UKL UPL Tanah Urug
UKL UPL Tanah Urug
PENDAHULUAN
1
PT MMI memiliki komitmen yang tinggi di bidang lingkungan
hidup yang dijabarkan ke dalam kebijakan pengelolaan lingkungan hidup
bagi pelaksanaan penambangan sebagai pra penambangan yaitu
penambangan urugan tanah diharapkan akan dapat menimbulkan dampak
penting.
Studi UKL-UPL yang dilakukan merupakan bagian dari proses
perencanaan dalam kerangka operasional komitmen dan kebijakan
lingkungan hidup.
Jabatan : Kepala
Anggota Tim :
1.4. Peraturan dan Perundang - undangan sebagai Acuan UKL dan UPL
Timur : Lombok
Sebelah
Selatan : Jati
Sebelah : Kebun campuran
Barat
2.3.3. Areal Kegiatan
Luas
lahan ± 12,3 ha
Wilayah Mojokerto
Jenis Tanah Urug
Desa Mojolebak
Tabel 2-1
1. Survei Lapangan
2. Pengadaan Lahan
3. Sosialisasi Warga
5. Mobilisasi Peralatan
1. Pengoperasian Tambang
10
Sarana infrastruktur jalan adalah menggunakan sarana jalan yang
pernah dipakai penambangan sebelumnya dengan terlebih dahulu
dilakukan perbaikan dan penambahan pengurugan. Adapun jarak sarana
jalan menuju lokasi tambang dari jalan umum adalah lebih kurang 600
meter sedangkan saat ini kondisi jalan yang ada adalah sepanjang 550m,
jadi masih kurang 50 meter lagi.
Tabel 2-2
11
2.4.1.6. Pembukaan dan Pematangan Lahan
Perkiraan jumlah tenaga kerja pada Tahap Pra operasi dan operasi
1 Manajerial 5
2 Supervisi 2
3 Tenaga kerja trampil 20
4 Tenaga kerja kasar 10
Selain daripada itu control pengaturan setiap unit kerja akan selalu
dilaksanakan selaras dengan aktifitas kerja yang dilakukan. Untuk itu
monitoring dan laporan berkala akan dilakukantermasuk juga pengawasan
terhadap kondisi lingkungan yang mungkin ditimbulkan dengan adanya
aktifitas penambangan tersebut sehingga selain dapat mencegah terhadap
akses – akses yang ditimbulkan juga demi mengantisipasi terhadap
dampak yang tidak diinginkan antara lain debu yang ditimbulkan karena
lalu lalangnya kendaraan dan penyelamatan biota air maupun darat.
BAB III
3.1.1 Iklim
Tabel 3-1
Kondisi rona awal kualitas udara dan tingkat kebisingan pada rencana
pengoperasian tambang dan daerah sekitarnya
Baku Mutu Kualitas Udara menurut PP. Nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
Tabel 3-2
Hasil pengukuran debu dalam bulan Oktober 2014 pada studi UKL-UPL
ini seperti ditunjukkan dalam Lampiran Teks-3-1, adalah 39,31 – 274,38 (µg/m3)
lebih kecil dibandingkan hasil pengukuran pada Tabel 3-2 (126,98 – 526,32
µg/m3). Pada umumnya sumber debu berasal dari debu jalanan yang melayang di
udara setelah dilintasi oleh kendaraan disamping debu yang berasal dari spora
tumbuhan yang terbang ditiup angin.
3.1.4 Geologi
3.1.5 Hidrologi
20
menjadi sukar untuk diairi. Maka dengan dilakukan penambangan
selain materialnya bermanfaat untuk pengurukan tanah, lokasi yang
ditambang kontur ketinggiannya bisa menjadi turun serta memiliki
potensi lebih besar untuk diairi karena ketinggiannya terkurangi.
3.1.9 Tanah
Tabel 3-3
1 Tekstur
Tabel 3-4
Tabel 3-5
Lokasi
No. R K LS CxP A
Pemantauan
Keterangan :
R = Erosivitas hujan K = Erodibilitas tanah
LS = Panjang lereng dan slope C = Faktor vegetasi
P = Faktor pengelolaan A = Erosi (ton/ha/tahun)
Tabel 3-6
Tingkat bahaya erosi berdasar tebal solum tanah dan besarnya bahaya erosi
> 90 SR S S B SB
60 – 90 R B B SB SB
30 – 60 S SB SB SB SB
< 30 B SB SB SB SB
Keterangan :
SR = sangat rendah B = berat R = rendah S = sedang SB = sangat berat
30
minutiflora), bengkirai (Trema amboinensis), mahang (Macaranga
hypoleuca) dan jambu-jambuan ( Eugenia sp). Sedang tumbuhan bawah
pada tapak ini didominasi oleh jenis alang-alang, hering, rio-rio,
karamunting kodok, kacang polong. Secara keseluruhan keadaan
vegetasi di areal tapak tambang dari segi keragaman dan potensi tidak
terlalu besar.
31
Dari seluruh perhitungan kelimpahan sel planktonik yang
diidentifikasi tersebut dapat dihitung tingkat keanekaragaman hayati
biota planktonik pada setiap stasiun pengamatan.
Tabel 3-7
Nama Indonesia
No. Nama Spesies atau Famili Sumber Status
atau Lokal
Mamalia
Reptilia
Nama Sumber
No. Nama Spesies atau Famili Status
Indonesia atau
Aves Lokal
3.3.1 Kependudukan
3.3.2 Ekonomi
b. Industri Tekstil, Pakaian Jadi, Barang Kulit dan Alas kaki 204051.42956956 217151.42956956 231214.77425014
c. Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya 184734.90613973 197384.90613973 211474.70199184
e. Industri Pupuk, Kimia, Barang Dari Karet dan Plastik 189622.80332787 203522.80332787 219241.97880271
f. Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam 113410.76740362 122210.76740362 131763.29156191
4.2 Gas
a. Angkutan Rel
40
Bedah Rumah diharapkan akan mampu mengangkat dan memperbaiki
kesejahteraan dan kualitas standar hidup masyarakat Mojokerto.
Tabel 3-8
No Jenis Penyakit
2004 2005 2006
Sumbe
r : Puskesmas Jetis, 2007
Angka kesakitan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3-8, terlihat
bahwa penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas) selalu
menduduki urutan paling banyak selama tiga tahun terakhir. Penyakit
ISPA ini sangat erat hubungannya kondisi kualitas udara, baik di dalam
rumah maupun di luar (udara ambien). Penyakit ISPA ini perlu
diwaspadai peningkatannya seiring dengan operasional tambang, karena
polutan udara yang dapat disebarkan melalui cerobong.
Sumber air bersih yang sering digunakan oleh penduduk baik untuk
keperluan mandi, cuci dan minum adalah 43,5 % mengambil air dari
sumur gali, 43,7 % dari air sungai dan sisanya 12, 8% menggunakan air
yang berasal dari PDAM. Penduduk yang mengambil air untuk
kebutuhan sehari-hari dari PDAM adalah penduduk yang berada di
Desa Mojolebak yang terutama digunakan untuk keperluan minum,
sedangkan untuk keperluan lainnya kadang-kadang mereka juga
menggunakan air sungai, karena desanya yang berada di tepi sungai.
Kondisi demikian dalam skala kualitas lingkungan termasuk dalam
kategori jelek dengan nilai 2.