2. Proton
Eugene Goldstein, menggunakan tabung gas yg memiliki katoda, untuk
mempelajari partikel positif yg disebut dgn proton. Massa proton = 1 s m a
(satuan massa atom) dan muatan proton = +1
3. Inti atom
Percobaan Rutherford, tentang hamburan sinar alfa oleh lempeng emas.
Menyimpulkan bahwa atom tersusun dari inti atom yg bermuatan positif yg
dikelilingi elektron yang bermuatan negatif sehinggaatom bersifat netral.
4. Neutron
James Chadwick, menyatakan bahwa partikel yg menimbulkan radiasi berdaya
tembus tinggi bersifat netral atau tidak bermuatan dan massanya hampir sama
dengan massa proton disebut neutron.
Penulisan lambang atom unsur menyatakan nomor atom dan nomor massa sebagai
berikut
Keterangan :
A = nomor massa
Z = nomor atom
X = lambang unsur
Elektron inilah yang nantinya paling menentukan sifat suatu unsur. Nomor atom
ditulis agak ke bawah sebelum lambang unsur.
Contoh :
Jumlah proton = 19
Jumlah elektron = 19
Atom netral mempunyai jumlah proton sama dengan jumlah elektronnya. Apabila
suatu atom netral melepaskan elektronnya, atom tersebut menjadi bermuatan positif.
Hal ini karena jumlah proton lebih banyak daripada jumlah elektron. Atom
bermuatan positif disebut kation. Namun, apabila atom netral menangkap elektron,
atom tersebut akan jadi bermuatan negatif. Hal ini karena jumlah elektron lebih
banyak daripada jumlah proton. Atom beermuatan negatif disebut anion. Perubahan
ini hanya terjadi pada elektron, sedangkan jumlah proton dan neutron tetap karena
inti atom tidak berubah.
Contoh :
Atom kalium mempunyai nomor atom 19 dan nomor massa 39 (). Ini berarti, atom K
terdiri atas 19 proton, 19 elektron, dan 20 neutron.
Apabila atom K melepaskan satu elektron, atom K menjadi ion , artinya ion terdiri
atas 19 proton, 18 elektron, dan 20 neutron.
karena jumlah proton sama dengan nomor atom maka nomor massa juga merupakan
jumlah nomor atom ditambah neutron. Semakin banyak proton dan neutron yang
dimiliki sebuah atom, semakin besar massanya. Nomor massa ditulis disebelah kiri
atas sebelum lambang unsur.
Contoh :
,,
P=7p=7p=7
E=7e=7e=7
N=6n=7n=8
Setiap isotop satu unsur memiliki sifat kimia yang sama. Oleh karena setiap isotop
mem-punyai massa yang berbeda, maka harga massa atom setiap unsur merupakan
harga rata-rata setiap isotopnya. Isotop-isotop ini dapat digunakan untuk menentukan
massa atom relatif (Ar) atom tersebut berdasarkan kelimpahan isotop dan massa atom
semua isotop.
Contoh :
Jawab :
Ar = _____________________________ = 16,0044
100
Ar = 16
Isoton, adalah atom atom unsur yang berbeda yang mempunyai neutron yang sama,
tetapi nomor atom berbeda.
Contoh :
Isobar, adalah atom-atom unsur berbeda yang mempunyai nomor atom berbeda,
tetapi mempunyai nomor massa yang sama.
Contoh :
Contoh :
KLMN
2881
Hal ini dapat dijelaskan bahwa kapasitas elektron maksimum di kulit M dari unsur
tersebut sebanyak 8, sehingga sisa 1 harus diletakkan di kulit terluar.
Elektron yang berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia dan dalam reaksi
kimia yaitu elektron pada kulit terluar atau elektron valensi . Jumlah elektron valensi
suatu atom ditentukan berdasarkan elektron yang terdapat pada kulit terakhir dari
konfigurasi elektron atom tersebut.
Unsur-unsur yang mempunyai jumlah elektron valensi yang sama memiliki sifat
kimia yang sama pula.
Contoh :
Unsur natrium dan kalium memiliki sifat yang sama karena kedua unsur tersebut
memiliki sifat elektron valensi = 1
UJI KOMPETENSI B
1. Apabila elektron valensi pada kulit ketiga = 3, nomor atom unsur tersebut ..
1. 3
2. 4
3. 5
4. 8
5. 13
2. Di antara unsur di bawah ini yang memiliki elektron valensi terbanyak yaitu unsur
yang mempunyai nomor atom .
1. 13
2. 15
3. 17
4. 19
5. 20
6.
Perkembangan konsep atom secara ilmiah dimulai oleh John Dalton (1805), kemudian
dilanjutkan oleh Thomson (1897), Rutherford (1911), dan disempurnakan oleh Bohr
(1914).
Eksperimen yang memperkuat konsep atom ini menghasilkan gambaran mengenai
susunan partikel-partikel di dalam atom. Gambaran susunan partikel-partikel dasar di
dalam atom disebut model atom.
Menurut Thomson, atom adalah bola padat bermuatan positif dan di dalamnya
tersebar elektron yang bermuatan negatif. Model atom Thomson digambarkan
dengan sebagai kismis yang tersebar pada seluruh bagian roti sehingga disebut
sebagai model roti kismis.
Teori atom Rutherford muncul berdasarkan eksperimen hamburan sinar alfa dan
uranium. Brerdasarkan percobaan tersebut, Rutherford menyimpulkan bahwa;
1. Atom adalah bola berongga yang tersusun dari inti atom dan elektron yang
mengelilinginya.
2. Inti atom bermuatan positif dan massa atom terpusat pada inti atom.
Ke dalam inti atom. Berdasarkan teori fisika, gerakan elektron mengitari inti ini disertai
Pemancaran energi. Oleh karenanya elektron lama-kelamaan akan berkurang dan lin-
1. Atom terdiri dari inti yang bermuatan positif yang dikelilingi elektron
bermuatan negatif di dalam suatu lintasan
2. Elektron dapat berpindah dari satu lintasan ke lintasan yang lain dengan
menyerap atau memancarkan energi sehingga energi elektron atom itu tidak
akan berkurang. Jika erlektron berpindah kelintasan yang lebih tinggi maka
elektron akan menyerap energi. Jika beralih kelintasan yang lebih rendah
maka akan memancarkan energi radiasi.
3. Elektron-elektron berkedudukan pada tingkat-tingkat energi tertentu yang
disebut kuli-kulit elektron.
2. Kulit-kulit elektron bukan merupakan kedudukan yang pasti dari suatu elektron.
Tetapi hanyalah suatu kebolehjadiannya saja. Teori ini sesuai dengan teori
ketidakpastian yang dikemukakan oleh Heisenberg. Yang menyatakan bahwa
kedudukan dan kecepatan gerak elektron tidak dapat ditentukan secara pasti, yang
dapat ditentukan hanyalah kemungkinan terbesarnya atau probabilitasnya. Dengan
demikian kedudukan dan kecepatan gerakan elektron dalam atom berada diruang
tertentu dalam atom tersebut yang disebut orbital. Teori mengenai elektron berada
dalam orbital-orbital diseputar inti atom inilah yang merupakan pokok teori atom
modern.
Para ahli kimia Arab dan Persia pertama kali mengelompokkan unsur-unsur menjadi dua,
yaitu Lugham (logam) dan Laysa lugham (non logam). Unsur logam yang dikenal saat itu
ada 16 unsur, diantaranya besi, emas, perak, seng, nikel dan tembaga. Sementara unsur non
logam yang dikenal ada 7, yaitu arsen, hidrogen, nitrogen, oksigen, karbon, belerang, dan
fosfor.
Pada tahun 1829, John Wolfgang Dobereiner, ahli kimia dari Jerman melihat adanya
kemiripan sifat diantara beberapa unsur. Dobereiner mengelompokkan unsur-unsur tersebut
menurut kemiripan sifat yang ada. Ternyata setiap kelompok terdiri atas tiga unsur (sehingga
disebut triade).
Unsur-unsur dalam satu triade juga disusun menurut kenaikan massa atom relatifnya.
Berdasarkan aturan tersebut massa atom relatif unsur unsur kedua merupakan rata-rata dari
massa atom relatif unsur pertama dan ketiga. Penemuan ini memperlihatkan adanya
hubungan antara massa atom relatif dengan sifat-sifat unsur.
Ar = Ar Cl + Ar I
Ar = 35,5 + 127
Ar = 81,25
Pengelompokan ini ternyata memiliki kelemahan. Kemiripan sifat tidak hanya terjadi pada
tiga unsur dalam tiap kelompok.
Tahun 1864, A.R. Newlands, seorang ahli kimia berkebangsaan Inggris mengemukakan
penemuannya yang disebut hukum oktaf. Berdasarkan hukum ini unsur-unsur disusun
berdasarkan kenaikan massa atom relatifnya. Ternyata unsur-unsur yang berselisih 1 oktaf
(misalnya, unsur H dengan unsur kedelapan yaitu F pada tabel 2.2) menunjukkan kemiripan
sifat dan keteraturan perubahan sifat unsur. Hukum Oktaf menyatakan jika unsur-unsur
disusun berdasarkan kenaikan nomor massa atom, sifat unsur tersebut akan berulang pada
unsur kedelapan.
Pada saat daftar Oktaf Newlands disusun, unsur-unsur gas mulia belum ditemukan.
Pengelompokan ini ternyata hanya sesuai untuk unsur-unsur ringan dengan massa atom
relatif rendah.
4. Hukum Mendeleyev
1. Penempatan unsur tidak sesui dengan kenaikan massa atom relatifnya. Hal ini terjadi
karena penempatan unsur mempertahankan kemiripan sifat unsur dalam satu golongan
2. Masih banyak unsur yang belum dikenal pada masa itu sehingga banyak tempat kosong
dalam tabel.
5. Sistem Periodik Modern
Tahun 1914, Henry G.J. Moseley, ahli kimia dari Inggris menemukan bahwa urutan
unsur dalam tabel periodik sesuai kenaikan nomor atom. Sistem periodik modern yang
disebut juga sistem periodik bentuk panjang, disusun menurut kenaikan nomor atom
dan kemiripan sifat. Sistem periodik modern ini dapat dikatakan sebagai
penyempurnaan sistem periodik Mendeleyev.
Sistem periodik bentuk panjang terdiri atas lajur vertikal (golongan) dan lajur
horizontal (periode). Golongan disusun menurut kemiripan sifat, sedangkan periode
disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya.
Golongan ditulis dengan angka Romawi, terdiri atas 19 golongan. Unsur-unsur yang
berada pada lajur vertikal dikelompokkan dalam satu golongan. Unsur-unsur yang
berada dalam satu golongan mempunyai persamaan sifat karena mempunyai elektron
valensi (elektron di kulit terluar) yang sama.
Pada sistem unsur periodik modern (sistem periodik panjang) ada delapan golongan
utama dan delapan golongan transisi.
Golongan IIA : Alkali tanah terdiri atas unsur-unsur Be, Mg, Ca, Sr,
Ba, dan Ra
Golongan VIIIA : Gas mulia terdiri atas unsur-unsur He, Ne, Ar, Kr,
Xe dan Rn
Unsur yang berada dalam satu golongan mempunyai kemiripan sifat atau hampir sama. Hal
ini karena elektron valensi unsur-unsur tersebut sama. Misalnya pada golongan IA bersifat
logam lunak, mudah bereaksi dengan air, dan warnanya putih seperti perak.
3Li 2. 1 1
11Na 2. 8. 1 1
19K 2. 8. 8. 1 1
37Rb 2. 8. 18. 8. 1 1
Unsur transisi yang mengisi periode empat merupakan unsur logam, misalnya krom, besi,
nikel, tembaga, dan seng. Unsur-unsur logam dan unsur non logam dibatasi secara tegas
dengan garis tebal.
Dalam tabel periodik. Unsur-unsur yang kurang reaktif berada di tengah. Natrium (Na) dan
Kalium (K) merupakan dua unsur logam yang sangat reaktif, terletak di daerah paling kiri.
Logam-logam reaktif lainnya berada pada golongan II. Logam-logam yang kurang reaktif
berada di tengah pada tabel periodik tersebut, misalnya besi (Fe) dan tembaga (Cu).
Unsur unsur non logam yang tidak reaktif pada sistem periodik berada di tengah, yaitu
karbon (C), silikon (Si), belerang (S) dan oksigen (O) yang terletak di sisi kanannya
bersifat lebih reaktif. Unsur-unsur nonlogam yang paling reaktif yaitu flourin (F) dan
klorin (Cl). Kedua unsur itu terletak pada sisi kanan atas sistem periodik.
Nama golongan yang sesui dengan letak golongan pada sistem periodik unsur modern
yaitu .
6. 1), dan 2)
7. 2), dan 3)
8. 3), dan 4)
9. 3), dan 5)
10. 4), dan 5)
8. Suatu unsur mempunyai konfigurasi elektron 2. 8. 18. 7. Unsur tersebut terletak pada
golongan .
1. IA
2. IIA
3. VA
4. VIA
5. VIIA
9. Ion Sr2+ mempunyai konfigurasi elektron 2. 8. 18. 8. Unsur tersebut terletak pada periode
.
1. 3
2. 4
3. 5
4. 6
5. 7
10. Periode dalam sistem periodik unsur menyatakan banyaknya .
1. Elektron pada kulit terluar
2. Neutron dalam inti
3. Kulit elektron
4. Orbital elektron
5. Proton dalam inti
1. Mssa Atom Relatif (Ar) dan Sifat Keperiodikan Unsur
Unsur-unsur dalam sistem periodik disusun berdasarkan kenaikan nomor atom. Kenaikan
tersebut menentukan sifat fisik dan sifat kimia unsur. Selain nomor atom, unsur dalam sistem
periodik dilengkapi dengan nomor massa yang menunjukkan massa atom relatif dari unsur
tersebut.
Pada tahun 1825, Jons Jacob Berzelius ahli kimia berkebangsaan Swedia, mendefenisikan
massa atom suatu unsur sebagai perbandingan massa satu unsur tersebut terhadap massa
satu atom hidrogen. Jika massa atom karbon = 12, berarti massa satu atom karbon 12 kali
lebih besar daripada massa satu atom hidrogen.
Atom karbon merupakan atom paling stabil dibandingkan atom-atom lain. Oleh karena
itu, atom karbon paling cocok digunakan sebagai standar penentuan harga massa atom
unsur-unsur.
Sejak tahun 1961, IUPAC telah mendefenisikan massa atom relatif (Ar) suatu unsur.
Menurut IUPAC, massa atom relatif adalah perbandingan massa satu atom unsur tersebut
terhadap kali massa satu atom karbon- 12 (C 12). Defenisi tersebut dirumuskan sebagai
berikut;
x massa 1 atom C 12
Adapun penentuan massa satu molekul senyawa digunakan istilah massa molekul relatif
(Mr). Massa molekul relatif adalah perbandingan massa satu molekul senyawa terhadap
massa satu atom C 12.
Mr X =
Massa molekul relatif mempunyai kesamaan dengan massa rumus relatif, yaitu sama-
sama mempunyai lambang Mr. perbedaan terletak pada partikel penyusunnya. Partikel
penyusun massa molekul relatif berupa molekul atau senyawa. Sementara itu, massa
rumus relatif partikel penyusunnya berupa ion-ion. Harga Mr suatu senyawa merupakan
jumlah total Ar unsur-unsur penyusun senyawa tersebut.
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit elektron terluar.
1. Dalam satu golongan dari atas ke bawah, jari-jari atom smakin besar.
Dalam satu golongan dari atasb ke bawah, kulit atom bertambah (ingat
jumlah kulit = nomor periode), sehingga jari-jari atom juga bertambah
besar.
2. Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari atom semakin kecil.
Dari kiri ke kanan, jumlah kulit tetap tetapi muatan inti (nomor atom) dan
jumlah elektron pada kulit bertambah. Hal tersebut mengakibatkan gaya
tarik menarik antara inti dengan kulit elektron semakin besar. Oleh
karena itu, jari-jari atom semakin kecil.
2. Energi Ionisasi
Energi ionisasi merupakan ukuran mengenai mudah dan tidaknya suatu atom
untuk menjadi ion positif. Apabila atom mudah melepaskan elektron (mempunyai
energi ionisasi kecil), atom tersebutmudah menjadi ion positif. Apabila atom
sukar melepaskan elektron (mempunyai energi ionisasi besar), atom tersebut
sukar bermuatan positif. Misalnya energi ionisasi Li lebih besar dibanding Na
maka Li lebih sukar bermuatan bermuatan positif dibanding Na. perhatikan
penjelasan berikut;
(2. 1) (2)
(2. 8. 1) (2. 8)
Harga energi ionisasi dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu muatan inti dan jari-jari
atom.
1. Muatan inti, semakin besar muatan inti, semakin besar pula tarikan inti
terhadap elektron. Akibatnya elektron sukar lepas sehingga energi yang
diperlukan untuk melepaskannya besar.
2. Jari-jari atom, semakin kecil jari-jari atom, jarak antara inti dan elektron
semakin pendek. Dengan demikian, tarikan terhadap elektron semakin
kuat sehingga energi ionisasinya semakin besar.
Besarnya energi ionisasi unsur-unsur dalam keperiodikan dapat
disimpulkan sebagai berikut;
3. Dari atas ke bawah dalam satu golongan, jari-jari atom bertambah. Hal ini
mengakibatkan daya tarik inti terhadap elektron terluar semakin kecil.
Elektron semakin mudah dilepas dan energi yang diperlukan untuk
melepaskannya semakin kecil.
4. Dari kiri ke kanan dalam satu periode, daya tarik inti terhadap elektron
semakin besar. Oleh karena itu, elektron semakin sukar dilepas. Energi
yang diperlukan untuk melepaskan elektron tentunya semakin besar.
3. Afinitas Elektron
Afinitas elektron adalah besarnya energi yang dibebaskan satu atom netral dalam
wujud gas. Pembebasan energi ini terjadi pada waktu menerima satu elektron
sehingga terbentuk ion negatif. Afinitas elektron merupakan ukuran mengenai
mudah atau tidaknya suatu atom menjadi ion negatif. Apabila atom menangkap
elektron, atom bermuatan negatif. Semakin besar energi yang dilepaskan suatu
atom, semakin mudah atom-atom tersebut menangkap elektron.
Misalnya, atom Cl akan menjadi ion negatif (ion Cl ) jika menangkap elektron.
(2. 8. 7) (2. 8. 8)
Apabila ion negatif yang terbentuk stabil, energi dibebaskan dan dinyatakan
dengan tanda negatif (-). Apabila ion negatif yang terbentuk tidak stabil, eneri
diperlukan atau diserap dan dinyatakan dengan tanda positif (+).
4. Keelektronegatifan
Energi ionisasi dan afinitas elektron berkaitan dengan besarnya daya tarik
elektron. Semakin besar daya tarik elektron semakin besar energi ionisasi dan
afinitas elektronnya. Jadi suatu unsur (misalnya flourin) yang mempunyai energi
ionisasi dan afinitas elektron besar, keelektronegatifannya juga besar. Semakin
besar keelektronegatifan unsur cenderung semakin mudah membentuk ion
negatif. Semakin kecil keelektronegatifan, unsur cenderung semakin sulit
membentuk ion negatif, tetapi semakin mudah membentuk ion positif.
UJI KOMPETENSI
Antara dua atom atau lebih dapat saling berinteraksi dan membentuk molekul. Interaksi
ini selalu disertai dengan pelepasan energi. Adapun gaya-gaya yang menahan atom-atom
dalam molekul merupakan suatu ikatan yang dinamakan ikatan kimia. Ikatan kimia
terbentuk karena unsur-unsur cenderung membentuk struktur elektron stabil. Struktur
elektron stabil yang dimaksud yaitu struktur elektron gas mulia (golongan VIIIA).
Walter Kossel, dan Gilbert Lewis pada tahun 1916 menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara stabilnya gas mulia dengan cara atom berikatan. Mereka mengemukakan bahwa
jumlah elektron terluar dari dua atom yang berikatan, akan berubah sedemikian rupa
sehingga susunan elektron kedua atom tersebut sama dengan susunan elektron gas mulia
atau konfigurasi elektron gas mulia atau 8 elektron pada kulit terluar disebut kaidah oktet.
Sementara itu, atom-atom yang mempunyai nomor atom kecil dari hidrogen sampai
dengan boron cenderung memiliki konfigurasi elektron gas helium atau mengikuti kaidah
duplet.
Elektron yang berperan dalam reaksi kimia yaitu elektron pada kulit terluar atau elektron
valensi. Elektron valensi menunjukkan kemampuan suatu atom untuk berikatan dengan
atom lain.
Unsur-unsur dari golongan alkali dan alkali tanah, untuk mencapai kestabilan cenderung
melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion positif. Unsur-unsur yang
mempunyai kecenderungan membentuk ion positif termasuk unsur elektropositif. Unsur-
unsur dari golongan halogen dan khalkogen mempunyai kecenderungan menangkap
elektron untuk mencapai kestabilan sehingga membentuk ion negatif. Unsur-unsur yang
demikian termasuk unsur elektronegatif.
Contoh;
Atom-atom yang belum stabil yaitu unsur-unsur selain gas mulia. Unsur ini selalu
berusaha untuk mencapai keadaan yang stabil. Agar dapat mencapai struktur
elektron seperti gas mulia, antar unsur melakukan hal-hal berikut;
1. Perpindahan elektron dari satu atom ke atom lain (serah terima elektron)
3. Ikatan logam
4. Ikatan hidrogen
5. Ikatan Van der Waals
Ikatan ion yaitu ikatan yang terbentuk sebagai akibat adanya gaya tarik-menarik antara
ion positif dan ion negatif. Ion positif terbentuk karena unsur logam melepaskan
elektronnya. Sedangkan ion negatif terbentuk karena unsur non logam menerima
elektron. Ikatan ion terjadi karena adanya serah-terima elektron. Pada saat terjadi
pelepasan elektron, atom tersebut berubah menjadi sebuah kation (ion positif) karena
kelebihan muatan positif. Energi ionisasi diperlukan untuk melepas sebuah elektron.
Berbeda antara atom satu dengan lainnya.
Pada umumnya, atom-atom dari unsur logam memiliki energi ionisasi yang lebih rendah.
Oleh karena itu unsur-unsur tersebut, cenderung melepas elektron dan berubah menjadi
kation. Sebagai contoh unsur natrium (Na) mudah melepaskan satu elektron menjadi ion
natrium (Na+). Sementara itu atom-atom dari unsur non logam memiliki afinitas elektron
yang tinggi sehingga cenderung untuk menangkap elektron. Saat terjadi penangkapan
elektron, atom tersebut berubah menjadi anion (ion negatif). Misalnya atom klor (Cl)
mudah menangkap satu elektron dan menjadi ion klorida (Cl).
KLM
Na Na+ + e
Cl + eCl
Na + Cl Na+ + Cl
Ikatan ion mudah terjadi jika atom-atom suatu unsur mempunyai perbedaan
elektronegativitas yang besar ( lebih besar dari 1,7). Menurut Pauling, jika perbedaan
elektronegativitas semakin besar, ikatan kimia yang terbentuk semakin bersifat ionik.
Pada umumnya ikatan ion terjadi antara unsur-unsur golongan IA dan IIA (unsur logam)
dengan unsur-unsur golongan VIIA dan VIA ( unsur nonlogam).
1. Pernyataan di bawah ini yang sesuai dengan sifat-sifat senyawa ion yaitu .
1. Dalam bentuk padatan bersifat konduktor
2. Titik didih dan titik lelehnya relatif rendah
3. Dalam bentuk leburan bersifat isolator
4. Larut dalam pelarut nonpolar
5. Dalam bentuk larutan bersifat konduktor
2. Unsur Y mempunyai konfigurasi elektron 2. 8. 2. Unsur ini lebih mudah membentuk
ikatan ion dengan unsur lain yang mempunyai konfigurasi elektron .
1. 2. 8. 1
2. 2. 8. 4
3. 2. 8. 5
4. 2. 8. 6
5. 2. 8. 7
Ikatan kovalen dapat terjadi antara unsur nonlogam dengan unsur nonlogam lain
dengan cara pemakaian bersama pasangan elektron. Jadi secara langsung ikatan
ini bersifat nonelektrostatik. Adakalanya dua atom dapat menggunakan lebih dari
satu pasang elektron. Apabila yang digunakan bersama dua pasang atau tiga
pasang maka akan terbentuk ikatan kovalen rangkap dua atau rangkap tiga.
Jumlah elektron valensi yang digunakan untuk berikatan tergantung pada
kebutuhan tiap atom untuk mencapai konfigurasi elektron seperti gas mulia
(kaidah oktet atau duplet).
Tanda ini menggambarkan elektron valensi atom yang bersangkutan. Oleh karena
itu, rumus ini sering disebut sebagai rumus elektron atau titik elektron.
Dalam ikatan kovalen normal digunakan dasar pemakaian bersama pasangan elektron.
Dalam hal ini pasangan elektron tersebut berasal dari kedua atom. Jumlah ikatan yang
terdapat dalam suatu molekul dapat diramalkan dengan menghitung jumlah elektron yang
digunakan bersama-sama, selain itu juga, jumlah dan jenis atom yang membentuk
molekul. Oleh karena itu, dalam ikatan ini dikenal adanya ikatan kovalen tunggal, ikatan
kovalen rangkap dua, dan kovalen rangkap tiga.
Ikatan kovalen tunggal adalah ikatan kovalen yang terjadi karena penggunaan
bersama satu pasang elektron, ikatan ini digambarkan dengan satu garis lurus.
Contoh:
Ikatan kovalen rangkap dua adalah ikatan kovalen yang terjadi karena
penggunaan bersama dua pasang elektron. Ikatan ini digambarkan dengan dua
garis lurus.
Contoh;
O = O O2
Ikatan kovalen rangkap tiga adalah ikatan kovalen yang terjadi karena
penggunaan bersama tiga pasang elektron. Ikatan ini digambarkan dengan tiga
garis lurus.
Contoh;
N N N2
Ikatan kovalen koordinasi yaitu ikatan kovalen dimana pasangan elektron yang
digunakan bersama berasal dari salah satu atom yang berikatan. Ikatan kovalen
koordinasi dapat terjadi antara suatu atom yang mempunyai pasangan elektron bebas dan
sudah mencapai konfigurasi oktet dengan atom lain. Atom lain ini membutuhkan dua
elektron dan belum mencapai konfigurasi oktet.
Pada senyawa HCl, pasangan elektron milik bersama akan lebih dekat pada Cl karena
daya tarik terhadap elektronnya lebih besar dibandingkan H. Hal itu menyebabkan
terjadinya polarisasi pada ikatan H Cl. Atom Cl lebih negatif daripada atom H, hal
tersebut menyebabkan terjadinya ikatan kovalen polar.
3. Contoh;
1. Senyawa kovalen polar; HCl, HBr, HI, HF, H2O, NH3.
2. Senyawa kovalen nonpolar; H2, O2, Cl2, N2, CH4, C6H6, BF3.
Pada ikatan kovalen yang terdiri lebih dari dua unsur, kepolaran senyawanya
ditentukan beberapa hal berikut;
=dxl
Keterangan;
l = jarak dalam cm
1. Bentuk molekul. Jika bentuk molekulnya simetris maka senyawanya bersifat nonpolar,
sedangkan jika bentuk molekulnya tidak simetris maka biasanya senyawanya bersifat
polar.
2. Jika molekul terdiri atas dua buah unsur.
1. Jika kedua unsur itu sejenis ikatannya nonpolar
3. Jika molekul terdiri atas tiga atau lebih unsur yang berbeda.
1. Jika atom yang berada di tengah molekul (atom pusat) mempunyai pasangan
elektron bebas sehingga pasangan elektron ikatan akan tertarik ke salah satu
atom, ikatannya polar.
2. Jika atom pusat tidak mempunyai pasangan elektron bebas sehingga pasangan
elektron tertarik sama kuat ke seluruh atom, ikatannya nonpolar.
1. Pada suhu kamar umumnya berupa gas (misalnya H2, O2, N2, Cl2, dan CO2 ), cair
(misalnya H2O dan HCl), ataupun berupa padatan.
2. Titik didih dan titik lelehnya rendah, karena gaya tarik-menarik antara molekulnya lemah
meskipun ikatan antar atomnya kuat
3. Larut dalam pelarut nonpolar dan beberapa diantaranya dapat berinteraksi dengan pelarut
polar
4. Larutannya dalam air ada yang menghantarkan arus listrik (misal HCl) tetapi sebagian
besar tidak dapat menghantarkan arus listrik, baik padatan, leburan, atau larutannya.
Anda dapat memprediksi ikatan kimia apabila mengetahui konfigurasi elektron dari atom unsur
tersebut (elektron valensinya). Berdasarkan elektron valensi, akan diketahui jumlah kekurangan
elektron masing-masing unsur untuk mencapai kaidah oktet (kestabilan struktur seperti struktur
elektron gas mulia).
Jarak antara dua inti atom yang berikatan disebut panjang ikatan, sedangkan energi yang
diperlukan untuk memutuskan ikatan disebut energi ikatan. Pada pasangan unsur yang sama,
ikatan tunggal merupakan ikatan yang paling lemah dan paling panjang. Semakin banyak
pasangan elektron milik bersama maka semakin kuat ikatan. Namun, panjang ikatannya semakin
kecil atau pendek.
Contoh;
Ikatan : N N N N N N
1. Ikatan Logam
Dalam bentuk padat, atom-atom logam tersusun dalam susunan yang sangat rapat (closly
packed). Susunan logam terdiri atas ion-ion logam dalam larutan elektron. Dalam
susunan seperti ini elektron valensinya relatif bebas bergerak dan tidak terpaku pada
salah satu inti atom. Ikatan logam terjadi akibat interaksi antara elektron valensi yang
bebas bergerak dengan inti atau kation-kation logam yang menghasilkan gaya tarik.
1. Rumus Kimia
Rumus kimia adalah lambang molekul unsur atau senyawa yang menyatakan jenis dan
jumlah relatif atom-atom yang terdapat dalam suatu zat.
Contoh;
1. Molekul gas oksigen terdiri atas 2 atom O. Rumus kimia gas oksigen adalah O2
2. Molekul air terdiri atas 2 atom hidrogen (indeks H = 2) dan 1 atom oksigen.
Rumus kimia air adalah H2O dan lambangnya ditulis H2O.
3. Molekul asam cuka terdiri atas 2 atom karbon, 4 atom hidrogen, dan 2 atom
oksigen. Rumus kimia asam cuka adalah CH3COOH.
4. Rumus kimia amonium sulfat adalah (NH4)2SO4. Artinya setiap molekul
amonium sulfat terdiri atas 2 atom nitrogen (N), 8 atom hidrogen (H), 1 atom
belerang (S), dan 4 atom oksigen (O).
Rumus kimia sering dinyatakan dalam rumus molekul dan rumus empiris. Rumus
molekul adalah rumus kimia yang menyatakan jenis dan jumlah atom yang
membentuk molekul senyawa. Rumus empiris atau rumus perbandingan
menyatakan perbandingan paling sederhana jumlah atom-atom penyusun senyawa
tersebut.
Sistem penamaan senyawa kimia dibedakan menjadi dua, yaitu penamaan untuk senyawa
organik dan senyawa anorganik. Penamaan senyawa-senyawa ini didasarkan pada rumus
kimia dengan aturan-aturan tertentu. Aturan penamaan senyawa anorganik adalah,
Aturan penamaan;
Contoh;
Yb- = anion
Mg2+ + Cl MgCl2
Ag+ + Br AgBr
Mono :1
Di :2
Tri :3
Tetra : 4
Penta :5
Heksa : 6
Hepta :7
Okta : 8
Nona : 9
Deka : 10
Contoh;
CO = karbon monoksida
(NH4+) yang bertindak sebagai kation. Penamaan senyawa poliatom sama dengan
aturan penamaan senyawa biner logam dan nonlogam. Naqmun terdapat
perbedaan pada penamaan anionnya sebagai berikut.
1. Anion yang terdiri dari atom penyusun yang sama, untuk jumlah oksigen
yang lebih sedikit diberi akhiran-it, dan untuk jumlah oksigen yang lebih
banyak diberi akhiran-at.
Contoh;
SO32- : sulfit
SO42- : sulfat
Nama unsur + akhiran it, nama unsur + akhiran at, sampai per + nama
unsur + akhiran at.
Contoh:
ClO : hipoklorit
ClO2 : klorit
ClO3 : klorat
ClO4 : perklorat
Contoh:
MgSO4.
Asam adalah zat yang di dalam air larut dan terurai menghasilkan ion hidrogen
(H+) dan ion negatif. Semua asam diberi nama dengan awalan asam yang diikuti
nama ion negatifnya.
Contoh:
HF = asam fluorida
Basa ditandai dengan adanya ion hidroksida (OH). Penamaan basa selalu diakhiri
dengan anion hidroksida.
Oksida adalah senyawa berupa unsur dan oksigen yang terbentuk pada peristiwa
oksidasi. Secara umum oksida dibedakan menjadi oksida logam dan oksida
nonlogam. Berdasarkan sifat-sifatnya, oksida dibagi menjadi oksida basa, oksida
asam, oksida amfoter, oksida indifferen, dan peroksida.
1. Oksida basa adalah oksida logam yang dengan air akan menghasilkan basa
atau hidroksida.
2. Oksida asam adalah oksida nonlogam yang bereaksi dengan air akan
menghasilkan asam.
Contoh: CO2 + H2O H2CO3
3. Oksida amfoter adalah oksida logam atau nonlogam yang dapat bersifat
sebagai oksida asam atau oksida basa.
4. Oksida Indifferen adalah oksida logam atau nonlogam yang tidak bersifat
sebagai oksida asam ataupun oksida basa.
Pemberian nama senyawa oksida berdasarkan IUPAC (International Union Of Pure Applied
Chemistry) sebagai berikut.
1. Untuk senyawa oksida yang tersusun atas unsur yang mempunyai bilangan oksidasi
hanya satu macam, pemberian nama dilakukan dengan menyebutkan nama unsurnya
yang kemudian dibutuhkan kata oksida.
Contoh:
1. Senyawa Al2O3 tersusun atas unsur Al yang hanya mempunyai bilangan oksidasi
+3 dinamai senyawa aluminium oksida.
2. Senyawa Na2O yang tersusun atas unsur Na yang hanya mempunyai bilangan
oksidasi +1 dinamai senyawa natrium oksida.
2. Untuk oksida yang tersusun atas unsur logam yang mempunyai bilangan oksidasi lebih
dari satu macam, pemberian nama dilakukan dengan menyebutkan nama unsur logamnya
yang diikuti dengan tingkat bilangan oksidanya yang ditulis dengan angka Romawi
dalam kurung dan diikuti kata oksida.
Contoh:
1. Senyawa oksida tembaga dapat terbentuk dari unsur tembaga yang mempunyai
bilangan oksidasi +1 (Cu2O) dan +2(CuO), sehingga senyawa Cu2O dinamakan
senyawa tembaga (I) oksida dan senyawa CuO dinamakan senyawa tembaga (II)
oksida.
2. Senyawa oksida besi dapat terbentuk dari unsur besi yang mempunyai bilanagan
oksidasi +2 (FeO) dan +3 (Fe2O3), sehingga senyawa FeO dinamakan besi (II)
oksida dan senyawa Fe2O3 dinamakan besi (III) oksida.
3. Untuk senyawa oksida yang tersusun atas unsur nonlogam yang mempunyai bilangan
oksidasi lebih dari satu macam, pepberian nama dilakukan dengan menyebutkan jumlah
atom unsur dan oksida yang terikat pada unsur dengan awalan .
Contoh:
1. Senyawa oksida klor dapat terbentuk dari unsur klor yang mempunyai bilangan
oksidasi +1(Cl2O), +5(Cl2O5), dan +7(Cl2O7), sehingga nama senyawa tersebut
berturut-turut adalah diklor monoksida, diklor pentaoksida dan diklor
heptaoksida.
2. Senyawa oksida nitrogen dapat terbentuk dari unsur nitrogen yang mempunyai
bilangan oksidasi +1 (N2O), +2 (NO), +4 (NO2), dan +5 (N2O5), sehingga
senyawa N2O5 dinamakan dinitrogen pentaoksida.
3. Tata Nama Senyawa Hidrat
Beberapa senyawa yang berwujud kristal mampu mengikat air dari udara atau
bersifat higroskopis, sehingga kristal senyawa tersebut mengandung air kristal .
Senyawa yang mengandung air kristal disebut hidrat. Kristal hidrat tidak berair
karena molekul air terkurung rapat dalam kristal senyawa. Senyawa hidrat dibeeri
nama dengan menambahkan angka Yunani yang menyatakan banyaknya air
kristal hidrat diakhir nama senyawa tersebut.
Contoh:
Beberapa senyawa kimia yang serin ditemui dalam kehidupan sehari- hari sebagai
berikut.
7. I, IV, VI
8. I, III,IV
9. II, III, V
10. II, IV,VI
11. III,V, VI
1. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi menggambarkan reaksi kimia yang terdiri atas rumus kimia pereaksi
(reaktan) dan hasil reaksi (produk) yang dipisahkan dengan tanda () disertai
koefisiennya masing-masing.
Prinsip yang mendasari penulisan persamaan reaksi adalah hukum kekekalan massa oleh
Lavoisier. Hukum ini menyatakan bahwa massa sebelum reaksi sama dengan massa
ssudah reaksi. Dengan demikian, persamaan reaksi disetarakan dengan syarat-syarat
sebagai berikut.
Contoh : A + B C + D
Contoh:
2H2O + O2 2H2O
5. Pada reaksi yang kompleks, penyetaraan reaksi dilakukan dengan cara aljabar,
yaitu dengan menggunakan variabel-variabel sebagai koefisien senyawa.
Contoh:
3a = a + e
2a = e
a + 2b = 2(2a)
2b = 4a a
2b = 3a
b=a
atom S : b = d = a
6. Wujud zat-zat yang terlibat reaksi harus dinyatakan dalam tanda kurung setelah
rumus kimia. Wujud zat dalam persamaan reaksi disingkat dengan:
(g) : gas
Contoh:
1. Hidrogen
2. Asetilen
3. Amonia
4. Nitrogen
5. Karbon dioksida
BAB V HUKUM DASAR KIMIA
Hukum kekekalan massa menyatakan bahwa, Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi
adalah tetap.
Proust mengemukakan teorinya yang dikenal dengan hukum perbandingan tetap yang
berbunyi; Perbandingan massa unsur-unsur penyusun suatu senyawa selalu tetap
Contoh:
Jika 4 gram hidrogen dengan 40 gram oksigen, berapa gram air yang terbentuk?
Penyelesaian:
Pada kasus ini oksigen yang dicampurkan tidak bereaksi semuanya, oksigen masih
bersisa sebanyak (40 32) gram = 8 gram
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut adalah zat yang
terdispersi ( tersebar secara merata ) dalam zat pelarut.Zat terlarut mempunyai jumlah yang lebih
sedikit dalam campuran. Ini biasa di sebut dengan solute. Sedangkan zat pelarut adalah zat yang
mendispersi atau ( fase pendispersi ) komponen komponen zat terlarut. Zat pelarut mempunyai
jumlah yang lebih banyak dalam campuran. Zat pelarut di sebut solvent.
Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak menyala pada
alat uji. Larutan yang menunjukan gejala gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam
larutan nonelektrolit.
Laruta elektrolit kuat adalah larutan yang banyak menghasilkan ion ion karena terurai
sempurna, maka harga derajat ionisasi ( ) = 1. Banyak sedikit elektrolit menjadi ion dinyatakan
dengan derajat ionisasi ( ) yaitu perbandingan jumlah zat yang menjadi ion dengan jumlah zat
yang di hantarkan. Yang tergolong elektrolit kuat adalah :
Ciri ciri daya hantar listrik larutan elektrolit kuat yaitu lampu pijar akan menyala terang dan
timbul gelembung gelembung di sekitar elektrode. Larutan elektrolit kuat terbentuk dari
terlarutnya senyawa elektrolit kuat dalam pelarut air. Senyawa elektrolit kuat dalam air dapat
terurai sempurna membentuk ion positif ( kation ) dan ion negatif (anion). Arus listrik
merupakan arus electron. Pada saat di lewatkan ke dalam larutan elektrolit kuat, electron tersebut
dapat di hantarkan melalui ion ion dalam larutan, seperti ddihantarkan oleh kabel. Akibatnya
lampu pada alat uji elektrolit akan menyala. Elektrolit kuat terurai sempurna dalam larutan.
Contoh : HCl, HBr, HI, HNO3, H2SO4, NaOH, KOH, dan NaCL.
Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga derajat
ionisasi sebesar 0 < > 1. Larutan elektrolit lemah mengandung zat yang hanya sebagian kecil
menjadi ion ion ketika larut dalam air. Yang tergolong elektrolit lemah adalah :
Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik karena zat
terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion ion ( tidak mengion ). Yang
tergolong jenis larutan ini adalah larutan urea, larutan sukrosa, larutan glukosa, alcohol dan lain
lain.
Asam:
Ion H+ menyebabkan:
Mengubah warna lakmus biru menjadi merah
Memberi rasa asam
Bereaksi dengan logam dan basa
Contoh asam dalam kehidupan sehari-hari:
Asam sitrat (pada jeruk dan anggur)
Asam asetat (cuka)
Asam askorbat (vitamin C)
Asam sulfat (air aki)
Basa:
Memberi rasa pahit
Contoh basa dalam kehidupan sehari-hari:
Natrium bikarbonat (Soda kue)
Amonia (untuk pupuk)
Natrium hidroksida (pada pembersih oven)
Asam/Basa Lemah:
o Konsentrasi H+ dari asam dan OH- dari basa bergantung pada derajat ionisasi ()dan tetapan ionisasi (Ka
(asam) atau Kb (basa))
[H+] = Ka.C asam
[OH-]= Kb.C basa
pH = - log [H+] pH + pOH = 14
pOH = - log [OH-]
REAKSI NETRALISASI
Konsep paling mendasar dan praktis dalam kimia asam basa tidak diragukan lagi adalah
netralisasi. Fakta bahwa asam dan basa dapat saling meniadakan satu sama lain telah dikenal
baik sebagai sifat dasar asam basa sebelum perkembangan kimia modern.
Reaksi netralisasi berawal dari teori tentang teori asam basa yang di kemukakan oleh Arhennius,
bronted lowry dan Lewis.menurut arhenius asam adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan
dalam air akan melepaskan ion H+ dan basa adalah suatu senyawa yang jika dilarutkan dalam air
akan melepaskan ion OH-. Menurut bronsted lowry asam adalah suatu zat yang memberikan
proton sedangkan basa adalah akseptor proton. Dalam praktikum netralisasi kita akan
menggunakan teori bronsted lowry karena teorinya lebih mendasar.
Titrasi asam basa adalah penetapan kadar suatu zat (asam atau basa) berdasarkan atas reaksi
asam basa.bila titran digunakan lrutan asam baku maka penetapan tersebut dinamakan
ASIDIMETRI, sedangkan apabila larutan bakunya basa sebagai titran maka penetapan itu
disebut ALKALIMETRI. Reaksi netralisasi adalah suatun reaksi antara senyawa asam dan
senyawa basa dengan menggunakan indikator tertentu untuk menjadikannya suatu senyawa
netral. Pada percobaan netralisasi ini lakukan percobaan asidimetri,alkalimetri dan titrasi bebas
air.
Ketika jumlah yang sama dari asam kuat seperti asam klorida dicampur dengan basa kuat seperti
natrium hidroksida, hasilnya adalah larutan netral. Produk reaksi tidak memiliki karakteristik
baik asam atau basa. Berikut adalah persamaan reaksi keseimbangan molekul.
Reaksi kimia yang terjadi dalam larutan air yang lebih akurat diwakili dengan persamaan reaksi
ion bersih. Persamaan ionik lengkap untuk netralisasi asam klorida dengan natrium hidroksida
ditulis sebagai berikut:
Karena asam dan basa keduanya kuat, mereka sepenuhnya terionisasi dan seterusnya ditulis
sebagai ion, seperti NaCl terbentuk sebagai produk. Ion-ion natrium dan ion klorida adalah ion
spektator dalam reaksi, sehingga menghasilkan reskai berikut sebagai reaksi ionik bersih.
H+ + OH H2O
Semua reaksi netralisasi asam kuat dengan basa kuat adalah reaksi ionik bersih ion hidrogen
digabung dengan ion hidroksida untuk menghasilkan air.
Bagaimana jika asam adalah asam diprotik seperti asam sulfat? Persamaan molekul yang
setimbang sekarang melibatkan rasio 01:02 antara asam dan basa.
Agar reaksi menjadi netralisasi penuh, mol NaOH dua kali lebih banyak harus bereaksi dengan
H2SO4. Garam natrium sulfat larut, dan seterusnya reaksi ionik bersih sama lagi. Rasio mol
yang berbeda terjadi karena asam poliprotik lainnya atau basa dengan beberapa hidroksida
seperti Ca(OH)2.
2) Mencampurkan suatu asam lemah dengan basa kuat dimana asam lemah dicampurkan
dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa
konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Contoh :
100 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan NaOH 0,1 M
Jumlah mol CH3COOH = 100 mL x 0,1 mmol/mL = 10 mmol
jumlah mol NaOH = 50 mL x 0,1 mmol/mL = 5 mmol
Campuran akan bereaksi menghasilkan 5 mmol NaCHCOO, sedangkan CH3COOH
bersisa 5 mmol, dengan rincian sebagai berikut :
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) -------> NaCH3COO(aq) + H2O (l)
atau reaksi ion
CH3COOH (aq) + OH- --------> CH3COO- (aq) + H2O (l)
mula-mula : 10 mmol 5 mmol -
reaksi : -5 mmol - 5 mmol + 5 mmol
akhir : 5 mmol - 5 mmol
Campuran merupakan buffer karena mengandung CH3COOH (asam lemah ) dan
CH3COO- ( basa konjugasi dari CH3COOH)
2) Mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat di mana basa lemahnya
dicampurkan berlebih.
Contoh :
50 mL NH3 0,2 M ( = 10 mmol ) dicampur dengan 50 mL HCl 0,1 M ( = 5 mmol).
Campuran akan bereaksi menghasilkan 5 mmol NH4Cl (NH4+) sedangkan NH3 bersisa 5
mmol dengan rincian sebagai berikut :
NH3 (aq) + HCl (aq) --------> NH4Cl (aq)
Atau dengan reaksi ion :
NH3 (aq) + HCl (aq) --------> NH4+ (aq)
Mula-mula : 10 mmol 5 mmol
Reaksi : -5 mmol -5 mmol + 5 mmol
Akhir : 5 mmol 5 mmol
Jadi, campuran merupakan buffer karena mengandung NH3 ( basa lemah) dan
NH4+ (asam konjugasi NH3
HIDROLISIS GARAM
A. Pengertian
Sebagaimana kita ketahui bahwa jika larutan asam direaksikan dengan larutan basa akan
membentuk senyawa garam.
Jika kita melarutkan suatu garam ke dalam air, maka akan ada dua kemungkinan yang
terjadi, yaitu:
1. Ion-ion yang berasal dari asam lemah (misalnya CH3COO, CN, dan S2) atau ion-ion
yang berasal dari basa lemah (misalnya NH4 +, Fe2+, dan Al3+) akan bereaksi dengan
air. Reaksi suatu ion dengan air inilah yang disebut hidrolisis.
Contoh:
2. Ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl, NO3, dan SO42) atau ion-ion yang
berasal dari basa kuat (misalnya Na+, K+, dan Ca2+) tidak bereaksi dengan air atau tidak terjadi
hidrolisis.
Hal ini dikarenakan ion-ion tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk
asam atau basa asalnya. (Ingat kembali tentang kekuatan asam-basa!)
Hidrolisis hanya dapat terjadi pada pelarutan senyawa garam yang terbentuk dari ion-ion
asam lemah dan ion-ion basa lemah.
Jadi, garam yang bersifat netral (dari asam kuat dan basa kuat) tidak terjadi hidrolisis.
Jika suatu garam dari asam lemah dan basa kuat dilarutkan dalam air, maka kation dari
basa kuat tidak terhidrolisis sedangkan anion dari asam lemah akan mengalami hidrolisis.
Jadi garam dari asam lemah dan basa kuat jika dilarutkan dalam air akan mengalami
hidrolisis parsial atau hidrolisis sebagian.
Contoh:
A + H2O HA + OH
pH = 14 pOH
Garam dari asam kuat dan basa lemah jika dilarutkan dalam air juga akan mengalami
hidrolisis sebagian. Hal ini disebabkan karena kation dari basa lemah dapat terhidrolisis,
sedangkan anion dari asam kuat tidak mengalami hidtrolisis.
Contoh:
NH4Cl NH4+ + Cl
NH4+ + H2O NH4OH + H+
Cl + H2O tidak terjadi reaksi
M+ + H2O MOH + H+
pH = -log [H+]
Hasil kali kelarutan(Ksp)= hasil kali konsentrasi ion-ion dalam larutan jenuh dipangkatkan
koefisien masing-masing.
Reaksi
Rumus Ksp Ksp =
Ksp =
(S) =
Pengendapan:-Mengendap jika hasil kali ion-ion pangkat koefisien>Ksp (larutan lewat jenuh)
-belum mengendap jika hasil kali ion-ion pangkat koefisien < Ksp (larutan tidak jenuh)
Soal
1. Jika kelarutan kelarutan CaF2 dalam air sama dengan mol/L maka nilai Ksp bagi garam ini
adalah
Penyelesaian:
s s 2s
Ksp = (Ca2+)(F-)2
= s . (2s)2 = 4s3
= 11 . 22 . (S)1+2 = 4s3
Soal
Bila diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4.10-12 maka konsentrasi CrO4 dalam larutan jenuh AgCrO4
adalah
Penyelesaian:
S 2s s
Ksp = (Ag+)2(CrO4-2)
4.10-12 = (2s)2(s)
4.10-12 = 4s3
10-12 = s3
S = 10-4(CrO4-2) = s=10-4
Istilah kelarutan digunakan untuk menyatakan jumlah maksimum zat terlarut dalam sejumlah
tertentu pelarut/larutan pada suhu tertentu. Istilah kelarutan dan diberi symbol s (solubility).
SATUAN KELARUTAN
Kelarutan dinyatakan dalam mol/liter. Jadi, kelarutan sama dengan kemolaran dalam larutan
jenuhnya. Contohnya, .kelarutan AgCl dalam air sebesa 1 x 10-5 mol L-1
Sebanyak 4,35 mg Ag2CrO4 dapat larut dalam 100 ml air. Nyatakan kelarutan Ag2CrO4
tersebut dalam mol L-1 . (Ar O = 16; Cr = 52; Ag = 108)
Jawab :
Perak kromat Ag2CrO4 merupakan contoh garam yang sangat sukar larut dalam air. Jika kita
memasukan sedikit saja kristal garam itu ke dalam segelas air kemudian diaduk, kita akan
melihat bahwa sebagia besar dari garam itu tidak larut (mengendap didasar gelas) larutan perak
kromat mudah sekali jenuh. Apakah setelah mencapai keadaan jenuh proses melarut berhenti?
Ternyata tidak. Melali percobaan telah diketahui bahwa dalam larutan jenuh tetap terjadi proses
melarut, tetapi pada saat yang sama terjadi pula proses pengkristalan dengan laju yang sama.
Dengan kata lain, dalam keadaan jenuh terdapat kesetimbagan antara zat padat tak larut dengan
larutanya.
Kesetimbangan dalam larutan jenuh perak kromat adalah :
Dari reaksi tersebut data ditentukan persamaan tetapan keseimbangan Ag2CrO4 (yaitu :
Kc = [Ag+]2[ CrO42-]/
[Ag2CrO4]
Tetapan keseimbangan dari kesetimbangan antara garam atau basa yang sedikit larut disebut
tetapan hasilkali kelarutan (solubility product constant) yang dinyatakan dengan lambang Ksp.
Karena [Ag2CrO4] konstan, maka kita dapat menuliskan persamaan tetapan hasil kali kelarutan
untuk Ag2CrO4, yaitu :
Secara umum , persamaan keseimbangan larutan garam AxBy dengan kelarutan s adalah:
Keterangan :
* AgCl dan
* Al(OH)3
Jawab :
AgCl (s) Ag+ (aq) + Cl- (aq) Al(OH)3 (s) Al3+ (aq) + 3OH- (aq)
Konsenterasi kesetimbangan ion Ag+ dan ion CrO42- dalam alrutan jenuh dapat dikaitkan
dengan kelarutan Ag2CrO4 , yaitu sesuai dengan stoikiometri reaksi perbandigan koefisien
reaksinya). Jika kelarutan Ag2CrO4 dinyatakan dengan s maka konsenterasi ion Ag+ dalam
larutan itu sama dengan 2s dan konsenterasi ion CrO42- sama dengan s :
s 2s s
Dengan demikian, nilai tetapan hasilkali klarutan (Ksp) Ag2CrO4 dapat diakitkan dengan nilai
kelarutannya (s), sebagai berikut :
= ( 2s )2 (s)
= 4s3
Keterangan :
s adalah kelaruatan
Contoh soal Hubungan kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp)
Bila diketahui Ksp Ag2CrO4 = 4.10-12 maka konsentrasi CrO4 dalam larutan jenuh AgCrO4
adalah
Penyelesaian:
s 2s s
Ksp = (Ag+)2(CrO4-2)
4.10-12 = (2s)2(s)
4.10-12 = 4s3
10-12 = s3
s = 10-4(CrO4-2)
s = 10-4
TERMOKIMIA
Pelajaran mengenai panas reaksi dinamakan termokimia yang merupakan bagian dari cabang ilmu
pengetahuan yang lebih besar yaitu termodinamika. Sebelum pembicaraan mengenai prisip
termokimia ini kita lanjutkan, akan dibuat dulu definisi dari beberapa istilah. Salah satu dari istilah yang
akan dipakai adalah sistim. Sistim adalah sebagian dari alam semesta yang sedang kita pelajari. Mungkin
saja misalnya suatu reaksi kimia yang terjadi dalam suatu gelas kimia. Di luar sistim adalah
lingkungan. Dalam menerangkan suatu sistim, kita harus memperinci sifat-sifatnya secara tepat.
Diberikan suhunya, tekanan, jumlah mol dari tiap zat dan berupa cairan, padat atau gas. Setelah semua
variabel ini ditentukan berarti semua sifat-sifat sistim sudah pasti, berarti kita telah menggambarkan
keadaan dari sistim.
Bila perubahan terjadi pada sebuah sistim maka dikatakan bahwa sistim bergerak dari keadaan satu
ke keadaan yang lain. Bila sistim diisolasi dari lingkungan sehingga tak ada panas yang dapat
mengalir maka perubahan yang terjadi di dalam sistim adalah perubahan adiabatik. Selama ada
perubahan adiabatik, maka suhu dari sistim akan menggeser, bila reaksinya eksotermik akan naik
sedangkan bila reaksinya endotermik akan turun. Bila sistim tak diisolasi dari lingkungannya,
maka panas akan mengalir antara keduanya, maka bila terjadi reaksi, suhu dari sistim dapat
dibuat tetap. Perubahan yang terjadi pada temperatur tetap dinamakan perubahan isotermik. Telah
dikatakan, bila terjadi reaksi eksotermik atau endotermik maka pada zat-zat kimia yang terlibat akan
terjadi perubahan energi potensial. Panas reaksi yang kita ukur akan sama dengan perubahan energi
potensial ini. Mulai sekarang kita akan menggunakan perubahan ini dalam beberapa kuantitas
sehingga perlu ditegakkan beberapa peraturan untuk menyatakan perubahan secara umum.
Simbol (huruf Yunani untuk delta) umumnya dipakai untuk menyatakan perubahan kuantitas.
Misalnya perubahan suhu dapat ditulis dengan T, dimana T menunjukkan temperatur. Dalam praktek
biasanya dalam menunjukkan perubahan adalah dengan cara mengurangi temperatur akhir
dengan temperatur mula-mula.
T = Takhir Tmula-mula
Demikian juga, perubahan energi potensial
Dari definisi ini didapat suatu kesepakatan dalam tanda aljabar untuk perubahan eksoterm dan
endoterm. Dalam perubahan eksotermik, energi potensial dari hasil reaksi lebih rendah dari energi
potensial pereaksi berarti EPakhir lebih rendah dari EPmula-mula. Sehingga harga EP mempunyai harga
negatif. Kebalikannya dengan reaksi endoterm, dimana harga EP adalah positif.
Perubahan entalpi (H) positif menunjukkan bahwa dalam perubahan terdapat penyerapan kalor atau
pelepasan kalor.
Reaksi kimia yang melepaskan atau mengeluarkan kalor disebut reaksi eksoterm, sedangkan reaksi
kimia yang menyerap kalor disebut reaksi endoterm.
Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan bertambah. Artinya
entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (Hr). Akibatnya, perubahan entalpi,
merupakan selisih antara entalpi produk dengan entalpi pereaksi (Hp -Hr) bertanda positif. Sehingga
perubahan entalpi untuk reaksi endoterm dapat dinyatakan:
Sebaliknya, pada reaksi eksoterm , sistem membebaskan energi, sehingga entalpi sistem akan
berkurang, artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu , perubahan
entalpinya bertanda negatif. Sehingga p dapat dinyatakan sebagai berikut:
H = Hp- Hr < 0 ( 14 )
Perubahan entalpi pada reaksi eksoterm dan endoterm dapat dinyatakan dengan diagram tingkat
energi.
Persamaan Termokimia
Persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya disebut persamaan termokimia. Nilai
H yang dituliskan pada persamaan termokimia disesuaikan dengan stokiometri reaksi. Artinya jumlah
mol zat yang terlibat dalam reaksi sama dengan koefisien reaksinya.
Oleh karena entalpi reaksi juga bergantung pada wujud zat harus dinyatakan, yaitu dengan
membubuhkan indeks s untuk zat padat , l untuk zat cair, dan g untuk zat gas. Perhatikan contoh berikut
. Contoh: Pada pembentukan 1a mol air dari gas hidrogen dengan gas oksigen dibebaskan 286 kJ.
Kata dibebaskan menyatakan bahwa reaksi tergolong eksoterm. Oleh karena itu ?H = -286 kJ Untuk
setiap mol air yang terbentuk. Persamaan termokimianya adalah:
H2 (g) + 1/2 O2 (g) > H2O (l) H = -286 kJ
Atau
(karena koefisien reaksi dikali dua, maka harga H juga harus dikali dua).
Energi ikatan didefinisikan sebagai energi yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol ikatan dari
suatu molekul dalam wujud gas. Energi ikatan dinyatakan dalam kilojoule per mol (kJ mol -1 )
m AB + n CD > p AD + q CB
Banyak reaksi yang dapat berlangsung secara bertahap. Misalnya pembakaran karbon atau grafit.
Jika karbon dibakar dengan oksigen berlebihan terbentuk karbon dioksida menurut persamaan
reaksi:
Reaksi diatas dapat berlangsung melalui dua tahap. Mula-mula karbon dibakar dengan oksigen
yang terbatas sehingga membentuk karbon monoksida. Selanjutnya, karbon monoksida itu dibakar
lagi untuk membentuk karbon dioksida. Persamaan termokimia untuk kedua reaksi tersebut adalah:
- +
PerubahanEntalpi
Entalpi = H = Kalor reaksi pada tekanan tetap = Qp
Perubahan entalpi adalah perubahan energi yang menyertai peristiwa perubahan kimia pada
tekanan tetap.
2. Entalpi Penguraian:
DH dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi unsur-unsurnya (= Kebalikan
dari DH pembentukan).Contoh: H2O (l) H2(g) + 1/2 O2(g) ; DH = +285.85 kJ
4. Entalpi Reaksi:
DH dari suatu persamaan reaksi di mana zat-zat yang terdapat dalam persamaan reaksi
dinyatakan dalam satuan mol dan koefisien-koefisien persamaan reaksi bulat
sederhana.Contoh: 2Al + 3H2SO4 Al2(SO4)3 + 3H2 ; DH = -1468 kJ
5. Entalpi Netralisasi:
DH yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan asam atau basa.Contoh:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l) ; DH = -890.4 kJ/mol
6. Hukum Lavoisier-Laplace
Jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurya = jumlah
kalor yang diperlukan untuk menguraikan zat tersebut menjadi unsur-unsur
pembentuknya.
Artinya : Apabila reaksi dibalik maka tanda kalor yang terbentuk juga dibalik dari positif
menjadi negatif atau sebaliknyaContoh:
N2(g) + 3H2(g) 2NH3(g) ; DH = 112 kJ
2NH3(g) N2(g) + 3H2(g) ; DH = + 112 kJ
Keterangan :
V = Laju Reaksi
K = tetapan laju reaksi
[ ] = konsentrasi zat
X = orde/tingkat reaksi terhadap A
Y = orde/tingkat reaksi terhadap B
x + y = orde/tingkat reaksi keseluruhan
2. Konsentrasi
Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel memungkinkan
lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif
yang menghasilkan perubahan.
Hubungan kuantitatif perubahan konsentrasi dengan laju reaksi tidak dapat
ditetapkan dari persamaan reaksi, tetapi harus melalui percobaan.
Dalam penetapan laju reaksi ditetapkan yang menjadi patokan adalah laju perubahan
konsentrasi reaktan.
Ada reaktan yang perubahan konsentrasinya tidak mempengaruhi laju reaksi:
3.Suhu
Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu
energi kinetik partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakn
banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan
Hubungan ini ditetapkan dari suatu percobaan, misal diperoleh data sebagai berikut:
4. Katalis
Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi kimia pada suhu tertentu,
tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu katalis
berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Katalis
memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi pada suhu
lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi. Katalis
menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah. Katalis
mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi. Katalis dapat
dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen dan katalis heterogen.
Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase berbeda dengan pereaksi dalam
reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis homogen berada dalam fase yang sama.
Satu contoh sederhana untuk katalisis heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan
suatu permukaan di mana pereaksi-pereaksi (atau substrat) untuk sementara terjerat.
Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga memadai
terbentuknya produk baru. Ikatan atara produk dan katalis lebih lemah, sehingga
akhirnya terlepas. Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih
pereaksi untuk membentuk suatu perantarakimia yang selanjutnya bereaksi
membentuk produk akhir reaksi, dalam suatu proses yang memulihkan katalisnya.
Berikut ini merupakan skema umum reaksi katalitik, di mana C melambangkan
katalisnya:
A + C AC (1)
B + AC AB + C (2)
Meskipun katalis (C) termakan oleh reaksi 1, namun selanjutnya dihasilkan kembali
oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi :
A + B + C AB + C
Beberapa katalis yang pernah dikembangkan antara lain berupa katalis Ziegler-Natta
yang digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Reaksi katalitis
yang paling dikenal adalah proses Haber, yaitu sintesis amoniak menggunakan besi
biasa sebagai katalis. Konverter katalitik yang dapat menghancurkan produk emisi
kendaraan yang paling sulit diatasi, terbuat dari platina dan rodium. 4. Molaritas
Molaritas adalah banyaknya mol zat terlarut tiap satuan volum zat pelarut.
Hubungannya dengan laju reaksi adalah bahwa semakin besar molaritas suatu zat,
maka semakin cepat suatu reaksi berlangsung. Dengan demikian pada molaritas
yang rendah suatu reaksi akan berjalan lebih lambat daripada molaritas yang tinggi.
Hubungan antara laju reaksi dengan molaritas adalah: V = k [A]m [B]n dengan:
V = Laju reaksi k = Konstanta kecepatan reaksi m = Orde reaksi zat A n = Orde
reaksi zat B
1. Katalis aktif yaitu katalis yang ikut terlibat reaksi dan pada akhir rekasi
terbentuk kembali.
2. Katalis pasif yaitu katalis yang tidak ikut bereaksi, hanya sebagai media
reaksi saja
ORDE REAKSI
o Ada reaksi berorde O, dimana tidak terjadi perubahan laju reaksi berapapun
perubahan konsentrasi pereaksi.
Untuk reaksi
A+BC
V = k [A]m [B]n
Dimana :
k = tetapan laju reaksi
m = orde reaksi untuk A Orde reakasi total = m + n
n = orde reaksi untuk B
Kesetimbangan
Keadaan setimbang atau reaksi kesetimbangan merupakan kecepatan reaksi ke kanan dan ke kiri
adalah sama.
Reaksi reversible adalah zat pereaksi yang dapat bereaksi membentuk zat hasil dan zat hasil
dapat bereaksi kembali membentuk zat pereaksi. Ciri-cirinya:
b. Reaksi berlangsung dari dua arah, yaitu dari kiri ke kanan dan dari kanan ke kiri.
c. Reaksi tidak pernah berhenti karena komponen zat tidak pernah habis.
Reaksi irreversible yaitu zat pereaksi yang dapat berubah menjadi hasil sedangkan zat
hasil zat tidak dapat membentuk kembali zat pereaksi. Ciri-cirinya:
b. Reaksi baru berhenti apabila salah satu atau semua reaktan habis.
1.Kesetimbangan Homogen. yaitu kesetimbangan dimana zat yang terlibat berwujud sama.
Contoh:
2.Kesetimbangan Heterogen, adalah kesetimbangan dimana zat yang terlibat dalam reaksi
berbeda
Jika konsentrasi akan bergeser ke arah zat hasil pereaksi diperbesar maka
kesetimbangan Sebaliknya jika konsentrasi zat hasil diperbesar kesetimbangan akan bergeser ke
arah zat pereaksi.
Jika dalam sistem kesetimbangan volume ditambah (tekanan menjadi kecil) maka kesetimbangan
akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah koefisiennya lebih besar. Sebaliknya jika volume
diperkecil (tekanan menjadi besar), kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi yang jumlah
koefisiennya lebih kecil. Perubahan tekanan dan volume tidak berpengaruh jika jumlah koefisien
pada kedua ruas sama besar.
3. Temperatur
Jika temperatur dalam sistem kesetimbangan dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke
reaksi yang membutuhkan kalor (endoterm). Sebaliknya jika suhu diturunkan kesetimbangan
akan bergeser ke arah reaksi yang melepas kalor (eksoterm). Perbedaan wujud zat tidak
berpengaruh terhadap perubahan suhu.
4. Katalis
Dalam kesetimbangan, katalis ditambahkan sebelum terjadinya keadaan setimbang. Ini dilakukan
karena katalis tidak akan menggeser kesetimbangan melainkan mempercepat tercapainya
keadaan setimbang.
Bentuk Molekul
Adalah bentuk geometris yang terjadi inti atom unsur yang saling berkaitan dalam
Suatu molekul dihubungkan dengan suatu garis lurus.Bentuk molekul senyawa kovalen ditentukan oleh
orbital-orbital atom yang digunakan oleh elektron-elektron ikatan
Teori ini menyatakan bahwa pasangan electron ikatan dan pasangan electron bebas tolak menolak
sehingga tiap-tiap pasangan electron cenderung berjauhan satu sama lain untuk meminimalkan gaya
tolakan tersebut . Jadi bentuk molekul dipengaruhi oleh susunan ruang pasangan electron ikatan (PEI)
dan pasangan bebas (PEB)pada atom pusat suatu molekul .Pasangan electron pada atom pusat disebut
Domain .
Berdasarkan teori domain electron terdapat 5 bentuk dasar molekul kovalen sebagai berikut.
a.) Linear: bentuk molekul yang disusun oleh tiga ayom yang berikatan dalam satu garis lurus dan
sebuah atom merupakan pusatnya .Sudut ikat pada dua psang electron ikatan sebesar 180 .
contoh : HgBr2, CdCL2, dan BeH2
b.) Segitiga Datar : bentuk molekul segitiga sama sisi yang disusun oleh empat buah atom . Sebuah atom
sebagai pusatnya brikatan dengan tiga lainnya dengan sudut ikat 120.
Contoh : BCI3 , BF3 , dan GaI3
c.) Tetrahedral : bentuk molekul yang tersusun dari lima atom berikatan . Sebuah atom sebagai pusat
yang berikatan dengan empat atom lainnya dengan sudut ikat 109,5.
Contoh :CCI4 , CH4 , dan SnCI5
d.) Trigonal bipirada : bentuk molekul terdiri atas dua bentuk piramida yang bergabung dalam salah satu
bidang .Atom pusatnya dikelilingi oleh lima atom dengan sudut ikat 120
contoh :PF5 , CH4 , danm PCI5
e.) Oktahedral : bentuk molekulterdiri atas delapan bidang yang merupakan segitiga sama sisi dengan
sudut ikat 90.
Contoh: SF6 , TeF6 , dan SeF6
Kelima bentuk dasar molekul kovalen di atas merupakan bentuk geometri yang hanya mengandung PEI
saja. Padahal dalam teori VSEPR , gaya tolakan yang dihasilkan PEB juga memengaruhi bentuk molekul .
Notasi VSEPR yang menunjukan jumlah PEI dan PEB sebagai berikut
RUMUS :
AXn Em
Keterangan:
A = Atom pusat
X = PEI
n = jumlah PEI
E = PEB
m = jumlah PEB
Ada beberapa langkah meramalkan bentuk molekul ion poliatomik , seperti dijelaskan berikut ini .
= 5 + (4*1)-1
=4
2
=0
2. Teori Hibridisasi
Teori ini dijelaskan berdasarkan proses penggabungan (hibridisasi ) orbital orbital atom yang
digunakan electron electron yang saling berkaitan . Teori ini disebut juga teori ikatan valensi.
a. Orbital hibrida sp
Konfigurasi 4Be : [ He ]
Konfigurasi 17 CI : [ Ne ]
Ikatan antara Be dan CI dapat terjadi jika electron Be pada orbital 2s menglami promosi ke orbital 2p
Dengan demikian elekron atom Be dapat membentuk ikatan kovalen dengan 2 atom CI orbital 2s dabn
2p
Kedua orbital 2s dan 2p atom Be akan membentuk dua orbital yang disebut orbital hibrida . Hibridisasi
orbital sp ini menghasilkan bentuk molekul linear .
b. Orbital sp2
Penggabungan antara satu orbital s dengan dua orbital p menghasilkan tiga orbital hibrida sp2 , missal ;
Konfigurasi ;5B [ He ]
Konfigurasi : 9 F [ He ]
c. Orbital sp3
Penggabunga satou orbital s dengan tiga orbital p membentuk empat orbital hibrida sp3. missal atom C
berikatan dengan empat atom H melalui promosi hibridisasi
O rbital hirida sp3d memiliki bentuk molekul trogonal bipiramida.sementara itu , orbital sp3d2 dibentuk
dari satu orbital s , tiga orbital p , dan dua orbital d . Orbital hibrida sp3d2 memilki bentuk molekul
octahedral.
Gaya Antarmolekul
Kepolaran suatu senyawa dipengaruhi oleh adanya perbedaan keelekktronegatifan antara atom atom
yang berikatan dann bentuk molekul ., Senyawa dikatakan bersifat polar jika selisih keelektronegatifan
antaratom penyusunnya semakin besar.bentuk molekul juga menyebabkan senywa bersifat
polar.Adanya muatan electron yang tidak seimbang antaratom dalam senyawa polar mengakibatkan
terjadinya suatu kutub ( dipol)
Senyawa dikatakan bersifat nonpolar jika terbentuk dari atom sejenis atau senyawa yang distribusu
muatannya simetris , contoh H2 atau CH4 .hrga atom atom dalam molekul nonpolar sama, sehingga
muatan elktronnya terdistibusi merata . Oleh kaerna itu , molekul nonpolar tidakmembentuk
kutub.pasangan electron senyawa nonpolar mengakibatkan bentuk molekul simetris sehingga dipol
pol ikatannyasaling meniadakan .
Interaksi antara atom atom dalam senyawa atau kumpulan molekul dalam senyawa yang menalami
tarik menarik di sebut Gaya Antarmolekul .kuat lemahnya gaya tarikmenarik antarmolekul akan
berpengaruh terhadap tnggi rendahnya titik did9h suatu zat. Jenis gaya tarik menarik antarmolekul di
antaranya gaya Van der Wals dan ikatan hydrogen.
Gaya ini merupakan gaya antarmolekul yang sangat limah . Gaya ini di bagi menjadi 2 :
a. Gaya London
Gaya ini ditemukan oleh fisikawan jerman yang bernama Fritz London. Gaya London merupakan gaya
tarik menarik antar molekul nonpolar akibat adanya dipole terimbas yang ditimbulkan oleh perpindahan
alektron dari satu keorbital yang lain membentuk dipole sesaat.
Kemudahan suato molekul menghasilkan dipole sesaat yang dapat mengimbas ke molekul di szekitarnya
di sebut polarisabilitas . polarisabilitas berkaitan dengan msassa molekul relative ( Mr ) dan bentuk
molekul .Jika massa molekul relative semakin besar , molekul semakin mudah mengalamipolarisasi
sehingga gaya London semakin kuat . dxan molekul mengalami polarisasi , semakin tinggi titik ddihnya
dan titik lelehnya .
Molekul molekul polar cenderung menyusun diri dengan cara saling mendekati kutub positif dari suatu
molekul dengan kutub negative molekul yang lain.Gaya tarik menarik ini disebut gaya tarik dipol.
Semakin besar momen dipole yang dimilki suatu senyawa , semakin besar gaya tarik dipol yang
dihasikan .
2 Ikatan Hidrogen
Merupakan ikatan antarmolekul yang sangat polar dan mengandung atom hydrogen . ikatan hydrogen
disebabkan oleh gaya tarik menarik antara atom mhidrogen dari molekul yang satu dengan atom
molekul lain yang sangat eletronegatif ( F , O , atau N ) . Dalam keadaan cair , atom hydrogen dalam
molekul air yang parsial positif ( + ) ditarik oleh pasangan electron atom O molekul lain yang
elektronegatif, sehingga terbentuk ikatan hydrogen.
Iktan hidrgen jauh lebih kuast daripada gaya gaya Vasn der Waals . Zat ini mempunyai ikatan hydrogen
memerlukan energi yang besar untuk memutuskan . OIleh karena itu . titik didih dan titik lelehnya
sangat tinggi .
Adanya ikatan hydrogen dalam senyawa yang mengadung hydrogen menimbulkan penyimpangan sifat
atom umum beberapa senyawa dari unsure unsure segolongan . Contoh dertan H2, O , HS , H2Se, dan
H2Te. Meningkatnya titik didih H2S , H2Se , H2Te.disebabkan naiknya Mr molekul sehingga gaya Van der
Waals. Semakin kuat. Penyimpangan tejadi pada titik didih H2O karena adanya ikatan hydrogen. Hal ini
terjadi karena ikatan hydrogen antara molekul molekul H2O lebih kuat daripada ikatan pada molekul
molekul yang lain .
KOLOID
Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan Inggris, Thomas Graham, sewaktu
mempelajari sifat difusi beberapa larutan melalui membran kertas perkamen. Graham
menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan kanji, gelatin, dan putih
telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut
koloid.
Tahun 1907, Ostwald, mengemukakan istilah sistem terdispersi bagi zat yang terdispersi dalam
medium pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan
medium pendispersi adalah zat pelarut. Sistem koloid adalah suatu campuran heterogen antara
dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar
merata dalam zat lain (medium pendispersi).
Sistem koloid termasuk salah satu sistem dispersi. Sistem dispersi lainnya adalah larutan dan
suspensi. Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga
tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Sedangkan suspensi merupakan
sistem dispersi dengan partikel berukuran besar dan tersebar merata dalam medium
pendispersinya Perbedaan antara larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel Perbedaan larutan sejati, sistem koloid dan suspensi kasar.
Pembeda Larutan Sejati Sistem Koloid Suspensi Kasar
Jumlah fase 1 2 3
Distribusi
Homogen Heterogen Heterogen
partikel
Ukuran partikel < 107 cm 107 105 cm > 105 cm
Tidak dapat disaring,
Penyaringan TidakdapatDisaring kecuali dengan Dapat disaring
penyaring ultra
Stabil,
Kestabilan Stabil, tidak memisah Tidak stabil, Memisah
tidakMemisah
- Larutan gula - Tepung dalam air Campuran pasir dalam
Contoh
- Larutan gula - Susu air
Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan Inggris, Thomas Graham, sewaktu
mempelajari sifat difusi beberapa larutan melalui membran kertas perkamen. Graham
menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan kanji, gelatin, dan putih
telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut
koloid.
Tahun 1907, Ostwald, mengemukakan istilah sistem terdispersi bagi zat yang terdispersi dalam
medium pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan
medium pendispersi adalah zat pelarut. Sistem koloid adalah suatu campuran heterogen antara
dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar
merata dalam zat lain (medium pendispersi).
Sistem koloid termasuk salah satu sistem dispersi. Sistem dispersi lainnya adalah larutan dan
suspensi. Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil, sehingga
tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Sedangkan suspensi merupakan
sistem dispersi dengan partikel berukuran besar dan tersebar merata dalam medium
pendispersinya Perbedaan antara larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi dapat dilihat pada
Tabel berikut.
Tabel Perbedaan larutan sejati, sistem koloid dan suspensi kasar.
Pembeda Larutan Sejati Sistem Koloid Suspensi Kasar
Jumlah fase 1 2 3
Distribusi
Homogen Heterogen Heterogen
partikel
Ukuran partikel < 107 cm 107 105 cm > 105 cm
Tidak dapat disaring,
Penyaringan TidakdapatDisaring kecuali dengan Dapat disaring
penyaring ultra
Stabil,
Kestabilan Stabil, tidak memisah Tidak stabil, Memisah
tidakMemisah
- Larutan gula - Tepung dalam air Campuran pasir dalam
Contoh
- Larutan gula - Susu air
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN
Pendidihan terjadi karena panas meningkatkan gerakan atau energi kinetik, dari molekul yang
menyebabkan cairan berada
pada titik di mana cairan itu menguap, tidak peduli berada di permukaan teratas atau di bagian
terdalam cairan tersebut
Titik didih cairan berhubungan dengan tekanan uap. Bagaimana hubungannya? Coba perhatikan
penjelasan berikut ini.
Apabila sebuah larutan mempunyai tekanan uap yang tinggi pada suhu tertentu, maka molekul-
molekul yang berada dalamlarutan tersebut mudah untuk melepaskan diri dari permukaan
larutan. Atau dapat dikatakan pada suhu yang sama sebuah larutan mempunyai tekanan uap
yang rendah, maka molekulmolekul dalam larutan tersebut tidak dapat dengan mudah
melepaskan diri dari larutan. Jadi larutan dengan tekanan uap yang lebih tinggi pada suhu
tertentu akan memiliki titik didih
yang lebih rendah. Cairan akan mendidih ketika tekanan uapnya menjadi sama dengan tekanan
udara luar. Titik didih cairan pada tekanan udara760 mmHg disebut titik didih standar atau titik
didih normal. Jadi yang dimaksud dengan titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap
jenuh cairan itu sama dengan tekanan udara luar (tekanan pada permukaan cairan). Telah
dijelaskan di depan bahwa tekanan uap larutan lebihrendah dari tekanan uap pelarutnya. Hal ini
disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian atau fraksi dari pelarutsehingga kecepatan
penguapan berkurang. Hubungan antara tekanan uap jenuh dan suhu air dalam larutan
berair ditunjukkan pada Gambar 1.
VGaris mendidih air digambarkan oleh garis CD, sedangkan garis mendidih larutan
digambarkan oleh garis BG. Titik didih larutan dinyatakan dengan Tb1, dan titik didih pelarut
dinyatakan dengan Tb0. Larutan mendidih pada tekanan 1 atm. Dari gambar di atas dapat
dilihat bahwa titik didih larutan (titik G) lebih tinggi dari pada titik didih air (titik D).
Selisih titik didih larutan dengan titik didih pelarut disebut kenaikan titik didih ( Tb ).
Tb = titik didih larutan titik didih pelarut)
Menurut hukum Raoult, besarnya kenaikan titik didih larutan sebanding dengan hasil kali dari
molalitas larutan (m) dengan kenaikan titik didih molal (Kb). Oleh karena itu, kenaikan titik
didih dapat dirumuskan seperti berikut.
Tb = Kb m
Keterangan:
b T = kenaikan titik didih molal
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal
m = molalitas larutan
Contoh
Natrium hidroksida 1,6 gram dilarutkan dalam 500 gram air. Hitung titik didih larutan tersebut!
(Kb air = 0,52 Cm-1, Ar Na =23, Ar O = 16, Ar H = 1)
Penyelesaian:
Diketahui : m = 1,6 gram p = 500 gram Kb = 0,52 Cm-1
Ditanya : Tb ?
Jawab : Tb = m Kb
= m x 1.000 Kb NaOH
Mr p
= 0,04 2 0,52 C
= 0,0416 C
Td = 100 C + b T
= 100 C + 0,0416 C
= 100,0416 C
Jadi, titik didih larutan NaOH adalah 100,0416 C.
Penurunan titik beku pada konsepnya sama dengan kenaikan titik didih. Larutan mempunyai titik
beku yang lebih rendah
dibandingkan dengan pelarut murni.
Selisih antara titik beku pelarut dengan titik beku larutan dinamakan penurunan titik beku
larutan ( Tf = freezing point).
Menurut hukum Raoult penurunan titik beku larutan dirumuskan seperti berikut.
Tf = m Kf
Keterangan:
f T = penurunan titik beku, m = molalitas larutan, Kf = tetapan penurunan titik beku molal
TEKANAN OSMOSIS
Adakalanya seorang pasien di rumah sakit harus diberi cairan infus. Sebenarnya apakah cairan
infus tersebut? Larutan yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien melalui pembuluh darah
haruslah memiliki tekanan yang sama dengan tekanan sel-sel darah. Apabila tekanan cairan
infus lebih tinggi maka cairan infus akan keluar dari sel darah. Prinsip kerja infus ini pada
dasarnya adalah tekanan osmotik. Tekanan di sini adalah tekanan yang harus diberikan pada
suatu larutan untuk mencegah masuknya molekul-molekul solut melalui membran yang
semipermiabel dari pelarut murni ke larutan.
Sebenarnya apakah osmosis itu? Cairan murni atau larutan encer akan bergerak menembus
membran atau rintangan untuk
mencapai larutan yang lebih pekat. Inilah yang dinamakan osmosis. Membran atau rintangan ini
disebut membran
semipermiabel.
Tekanan osmotik termasuk dalam sifat-sifat koligatif karena besarnya hanya tergantung pada
jumlah partikel zat terlarut.
J.H. Vant Hoff menemukan hubungan antara tekanan osmotik larutan-larutan encer dengan
persamaan gas ideal, yang
dituliskan seperti berikut:
V = nRT
Keterangan: = tekanan osmotik, V = volume larutan (L), n = jumlah mol zat terlarut,
R = tetapan gas (0,082 L atm mol-1K-1)T = suhu mutlak (K)
Persamaan dapat juga dituliskan seperti berikut.
= n RT
V
Ingat bahwa n/V merupakan kemolaran larutan (M), sehingga persamaan dapat diubah
menjadi = MRT
Contoh Seorang pasien memerlukan larutan infus glukosa. Bilakemolaran cairan tersebut 0,3
molar pada suhu tubuh 37 C,
tentukan tekanan osmotiknya! (R = 0,082 L atm mol-1K-1)
Penyelesaian:
Diketahui : M = 0,3 mol L1
T = 37 C + 273 = 310 K
R = 0,082 L atm mol-1K-1
Ditanya : ?
Jawab : = 0,3 mol L-1 0,082 L atm mol-1K-1 310 K
= 7,626 L
Tahukah kamu bahwa larutan terdiri dari larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Larutan
elektrolit adalah larutan yang
dapat menghantarkan arus listrik. Sifat koligatif larutan nonelektrolit telah kita pelajari di
depan, bagaimana dengan sifat
koligatif dari larutan elektrolit?Larutan elektrolit memiliki sifat koligatif yang lebih besar
daripada nonelektrolit.
, bahwa penurunan titik beku NaCl lebih besar daripada glukosa. Perbandingan harga sifat
koligatif larutan elektrolit dengan larutan nonelektrolit dinamakan dengan faktor Vant Hoff
dan dilambangkan dengan i.
1. P = XA P i
2. Tb = K m i
3. f Tf = K m i
4. = M RT i
= 0,01 mol
M =n/V =0,01 mol/0,1 L = 0,1 mol L-1
=MRTi
= 0,1 mol L-1 0,082 L atm mol-1K-1
310 K (1 + (3 1)1) = 7,626 atm
b. Setarakan oksigen dan hidrogen ( oksigen disetarakan lebih dahulu, kemudian hidrogen)
Dalam larutan yang bersifat asam atau netral, tambahkan 1 molekul H2O untuk setiap
kekurangan satu atom oksigen pada ruas yang kekurangan atom oksigen tersebut. Kemudian
setarakan atom H dengan menambahkan ion H+ pada ruas yang kekurangan atom H. Contoh
pertama adalah reaksi yang berlangsung dalam larutan asam. Untuk menyetarakan setengah
reaksi reduksinya, tambahkan 7 molekul H2O pada ruas kanan, kemudian tambahkan 14 ion H+
pada ruas kiri. Pada reaksi oksidasinya tidak terdapat atom O maupun H.
Reduksi : Cr2O7 2- (aq) + 14H+ (aq) -----> 2 Cr3+ (aq) + 7 H2O
Oksidasi : 2Cl- (aq) ------> Cl2 (g)
Dalam larutan yang bersifat basa, tambahkan satu molekul H2O untuk setiap kelebihan satu atom
oksigen pada ruas yang kelebihan atom oksigen itu, kemudian tambahkan ion OH- dua kali lebih
banyak pada ruas lainnya. Contoh kedua adalah reaksi yang berlangsung dalam suasana basa.
Pada ruas kiri dari setengah reaksi reduksi terdapat 1 atom oksigen sedangkan di ruas kanan
tidak ada atom oksigen. Tambahkanlah 1 molekul H2O di ruas kiri, kemudian 2 ion OH- di ruas
kanan. Pada setengah reaksi oksidasi terdapat 3 atom oksigen di ruas kiri dan 6 di ruas kanan.
Tambahkanlah 3 molekkul H2O di ruas kanan dan 6 ion OH- di ruas kiri.
Reduksi : ClO- (aq) + H2O (l) ------> Cl- (aq) + 2OH- (aq)
Oksidasi : Bi2O3 (s) + 6OH- (aq) ------> 2BiO3- (aq) + 3H2O ( l)
Apabila atom H belum juga setara, tambahkan ion OH- untuk setiap kelebihan satu atom H
kemudian tambahkan 1 molekul H2O pada ruas yang lainnya.
Contoh :
NH3 (aq) ----> NO3- (aq), disetarakan dengan urut-urutan sebagai berikut :
NH3 (aq) -----> NO3 (aq) + 3H2O ( l)
NH3 (aq) + 6OH (aq) -----> NO3- + 3H2O ( l)
-
Ternyata pada ruas kiri masih kelebihan 3 atom H, maka pada ruas kiri ditambahkan OH- dan
pada ruas kanan ditambahkan lagi 3 molekul H2O.
NH3 (aq) + 6OH- (aq) + 3OH- ------> NO3- (aq) + 3H2O (l) + 3H2O (l)
Atau
NH3 (aq) + 9OH- (aq) -----> NO3- (aq) + 6H2O (l)
Apabila terdapat kelebihan atom O dan H pada ruas yang sama, maka ditambahkan saja ion OH-
pada ruas yang lain.
Contoh :
Setengah reaksi : Al(s) -----> Al(OH)4- (aq)
Langkah 3 : Apabila terdapat spesi lain , selain unsur yang mengalami perubahan oksidasi,
oksigen, dan hidrogen, maka penyetaraan dilakukan dengan menambahkan spesi yang
bersangkutan pada ruas yang lainnya.
Langkah 4 : setarakan muatan dengan menambahkan elektron pada ruas yang jumlah muatannya
lebih besar.
Pada contoh pertama, untuk setengah reaksi reduksi, jumlah muatan di ruas kiri adalah = +12
sedangkan diruas kanan = +6. Tambahkan 6 elektron (6e) pada ruas kiri. Untuk setengah reaksi
oksidasi, jumlah muatan di ruas kiri = -2 sedangkan diruas kanan = 0. Tambahkan 2 elektron di
ruas kanan.
Reduksi : Cr2O7 2- (aq) + 14H+ (aq) + 6e ----> 2 Cr3+ (aq) + 7 H2O (l)
Oksidasi : 2Cl- (aq) ----> Cl2 (g) + 2e
Pada contoh kedua, untuk reaksi setengah reduksi, jumlah muatan di ruas kiri = -1, sedangkan di
ruas kanan = -3, maka tambahkan 2 elektron di ruas kiri. Untuk reaksi setengah oksidasi, jumlah
muatan di ruas kiri = -6, sedangkan di ruas kanan = -2, maka tambahkan 4 elektron di ruas
kanan.
Reduksi : ClO- (aq) + H2O (l) 2e ----> Cl- (aq) + 2OH- (aq)- (aq)
3 -
Oksidasi : Bi2O (s) + 6OH (aq) -----> 2BiO3- (aq) + 3H2O ( l) + 4e
Apabila langkah 1,2 dan 3 dilakukan dengan benar maka penambahan jumlah elektron akan
selalu di ruas kiri untuk setengah reaksi reduksi dan di ruas kanan untuk setengah reaksi oksidasi.
Langkah 5 : Samakan jumlah elektron yang diserap pada setengah reaksi reduksi dengan jumlah
elektron yang dibebaskan pada setengah reaksi oksidasi dengan cara membri koeffisien yang
sesuai. Kemudian jumlahkan kedua setengah reaksi tersebut. Dengan demikian diperoleh reaksi
redoks yang telah setara.
Pada contoh pertama, setengah reaksi oksidasi harus dikalikan 3 agar julmah elektron yang
dibebaskan menjadi 6. Jumlah itu sama dengan elektron yang diserap pada setengah reaksi
reduksi.
Reduksi : Cr2O7 2- (aq) + 14H+ (aq) + 6e -------------------> 2 Cr3+ (aq) + 7 H2O (l)
Oksidasi : 6Cl- (aq) ------------------------> 3Cl2 (g) + 6e +
2- + - 3+
Redoks : Cr2O7 (aq) + 14H (aq) +6Cl (aq)+ 6e 2 Cr (aq) + 3Cl2 (g) + 7 H2O (l)
Persamaan reaksi ion di atas pada umumnya sudah dianggap cukup, kecuali untuk perhitungan
stoikiometri yang menyangkut massa molekul realatif. Apabila diperlukan, reaksi rumus yang
setara dapat diturunkan dari reaksi ionnya.
Untuk Contoh pertama di atas reaksi rumus nya adalah sebagai berikut. Koeffisien K2Cr2O7
haruslah 1 berdasarkan koeffisien dari ion Cr2O7 2- . Koeffisien HCl didasarkan pada keffisien H+
= 14, jadi tidak didasarkan pada ion Cl- (dipilih koeffisien yang terbesar). Koeffisien Cl2 dan
H2O berturut-turut adalah 3 dan 7. Adapun koeffisen KCl haruslah = 2 sehingga atom kalium
setara.
K2Cr2O7 (aq) + 14HCl (aq) ---> 2KCl (aq) + 2CrCl (aq) + 3Cl2 (g) + 7H2O (l)
Pada contoh kedua setengah reaksi reduksi harus dikalikan dua, agar jumlah elektron yang
diserap sama dengan jumlah elektron yang dibebaskan pada reaksi setengah oksidasi, yaitu 4
elektron.
Reduksi : 2ClO- (aq) + 2H2O (l) + 4e ---> 2Cl- (aq) + 4OH- (aq)
Oksidasi : Bi2O3 (s) + 6OH- (aq) ---> 2BiO3- (aq) + 3H2O ( l) + 4e
+
Redoks : 2ClO- (aq) + Bi2O3 (s) + 2NaOH (aq) 2Cl- +2NaCl (aq) + 2NaBiO3 (aq) +
H2O (l)
Contoh :
Setarakan reaksi redoks berikut dengan metode bilangan oksidasi.
KMnO4 + FeSO4 + H2SO4 -----> K2SO4 + Fe2(SO4)2 + MnSO4 + H2O
Jawab :
Langkah 1 , menetukan unsur yang mengalami perubahan bilangan oksidasi
+7 +2 +3 +2
KMnO4 + FeSO4 + H2SO4 ----> K2SO4 + Fe2(SO4)3 + MnSO4 + H2O
Langkah 2, menyetarakan unsur yang mengalami bilangan oksidasi. Pada reaksi ini unsur yang
mengalami perubahan bilangan oksidasi adalah Fe dan Mn. Untuk menyetarakan atom Fe,
tulislah koeffisien F3SO4 = 2; sedangkan atom Mn ternyata sudah setara.
KMnO4 + 2FeSO4 + H2SO4 ----> K2SO4 + Fe2(SO4)2 + MnSO4 + H2O
Langkah 3, menentukan jumlah pertambahan bilangan oksidasi dari unsur yang mengalami
oksidasi dan jumlah penurunan bilangan oksidasi dari unsur yang mengalami reduksi.
+2 +3
Oksidasi : 2Fe -----> 2Fe, jumlah pertambahan bilangan oksidasinya = 2
+7 +2
Reduksi : Mn ------> Mn, jumlah penurunan bilangan oksidasinya = 5
Langkah 4, untuk menyamakan perubahan bilangan oksidasi, maka koeffisien dari oksidator dan
hasil reduksi (KMnO4 dan MnSO4) dikalikan dengan 2, sedangkan koeffisien dari reduktor dan
hasil oksidasi (FeSO4 dan Fe2(SO4)3 ) dikalikan dengan 5
2KMnO4 + 10FeSO4 + H2SO4 -------> K2SO4 + 5Fe2(SO4)2 + 2 MnSO4 + H2O
Langkah 5, menyetarakan unsur lainnya dalam urutan KAHO, Kation yang tidak berubah
bilangan oksidasinya, yaitu K, ternyata sudah setara; anion yang tidak mengalami perubahan
bilangan oksidasi adalah SO4 2-. Pada ruas kanan jumlah ion SO4 2- = 18 [ 1 pada K2SO4, 2 pada
MnSO4, dan 15 pada Fe2 (SO4)3; sedangkan di ruas kiri baru ada 10, yaitu pada FeSO4. Oleh
karena itu tuliskan koeffisien H2SO4 = 8
2KMnO4 + 10FeSO4 + 8H2SO4 -------> K2SO4 + 5 Fe2(SO4)2 + 2MnSO4 + H2O
Selanjutnya untuk menyetarakan atom H, tulislah koeffisien H2O = 8. Dengan demikian juga
dapat diperiksa bahwa atom O sudah setara.
2KMnO4 + 10FeSO4 + 8H2SO4 -----> K2SO4 + 5Fe2(SO4)2 + 2 MnSO4 +8 H2O
IKATAN SENYAWA KARBON
Berdasarkan rantai kovalen yang digunakan untuk membentuk ikatan antara atom-atom
dalam senyawa karbon, maka senyawa karbon dibedakan atas :
a. Ikatan Jenuh
Yang dimaksud ikatan jenuh ialah ikatan tunggal di mana atom-atom penyusunnya
(terutama atom-atom C) berkaitan dengan 1 rantai kovalen.
Contoh: CH2 CH2 CH2
Yang dimaksud ikatan tak jenuh ialah ikatan ganda atau ikatan triple.Yang atom-atom
penyusunnya berkaitan dengan menggunakan 2 atau 3 rantai kovalen sekaligus.
Contoh : CH2 CH = CH atau CH2 C C
Berdasarkan jumlah atom C lain yang terikat pada satu atom C dalam rantai karbon,
maka atom C dibedakan menjadi :
a. Atom C primer, yaitu atom C yang terikat pada satu atom C yang lain.
b. Atom C sekunder, yaitu atom C yang terikat pada dua atom C yang lain.
c. Atom C tersier, yaitu atom C yang terikat pada tiga atom C yang lain.
d. Atom C kwarterner, yaitu atom C yang terikat pada empat atom C yang lain.
Contoh : C(1) C(2) C(3) C(4) C(5) C(6) C(7) C(8)
Catatan:
Deret Homolog atau deret sepancaran ialah deretan senyawa-senyawa yang mempunyai sifat
kimia hampir sama dan tiap-tiap suku berturutan berselisih CH2.
Alkil ialah gugus yang terjadi apabila 1 atom H dari alkana dihilangkan.
Notasi alkil adalah R. Nama alkil sama dengan alkana asalnya , dengan akhiran ana diganti
dengan il.
Contoh:
CH 3 CH 2 CH 2 CH 3 : n butana
CH 3 CH 2 CH 2 CH 2 CH 3 : n pentana
b. Alkana dengan rantai bercabang :
1. Nama alkan didasarkan pada rantai C terpanjang.
2. Di depan nama alkananya ditulis nomor dan nama cabang (alkil).
3. Jika terdapat beberapa cabang yang sama, maka nama cabang disebutkan sekali
tetapi dilengkapi dengan awalan yang menyatakan jumlah seluruh cabang tersebut.
Nommor atom C tempat cabang terikat harus dituliskan sebanyak cabang yang ada
(jumlah nomor yang dituliskan = awalan yang digunakan).
4. Untuk cabang yang berbeda diurutkan sesuai dengan urutan abjad.
Contoh:
C H 3 CH 2 CH CH 3 ; 3 metil pentana
I
CH 2
I
CH 3
I
CH 3
Hidrokarbon tak jenuh ialah senyawa hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan
tak jenuh.
Senyawa hidrokarbon tak jenuh yang memiliki 1 ikatan rangkap 2 disebut alkena,
rumus umumnya C n H 2n
Senyawa hidrokarbon tak jenuh yang memiliki 1 ikatan rangkap 3 disebut alkuna,
rumus umumnya C n H 2n-2
Nama-nama suku-suku alkena/alkuna sama seperti suku-suku alkana, hanya akhiran
ana diganti dengan ena/una.
Untuk suku-suku alkena/alkuna yang sudah memiliki isomer diberi anma dengan cara :
a. Di depan nama alkena/alkuna dituliskan nomor yang menyatakan letak ikatan rangkapnya.
Nomor ikatan rangkap ini dibuat yang sekecil-kecilnya.
Contoh:
CH 3 CH 2 C = CH 2 : n butena atau 1 butena (bukan 3 butena).
b. Untuk suku-suku yang memiliki cabang, namanya seperti pada alkana bercabang.
Contoh:
MAKROMOLEKUL ( POLIMER )
1. Definisi Polimer
Kata polimer berasal dari bahasa Yunani, yaitu poly dan meros. Poly berarti banyak dan meros
berarti unit aatu bagian. Jadi polimer adalah makromolekul (molekul raksasa) yang tersusun dari
monomer yang merupakan molekul yang kecil dan sederhana.
2. Penggolongan Polimer
a) Berdasarkan Asalnya
1) Polimer alam
adalah polimer yang terbentuk secara alami di dalam tubuh makhluk hidup.
Contoh : selulosa nitrat yangsering dipasarkan dengan nama celluloid dan guncotton.
3) Polimer sintetis
adalah polimer yang tidak terdapat di alam, tetapi disintesis dari monomer-monomernya dalam
reaktor.
Tabel beberapa contoh polimer sintetis
1) Homopolimer
adalah polimer yang tersusun dari monomer-monomer yang sama atau sejenis.
Contoh : PVC, protein, karet alam, polivinil asetat (PVA), polistirena, amilum, selulosa, dan
teflon.
2) Kopolimer
adalah polimer yang tersusun dari monomer-monomer yang berlainan jenis. Berdasarkan
susunan monomernya, terdapat empat jenis kopolimer sebagai berikut.
a) Kopolimer bergantian
b) Kopolimer blok
c) Kopolimer bercabang
1) Termoplastik
adalah polimer yang bersifat kenyal atau liat jika dipanaskan dan dapat dibentuk menurut pola
yang diinginkan. Setelah dingin, polimer menjadi keras dan kehilangan sifat kekenyalannya.
Contoh : polietilena, PVC, seluloid, polistirena, polipropilena, asetal, vinil, nilon dan Perspex.
2) Termosetting
adalah polimer yang bersifat kenyal saat dipanaskan, tetapi setelah dingin tidak dapat dilunakkan
kembali. Jika pecah, polimer tersebut tidak dapat disambungkan kembali dengan pemanasan.
Contoh : bakelit, uretana, epoksi, polyester, dan formika.
1) Polimer linear
adalah polimer yang tersusun dengan unit ulang berikatan satu sama lainnya :membentuk rantai
polimer yang panjang.
Gambar :
2) Polimer bercabang
adalah polimer yang terbentuk jika beberapa unit ulang membentuk cabang pada rantai utama.
Gambar :
adalah polimer yang terbentuk karena beberapa rantai polimer saling berikataan satu sama lain
pada rantai utamanya. Sambungan silang dapat terjadi ke berbagai arah sehingga terbentuk
sambung silang tiga dimensi yang disebut polimer jaringan.
Gambar :
e) Berdasarkan Apilkasinya
1) Polimer komersial
adalah polimer yang disintesis dengan harga murah dan diproduksi secara besar-besaran.
2) Polimer teknik
adalah polimer yang mempunyai sifat spesifik yang unggul dan dibuat untuk keperluan khusus.
3. Sifat-sifat Polimer
Kekuatan dan titik leleh naik dengan bertambah panjangnya rantai polimer.
b) Gaya antarmolekul
Jika gaya antar molekul pada rantai polimer besar maka polimer akan menjadi kuat dan sukar
meleleh.
c) Percabangan
Rantai polimer yang bercabang banyak memiliki daya tegang rendah dan mudah meleleh.
Ikatan silang antar rantai polimer menyebabkan terjadinya jaringan yang kaku dan membentuk
bahan yang keras. Jika ikatan silang semakin banyak maka polimer semakin kaku dan mudah
patah.
Polimer berstruktur tidak teratur memil;iki kristanilitas rendah dan bersifat amorf (tidak keras).
Sedangkan polimer dengan struktur teratur mempunyai kristanilita tinggi sehingga lebih kuat dan
lebih tahan terhadap bahaan-bahan kimia dan enzim.
4. Reaksi-reaksi Polimer
a) Polimerisasi adisi
adalah reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer yang berikatan rangkap menjadi
ikatan tunggal.
Polimerisasi adisi alami misalnya pembentukan karet alam atau poliisoprena. Monomernya
berupa isoprene atau senyawa 2-metil-1,3-butadiena.
Contoh : pembentukan PVC, polipropena, Teflon, polifenil etena atau polistirena, dan
polietilena.
b) Polimerisasi kondensasi
yaitu reaksi yang terjadi jika dua atau lebih monomer sejenis atau berbeda jenis bergabung
membentuk molekul besar sambil melepaskan molekul-molekul kecil seperti H2O, NH3, dan
HCl.
Reaksi kimia berasal dari unsur-unsur yang bergabung membentuk suatu senyawa. Dalam
peristiwa ini elektron dan inti atom mempunyai peranan yang sangat penting. Di alam ini pada
umumnya inti atom stabil tetapi ada pula yang kurang stabil seperti Polonium, Radium,
Aktinium, Protaktinium, Uranium dan unsur-unsur lain dengan massa tertentu. Inti atom yang
kurang stabil berupaya untuk menjadi stabil dengan cara berubah menjadi inti atom lain disertai
dengan pemancaran sinar-sinar alfa, beta dan gamma. Unsur-unsur ini disebut unsur radioaktif.
Pada tahun 1895 Wilhelm Konrad Rontgen (1845-1923) dari Jerman menemukan bahwa apabila
arus elektron (sinar katoda) menumbuk anoda akan timbul suatu cahaya (radiasi) yang dapat
menyebabkan Fluoresensi (pendar cahaya). Radiasi tersebut dinamakan sinar X. Dinamakan
demikian karena belum diketahui sifat-sifatnya.
Kemudian pada tahun 1896 Antonie Henry Becquerel (1852-1908) seorang ahli kimia dari
Perancis. Yang mengetahui bahwa batuan koleksi ayahnya dapat memancarkan sinar, meskipun
ia belum memahami sinar tersebut, dalam hatinya timbul pertanyaan sinar apakah ini ? untuk
membuktikan sinar tersebut, Becquerel pada tahun 1896 menjemur batuan Kalium Uranil Sulfat
(K2UO2(SO4)2 diatas lempeng fotografi yang diselimuti dengan keras hitam.
Becquerel mengharapkan bahwa sinar ultraviolet dari matahari membangkitkan Fluoresensi yang
mungkin terkandung dalam batuan tersebut, sehingga sinar X menembus kertas dan
menimbulkan bayangan hitam pada lempeng fotografi. Akan tetapi karena cuaca mendung hal
itu tidak didapatkan, namun apa yang terjadi Becquerel justru menemukan sesuatu yaitu batuan
tersebut tetap memancarkan sinar tetapi tidak mengalami Fluoresensi dan menghitamkan
lempeng fotografi walaupun tanpa ada sinar matahari.
Pada tahun 1898 sepasang ahli kimia Marie Sklodovska Curre (1867-1934) dan suaminya Pierre
Curie (1859-1906), mengamati bahwa radiasi dari Uranium dapat menyebabkan terbentuknya
unsur baru.
Istilah keradioaktifan (radioactivity) diusulkan Marie Curie untuk menggambarkan gejala yang
paling mudah diamati yang menyertai perubahan inti atom tertentu yang dikenal dengan emisi
radiasi pengion. Sinar yang dipancarkan disebut sinar radioaktif dan unsur yang memancarkan
disebut unsur radioaktif. Pierre dan Marie Curie berhasil mengisolasi dua unsur baru yang
terbentuk dari peluruhan unsur Uranium, kedua unsur tersebut diberi nama Polonium dan
Radium
Unsur radioaktif adalah unsur yang secara spontan memancarkan radiasi. Unsur-unsur ini
biasanya mempunyai nomor atom diatas 83, misal Uranium (nomor atom 92). Unsur-unsur
radioaktif mempunyai perbandingan jumlah neutron dan proton yang tidak stabil, maka untuk
menstabilkan diri, maka unsur tersebut memancarkan radiasi. Sinar radiasi mempunyai sifat :
1. Sebagai perunut
Radiasi yang dipancarkan oleh radioisotop dapat dideteksi dengan alat khusus yang disebut
detektor. Apabila unsur radioisotop berpindah maka perpindahan dapat diikuti dengan detektor.
Teknik untuk mengikuti perpindahan radioisotop dalam suatu sistem disebut teknik perunut
(tracer).
Kegunaan radioisotop banyak dipakai dalam berbagai bidang, misal bidang kedokteran, farmasi,
pertanian, hidrologi, biologi, kimia, industri, pengetahuan angkasa, oceanografi, serta penelitian
masalah lingkungan seperti polusi air, udara dan dapat meramal keadaan cuaca
Di Negara-negara maju para ahli biologi dan biokimia secara cepat memakai metode radioisotop
dalam penelitiannya. Dalam bidang kedokteran dapat menolong para dokter untuk mendiagnosis
dan terapi terhadap pasien. Pada bidang industri digunakan untuk menentukan tebal tipisnya
logam dengan cara radiografi.
2. Bidang kedokteran
I-131 : Mendeteksi kerusakan pada kelenjar gondok, terapi kanker kelenjar tiroid
Na-24 : Mendeteksi adanya gangguan peredaran darah
Xe-133 : Mendeteksi penyakit paru-paru
Fe-59 : Mempelajari pembentukan sel darah merah
Ca-47 : Mendeteksi penyakit pada tulang
K-42 : Mendeteksi penyakit pada otot
Contoh penggunaan Na-24 sebagai perunut dalam mendiagnosa peredaran darah dalam tubuh
manusia, digunakan garam dapur yang tersusun dari Na-24 dan Cl yang stabil lalu disuntikkan
pada tubuh melalui urat darah dibagian tubuh tertentu, misal pada kaki, garam dapur akan
mengikuti peredaran darah, sehingga bila terjadi penyumbatan pada urat darah dapat dideteksi
oleh detektor.
Dengan dosis rendah radiasi pengion dapat menyebabkan penyakit kanker, tetapi radiasi sinar
gamma dapat digunakan untuk mengobati penyakit kanker. Dasar pengobatan, radiasi cenderung
merusak semua sel, tetapi sel kanker lebih mudah rusak dibandingkan dengan sel normal. Jadi
berkas sinar gamma atau sinar X yang berenergi tinggi yang diarahkan dengan hati-hati dan
dengan dosis yang tepat dapat digunakan untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker.
3. Bidang industri
Bila suatu industri baja ingin mengetahui kualitas industrinya dapat digunakan sinar yang
dipancarkan oleh zat radioaktif yaitu sinar gamma, sinar gamma tidak akan dapat merusak bahan
yang akan diuji tersebut. Sinar gamma yang dipancarkan terhadap suatu bahan, ada yang diserap
ada pula yang diteruskan, sinar gamma yang diteruskan akan ditangkap oleh film yang dipasang
dibelakang bahan yang di uji. Setelah film dicuci akan terbentuk gambar hitam yang tingkat
kehitamannya berbeda-beda tergantung pada keadaan bahan tersebut. Jadi, tingkat kehitaman
pada film menunjukkan baik atau tidaknya suatu bahan.
4. Bidang Hidrologi
Na-24 : untuk mengukur kecepatan aliran air sungai, air tanah atau minyak bumi dalam
pipa
Mendeteksi kebocoran pipa saluran dalam tanah
Untuk penentuan pengendapan lumpur
5. 5. Bidang kimia
C. Bidang industri