Secara sekilas siklus hidup cacing pita mirip dengan Trematoda, akan tetapi lebih sederhana.
Hal ini disebabkan karena tidak ada fase reproduksi aseksual pada daur hidup Cestoda. Berikut
ini adalah daur hidup umum dari cacing pita :
• Telur - Cestoda bereproduksi seksual, lalu menghasilkan (dan menyimpan) telur pada
proglotid-nya. Segmen proglotid yang matang kemudian “rontok” bersamaan dengan telur-telur
yang dikandungnya. Telur ini keluar melalui kotoran inang primer dan dimakan oleh inang
perantara (sapi, babi, dll.).
• Onkosfer (en: oncosphere) - Dalam tubuh inang perantara, telur menetas menjadi onkosfer,
yaitu larva heksakant (en: hexacanth) yang masih dibungkus oleh lapisan embrionik.
• Larva heksakant - Onkosfer menjadi larva heksakant yang mampu menembus dinding saluran
pencernaan, dan terbawa menuju otot.
• Sista sistiserkus (en: cysticercus) - Larva heksakant yang telah berada di otot kemudian
membungkus diri menjadi sistiserkus. Sistiserkus ini bisa bertahan beberapa tahun pada hewan
(inang perantara), kemudian akan terbawa ke inang primer (inang definitif) apabila termakan
bersamaan dengan daging hewan.
• Cacing pita muda - Sistiserkus yang berada di usus inang primer akan menempel dan mulai
tumbuh menjadi dewasa.
• Cacing pita dewasa - Cacing dewasa menempel pada usus dengan skoleks dan mulai
melakukan reproduksi seksual, proglotid cacing pita mulai terisi dengan telur yang berjumlah
puluhan sampai ratusan ribu per segmen proglotid. Hebatnya, cacing pita bisa memiliki 1.000 –
2.000 segmen.
• Proglotid rontok - Ketika sudah matang dan berisi telur, segmen-segmen proglotid yang penuh
dengan telur mulai berguguran dan terbawa melalui kotoran.