Fe3+, Al3+)
Senyawa melibatkan unsur gol.III biasanya asam lewis kuat (membentuk ikatan kovalen koordinasi)
Basa : memberikan pasangan elektron bebas
Ex: OH-, atom dan ion dari golongan V - VII (F-,Cl-)
Reaksi asam basa :
Pemakaian bersama pasangan elektron (ex: pada ikatan kovalen koordinasi)
Ex: Reaksi BF3 (asam) dan NH3 (basa)
Reaksi pembentukan senyawa kompleks
note:
Semua asam basa Arrhenius adalah asam basa Lewis

Asam:
Ion H+ menyebabkan:
Mengubah warna lakmus biru menjadi merah
Memberi rasa asam
Bereaksi dengan logam dan basa
Contoh asam dalam kehidupan sehari-hari:
Asam sitrat (pada jeruk dan anggur)
Asam asetat (cuka)
Asam askorbat (vitamin C)
Asam sulfat (air aki)

Basa:
Memberi rasa pahit
Contoh basa dalam kehidupan sehari-hari:
Natrium bikarbonat (Soda kue)
Amonia (untuk pupuk)
Natrium hidroksida (pada pembersih oven)

Gabungan asam dan basa : memberi rasa asin

TETAPAN KESETIMBANGAN PENGIONAN ASAM BASA


Asam basa mengion dalam larutan dengan derajat pengionan yang berbeda
Asam kuat dan basa kuat : (mendekati 1)
Ex : asam kuat H2SO4, HNO3, HCl, HClO4,HBr
Basa kuat KOH, NaOH, Mg(OH)2,LiOH
Asam lemah dan basa lemah: (sgt jauh dari 1)
Ex : asam lemah H2CO3,CH3COOH,HCN, H3PO4
Basa lemah Fe(OH)3, NH4OH, Al(OH)3
o Tetapan kesetimbangan pengionan asam = Ka
Semakin tinggi Ka, semakin kuat asam
o Tetapan kesetimbangan pengionan basa = Kb
Semakin tinggi Kb, semakin kuat basa
o Tetapan Kesetimbangan autoionisasi air = Kw
Terjadi karena adanya sifat amfiprotik air

Asam Dan Basa Monovalen


valensi asam atau basa adalah satu
asam lemah monovalenEx: asam asetat
CH3COOH H+ + CH3COO-
basa lemah monovalenEx: natrium hidroksida
NH4OH NH4+ + OH-
Pasangan asam-basa konjugasi:
Asam makin lemah, basa konjugasinya makin kuat
Ka x Kb = Kw

Asam Dan Basa Polivalen


valensi asam atau basa adalah lebih dari satu
Asam dan basa polivalen mengion secara bertahap dan tiap tahap memiliki nilai tetapan kesetimbangan
sendiri.
Contoh: Asam sulfat
H2SO4 H+ + HSO4-
HSO4- H+ + SO42-

KONSENTRASI ION H+ DAN pH (derajat keasaman)


Asam/Basa Kuat:
elektrolit kuat (mengion hampir sempurna dalam air)
pH dapat ditentukan langsung dari nilai konsentrasi (C) asam dan basa tersebut.
[H+]= C asam.valensi asam
[OH-]= C basa.valensi basa

Asam/Basa Lemah:
o Konsentrasi H+ dari asam dan OH- dari basa bergantung pada derajat ionisasi ()dan tetapan ionisasi (Ka
(asam) atau Kb (basa))
[H+] = Ka.C asam
[OH-]= Kb.C basa
pH = - log [H+] pH + pOH = 14
pOH = - log [OH-]

Ket: C=konsentrasi (Molaritas)

INDIKATOR ASAM-BASA (INDIKATOR pH)


Nilai pH dapat diukur dengan:
pH meter
indikator asam basa (indikator pH) zat (suatu asam atau basa lemah) yang akan berubah warna jika
pH berubah pada kisaran tertentu.
Kisaran pH yang menyebabkan indikator berubah warna disebut trayek pH.
Bila pH < trayek pH maka indikator akan menunjukkan warna asamnya
Bila pH > trayek pH maka indikator akan menunjukkan warna basa
Contoh indikator: biru bromtimol (pH 6,0 7,6), merah metil (3,2 4,4), kuning alizarin (10,1 12,0)

REAKSI NETRALISASI

Konsep paling mendasar dan praktis dalam kimia asam basa tidak diragukan lagi adalah
netralisasi. Fakta bahwa asam dan basa dapat saling meniadakan satu sama lain telah dikenal
baik sebagai sifat dasar asam basa sebelum perkembangan kimia modern.

Reaksi netralisasi berawal dari teori tentang teori asam basa yang di kemukakan oleh Arhennius,
bronted lowry dan Lewis.menurut arhenius asam adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan
dalam air akan melepaskan ion H+ dan basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air
akan melepaskan ion OH-. Menurut bronsted lowry asam adalah suatu zat yang memberikan
proton sedangkan basa adalah akseptor proton. Dalam praktikum netralisasi kita akan
menggunakan teori bronsted lowry karena teorinya lebih mendasar.

Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan atas reaksi
asam basa.bila titran digunakan lrutan asam baku maka penetapan tersebut dinamakan
ASIDIMETRI, sedangkan apabila larutan bakunya basa sebagai titran maka penetapan itu
disebut ALKALIMETRI. Reaksi netralisasi adalah suatun reaksi antara senyawa asam dan
senyawa basa dengan menggunakan indikator tertentu untuk menjadikannya suatu senyawa
netral. Pada percobaan netralisasi ini lakukan percobaan asidimetri,alkalimetri dan titrasi bebas
air.

Pengertian Reaksi Netralisasi


Reaksi netralisasi merupakan reaksi dimana asam dan basa bereaksi dalam larutan berair untuk
menghasilkan garam dan air. Natrium klorida cair yang dihasilkan dalam reaksi disebut garam.
Sebuah garam merupakan senyawa ionik yang terdiri dari kation dari basa dan anion dari asam.
Sebuah garam pada dasarnya adalah setiap senyawa ionik yang bukan merupakan asam atau
basa.

Ketika jumlah yang sama dari asam kuat seperti asam klorida dicampur dengan basa kuat seperti
natrium hidroksida, hasilnya adalah larutan netral. Produk reaksi tidak memiliki karakteristik
baik asam atau basa. Berikut adalah persamaan reaksi keseimbangan molekul.

HCl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + H2O(l)

Reaksi kimia yang terjadi dalam larutan air yang lebih akurat diwakili dengan persamaan reaksi
ion bersih. Persamaan ionik lengkap untuk netralisasi asam klorida dengan natrium hidroksida
ditulis sebagai berikut:

H+ + Cl + Na+ + OH Na+ + Cl + H2O

Karena asam dan basa keduanya kuat, mereka sepenuhnya terionisasi dan seterusnya ditulis
sebagai ion, seperti NaCl terbentuk sebagai produk. Ion-ion natrium dan ion klorida adalah ion
spektator dalam reaksi, sehingga menghasilkan reskai berikut sebagai reaksi ionik bersih.
H+ + OH H2O

Semua reaksi netralisasi asam kuat dengan basa kuat adalah reaksi ionik bersih ion hidrogen
digabung dengan ion hidroksida untuk menghasilkan air.

Bagaimana jika asam adalah asam diprotik seperti asam sulfat? Persamaan molekul yang
setimbang sekarang melibatkan rasio 01:02 antara asam dan basa.

H2SO4(aq) + 2NaOH(aq) Na2SO4 + 2H2O(l)

Agar reaksi menjadi netralisasi penuh, mol NaOH dua kali lebih banyak harus bereaksi dengan
H2SO4. Garam natrium sulfat larut, dan seterusnya reaksi ionik bersih sama lagi. Rasio mol
yang berbeda terjadi karena asam poliprotik lainnya atau basa dengan beberapa hidroksida
seperti Ca(OH)2.

LARUTAN PENYANGGA ( LARUTAN BUFFER)


Larutan penyangga atau larutan Bueffer adalah larutan yang dapat mempertahankan harga pH
tertentu terhadap usaha mengubah pH seperti penambahan asam, basa atau pengenceran. Artinya,
pH larutan penyangga praktis tidak berubah walaupun padanya ditambah sedikit asam kuat atau
basa kuat atau bila larutan diencerkan. Vontoh larutan penyangga adalah air laut. Apabila 0,1 mL
larutan HCl 1 M ditambahkan dalam 1liter air suling, pH nya akan berubah dari 7 menjadi 4.
Bila HCl yng sama banyak ditambahkan dalam satu liter air laut, perubahan pH nya jauh lebih
kecil, yaitu dari 8,2 menjadi 7,6.

1. Komponen Larutan Penyangga


Larutan penyangga mengandung campuran asam lemah dan basa konjugaasinya atau
basa lemah dan asam konjugasinya.
Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga
basa. Larutan penyangga asam mempertahankan pH pada daerah asam ( pH < 7),
sedangkan larutan penyangga basa mempertahankan pH pada daerah basa (pH>7).

a. Larutan Penyangga Asam


Larutan penyangga asam mengandung suatu asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (
-
A ). Larutan seperti ini dapat dibuat dengan berbagai cara misalnya :
1) Mencampurkan asam lemah ( HA) dengan garamnya ( LA, garam LA menghasilkan
ion A- yang merupakan basa konjugasi dari asam HA )
Beberapa contoh :
- CH3COOH + NaCH3COO ( komponen buffernya : CH3COOH dan CH3COO- )
- H2CO3 + NaHCO3 ( komponen buffernya H2CO3 dan HCO3- )
- NaH2PO4 + Na2HPO4 (komponen buffernya H2PO4- dan HPO4 2- )

2) Mencampurkan suatu asam lemah dengan basa kuat dimana asam lemah dicampurkan
dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa
konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Contoh :
100 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan NaOH 0,1 M
Jumlah mol CH3COOH = 100 mL x 0,1 mmol/mL = 10 mmol
jumlah mol NaOH = 50 mL x 0,1 mmol/mL = 5 mmol
Campuran akan bereaksi menghasilkan 5 mmol NaCHCOO, sedangkan CH3COOH
bersisa 5 mmol, dengan rincian sebagai berikut :
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) -------> NaCH3COO(aq) + H2O (l)
atau reaksi ion
CH3COOH (aq) + OH- --------> CH3COO- (aq) + H2O (l)
mula-mula : 10 mmol 5 mmol -
reaksi : -5 mmol - 5 mmol + 5 mmol
akhir : 5 mmol - 5 mmol
Campuran merupakan buffer karena mengandung CH3COOH (asam lemah ) dan
CH3COO- ( basa konjugasi dari CH3COOH)

b. Larutan penyangga Basa


Laturan penyangga basa mengandung suatu basa lemah (B) dan asam konjugasinya (
H+ ). Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara yang serupa dengan pembuatan
larutan penyangga. asam.
1). Mencampur suatu basa lemah dengan garamnya.
Contoh :
Larutan NH3 + NH4Cl ( komponen buffernya : NH3 dan NH4+ )

2) Mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat di mana basa lemahnya
dicampurkan berlebih.
Contoh :
50 mL NH3 0,2 M ( = 10 mmol ) dicampur dengan 50 mL HCl 0,1 M ( = 5 mmol).
Campuran akan bereaksi menghasilkan 5 mmol NH4Cl (NH4+) sedangkan NH3 bersisa 5
mmol dengan rincian sebagai berikut :
NH3 (aq) + HCl (aq) --------> NH4Cl (aq)
Atau dengan reaksi ion :
NH3 (aq) + HCl (aq) --------> NH4+ (aq)
Mula-mula : 10 mmol 5 mmol
Reaksi : -5 mmol -5 mmol + 5 mmol
Akhir : 5 mmol 5 mmol
Jadi, campuran merupakan buffer karena mengandung NH3 ( basa lemah) dan
NH4+ (asam konjugasi NH3

HIDROLISIS GARAM
A. Pengertian

Sebagaimana kita ketahui bahwa jika larutan asam direaksikan dengan larutan basa akan
membentuk senyawa garam.
Jika kita melarutkan suatu garam ke dalam air, maka akan ada dua kemungkinan yang
terjadi, yaitu:

1. Ion-ion yang berasal dari asam lemah (misalnya CH3COO, CN, dan S2) atau ion-ion
yang berasal dari basa lemah (misalnya NH4 +, Fe2+, dan Al3+) akan bereaksi dengan
air. Reaksi suatu ion dengan air inilah yang disebut hidrolisis.

Berlangsungnya hidrolisis disebabkan adanya kecenderungan ion-ion tersebut untuk


membentuk asam atau basa asalnya.

Contoh:

CH3COO + H2O CH3COOH + OH

NH4+ + H2O NH4OH + H+

2. Ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl, NO3, dan SO42) atau ion-ion yang
berasal dari basa kuat (misalnya Na+, K+, dan Ca2+) tidak bereaksi dengan air atau tidak terjadi
hidrolisis.

Hal ini dikarenakan ion-ion tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk
asam atau basa asalnya. (Ingat kembali tentang kekuatan asam-basa!)

Na+ + H2O tidak terjadi reaksi

SO42- + H2O tidak terjadi reaksi

Hidrolisis hanya dapat terjadi pada pelarutan senyawa garam yang terbentuk dari ion-ion
asam lemah dan ion-ion basa lemah.
Jadi, garam yang bersifat netral (dari asam kuat dan basa kuat) tidak terjadi hidrolisis.

B. Komponen Hidrolisis Garam

1. Hidrolisis Garam dari Asam lemah dan Basa Kuat

Jika suatu garam dari asam lemah dan basa kuat dilarutkan dalam air, maka kation dari
basa kuat tidak terhidrolisis sedangkan anion dari asam lemah akan mengalami hidrolisis.
Jadi garam dari asam lemah dan basa kuat jika dilarutkan dalam air akan mengalami
hidrolisis parsial atau hidrolisis sebagian.

Contoh:

CH3COONa(aq) CH3COO(aq) + Na+(aq)


CH3COO + H2O CH3COOH + OH
Na+ + H2O tidak terjadi reaksi

pH larutan garam dapat ditentukan dari persamaan:

A + H2O HA + OH

pOH = -log [OH-]

pH = 14 pOH

2. Hidrolisis Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah

Garam dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan dalam air juga akan mengalami
hidrolisis sebagian. Hal ini disebabkan karena kation dari basa lemah dapat terhidrolisis,
sedangkan anion dari asam kuat tidak mengalami hidtrolisis.

Contoh:

NH4Cl NH4+ + Cl
NH4+ + H2O NH4OH + H+
Cl + H2O tidak terjadi reaksi

pH larutan garam ini dapat ditentukan melalui persamaan:

M+ + H2O MOH + H+

pH = -log [H+]

KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN

Hasil Kali Kelarutan

Kelarutan = banyaknya gram/zat yang larut dalam 1 liter air

Hasil kali kelarutan(Ksp)= hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh dipangkatkan
koefisien masing-masing.

Reaksi
Rumus Ksp Ksp =

Rumus Super Cepat

Ksp =

(S) =

Pengaruh ion sejenis : Kelarutan garam semakin kecil

Pengendapan:-Mengendap jika hasil kali ion-ion pangkat koefisien>Ksp (larutan lewat jenuh)

-belum mengendap jika hasil kali ion-ion pangkat koefisien < Ksp (larutan tidak jenuh)

Soal

1. Jika kelarutan kelarutan CaF2 dalam air sama dengan mol/L maka nilai Ksp bagi garam ini
adalah

Penyelesaian:

s s 2s

Ksp = (Ca2+)(F-)2

= s . (2s)2 = 4s3

Jurus super Cepat:

Ksp = XX . YY. (S)X+Y

= 11 . 22 . (S)1+2 = 4s3

Soal

Bila diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4.10-12 maka konsentrasi CrO4 dalam larutan jenuh AgCrO4
adalah

Penyelesaian:

S 2s s

Ksp = (Ag+)2(CrO4-2)

4.10-12 = (2s)2(s)
4.10-12 = 4s3

10-12 = s3

S = 10-4(CrO4-2) = s=10-4

Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat terlarut dalam sejumlah
tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Istilah kelarutan dan diberi symbol s (solubility).

SATUAN KELARUTAN

Kelarutan dinyatakan dalam mol/liter. Jadi, kelarutan sama dengan kemolaran dalam larutan
jenuhnya. Contohnya, .kelarutan AgCl dalam air sebesa 1 x 10-5 mol L-1

Contoh soal menyatakan kelarutan

Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 ml air. Nyatakan kelarutan Ag2CrO4
tersebut dalam mol L-1 . (Ar O = 16; Cr = 52; Ag = 108)

Jawab :

Kelarutan = Molaritas larutan jenuh ; s = n/V

Mol Ag2CrO4 = Massa Ag2CrO4/Mr Ag2CrO4

= 4,35 x 10 -3 gram /332 gram/mol

= 1,31 x 10-5 mol

Kelarutan (s) = mol / volume

= 1,31 x 10-5 mol /0,1 L

= 1,31 x 10-4 molL-1

* TETAPAN HASIL KALI KELARUTAN (Ksp)

Perak kromat Ag2CrO4 merupakan contoh garam yang sangat sukar larut dalam air. Jika kita
memasukan sedikit saja kristal garam itu ke dalam segelas air kemudian diaduk, kita akan
melihat bahwa sebagia besar dari garam itu tidak larut (mengendap didasar gelas) larutan perak
kromat mudah sekali jenuh. Apakah setelah mencapai keadaan jenuh proses melarut berhenti?
Ternyata tidak. Melali percobaan telah diketahui bahwa dalam larutan jenuh tetap terjadi proses
melarut, tetapi pada saat yang sama terjadi pula proses pengkristalan dengan laju yang sama.
Dengan kata lain, dalam keadaan jenuh terdapat kesetimbagan antara zat padat tak larut dengan
larutanya.
Kesetimbangan dalam larutan jenuh perak kromat adalah :

Ag2CrO4 (s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)

Dari reaksi tersebut data ditentukan persamaan tetapan keseimbangan Ag2CrO4 (yaitu :

Kc = [Ag+]2[ CrO42-]/

[Ag2CrO4]

Tetapan keseimbangan dari kesetimbangan antara garam atau basa yang sedikit larut disebut
tetapan hasilkali kelarutan (solubility product constant) yang dinyatakan dengan lambang Ksp.

Karena [Ag2CrO4] konstan, maka kita dapat menuliskan persamaan tetapan hasil kali kelarutan
untuk Ag2CrO4, yaitu :

Ksp = [Ag+]2[ CrO42-]

Secara umum , persamaan keseimbangan larutan garam AxBy dengan kelarutan s adalah:

AxBy(s) XAy+(aq) + YBx-(aq)

Maka Ksp = [Ay+]x[Bx-]y karena [AxBy] konstan

Keterangan :

X dan Y adalah koefisien

x- dan y+ adalah muatan dari ion A dan B

Contoh soal menuliskan persamaan tetapan hasilkali kelarutan (Ksp)

Tulislah persamaan tetapan hasilkali kelarutan dari senyawa :

* AgCl dan
* Al(OH)3

Jawab :

AgCl (s) Ag+ (aq) + Cl- (aq) Al(OH)3 (s) Al3+ (aq) + 3OH- (aq)

Ksp = [Ag+][ Cl-]

Ksp = [Al3+][ OH-]3

* HUBUNGAN KELARUTAN DAN HASILKALI KELARUTAN


Perhatikanlah kembali kesetimbangan yang terjadi dalam larutan jenuh Ag2CrO4

Ag2CrO4 (s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)

Konsenterasi kesetimbangan ion Ag+ dan ion CrO42- dalam alrutan jenuh dapat dikaitkan
dengan kelarutan Ag2CrO4 , yaitu sesuai dengan stoikiometri reaksi perbandigan koefisien
reaksinya). Jika kelarutan Ag2CrO4 dinyatakan dengan s maka konsenterasi ion Ag+ dalam
larutan itu sama dengan 2s dan konsenterasi ion CrO42- sama dengan s :

Ag2CrO4 (s) 2Ag+(aq) + CrO42-(aq)

s 2s s

Dengan demikian, nilai tetapan hasilkali klarutan (Ksp) Ag2CrO4 dapat diakitkan dengan nilai
kelarutannya (s), sebagai berikut :

Ksp = [Ag+]2[ CrO42-]

= ( 2s )2 (s)

= 4s3

Keterangan :

X dan Y adalah koefisien

x dan y adalah muatan dari ion

s adalah kelaruatan

Contoh soal Hubungan kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp)

Bila diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4.10-12 maka konsentrasi CrO4 dalam larutan jenuh AgCrO4
adalah

Penyelesaian:

Ag2CrO4 2Ag+ + CrO4-2

s 2s s

Ksp = (Ag+)2(CrO4-2)

4.10-12 = (2s)2(s)

4.10-12 = 4s3
10-12 = s3

s = 10-4(CrO4-2)

s = 10-4

TERMOKIMIA
Pelajaran mengenai panas reaksi dinamakan termokimia yang merupakan bagian dari cabang ilmu
pengetahuan yang lebih besar yaitu termodinamika. Sebelum pembicaraan mengenai prisip
termokimia ini kita lanjutkan, akan dibuat dulu definisi dari beberapa istilah. Salah satu dari istilah yang
akan dipakai adalah sistim. Sistim adalah sebagian dari alam semesta yang sedang kita pelajari. Mungkin
saja misalnya suatu reaksi kimia yang terjadi dalam suatu gelas kimia. Di luar sistim adalah
lingkungan. Dalam menerangkan suatu sistim, kita harus memperinci sifat-sifatnya secara tepat.
Diberikan suhunya, tekanan, jumlah mol dari tiap zat dan berupa cairan, padat atau gas. Setelah semua
variabel ini ditentukan berarti semua sifat-sifat sistim sudah pasti, berarti kita telah menggambarkan
keadaan dari sistim.

Bila perubahan terjadi pada sebuah sistim maka dikatakan bahwa sistim bergerak dari keadaan satu
ke keadaan yang lain. Bila sistim diisolasi dari lingkungan sehingga tak ada panas yang dapat
mengalir maka perubahan yang terjadi di dalam sistim adalah perubahan adiabatik. Selama ada
perubahan adiabatik, maka suhu dari sistim akan menggeser, bila reaksinya eksotermik akan naik
sedangkan bila reaksinya endotermik akan turun. Bila sistim tak diisolasi dari lingkungannya,
maka panas akan mengalir antara keduanya, maka bila terjadi reaksi, suhu dari sistim dapat
dibuat tetap. Perubahan yang terjadi pada temperatur tetap dinamakan perubahan isotermik. Telah
dikatakan, bila terjadi reaksi eksotermik atau endotermik maka pada zat-zat kimia yang terlibat akan
terjadi perubahan energi potensial. Panas reaksi yang kita ukur akan sama dengan perubahan energi
potensial ini. Mulai sekarang kita akan menggunakan perubahan ini dalam beberapa kuantitas
sehingga perlu ditegakkan beberapa peraturan untuk menyatakan perubahan secara umum.

Simbol (huruf Yunani untuk delta) umumnya dipakai untuk menyatakan perubahan kuantitas.
Misalnya perubahan suhu dapat ditulis dengan T, dimana T menunjukkan temperatur. Dalam praktek
biasanya dalam menunjukkan perubahan adalah dengan cara mengurangi temperatur akhir
dengan temperatur mula-mula.

T = Takhir Tmula-mula
Demikian juga, perubahan energi potensial

(Ep) (E.P) = EPakhir EPawal

Dari definisi ini didapat suatu kesepakatan dalam tanda aljabar untuk perubahan eksoterm dan
endoterm. Dalam perubahan eksotermik, energi potensial dari hasil reaksi lebih rendah dari energi
potensial pereaksi berarti EPakhir lebih rendah dari EPmula-mula. Sehingga harga EP mempunyai harga
negatif. Kebalikannya dengan reaksi endoterm, dimana harga EP adalah positif.

Proses eksoterm dan proses endoterm

A. Reaksi Eksoterm dan Endoterm

Pengertian Reaksi Eksoterm dan Endoterm

Perubahan entalpi (H) positif menunjukkan bahwa dalam perubahan terdapat penyerapan kalor atau
pelepasan kalor.

Reaksi kimia yang melepaskan atau mengeluarkan kalor disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi
kimia yang menyerap kalor disebut reaksi endoterm.

Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan bertambah. Artinya
entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (Hr). Akibatnya, perubahan entalpi,
merupakan selisih antara entalpi produk dengan entalpi pereaksi (Hp -Hr) bertanda positif. Sehingga
perubahan entalpi untuk reaksi endoterm dapat dinyatakan:

H = Hp- Hr > 0 (13 )

Sebaliknya, pada reaksi eksoterm , sistem membebaskan energi, sehingga entalpi sistem akan
berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu , perubahan
entalpinya bertanda negatif. Sehingga p dapat dinyatakan sebagai berikut:

H = Hp- Hr < 0 ( 14 )

Perubahan entalpi pada reaksi eksoterm dan endoterm dapat dinyatakan dengan diagram tingkat
energi.

Persamaan Termokimia
Persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya disebut persamaan termokimia. Nilai
H yang dituliskan pada persamaan termokimia disesuaikan dengan stokiometri reaksi. Artinya jumlah
mol zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksinya.

Oleh karena entalpi reaksi juga bergantung pada wujud zat harus dinyatakan, yaitu dengan
membubuhkan indeks s untuk zat padat , l untuk zat cair, dan g untuk zat gas. Perhatikan contoh berikut
. Contoh: Pada pembentukan 1a mol air dari gas hidrogen dengan gas oksigen dibebaskan 286 kJ.
Kata dibebaskan menyatakan bahwa reaksi tergolong eksoterm. Oleh karena itu ?H = -286 kJ Untuk
setiap mol air yang terbentuk. Persamaan termokimianya adalah:
H2 (g) + 1/2 O2 (g) > H2O (l) H = -286 kJ

Atau

2 H2 (g) + O2 (g) > 2 H2O (l) H = -572 kJ

(karena koefisien reaksi dikali dua, maka harga H juga harus dikali dua).

Perubahan Entalpi Berdasarkan Energi Ikatan

Energi ikatan didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol ikatan dari
suatu molekul dalam wujud gas. Energi ikatan dinyatakan dalam kilojoule per mol (kJ mol -1 )

Perubahan Entalpi Berdasarkan Entalpi Pembentukan


Kalor suatu reaksi dapat juga ditentukan dari data entalpi pembentukan zat pereaksi dan
produknya. Dalam hal ini, zat pereaksi dianggap terlebih dahulu terurai menjadi unsur-unsurnya,
kemudian unsur-unsur itu bereaksi membentuk zat produk. Secara umum untuk reaksi:

m AB + n CD > p AD + q CB

H0 = jumlah H0 f (produk) - jumlah H0 f (pereaksi)

Perubahan Entalpi Berdasarkan Hukum Hess

Banyak reaksi yang dapat berlangsung secara bertahap. Misalnya pembakaran karbon atau grafit.
Jika karbon dibakar dengan oksigen berlebihan terbentuk karbon dioksida menurut persamaan
reaksi:

C(s) + O2 (g) > CO2 (g) H = 394 kJ

Reaksi diatas dapat berlangsung melalui dua tahap. Mula-mula karbon dibakar dengan oksigen
yang terbatas sehingga membentuk karbon monoksida. Selanjutnya, karbon monoksida itu dibakar
lagi untuk membentuk karbon dioksida. Persamaan termokimia untuk kedua reaksi tersebut adalah:

C(s) + O2 (g) > CO (g) H = 111 kJ

CO (g) + O2 (g) > CO2 (g) H = 283 kJ

Jika kedua tahap diatas dijumlahkan, maka diperoleh:

C(s) + O2 (g) > CO (g) H = 111 kJ


CO (g) + O2 (g) > CO2 (g) H = 283 kJ

- +

C(s) + O2 (g) > CO2 (g) H = 394 kj

PerubahanEntalpi
Entalpi = H = Kalor reaksi pada tekanan tetap = Qp
Perubahan entalpi adalah perubahan energi yang menyertai peristiwa perubahan kimia pada
tekanan tetap.

a. Pemutusan ikatan membutuhkan energi (= endoterm)


Contoh: H2 2H a kJ ; DH= +akJ

b. Pembentukan ikatan memberikan energi (= eksoterm)


Contoh: 2H H2 + a kJ ; DH = -a kJ

Istilah yang digunakan pada perubahan entalpi :

1. Entalpi Pembentakan Standar ( DHf ):


DH untak membentuk 1 mol persenyawaan langsung dari unsur-unsurnya yang diukur pada
298 K dan tekanan 1 atm.Contoh: H2(g) + 1/2 O2(g) H20 (l) ; DHf = -285.85 kJ

2. Entalpi Penguraian:
DH dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi unsur-unsurnya (= Kebalikan
dari DH pembentukan).Contoh: H2O (l) H2(g) + 1/2 O2(g) ; DH = +285.85 kJ

3. Entalpi Pembakaran Standar ( DHc ):


DH untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298 K
dan tekanan 1 atm.Contoh: CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(l) ; DHc = -802 kJ

4. Entalpi Reaksi:
DH dari suatu persamaan reaksi di mana zat-zat yang terdapat dalam persamaan reaksi
dinyatakan dalam satuan mol dan koefisien-koefisien persamaan reaksi bulat
sederhana.Contoh: 2Al + 3H2SO4 Al2(SO4)3 + 3H2 ; DH = -1468 kJ

5. Entalpi Netralisasi:
DH yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan asam atau basa.Contoh:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ; DH = -890.4 kJ/mol

6. Hukum Lavoisier-Laplace
Jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurya = jumlah
kalor yang diperlukan untuk menguraikan zat tersebut menjadi unsur-unsur
pembentuknya.
Artinya : Apabila reaksi dibalik maka tanda kalor yang terbentuk juga dibalik dari positif
menjadi negatif atau sebaliknyaContoh:
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) ; DH = 112 kJ
2NH3(g) N2(g) + 3H2(g) ; DH = + 112 kJ

Pengertian Laju Reaksi


Laju reaksi adalah perbandingan perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil
reaksi terhadap perubahan waktu.
Pada reaksi : A (Reaktan) > B (Produk)
Laju Reaksi didefinisikan sebagai :
Berkurangnya konsentrasi A(reaktan) tiap satuan waktu
Bertambahnya konsentrasi B(produk) tiap satuan waktu

Untuk persamaan reaksi: pA + qB > mC + nD


V = k [A]x[B]y

Keterangan :
V = Laju Reaksi
K = tetapan laju reaksi
[ ] = konsentrasi zat
X = orde/tingkat reaksi terhadap A
Y = orde/tingkat reaksi terhadap B
x + y = orde/tingkat reaksi keseluruhan

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi


Luas permukaan sentuhan/ Ukuran partikel
Luas permukaan mempercepat laju reaksi karena semakin luas permukaan zat,
semakin banyak bagian zat yang saling bertumbukan dan semakin besar peluang
adanya tumbukan efektif menghasilkan perubahan.
Semakin luas permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel zat. Jadi semakin kecil
ukuran partikel zat, reaksi pun akan semakin cepat.

2. Konsentrasi
Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel memungkinkan
lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif
yang menghasilkan perubahan.
Hubungan kuantitatif perubahan konsentrasi dengan laju reaksi tidak dapat
ditetapkan dari persamaan reaksi, tetapi harus melalui percobaan.
Dalam penetapan laju reaksi ditetapkan yang menjadi patokan adalah laju perubahan
konsentrasi reaktan.
Ada reaktan yang perubahan konsentrasinya tidak mempengaruhi laju reaksi:

3.Suhu
Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu
energi kinetik partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakn
banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan

Hubungan Kuntitatif perubahan suhu terhadap laju reaksi:

Hubungan ini ditetapkan dari suatu percobaan, misal diperoleh data sebagai berikut:

Suhu (oC) Laju reaksi (M/detik)


10 0,3
20 0,6
30 1,2
40 2,4
t Vt

4. Katalis

Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu,
tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis
berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu
lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis
menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis
mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. Katalis dapat
dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis heterogen.
Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam
reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama.
Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan
suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat.
Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai
terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih lemah, sehingga
akhirnya terlepas. Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih
pereaksi untuk membentuk suatu perantarakimia yang selanjutnya bereaksi
membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya.
Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di mana C melambangkan
katalisnya:

A + C AC (1)

B + AC AB + C (2)

Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan kembali
oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi :

A + B + C AB + C

Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis Ziegler-Natta
yang digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis
yang paling dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesis amoniak menggunakan besi
biasa sebagai katalis. Konverter katalitik yang dapat menghancurkan produk emisi
kendaraan yang paling sulit diatasi, terbuat dari platina dan rodium. 4. Molaritas
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut.
Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat,
maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas
yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi.
Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah: V = k [A]m [B]n dengan:
V = Laju reaksi k = Konstanta kecepatan reaksi m = Orde reaksi zat A n = Orde
reaksi zat B

Ada 2 jenis katalis :

1. Katalis aktif yaitu katalis yang ikut terlibat reaksi dan pada akhir rekasi
terbentuk kembali.
2. Katalis pasif yaitu katalis yang tidak ikut bereaksi, hanya sebagai media
reaksi saja
ORDE REAKSI

Pangkat perubahan konsentrasi terhadap perubahan laju disebut orde reaksi

o Ada reaksi berorde O, dimana tidak terjadi perubahan laju reaksi berapapun
perubahan konsentrasi pereaksi.

o Ada reaksi berorde 1, dimana perubahan konsentrasi pereaksi 2 kali


menyebabkan laju reaksi lebih cepat 2 kali.

o Ada reaksi berorde 2, dimana laju perubahan konsentrasi pereaksi 2 kali


menyebabkan laju reaksi lebih cepat 4 kali, dst.

Untuk reaksi

A+BC

Rumusan laju reaksi adalah :

V = k [A]m [B]n
Dimana :
k = tetapan laju reaksi
m = orde reaksi untuk A Orde reakasi total = m + n
n = orde reaksi untuk B

Kesetimbangan
Keadaan setimbang atau reaksi kesetimbangan merupakan kecepatan reaksi ke kanan dan ke kiri

adalah sama.

Berdasarkan arahnya, reaksi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:


1.Reaksi bolak-balik (reversible/dua arah)

Reaksi reversible adalah zat pereaksi yang dapat bereaksi membentuk zat hasil dan zat hasil
dapat bereaksi kembali membentuk zat pereaksi. Ciri-cirinya:

a. Reaksi ditulis dengan dua anak panah yang berlawanan E)

b. Reaksi berlangsung dari dua arah, yaitu dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri.

c. Reaksi tidak pernah berhenti karena komponen zat tidak pernah habis.

d. zat hasil reaksi dapat bereaksi kembali menjadi zat mula-mula.

2.Reaksi berkesudahan (irreversible/satu arah)

Reaksi irreversible yaitu zat pereaksi yang dapat berubah menjadi hasil sedangkan zat
hasil zat tidak dapat membentuk kembali zat pereaksi. Ciri-cirinya:

a. Reaksi ditulis dengan satu anak panah

b. Reaksi baru berhenti apabila salah satu atau semua reaktan habis.

c. Reaksi berlangsung satu arah dari kiri ke kanan.

d. Zat hasil reaksi tidak dapat dikembalikan seperti zat mula-mula.

Berdasarkan wujudnya, kesetimbangan terbagi 2. yaitu:

1.Kesetimbangan Homogen. yaitu kesetimbangan dimana zat yang terlibat berwujud sama.
Contoh:

N2(g) + 3 H2(g) NH3(g)

2.Kesetimbangan Heterogen, adalah kesetimbangan dimana zat yang terlibat dalam reaksi
berbeda

wujud. Contoh: H2O (l) H2O(g)

Konsep Kesetimbangan Dinamis


Kesetimbangan bersifat dinamis yang berarti dalam keadaan setimbang tidak terjadi perubahan
konsentrasi dan warna secara makroskopis sedangkan secara mikroskopis reaksinya berlangsung
bolak-balik.
Menurut Henry Louis Le Chatelier kesetimbangan dapat dipengaruhi oleh pihak lain sehingga
dirumuskan azas Le Chatelier yang berbunyi: Apabila pada sistem kesetimbangan yang
berlangsung diberi suatu aksi, maka akan timbul reaksi dari sistem sehingga memperkecil aksi
tersebut

Faktor Pergeseran Kesetimbangan


1. Konsentrasi

Jika konsentrasi akan bergeser ke arah zat hasil pereaksi diperbesar maka
kesetimbangan Sebaliknya jika konsentrasi zat hasil diperbesar kesetimbangan akan bergeser ke
arah zat pereaksi.

2. Tekanan dan Volume

Jika dalam sistem kesetimbangan volume ditambah (tekanan menjadi kecil) maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah koefisiennya lebih besar. Sebaliknya jika volume
diperkecil (tekanan menjadi besar), kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah
koefisiennya lebih kecil. Perubahan tekanan dan volume tidak berpengaruh jika jumlah koefisien
pada kedua ruas sama besar.

3. Temperatur

Jika temperatur dalam sistem kesetimbangan dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke
reaksi yang membutuhkan kalor (endoterm). Sebaliknya jika suhu diturunkan kesetimbangan
akan bergeser ke arah reaksi yang melepas kalor (eksoterm). Perbedaan wujud zat tidak
berpengaruh terhadap perubahan suhu.

4. Katalis

Dalam kesetimbangan, katalis ditambahkan sebelum terjadinya keadaan setimbang. Ini dilakukan
karena katalis tidak akan menggeser kesetimbangan melainkan mempercepat tercapainya
keadaan setimbang.

Bentuk Molekul
Adalah bentuk geometris yang terjadi inti atom unsur yang saling berkaitan dalam
Suatu molekul dihubungkan dengan suatu garis lurus.Bentuk molekul senyawa kovalen ditentukan oleh
orbital-orbital atom yang digunakan oleh elektron-elektron ikatan

1. Teori Domain Elektron

Teori ini menyatakan bahwa pasangan electron ikatan dan pasangan electron bebas tolak menolak
sehingga tiap-tiap pasangan electron cenderung berjauhan satu sama lain untuk meminimalkan gaya
tolakan tersebut . Jadi bentuk molekul dipengaruhi oleh susunan ruang pasangan electron ikatan (PEI)
dan pasangan bebas (PEB)pada atom pusat suatu molekul .Pasangan electron pada atom pusat disebut
Domain .
Berdasarkan teori domain electron terdapat 5 bentuk dasar molekul kovalen sebagai berikut.

a.) Linear: bentuk molekul yang disusun oleh tiga ayom yang berikatan dalam satu garis lurus dan
sebuah atom merupakan pusatnya .Sudut ikat pada dua psang electron ikatan sebesar 180 .
contoh : HgBr2, CdCL2, dan BeH2

b.) Segitiga Datar : bentuk molekul segitiga sama sisi yang disusun oleh empat buah atom . Sebuah atom
sebagai pusatnya brikatan dengan tiga lainnya dengan sudut ikat 120.
Contoh : BCI3 , BF3 , dan GaI3

c.) Tetrahedral : bentuk molekul yang tersusun dari lima atom berikatan . Sebuah atom sebagai pusat
yang berikatan dengan empat atom lainnya dengan sudut ikat 109,5.
Contoh :CCI4 , CH4 , dan SnCI5

d.) Trigonal bipirada : bentuk molekul terdiri atas dua bentuk piramida yang bergabung dalam salah satu
bidang .Atom pusatnya dikelilingi oleh lima atom dengan sudut ikat 120
contoh :PF5 , CH4 , danm PCI5

e.) Oktahedral : bentuk molekulterdiri atas delapan bidang yang merupakan segitiga sama sisi dengan
sudut ikat 90.
Contoh: SF6 , TeF6 , dan SeF6

Kelima bentuk dasar molekul kovalen di atas merupakan bentuk geometri yang hanya mengandung PEI
saja. Padahal dalam teori VSEPR , gaya tolakan yang dihasilkan PEB juga memengaruhi bentuk molekul .
Notasi VSEPR yang menunjukan jumlah PEI dan PEB sebagai berikut

RUMUS :

AXn Em

Keterangan:
A = Atom pusat
X = PEI
n = jumlah PEI
E = PEB
m = jumlah PEB

Ada beberapa langkah meramalkan bentuk molekul ion poliatomik , seperti dijelaskan berikut ini .

a. Menghitung jumlah pasangan electron pada semua atom ion

Pasangan electron = jumlah electron valensi + muatan ion


2
Contoh : Molekul NH4+
Pasangan electron = (1* electron valensi N) +(4* electron valensi H )-1

= 5 + (4*1)-1
=4
2

b. Menghitung jumlah pasangan electron ikatan (PEI) pada atom pusaT


PEI = jumlah atom - 1
Contoh : molekul NH+4
PEI 5-1= 4

c. Menghitung jumlag paswangan electron yang berada di sekitar atom pusat .


Pasangan pusat = pasanganelektron (3 * jumlah atom ujung (kecuali atom H)
Contoh : molekul NH+4
Pasangan pusat = 4 (3*0 )
=4

d. Menghitug jumlah pasangn pusat PEI


contoh : molekul NH+4
PEB = 4 4

=0

2. Teori Hibridisasi

Teori ini dijelaskan berdasarkan proses penggabungan (hibridisasi ) orbital orbital atom yang
digunakan electron electron yang saling berkaitan . Teori ini disebut juga teori ikatan valensi.

a. Orbital hibrida sp

Konfigurasi 4Be : [ He ]

Konfigurasi 17 CI : [ Ne ]

Ikatan antara Be dan CI dapat terjadi jika electron Be pada orbital 2s menglami promosi ke orbital 2p
Dengan demikian elekron atom Be dapat membentuk ikatan kovalen dengan 2 atom CI orbital 2s dabn
2p
Kedua orbital 2s dan 2p atom Be akan membentuk dua orbital yang disebut orbital hibrida . Hibridisasi
orbital sp ini menghasilkan bentuk molekul linear .

b. Orbital sp2
Penggabungan antara satu orbital s dengan dua orbital p menghasilkan tiga orbital hibrida sp2 , missal ;

Konfigurasi ;5B [ He ]
Konfigurasi : 9 F [ He ]

Elektron B pada orbital 2s dipromosikan pada orbital 2p ; 5B : [ He ]


Setelah menglami promosi , electron B dapat membentuk tiga ikatan dengan atom F. Ketiga orbital
hibrida sp2 ini membentuk molekul segitiga datar dengan sudut 120 .

c. Orbital sp3

Penggabunga satou orbital s dengan tiga orbital p membentuk empat orbital hibrida sp3. missal atom C
berikatan dengan empat atom H melalui promosi hibridisasi

Hibridisasi sp3 ini membentuk molekul tetrahedral dengan sudut 109,5 .

d. OrbitaL SP3 DAN SP3D2


Penggandaan satu orbital s , tiga orbital p , dan satu orbital d menghasilkan lima orbital hibrida sp3 .
missal atom P berikatan dengan atom S dan atom F .

O rbital hirida sp3d memiliki bentuk molekul trogonal bipiramida.sementara itu , orbital sp3d2 dibentuk
dari satu orbital s , tiga orbital p , dan dua orbital d . Orbital hibrida sp3d2 memilki bentuk molekul
octahedral.
Gaya Antarmolekul

Kepolaran suatu senyawa dipengaruhi oleh adanya perbedaan keelekktronegatifan antara atom atom
yang berikatan dann bentuk molekul ., Senyawa dikatakan bersifat polar jika selisih keelektronegatifan
antaratom penyusunnya semakin besar.bentuk molekul juga menyebabkan senywa bersifat
polar.Adanya muatan electron yang tidak seimbang antaratom dalam senyawa polar mengakibatkan
terjadinya suatu kutub ( dipol)
Senyawa dikatakan bersifat nonpolar jika terbentuk dari atom sejenis atau senyawa yang distribusu
muatannya simetris , contoh H2 atau CH4 .hrga atom atom dalam molekul nonpolar sama, sehingga
muatan elktronnya terdistibusi merata . Oleh kaerna itu , molekul nonpolar tidakmembentuk
kutub.pasangan electron senyawa nonpolar mengakibatkan bentuk molekul simetris sehingga dipol
pol ikatannyasaling meniadakan .
Interaksi antara atom atom dalam senyawa atau kumpulan molekul dalam senyawa yang menalami
tarik menarik di sebut Gaya Antarmolekul .kuat lemahnya gaya tarikmenarik antarmolekul akan
berpengaruh terhadap tnggi rendahnya titik did9h suatu zat. Jenis gaya tarik menarik antarmolekul di
antaranya gaya Van der Wals dan ikatan hydrogen.

1 Gaya Van Der Waals

Gaya ini merupakan gaya antarmolekul yang sangat limah . Gaya ini di bagi menjadi 2 :

a. Gaya London
Gaya ini ditemukan oleh fisikawan jerman yang bernama Fritz London. Gaya London merupakan gaya
tarik menarik antar molekul nonpolar akibat adanya dipole terimbas yang ditimbulkan oleh perpindahan
alektron dari satu keorbital yang lain membentuk dipole sesaat.
Kemudahan suato molekul menghasilkan dipole sesaat yang dapat mengimbas ke molekul di szekitarnya
di sebut polarisabilitas . polarisabilitas berkaitan dengan msassa molekul relative ( Mr ) dan bentuk
molekul .Jika massa molekul relative semakin besar , molekul semakin mudah mengalamipolarisasi
sehingga gaya London semakin kuat . dxan molekul mengalami polarisasi , semakin tinggi titik ddihnya
dan titik lelehnya .

b. Gaya tarik dipol

Molekul molekul polar cenderung menyusun diri dengan cara saling mendekati kutub positif dari suatu
molekul dengan kutub negative molekul yang lain.Gaya tarik menarik ini disebut gaya tarik dipol.
Semakin besar momen dipole yang dimilki suatu senyawa , semakin besar gaya tarik dipol yang
dihasikan .

2 Ikatan Hidrogen

Merupakan ikatan antarmolekul yang sangat polar dan mengandung atom hydrogen . ikatan hydrogen
disebabkan oleh gaya tarik menarik antara atom mhidrogen dari molekul yang satu dengan atom
molekul lain yang sangat eletronegatif ( F , O , atau N ) . Dalam keadaan cair , atom hydrogen dalam
molekul air yang parsial positif ( + ) ditarik oleh pasangan electron atom O molekul lain yang
elektronegatif, sehingga terbentuk ikatan hydrogen.
Iktan hidrgen jauh lebih kuast daripada gaya gaya Vasn der Waals . Zat ini mempunyai ikatan hydrogen
memerlukan energi yang besar untuk memutuskan . OIleh karena itu . titik didih dan titik lelehnya
sangat tinggi .
Adanya ikatan hydrogen dalam senyawa yang mengadung hydrogen menimbulkan penyimpangan sifat
atom umum beberapa senyawa dari unsure unsure segolongan . Contoh dertan H2, O , HS , H2Se, dan
H2Te. Meningkatnya titik didih H2S , H2Se , H2Te.disebabkan naiknya Mr molekul sehingga gaya Van der
Waals. Semakin kuat. Penyimpangan tejadi pada titik didih H2O karena adanya ikatan hydrogen. Hal ini
terjadi karena ikatan hydrogen antara molekul molekul H2O lebih kuat daripada ikatan pada molekul
molekul yang lain .

KOLOID
Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan Inggris, Thomas Graham, sewaktu
mempelajari sifat difusi beberapa larutan melalui membran kertas perkamen. Graham
menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan kanji, gelatin, dan putih
telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut
koloid.
Tahun 1907, Ostwald, mengemukakan istilah sistem terdispersi bagi zat yang terdispersi dalam
medium pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan
medium pendispersi adalah zat pelarut. Sistem koloid adalah suatu campuran heterogen antara
dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar
merata dalam zat lain (medium pendispersi).
Sistem koloid termasuk salah satu sistem dispersi. Sistem dispersi lainnya adalah larutan dan
suspensi. Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga
tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Sedangkan suspensi merupakan
sistem dispersi dengan partikel berukuran besar dan tersebar merata dalam medium
pendispersinya Perbedaan antara larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel Perbedaan larutan sejati, sistem koloid dan suspensi kasar.
Pembeda Larutan Sejati Sistem Koloid Suspensi Kasar
Jumlah fase 1 2 3
Distribusi
Homogen Heterogen Heterogen
partikel
Ukuran partikel < 107 cm 107 105 cm > 105 cm
Tidak dapat disaring,
Penyaringan TidakdapatDisaring kecuali dengan Dapat disaring
penyaring ultra
Stabil,
Kestabilan Stabil, tidak memisah Tidak stabil, Memisah
tidakMemisah
- Larutan gula - Tepung dalam air Campuran pasir dalam
Contoh
- Larutan gula - Susu air
Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan Inggris, Thomas Graham, sewaktu
mempelajari sifat difusi beberapa larutan melalui membran kertas perkamen. Graham
menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan kanji, gelatin, dan putih
telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut
koloid.
Tahun 1907, Ostwald, mengemukakan istilah sistem terdispersi bagi zat yang terdispersi dalam
medium pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan
medium pendispersi adalah zat pelarut. Sistem koloid adalah suatu campuran heterogen antara
dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar
merata dalam zat lain (medium pendispersi).
Sistem koloid termasuk salah satu sistem dispersi. Sistem dispersi lainnya adalah larutan dan
suspensi. Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga
tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Sedangkan suspensi merupakan
sistem dispersi dengan partikel berukuran besar dan tersebar merata dalam medium
pendispersinya Perbedaan antara larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel Perbedaan larutan sejati, sistem koloid dan suspensi kasar.
Pembeda Larutan Sejati Sistem Koloid Suspensi Kasar
Jumlah fase 1 2 3
Distribusi
Homogen Heterogen Heterogen
partikel
Ukuran partikel < 107 cm 107 105 cm > 105 cm
Tidak dapat disaring,
Penyaringan TidakdapatDisaring kecuali dengan Dapat disaring
penyaring ultra
Stabil,
Kestabilan Stabil, tidak memisah Tidak stabil, Memisah
tidakMemisah
- Larutan gula - Tepung dalam air Campuran pasir dalam
Contoh
- Larutan gula - Susu air
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

KENAIKAN TITIK DIDIH

Pendidihan terjadi karena panas meningkatkan gerakan atau energi kinetik, dari molekul yang
menyebabkan cairan berada
pada titik di mana cairan itu menguap, tidak peduli berada di permukaan teratas atau di bagian
terdalam cairan tersebut

Titik didih cairan berhubungan dengan tekanan uap. Bagaimana hubungannya? Coba perhatikan
penjelasan berikut ini.
Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, maka molekul-
molekul yang berada dalamlarutan tersebut mudah untuk melepaskan diri dari permukaan
larutan. Atau dapat dikatakan pada suhu yang sama sebuah larutan mempunyai tekanan uap
yang rendah, maka molekulmolekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah
melepaskan diri dari larutan. Jadi larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu
tertentu akan memiliki titik didih
yang lebih rendah. Cairan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan
udara luar. Titik didih cairan pada tekanan udara760 mmHg disebut titik didih standar atau titik
didih normal. Jadi yang dimaksud dengan titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap
jenuh cairan itu sama dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan cairan). Telah
dijelaskan di depan bahwa tekanan uap larutan lebihrendah dari tekanan uap pelarutnya. Hal ini
disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarutsehingga kecepatan
penguapan berkurang. Hubungan antara tekanan uap jenuh dan suhu air dalam larutan
berair ditunjukkan pada Gambar 1.

VGaris mendidih air digambarkan oleh garis CD, sedangkan garis mendidih larutan
digambarkan oleh garis BG. Titik didih larutan dinyatakan dengan Tb1, dan titik didih pelarut
dinyatakan dengan Tb0. Larutan mendidih pada tekanan 1 atm. Dari gambar di atas dapat
dilihat bahwa titik didih larutan (titik G) lebih tinggi dari pada titik didih air (titik D).

Selisih titik didih larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih ( Tb ).
Tb = titik didih larutan titik didih pelarut)
Menurut hukum Raoult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil kali dari
molalitas larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal (Kb). Oleh karena itu, kenaikan titik
didih dapat dirumuskan seperti berikut.
Tb = Kb m

Keterangan:
b T = kenaikan titik didih molal
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = molalitas larutan
Contoh
Natrium hidroksida 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik didih larutan tersebut!
(Kb air = 0,52 Cm-1, Ar Na =23, Ar O = 16, Ar H = 1)
Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,6 gram p = 500 gram Kb = 0,52 Cm-1
Ditanya : Tb ?
Jawab : Tb = m Kb
= m x 1.000 Kb NaOH
Mr p

= 0,04 2 0,52 C
= 0,0416 C
Td = 100 C + b T
= 100 C + 0,0416 C
= 100,0416 C
Jadi, titik didih larutan NaOH adalah 100,0416 C.

PERNURUNAN TITIK BEKU(Tf)

Penurunan titik beku pada konsepnya sama dengan kenaikan titik didih. Larutan mempunyai titik
beku yang lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut murni.

Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan dinamakan penurunan titik beku
larutan ( Tf = freezing point).

Tf = Titik beku pelarut titik beku larutan

Menurut hukum Raoult penurunan titik beku larutan dirumuskan seperti berikut.
Tf = m Kf
Keterangan:
f T = penurunan titik beku, m = molalitas larutan, Kf = tetapan penurunan titik beku molal

TEKANAN OSMOSIS

Adakalanya seorang pasien di rumah sakit harus diberi cairan infus. Sebenarnya apakah cairan
infus tersebut? Larutan yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui pembuluh darah
haruslah memiliki tekanan yang sama dengan tekanan sel-sel darah. Apabila tekanan cairan
infus lebih tinggi maka cairan infus akan keluar dari sel darah. Prinsip kerja infus ini pada
dasarnya adalah tekanan osmotik. Tekanan di sini adalah tekanan yang harus diberikan pada
suatu larutan untuk mencegah masuknya molekul-molekul solut melalui membran yang
semipermiabel dari pelarut murni ke larutan.
Sebenarnya apakah osmosis itu? Cairan murni atau larutan encer akan bergerak menembus
membran atau rintangan untuk
mencapai larutan yang lebih pekat. Inilah yang dinamakan osmosis. Membran atau rintangan ini
disebut membran
semipermiabel.

Tekanan osmotik termasuk dalam sifat-sifat koligatif karena besarnya hanya tergantung pada
jumlah partikel zat terlarut.
J.H. Vant Hoff menemukan hubungan antara tekanan osmotik larutan-larutan encer dengan
persamaan gas ideal, yang
dituliskan seperti berikut:
V = nRT
Keterangan: = tekanan osmotik, V = volume larutan (L), n = jumlah mol zat terlarut,
R = tetapan gas (0,082 L atm mol-1K-1)T = suhu mutlak (K)
Persamaan dapat juga dituliskan seperti berikut.
= n RT
V

Ingat bahwa n/V merupakan kemolaran larutan (M), sehingga persamaan dapat diubah
menjadi = MRT
Contoh Seorang pasien memerlukan larutan infus glukosa. Bilakemolaran cairan tersebut 0,3
molar pada suhu tubuh 37 C,
tentukan tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm mol-1K-1)
Penyelesaian:
Diketahui : M = 0,3 mol L1
T = 37 C + 273 = 310 K
R = 0,082 L atm mol-1K-1
Ditanya : ?
Jawab : = 0,3 mol L-1 0,082 L atm mol-1K-1 310 K
= 7,626 L

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ELEKTROLIT

Tahukah kamu bahwa larutan terdiri dari larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Larutan
elektrolit adalah larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik. Sifat koligatif larutan nonelektrolit telah kita pelajari di
depan, bagaimana dengan sifat
koligatif dari larutan elektrolit?Larutan elektrolit memiliki sifat koligatif yang lebih besar
daripada nonelektrolit.
, bahwa penurunan titik beku NaCl lebih besar daripada glukosa. Perbandingan harga sifat
koligatif larutan elektrolit dengan larutan nonelektrolit dinamakan dengan faktor Vant Hoff
dan dilambangkan dengan i.

sehingga untuk larutan elektrolit berlaku rumus:

1. P = XA P i
2. Tb = K m i
3. f Tf = K m i
4. = M RT i

ket i = faktor van,t hoff = 1 + (n 1)

n= jumlah ion, = derajat ionisasi


Contoh soal;
Pada suhu 37 C ke dalam air dilarutkan 1,71 gram Ba(OH)2 Sehingga volume 100 mL (Mr
Ba(OH)2 = 171). Hitung besar
tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm mol-1K-1)
Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,71 gram
V = 100 mL = 0,1 L
Mr Ba(OH)2 = 171
R = 0,082 L atm mol-1K-1
T = 37 C = 310 K
Ditanya : ?
Jawab : Ba(OH)2 merupakan elektrolit.
Ba(OH)2 Ba2+ + 2 OH, n = 3
mol Ba(OH)2 = gram/Mr
=1,71 gram
171

= 0,01 mol
M =n/V =0,01 mol/0,1 L = 0,1 mol L-1
=MRTi
= 0,1 mol L-1 0,082 L atm mol-1K-1
310 K (1 + (3 1)1) = 7,626 atm

REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA


Reaksi kimia yang disertai perubahan bilangan oksidasi disebut reaksi redoks. Setiap reaksi
redoks terdiri atas setengah reaksi reduksi dan setengah reaksi oksidasi. Reduksi adalah
penurunan bilangan oksidasi atau penyerapan elektron, sedangkan oksidasi adalah kenaikan
bilangan oksidasi atau pelepasan elektron.
Contoh :
Jika logam senng dimasukkan ke dalam larutan tembaga (II) sulfat, maka logam seng akan
terlarut sedangkan tembaga akan terrendapkan. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Zn (s) + Cu2+(aq) ----> Zn2+ (aq) + Cu (s)
Pada reaksi itu, logam seng mengalami oksidasi dengan melepaskan dua elektron, sedangkan ion
tembaga (II) mengalami reduksi dengan menyerap dua elektron
Reduksi : Cu2+ (aq) + 2e ----> Cu (s)
Oksidasi : Zn (s) -----> Zn2+ (aq) + 2e
Reaksi redoks ada berlangsung spontan, ada juga yang berlangsung tidak spontan. Contoh
reaksi redoks tidak spontan adalah reaksi-reaksi pembakaran dan perkaratan logam-logam.
Berbagai reaksi redoks spontan digunakan sebagai sumber listrik, misalnya pada aki dan batu
baterei. Sebaliknya arus listrik dapat digunakan untuk melangsungkan reaksi redoks spontsn,
yaitu pada proses elektrolisis. Reaksi elektrolisis digunakan pada penyepuhan dan pada
pemurnian berbagai jenis logam.

A. PENYETARAAN REAKSI REDOKS


Persamaan reaksi redoks yang rumit dapat disetarakan dengan metode setengah reaksi dan
metode bilangan oksidasi.
Banyak reaksi redoks yang sukar disetarakan dengan cara menebak. Reaksi-reaksi seperti itu
dapat desetarakan dengan metode bilangan oksidasi.

1. Metode Setengah Reaksi atau Metode Ion Elektron


Metode ini didasarkan pada pengertian bahwa jumlah elektron yang dilepaskan pada setengah
reaksi oksidasi sama dengan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi. Proses
penyetaraan berlangsung sebagai berikut :
Contoh 1 : K2Cr2O7 (aq) + HCl (aq) ----> KCl (aq) + CrCl3 (aq) + Cl2 (g) + H2O (l)
Contoh :
Bi2O3 (s) + NaOH (aq) + NaClO (aq) ----> NaBiO3 (aq) + NaCl (aq) + H2O ( l)
Langkah 1 : tulis kerangka dasar dari setengah reaksi reduksi (terdiri atas oksidator di ruas kiri
dan reduktor di ruas kanan ) dan setengah reaksi oksidasi ( terdiri atas reduktor di ruas kiri dan
hasil oksidasinya di ruas kanan) secara terpisah dalam bentuk reaksi ion.
Pada contoh pertama unsur yang mengalami reduksi adalah Krom, yaitu Cr2O7 2- menjadi Cr3+
(bilangan oksidasi krom berubah dari +6 menjadi +3). Sedangkan klorin mengalami oksidasi dari
Cl- menjadi Cl2 (bilangan oksidasi berubah dari -1 menjadi 0 )
Reduksi : Cr2O7 2- (aq) ---> Cr3+ (aq)
Oksidasi : Cl- (aq) ---> Cl2 (g)
Pada contoh kedua unsur yang mengalami reduksi adalah klorin, yaitu dari ClO- menjadi Cl-
(bilangan oksidasi klorin berubah dari +1 menjadi -1), sedangkan bismuth mengalami oksidasi,
yaitu dari Bi2O3 menjadi BiO3- (bilangan oksidasi berubah dari +3 menjadi +5)
Reduksi : ClO- (aq) -----> Cl- (aq)
Oksidasi : Bi2O3 (s) ------> BiO3- (aq)

Langkah 2 : Masing-masing setengah reaksi disetarakan dengan urutan sebagai berikut:


a. Setarakan atom unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi.
Pada contoh pertama, unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi adalah Cr dan Cl.
Tuliskan koeffisien Cr 3+ = 2 dan koeffisien Cl- = 2
Reduksi : Cr2O7 2- (aq) ----> 2 Cr3+ (aq)
Oksidasi : 2Cl- (aq) ----- Cl2 (g)
Pada Contoh kedua unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi adalah Cl dan Bi,
Tulislah koeffisien BiO3- = 2, sedangkan atom klorin sudah setara.
Reduksi : ClO- (aq) -----> Cl- (aq)
Oksidasi : Bi2O (s) -----> 2BiO3- (aq)
3

b. Setarakan oksigen dan hidrogen ( oksigen disetarakan lebih dahulu, kemudian hidrogen)
Dalam larutan yang bersifat asam atau netral, tambahkan 1 molekul H2O untuk setiap
kekurangan satu atom oksigen pada ruas yang kekurangan atom oksigen tersebut. Kemudian
setarakan atom H dengan menambahkan ion H+ pada ruas yang kekurangan atom H. Contoh
pertama adalah reaksi yang berlangsung dalam larutan asam. Untuk menyetarakan setengah
reaksi reduksinya, tambahkan 7 molekul H2O pada ruas kanan, kemudian tambahkan 14 ion H+
pada ruas kiri. Pada reaksi oksidasinya tidak terdapat atom O maupun H.
Reduksi : Cr2O7 2- (aq) + 14H+ (aq) -----> 2 Cr3+ (aq) + 7 H2O
Oksidasi : 2Cl- (aq) ------> Cl2 (g)
Dalam larutan yang bersifat basa, tambahkan satu molekul H2O untuk setiap kelebihan satu atom
oksigen pada ruas yang kelebihan atom oksigen itu, kemudian tambahkan ion OH- dua kali lebih
banyak pada ruas lainnya. Contoh kedua adalah reaksi yang berlangsung dalam suasana basa.
Pada ruas kiri dari setengah reaksi reduksi terdapat 1 atom oksigen sedangkan di ruas kanan
tidak ada atom oksigen. Tambahkanlah 1 molekul H2O di ruas kiri, kemudian 2 ion OH- di ruas
kanan. Pada setengah reaksi oksidasi terdapat 3 atom oksigen di ruas kiri dan 6 di ruas kanan.
Tambahkanlah 3 molekkul H2O di ruas kanan dan 6 ion OH- di ruas kiri.
Reduksi : ClO- (aq) + H2O (l) ------> Cl- (aq) + 2OH- (aq)
Oksidasi : Bi2O3 (s) + 6OH- (aq) ------> 2BiO3- (aq) + 3H2O ( l)

Apabila atom H belum juga setara, tambahkan ion OH- untuk setiap kelebihan satu atom H
kemudian tambahkan 1 molekul H2O pada ruas yang lainnya.

Contoh :
NH3 (aq) ----> NO3- (aq), disetarakan dengan urut-urutan sebagai berikut :
NH3 (aq) -----> NO3 (aq) + 3H2O ( l)
NH3 (aq) + 6OH (aq) -----> NO3- + 3H2O ( l)
-

Ternyata pada ruas kiri masih kelebihan 3 atom H, maka pada ruas kiri ditambahkan OH- dan
pada ruas kanan ditambahkan lagi 3 molekul H2O.
NH3 (aq) + 6OH- (aq) + 3OH- ------> NO3- (aq) + 3H2O (l) + 3H2O (l)
Atau
NH3 (aq) + 9OH- (aq) -----> NO3- (aq) + 6H2O (l)
Apabila terdapat kelebihan atom O dan H pada ruas yang sama, maka ditambahkan saja ion OH-
pada ruas yang lain.
Contoh :
Setengah reaksi : Al(s) -----> Al(OH)4- (aq)

Sisetarakan menjadi : Al (s) + 4OH- (aq) -----> Al(OH)4- (aq)

Langkah 3 : Apabila terdapat spesi lain , selain unsur yang mengalami perubahan oksidasi,
oksigen, dan hidrogen, maka penyetaraan dilakukan dengan menambahkan spesi yang
bersangkutan pada ruas yang lainnya.

Contoh, setengah reakis : Pb(s) -----> PbSO4 (s)


Disetarakan sebagai berikut : Pb(s) + SO42- (aq) -----> PbSO4 (s)

Langkah 4 : setarakan muatan dengan menambahkan elektron pada ruas yang jumlah muatannya
lebih besar.
Pada contoh pertama, untuk setengah reaksi reduksi, jumlah muatan di ruas kiri adalah = +12
sedangkan diruas kanan = +6. Tambahkan 6 elektron (6e) pada ruas kiri. Untuk setengah reaksi
oksidasi, jumlah muatan di ruas kiri = -2 sedangkan diruas kanan = 0. Tambahkan 2 elektron di
ruas kanan.
Reduksi : Cr2O7 2- (aq) + 14H+ (aq) + 6e ----> 2 Cr3+ (aq) + 7 H2O (l)
Oksidasi : 2Cl- (aq) ----> Cl2 (g) + 2e
Pada contoh kedua, untuk reaksi setengah reduksi, jumlah muatan di ruas kiri = -1, sedangkan di
ruas kanan = -3, maka tambahkan 2 elektron di ruas kiri. Untuk reaksi setengah oksidasi, jumlah
muatan di ruas kiri = -6, sedangkan di ruas kanan = -2, maka tambahkan 4 elektron di ruas
kanan.
Reduksi : ClO- (aq) + H2O (l) 2e ----> Cl- (aq) + 2OH- (aq)- (aq)
3 -
Oksidasi : Bi2O (s) + 6OH (aq) -----> 2BiO3- (aq) + 3H2O ( l) + 4e
Apabila langkah 1,2 dan 3 dilakukan dengan benar maka penambahan jumlah elektron akan
selalu di ruas kiri untuk setengah reaksi reduksi dan di ruas kanan untuk setengah reaksi oksidasi.

Langkah 5 : Samakan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi dengan jumlah
elektron yang dibebaskan pada setengah reaksi oksidasi dengan cara membri koeffisien yang
sesuai. Kemudian jumlahkan kedua setengah reaksi tersebut. Dengan demikian diperoleh reaksi
redoks yang telah setara.
Pada contoh pertama, setengah reaksi oksidasi harus dikalikan 3 agar julmah elektron yang
dibebaskan menjadi 6. Jumlah itu sama dengan elektron yang diserap pada setengah reaksi
reduksi.
Reduksi : Cr2O7 2- (aq) + 14H+ (aq) + 6e -------------------> 2 Cr3+ (aq) + 7 H2O (l)
Oksidasi : 6Cl- (aq) ------------------------> 3Cl2 (g) + 6e +
2- + - 3+
Redoks : Cr2O7 (aq) + 14H (aq) +6Cl (aq)+ 6e 2 Cr (aq) + 3Cl2 (g) + 7 H2O (l)

Persamaan reaksi ion di atas pada umumnya sudah dianggap cukup, kecuali untuk perhitungan
stoikiometri yang menyangkut massa molekul realatif. Apabila diperlukan, reaksi rumus yang
setara dapat diturunkan dari reaksi ionnya.
Untuk Contoh pertama di atas reaksi rumus nya adalah sebagai berikut. Koeffisien K2Cr2O7
haruslah 1 berdasarkan koeffisien dari ion Cr2O7 2- . Koeffisien HCl didasarkan pada keffisien H+
= 14, jadi tidak didasarkan pada ion Cl- (dipilih koeffisien yang terbesar). Koeffisien Cl2 dan
H2O berturut-turut adalah 3 dan 7. Adapun koeffisen KCl haruslah = 2 sehingga atom kalium
setara.
K2Cr2O7 (aq) + 14HCl (aq) ---> 2KCl (aq) + 2CrCl (aq) + 3Cl2 (g) + 7H2O (l)
Pada contoh kedua setengah reaksi reduksi harus dikalikan dua, agar jumlah elektron yang
diserap sama dengan jumlah elektron yang dibebaskan pada reaksi setengah oksidasi, yaitu 4
elektron.
Reduksi : 2ClO- (aq) + 2H2O (l) + 4e ---> 2Cl- (aq) + 4OH- (aq)
Oksidasi : Bi2O3 (s) + 6OH- (aq) ---> 2BiO3- (aq) + 3H2O ( l) + 4e
+
Redoks : 2ClO- (aq) + Bi2O3 (s) + 2NaOH (aq) 2Cl- +2NaCl (aq) + 2NaBiO3 (aq) +
H2O (l)

Reaksi rumusnya adalah sebagai berikut :


2NaClO (aq) + Bi2O3 (s) + 2NaOH (aq) ---> NaCl (aq) + 2NaBiO3 (aq) + H2O (l)
Pada persamaan diatas koeffisien NaClO didasarkan pada koeffisien ion ClO-; koeffisien NaOH
didasarkan pada koeffisien OH-; koeffisien NaBiO3 didasarkan pada koeffisien ion BiO3-; dan
koeffisien NaCl didasarkan koeffisien ion Cl-

2. Metode Bilangan Oksidasi.


Metode ini didasarkan pada pengertian bahwa jumlah pertambahan bilangan oksidasi dari
reduktor sama dengan jumlah penurunan bilangan oksidasi pada oksidator. Untuk menyetarakan
persamaan redoks harus ditempuh langkah-langkah sebagai berikut :
a. Periksalah bilangan oksidasi semua unsur yang terlibat dalam reaksi untuk mengetahui unsur
mana yang mengalami perubahan bilangan oksidasi setiap unsur di atas lambang atomnya
masing-masing.
b. Setarakan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi dengan memberi koeffisien
yang tepat.
c. Tentukan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari oksidator (yang mengalami reduksi) dan
jumlah pertambahan bilangan oksidasi dari reduktor ( yang mengalami oksidasi)
d. Samakan jumlah perubahan bilangan oksidasi tersebut dengan memberikan koeffisien yang
sesuai.
e. Setarakan unsur-unsur yang lainnya dalam urutan kation, anion, hidrogen dan oksigen
(KAHO)

Contoh :
Setarakan reaksi redoks berikut dengan metode bilangan oksidasi.
KMnO4 + FeSO4 + H2SO4 -----> K2SO4 + Fe2(SO4)2 + MnSO4 + H2O

Jawab :
Langkah 1 , menetukan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi
+7 +2 +3 +2
KMnO4 + FeSO4 + H2SO4 ----> K2SO4 + Fe2(SO4)3 + MnSO4 + H2O

Langkah 2, menyetarakan unsur yang mengalami bilangan oksidasi. Pada reaksi ini unsur yang
mengalami perubahan bilangan oksidasi adalah Fe dan Mn. Untuk menyetarakan atom Fe,
tulislah koeffisien F3SO4 = 2; sedangkan atom Mn ternyata sudah setara.
KMnO4 + 2FeSO4 + H2SO4 ----> K2SO4 + Fe2(SO4)2 + MnSO4 + H2O

Langkah 3, menentukan jumlah pertambahan bilangan oksidasi dari unsur yang mengalami
oksidasi dan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari unsur yang mengalami reduksi.
+2 +3
Oksidasi : 2Fe -----> 2Fe, jumlah pertambahan bilangan oksidasinya = 2
+7 +2
Reduksi : Mn ------> Mn, jumlah penurunan bilangan oksidasinya = 5

Langkah 4, untuk menyamakan perubahan bilangan oksidasi, maka koeffisien dari oksidator dan
hasil reduksi (KMnO4 dan MnSO4) dikalikan dengan 2, sedangkan koeffisien dari reduktor dan
hasil oksidasi (FeSO4 dan Fe2(SO4)3 ) dikalikan dengan 5
2KMnO4 + 10FeSO4 + H2SO4 -------> K2SO4 + 5Fe2(SO4)2 + 2 MnSO4 + H2O

Langkah 5, menyetarakan unsur lainnya dalam urutan KAHO, Kation yang tidak berubah
bilangan oksidasinya, yaitu K, ternyata sudah setara; anion yang tidak mengalami perubahan
bilangan oksidasi adalah SO4 2-. Pada ruas kanan jumlah ion SO4 2- = 18 [ 1 pada K2SO4, 2 pada
MnSO4, dan 15 pada Fe2 (SO4)3; sedangkan di ruas kiri baru ada 10, yaitu pada FeSO4. Oleh
karena itu tuliskan koeffisien H2SO4 = 8
2KMnO4 + 10FeSO4 + 8H2SO4 -------> K2SO4 + 5 Fe2(SO4)2 + 2MnSO4 + H2O
Selanjutnya untuk menyetarakan atom H, tulislah koeffisien H2O = 8. Dengan demikian juga
dapat diperiksa bahwa atom O sudah setara.
2KMnO4 + 10FeSO4 + 8H2SO4 -----> K2SO4 + 5Fe2(SO4)2 + 2 MnSO4 +8 H2O
IKATAN SENYAWA KARBON

Berdasarkan rantai kovalen yang digunakan untuk membentuk ikatan antara atom-atom
dalam senyawa karbon, maka senyawa karbon dibedakan atas :

a. Ikatan Jenuh

Yang dimaksud ikatan jenuh ialah ikatan tunggal di mana atom-atom penyusunnya
(terutama atom-atom C) berkaitan dengan 1 rantai kovalen.
Contoh: CH2 CH2 CH2

b. Ikatan tak jenuh

Yang dimaksud ikatan tak jenuh ialah ikatan ganda atau ikatan triple.Yang atom-atom
penyusunnya berkaitan dengan menggunakan 2 atau 3 rantai kovalen sekaligus.
Contoh : CH2 CH = CH atau CH2 C C

Berdasarkan jumlah atom C lain yang terikat pada satu atom C dalam rantai karbon,
maka atom C dibedakan menjadi :
a. Atom C primer, yaitu atom C yang terikat pada satu atom C yang lain.
b. Atom C sekunder, yaitu atom C yang terikat pada dua atom C yang lain.
c. Atom C tersier, yaitu atom C yang terikat pada tiga atom C yang lain.
d. Atom C kwarterner, yaitu atom C yang terikat pada empat atom C yang lain.
Contoh : C(1) C(2) C(3) C(4) C(5) C(6) C(7) C(8)

atom C primer, atom C nomor 1,7,8


atom C sekunder, atom C nomor 2, 6
atom C tersier, atom C nomor 5
Senyawa hidrokarbon ialah senyawa karbon yang hanya terdiri atas atom C dan H saja.
Berdasarkan ikatan yang ada dalam rantai C-nya, senyawa hidrokarbon dibedakan atas :

a. Senyawa hidrakarbon jenuh (alkana)

b. Senyawa hidrakarbon tak jenuh (alkena dan alkuna).


Senyawa hidrakarbon jenuh disebut alkana atau parafin, rumus umumnya CnH2n+2

Deret homolog alkana


n Rumus Nama
1. CH 4 metana
2. C 2 H 6 etana
3. C 3 H 8 propana
4. C 4 H 10 butana
5. C 5 H 12 pentana
6. C 6 H 14 heksana
7. C 7 H 16 heptana
8. C 8 H 18 oktana
9. C 9 H 20 nonana
10. C 10 H 22 dekana
11. C 11 H 24 undekana
12. C 12 H 26 dodekana
20. C 20 H 42 dikontana
30. C 30 H 62 trikontana
50. C 50 H 102 pentakontana

Catatan:
Deret Homolog atau deret sepancaran ialah deretan senyawa-senyawa yang mempunyai sifat
kimia hampir sama dan tiap-tiap suku berturutan berselisih CH2.
Alkil ialah gugus yang terjadi apabila 1 atom H dari alkana dihilangkan.
Notasi alkil adalah R. Nama alkil sama dengan alkana asalnya , dengan akhiran ana diganti
dengan il.

Contoh:
CH 3 CH 2 CH 2 CH 3 : n butana
CH 3 CH 2 CH 2 CH 2 CH 3 : n pentana
b. Alkana dengan rantai bercabang :
1. Nama alkan didasarkan pada rantai C terpanjang.
2. Di depan nama alkananya ditulis nomor dan nama cabang (alkil).
3. Jika terdapat beberapa cabang yang sama, maka nama cabang disebutkan sekali
tetapi dilengkapi dengan awalan yang menyatakan jumlah seluruh cabang tersebut.
Nommor atom C tempat cabang terikat harus dituliskan sebanyak cabang yang ada
(jumlah nomor yang dituliskan = awalan yang digunakan).
4. Untuk cabang yang berbeda diurutkan sesuai dengan urutan abjad.
Contoh:
C H 3 CH 2 CH CH 3 ; 3 metil pentana
I
CH 2
I
CH 3
I
CH 3
Hidrokarbon tak jenuh ialah senyawa hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan
tak jenuh.
Senyawa hidrokarbon tak jenuh yang memiliki 1 ikatan rangkap 2 disebut alkena,
rumus umumnya C n H 2n
Senyawa hidrokarbon tak jenuh yang memiliki 1 ikatan rangkap 3 disebut alkuna,
rumus umumnya C n H 2n-2
Nama-nama suku-suku alkena/alkuna sama seperti suku-suku alkana, hanya akhiran
ana diganti dengan ena/una.
Untuk suku-suku alkena/alkuna yang sudah memiliki isomer diberi anma dengan cara :
a. Di depan nama alkena/alkuna dituliskan nomor yang menyatakan letak ikatan rangkapnya.
Nomor ikatan rangkap ini dibuat yang sekecil-kecilnya.
Contoh:
CH 3 CH 2 C = CH 2 : n butena atau 1 butena (bukan 3 butena).
b. Untuk suku-suku yang memiliki cabang, namanya seperti pada alkana bercabang.

Contoh:

H 3 C HC C = CH 2 ; 2 etil 3 metil 1 butena

CH 3 CH 2 (bukan 3 etil 2 metil 3 butena)

CH 3 (bukan pula 2 metil 3 etil 3 butena)

MAKROMOLEKUL ( POLIMER )

1. Definisi Polimer

Kata polimer berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly dan meros. Poly berarti banyak dan meros
berarti unit aatu bagian. Jadi polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari
monomer yang merupakan molekul yang kecil dan sederhana.

2. Penggolongan Polimer

a) Berdasarkan Asalnya

1) Polimer alam

adalah polimer yang terbentuk secara alami di dalam tubuh makhluk hidup.

Tabel beberapa contoh polimer alam

No. Polimer Monomer Polimerisasi Terdapat pada 2)


1. Amilum Glukosa Kondensasi Biji-bijian,akar umbi Poli
2. Selulosa Glukosa Kondensasi Sayur, kayu, kapas mer
semi
3. Protein Asam amino Kondensasi Susu,daging,telur, wol, sutera
sintet
4. Asam nukleat Nukleotida Kondensasi Molekul DNA, RNA
is
5. Karet alam Isoprene Adisi Getah karet alam
adalah polimer yang diperoleh dari hasil modifikasi polimer alam dan bahan kimia.

Contoh : selulosa nitrat yangsering dipasarkan dengan nama celluloid dan guncotton.

3) Polimer sintetis

adalah polimer yang tidak terdapat di alam, tetapi disintesis dari monomer-monomernya dalam
reaktor.
Tabel beberapa contoh polimer sintetis

No. Polimer Monomer Polimerisasi Terdapat pada


1. Polietena Etena Adisi Kantung,kabel plastik
2. Polipropena Propena Adisi Tali,karung,botol plastik
3. PVC Vinil klorida Adisi Pipa pralon,pelapis lantai,
kabel listrik
4. Polivinil Vinil alkohol Adisi Bak air
alkohol
5. Teflon Tetrafluoro etena Adisi Wajan,panci anti lengket
6. Dakron Metal tereftalat dan Kondensasi Pita rekam magnetik,
etilen glikol kain,tekstil,wol sintetis
7. Nilon Asam adipat dan Kondensasi Tekstil
heksametilen
diamin
8. Polibutadiena Butadiena Adisi Ban motor, mobil

b) Berdasarkan Jenis Monomernya

1) Homopolimer

adalah polimer yang tersusun dari monomer-monomer yang sama atau sejenis.

Contoh : PVC, protein, karet alam, polivinil asetat (PVA), polistirena, amilum, selulosa, dan
teflon.

2) Kopolimer

adalah polimer yang tersusun dari monomer-monomer yang berlainan jenis. Berdasarkan
susunan monomernya, terdapat empat jenis kopolimer sebagai berikut.

a) Kopolimer bergantian

b) Kopolimer blok

c) Kopolimer bercabang

d) Kopolimer tidak beraturan

c) Berdasarkan Sifat terhadap Pemanasan atau Sifat Kekenyalannya

1) Termoplastik
adalah polimer yang bersifat kenyal atau liat jika dipanaskan dan dapat dibentuk menurut pola
yang diinginkan. Setelah dingin, polimer menjadi keras dan kehilangan sifat kekenyalannya.
Contoh : polietilena, PVC, seluloid, polistirena, polipropilena, asetal, vinil, nilon dan Perspex.

2) Termosetting

adalah polimer yang bersifat kenyal saat dipanaskan, tetapi setelah dingin tidak dapat dilunakkan
kembali. Jika pecah, polimer tersebut tidak dapat disambungkan kembali dengan pemanasan.
Contoh : bakelit, uretana, epoksi, polyester, dan formika.

d) Berdasarkan Bentuk Susunan Rantainya

1) Polimer linear

adalah polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan satu sama lainnya :membentuk rantai
polimer yang panjang.

Gambar :

2) Polimer bercabang

adalah polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang membentuk cabang pada rantai utama.

Gambar :

3) Polimer berikatan silang (Cross-linking)

adalah polimer yang terbentuk karena beberapa rantai polimer saling berikataan satu sama lain
pada rantai utamanya. Sambungan silang dapat terjadi ke berbagai arah sehingga terbentuk
sambung silang tiga dimensi yang disebut polimer jaringan.

Gambar :

e) Berdasarkan Apilkasinya

1) Polimer komersial

adalah polimer yang disintesis dengan harga murah dan diproduksi secara besar-besaran.

Contoh : polietilena, polipropilena, pilivinil klorida dan polistirena.

2) Polimer teknik

adalah polimer yang mempunyai sifat unggul tetapi harganya mahal.

Contoh : poliamida, polikarbonat, asetal, dan polyester.


3) Polimer dengan tujuan khusus

adalah polimer yang mempunyai sifat spesifik yang unggul dan dibuat untuk keperluan khusus.

Contoh : alat-alat kesehatan seperti thermometer atau timbangan.

3. Sifat-sifat Polimer

Beberapa faktor yang mempengaruhi sifat fisik polimer sebagai berikut.

a) Panjang rata-rata rantai polimer

Kekuatan dan titik leleh naik dengan bertambah panjangnya rantai polimer.

b) Gaya antarmolekul

Jika gaya antar molekul pada rantai polimer besar maka polimer akan menjadi kuat dan sukar
meleleh.

c) Percabangan

Rantai polimer yang bercabang banyak memiliki daya tegang rendah dan mudah meleleh.

d) Ikatan silang antar rantai polimer

Ikatan silang antar rantai polimer menyebabkan terjadinya jaringan yang kaku dan membentuk
bahan yang keras. Jika ikatan silang semakin banyak maka polimer semakin kaku dan mudah
patah.

e) Sifat kristalinitas rantai polimer

Polimer berstruktur tidak teratur memil;iki kristanilitas rendah dan bersifat amorf (tidak keras).
Sedangkan polimer dengan struktur teratur mempunyai kristanilita tinggi sehingga lebih kuat dan
lebih tahan terhadap bahaan-bahan kimia dan enzim.

4. Reaksi-reaksi Polimer

Reaksi polimerisasi yaitu reaksi penggabungan sejumlah monomer menjadi polimer.


Polimerisasi dibedakan menjadi dua macam sebagai berikut.

a) Polimerisasi adisi

adalah reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer yang berikatan rangkap menjadi
ikatan tunggal.

Polimerisasi adisi dibedakan menjadi dua sebagai berikut.


1) Polimerisasi adisi alami

Polimerisasi adisi alami misalnya pembentukan karet alam atau poliisoprena. Monomernya
berupa isoprene atau senyawa 2-metil-1,3-butadiena.

2) Polimerisasi adisi sintesis

Contoh : pembentukan PVC, polipropena, Teflon, polifenil etena atau polistirena, dan
polietilena.

b) Polimerisasi kondensasi

yaitu reaksi yang terjadi jika dua atau lebih monomer sejenis atau berbeda jenis bergabung
membentuk molekul besar sambil melepaskan molekul-molekul kecil seperti H2O, NH3, dan
HCl.

Polimerisasi kondensasi dibagi menjadi dua sebagai berikut.

1) Polimerisasi kondensasi alami


Contoh : pembentukan selulosa, amilum dan protein.
2) Polimerisasi kondensasi sintesis
Contoh : pembentukan nilon, tetoron, bakelit, dan urea-metanal

1. A. PENEMUAN ZAT RADIOAKTIF

Reaksi kimia berasal dari unsur-unsur yang bergabung membentuk suatu senyawa. Dalam
peristiwa ini elektron dan inti atom mempunyai peranan yang sangat penting. Di alam ini pada
umumnya inti atom stabil tetapi ada pula yang kurang stabil seperti Polonium, Radium,
Aktinium, Protaktinium, Uranium dan unsur-unsur lain dengan massa tertentu. Inti atom yang
kurang stabil berupaya untuk menjadi stabil dengan cara berubah menjadi inti atom lain disertai
dengan pemancaran sinar-sinar alfa, beta dan gamma. Unsur-unsur ini disebut unsur radioaktif.

Pada tahun 1895 Wilhelm Konrad Rontgen (1845-1923) dari Jerman menemukan bahwa apabila
arus elektron (sinar katoda) menumbuk anoda akan timbul suatu cahaya (radiasi) yang dapat
menyebabkan Fluoresensi (pendar cahaya). Radiasi tersebut dinamakan sinar X. Dinamakan
demikian karena belum diketahui sifat-sifatnya.

Kemudian pada tahun 1896 Antonie Henry Becquerel (1852-1908) seorang ahli kimia dari
Perancis. Yang mengetahui bahwa batuan koleksi ayahnya dapat memancarkan sinar, meskipun
ia belum memahami sinar tersebut, dalam hatinya timbul pertanyaan sinar apakah ini ? untuk
membuktikan sinar tersebut, Becquerel pada tahun 1896 menjemur batuan Kalium Uranil Sulfat
(K2UO2(SO4)2 diatas lempeng fotografi yang diselimuti dengan keras hitam.

Becquerel mengharapkan bahwa sinar ultraviolet dari matahari membangkitkan Fluoresensi yang
mungkin terkandung dalam batuan tersebut, sehingga sinar X menembus kertas dan
menimbulkan bayangan hitam pada lempeng fotografi. Akan tetapi karena cuaca mendung hal
itu tidak didapatkan, namun apa yang terjadi Becquerel justru menemukan sesuatu yaitu batuan
tersebut tetap memancarkan sinar tetapi tidak mengalami Fluoresensi dan menghitamkan
lempeng fotografi walaupun tanpa ada sinar matahari.

Pada tahun 1898 sepasang ahli kimia Marie Sklodovska Curre (1867-1934) dan suaminya Pierre
Curie (1859-1906), mengamati bahwa radiasi dari Uranium dapat menyebabkan terbentuknya
unsur baru.

Istilah keradioaktifan (radioactivity) diusulkan Marie Curie untuk menggambarkan gejala yang
paling mudah diamati yang menyertai perubahan inti atom tertentu yang dikenal dengan emisi
radiasi pengion. Sinar yang dipancarkan disebut sinar radioaktif dan unsur yang memancarkan
disebut unsur radioaktif. Pierre dan Marie Curie berhasil mengisolasi dua unsur baru yang
terbentuk dari peluruhan unsur Uranium, kedua unsur tersebut diberi nama Polonium dan
Radium

B. SIFAT-SIFAT ZAT RADIOAKTIF

1. PENGERTIAN UNSUR RADIOAKTIF

Unsur radioaktif adalah unsur yang secara spontan memancarkan radiasi. Unsur-unsur ini
biasanya mempunyai nomor atom diatas 83, misal Uranium (nomor atom 92). Unsur-unsur
radioaktif mempunyai perbandingan jumlah neutron dan proton yang tidak stabil, maka untuk
menstabilkan diri, maka unsur tersebut memancarkan radiasi. Sinar radiasi mempunyai sifat :

1. Dapat menghitamkan pelat fotografi


2. Dapat menyebabkan permukaan yang dilapisi seng sulfide (ZnS) berpendar.

C. KEGUNAAN ZAT RADIOAKTIF

1. Sebagai perunut

Radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop dapat dideteksi dengan alat khusus yang disebut
detektor. Apabila unsur radioisotop berpindah maka perpindahan dapat diikuti dengan detektor.
Teknik untuk mengikuti perpindahan radioisotop dalam suatu sistem disebut teknik perunut
(tracer).

Kegunaan radioisotop banyak dipakai dalam berbagai bidang, misal bidang kedokteran, farmasi,
pertanian, hidrologi, biologi, kimia, industri, pengetahuan angkasa, oceanografi, serta penelitian
masalah lingkungan seperti polusi air, udara dan dapat meramal keadaan cuaca

Di Negara-negara maju para ahli biologi dan biokimia secara cepat memakai metode radioisotop
dalam penelitiannya. Dalam bidang kedokteran dapat menolong para dokter untuk mendiagnosis
dan terapi terhadap pasien. Pada bidang industri digunakan untuk menentukan tebal tipisnya
logam dengan cara radiografi.
2. Bidang kedokteran

Radioisotop digunakan untuk mendiagnosis berbagai penyakit

I-131 : Mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok, terapi kanker kelenjar tiroid
Na-24 : Mendeteksi adanya gangguan peredaran darah
Xe-133 : Mendeteksi penyakit paru-paru
Fe-59 : Mempelajari pembentukan sel darah merah
Ca-47 : Mendeteksi penyakit pada tulang
K-42 : Mendeteksi penyakit pada otot

Contoh penggunaan Na-24 sebagai perunut dalam mendiagnosa peredaran darah dalam tubuh
manusia, digunakan garam dapur yang tersusun dari Na-24 dan Cl yang stabil lalu disuntikkan
pada tubuh melalui urat darah dibagian tubuh tertentu, misal pada kaki, garam dapur akan
mengikuti peredaran darah, sehingga bila terjadi penyumbatan pada urat darah dapat dideteksi
oleh detektor.

Radioisotop digunakan untuk


deteksi gangguan peredaran darah

Dengan dosis rendah radiasi pengion dapat menyebabkan penyakit kanker, tetapi radiasi sinar
gamma dapat digunakan untuk mengobati penyakit kanker. Dasar pengobatan, radiasi cenderung
merusak semua sel, tetapi sel kanker lebih mudah rusak dibandingkan dengan sel normal. Jadi
berkas sinar gamma atau sinar X yang berenergi tinggi yang diarahkan dengan hati-hati dan
dengan dosis yang tepat dapat digunakan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker.

3. Bidang industri

Bila suatu industri baja ingin mengetahui kualitas industrinya dapat digunakan sinar yang
dipancarkan oleh zat radioaktif yaitu sinar gamma, sinar gamma tidak akan dapat merusak bahan
yang akan diuji tersebut. Sinar gamma yang dipancarkan terhadap suatu bahan, ada yang diserap
ada pula yang diteruskan, sinar gamma yang diteruskan akan ditangkap oleh film yang dipasang
dibelakang bahan yang di uji. Setelah film dicuci akan terbentuk gambar hitam yang tingkat
kehitamannya berbeda-beda tergantung pada keadaan bahan tersebut. Jadi, tingkat kehitaman
pada film menunjukkan baik atau tidaknya suatu bahan.

4. Bidang Hidrologi

Na-24 : untuk mengukur kecepatan aliran air sungai, air tanah atau minyak bumi dalam
pipa
Mendeteksi kebocoran pipa saluran dalam tanah
Untuk penentuan pengendapan lumpur

5. 5. Bidang kimia

Pada reaksi esterifikasi digunakan isotop Oksigen-18


Pada reaksi fotosintesis digunakan isotop Oksigen-18 dan
karbon14 2. Sebagai sumber
radiasi
A.Bidang kedokteran

Untuk sterilisasi alat-alat kedokteran


Radiasi Co-60 digunakan untuk terapi penyakit kanker
Radiasi P-32 digunakan untuk penyembuhan penyakit leukimia
Radiasi P-60 atau Cs-137 digunakan sebagai bahan
desterilisasi
B. Bidang pertanian

Untuk pembentukan bibit unggul, pemberantasan hama, menghambat pertumbuhan tunas


pada kentang dan bawang
Radiasi P-32 digunakan untuk mempercepat terjadinya bunga dan merangsang
pembuahan
Radiasi C-14 digunakan untuk mengetahui tempat pemupukan yang tepat, sehingga
tanaman tumbuh dengan baik
Pemberantasan hama yaitu dengan cara membuat serangga jantan mandul sehingga tidak
dapat menghasilkan keturunan
Untuk menghasilkan mutasi-mutasi tanaman yang baik

Radioisotop berguna bagi


tumbuhan

C. Bidang industri

Radiasi digunakan untuk pemeriksaan benda-benda tanpa merusak, mengontrol ketebalan


bahan, mengawetkan bahan kayu, barang-barang seni serta meningkatkan mutu tekstil
Radiasi C0-60 digunakan untuk mengetahui ketebalan suatu bahan yang paling tebal
Radiasi Ir-92 digunakan untuk mengukur ketebalan bahan yang tebalnya kira-kira 10 cm
Radiasi Cs-137 digunakan untuk mengetahui umur suatu bahan

Anda mungkin juga menyukai