TUGAS SARJANA
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknik
Oleh
Prihadi Prasetyo
13111003
Tugas Sarjana
Oleh
Prihadi Prasetyo
13111003
Pembimbing
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karena
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tugas sarjana yang
berjudul “Studi Penentuan Geometri Turbin Radial Aliran Masuk pada Siklus
Rankine Organik dengan Fluida Kerja R134a”. Buku ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari program studi Teknik Mesin,
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung.
Selama pengerjaan tugas sarjana ini, penulis mendapatkan banyak sekali
bantuan baik dalam bentuk pengajaran, bimbingan, bantuan, dukungan dan
semangat dari berbagai pihak. Penulis dengan sepenuh hati mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ari Darmawan Pasek selaku pembimbing tugas sarjana yang
telah memberi bimbingan dan arahan sedari awal pengerjaan sehingga tugas
sarjana ini dapat diselesaikan.
2. Ibu dan kakak penulis yang senantiasa memberikan semangat dan motivasi
untuk menyelesaikan tugas sarjana ini.
3. Segenap dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara yang telah
mengajarkan dan memberikan pelajaran hidup yang berharga.
4. Staff Laboratorium Termodinamika terkhusus pada Ibu Tuti yang telah
ramah kepada penulis selama bernaung di Lab.
5. Teman-teman Teknik Mesin ITB 2011 terutama Barcuk, Hanif, Pijul, Jalu,
Faisal, Luthfan, dan Iduy sebagai teman karib penulis. Juga kepada
Mushlih, Enrico, Isnain, dan Fachry sebagai ADP Boys yang telah
menemani perjuangan penulisan tugas akhir ini sedari awal. Tak lupa
teman-teman Lab Termodinamika Akbaw, Agung, Adi, Agreen, Je ki, Rafi,
Idris, Joel, Kamal, Madun, Didit, Razif dan Addo yang telah menemani
penulis selama di lab.
6. Terkhusus kepada Kania Devi Suharno yang telah memperhatikan dan
mengingatkan penulis dengan tulus agar mengerjakan tugas sarjana ini
setiap hari.
i
7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam perkuliahan dan penulisan tugas sarjana ini.
Penulis sadar apabila tugas sarjana ini masih terdapat kekurangan sehingga
penulis dengan terbuka mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
Bandung, 27 Agustus 2015
Penulis,
Prihadi Prasetyo
13111003
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR NOTASI
ix
⃗
t b
:
:
vektor tegak lurus profil sudu (-)
tebal sudu rotor (m)
U : kecepatan singgung fluida (m/s)
v s : perbandingan kecepatan total dan statik (-)
W : kecepatan relatif keluar uap (m/s)
z : arah aksial (-)
α : sudut serang (derajat)
β : sudut sudu (derajat)
γ sudut penyetelan nosel (derajat)
ηtt : efisiensi total terhadap total (%)
θ : sudut camberline (derajat)
θ : sudut polar (derajat)
ξ : parameter tuna dimensi (-)
ρ : massa jenis (kg/m3)
τ : sudut antara garis quasi-normal dengan
dengan arah radial (derajat)
φ : sudut singgung sudu terhadap arah aksial (derajat)
χ : sudut singgung nosel (derajat)
ω : kecepatan putar (RPM, rad/s)
Keterangan Subskrip
0 : kondisi total
1 : kondisi masuk volute
2 : kondisi keluar volute dan
volute dan masuk nosel
3 : kondisi keluar nosel
4 : kondisi masuk rotor
5 : kondisi keluar sudu
h : kondisi hub
id : kondisi ideal
m : arah meridional
max : kondisi maksimum
N : parameter nosel
out : kondisi sisi keluar
x
R : parameter rotor
s : kondisi shroud
kondisi shroud
θ : arah tangensial
xi
1 Bab 1
Pendahuluan
1
Prestasi kerja dari SRO ditentukan oleh performa termodinamika dari fluida
kerja yang digunakan dan efisiensi komponen yang menyusun siklus tersebut. Salah
satu komponen yang paling mempengaruhi ektstraksi energi dari siklus Rankine
organik adalah turbin. Terdapat dua jenis turbin yang dapat digunakan, yakni turbin
aksial dan turbin radial. SRO menawarkan efisiensi terbaik saat dioptimasi
bersamaan dengan perancangan turbin [9]. Sampai saat ini, turbin radial masih
jarang sekali diteliti lebih lanjut di Indonesia. Oleh karena itu, pengkajian tentang
turbin radial penulis anggap masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
1.2 Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mendapatkan geometri dan
memperkirakan performa dari turbin radial aliran masuk untuk SRO menggunakan
fluida kerja R134a. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
2
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan
Penentuan geometri turbin radial aliran masuk terbatas pada pertimbangan
aspek hidrodinamika dan termodinamika yang terjadi pada tiap komponen turbin.
Proses pembuatan, pemilihan material, aspek tegangan, metoda perawatan, dan
vibrasi tidak dibahas pada proses perancangan. Asumsi termodinamika yang
digunakan pada seluruh tahapan penentuan geometri adalah proses ekspansi pada
turbin bersifat adiabatik dimana tidak ada kalor yang masuk dan keluar selama
proses ekspansi berlangsung.
Penelitian ini akan membahas perancangan geometri dari turbin radial
khususnya turbin radial aliran masuk menggunakan fluida kerja R134a dengan
temperatur masuk turbin berkisar 80-130 ⁰C dan tekanan masuk berkisar 1,5-5 bar
sehingga menghasilkan daya keluaran sebesar 20-25 kW.
3
Hasil geometri rancangan kemudian diterjemahkan menjadi bentuk tiga
dimensi dengan menggunakan perangkat lunak CAD. Setelah geometri tiga dimensi
selesai dibuat, dilakukan analisis Computational Fluid Dynamics (CFD)
menggunakan program ANSYS CFX untuk proses simulasi.
Bab 5 menyajikan kesimpulan dan saran dari penelitian ini. Pada bagian
akhir disertakan daftar pustaka dan lampiran.
4
2 Bab 2
Dasar Teori dan Tinjauan Pustaka
Tu rbin Generator
Pompa
1 Penukar Panas 4
(Kondensor)
Aliran fluida
dingin
5
bergantung pada geometri utama
utama dua dimensi dari
dari sudu rotor. Pada tahap ini, volute
dan nosel dianggap memiliki rugi-rugi yang kecil sehingga tingkat keadaan masuk
rotor dianggap sama dengan tingkat keadaan masuk masuk volute
volute [17].
Perancangan awal menggunakan alur pengerjaan seperti diagram alir di bawah ini:
Mulai A
Meramalkan efisiensi
total-to-total
total-to-total rot or
Menghitung segitiga
kecepatan rotor inlet
Selesai
Menghitung tingkat
keadaan masuk inlet
(densitas, bilangan
mach, tekanan st atik,
temperatur statik)
Menghitung area
passage inlet dan exit
Menghitung parameter
geometri (tebal, rh, rt,
r4, b4, panjang rotor
axial, jumlah blade
A
rotor, r5, b5, jarak pitch
s5, panjang chord,
panjang rata-rata
surface rotor)
14
hingga 0,75 untuk efisiensi maksimum yang dibuktikan secara empirik. Berikut
adalah rumusan dari kecepatan spesifik [18]:
Gambar 2.11 Diagram hubungan kecepatan spesifik terhadap efisiensi maksi mum
turbin [19]
15
Gambar 2.12 Kurva ns
ns –
– Ds
Ds dari turbin radial [18]
Velocity ratio
ratio adalah perbandingan antara kecepatan sudu rotor masuk
terhadap Cs. Cs adalah kecepatan yang dapat dicapai oleh fluida kerja apabila
diekspansikan secara ideal dengan rasio tekanan p01/pexit yang sama. Velocity ratio
memliki nilai maksimum sebesar 0,7 agar efisiensi bernilai maksimum [18].
20.(737 )
(2.3)
, (2.4)
φ (2. 7)
φ (2. 8)
Efisiensi akan bernilai maksimum saat koefisien aliran bernilai 0,2-0,3 dan
koefisien beban berada pada 0,9-1,0.
0,9-1, 0. Nilai ζ normalnya mendekati satu [18].
satu [18].
16
ζ = Cm4/Cm5 (2. 9)
Peramalan efisiensi total terhadap total dari rotor dapat diestimasi
menggunakan koefisien beban dan aliran menggunakan umus berikut [18]
Gambar 2.13 Kurva efisiensi turbin radial terhadap koefisien beban dan koefisien
aliran [18]
Tingkat keadaan pada rotor masuk dan keluar dapat dihitung menggunakan
persamaan berikut [18]
17
, 1 − , (2.18)
Segitiga kecepatan pada stasiun masuk dan keluar rotor dijelaskan pada
gambar di bawah. Persamaan yang digunakan pada segitiga kecepatan adalah
persamaan Euler untuk mesin-mesin turbo. Turbin diinginkan mencapai kondisi
kerja optimal sehingga diasumsikan kecepatan tangensial keluar rotor (
nol untuk mengurangi rugi-rugi saat fluida keluar dari rotor. Berikut adalah
bernilai
(2.25)
, (2.26)
18
Gambar 2.14 Segitiga kecepatan pada stasiun masuk dan keluar rotor (20)
Penampakan samping dari sudu rotor dapat dilihat pada gambar di bawah ini
berikut dengan nomenklatur penamaannya.
Jari-jari sisi masuk rotor, r 4, dan lebar saluran pada sisi masuk rotor, b 4, dapat
diketahui melalui persamaan berikut [17]:
(2.31)
19
Ketebalan sudu pada stasiun masuk dan keluar dan jari-jari hub keluar
didapatkan melalui persamaan berikut [17]:
0,0,0042 (2.33)
(2.34)
0,185 (2.35)
Perbandingan jari-jari shroud sisi keluar rotor, r 5s, dan jari-jari masuk
rotor,r 4, direkomendasikan menggunakan persamaan berikut [17]
≤ 0,78 (2.36)
Jari-jari keluar rotor, r 5, dan lebar saluran pada sisi keluar rotor, b 5,
didapatkan melalui persamaan [17]:
+ (2.39)
(2.40)
Jarak pitch antar sudu pada stasiun keluar rotor, s 5, didapatkan melalui
persamaan [17]:
− + + (2.42)
Panjang chord sudu rotor, C r , didapatkan melalui persamaan berikut (20):
Tingkat keadaan masuk dan keluar pada kondisi statik dapat diketahui
melalui persamaan [18]:
20
Koordinat dari titik-titik grid pada kontur untuk membentuk garis quasi-
normal dapat didekati melalui persamaan berikut [17]:
∫ (2.66)
(2.68)
sicosn (2.69)
(2.70)
tan (2.71)
25
yc
r c
θc
xc
Dengan adalah koordinat titik arah radial dan m adalah panjang
meridional dari titik grid.
Parameter sudut terakhir yang dicari adalah sudut singgung antara
permukaan sudu dengan arah aksial, , menggunakan persamaan berikut [17]
meridional.
26
Untuk mendapatkan variabel penyusun vektor singgung sudu arah
meridional, , digunakan persamaan berikut
sicosn sisinnsisinn cos cos (2.74)
cossin
Metoda yang digunakan untuk menentukan nilai penyusun vektor sejajar
(2.76)
elemen garis sudu, ⃗ , adalah metoda straightline element . Metoda ini
mentransformasikan tiap titik pada kontur hub dan shroud dan kemudian titik yang
telah ditransformasi dihubungkan dengan garis lurus. Berikut adalah persamaan
(2.78)
geometri dengan mengalikan cross product suku penyusun vektor tegak lurus profil
Dengan nilai z adalah koordinat aksial yang dimiliki oleh kontur hub dan shroud
27
airfoil yang dibentuk melalui profil garis camberline. Profil garis camberline
memenuhi fungsi berikut [17]:
Mulai
Membuat profil
camberline sudu
Evaluasi parameter
nosel
Selesai
− −
− 0
(2.85)
[ +−
−
]
(2.86)
28
Lokasi normalisasi dari letak tebal maksimum sudu, d/c
Rasio jarak pitch keluar terhadap panjang chord, s 3/c
Jumlah sudu nosel, N n
Nilai minimum dari rasio radius keluar nosel dengan radius masuk rotor,
r 3/r 4, didapat melalui persamaan berikut [17]:
1 ∝ (2.92)
⁰
Batasan sudut masuk β 2 ≥ 5 , persamaan untuk sudut setel sudu dengan sudut
garis camber sudu adalah sebagai berikut [17]:
cos cos (2.97)
C=
−
ϒ
(2.99)
30
0,4 (2.104)
+ ≤ 1
−
(2.105)
Pada kenyataannya, sudu nosel harus diseting dengan cara diputar dengan
sudut tertentu pada ring nosel dengan menggunakan persamaan dibawah dengan
batasan 0 ≤ Xc ≤ c. Dibawah ini digambarkan profil yang telah diputar dengan sudut
ϒ3 [17].
±± 0,0,55cos
sin
(2.107)
(2.108)
31
Gambar 2.21 Penyetelan sudut sudu nosel
Mulai
Menghitung A1 hingga
nilai r1 konvergen
Menghitung Ac dan rc
Membuat 3D dengan
bantuan CAD dari volute
Selesai
32
Perancangan volute menggunakan parameter luas primer dari laluan volute,
A1, dan radius rata-rata, r 1. Dari persamaan kekekalan massa dan momentum pada
daerah masuk nosel, didapat [17]:
̇ (2.109)
(2.110)
Untuk vaneless passage yang ada diantara volute dengan nosel, Aungier
menggunakan asumsi pada perancangan awal dengan menggunakan lebar passage
yang tetap dengan memasukkan rasio antara masuk dan keluar sebesar 1. Untuk
memudahkan perhitungan, tingkat keadaan keluar volute disamakan dengan tingkat
keadaan masuk walaupun ada vaneless passage[17].
Terdapat dua jenis volute yakni tipe internal dan tipe eksternal. Tipe
eksternal menggunakan penampang elips, sedangkan tipe internal didesain agar
volute masuk dan keluar memiliki radius yang identik. Volute tipe eksternal dipilih
dengan alasan radius yang semakin mengecil akan memperepat kecepatan
tangensial yang dimiliki fluida untuk kecepatan awal yang sama. Profil volute
internal memiliki keunggulan radius maksimum yang lebih kecil.
Gambar 2.23 Volute tipe internal (kiri) dan tipe eksternal (kanan) [17]
Entalpi statik dari fluida masuk dihitung dengan cara [17]
(2.112)
33
Pada saat transformasi koordinat sudu, penulis menggunakan turbin radial
dengan tipe radial elemen. Penulis menggunakan kontur shroud dan hub saja untuk
mengubah geometri 2 dimensi menjadi bentuk tiga dimensi.
Untuk mendapatkan garis quasi-normal , penulis menggunakan cara
tersendiri karena rumitnya persamaan analitik pada Persamaan 2.66 yang dijelaskan
oleh Aungier. Penulis menggunakan fasilitas program CAD SolidWorks yang dapat
membagi garis sama besar. Penulis juga tidak memperhitungkan besar deviasi
parameter sudut dengan alasan tujuan awal garis quasi-normal adalah membagi
bagian kontur hub dan shroud sama besar yang sudah dipenuhi oleh metoda penulis.
Berikut adalah hasil pembagian kontur hub dan shroud menggunakan
perangkat lunak SolidWorks menggunakan fitur Reference Geometry.
46
3 0,00769 0,04113 0,01328 0,02022
4 0,01153 0,04118 0,0193 0,02338
5 0,01532 0,04172 0,0246 0,02763
6 0,0183 0,04403 0,02899 0,03281
7 0,01996 0,04749 0,0323 0,03875
8 0,021 0,05119 0,03441 0,04521
9 0,02176 0,05496 0,03524 0,05195
10 0,02235 0,05876 0,03526 0,05876
rotor:
Tabel 3.10 Tabel parameter sudut pada kontur shroud rotor
Nomor
titik
m θs(derajat) βs(derajat)
(derajat)
1 0 0 123,982 5,134
2 0,007 6,663 123,060 -1,784
3 0,014 12,892 120,493 -1,529
4 0,021 18,354 116,550 3,771
5 0,028 22,820 111,720 12,059
6 0,035 26,181 106,747 21,441
7 0,043 28,448 101,413 29,946
8 0,050 29,729 96,0486 34,942
9 0,057 30,243 91,7701 33,298
47
10 0,064584 30,322 90 23,006
Tabel 3.11 Tabel parameter sudut pada hub rotor
Nomor
Titik
m θh(derajat) βh(derajat)
(derajat)
1 0 0 106,115 -0,211
2 0,011 7,047 108,627 6,769
3 0,022 13,287 110,107 13,418
4 0,033 18,562 110,253 19,644
5 0,044 22,820 108,534 25,320
6 0,055 26,073 104,665 30,258
7 0,066 28,362 99,1593 34,207
8 0,077 29,747 93,682 36,064
9 0,088 30,276 90,837 37,921
10 0,099 30,322 90,853 37,109
Gambar 3.9 Kurva perancangan detail sebaran sudut sudu terhadap koordinat
meridional ternormalisasi
48
Koordinat kartesian hasil perhitungan detail sudu rotor terdapat pada file
Microsoft Excel yang ada pada CD tugas sarjana ini. Setelah didapatkan koordinat
titik di ruang tiga dimensi, berikut adalah langkah-langkah yang ditempuh hingga
bentuk sudu tiga dimensi didapatkan di perangkat CAD Autodesk Inventor :
49
Gambar 4.3 Tampilan pada ANSYS Meshing
61
menghilangkan Default Domain dengan menghilangkan centang Automatic
Default Domain dan Automatic Default Interfaces pada menu Edit –
Options - General . Hal tersebut dilakukan oleh penulis dikarenakan step
Turbo Mode akan membuatkan domain baru yang tidak boleh bertumpang
tindih dengan domain sebelumnya.
2. Menjalakan Turbo Mode melalui menu Tools – Turbo Mode.
3. Pada menu Basic Settings di Turbo Mode, penulis memilih tipe simulasi
sebagai Radial Turbin dan memposisikan koordinat sumbu sesuai dengan
kordinat sumbu dari desain.
4. Membuat domain simulasi pada menu selanjutnya. Penulis membagi tiga
domain yakni domain volute (S1), nosel (S2), dan rotor (R1). Penulis
memberikan keterangan bagian-bagian komponen seperti rotor hub, rotor
shroud, dan lain-lain sesuai dengan desain pada bagian menu Component
Definition.
62
5. Mendefinisikan jenis fluida kerja yang digunakan pada menu selanjutnya
yakni Physics Definition. Penulis menggunakan model real gas Redlich
Kwong Dry Refrigerant R134a (R134aRK) sebagai fluida kerja. Model
turbulensi yang digunakan adalah SST (Shear Stress Transport ) dan model
perpindahan panas Total Energy dimana model turbulensi ini merupakan
model turbulensi terbaik yang dapat digunakan pada pemodelan mesin
turbo.
6. Pada halaman menu yang sama, penulis menggunakan model tekanan
masuk total dan tekanan statik keluar. Model ini yang menurut penulis
paling menggambarkan fenomena simulasi dan yang paling mendekati
desain perhitungan teoretik setelah melalui sekian banyak pemodelan.
Tekanan masuk total diisikan dengan besaran tekanan masuk total (P 04)
pada rotor stasiun masuk dan tekanan keluar statik yang digunakan adalah
tekanan (P5) pada stasiun keluar. Tekanan referensi yang digunakan adalah
0 atm dengan tujuan seluruh kondisi tekanan dalam kondisi absolut.
63
7. Mendefinisikan zona interface yang menghubungkan antar komponen. Pada
bagian antara volute dengan nosel, tidak terdapat perpindahan rotasional
antar mesh sehingga interface yang digunakan adalah tipe None. Pada
bagian nosel dengan rotor, terdapat perpindahan rotasional yang selalu
berubah terhadap waktu karena domain rotor yang selalu berputar sehingga
interface yang digunakan adalah tipe Stage.
8. Mengecek boundary yang telah otomatis dibuat oleh turbo mode pada
halaman selanjutnya. Pada tahapan ini, yang perlu dilakukan adalah
mengecek seluruh permukaan pada domain telah memiliki boundary dan
memiliki kondisi yang sesuai dengan kondisi simulasi yang diinginkan.
64
terjadi pada turbin. Hal ini terjadi apabila kondisi awal opera si laju aliran massa d an
kecepatan putar akan secara transien membesar hingga suatu nilai dan kemudian
steady. Hal tersebut membutuhkan simulasi dalam keadaan transien. Akan tetapi,
penulis tidak membahas perubahan laju aliran massa dikarenakan simulasi yang
digunakan terbatas pada kondisi tunak.
Sudu rotor yang diambil oleh penulis adalah 13 buah yang mana optimum
pada jumlah sudu nosel sebanyak 21 buah. Perlu diadakan investigasi lebih lanjut
tentang variasi jumlah sudu rotor dan jumlah sudu nosel terhadap kinerja performa
dari turbin radial.
81
5 Bab 5
Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
1 Parameter koefisien beban, koefisien aliran, dan kecepatan putar rotor
berpengaruh kepada hasil desain awal rotor yang mana sangat menentukan
performa turbin pada saat perancangan detail. Pada perancangan digunakan
nilai koefisien beban sebesar 0,905 dan koefisien aliran sebesar 0,26.
2 Desain awal turbin menghasilkan daya spesifik sebesar 9,58 kW/kg dengan
efisiensi total terhadap total sebesar 70,14%. Dengan data r 2/r 3 sebesar 1,5,
jumlah sudu rotor 13 buah, dan kecepatan putar rotor sebesar 20.000 RPM.
Hal ini sesuai dengan validasi performa desain awal dengan menggunakan
simulasi CFD dimana efisiensi turbin adalah 69,45%.
3 Telah mendapatkan metoda perancangan detail pada rotor yang lebih
sederhana dan mudah dilakukan pada bagian penentuan garis quasi-normal
dan sebaran sudut polar pada rotor hub. Metoda transformasi sudu hanya
pada bagian kontur ternyata dapat dilakukan dan mendapatkan efisiensi
yang cukup baik.
4 Hasil optimasi melalui simulasi CFD menunjukkan performa terbaik dari
turbin terjadi pada rasio r 2/r 3 sebesar 1,2, jumlah sudu rotor sebanyak 13
buah, dan kecepatan putar rotor sebesar 20.000 RPM yakni efisiensi total
terhadap total sebesar 89,4% dengan daya keluaran spesifik 16,77 kW/kg
dengan daya keluaran sebesar 24,98 kW.
5 Penggunaan nosel pada turbin radial aliran masuk berfungsi untuk
mengarahkan sudut serang aliran fluida masuk rotor sehingga dapat
meningkatkan efisiensi total terhadap total.
6 Penggunaan bentuk mesh yang terstruktur pada tahap CFD dapat memotong
waktu proses dan mempermudah konvergensi iterasi. Penggunaan boundary
condition tekanan masuk dan tekanan keluar menghasilkan iterasi pada
82
solver yang lebih mudak konvergen dan memiliki hasil komputasi yang
mendekati hitungan manual.
5.2 Saran
1 Korelasi antara jumlah sudu rotor dengan jumlah sudu nosel terhadap
performansi turbin radial aliran masuk perlu diinvestigasi lebih dalam
mengingat kombinasi jumlah sudu rotor dan jumlah sudu nosel pada tugas
sarjana ini tidak divariasikan.
2 Perlu diadakan simulasi lebih lanjut menggunakan simulasi transien pada
turbin sehingga didapatkan perilaku performa turbin terhadap perubahan
laju aliran massa dan kecepatan putar rotor.
83
6 DAFTAR PUSTAKA
[7] Y. Li, Analysis of Low Temperature Organic Rankine Cycles for Solar,
2013.
84
[13] L. J. Brasz dan W. M. Bilbow, “Ranking of Working Fluids for Organic
Rankine Cycle Applications,” International Refrigeration and Air
Conditioning, 2004.
85