Laporan KKL Kelayan Timur Periode 16-30 Nov 2020
Laporan KKL Kelayan Timur Periode 16-30 Nov 2020
DISUSUN OLEH :
1. M HUSNUL ARIFIN (1748201110121)
2. NAURA QATRUNNADA (1748201110056)
Pada kesempatan ini kami selaku penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar- besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu kelancaran kegiatan
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, kepada :
Penulis menyadari bahwa Laporan Kuliah kerja Lapangan (KKL) ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun. Semoga Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dapat
menjadi ilmu yang bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABLE
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
DAFTAR SINGKATAN
AC : Air Conditioner
ALKES : Alat Kesehatan
APBD : Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah
APT : Apoteker
ASI : Air Susu Ibu
BMHP : Bahan Medis Habis Pakai
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
BPOM : Badan Pengawas Obat dan Makanan
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
DAGUSIBU : Dapatkan obat dengan benar, Gunakan obat dengan benar,
Simpan obat dengan benar, dan Buang obat dengan benar
DOEN : Daftar Obat Essensial Nasional
ED : Expired Date
EPO : Evaluasi Penggunaan Obat
FEFO : First Expired First Out
FIFO : First In First Out
FKTP : Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
FORNAS : Formularium Nasional
GEMA CERMAT : Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat
IFK : Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
IMT : Indeks Massa Tubuh
ISPA : Infeksi Saluran Napas
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
KB : Keluarga Berencana
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KIE : Komunikasi Informasi dan Edukasi
KK : Kartu Keluarga
KKL : Kuliah Kerja Lapangan
KMS : Kartu Menuju Sehat
viii
KTP : Kartu Tanda Penduduk
LANSIA : Lanjut Usia
LASA : Look Alike Sound Alike
LPLPO : Laporan Pemakaian Dan Lembar Permintaan Obat
MESO : Monitoring Efek Samping Obat
MTBS : Manajemen Terpadu Balita Sakit
OKT : Obat Keras Tertentu
OOT : Obat-Obat Tertentu
PB : Puyer Batuk
PBF : Pedangang Besar Farmasi
PBI : Peneriman Bantuan Iuran
PF : Puyer Flu
PG : Puyer Gatal
PERMENKES : Peraturan Menteri Kesehatan
PIO : Pemberiaan Informasi Obat
PKP : Penilaian Kerja Puskesmas
PKPR : Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja
PMTBS : Puyer Manajemen Terpadu Balita Sakit
POSBIDU : Pos Binaan Terpadu
POSYANDU : Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu
PROLANIS : Program Pengelolaan Penyakit Kronis
PSM : Peran Serta Masyarakat
PTO : Pemantauan Terapi Obat
PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat
PUSLING : Puskesmas Keliling
PUSTU : Puskesmas Pembantu
RI : Republik Indonesia
RKO : Rencana Kebutuhan Obat
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RT : Rukun Tetangga
S1 : Strata-1
SDM : Sumber Daya Manusia
ix
SIP : Surat Izin Praktek
SKM : Sarjana Kesehatan Masyarakat
SP : Surat Pemesanan
SPRG : Sekolah Pengatur Rawat Gigi
SPSE : Sistem Pemesanan Secara Elektronik
TTK : Tenaga Teknis Kefarmasian
UKK : Upaya Kesehatan Kerja
UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat
UKP : Upaya Kesehatan Perseorangan
UKS : Usaha Kesehatan Sekolah
UPOPPK : Upaya Pengelola Obat Publik Dan Kesehatan
UPTD : Unit Pelaksana Teknis Daerah
UU : Undang-Undang
x
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
a. Metode konsumsi
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas
analisa data konsumsi obat periode sebelumnya. Untuk
menghitung jumlah obat yang dibutuhkan berdasarkan
metode konsumsi perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Pengumpulan dan pengolahan data
2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan sediaan farmasi
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan sediaan farmasi
a) Daftar obat
b) Stok awal
c) Penerimaan
d) Pengeluaran
e) Sisa stok
f) Obat hilang/rusak, kadaluwarsa
g) Kekosongan obat
h) Pemakaian rata-rata/pergerakan oabat pertahun
i) Waktu tunggu
j) Stok pengaman
k) Perkembangan pola kunjungan.
b. Metode Morbiditas
Metode morbiditas adalah perhitungan kebutuhan obat
berdasarkan pola penyakit. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan adalah perkembangan pola penyakit, waktu
tunggu, dan stok pengaman.
Langkah-langkah perhitungan metode morbiditas adalah:
1) Menetapkan pola morbiditas penyakit berdasarkan
kelompok umur
2) Menentukan jumlah kunjungan kasus berdasarkan
prevalensi penyakit
3) Menyediakan formularium/ standar/ pedoman sediaan
farmasi
4) Menghitung perkiraan kebutuhan sediaan farmasi
5) Penyesuaian dengan alokasi dana yang tersedia
c. Evaluasi Perencanaan
Evaluasi terhadap perencanaan ddilakukan meliputi:
1) Kesesuaian perencanaan dengan kebutuhan. Dilakukan
penilaian kesesuaian antara RKO dengan realisasi.
Sumber data berasal dari rumah sakit, LKPP dan
pemasok.
2) Masalah dalam ketersediaan yang terkait dengan
perencanaan. Dilakukan dengan cek silang data dari
fasyankes dengan data di pemasok.
(Kemenkes, 2019)
2.2.1.2 Pengadaan
Pengadaan obat di puskesmas, dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan melakukan permintaan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan pengadaan mandiri (pembelian).
1) Permintaan
Sumber penyediaan obat di puskesmas berasal dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Obat yang disediakan di
Puskesmas harus sesuai dengan Formularium Nasional
(FORNAS), Formularium Kabupaten/Kota dan
Formularium Puskesmas. Permintaan obat puskesmas
diajukan oleh kepala puskesmas kepada kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format
LPLPO. Permintaan obat dari sub unit ke kepala
puskesmas dilakukan secara periodik menggunakan
LPLPO sub unit.
Permintaan terbagi atas dua yaitu:
a. Permintaa rutin
Dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi masing-masing puskesmas.
b. Permintaan khusus
Dilakukan diluar jadwal distribusi rutin. Proses
permintaan khusus sama dengan proses permintaan
rutin.
Permintaan khusus dilakukan apabila:
1) Kebutuhan meningkat
2) Terjadi kekosongan obat
3) Ada Kejadian Luar Biasa (KLB/Bencana)
(Kemenkes, 2019)
2.2.1.3 Penyimpanan
Tujuan penyimpanan adalah untuk memelihara mutu sediaan
farmasi, menghindari penggunaan yang tidak
bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, serta memudahkan
pencarian dan pengawasan.
1) Aspek umum yang perlu diperhatikan:
a. Persediaan obat dan BMHP puskesmas disimpan di
gudang obat yang dilengkapi lemari dan rak-rak
penyimpanan obat.
b. Suhu ruang penyimpanan harus dapat menjamin
kestabilan obat.
c. Sediaan farmasi dalam jumlah besar (bulk) disimpan
diatas pallet, teratur dengan memperhatikan tanda-
tanda khusus.
d. Penyimpanan sesuai alphabet atau kelas terapi dengan
system, First Expired First Out (FEFO). High alert
dan life saving (obat emergency).
e. Sediaan psikotropik dan narkotik disimpan dalam
lemari terkunci dan kuncinya dipegang oleh apoteker
atau tenaga teknis kefarmasian yang dikuasakan.
f. Sediaan farmasi dan BMHP yang mudah terbakar,
disimpan di tempat khusus dan terpisah dari obat
lain.
g. Tersedia lemari pendingin untuk menyimpan obat
tertentu yang disertai dengan alat pemantau dan kartu
suhu yang diisi setiap harinya.
h. Jika terjadi pemadaman listrik, dilakukan tindakan
pengamanan terhadap obat yang disimpan pada suhu
dingin. Sedapat mungkin, tempat penyimpanan obat
termasuk dalam prioritas yang mendapatkan listrik
cadangan (genset).
i. Obat yang mendekati kadaluwarsa (3 sampai 6 bulan
sebelum tanggal kadaluwarsa tergantung kebijakan
puskesmas) diberikan penandaan khusus dan
diletakkan ditempat yang mudah terlihat agar bisa
digunakan terlebih dahulu sebelum tiba masa
kadaluarsa.
j. Inspeksi/pemantauan secara berkala terhadap tempat
penyimpanan obat.
2) Aspek khusus yang perlu diperhatikan
a. Obat High Alert
Obat High Alert adalah obat yang perlu diwaspadai
karena dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), dan
beresiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak
diinginkan (adverse outcome). Daftar obat beresiko
tinggi ditetapkan oleh Puskesmas dengan
mempertimbangkan data dari referensi dan data
internal di Puskesmas tentang “kejadian yang tidak
diharapkan” (adverse event) atau “kejadian nyaris
cedera” (near miss). Referensi yang dapat dijadikan
acuan antara lain daftar yang diterbitkan ISMP
(Institute for Sale Medication Practice). Puskesmas
harus mengkaji secara seksama obat-obat yang
beresiko tinggi tersebut sebelum ditetapkan sebagai
obat high alert di Puskesmas.
Puskesmas menetapkan daftar obat Look Alike Sound
Alike (LASA) / nama-obat-rupa-ucapan-mirip
(NORUM). Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak
saling berdekatan dan diberi label khusus sehingga
petugas dapat lebih mewaspadai adanya obat
LASA/NORUM.
b. Obat Narkotika, Psikotropika dan Prekursor
Peredaran, penyimpanan, pemusnahan, dan pelaporan
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi harus
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3
Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan,
Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika,
dan Prekursor Farmasi. Narkotika, Psikotropika, dan
precursor Farmasi harus disimpan dalam lemari
khusus dan menjadi tanggungjawab apoteker
penanggung jawab. Lemari khusus tempat
penyimpanan narkotika, psikotropika, dan prekursor
farmasi memiliki dua buah kunci yang berbeda, satu
kunci dipegang oleh apoteker penanggung jawab, satu
kunci lainnya dipegang oleh tenaga teknis
kefarmasian/tenaga kesehatan lain yang dikuasakan.
Apabila apoteker penanggung jawab berhalangan
hadir dapat menguasakan kunci kepada tenaga teknis
kefarmasian/tenaga kesehatan lain.
c. Obat kegawatandaruratan medis
Penyimpanan obat kegawadaruratan medis harus
diperhatikan dari sisi kemudahan, ketetapan dan
kecepatan reaksi bila terjadi kegawatdaruratan.
Penetapan jenis obat kegawatdaruratan medis
termasuk antidote harus disepakati bersama antara
apoteker/tenaga farmasi, dokter dan perawat. Obat
kegawatdaruratan medis digunakan hanya pada saat
emergensi dan ditempatkan di ruang pemeriksaan,
kamar suntik, poli gigi, ruang imunisasi, ruang
bersalin, dan Instalasi Gawat Darurat/IGD.
Monitoring terhadap obat kegawatdaruratan medis
dilakukan secara berkala. Obat yang kadaluarsa dan
rusak harus diganti tepat waktu. Keamanan persediaan
obat-obatan emergency harus terjamin keamanannya
baik dari penyalahgunaan, keteledoran maupun dari
pencurian oleh oknum, sehingga dan seharusnya
tempat penyimpanan obat harus dikunci semi
permanen atau yang dikembangkan sekarang disegel
berregister yang nomor serinya berbeda-beda. Segel
tersebut hanya dapat digunakan sekali/disposable
artinya ketika segel dibuka, segel tersebut menjadi
rusak sehingga tidak bisa dipakai lagi. Ini
dimaksudkan supaya terjaga keamanannya dan setiap
segel terbuka ada maksud dan alasan serta tercatat
dalam buku pemantauan obat-obat emergency.
Penggunaan segel sekali pakai memiliki keuntungan
sebagai indicator apakah obat emergency tersebut
dalam keadaan utuh atau tidak.
(Kemenkes, 2019)
2.2.1.4 Distribusi
Pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan
sediaan farmasi dan BMHP dari puskesmas induk untuk
memenuhi kebutuhan pada jaringan pelayanan puskesmas
(Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa).
Langkah-langkah distribusi obat:
1) Menentukan frekuensi distribusi dengan
mempertimbangkan:
a. Jarak distribusi
b. Biaya distribusi yang tersedia
2) Menentukan jumlah dan jenis obat yang diberikan dengan
mempertimbangkan:
a. Pemakaiana rata-rata per periode untuk setiap jenis
obat
b. Sisa stok
c. Pola penyakit
d. Jumlah kunjungan di masing-masing jaringan
pelayanan puskesmas
3) Melaksanakan penyerahan obat ke jaringan pelayanan
puskesmas.
Obat diserahkan bersama-sama dengan form LPLPO
jaringan pelayanan puskesmas yang ditandatangani oleh
penanggungjawab jaringan pelayanan puskesmas dan
pengelola obat puskesmas induk sebagai
penanggungjawab pemberi obat.
(Kemenkes, 2019)
2.2.1.5 Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan
kesehatan yang disajikan kepada pihak yang berkepentingan.
Jenis laporan yang dibuat oleh tenaga kefarmasian puskesmas
meliputi:
No Jenis Laporan Kegunaan Ket.
1. Laporan penerimaan Mengetahui jumlah LPLPO
dan pengeluaran obat penerimaan dan
pengeluaran obat
satu periode
2. Laporan Obat Melaporkan obat
Rusak/Kadaluwarsa yang
rusak/kadaluwarsa
3. Psikotropika dan Mengetahui Pelaporan
narkotika penerimaan dan ditujukan ke
pengeluaran narkotik Dinkes
dan psikotropik Kab/Kota
4. Kepatuhan terhadap Untuk evaluasi Pelaporan
formularium nasional kesesuaian ditujukan ke
penggunaan obat Dinkes
dengan Fornas Kab/Kota
5. Laporan Pelayanan Mengetahui Pelaporan
Kefarmasian (PIO dan pelayanan farmasi ditujukan ke
Konseling) klinik di puskesmas Dinkes
Kab/Kota,
Provinsi, dan
Kemenkes
6. Penggunaan obat Untuk pemantauan
rasional penggunaan obat
rasional
7. Laporan Obat Program Melaporkan
penggunaan obat
program di
puskesmas
Table 1 Jenis laporan yang dibuat oleh tenaga kefarmasian puskesmas
(Kemenkes, 2019)
2.2.2 Pengelolaan Obat Rusak, Kadaluwarsa, Pemusnahan Obat dan
Resep
3.1 Profil
3.1.1 Geografi
3.1.1.1 Letak Wilayah
Secara geografis Puskesmas Kelayan Timur terletak antara
3°16'46″ derajat dan 3°22'54″ derajat lintang selatan serta
114°31'40″ derajat dan 114°29'55″ derajat bujur timur, pada
ketinggian 0,16 m di bawah permukaan laut dengan kondisi
tanah sebagian terdiri dari rawa-rawa. Pada waktu air pasang
hampir seluruh wilayah digenangi air.
3.1.1.2 Iklim
Kondisi tanah sebagian terdiri dari rawa-rawa tergenang air,
di samping pengaruh musim hujan dan musim kemarau
sehingga iklimnya bersifat tropis. Suhu rata-rata antara 25
sampai 28 derajat celcius, curah hujan rata-rata 277,9 mm
perbulan, dengan jumlah hari hujan 156 hari selama satu
tahun.
3.1.1.3 Topografi dan Geologi
Wilayah Puskesmas Kelayan Timur terletak di sepanjang
sungai Kelayan, kemiringan antara 0,13% dengan susunan
geologi terutama bagian bawahnya didominasi oleh lempung
dengan sisipan pasir halus dan endapan alluvium yang terdiri
dari lempung hitam keabuan dan lunak.
3.1.1.4 Luas Wilayah
Wilayah Puskesmas Kelayan Timur berada di sebelah selatan
dari wilayah Kota Banjarmasin, dengan luas 1,73 km 2 dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kelayan
Barat;
2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung
Pagar;
31
32
3.1.2 Demografi
Kebijakan pembangunan kependudukan diarahkan pada
peningkatan angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Kota
Banjarmasin pada tahun 2016 berada pada urutan ke-2 dari 13
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan dengan angka
74,94. Sedangkan pada tahun 2019 diperkirakan akan mencapai
75,29.
3.1.2.1 Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk tahun 1990-2000 mencapai
1,02% dan tahun 2000-2014 pertumbuhan penduduk
mencapai 1,72%.
3.1.2.2 Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk Puskesmas Kelayan Timur pada tahun
2019 Kelurahan Kelayan Timur kepadatan mencapai
4008,24 jiwa/km2 dan Kelurahan Kelayan Tengah mencapai
46,752,63 jiwa/km2. Luas Puskesmas Kelayan Timur dapat
disimpulkan bahwa termasuk dalam kategori sangat padat.
3.1.2.3 Keluarga Miskin
Keluarga miskin yang menjadi tanggungan Jamkesmas
tahun 2014 jumlah penduduk miskin sebanyak 8592 jiwa,
keluarga miskin tahun 2015 sebanyak 8594 jiwa, pada tahun
2016 sebanyak 9465 jiwa, pada tahun 2017 jumlah
penduduk
miskin sebanyak 10203 jiwa. Pada tahun 2017 terjadi
kenaikan penduduk miskin sebanyak 738 jiwa (9%) dan
pada tahun 2018 terjadi kenaikan sekitar 957 (8,5%) dan
tahun
2019 sebanyak 11.160 jiwa terjadi kenaikan sebesar 957 jiwa
(8,5%).
3.1.2.4 Sumber Daya Puskesmas Kelayan Timur
1) Sumer Daya Tenaga Kerja
No Sumber Daya Tenaga Kerja Jumlah (orang)
1 Kepala Puskesmas 1
2 Kepala Tata Usaha 1
3 Dokter Umum 2
4 Dokter Gigi 1
5 Apoteker 1
6 Perawat Gigi 2
7 Bidan 7
8 Asisten Apoteker 2
9 Perawat Kesehatan 8
10 Analis Kesehatan 3
11 Sanitarian 3
12 Nutrisionis 2
13 Tenaga Loket 2
14 Peregister Pasien 2
15 Verifikator 1
16 Kebersihan 1
17 Keamanan 1
Jumlah 40
Table 2 Sumber Daya Tenaga Kerja di Puskesmas Kelayan
Timur Tahun 2019
3.2 Sejarah
Puskesmas Kelayan Timur merupakan salah satu puskesmas yang terletak
di Jalan Kelayan B Timur Komplek 10 Kecamatan Banjarmasin Selatan
Kota Banjarmasin. Puskesmas Kelayan Timur berdiri pada tahun 1975
dengan status sebagai puskesmas pembantu. Kemudian berubah status
pada tahun 1977 menjadi Puskesmas Kelayan Timur yang mencakup lima
kelurahan yaitu diantaranya Kelurahan Kelayan Timur, Kelurahan Kelayan
Tengah, Kelurahan Kelayan Dalam, Kelurahan Kelayan Raya, dan
Kelurahan Tanjung Pagar. Pada tahun 1992 pembagian wilayah
Puskesmas Kelayan Timur hanya membawahi dua kelurahan, yaitu
Kelurahan Kelayan Timur dan Kelurahan Kelayan Tengah yang hanya
memiliki satu pustu. Pada tahun 1993, Puskesmas Kelayan Timur
memperluas wilayah kerjanya
dengan tambahan dua pustu, yaitu Pustu Tanah Bangkal dan Pustu Tatah
Makmur. Untuk saat ini Puskesmas Kelayan Timur memiliki tambahan
satu buah pustu yaitu Pustu Kelayan Tengah. Pelayanan Kesehatan di
Puskesmas Kelayan Timur ditujukan untuk pelayanan Umum dan JKN.
Kepala Puskesmas
dr. Hj. Sri Pramudian K
NIP. 19780607 2007012 016
Tenaga Teknis
Tenaga Teknis Kefarmasian
Kefarmasian Aslamiah,
Gusti Ridha Ahda Putri, A. Md., Far
A. Md., Far
NIP. 19671031 199101 2 001
BAB 4
PEMBAHASAN
41
42
4.2.3 Penyimpanan
Penyimpanan obat di gudang obat Puskesmas Kelayan Timur sudah
sesuai standar penyimpanan. Penyimpanan obat di Gudang Farmasi
Puskesmas Kelayan Timur yang pertama disusun berdasarkan
bentuk sediaan seperti tablet, sirup, alkes, injeksi dan salep
dikelompokkan berdasarkan jenis sediaannya dan disususun
berdasarkan alphabet. Penyimpanan untuk dibagian atas untuk
tablet dan kapsul bagian tengah ditempatkan sirup dan bagian
bawah sediaan salep. Dan pengeluaran obat di puskesmas kelayan
timur menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan
FIFO (First In First Out), tapi lebih diutamakan FEFO. Sistem
FEFO di Ruang Farmasi Puskesmas Kelayan Timur dikelola
dengan memberikan 3 kode kertas warna, yaitu kertas berwarna
merah menunjukkan tanggal kadaluwarsa obat kurang dari 6 bulan,
kertas berwarna kuning menunjukkan tanggal kadaluwarsa obat
berkisar 6- 12 bulan, dan kertas berwarna hijau menunjukkan
kadaluwarsa obat lebih dari 1 tahun.
Selanjutnya kondisi yang dipersyaratkan (kondisi khusus) misalnya
suppositoria yang harus disimpan disuhu dingin yaitu di dalam
kulkas, vaksin dan serum di letakkan di dalam wadah tertutup
rapat, terlindung dari cahaya dan disimpan dalam kulkas pada suhu
(2- 8ºC), golongan obat Narkotika dan Psikotropika disimpan
dilemari khusus, dua kunci dipegang terpisah 1 kunci disimpan
oleh apoteker dan 1 kunci lainnya disimpan oleh TTK (Tenaga
Teknis Kefarmasian). Yang ketiga adalah obat LASA (Look Alike
Sound Alike). Look Alike yaitu penampakannya hampir sama,
contohnya Ibuprofen 200 mg dan Ibuprofen 400 mg. Sound Alike
yaitu penyebutannya hampir sama, contohnya Asam mefenamat
dan Asam Traneksamat. Jadi untuk obat LASA penyimpanannya
diberikan jarak atau dipisah. Yang keempat Obat High Alert, obat
high alert adalah obat dengan resiko tinggi jika penggunaannya
salah. Contoh obat High Alert yaitu Metformin 500, dan
Glimepiride. Untuk obat LASA dan High Alert diberikan label
LASA dan label High Alert.
4.2.4 Pendistribusian
Pendistribusian obat kepada pasien dibagi menjadi dua kategori
pasien umum (umum gratis dan umum bayar) dan pasien JKN
penyerahan obat ke pasien harus ada resep terlebih dahulu.
Sebelum adanya wabah Covid-19 pendistribusian obat dan alat
kesehatan dilakukan ke beberapa sub unit pelayanan kesehatan lain
seperti Posyandu Balita, Posyandu Lansia, Pusling dan Pustu.
1) LPLPO APBD
2) LPLPO JKN
3) Form Ketersediaan Obat dan Vaksin
4) Narkotik dan Psikotropik
5) Pengembalian Obat Expired
6) Indikator Pelayanan Farmasi
7) Laporan Indikator Pemberian Obat yang Rasional (POR)
A
P
B
52
Pratiwi, E., Roza, S., Dewi, R. S., & Sinata, N. (2019). GAMBARAN
PERENCANAAN DAN PENGADAAN OBAT DI PUSKESMAS RAWAT
JALAN KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2018. Jurnal Penelitian
Farmasi Indonesia, 8(2), 85–90.
53
54
55
Gambar 3 Alur Pelayanan Ruang Farmasi dan Struktur Ruang Farmasi Puskesmas
Kelayan Timur
Gambar 15 Penyerahan Obat dan PIO kepada Pasien di Puskesmas Kelayan Timur
Gambar 16 Pemberian dan Penjelasan Singkat Leaflet kepada Pasien
DAFTAR LAMPIRAN
64
Lampiran 3 Resep Pasien JKN
Lampiran 6 Laporan Dinamika Obat, Reagent dan BMHP Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)
Lampiran 7 Form Pemantauan Ketersediaan Obat dan Vaksin Indikator di Puskesmas
Kelayan Timur
Lampiran 8 Pemakaian Narkotika dan Psikotropika Puskesmas Kelayan Timur Bulan
November 2020
Lampiran 9 Berita Acara Serah Terima Obat Puskesmas Kelayan Timur
Lampiran 10 Obat-obatan, Perbekalan Farmasi dan Alat Kesehatan yang Dikembalikan
ke Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin Bulan Oktober 2020
Lampiran 11 Berita Acara Perhitungan Obat-obatan dan Perbekalan Kesehatan (Stock
Opname) Puskesmas Kelayan Timur
Lampiran 12 Daftar Obat High Alert Per Bulan Juli 2020 Puskesmas Kelayan Timur
Lampiran 13 Daftar Obat LASA Per Bulan Juli 2020 Puskesmas Kelayan Timur