Pada era Globalisasi Rumah Sakit diharapkan dapat mengikuti Perkembangan diantara
perkembangan Teknologi dan Meningkatkan pelayanan terhadap customer (pasien) dengan lebih
memperhatikan nilai kepuasan. Dalam memberikan pelayanan ini pun harus sesuai dengan
prosedur karena pada era globalisasi ini, semua tindakan dapat menimbulkan tuntutan
Malpraktek.
Oleh karena itu RS William Booth harus mempelajari kekuatan dan kelemahan serta
tantangan dan peluang yang ada untuk mencapai sasaran meningkatkan kunjungan dan BOR
rumah sakit, maka RS William Booth harus membuat renstra yang tetap berfokus kepada visi
dan misi Bala Keselamatan dan Yasasan Pelayanan Kesehatan Bala Keselamatan (YPKBK)
[ CITATION htt16 \l 1033 ].
Misi :
1. Memberikan pelayanan yang professional, manusiawi, tepat waktu dan tepat guna yang
berfokus kepada kaidah keselamatan pasien sesuai dengan standar pelayanan.
2. Membangun dan mengembangkan pendidikan, pelatihan dan penelitian yang menunjang
pelayanan kesehatan kepada pelanggan secara berkesinambungan sesuai dengan
perkembangan IPTEKDOK dan pelayanan perumah sakitan.
3. Mengelola sumber daya manusia yang berintegritas tinggi dalam memberikan pelayanan
dengan memperhatikan nilai-nilai etik, moral, sosial dan spiritual.
Nilai-Nilai Dasar :
K : Keperdulian menjadi dasar dan semangat pelayanan.
A : Adil tanpa diskriminasi dalam memberikan pelayanan.
S : Sejahtera merupakan cita cita yang ingin diraih seluruh karyawan.
I : Integritas tinggi dalam segala aspek pelayanan.
H : Harmonis dalam hubungan dengan Tuhan dan sesama.
Di Indonesia pelayanan Bala Keselamatan di rintis oleh Ensign Adolf Theodorus Van
Emmerik dan Staf Kapten Jacob Gerrit Brouwer yang memulai pelayanannya sejak tanggal 24
Nopember 1894 di sebuah desa yang bernama Sapuran Purworejo, Jawa Tengah. Dalam
pelayanannya, Bala Keselamatan yang ada pada zaman Hindia Belanda tersebutlebih dikenal
dengan sebutan “HET LEGER DES HEILS”.
Sejak Tahun 1908, disebuah rumah yang disewa di Jalan Genteng No.34 Surabaya, Bala
Keselamatan telah melakukan pelayanan bagi para ibu dan bayi. Selanjutnya pada Tahun 1915
Pemerintah dan Dinas Kesehatan Kota saat itu meminta Bala Keselamatan untuk memulai
pelayanan kesehatan di Kota Surabaya.
Sebuah rumah yang lebih besar di sewa kemudian oleh Bala Keselamatan di daerah
Tambak Bayan. Ibu-ibu muda bersama bayi mereka dipindahkan ketempat tersebut dan
dimulailah pelayanan Bala Keselamatan melalui Rumah Bersalin yang dipimpin oleh Ajudan
Geertruida Salet hingga Tahun 1923. Fasilitas Rumah Bersalin yang dimiliki saat itu adalah 20
tempat tidur dan sebuah Poliklinik.
Pada tahun 1924 Bala Keselamatan memperoleh sebidang tanah yang terletak di Reinersz
Boulevard (kini Jalan Diponegoro) dari Pemerintah Hindia Belanda. Ajudan Annie Beckley yang
ditunjuk sebagai pimpinan baru pelayanan kesehatan di Rumah Bersalin saat itu, mengurus
perpindahan Rumah Bersalin di Tambak Bayan ke lokasi di Reinersz Boulevard tersebut.
Ditempat inilah Rumah Sakit William Booth yang dikenal saat itu dengan nama “WILLIAM
BOOTH ZIEKENHUIS” mulai dibangun.
Pada tanggal 03 Januari 1924 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi Rumah Sakit
William Booth Surabaya oleh karena pada hari itu dilaksanakan peletakan batu pertama
pembangunan gedung rumah sakit oleh Ny.G.Hillen Brinks atas nama Residen saat itu (tanggal
ini kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Rumah Sakit William Booth Surabaya).
Pada Tahun 1942 saat terjadinya perang Dunia ke dua, Rumah Sakit William Booth
Surabaya saat itu diambil alih oleh pemerintah Jepang dan dijadikan sebagai rumah sakit khusus
bagian dari Rumah Sakit Umum Pusat. Pada Tahun 1945 setelah kemerdekaan diraih oleh
bangsa Indonesia, pengelolaan Rumah Sakit William Booth Surabaya kemudian dikuasai oleh
Pemerintah Repoblik Indonesia. Baru pada Tahun 1947 Rumah Sakit William Booth Surabaya
diserahkan kembali kepada Bala Keselamatan untuk dikelola sampai dengan saat ini.
Sekarang melakukan pekerjaan perluasan bangunan Rumah Sakit William Booth Surabaya
secara bertahap dilaksanakan sesuai kebutuhan dan dana yang tersedia. Beberapa data-data dan
pengembangan bangunan dapat disampaikan sebagai berikut :
Tanah
Lokasi Rumah Sakit William Booth berada di area pusat kota Surabaya yang tempatnya terletak
atau berkedudukan di jalan raya Diponegoro Nomor 34 Surabaya. Lokasi Rumah Sakit William
Booth ini cukup strategis oleh karena ditunjang dengan kemudahan akses menuju rumah sakit
serta dapat dijangkau oleh masyarakat dalam kota maupun dari luar kota Surabaya.
Rumah Sakit William Booth memiliki luas tanah yang cukup besar yaitu dengan ukuran luas
tanah 14.540 m 2.
Bangunan
Bangunan Rumah Sakit William Booth yang didirikan sejak tanggal 03 Januari 1924 sampai
dengan saat ini memiliki luas Bangunan 7.800 m 2. Tampak depan dari bangunan Rumah Sakit
William Booth memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri, oleh sebab bangunan ini bergaya
Amsterdam School dengan dominasi atap dan bukaan yang tinggi serta kubah sebagai penanda
ruang penerima (hall) dan ruang lonceng. Sehubungan dengan keunikan tersebut maka bangunan
Rumah Sakit William Booth ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya dengan surat keputusan
Walikota Surabaya Nomor: 188.45/29/436.1.2/2011.
Lahan Parkir
Rumah Sakit William Booth memiliki area perpakiran yang cukup luas yaitu dengan luas area ±
5.840 m 2. Lahan parkir ini dipandang masih cukup memadai untuk menampung sejumlah
kendaraan milik pasien dan atau keluarga serta tamu lainnya yang berkunjung untuk urusan yang
berkaitan dengan rumah sakit.
Instalasi Pengolahan Air Limbah di Rumah Sakit William Booth ini telah dioperasionalkan sejak
tanggal 24 November 2005 dengan surat ijin Dinas Lingkungan Hidup Nomor:
660.31/1190/436.4.20/2005. Surat ijin ini telah dibaharui kembali pada tanggal 18 Desember
2008 dengan Nomor: 660.31/572/436.6.3/2008 oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup
(BPLH)
Listrik
Penyediaan arus listrik untuk mendukung operasional alat elektrik medis dan penerangan di
rumah sakit bersumber pada aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), Namun
demikian Rumah Sakit William Booth juga melengkapi penyediaan arus listrik dari dua unit
motor diesel pembangkit listrik (Genset) yang sewaktu-waktu dapat digunakan apabila PLN
mengalami suatu gangguan atau pemadaman untuk sementara waktu.
Air
Sumber utama penyediaan air bersih untuk kebutuhan di Rumah William Booth adalah air
PDAM dan untuk menjamin kualitas air yang digunakan maka rumah sakit melakukan
pemeriksaan bakteriologis Air PDAM secara berkala ke Laboratorium kesehatan Kota Surabaya.
Penangkal Petir
Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER-02/MEN/1989 tentang
Pemasangan dan Pengawasan Instalasi Penyalur Petir maka Rumah Sakit William Booth telah
menyempurnakan penggunaan Instalasi Penyalur Petir Elektrostatis KURN.R.85 pada Bulan
April 2008 dengan surat ijin Dinas Tenaga Kerja Nomor: 566/259/IV/436.5.10/2008.
Istalasi Penyalur Petir di Rumah Sakit William Booth dilaksanakan oleh CV. POLARITAS
TEKNIK dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit
2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien
3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi
4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar
prosedur operasional
5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi
6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan
7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit
8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktek (SIP) baik di dalam maupun luar Rumah Sakit
9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya
10. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternative tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan
prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan.
11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
12. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis
13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
mengganggu pasien lainnya
14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit
15. Mengajukan usul, saran perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya
16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianutnya
17. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana dan
18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
KEWAJIBAN
1. Mentaati segala peraturan dan tata tertib yang berlaku di Rumah Sakit
2. Mematuhi segala instruksi dokter dan perawat dalam pengobatannya
3. Memberikan informasi dengan jujur dan selengkapnya tentang penyakit yang diderita
kepada dokter yang merawat
4. Melunasi / memberikan imbalan jasa atas pelayanan rumah sakit / dokter
5. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati / perjanjian yang telah dibuatnya.