Anda di halaman 1dari 11

6

a. Kristal Kubus Sederhana


 Tiap atom hanya memiliki bilangan koordinasi 6;
 Hanya 53% ruang yang ditempati.

Lapisan Tunggal 3 Dimensi

Gambar 1.4 Kristal Kubus Sederhana

 Kristal Kubus Terjejal


Hampir semua kristal logam termasuk tipe ini. Tiap atom dikelilingi oleh
6 tetangga pada lapisannya dan totalnya adalah 12 dalam 3 dimensi.
Memiliki persentase tinggi dalam pengisian ruang kubus.

Lapisan Tunggal

Gambar 1.5 Kristal Kubus Terjejal

 Kristal Terjejal
Atom-atom dalam satu lapisan harııs berada di lubang sehingga dua
lapisan saling bersentuhan.
7

Gambar 1.6 Kristal Terjejal

b. Kubus Berpusat Muka


Setiap sisi memiliki 5 atom dan maksimal ruang yang ditempati oleh atom
sampai 74%.

Gambar 1.7 Kubus Berpusat Muka

c. Kubus Berpusat Badan

Gambar 1.8 Kubus Berpusat Badan


Dimiliki oleh semua logam yang tidak mengkristal dalam bentuk terjejal
kecuali Polonium. Memiliki bilangan koordinasi 8 dan persentase ruang yang
ditempati 68%.
Tabel 1.3 Struktur Kristal Kubus

% Ruang yang
Nama Bilangan Koordinasi Contoh
Terisi
Kubus Berpusat Muka 12 74 Al
Kubus Berpusat
8 68 Na
Badan
Kubus Sederhana 6 52 Po

4. Ikatan Kimia Benda Padat


8

Zat padat terdiri atas sejumlah atom-atom/molekul yang terikat. Jarak


antar atom/molekul berdekatan dan tersusun secara teratur. Pada umumnya
atom tunggal tidak memiliki konfigurasi elektron yang stabil seperti gas
mulia, maka atom-atom bergabung membentuk molekul dengan cara
berikatan dengan atom lain. Gaya ikat adalah resultan dari gaya tarik
elektrostatik (antar proton—elektron) dan gaya tolak elektrostatik (proton—
proton). Besar gaya tarik dan tolak, jika:
r > ro gaya tarik lebih besar
r < ro gaya tolak lebih besar
r = ∞ gaya tarik dan gaya tolak = 0
r = ro gaya tarik = gaya tolak, sehingga ro disebut jarak keseimbangan atau
jarak ikatan
5. Jenis Ikatan Pada Zat Padat
a. Ikatan Ionik
Ikatan ionik terjadi karena gaya tarik elektrostatik antara ion positif
dan ion negatif (terjadi karena serah terima elektron valensi). Muatan
negatif dapat menarik semua muatan positif dan sebaliknya. Adanya
ikatan ionik menycbabkan terbentuknya kristal ionik. Kristal ionik terjadi
karena gaya tarik antara ion positif dan negatif. Ion-ion terikat satu sama
lain karena ada energi kohesif yang berasal dari energi potensial listrik.
Pada kristal ionik, tiap ion dikelilingi oleh ion-ion yang lain.
Struktur kristal untuk senyawa ion lebih kompleks karena ada dua
atau lebih partikel terlibat dimana ukuran dan muatan tiap partikel
biasanya berbeda dan tidak semua ion berbentuk bulat sempurna. Dengan
adanya gaya elektrostatik dan kristal yang tersusun sedemikian rupa akan
memungkinkan sejıımlah partikel yang muatannya berlawanan bisa
saling bersentuhan. Banyak senyawa ion dianggap sebagai susunan
terjejal anion-anion. Kation yang ukurannya kecil terletak di lubang di
antaranya.
Contoh kristal NaCl, ion Na dikelilingi oleh 6 ion Cl-.
Na Na+ + e
Cl + e Cl-
9

Na+ + Cl- NaCl

Natrium memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s sehingga 1


elektron pada kulit terluarnya sangat mudah sekali untuk terionisasi
menjadi Na dengan energi ionisasi yang diperlukan sebesar 5,1 eV.

Klor memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5 memiliki 7
elektron kulit terluar. Agar lebih stabil seperti halnya gas mulia,
dibutuhkan 1 elektron dari luar untuk membentuk Cl- dengan
membebaskan energi 3,7 eV (afinitas elektron).

Gambar 1.9 Kristal NaCl

Tabel 1.4 Beberapa Contoh Kristal Ionik

Krista
r(nm) Energi Kohesif (eV) n Struktur
l

LiF 0,201 8,52 6 fcc

LiCl 0,257 6,85 7 fcc

NaCl 0,281 6,39 8 fcc

NaI 0,324 5,00 9,5 fcc

KCl 0,315 6,46 9 fcc

KBr 0,330 5,89 9,5 fcc

RbF 0,282 7,09 8,5 fcc

RbCl 0,329 6,34 9,5 fcc

CsCl 0,356 6,46 10, bcc


10

12,
CsI 0,395 5,35 bcc
0

MgO 0,210 9,34 7 fcc

BaO 0,275 8,90 9,5 fcc

Sifat kristal ionik

1. Keras dan stabil;


2. Merupakan konduktor yang buruk karena tidak ada elektron
bebas;
3. Suhu penguapannya tinggi sekitar 1.000 sampai 2.000 K;
4. Tidak tembus cahaya;
5. Mudah larut dalam cairan polar (air);
6. Menyerap radiasi infra merah.
b. Ikatan Kovalen
Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena adanya pemakaian
bersama elektron-elektron dari atom-atom yang bersangkutan atau
patungan elektron valensi dari kedua atom. Sebagai contoh atom
hidrogen (H) memiliki konfigurasi 1s1 akan lebih stabil jika pemakaian
bersama sepasang elektron dengan sebuah elektron hidrogen yang lain
sehingga membentuk molekul H2.

Gambar 1.10 Ikatan Kovalen Hidrogen


11

Kristal kovalen terjadi karena ikatan kovalen anlara atom-atom.


Contoh kristal kovalen adalah intan. Karbon mempunyai konfigurasi
elektron 1s2 2s2 2p2 membutuhkan 4 elektron agar kulitnya penuh (2p6).
Empat elektron ini diperoleh dari pemakaian 4 atom C yang dikenal
sebagai intan, 1 atom C akan berikatan kovalen dengan 4 atom C lainnya.

Gambar 1.11 Kristal Kovalen Intan dan Grafit

Tabel 1.5 Beberapa contoh kristal kovalen

Kristal R (nm) Energi Kohesif (eV)


ZnS 0,235 6,32
C
0,154 7,37
(Intan)
Si 0,234 4,63
Ge 0,244 3,85
Sn 0,280 3,14
CuCl 0,226 9,24
GaSb 0,265 6,02
InAs 0,262 5,70
SiC 0,189 12,3

Sifat-sifat Kristal Kovalen sebagai berikut,

1. Tidak larut dalam zat cair biasa;


2. Penghantar yang buruk;
3. Tembus cahaya (contoh: Intan);
4. Beberapa kristal kovalen sangat keras (Intan, silikon karbid untuk
ampelas), karena energi kohesif kristal ini besar;
5. Sebagian kristal, titik lelehnya sangat tinggi ( Intan = 4000 K);
c. Ikatan Hidrogen
12

Merupakan ikatan antar molekul dimana atom hidrogen suatu


molekul berikatan dengan atom oksigen dari molekul yang lain. Ikatan
ini yang menyebabkan air memiliki titik didih yang tinggi dan kalor
penguapan yang besar.

Gambar 1.12 Ikatan Hidrogen

d. Ikatan Logam
Satuan sel ulangnya terdiri atas atom-atom logam. Elektron valensi
pada logam bebas bergerak meloncati satu atom ke atom lain membentuk
larutan elektron.

Gambar 1.13 Elektron Valensi Pada Logam


Pada leburan logam, ikatan logam tetap ada, meskipun susunan
strukturnya telah rusak. Ikatan logam tidak sepenuhnya putus Sampai
logam mendidih. Hal ini berarti bahwa titik didih merupakan penunjuk
kekuatan ikatan logam dibandingkan dengan titik leleh. Pada Saat
meleleh, ikatan menjadi longgar tetapi tidak putus.

6. Sifat Mekanik Bahan


13

Pemakaian bahan umumnya dikhususkan menerima gaya atau beban


terpakai. Dalam kondisi ini, perlu untuk mengetahui karakteristik suatu bahan
dan merancang dengan teliti untuk membuat bahan yang mampu menerima

deformasi dengan tidak mengalami keretakan. Sifat mekanik suatu bahan


mencerminkan hubungan antara rangsangan atau deformasi dengan gaya
terpakai. Perilaku sifat mekanik ini sangat penting seperti kekuatan,
kekerasan, elastisitas, dan ketangguhan bahan.

Gambar 1.14 Peta konsep sifat mekanik bahan


7. Elastisias Bahan
Elastisitas adalah kemampuan benda padat kembali ke bentuk semula
setelah gaya yang bekerja pada benda tersebut dihilangkan. Benda-benda
Yang memiliki Sifat elastis disebut benda elastik, misalnya karet gelang,
mistar plastik, dan pegas baja.
Selain memiliki sifat elastis, benda padat juga memiliki sifat plastis, yaitu
sifat yang bertolak belakang dengan sifat elastis. Benda yang metniliki sifat
plastis disebut benda plastik, misalnya tanah lempung dan plastisin.
8. Kekuatan Bahan ( Strength)
Dalam bidang teknologi, kualitas bahan Yang digunakan harus sesuai
dengan keperluan dan fungsinya. Untuk keperluan tersebut, sualu bahan harus
diuji macam-macam komposisi zatnya, dan juga dilakukan pengujian sifat
mekanis bahan yaitu tentang kelenturan dan kekerasannya. Empat sifat
14

rnekanis yang penting ialah kekuatan (strength), kekakuan (stiffness),


kelenturan (ductility), dan kekerasan (hardness).
Kekuatan suatu bahan berhubungan dengan besar gaya yang marnpu
ditahan oleh bahan sampai bahan itu tepat pecah atau patah. Kekakuan
berhubungan dengan ketahanan bahan itu terhadap suatu gangguan pada
perubahan bentuk atau ukuran atatl kedua-duanya. Kelenturan suatu bahan
berhubungan dengan ketahanan terhadap pukulan, tekanan bengkokan. juga
bila digulung atau diregang menjadi bentuk-bentuk yang kita kehendaki,
sedangkan kekerasan suatu baban berhubungan dengan bahan yang tidak
rapuh atau tidak mudah retak.
Untuk mengetahui sifat – sifat suatu bahan, tentu kitu harus mengadakan
pengujian terhadap bahan tersebut. Ada empat jenis uji coba yang biasa
dilakukan, yaitu uji tarik (Tensile Test), uji tekan (Compression Test), uji torsi
(torsion test). dan uji geser (shear test).
Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar.
Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami
standarisasi di seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan
Jepang dcngan JIS 2241. Dengan menarik suatu bahan kita akan Segera
mengetahui bagaimana baban tersebut bereaksi terhadap tenaga tarikan dan
mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen
untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan
yang tinggi (highly stiff). Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji
tarik. Bila kita terus menarik suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai
putus, kita akan mendapatkan profil tarikan yang lengkap yang berupa kurva
seperti digambarkan pada Gambar l.15. Kurva ini menunjukkan hubungan
antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini sangat diperlukan
dalam desain yang memakai bahan tersebut.
15

Gambar 1.15 Gambaran singkat uji tarik dan datanya


Biasaanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum
bahan tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut
"Ultimate Tensile Strength" disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia
disebut tegangan tarik maksimum.
9. Hukum Hooke
Hukurn Hooke menyatakan bahwa gaya yang bekerja pada pegas
sebanding dengan konstanta pegas dan pertambahan panjang pegas. Jika
sebuah gaya bekerja pada sebuah pegas hingga pegas terenggang. Untuk
hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan antara
beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang
bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva
pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut,

Rasio Tegangan (Stress) dan Regangan ( Strain ) adalah konstan

Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain adalah
pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan.

Stress : F/A F : Gaya Tarikan , A : Luas Penampang

Strain : ∆L/L ∆L : Pertambahan Panjang , L : Panjangm Awal

Hubungan antara Stress dan Strain dirumuskan :

E = ∂/Ԑ

Untuk memudahkan pembahasan, Gambar 1.15 kita modifikasi sedikit dari


hubungan antara gaya tarikan dan pertambahan panjang menjadi hubungan
antara tegangan dan regangan (stress vs strain). Selanjutnya kita dapatkan
Gambar 1.16, yang merupakan kurva standar ketika melakukan eksperimen
uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana perbandingan
tegangan (o) dan regangan (c) selalu tetap. E diberi nama "Modulus
Elastisitas" atau "Young Modulus". Kurva yang menyatakan hubungan antara
Strain dan Stress ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).
16

Gambar 1.16 Kurva Tegangan - Regangan

Anda mungkin juga menyukai