Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Seni Budaya

ESTETIKA SENI LUKIS KARYA KOEBOE SARAWAN

Yulianto
Program Pascasarjana
Institut Seni Indonesia Surakarta
Jl. Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta, 57126

Dharsono Sony Kartika


ISI Surakarta

ABSTRAK

Tulisan ini merupakan bagian dari karya tesis Yulianto, 2017, dengan judul “Seni Lukis karya Koeboe Sarawan,
Kritik Seni Holistik.” Keberadaan seni lukis karya Koeboe Sarawan dalam kancah seni rupa modern Indonesia,
dipahami sebagai karya seni yang memiliki karakteristik tersendiri. Eksistensi dan konsistensi Koeboe dalam
melahirkan karya-karya diyakini tidak lepas dari sebuah proses kreatif, telah melatar belakangi perumusan
masalah tulisan ini: 1) Bagaimana proses penciptaan seni lukis Koeboe Sarawan?; 2) Bagaimana bentuk
estetis seni lukis karya Koeboe Sarawan?. Penelitan ini merupakan sebuah penelitian kualitatif, dengan
menggunakan pendekatan kreativitas. Metode dalam penelitian ini, yakni deskriptif analisis dan didukung
analisis interpretatif. Temuan dalam penelitian ini adalah karya seni lukis Koeboe Sarawan merupakan bentuk
aktualisasi diri seniman (Koeboe Sarawan) dalam memahami perjalanan dan arti kehidupan sejati. Karya-
karya seni lukis karya Koeboe Sarawan telah menghadirkan nilai-nilai estetika; kesatuan, kompleksitas, dan
intensitas.
Kata kunci: konsep penciptaan, kreativitas, dan estetika.

ABSTRACT

This paper is part of Yulianto’s thesis work, 2017, with the title “Seni Lukis Karya Koeboe Sarawan, Kritik Seni
Holistik.” The existence of Koeboe Sarawan’s art of painting in the Indonesian modern art scene is understood
as an artwork that has its own characteristics. Koeboe’s existence and consistency in giving birth to the works
is believed to be inseparable from a creative process, has been the background of the formulation of this
writing problem: 1) What is the process of Koeboe Sarawan’s painting art creation ?; 2) What is the aesthetic
form of painting by Koeboe Sarawan? This research is a qualitative research, using a creative approach. The
method in this study, which is descriptive analysis and supported by interpretive analysis. The findings in this
study are that Koeboe Sarawan’s painting is a form of self-actualization of the artist (Koeboe Sarawan) in
understanding the journey and meaning of true life. The works of painting by Koeboe Sarawan have presented
aesthetic values; unity, complexity, and intensity.
Keywords: creation, creativity, and aesthetic concepts.

A. Pengantar integratif dibandingkan dengan manusia pada


umumnya. Dalam kesehariannya kebutuhan Koeboe
Koeboe Sarawan, atau lebih akrab dipanggil tidak cukup sebatas terpenuhinya kebutuhan primer
Koeboe merupakan perupa yang lahir di Batu, tanggal maupun sekunder. Melainkan, kekuatan berpikir,
29 Juni 1961. Nama Koeboe mulanya samar-samar kepekaan rasa, etika ataupun moral yang dimiliki
didengar dalam peta perupa nasioal, bertepatan pada Koeboe telah diolah dalam hidup berkesenian.
boom seni lukis “Surealisme Yogyakarta” tahun 1980- Koeboe mengawali hidup dalam relung-relung
an. Sebagai pelukis yang kreatif dan intens berkarya, seni rupa bermula dari sebuah hobi menggambar di
Koeboe nampak tidak sebatas cukup mengarus pada masa kecil. Perjalanan Koeboe yang “dibarengi”
gejala boom tersebut. Hal ini dapat dipahami lebih dengan terus berproses, telah mengendapkan
dari 30 tahun, eksistensi dan konsistensi Koeboe pikirannya untuk menjadikan berkesenian (seni lukis)
dalam dunia seni lukis mampu bertahan hingga saat sebagai jalan hidup. A. Sadali (1986) mengungkapkan
ini. terdapat tiga faktor yang mempengaruhi seniman dalam
Sebagai seorang pelukis, kehidupan Koeboe berkarya. Kesatu, faktor internal yaitu, lingkungan
dapat diartikan telah dimuati pemikiran yang lebih sekitar yang di dalamnya seniman hidup sehari-hari

168 Volume 15 Nomor 2, Desember 2017


Yulianto: Estetika Seni Lukis Karya Koeboe Sarawan

bahkan dari lahir, hidup, dan berkembang. Kedua, faktor sebagaimana insting yang kita miliki (Jung dalam
eksternal yakni sesuatu yang berada di luar lingkungan Cervon, 2011:176). Pencarian mengenai arti hidup bagi
seniman dan lingkungan sehari-hari baginya. Ketiga, Koeboe tidak dapat dilepaskan dengan proses
lingkungan dalam hakiki, yang merupakan lingkungan memahami kepribadiannya sendiri. Setiap peristiwa
batin. selalu mencoba didekatkan Koeboe lebih intens.
Berpijak pada ungkapan di atas secara tidak Kerja melukis, demikian pula pengertian
langsung, ketiga faktor tersebut telah menyatu dalam seni lukis, bukanlah sekedar upaya
pengungkapan ide berkarya yang dilakukan Koeboe. mengaplikasikan warna di atas permukaan
Berbagai hal yang dilihat, didengar, dirasa, dan bidang datar melalui sapuan kuas, jejak pisau
dilakukan Koeboe semasa hidup telah mejadikan palet, jari atau alat semprot belaka, melainkan
inspirasi dalam lukisannya. Penghayatan terhadap suatu cara menghadirkan kembali gambaran
suatu lingkungan berkaitan dengan kehidupan pikiran dan perasaan pembuatnya (pelukis)
mencoba untuk selalu didekati dan dirasakan Koeboe. melalui teknik tertentu dengan media cat
Lahir di keluarga yang memegang erat budaya Jawa pigmen di atas permukaan datar (Sugiharto,
berselimut patriotisme (Supangkat, 2011), mampu 2013:47).
mendorong Koeboe untuk selalu menyelami dan
memahami arti sejati dari suatu kehidupan. Seni lukis adalah hasil ekspresi seseorang
Bentuk visual yang seolah mengajak penonton individu yang penuh cita ingin menyampaikan impuls
untuk melakukan perenungan mendalam, dan dengan hatinya, hasrat pernyataan atau manif estasi
sajian bentuk-bentuk visual yang unik sering dipahami keakuannya sebagai kehadirannya di tengah-tengah
penikmat seni sebagai karakter visual seni lukis masyarakat tanpa ikut campur tangan dan kehendak
Koeboe Sarawan. Seperti halnya yang telah di luar dirinya (Kandisky, 2007:vii). Lewat beberapa
diungkapan Supangkat (2011:20) bahwa, keseriusan ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa proses
serta pengembangan jati diri Koeboe Sarawan cukup penciptaan seni lukis cenderung mengkondisikan
terasa dalam bahasa-bahasa rupa karya seni lukis. eksplorasi pengalaman estetis dan pengalaman spiri-
Lukisan-lukisan Koeboe mengandung religi yang tual.
mengajak kita menuju yang batin, yang “ruh”, yang Pengalaman yang dirujuk pada hal-hal yang
spiritual. unik, sedih, senang, mistis atau hal-hal yang tidak
Tujuan hidup seseorang adalah untuk wajar inilah yang mampu memberikan pemahaman
“mengetahui dirinya”, dan mendamaikan banyak hal lebih bagi Koeboe. Baik dalam proses penciptaan seni
yang berlawanan dalam hidup melalui f ungsi lukis, ataupun sebuah pengendapannya terhadap
transenden (Jung dalam Wilcox, 2013:53). Melalui hakikat seni. Sehingga kreativitas yang dikenal
ungkapan tersebut dapat dipahami bahwa spiritual sebagai kemampuan manusia untuk mencipta hal baru
menjadi suatu hal penting dalam memahami tidak lebih berawal dari internalisasi Koeboe terhadap
permasalahan hidup. Koeboe dengan intelektualitas suatu objek atau permaslahan yang ada
serta kepekaan indera dalam memahami realitas disekelilingnya.
kehidupan dan diwujudkan dalam karya seninya, Sugiharto (2013:17) menjelaskan, kekuatan
mengandung nilai hidup. Sumardjo (2000:188) seni adalah melukiskan kedalaman pengalaman yang
menjelaskan bahwa nilai seni adalah suatu hal yang sebenarnya tidak tampak dan tidak terlukiskan,
berhubungan dengan pengalaman yang telah dilalui memperkatakan hal yang tidak terumuskan,
dalam kehidupan seniman dan realitas sosial yang membunyikan hal yang tidak tersuarakan, ataupun
ada dalam hidup seniman. menarikan inti pengalaman batin yang tidak terungkap.
Pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari Hal ini senada dengan bentuk seni lukis karya Koeboe
pola asuh keluarga, lingkungan akademik, agama, yang tidak sebatas menampilkan kesatuan suasana
masyarakat sosial, budaya, dan alam semesta telah sesuai dengan dunia rill. Berkaitan dengan
mengantarkan Koeboe untuk menggali misteri dari “arti kecenderungan gaya seni lukis Koeboe, Nooryan
sebuah kehidupan”. Menurut Jung, orang telah Bahari (2008:126) menjelaskan bahwa, dalam
menyimpan di dalam ketidak sadaran kolektifnya kreativitas seninya, kaum surealis berusaha
pengalaman kumulatif yang dihasilkan di masa lalu. membebaskan diri dari kontrol kesadaran,
Hal ini terdistribusi oleh semua manusia sebagai menghendaki kebebasan besar, sebebas orang
sebuah hasil dari keturunan leluhur mereka secara bermimpi.
umum. Ini adalah bagian dari sifat manusia kita

Volume 15 Nomor 2, Desember 2017 169


Jurnal Seni Budaya

Melalui beberapa uraian di atas, secara mengenai elemen-elemen lukisan Koboe Sarawan,
khusus bentuk seni lukis dan kreativitas Koeboe menjadi bahasan penting dalam proses analisis.
Sarawan dirasa layak untuk diapresiasi ataupun dikaji Melalui uraian inilah muncul sifat-sifat yang tersirat.
lebih mendalam. Terdapat enam lukisan karya Koeboe Di mana berangkat dari sifat-sifat tersebutlah yang
yang diuraikan dalam tulisan ini, yakni: Figur dan Sapi- menjadi pangkal sekaligus predikat yang digunakan
Sapi, Menatap Sesuatu, Dalam Kesendirian, Potret dalam tahap interpretasi. Model analisis interpretasi
Diri, Puncak Keheningan, Puncak Keheningan II. dalam kajian ini dipahami melalui dua hal yakni,
Menyadari bahwa hakikat seni lukis menafsirkan nilai intrinsik seni lukis karya Koeboe.
merupakan penuangan ide kreatif seniman.Secara Intraestetik dapat diartikan sebagai faktor yang semat-
representatif penelitian dengan judul “Estetika Seni mata memandang nilai estetik yang terkandung dalam
Lukis Karya Koeboe Sarawan” diungkap dan dibahas bentuk fisik karya seni (unsur struktur, bentuk, dan
dengan menggunakan pendekatan kreativitas Monroe lain sebagainya) dengan kriteria yang ditetapkan
Beardsley. Dalam arti sempit penelitan ini secara universal oleh para ahli seni. Bahari, 2008:6).
dimaksudkan untuk mengetahui kesatuan proses Menggunakan analisis estetis Monrow Beardsley dan
kreatif dan bentuk estetik seni lukis karya Koeboe. menafsirkan makna suatu karya dengan analisis
Sedangkan dalam arti luas penelitian ini secara tidak pemikiran hermeneutik.
langsung mencoba memberikan pemahaman kepada Monroe Beardsley dalam Problems in the
masyarakat luas terhadap kehidupan seni lukis Philosophy of Criticism yang menjelaskan
Koeboe dalam konteks perkembangan seni rupa saat adanya tiga ciri menjadi sifat-sifat membuat
ini. Dengan demikian, sekurang-kurangnya terdapat baik (indah) dari benda-benda estetis pada
2 permasalahan yang dibahas, yakni: 1) Bagaimana umumnya. Ketiga ciri yang dimaksud ialah:
proses penciptaan seni lukis karya Koeboe Sarawan?, (1) Kesatuan (unity) ini berarti bahwa benda
2) Bagaimana bentuk estetika seni lukis karya Koeboe estetis ini tersusun secara baik atau
Sarawan?. sempurna bentuknya. (2) Kerumitan (complex-
Penelitian ini menggunakan pendekatan ity) benda estetis atau karya seni ynag
kreativitas Monroe Beardsley. Di mana proses kreatif bersangkutan tidak sederhana sekali,
yang dilakukan oleh Koeboe dalam berkarya mencoba melainkan kaya aka nisi maupun unsur-unsur
dimaknai, mulai dari tahap pra penciptaan hingga karya yang saling berlawanan ataupun mengandung
seni tersebut selesai. Terdapat tiga garis besar poses perbedaan-perbedaan yang halus. (3)
kreatif menurut Monroe beardsley, yakni 1) adanya Kesungguhan (intensity) suatu benda estetis
karakteristik yang sama pada setiap seni apapun yang baik harus mempunyai suatu kualita
medianya; gejala ini tampak karena hampir setiap tertentu yang menonjol dan bukan sekedar
karya seni selalu menggunakan topik utama. Dengan suatu yang kosong. Tidak menjadi soal
demikian pendekatan pola kreatif terutama karya- kualitas apa yang dikandungnya (misalnya
karyanya mempunyai hasil akhir akibat proses kreatif suasana suram atau gembira, sifat lembut atau
yang sama pula. 2) Adanya analogi pengalaman kasar), asalkan merupakan sesuatu ynag
estetis: gejala ini terbukti karena adanya apresiasi dan intensif atau sungguh-sungguh (Monroe
penghargaan untuk di nilai. Dengan demikian tentu Beardsley dalam Kartika, 2007:148).
ada pula pola kreativitas yang dapat dipergunakan
untuk mencapai hal itu. 3) Adanya analogi antara satu Hermeneutik mengarah pada penafsiran yang
kegiatan kreatif dengan kegiatan kreatif lainnya. Hal penuh yang penuh makna dan dilakukan oleh
ini diungkapkan secara klasik oleh Dewey dengan manusia. Setiap peristiwa atau karya memiliki
mencoba mengadakan penelitian bagaimana makna dari interpretasi para pelaku atau
sebenarnya manusia berpikir (Monroe Beardsley pembuatnya. Karya atau peristiwa yang
dalam Dharsono, 2007: 60). merupakan interpretasi atas sesuatu tersebut
Penelitian ini merupakan jenis penelitian selanjutnya menghadapi pembaca atau
kualitatif dengan metode deskriptif analisis. pengamatnya (penghayat), dan diungkap
Sedangkan model analisis yang dipergunakan dalam dengan interpretasi pula (Sutopo, 2006:28-29).
penelitian ini adalah analisis interpretasi.Analisis ini Berpijak dari penjelasan di atas maka langkah
dipergunakan untuk membantu mengungkap makna interpretasi terhadap karya seni lukis Koeboe dapat
atau menafsirkan bahasa rupa yang tampil dalamenam diartikan peneliti merupakan pengamat. Penafsiran
karya seni lukis Koeboe Sarawan. Uraian detail dilakukan dengan cara memandang bahwa karya seni

170 Volume 15 Nomor 2, Desember 2017


Yulianto: Estetika Seni Lukis Karya Koeboe Sarawan

dicipta sebagai ekspresi pelukisnya. Kemudian nilai Hidup di keluarga yang kental dengan ajaran
estetik karya Koeboe ditafsirkan melalui tiga unsur/ Jawa mendorong Koeboe memiliki pemikiran tersendiri
syarat yang menjadikan karya itu indah yakni, unsur dalam menjalani kehidupan. Kesadaran hidup sebagai
kesatuan, unsur kompleksitas, dan unsur intensitas. anugerah, bagi Koeboe berlajar dan terus memahami
arti kehidupan menjadi suatu hal yang penting. Senada
B. Proses Penciptaan Seni Lukis Karya Koeboe dengan hal ini Mudji Sutrisno mengungkapakan,
Sarawan melukis bagi Koeboe Sarawan bukan hanya
menorehkan kuas dan mengolah warna. Kannvas putih
1. Konsep bagi Koeboe adalah “ruang kontemplasi” yang ia tatap
Bilamana tokoh ataupun seniman kawakan sebagai bidang “polos putih kosong” untuk mulai sujud
memiliki sebuah pandangan terhadap seni.Seperti dan mengisinya dengan penghayatan kehidupan,
halnya Suzane K. Langer yang mengatakan ‘seni dialog-dialog batin, gugatan, dan teriakan dalam diam
merupakan kreasi bentuk simbolis dari perasaan (Sutrisno dalam Supangkat, 2011:20).
manusia’, serta Sudjojono menegaskan lukisan adalah Koeboe perupa yang terus menerus
jiwa-ketok. Begitu pula Koeboe memiliki arti tersendiri terangsang untuk memikirkan realitas yang
dalam pengembarannya di dunia seni, seperti dihadapinya karena tidak pernah melepas “kacamata
ungkapan berikut, idealistis” dalam melihat realitas (Supangkat, 2011:54).
Seni menurut saya itu bukan sebagai ajang Berpijak pada ungkapan tersebut dapat dipahami
sombong-sombongan, seni bukan sebagai konsep Koeboe dalam berkarya merupakan peluapan
media sok-sokan, seni bukan sebagai ajang hasil internalisasi atau penghayatan atas arti
mencari nikmat duniawi semata, melainkan kehidupan. Melalui internalisasi suatu permasalahan
seni adalah media untuk melihat diri kita yang kompleks telah membentuk fantasi dalam alam
sendiri. Sebab pada dasarnya semua manusia pikir Koeboe, dan kemudian diaktualisasikan dalam
itu sama, kita semua sama seperti tukang sebuah karya seni lukis.
becak, sama seperti pencari rumput yang
membedakan kita disini adalah media yang 2. Ide Gagasan
kita tekuni. Memahami dunia seni berarti kita Lebih dari suatu hal yang ada dalam dirinya
harus total di dalamnya keberanian untuk dan telah dilaluinya, pengalaman dipahami Koeboe
melawan rasa gamang adalah suatu hal sebagai guru untuk hidup yang lebih baik. Seperti pada
penting yang harus ditanamkan pada diri proses penciptaan karya seni lukis Koeboe bahwa ide
pribadi (wawancara Koeboe Sarawan, tanggal gagasan dalam melukis harus bersumber pada
29 Juli 2015). kebenaran. Koeboe Sarawan (55) menyatakan.
Saya memang lebih menyukai apa yang saya
Melalui ungkapan di atas juga dapat diketahui alami, apa yang saya rasakan, apa yang saya
pula arti seni, bukan sebatas apa yang digali dan lihat, apa yang saya dengar, dan apa yang
diungkap ke medium seni melainkan seni sebagai saya perbuat adalah sebagian besar yang
proses memahami jati diri. Konsep mecipta seni lukis menyentuh diri saya hingga suatu kesenian
karya Koeboe bertolak dari pengalaman hidup yang itu terasa menyenangkan, sesal, bahkan
dilakoninya. Pengalaman (mendengar, melihat, kontradiksi sekalipun yang mendasari atau
merasakan, dan diperbuatnya) yang terpendam dalam mendorong untuk berkarya (wawancara, 29 Juli
hidup Koeboe di masa lalu secara tidak langsung telah 2015).
membentuk suatu cara pandang atau interpersepsi
yang khusus terhadap fenomena-fenomena kehidupan. Dengan demikian dapat diartikan kebenaran
Seni memiliki akarnya dalam kehidupan yang mendasari penciptaan karya seni lukis
sosial. tidak ada karya seni yang dapat merupakan bagian dari fragmen hidup Koeboe. Baik
dipahami dengan dipisahkan dari pribadi itu lahir maupun batin, emosi, kegelisahan, serta suka
genius yang menciptakannya, ras bangsa dan duka. Seperti salah satu gagasan yang melatar
yang aktif menembus dirinya, terpisah dari belakangi penciptaan seni lukis berikut, dalam sebuah
iklim, bahkan selera yang ada. dapat dikatakan wawancara tanggal 7 November 2015 Koeboe (55)
bahwa serempak ras, iklim, lingkungan, dan menyatakan,
pribadi genius menentukan watak karya seni “… tiada hentinya Tuhan memberikan ide
(Flaccus dalam Sutopo, 1992:10). maupun inspirasi lewat alam. Salah satunya

Volume 15 Nomor 2, Desember 2017 171


Jurnal Seni Budaya

adalah ketika saya berjalan di hamparan pasir Melayang di udara sudah menjadi ciri Koeboe.
Pantai Parang Tritis Yogyakarta. Di sana saya Ia berkali-kali melukis wayang golek dan
melihat tebing-tebing bebatuan yang boneka pasangan jawa (Loro Blonyo) yang
mengelilingi bibir pantai, serta sebaliknya mengawang di bawah gulungan-gulungan
sungguh teramat kecil kerumunan manusia awan yang mengerikan. Ya, obyek-obyek itu
ketika dihadapkan dengan bebatuan, pantai, selalu ditempatkan Koeboe dalam lanskap
dan lebih-lebih langit. Alam saya rasa menjadi yang membuat perasaan tidak enak. Tapi
bukti nyata akan kebesaran Tuhan Yang Maha tubuh-tubuh kayu itu seakan memiliki daya
Esa. Betapa kecilnya manusia bilamana magis (Suyono, 2011:68).
dihadapkan dengan alam”.
Dengan demikian dapat diartikan, manifestasi
Berpijak dari ungkapan di atas maka dapat absurd atau khayal dalam seni lukis karya Koeboe,
diartikan alam dan bebatuan hadir sebagai rangsang cenderung terletak pada kesatuan bentuk hingga
cipta Koeboe dalam proses penciptaan karya seni menimbulkan suasana yang transedental ataupun
lukis. Internalisasi terhadap alam dan bebatuan di sini, fantastis. Beberapa kecenderungan bentuk atau figur
tidak hanya memenuhi konsumsi batin Koeboe atas yang ditampilkan Koeboe lainnya yakni, penyatuan
kekaguman maupun keindahan. Melainkan telah bentuk figur manusia dengan benda, tumbuhan,
membangkitkan emosi-emosi Koeboe untuk ataupun binatang.
melakukan sebuah intropeksi diri. Berangkat dari gaya seni lukis realistik dapat
dipahami penghayatan merupakan aspek penting
3. Teknik dan Gaya untuk melancarkan teknik dalam melukis. Seperti
Bertolak dari ide gagasan serta dengan halnya Koeboe yang menemukan dunianya ketika
menyoroti karya-karya seni lukis Koeboe, dapat proses melukis berlangsung. Hingga dalam kondisi
dipahami bahwa kecenderungan surealitik yang prima Koeboe mampu melukis selama 18 jam. “…
diproyeksikan Koeboe dalam penciptaan seni lukis semakin rumit semakin hanyutlah saya untuk terus
merupakan tergolong surealis murni. Dalam mana, si menggoreskan kuas yang saya pegang (Koeboe
seniman menggunakan teknik-teknik akademik untuk Sarawan, wawancara 23 Maret 2016)”.
menciptakan ilusi yang absurd (Soedarso, 2000:133 Terkait dengan nuansa yang dibangun, dengan
atau Kartika, 2007:93). Dengan ini dapat dipahami, mengamati karya-karya seni lukisnya. Maka dapat
kesan imaji atau ilusi pada karya Koeboe merupakan diketahui bahwa Koeboe berkecenderungan mengolah
berupa tampilan fisik yang dihadirkan di atas kanvas teknik trompe-l’oeil. Trompe-l’oeil adalah teknik yang
dan sepenuhnya dipertimbangkan oleh kepekaan digunakan dalam penggambaran objek-objek tertentu
rasional. yang ditujukan untuk menciptakan ilusi mengenai
Secara khsusus Schneede (1973:32) keluasan ruang (Sugiharto, 2013:85). Di mana
menjelaskan bahwa terdapat dua dua prinsip kombinasi antara teknik-teknik ini sesuai dengan
utama dalam Surealisme, yakni incongruous persepsi batas imaji Koeboe. Pengolahan foto hasil
combination (paduan keganjilan) dengan riset menjadi langkah awal Koeboe, sebelum bergelut
teknik kolase, dan montase, assemblage, dengan kuas dan kanvas. Foto-foto yang didapatnya
beserta teknik sejenis; dan principle of meta- diolah dan dihubungkan dengan elemen-elemen lain,
morphosis (prinsip metamorfosis) yang sesuai dengan segala rasa yang berkecambuk di alam
memanfaatkan teknik automatic drawing, pikirnya atau sesuai ide gagasan. Kekuatan detail
frottage (gosokan), decalcomania1, fumage, teknik seni lukis realistik menjadi perhatian utama
cadavre exquis, (gambar kolektif), dan teknik dalam proses pelukisan Koeboe, seperti perihal
pengembangannya. perlunya ketelitian dan kecermatan untuk pengolahan
pencahayaan.
Berpijak pada uraian tersebut maka secara Teknik yang diterapkan Koeboe tidak semat-
tidak langsung ide garap seni lukis Koeboe telah mata langsung untuk menciptakan figur. Penerapan
mengaplikasikan prinsip paduan keganjilan. Baik itu teknik berlapis ini dapat dipahami mengenai bagaimana
dengan cara kolase, maupun montase. Hal ini cukup Koeboe menjaga kualitas karya seni lukisnya (Koeboe
jelas nampak pada pola-pola kesengajaan bentuk- Sarawan, wawancara 7 November 2015). Teknik
bentuk realistik sebagai salah satu capaian penting menggunakan layer atau berlapis ini juga
dari seni lukis karya Koeboe. mengantarkan kembali pada pola-pola penciptaan seni

172 Volume 15 Nomor 2, Desember 2017


Yulianto: Estetika Seni Lukis Karya Koeboe Sarawan

lukis jaman Renaisan, yakni teknik fresco. Dengan macam ukuran. Sedangkan untuk menunjang capaian-
pengolahan cat yang sesuai, pengulangan lapisan capaian detail Koeboe menggunakan kuas yang
pada tiap layer-nya bukan hanya warna yang khusus. Seperti yang di ungkapkan Koeboe(55), “kuas
dihasilkan semakin ‘matang’, namun kualitas warna pict adalah kuas pamungkas yang saya gunakan untuk
mampu bertahan lebih lama. mencapai tingkat detail yang maksimal. Pisau palet
Pada tahap visualisasi Koeboe lebih dominan untuk capaian teknik kerok. Seyogyanya kuas-kuas
mengolah teknik sapuan kasar/ halus. Serta untuk serta peralatan lainnya yang digunakan harus sudah
menunjang capaian nilai-nilai artistik Koeboe juga dalam keadaan bersih” (wawancara, 15 April 2015).
mencoba mengolah beberapa pengaplikasian teknik Melalui ungkapan tersebut dapat dipahami Koeboe
dalam proses melukisanya yakni, goresan transparan tidak hanya memperhatikan jenis alat melainkan juga
khususnya pada medium cat air, blocking, hisap atau menjaga dan mengadakan perawatan terhadap alat
serap, dan kerok. yang digunakan.

4. Medium dan Alat 5. Tahapan Penciptaan


Medium atau bahan Koeboe yang digunakan Sebagai seniman yang berlandaskan
Koeboe dalam melukis yakni, cat, kertas, dan kanvas. kebenaran dalam proses melukis. Di balik lahirnya
Ada dua macam cat yang digunakan Koeboe dalam sebuah karya seni lukis tahap pertama adalah
melukis yakni, cat air, dan cat minyak. Dapat diketahui “eksperimentasi”, langkah ini dimulai lewat
salah satu bentuk totalitas Koeboe dalam berkarya pengamatan ataupun observasi langsung terkait hal-
adalah cukup selektif dalam pemilihan alat dan bahan. hal yang erat dengan ide gagasan.
Secara khsusus cat yang digunakan merupakan cat “…Saya berkarya atas pengalaman yang saya
dengan kulitas tinggi dan diproduksi oleh perusahan rasakan bahkan saya lakukan. Suasana serta
cat dari Eropa. Penguasaan Koeboe terhadap cat yang perasaan yang nyata muncul merupakan
digunakan juga nampak melalui pemahaman Koeboe alasan utama mengapa observasi langsung
terhadap karakteristik setiap merk cat (Talent, pada figur yang akan di teliti dilukiskan
Rembrand, Maiminipuro, Wintor). Sedangkan untuk nantinya. Terdapat pemikiran-pemikiran yang
kertas, Koeboe cenderung menggunakan jenis kertas unik bahkan betolak belakang dengan apa
yang bertekstur. Kertas bertekstur ini dipahami Koeboe yang selama ini kita dengar. (wawancara
sebagai medium yang cocok untuk aplikasi teknik Koeboe Sarawan, 7 November 2015).
transparan dengan bahan cat air. Penyerapan airnya
lebih terkontrol dan lebih dari itu kertas bertekstur ini Melalui ungkapan Koeboe diatas dapat
mampu mendukung untuk pencapaian kesan detail, diartikan bahwa melalui observasi bukan hanya melihat
seperti pori-pori kulit maupun draperi kain (wawancara sebuah objek yang ditangkap secara langsung.
Koeboe Sarawan, 7 November 2015). Melainkan melalui suasana serta energi-energi suatau
Bahan yang digunakan Koeboe dalam melukis objek mampu membangkitkan olah cipta Koeboe.
berikut adalah kanvas. Terkait dengan hal ini Koeboe Tahap kedua, “perenungan” erat kaitannya
(55) menyatakan bahwa, “... dalam melukis saya dengan persiapan rohani. Melalui proses perenungan
cenderung menggunakan kanvas bertekstur halus. inilah banyak para insan seni menemukan titik beku
Untuk ukuran saya tidak membatasi ukuran yang daripada apa yang diresahkan dalam pikiran maupun
khusus. Dalam berkarya saya lebih menyesuaikan batin. Koeboe meyakini lewat perenungan inilah,
dengan gagasan yang diinginkan” (wawancara, 7 gagasan yang ada dalam pikir atau batin, mampu
November 2015). Dengan demikian dapat dipahami menemukan bahasa ungkap yang sesuai dan mampu
bahwa, melalui kanvas bertekstur halus inilah Koeboe mewakili keinginannya.Perenungan dapat dipahami
mampu memperoleh capaian yang lebih maksimal. sebagai bentuk kontemplatif yang berkaitan dengan
Seperti halnya kesan detail pada bentuk pori-pori kulit, kedalaman rasa. Sehingga dengan jelas perenungan
draperi kain, dan lain-lain. Lebih dari itu kenyamanan tidak lepas daripada landasan atau tujuan penciptaan
Koeboe dalam melukis juga dirasa semakin bebas, karya. Terkait landasan penciptaan seni lukis, Koeboe
hal ini dapat dipahami melalui ukuran kanvas yang menjelaskan sebagai berikut.
relatif menyesuaikan kebutuhan. “..seni lukis seperti halnya anak kandung, di
Alat yang digunakan Koeboe untuk dalam proses penciptaannya juga diselami
menorehkan cat adalah kuas. Keseluruhan kuas yang emosi, rasa, serta keyakinan. Seperti adanya
digunakan Koeboe yakni kuas umum dengan berbagai proses pembuahan, mengandung, tiga

Volume 15 Nomor 2, Desember 2017 173


Jurnal Seni Budaya

bulanan, pitonan, hingga kelahiran karya, Kesatuan, dalam lukisan ini terbentuk melalui
nedhak siti, dan pada akhirnya diasuh” kualitas unsur-unsur yang disajikan. Titik, garis, bidang
(Koeboe Sarawan, wawancara 7 November yang dimunculkan dalam lukisan ini nampak jelas
2015). tidak semata-mata berdiri sendiri. Namun telah
diolah menjadi sebuah kesatuan bentuk.Kualitas
Berpijak pada beberapa penjelasan yang unsur, prinsip, dan azas dalam lukisan ini juga
diuraikan di atas dapat dipahami bahwa dalam proses mampu menimbulkan kesan tertentu, yakni
penciptaan seni lukis, Koeboe masih cenderung cenderung mengarah pada suasana sepi, hening, dan
bertolak pada pemikiran lama. Di mana dalam proses dramatis.
penciptaan seni lukis bukan merupakan sebuah Kompleksitas, pada lukisan jelas nampak
pekerjaan yang serba ‘instan’. Dalam melukis di dapati pada permaiman bentuk-bentuk kerikil yang seolah
pula penyelaman rasa, dilandasi tujuan dan tidak dapat dihitung keberadaannya.Ketepatan tekstur
tanggungjawab, serta memahami peran sang Khaliq semu juga dapat dipahami sebagai teknik yang rumit.
sebagai energi yang maha memberi petunjuk dan Dilihat dari tahun pembuatan secara khusus dapat
membangkitkan. dipahami bahwa kecenderungan Koeboe pada seni
Tahap ketiga “pembentukan”, klimaks lukis gaya realistik sangat mempengaruhi proses
daripada seni lukis yang diciptakan Koeboe adalah penciptaan seni lukis ini. Sehingga kendatipun
sebuah karya seni yang sesuai dengan isi hati. suasana yang terbangun cukup mencekam, namun
Adapun nuansa-nuansa yang terbangun dan diakui dalam lukisan ini realitas masih menjadi bahasa
Koeboe sebagai nuansa yang mampu mewakili utama.
perasaan batin. Susanto (2001:52) menjelaskan, gaya- Intensitas, Peran keuletan serta kesabaran
gaya dan kharakter Koeboe begitu komplit dan dalam lukisan mampu menarik perhatian khusus. Hal
terperinci baik pengerjaan proses mencipta begitu ini nampak melalui kecermatan, ketelitan dalam
teguhnya memegang aspek-aspek visual. Oleh karena penggarapan detail pada tiap-tiap bentuk yang
itu pada proses pengaplikasian pada medium, Koeboe dihadirkan. Pengolahan unsur-unsur seni yang
dengan cermat mencoba selalu memperhatikan unsur, dituangkan ke media kanvas ini juga mampu
prinsip dan azas tata susun. memberikan gambaran suasana tertentu, di mana
terdapat kehampaan kendatipun di dalamnya hadir
C. Bentuk Estetika Seni Lukis Karya Koeboe bentuk-bentuk yang riuh.
Sarawan Melalui keseluruan uraian di atas maka dapat
dipahami dalam lukisan ini Koeboe tidak semata-
1. Figur dan Sapi-Sapi, 1989. mata menyuguhkan dan menyuarakan sebuah alam
yang kering. Melalui lukisan Figur dan Sapi-Sapi
Koeboe nampak membahasakan sebuah seruan
atau ajakan kepada manusia untuk kembali melihat
jiwa pribadi dan merenunginya. Kendati terdapat hal
yang diagung-agungkan (figur sapi) di dunia ini,
kiranya tanpa ada daya bilamana dihadapkan pada
kedasyatan alam yang begitu luas. Pemikiran yang
carut marut, keras kepala tidak ubahnya seperti
gumpalan-gumpalan awan di langit kelam yang
dilukiskan dengan goresan-goresan sangat kuat dan
ekspresif. Bumi atau tanah yang diibaratkan sebagai
sifat-sifat mencerminkan seorang ibu yang sejuk,
dalam lukisan ini tidak sepenuhnya hadir demikian.
Sehingga yang lebih perlu di pahami melalui bahasa
visual dalam lukisan ini adalah kembali merenungi atas
berkah dan karunia-Nya. Kembali pada sebuah titik
Gambar 14.Lukisan Koeboe Sarawan, untuk selalu bertanya pada diri sendiri atas kebesaran
Figur dan Sapi-Sapi, 1989, 140x132 cm, oil on Tuhan.
canvas. (Foto Repro Dokumen Koeboe:
Yulianto, 2015)

174 Volume 15 Nomor 2, Desember 2017


Yulianto: Estetika Seni Lukis Karya Koeboe Sarawan

2. Menatap Sesuatu, 1990. keseluruhan kekuatan unsur mampu menjadikan


lukisan ini hadir tidak sederhana.
Secara keseluruhan warna yang muncul
(coklat tua memutih, birutua memutih, dan warna
merah yang samar-samar) secara harmoni mampu
menunjukkan kesan perpindahan waktu.Pembagian
ruang antara bumi dan langit dalam lukisan ini lebih
dengan jalan memanfaatkan garis horizontal yang
didukung dengan pengolahan gradasi warna.Terdapat
beberapa pengolahan bentuk yang dipahami kurang
dinamis.Melalui kualitas unsur yang harmoni, lukisan
ini mampu hadir sebagi karya yang unity.
Kompleksitas, dalam lukisan ini dapat terasa
melalui pengolahan detail pada bentuk bebatuan
maupun figur manusia. Kendati demikian, bilamana
karya ini disandingkan dengan lukisan sebelumnya,
maka dapat dipahami bahwa karya seni lukis Figur
dan Sapi-Sapi jauh lebih tingga tingkat kerumitannya.
Gambar 15.Lukisan Koeboe Sarawan, Baik itu kerumitan dalam capaian detail bentuk,
Menatap Sesuatu, 1990, 140 x 140 cm oil on maupun dramtisasi dari penggambaran sebuah wujud
canvas. (Foto Repro Dokumen Koeboe: bentuk.
Yulianto, 2015) Intensitas, hal menarik yang dihadirkan
Koeboe dalam lukisan tahun 1990-an ini seperti yang
Munculnya ruang yang terkesan jauh ke tercermin dalam lukisan ini. Kendati kerumitan terkait
dalam, dengan warna suram (coklat tua, biru tua, coklat bentuk detail lebih diminimalisir, namun suasana ruang
kemerahan) mampu menimbulkan perasaan yang kosong yang menjadi suatu hal kebaruan dalam seni
tidak “enak”. Keuatan pelukisan realis mendominasi lukis karya Koeboe. Suasana yang hampa dalam
dalam lukisan ini, dengan teknik goresan halus dan karya ini dapat dipahami adanya sebuah penekanan
diolah dengan akurasi warna menjadikan karya ini terhadap yang ingin disampaikan Koeboe, yakni
harmoni. Lukisan ini nampak mengolah elemen- adanya benda yang hidup dan benda yang tidak benar-
elemen yang disajikan dengan media fotografi. Hal ini benar hidup.
nampak pada bentuk-bentuk yang disajikan seolah Dirujuk pada judul lukisan Menatap sesuatu,
hasil cropping dari beberapa objek yang disatukan maka dapat diartikan Interaksi yang terjadi antar
dalam satu karya lukis hingga membentuk suasana figur ini sejatinya bukan seperti interaksi antar manusia
yang mistis. melainkan kontak antara manusia dengan dirinya
Penggarapan kualitas unsur yang digarap sendiri (batin dan pikir). Dapat dipahami kontak yang
dengan harmoni, mampu menjadikan figur manusia dilakukan ini manusia dengan dirinya sendiri tidak
yang berada di bagian tengah berhasil membentuk jauh dari beberapa hal seperti, adanya intropeksi
sebuah ekspresi. Komposisi dalam lukisan ini diri, adanya kebimbangan dalam menghadapi
terkesan adanya-adanya pertimbangan tertentu. masalah, maupun tentang pertanyaan atas siapa diri
Seperti halnya dengan memperhatikan perspektif sendiri itu.
bentuk.Penempatan figur yang lebih dekat dengan Suasana pada latar belakang yang dibangun
ukuran lebih besar, detail, dan dengan intensitas warna seolah adanya energi gerak dapat diartikan bahwa
yang lebih kuat, di antara figur-figur lainnya mampu alam ini hidup.Sebaliknya manusia yang digambarkan
menjadikan komposisi dalam lukisan ini menjadi bal- tidak sebenar-benarya hidup. Hal ini dapat diartikan
ance. keresahan batin dari Koeboe terhadap keberadaan/
Beberapa unsur rupa dalam lukisan ini juga tugas/ tujuan/ arti manusia hidup di dunia. Kerasnya
nampak dimanfaatkan sebagai pencapaian kesan pola pikir manusia tidak jauh berbeda, seperti
detail suatu bentuk atau figur. Seperti titik dalam bongkahan batu yang terletak di sampingnya.Besarnya
lukisan hadir pada kesan detail pasir, serta pantulan- batu ataupun manusia di dirasa tiada apa-apanya bila
pantulan sinar dari bongkahan batu. Garis muncul dihadapkan dengan alam, sepertihalnya bentuk dan
untuk kesan detail khususnya pada bebatuan. Secara figur dalam lukisan ini yang di gambarkan jauh lebih

Volume 15 Nomor 2, Desember 2017 175


Jurnal Seni Budaya

kecil bilamana dibandingkan dengan luasnya langit figur (manusia) ditengah serta didukung dengan
dan bumi bebatuan sebagai bentuk pendukung.
. Kerumitan, Kontras yang hadir dalam lukisan
3. Dalam Kesendirian, 1992. ini, nampak pada pelukisan seorang nenek, yakni,
dilukisakan dengan intensitas warna (biru muda)
cenderung lebih terang daripada bentuk-bentuk
lainnya. Secara khusus kualitas unsur yang dibangun
dalam lukisan ini mampu menimbulkan sebuah
suasana yang sepi, sunyi, hening, dan fantastik.
Selain perihal sebuah teknik penciptaan, seni
lukis ini cenderung masih bernafaskan realistik
yang kuat. Seperti menekankan ketepatan bentuk,
proporsi, dan pencahayaan. Pengolahan komposisi
hingga memunculkan kesan dua ruang yang kontras
namun tetap balance dirasa mampu menjadi karkter
unik.
Intesitas, hadir atas pengolahan unsur disini
secara tidak langsung karya ini mulai mengarah pada
suasana yang lebih fantastis. Teknik seni lukis realistik
masih cukup kuat, namun suasana-suasana yang
dibangun mulai tidak hanya terbatas pada bentuk
realitas. Sehingga dalam lukisan ini tidak hanya kesan
ruang yang berbeda, namun juga karya lebih terkesan
sepi, sunyi, dramatis, dan fantastis.
Dalam menjalani sebuah kehidupan manusia
Gambar 16.Lukisan Koeboe Sarawan, tidak dapat menampik sebuah proses: dilahirkan,
Dalam Kesendirian, 1992, 70 x 50 cm oil on canvas. hidup tumbuh dan berkembang, serta kembali
(Foto Repro Dokumen Koeboe: Yulianto, 2015) pada-Nya. Lewat lukisan ini Koeboe nampak
mencoba mengungkapkan sebuah f ragmen
Kesatuan, Titik dan garis dalam lukisan ini kehidupan, khususnya di masa tua. Rasa penasaran,
masing-masing tidak berdiri sendiri-seniri melainkan takut, ragu, dan pasrah nampak pada gerak tubuh
hadir sebagai kesatuan sebuah bentuk. Secara nenek.Di mana meskipun tubuh telah membungkuk
keseluruhan tekstur yang hadir dalam lukisan ini namun leher dan kepala berusaha ditegakkan,
cenderung dilukisakan dengan tekstur semu. Warna memusatkan tenaga pada tangan yang memegang
yang dihadirkan cenderung mengarah pada batang kayu dan kaki kiri yang berpijak pada
pengaplikasian warna dengan teknik pelukisan realis. bongkahan batu.
Dalam lukisan ini terdapat dua garis horizon. Garis Kerikil dan bebatuan menggambarkan
pertama membentuk ruang pemisah antara bumi sebuah perjalanan kehidupan manusia yang mana
dengan latar yang gelap.Sedangkan garis kedua terjal penuh dengan permasalahan.Serta latar luas
diletakkan dekat dengan ujung permukan kanvas. yang gelap dan di atas nampak sebuah alam, seolah
Permainan gradasi warna (coklat-hitam, hitam- mengantarkan pada pertanyaan-pertanyaan yang
hijau, putih-biru) secara harmoni, menjadikan kesan belum ada jawaban pasti mengenai alam setelah
keruangan dalam lukisan ini lebih cepat tertangkap. manusia mati kelak. Karya seni lukis berjudul Dalam
Permainan pencahayaan dalam lukisan senada Kesendiriran, secara tidak langsung nampak
dengan karya fotografi yang menunjukkan warna- internalisasi Koeboe terhadap kecemasan-kecemasan
warna cenderung pada peralihan waktu. Namun dalam akan masa tua maupun kematian. Sehingga dapat
penyusunannya warna dan garis horizontal tersebut dipahamai lewat lukisan ini Koeboe mencoba
dikomposisikan tidak wajar atau berbeda dengan mengajak masyarakat untuk merenungi dan
realitas. Pengulangan bentuk, permainan gradasi memahami kembali mengenai arti sebuah ‘perjalanan
warna pada background, menjadikan visual lukisan hidup’.
tidak sederhana. Melainkan telah membentuk variasi
bentuk yang harmoni. Dengan penempatan bentuk

176 Volume 15 Nomor 2, Desember 2017


Yulianto: Estetika Seni Lukis Karya Koeboe Sarawan

4. Potret Diri, 2004. Berpijak dari deskripsi karya seni lukis Potret
Diri ini mampu menumbuhkan interpretasi yang unik.
Secara tidak langsung dalam lukisan nampak suatu
internalisasi pribadi pelukis. Figur manusia yang
dihadirkan dalam lukisan ini bukan lain adalah sosok
kreator itu sendiri yakni, Koeboe Sarawan. Muka
Koeboe yang disatukan dengan tubuh sapi
memberikan arti bahwa Koeboe ingin
mengungkapakan kritik terhadap sikap manusia
melalui dirinya sendiri. Raut muka atau bentuk mimik
wajah yang disajikan terlihat digambarkan murung,
tidak bahagia ataupun sedih. Dapat dipahami bahwa
sapi adalah mahkluk yang diagungkan. Maka dalam
lukisan ini nampak bahwa Koeboe merasa dirinya tidak
pantas bilamana disejajarkan dengan sosok
Gambar 20.Lukisan Koeboe Sarawan, keagungan. Untuk memperkuat curahan isi hatinya
Potret Diri, 2000, 76 x 56 cm watercolor on paper. dalam hal tersebut, nampak dalam lukisan ini
(Foto Repro Dokumen Koeboe: Yulianto, 2015) cenderung menghadirkan warna-warna yang
cenderung gelap (coklat, ochre, putih). Sehingga
Pada lukisan ini Koeboe menghadirkan sebuah secara khsusus melalui lukisan ini Koeboe nampak
figur sapi bermuka manusia dan dua ekor sapi. Sosok menaruh harapan ataupun pesan kepada manusia
manusia yang hadir dalam lukisan ini bukan lain untuk merenungi atau intropeksi diri mengenai siapa
adalah kreator lukisan itu sendiri yakni Koeboe sesungguhnya manusia.
Sarawan. Dalam lukisan ini garis memang bukan unsur
utama sajian visual, namun garis dalam lukisan ini 5. Puncak Keheningan, 2009.
cukup membangun kesan bahwa bentuk yang
dihadirkan seolah bergerak. Seperti halnya
pengulangan-pengulanan garis pada gelambir sapi
serta kerutan-kerutan pada bagian muka figur manusia.
Lebih dari itu peran garis dalam lukisan ini senada
dengan peran titik, yakni untuk membantu kesan
capaian detail.
Warna dalam lukisan cenderung diolah dengan
lembut. Secara harmoni gelap terang yang
diaplikasikan dalam lukisan ini, mampu membentuk
kesan ruang, dan kesan volume bentuk. Kontras
dalam lukisan ini nampak jelas pada figur paling depan
yakni dengan cara menampilkan bentuk atau figur Gambar 22. Lukisan Koeboe Sarawan,
yang berbeda, ukuran figur (sapi) juga dihadirkan lebih Puncak Keheningan, 2009, 320 x 180 cm oil on
kecil, dan intensitas cahaya dirasa nampak lebih canvas. (Foto Repro Dokumen Koeboe:
kuat.Kesan balance dalam lukisan cukup mudah Yulianto, 2015)
tertangkap, yakni dengan mengelompokkan figur
berada di tengah. Dalam lukisan ini Koeboe menghadirkan
Pada lukisan ini, secara khusus tidak sosok figur banthe yang sedang berdiri menghadap
menghadirkan garis horizontal, sehingga dapat hamparan bukit-bukit yang luas dengan langit
dipahami bahwa suasana ruang yang terbentuk diselimuti gumpalan awan gelap. Figur banthe dalam
cenderung mengarah fokus pada awang-awang atau lukisan ini dilukiskan dengan bentuk tidak sepenuhnya
langit yang diselimuti awan-awan. Secara keseluruhan seperti figur manusia pada umumnya. Pada bagian
kualitas unsur serta didukung dengan kompleksitas kaki dan sebagian jubah yang menjuntai ketanah
bentuk atau figur yang disajikan, lukisan ini mampu nampak membatu. Tekstur yang hadir dalam lukisan
memberikan kesan suasana yang sepi, sunyi, muram, ini merupakan hasil pengolahan tekstur semu. Teknik
dramatis, dan fantastis. yang digunakan dalam lukisn ini jelas nampak dan

Volume 15 Nomor 2, Desember 2017 177


Jurnal Seni Budaya

tidak lepas pelukisan seni lukis realis. Sehingga unsur- keduniawian manusia terbangun kuat dalam lukisan
unsur seperti titik, garis, dan bidang, tidak hadir sama ini. Kecerdasan Koeboe nampak dalam pengungkapan
kuat, namun lebih pada sebuah pengolahan unsur mimik ataupun ekspresi sebuah bentuk atau figur
yang menyatu sebagai capaian sebuah bentuk objek hingga memunculkan sebuah pertanyaan ataupun
atau figur. misteri bagi para penikmatnya. Di mana lewat
Garis dan titik dalam lukisan ini cukup memiliki punggung dan posisi tubuh berdiri inilah ekspresi
peran penting khususnya untuk capaian kesan detail, seperti kepolosan, spirit, kepasrahan, muncul cukup
seperti detail pada bebatuan, pori-pori pada kulit kuat.
kepala, hinga pada draperi kain. Warna yang hadir Proses perjalanan manusia untuk memahami
dalam lukisan ini cenderung memainkan warna-warna jati diri yang sejati dibahasakan Koeboe melalui sosok
“berat” (merah, biru, putih, coklat, hitam, hijau, dan banthe yang berdiri membatu menyatu dengan bumi.
ocre). Garis horizontal nampak jelas, sehingga dalam Merah dalam lukisan ini tidak lagi mengartikan sebuah
lukisan dapat dipahami adanya pembagian antara amarah, namun lebih pada sebuah spirit yang kuat.
bumi dan langit. Tidak hanya gradasi warna, namun Penyatuan manusia dengan alam telah tergambarkan
perspektif bentuk merupakan kunci utama melalui suasana lukisan ini yakni memicu pada rasa
terbentuknya kesan kedalaman ruang. Didukung teknik ‘hening’. Lebih dari itu internalisasi Koeboe dalam
melukis layaknya seni lukis realistik kesan volume proses memahami sebuah fenomena kehidupan saat
pada setiap benda yang disajikan sangat kuat. Ritme ini mencoba diendapkan, pada luasnya alam yang
yang hadir dalam lukisan ini cenderung pada tanpa batas. Bukan berpihak pada satu golongan atau
pengulangan bentuk, permainan gradasi warna, dan keimanan tertentu, melainkan lewat lukisan ini secara
juga draperi kain. Sehingga secara keseluruhan dalam tidak langsung mengantarkan untuk kembali
lukisan ini mampu memunculkan dimensi gerak. Hal merenungi sejatinya sebuah hidup.
ini dapat diamati tidak hanya pada awan, melainkan
juga pada kain atau jubah yang dikenakan figur banthe. 6. Puncak Keheningan II, 2010.
Di mana kain tersebut seolah bergerak meliuk-liuk
terkena hempasan angin dari arah kiri banthe tersebut
berdiri.
Dihadirkan dengan bentuk, ukuran, dan
intensitas warna yang berbeda, membuat figur banthe
mampu menjadikan kontras dalam lukisan ini.
Pengolahan pengulangan bentuk dengan
memperhatikan proporsi dan perspektif, ketepatan
peletakan bentuk atau figur, dan gradasi warna yang
lembut menjadikan keseluruhan unsur dan elemen-
elemen lain dalam lukisan ini terkesan harmoni dan
menyatu.
Koeboe nampak mulai memberanikan diri
untuk menampilkan warna tube (merah) yang kuat
dalam sebuah karya seni lukisnya. Hal yang unik pada Gambar 23.Lukisan Koeboe Sarawan,
lukisan ini juga nampak pada penggarapan figur yang Puncak Keheningan II, 2010, 200 x 152 cm oil on
menyatukan antara figur manusia dengan benda, serta canvas. (Foto Repro Dokumen Koeboe:
komposisi di sini nampak jelas melalui dua kekuatan Yulianto, 2015)
garis. Baik itu horizoltal yang disajikan pada
latarbelakang (hamparan pegunungan dan awan), serta Pada lukisan ini Koeboe menghadirkan tiga
vertical yang nampak tokoh atau figur banthe, mampu sosok bikhu sedang bermeditasi dengan posisi duduk
hadir dengan dinamis. Secara keseluruhan melalui “bersila”. Dua figur bhiku dihadirkan condong di sebelah
kualitas unsur, kerumitan sajian lukisan ini mampu kanan, dan satu bikhu diposisikan di sebelah kiri. Figur
menciptakan suasana yang ditengah-tengah antara bhiku yang hadir paling kiri atau nampak paling
nyata-tidak nyata, tenang-riuh, tentram-amarah, dan belakang dilukiskan dengan menghadap ke belakang,
selebihnya adalah dramatis, mistis, dan fantastis. sehingga yang nampak daripada sosok figur ini adalah
Sebuah hubungan vertikal yang dapat diartikan kepala menunduk, dan punggung terbalut dengan jubah
pada pencipta dan horizontal yang menggambarkan merah gelap kecoklatan yang menjuntai.

178 Volume 15 Nomor 2, Desember 2017


Yulianto: Estetika Seni Lukis Karya Koeboe Sarawan

Unsur-unsur seni rupa seperti titik, garis, tanah yang luas menggambarkan, kehidupan
dan bidang dalam lukisan nampak dalam wujud manusia yang penuh dengan berbagai permasalahan
bentuk atau figur. Namun demikian, peran titik dalam duniawi.
lukisan cukup penting, sebab dengan titik inilah Dalam pencarian arti hidup yang sejati dalam
kesan detail mampu tercapai. Sedangkan untuk kehidupan sering dihadapakan pada sebuah
warna dalam lukisan ini cukup fareatif yakni warna kecemasan-kecemasan, baik itu permasalahan hidup
merah, kuning, biru, ungu, coklat, hijau, orange, maupun masa depan akan kematian. Manusia
hitam, dan putih. Secara keseluruan untuk pencapaian berjubah gelap (merah-coklat-hitam) yang menghadap
bentuk bervolume pada lukisan ini cenderung kebelakang mengartikan sebuah kehidupan manusia
mengaplikasikan tekstur semu yang didukung dengan yang penuh berlumur noda kehidupan baik di masa
teknik pelukisan realis.Dengan ketelitian pengolahan lalu maupun masa sekarang. Serta sosok figur bejubah
sapuan halus secara harmoni, menjadikan karakter/ putih bertubuh kayu lapuk menggambarkan akhir dari
ekspresi pada setiap figur atau bentuk mampu tergarap kehidupan duniai yakni terbungkus kavan dan menyatu
dengan detail. dengan tanah.Warna jubah yang kontras antara merah
Pengolahan gradasi warna dan garis horizon- gelap kecoklatan dengan jubah berwarna putih juga
tal secara harmoni, lukisan ini mampu menunjukakan menyiratkan sebuah harapan. Sebuah harapan untuk
kedalaman ruang. Munculnya pengulangan- beranjak dari kehidupan yang penuh dengan
pengulangan bentuk awan dan adanya kabut tipis pada keduniawian menuju pada kehidupan yang suci/ selalu
deretan pegunungan mampu menununjukkan adanya mendekatkan diri pada sang Kholiq.
dimensi gerak. Kontras dalam lukisan terlihat pada Selangkah lebih dalam seni lukis Puncak
kesan bentuk kain yang menjulur dan membelah Keheningan, tahun 2009 sebelumnya, dalam lukisan
kanvas. ini tidak terbatas pada penyatuan manusia dengan
W arna-warna pada tiap f igur sekilas alam. Interpersepsi yang dilakukan Koeboe terhadap
memang memiliki itensitas yan sama, baik itu pada memahami realitas hidup hingga pada tataran puncak,
figur yang nampak jauh atau paling dekat. Akan tetapi telah menghadirkan sebuah realitas “lain”. Hal ini
melalui pengolahan warna, ketepatan proporsi, nampak pada fiigur yang digambarkan melayang
dan penempatan figur merupakan kunci utama diudara, yang mana memberi artian bahwa menusia
yang menjadikan lukisan ini tetap harmoni dan telah meninggalkan terhadap permasalahan-
balance. permaslahan yang bersifat duniawi. Oleh sebab itu,
Lebih dari sebuah teknik melukis yang dapat dipahami melalui lukisan ini Koeboe mencoba
menuntut untuk sabar dan cermat, komposisi lukisan mengajak penikmat untuk melakukan sebuah
ini pada lukisan ini cukup menarik dan mampu perenungan terhadap arti sejatinya hidup.
menimbulkan konflik.Lukisan ini tidak sekedar
menyajikan sebuah alam yang luas dan nampak jauh D. Kesimpulan
kedalam. Koeboe nampak berani dengan
menggambarkan figur atau bentuk lainnya dengan Motivasi Koeboe terhadap seni secara tidak
intensitas yang sama kuat. Lukisan ini nampak dari langsung telah membangun sebuah proyeksi personal
hasil cropping dari beberapa karya fotografi yang diolah terhadap pemahaman seni. Seni lukis bagi Koeboe
dan disatukan dalam sebuah karya seni lukis. Secara bukan lagi sebatas hobi, namun melukis lebih menjadi
keseluruhan melalui kualitas unsur maupun kerumitan sebuah kebutuhan hidup Koeboe. Bertolak pada
pengolahan unsur lukisan ini mampu membangun sebuah proses kreatif, imajinasi dan ilusi yang
sebuah suasana yang mistis, dramatis, sepi, sunyi, dilukiskan Koeboe merupakan didasarkan pada
dan fantastis. langkah kontemplasi dan meditasi yang dijalaninya
Senada dengan seni lukis Puncak terlebih dahulu. Penggambaran demikian dalam
Keheningan, tahun 2009, Internalisasi Koeboe psikologi dapat dikatagorikan sebagai kateksis/cathe-
terhadap proses memahami arti hidup nampak xis, yaitu penimbunan energi psikis yang
kuat pada lukisan ini. Manusia berjubah merah dikonsentrasikan pada pikiran, ingatan, dan perbuatan.
bermeditasi dapat diartikan sebagai spirit/usaha Kesadaran inilah yang membangun keterkaitan
untuk mencapai sebuah titik ketenangan. Kain merah Koeboe dengan seni lukisnya, yakni sebagai
dan biru menggambarkan sebuah penyatuan ataupun mekanisme positif untuk mengaktualisasikan
stabilisasi antara amarah/hawa nafsu manusia internalisasi ataupun interpersepsinya mengenali
dengan alam. Hamparan kerikil dan bebatuan di atas pribadi terhadap arti sejati kehidupan.

Volume 15 Nomor 2, Desember 2017 179


Jurnal Seni Budaya

Sebagai suatu karya seni enam lukisan KEPUSTAKAAN


Koeboe Sarawan telah mengandung nilai-nilai estetik.
Kesatuan, bahwa masing-masing karya terlihat adanya Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni (Wacana Apresiasi
kesatuan diantara unsur-unsur yang saling melengkapi dan Kreasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
antara unsur (titik, garis, warna, tekstur), prinsip
(harmoni, repetisi, gradasi, perspektif), dan azas Cervon, dkk. 2011. Kepribadian: Teori dan Penelitian.
(kesatuan, keseimbangan). Secara keseluruan unsur- Terj. Tusyani, Auliya, dkk. Jakarta: Salemba
unsur seni secara sinergi membentuk dan mengisi Humanika.
bentuk/figur yang disajikan dalam karya seni lukis
Koeboe. Kompleksitas, bahwa setiap karya yang Kandinsky, Wassily. 2007. Pendalaman Spiritual
disajikan Koeboe tidak sederhana. Setiap bentuk yang dalam Seni. Terj. Soekarman, Sulebar M.
hadir dalam karya seni lukis telah digarap dengan Jakarta Selatan: Yayasan Seni Visual Indo-
capaian kesan detail. Permainan ruang juga nesia.
mendominasi karya seni lukis Koeboe, adanya garis
horizontal yang didukung dengan pengolahan gradasi Kartika Sony Dharsono, Pengantar Estetika,
warna yang tepat bidang kanvas yang wajar mampu Bandung: Rekayasa Sain, [2007], hlm.60.
membentuk kedalaman ruang yang tidak terbatas.
Kesungguhan, untuk mencapai kualitas karya seni, Kartika, Sony Dharsono. 2004. Seni Rupa Modern.
Koeboe Sarawan telah memperhatikan betul akan Bandung: Rekayasa sains.
kekuatan tiap-tiap unsur secara intens. Melalui
persenyawaan antara unsur-unsur, bentuk/figur, Sadali, A. 1986. Hipotesa Proses Kreatif, Esai Dalam
pengolahan teknik penciptaan realistik, dan dipadukan Seni, Desain, dan Teknologi: Kritik, Opini,
dengan beberapa teknik lain (montase atapun kolase) dan Filosofi. Bandung: Pustaka.
karya seni lukis Koeboe mampu menghasilkan
capaian susasana tertentu. Beberapa suasana yang Santoso, Murdi. 2001. “Tinjauan Lukisan Karya Koeboe
terbangun, yakni: hening, sepi, dramatis, fantastis, Sarawan Periode 1986-2000.” Skripsi S1
mistik, suram, nglangut, hingga suasana mencekam. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Karya-karya Koeboe secara tidak langsung Negeri Surabaya.
mengantarkan pada sebuah perjalanan hidup yang
diarahkan menuju suatu hal yang religi. Mulai Schneede, Uwe M. 1973. Surrealism. Terj Maria
menanggapi mengenai keringnya hati manusia Pelikan. New York: Harry N. Abrams, Inc.,
terhadap memaknai sebuah kehidupan di dunia (Figur Publishers.
dan Sapi-Sapi, 1989, Menatap Sesuatu, 1990),
menanyakan mengenai akhir kehidupan (Dalam Sugiharto, Bambang (editor). 2013. Untuk Apa Seni.
Kesendirian, 1992), mulai memahami terhadap diri Bandung: Matahari.
sendiri atau wujud dari sebuah intrapsikis (Potret Diri,
2000), hingga memahami kebersihan jiwa dengan Supangkat, Jim, dkk. 2011. Koeboe. Jakarta: Printer.
kedalaman spiritualitas (Puncak Keheningan, 2009,
2010). Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB.
Secara keseluruhan ruang yang terbangun
dalam lukisan Koeboe seolah mengajak penikmat Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif
untuk memahami hubungan manusia dengan alam (Dasar teori dan terapannya dalam
(makro kosmos - mikro kosmos). Nuansa-nuanasa penelitian). Surakarta: Universitas Sebelas
yang dibangun dalam karya seni lukis Koeboe tidak Maret.
hanya melewati sebuah tahap perenungan, namun
juga telah mengajak penikmat untuk berpikir dan 1992. “Struktur Kritik Seni Holistik”,Makalah Seminar
melakukan suatu perenungan. Dengan demikian dapat Nasional Kritik Seni di Indonesia 22-23 Juli
diartikan lewat karya-karya yang disajikan Koeboe 1992. Surakarta: Fakultas Sastra Universi-
tidak terbatas dalam ekspresi dalam jiwanya, sebab tas Sebelas Maret.
telah termuat penggambaran kebajikan atau ‘dakwah’
Koeboe secara intens.

180 Volume 15 Nomor 2, Desember 2017


Yulianto: Estetika Seni Lukis Karya Koeboe Sarawan

Suyono, Joko S. 2011. “Sang Penggembala Narasumber:


Misteri”:sebuah artikel yang dimuat dalam
Majalah Tempo, 6 November 2011. Hal 67- Koeboe Sarawan (55), seniman seni lukis. Batu,
69. Malang.

Wilcox, Lynn. 2013. Psikologi Kepribadian Analisis


Seluk Beluk Kepribadian Manusia. Terj. P.
Kumalahadi. Yogyakarta: IRCiSoD.

Volume 15 Nomor 2, Desember 2017 181

Anda mungkin juga menyukai