Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KRITIS ARTIKEL

“PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI


TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI KLIEN ISOLASI
SOSIAL”

OLEH :
SITI OKTAVIANI I1031171001
MARDIANA SAFITRI I1031171006
IKA RAHMAWANDINI M. I1031171011
TASYA AULIA FITRI I1031171018
SUPARWATI I1031171024
MUHAMMAD IHZA FARIDZI I1031171030
ELSA ANNISA I1032171039
FITRI KURNIATI I1032161031
ENNY FATINI I1032171006
AYU CAHYANI I1032171012

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


PRAKTIK KLINIK III SUB KEPERAWATAN JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2020

1
Daftar Isi
Daftar Isi..............................................................................................................................i
Pertanyaan Analisis Kritis Jurnal.......................................................................................ii
Pembahasan Analisis Kritis Jurnal.....................................................................................1
1. Apakah penelitian tersebut membahas pertanyaan/masalah yang terfokus dengan
jelas?.......................................................................................................................1
2. Apakah metode penelitian (desain penelitian) sesuai untuk menjawab penelitian
pertanyaan?.............................................................................................................2
3. Apakah metode pemilihan subjek?.........................................................................3
4. Bisakah cara pengambilan sampel menimbulkan bias (seleksi)?............................3
5. Apakah sampel subjek mewakili yang berkaitan dengan populasi yang temuan
akan hilang?............................................................................................................4
6. Apakah ukuran sampel didasarkan pada pertimbangan pra-studi kekuatan
statistik?..................................................................................................................5
7. Apakah pengukuran (kuesioner) mungkin valid dan dapat diandalkan?................6
8. Apakah signifikansi statistik dinilai?......................................................................7
9. Apakah interval kepercayaan diberikan untuk hasil utama?...................................8
10. Mungkinkah ada faktor perancu yang belum diperhitungkan?...............................9
11. Bisakah hasil diterapkan ke organisasi Anda?........................................................9
12. Apakah semua hasil penting untuk individu atau populasi dipertimbangkan?.....10
13. Apa dampak penggunaan tes ini pada pasien /populasi Anda?.............................11
Daftar Pustaka..................................................................................................................14
Lampiran 1.......................................................................................................................15
Lampiran 2.......................................................................................................................16

i
Pertanyaan Analisis Kritis Jurnal

1. Apakah penelitian tersebut membahas pertanyaan/masalah yang terfokus dengan


jelas?
2. Apakah metode penelitian (desain penelitian) sesuai untuk menjawab penelitian
pertanyaan?
3. Apakah metode pemilihan subjek ?
4. Bisakah cara pengambilan sampel menimbulkan bias (seleksi)?
5. Apakah sampel subjek mewakili yang berkaitan dengan populasi yang temuan
akan hilang?
6. Apakah ukuran sampel didasarkan pada pertimbangan pra-studi kekuatan
statistik?
7. Apakah pengukuran (kuesioner) mungkin valid dan dapat diandalkan?
8. Apakah signifikansi statistik dinilai?
9. Apakah interval kepercayaan diberikan untuk hasil utama?
10. Mungkinkah ada faktor perancu yang belum diperhitungkan?
11. Bisakah hasil diterapkan ke organisasi Anda?
12. Apakah semua hasil penting untuk individu atau populasi dipertimbangkan?
13. Apa dampak penggunaan tes ini pada pasien /populasi Anda?

ii
Pembahasan Analisis Kritis Jurnal

1. Apakah penelitian tersebut membahas pertanyaan/masalah yang terfokus


dengan jelas?
Pada artikel utama yang disusun oleh Saswati dam Sutinah (2018), ariktel
tersebut membahas pernyataan dengan jelas dimana pengaruh peningkatan
aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi klien isolasi
social dalam hasil penelitian tersebut kemampuan sosialisasi klien diukur
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi TAKS adalah 2,42 dan sesudah
diberikan TAKS menunjukan nilai rata-rata 19,00, Analisa dengan uji paired
sample T-test menunjukan adanya pengaruh yang signifikan dari TAKS terhadap
kemampuan sosialisasi dengan p=0,009, sehingga penelitian ini dapat
disimpulkanada pengaruh peningkatan aktivitas kelompok sosialisasi terhadap
kemampuan sosialisasi klien isolasi social di ruang rawat inap rumah sakit jiwa
daerah provinsi Jambi tahun 2016.
Sedangkan pada artikel pendukung yang disusun oleh Direja dkk (2019)
yang membahas tentang pengaruh latihan keterampilan sosialisasi terhadap
kemampuan berinteraksi klien isolasi social. Pertanyaan ini terbahas dengan jelas
dimana hasil pada analisis data dilakukan secara univariatdanbivariat denganhasil
penelitian tersebut didapatkan: Dari 20 orang pasien sebelum latihan
keterampilan sosialisasi didapatkan 12 orang (60,0%) dengan kemampuan
interaksi kurang dan 8 orang (40,0%) dengan kemampuan interaksi sedang; Dari
20 orang pasien setelah latihan keterampilan sosialisasi didapatkan 4 orang
(20,0%) dengan kemampuan interaksi kurang, 15 orang (75,0%) dengan
kemampuan interaksi sedang dan 1 orang (5,0%) dengan kemampuan interaksi
baik; Hasil uji Wilcoxon Match Pair Test didapat nilai Z= 3,421 dengan
p=0,001<0,05 berarti signifikan, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Jadi,
dapat diambil kesimpulan ada pengaruh latihan keterampilan sosialisasi terhadap
kemampuan berinteraksi klien skizofrenia yang mengalami isolasi sosial di RSKJ
Soeprapto Provinsi.

1
2. Apakah metode penelitian (desain penelitian) sesuai untuk menjawab
penelitian pertanyaan?
Pada artikel pertama yang disusun Saswati dan Sutinah (2018), artikel ini
sesuai untuk menjawab pertanyaan dimana metode penelitian ini menggunakan
Quasi Experimentdesain pre-test and post-test yaitu dalam desain ini tidak
mempunyai batasan yang tetap terhadap randomisasi. Kemudian dilakukan pre-
test and post-test untuk dapat memungkinkan validitas lebih tinggi. Penelitian ini
dilakukan pada klien Isolasi sosial yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Jambi pada bulan Juni-Juli 2016 berjumlah 80 orang. Sampel pada
penelitian ini di ambil secara purposive sampling yaitu cara mengambil subjek
sesuai dengan tujuan dan memenuhi kriteria. Kriteria inklusi sampel yang akan
dilakukan dalam penelitian ini adalah klien dengan Isolasi sosial ; menarik diri
(kerusakan hubungan sosial) dan belum mengikuti TAKS, klien yang sudah
mendapatkan strategi pelaksanaan individu isolasi sosial dan bersedia menjadi
responden. Kriteria eksklusinya adalah klien yang tidak kooperatif. Sehubungan
dengan adanya kriteria inklusi, maka sampel dalam penelitian ini menjadi 12
responden. Pengumpulan data didapat dengan melakukan observasi
menggunakan lembar observasi evaluasi pada 7 sesi TAKS. Data dianalisis
menggunakan uji T-dependent dengan tingkat kepercayaan yang digunakan
95% , (α = 0,05) sehingga penelitian ini sudah mendukung dalam menjawab
pertanyaan dari penelitian.
Sedangkan dari artikel yang disusun oleh Direja, Deni dan Buyung
(2019), menggunakan metode desain penelitian pre experimental dengan
rancangan one group pretest posttest. Penelitian ini dilakukan pada seluruh klien
skizofrenia yang mengalami isolasi sosial di RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu
pada bulan Juni-Juli 2019. Sampel dalam penelitian ini menggunakan Total
Sampling sebanyak 20 orang pasien skizofrenia yang mengalami isolasi sosial
dengan kriteria bersedia menjadi responden, pasien dengan maslah skizofrenia
dan mengalami isolasi sosial, mampu mengikuti latihan keterampilan sosialisasi.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil observasi

2
langsung pada klien isolasi sosial di RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu.
Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan SPSS.
Sehingga metode penelitiannya sesuai digunakan dalam penelitian ini untuk
menjawab pertanyaan.
3. Apakah metode pemilihan subjek?
Pada artikel utama oleh Saswati & Sutinah (2018), metode yang
digunakan peneliti adalah penelitian Quasi Experimental dengan desain Pre and
Post test. Quasi Experimental Design merupakan penelitian yang melakukan uji
coba suatu intervensi pada sekelompok subjek dengan atau tanpa kelompok
pembanding namun tidak dilakukan randomisasi untuk memasukkan subyek ke
dalam kelompok perlakuan atau kelompok kontrol (Dharma, 2011).
Sedangkan metode penelitian yang digunakan oleh Direja, Ricardo &
Keraman (2019) pada artikel pendukung yaitu Pre Experimental Design dengan
bentuk one group pre-post test design. Pre Experimental Design merupakan
salah satu penelitian eksperimen yang memanipulasi variabel independen dengan
pemilihan subjek penelitian yang dilakukan secara random, dan tidak memiliki
kelompok kontrol atau kelompok pembanding (Swarjana, 2012).
4. Bisakah cara pengambilan sampel menimbulkan bias (seleksi)?
Pada artikel utama oleh Saswati & Sutinah (2018), teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah jenis purposive sampling. Purposive sampling
merupakan metode pemilihan sampel yang dilakukan dengan maksud dan tujuan
tetentu yang ditentukan oleh peneliti. Pada kondisi tertentu, metode ini sangat
tepat diterapkan dan digunakan terutama jika informasi atau data yangdiinginkan
hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja di dalam populasi (Budiarto, 2012;
Dharma, 2011).
Sedangkan penelitian artikel pendukung oleh Direja, Ricardo & Keraman
(2019), teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling. Total
sampling merupakan metode pemilihan sampel yang dilakukan bila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2017).

3
5. Apakah sampel subjek mewakili yang berkaitan dengan populasi yang
temuan akan hilang?
Artikel pertama atau utama yang berjudul “Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Sosialisasi Klien Isolasi Sosial”
oleh Saswati Nofrida dan Sutinah (2018) menggunakan sampel klien Isolasi
sosial yang di rawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Jambi pada bulan
Juni-Juli 2016 berjumlah 80 orang. Sampel pada penelitian ini di ambil secara
purposive sampling yaitu cara mengambil subjek sesuai dengan tujuan dan
memenuhi kriteria.

Menurut Sugiono (2016) juga mengatakan bahwa purposive sampling adalah


teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Kriteria inklusi sampel yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Klien dengan Isolasi sosial ; menarik diri (kerusakan hubungan sosial)


dan belum mengikuti TAKS
b. Klien yang sudah mendapatkan strategi pelaksanaan individu isolasi
sosial.
c. Bersedia menjadi responden Kriteria eksklusinya adalah klien yang tidak
kooperatif.

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Sugiono,2016)

Kriteria Ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat


mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian
(Sugiono,2016)

Sehubungan dengan adanya kriteria inklusi, maka sampel dalam penelitian ini
menjadi 12 responden yang masuk dalam kriteria.

4
Artikel kedua yang berjudul “Pengaruh Latihan Keterempilan Sosialisasi
Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Isolasi Sosial Di RSKJ Soeprapto
Provinsi Bengkulu” oleh Direja Surya herman ade, Deni Ricardo (2019) ,
Buyung Keraman menggunakan sampel seluruh klien skizofrenia yang
mengalami isolasi sosial di RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu pada bulan
Juni-Juli 2019. Sampel dalam penelitian ini menggunakan Total Sampling
sebanyak 20 orang pasien skizofrenia yang mengalami isolasi sosial dengan
kriteria bersedia menjadi responden, pasien dengan maslah skizofrenia dan
mengalami isolasi sosial, mampu mengikuti latihan keterampilan sosialisasi.

Menurut Sugiono (2016) mengatakan bahwa Total Sampling adalah teknik


pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.

Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari hasil observasi
langsung pada klien isolasi sosial di RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu.
Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan
SPSS.

6. Apakah ukuran sampel didasarkan pada pertimbangan pra-studi kekuatan


statistik?
Artikel pertama yaitu yang berjudul “Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Sosialisasi Klien Isolasi Sosial”
oleh Nofrida Saswati dan Sutinah tahun 2018. Isolasi sosial merupakan keadaan
dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya (Yosep, 2009). Salah satu
terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok pasien yang
mengalami gangguan sosialisasi yaitu adalah Terapi Aktivitas Kelompok:
Sosialisasi (TAKS). Menurut Keliat & Akemat (2005), terapi Aktivitas
Kelompok adalah metode pengobatan ketika klien dalam rancangan waktu
tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan. Fokus Terapi Aktivitas
Kelompok adalah membuat sadar diri (selfawerness), peningkatan hubungan

5
interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya. Selain itu terapi ini
merupakan upaya memfasilitasi kemampuan bersosialisasi dengan masalah
hubungan social klien isolasi melalui tujuh sesi untuk melatih kemampuan
sosialisasi klien.Berasarkan hasil penelitian yang dilakukan (Efendi,
Rahayuningsih, & Muharyati, 2002) didapatkan bahwa rata-rata perilaku isolasi
sosial sebelum pemberian TAKS adalah 31,50 dengan standar deviasi 2,369.
Sedangkan rata-rataperilaku isolasi sosial setelah pemberian TAKS adalah 40,10
dengan standar deviasi 2,025. Hasil uji statistik ini didapatkan nilai p = 0,00
(p<0,05) , maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh yang bermakna pada
pemberian TAKS terhadap perubahan perilaku klien isolasi sosial.
Artikel kedua yang berjudul “Pengaruh Latihan Keterampilan Sosialisasi
Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Isolasi Sosial Di RSKJ Soeprapto
Provinsi Bengkulu” oleh Ade Herman Surya Direja, Deni Ricardo dan Buyung
Keraman tahun 2019. Isolasi sosial merupakan keadaan seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien dengan isolasi sosial mengalami gangguan dalam
berinteraksi dan mengalami perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang
lain, lebih menyukai berdiam diri, dan menghindar dari orang lain.Menurut
penelitian sebelumnya yaitu Julianto (2017) yang meneliti tentang pengaruh
terapi aktifitas kelompok sosialisasi sesi 1 -7 terhadap peningkatan kemampuan
interaksi pada pasien isolasi sosial di rsjd dr. Amino gondohutomo semarang.
Didapatkan Skor rata-rata interaksi sosial sebelum diberikan TAK.
7. Apakah pengukuran (kuesioner) mungkin valid dan dapat diandalkan?
Instrumen penelitian pada artikel utama yaitu “Pengaruh Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Sosialisasi Klien Isolasi Sosial”
oleh Nofrida Saswati dan Sutinah tahun 2018 dan “Pengaruh Latihan
Keterampilan Sosialisasi Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Isolasi Sosial
Di RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu” oleh Ade Herman Surya Direja, Deni
Ricardo dan Buyung Keraman tahun 2019 ini tidak dilakukan uji reabilitas dan
uji validitas lagi karena instrumen ini menunjukan sudah baku. Pengumpulan

6
data didapat dengan melakukan observasi menggunakan lembar observasi
evaluasi pada 7 sesi TAKS. Instrumen penelitian yang digunakan pada dua
artikel ini adalah lembar observasi yang diambil dari buku Keliat dan akemat
(2005) bahwa Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dapat dibagi atas 7 sesi
yaitu :

1. Sesi 1, klien mampu memperkenalkan diri.


2. Sesi 2, klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.
3. Sesi 3, klien mampu bercakapcakap dengan anggota kelompok.
4. Sesi 4, klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik
pembicaraan.
5. Sesi 5, klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah
pribadi.
6. Sesi 6, klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi
kelompok.
7. Sesi 7, klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan.

Setelah semua kegiatan dilakukan, klein dapat menyampaikan apa


manfaat dari kegiatan tersebut dengan demikian diharapkan kemampuan klien
dalam kegiatan sosialisasi tersebut dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Setiap sesi latihan keterampilan sosialisasi dapat melatih klien
meningkatkan kemampuan komunikasi, sosialisasi, meningkatkan hubungan
interpersonal, saling memperhatikan, memberikan tanggapan, mengekspresikan
ide, dan merasakan kebersamaan (Kumar, 2015).

8. Apakah signifikansi statistik dinilai?


Artikel pertama dengan judul“ Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Terhadap Kemampuan Sosialisasi Klien Isolasi Sosial” Nofrida
Saswati & Sutinah 2018. Desain penelitian ini menggunakan rancangan the one
group pretest-postest, dengan teknik pengambilan sample secara purposive
sampling terhadap 12 responden . kemampuan sosialisasi klien diukur sebelum
dan sesudah dilakukan intervensi TAKS menggunakan lembar observasi. Hasil

7
analisa data menunjukkan nilai rata-rata kemampuan sosialisasi responden
sebelum diberikan TAKS adalah 2,42 dan sesudah diberikan TAKS
menunjukkan nilai rata-rata 19,00. Analisa data dengan penguji paired sample T-
test menunjukkan adanya pengaruh ini adalah pengaruh yang signifikan dari
TAKS terhadap kemampuan sosialisasi dengan p=0,009. Penelitian ini ada
pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi
klien isolasi social diruang rawat inap rumah sakit jiwa daerah provinsi Jambi
tahun 2016.
Artikel kedua dengan judul “Pengaruh Latihan Keterampilan Sosialisasi
Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Isolasi Sosial Di RSKJ Soeprapto
Provinsi Bengkulu” sample dalam penelitian ini menggunakan data primer yang
yang diperoleh dari hasil observasi langsung pada klien isolasi sosial di RSKJ
Soeprapto Provinsi Bengkulu. Hasil :Analisis data dilakukan secara univariat dan
bivarit. Hasil penelitian didapatkan : dari 20 orang pasien sebelum latihan
keterampilan sosialisasi didapatkan 12 orang (60,00%) dengan kemampuan
interaksi kurang dan 8 orang (40,0%) dengan kemampuan interaksi sedang; dari
20 orang pasien setelah latihan keterampilan sosialisasi didapat 4 orang (20,0%)
dengan kemampuan interaksi kurang, 15 orang (75,0%) dengan kemampuan
interaksi baik ; Hasil uji Wilcoxon Match Pairtest didapat nilai Z= 3,421 dengan
p=0,001<0,05 berartisignifikan, sehingga Ho ditolak da Ha diterima. Simpulan
:ada pengaruh latihan keterampilan sosialisasi terhadap kemampuan berinteraksi
klien skizofrenia yang mengalami isolasi sosial di RSKJ Soeprapto.
9. Apakah interval kepercayaan diberikan untuk hasil utama?
Pada penelitian oleh Saswati & Sutinah (2018), tidak tercantum dengan
jelas tingkat kepercayaan yang digunakan. Namun, pada hasil pembahasan
terdapat rata-rata, standar devisiasi serta sampel penelitian untuk mengetahui dari
tingkat kepercayaan penelitian. Penelitian ini lebih menggunakan nilai p yang
digunakan untuk menentukan hubungan dari kedua variabel. Nilai p adalah 0,05
atau 5%, sehingga dapat diketahui bahwa dari tingkat kepercayaan yaitu 95%

8
dari nilai signifikasi 100% - 5% = 95%. Jadi tingkat kepercayaan digunakan pada
hasil pembahasan penelitian.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Direja, Ricardo &
Keraman (2019), tingkat kepercayaan tercantum dengan jelas. Penelitian ini lebih
menggunakan nilai p yang digunakan untuk menentukan hubungan dari kedua
variabel. Nilai p adalah 0,05 atau 5%, sehingga dapat diketahui bahwa dari
tingkat kepercayaan yaitu 95% dari nilai signifikasi 100% - 5% = 95%. Jadi
tingkat kepercayaan digunakan pada hasil pembahasan penelitian.
10. Mungkinkah ada faktor perancu yang belum diperhitungkan?
Pada penelitian oleh Saswati & Sutinah (2018), pengambilan sampel
menggunakan Purposive Sampling yang mana pengambilan sampel dengan
metode ini telah sesuai dengan kriteria inklusi penelitian sehingga tidak ada
faktor perancu yang diperhitungkan.
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Direja, Ricardo &
Keraman (2019) pengambilan sampel menggunakan total sampling tanpa
menetapkan kriteria inklusi. Peneliti hanya memusatkan pada semua pasien
skizofrenia dengan isolasi sosial tanpa mengkaji tingkat keparahan isolasi sosial
dari klien, sehingga bisa jadi terdapat faktor perancu dalam penelitian ini yaitu
kemungkinan adanya pasien yang sudah pernah mendapatkan intervensi ini
sebelumnya.
11. Bisakah hasil diterapkan ke organisasi Anda?
. Pada artikel yang berjudul “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Terhadap Kemampuan Sosialisasi Klien Isolasi Sosial” kelompok
menyimpulkan bahwa hasil penelitian didapatkan TAKS efektif untuk
meningkatkan kemampuan bersosialisasi pada pasien isolasi sosial. TAKS dapat
dilakukan dengan klien dibantu untuk bersosialisasi dengan orang disekitarnya.
Bisa saja dilakukan dengan cara bertahap-tahap seperti interpersonal, kelompok
dan massa. TAKS dapat dilakukan dalam 7 sesi dan dilakukan secara bertahap.
Terlihat perubahan setelah dilakukan terapi, pasien dapat membina hubungan
baik dengan orang lain. Peningkatan kemampuan bersosialisasi pada pasien agar

9
pasien dapat mengekspresikan perasaaannya dan melatih prilaku pasien terhadap
orang lain. Maka dari itu TAKS dapat membantu pasien isolasi sosial dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi pasien.
Pada artikel yang berjudul “Pengaruh Latihan Keterampilan Sosialisasi
Terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Isolasi Sosial di RSKJ Soeprapto
Provinsi Bengkulu” kelompok menyimpulkan bahwa terapi bersosialisasi dapat
meningkatkan hubungan baik dan keterampilan bersosialisasi pada pasien isolasi
sosial. Manfaat dalam terapi ini bagi pasien yaitu disetiap sesi latihan klien
dilatih meningkatkan kemampun komunikasi, sosialisasi, meningkatkan
hubungan interpersonal, saling memperhatikan, memberikan tanggapan,
mengekspresikan ide dan merasa kebersamaan. Maka pasien isolasi sosial sangat
diperlukan untuk melakukan latihan ini secara rutin dan dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga kemampuan bersosialisasi pasien meningkat.
12. Apakah semua hasil penting untuk individu atau populasi dipertimbangkan?
Hasil penelitian artikel utama oleh Saswati & Sutinah (2018), penting
untuk dipertimbangkan praktisi keperawatan sebagai acuan dalam menerapkan
asuhan keperawatan jiwa untuk pasien dengan isolasi sosial dalam upaya
meningkatkan kemampuan sosialisasi dengan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi ini. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa klien isolasi
sosial sebelum dilakukan TAKS kurang mampu melakukan hubungan sosialisasi
dengan nilai rata-rata 2,42 sedangkan skor rata-rata kemampuan sosialisasi
sesudah dilakukan TAKS diperoleh nilai rata-rata 19,00 (kemampuan sosialisasi
baik). Dilihat dari nilai tersebut terjadi peningkatan kemampuan sosialisasi yang
signifikan pada klien dengan isolasi sosial. Hal ini dikarenakan setiap sesi TAKS
dapat melatih klien meningkatkan kemampuan komunikasi, sosialisasi,
meningkatkan hubungan interpersonal, saling memperhatikan, memberikan
tanggapan, mengekspresikan ide, dan merasakan kebersamaan.
Oleh karena itu sebaiknya terapi aktivitas kelompok sosialisasi harus
dilakukan kepada setiap klien isolasi sosial agar klien mendapatkan keterampilan
untuk berinteraksi sosial dan dapat digunakan dalam kehidupan sehari sehingga

10
dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi. Dari hasil penelitian tersebut, dapat
disimpulkan bahwa penelitan ini sangat penting untuk dipertimbangkan.
Sedangkan penelitian artikel pendukung oleh Direja dkk (2019), juga tak
kalah penting dipertimbangkan karena hasil penelitian ini memiliki hasil yang
baik yang mana terdapat pengaruh bermakna antara terapi aktivitas kelompok
sosialisasi terhadap kemampuan sosialiasi pada pasien dengan isolasi sosial.
Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian Direja dkk (2019), sebelum
dilakukan latihan keterampilan sosialisasi didapatkan bahwa 12 orang (60,0%)
dengan kemampuan interaksi kurang dan 8 orang (40,0%) dengan kemampuan
interaksi sedang. Setelah dilakukan latihan sosialisasi didapatkan hasil 4 orag
(20,0%) dengan kemampuan interaksi kurang, 15 orang (75,0%) dengan
kemampuan interaksi sedang dan 1 orang (5,0%) dengan kemampuan interaksi
baik. Beranjak dari hasil penelitian ini, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
penelitian ini sangat penting dipertimbangkan untuk diterapkan.
Klien isolasi sosial hanya suka menyendiri dan tidak tahu bagaimana
mengatasi masalah yang dihadapinya serta merasa takut untuk berhubungan
dengan orang lain. Klien isolasi sosial mungkin merasa ditolak, tidak terima,
kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.
Oleh karena itu, berdasarkan hasil penelitian kedua artikel tersebut menunjukkan
bahwa terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada pasien dengan isolasi sosial
dapat membantu pasien untuk meningkatkan keterampilan sosialisasinya
sehingga terapi aktivitas kelompok sosialisasi ini dinilai sangat penting dilakukan
demi membantu pasien dengan isolasi sosial mencapai kesembuhan.
13. Apa dampak penggunaan tes ini pada pasien /populasi Anda?
Pada artikel penelitian utama oleh Saswati & Sutinah (2018), yang
berjudul “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi terhadap Kemampuan
Sosialisasi Klien Isolasi Sosial” diketahui bahwa dampak dari terapi aktivitas
kelompok sosialisasi ini adalah dapat meningkatkan keterampilan sosialisasi
seseorang. Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap yang negative dan

11
mengancam bagi dirinya. Membantu klien menyadari perilaku isolasi sosialnya
dan melatih berinteraksi dengan orang lain secara bertahap dapat dilakukan
perawat pada pasien isolasi sosial.
Terapi generalis dalam bentuk kelompok yang dapat diberikan yaitu
Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS). TAKS adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah pasien dengan masalah hubungan
sosial. TAKS dilaksanakan agar subjek dapat melakukan latihan sosialisasi
dengan individu sekitar secara bertahap mulai dari sesi 1-7. Sesi 1 tentang
kemampuan memperkenalkan diri, sesi 2 kemampuan berkenalan, sesi 3
kemampuan klien bercakap-cakap, sesi 4 kemampuan klien bercakap-cakap topik
tertentu, sesi 5 kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi, sesi 6 kemampuan
bekerja sama dalam permainan sosialisasi, dan sesi 7 kemampuan sosialisasi dan
klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan. Setelah semua
kegiatan dilakukan, klien dapat menyampaikan apa manfaat dari kegiatan
tersebut dengan demikian diharapkan kemampuan klien dalam kegiatan
sosialisasi tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil pada artikel penelitian utama ini didaptkan kemampuan sosialisasi
klien klien sebelum dan sesudah mendapatkan TAKS terdapat perbedaan dan
peningkatan yang signifikan dikarenakan klien yang belum mendapat TAKS
belum terlatih untuk membina hubungan interpersonal, komunikasim dan
mengungkapkan masalah pada dirinya sedangkan klien isolasi sosial yang telah
mendapatkan TAKS telah mendapatkan 7 sesi kegiatan terapi yang dapat
meningkatkan kemampuan klien dalam bersosialisasi dan membina hubungan
yang baik dengan orang lain dan lingkungan sekitar.
Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan asuhan keperawatan pada
pasien isolasi sosial dalam upaya meningkatkan kemampuan sosialisasi dengan
terapi aktivitas kelompok. Hal ini dilakukan agar klien dengan isolasi sosial
mampu mengekspresikan perasaan dan latihan perilaku dalam berhubngan
dengan orang lain kemudian dapat membantu klien agar mampu bersosialisasi

12
dengan baik dan saling terbuka sehingga permasalahan yang dihadapi dapat
teratasi.
Penelitian ini didukung oleh artikel pendukung yang kelompok kami pilih
dengan judul “Pengaruh Latihan Keterampilan Sosialisasi terhadap Kemampuan
Berinteraksi Klien Isolasi Sosial di RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu” oleh
Direja dkk (2019) . Dalam artikel pendukung ini menunjukkan hasil bahwa
terdapat pengaruh bermakna kemampuan sosialisasi klien sebelum dan sesudah
diberikan latihan keterampilan sosialisasi.

13
Daftar Pustaka

Budiarto, Eko. (2012). Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: EGC.
Dharma, Kelana Kusuma. (2011) Metodologi Penelitian Keperawatan: panduan
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta: Trans Info Media.
Direja, Ade Herman Surya dkk. 2019. Pengaruh Latihan Keterampilan Sosialisasi
terhadap Kemampuan Berinteraksi Klien Isolasi Sosial di RSKJ Soeprapto
Provinsi Bengkulu. Bali Health Published Journal Vol. 2 No.1.
Saswati, Nofrida., Sutinah. 2018. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
terhadap Kemampuan Sosialisasi Klien Isolasi Sosial. Jurnal Endurance 3(2)
Juni 2018 292-301.DOI : http://doi.org/10.22216/jen.v3il.2492
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sutejo. 2017. Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa : Gangguan
Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta : PT Pustaka Baru.
Swarjana, I Ketut. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: CV ANDI
OFFSET.

14
Lampiran 1

15
Lampiran 2

16

Anda mungkin juga menyukai