Makalah Peran Lembaga Penegak Hukum
Makalah Peran Lembaga Penegak Hukum
Disusun:
Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita yakni Nabi
Muhammad saw. yang telah membawa ajaran yang benar semoga kita diberi syafa'at di
yaumil akhir nanti.
Penyusun berusaha semaksimal mungkin agar penyajian makalah ini dapat bermanfaat
mengenai pengetahuan tentang perlindungan dan penegakan hukum dalam menjamin dan
keadilan baik bagi penyusun sendiri maupun bagi para pembaca.
Di dalam makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang bersifat perbaikan dari guru pembimbing dan teman-teman sekalian akan kami
terima dengan senang hati.
Penyusun
i
Daftar Isi
Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
2.2 Pembahasan.....................................................................................................................5
3.1 Simpulan........................................................................................................................16
3.2 Saran..............................................................................................................................16
Daftar Pustaka...................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1
seluruh masyarakat. Telah terbentuk juga Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia dan Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia, yang diikuti dengan pengukuhan melalui Undang-undang No. 39
Tahun 1999 Komisi Nasional Hak Asasi Manusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teoritis
a. Pengertian Penegak Hukum
2.2 Pembahasan
A. Aparat Penegak dan Lembaga Peradilan Hukum
Penegakan hukum di Indonesia tidak terlepas dari peran para aparat
penegak hukum. Aparatur penegak hukum mencakup pengertian mengenai
institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Menurut Pasal 1
Bab 1 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang dimaksud
aparat penegak hukum oleh undang-undang ini sebagai berikut.
1) Penyelidik ialah pejabat polisi negara Republik Indonesia atau pejabat
Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberikan wewenang khusus oleh
undang-undang untuk melakukan penyelidikan. (Pasal 6 KUHAP)
2) Wewenang (Pasal 7 ayat [1] KUHAP) :
a) Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak
pidana;
b) Melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;
c) Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri
tersangka;
d) Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;
e) Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;
f) Mengambil sidik jari dan memotret seorang;
g) Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
h) Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan
pemeriksaan perkara;
i) Mengadakan penghentian penyidikan;
j) Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
5) Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberi kewenangan oleh undang-
undang untuk mengadili.
Tugas dan wewenang hakim:
Dalam Bidang Manajemen Peradilan
Membantu pimpinan pengadilan dalam membuat program kerja jangka
pendek dan jangka panjang, pelaksanaannya serta pengorganisasiannya.
Melakukan pengawasan yang ditugaskan ketua untuk mengamati
apakah pelaksanaan tugas, umpamanya mengenai penyelenggaraan
administrasi perkara perdata dan pidana serta pelaksanaan eksekusi,
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan melaporkannya
kepada Ketua Pengadilan.
Melakukan pengawasan dan pengamatan (KIMWASMAT) terhadap
pelaksanaan putusan pidana di Lembaga pemasyarakatan dan
melaporkannya kepada MA.
Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
peradilan di Pengadilan Negeri yang ditugaskan kepadanya serta
rneneruskannya kepada kepustakaan hukum.
Dalam Bidang Perdata
Menetapkan hari sidang.
Membuat catatan pinggir pada berita acara dan putusan Pengadilan
Negeri mengenai hukum yang dianggap penting.
Bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara
persidangan dan menandatanganinya sebelum hari sidang berikutnya.
Dalam hal Pengadilan Tinggi melakukan pemeriksaan tambahan untuk
mendengar sendiri para pihak dan saksi, maka Hakim
bertanggungjawab atas pembuatan dan kebenaran berita acara
persidangan serta menandatanganinya.
Mengemukakan pendapat dalam musyawarah.
Menyiapkan dan memaraf naskah putusan lengkap untuk dibacakan.
Menandatangani putusan yang sudah diucapkan dalam persidangan.
Melaksanakan pembinaan dan mengawasi bidang hukum perdata yang
ditugaskan kepadanya.
Melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan
peradilan di Pengadilan Negeri yang ditugaskan kepadanya.
6) Penasehat hukum adalah seseorang yang memenuhi syarat yang ditentukan oleh
undang-undang untuk memberikan bantuan hukum.
Wewenang penasehat hukum:
Mengajukan fakta dan pertimbangan yang ada sangkut pautnya dengan klien
yang sedang dibelanya dalam perkara tersebut, sehingga akan terjadi
keseimbangan dalam persidangan yang akan berpengaruh pada keputusan
Hakim yang adil.
Dalam Pasal 1 UU RI Nomor 5 tahun 2004 yang kemudian telah diubah dan
ditambah dengan UU RI Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan atas UU Nomor
14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung disebutkan bahwa Mahkamah Agung
adalah salah satu pelaku kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.
3. Kejaksaan
4. Kepolisian
Pada awal era reformasi, salah satu tuntutan yang mencuat dan segera
direspon oleh Pemerintah adalah pemisahan Polri dan ABRI. Melalui Inpres
Nomor: 02/1999 telah diambil langkah-langkah kebijakan pemisahan Polri dari
ABRI dan penempatannya untuk sementara pada Dephankam, yang ditandai oleh
suatu upacara bersejarah pada tanggal 1 April 1999 di Mabes ABRI Cilangkap.
Langkah tersebut telah ditindak lanjuti dengan berbagai kebijakan
Menhankam/Panglima TNI yang menyerahkan wewenang pembinaan dan
operasional Polri dari Pangab kepada Menhankam dan Kapolri.
Secara universal, tugas pokok lembaga kepolisian mencakup dua hal, yaitu
pemeliharaan keamanan dan ketertiban (peace and order maintenance) dan
penegakan hukum (law enforcement).10 Dalam perkembangannya, tanggung
jawab “pemeliharaan” dipandang pasif, sehingga tidak mampu menanggulangi
kejahatan. Polisi kemudian dituntut untuk secara proaktif melakukan
“pembinaan”, sehingga tidak hanya “menjaga” agar kamtib terpelihara, tetapi juga
menumbuhkan kesadaran masyarakat, menggugah dan mengajak peran serta
masyarakat dalam upaya pemeliharaan keamanan dan ketertiban, dan bahkan ikut
memecahkan masalah-masalah sosial yang menjadi sumber kejahatan. Tugas-
tugas ini dipersembahkan oleh polisi untuk membantu (to support) masyarakat
dalam memenuhi kebutuhannya akan rasa aman, sehingga memungkinkan
tercapainya kesejahteraan.
5. Komisi Yudisial
Dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) UU R.I. Nomor 22 tahun 2004 yang
kemudian telah diubah dan ditambah dengan UU RI Nomor 18 Tahun 2011
tentang Komisi Yudisial disebutkan bahwa Komisi Yudisial adalah lembaga
Negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 menegaskan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar. Ditegaskan pula bahwa Negara Indonesia adalah
negara hukum.
Dalam Pasal 1 angka (7) UU R.I. Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia disebutkan bahwa Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang selanjutnya
disebut Komnas HAM adalah lembaga mandiri yang berkedudukan setingkat
dalam negara lainnya yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian,
penyaluran, pemantauan, dan mediasi hak asasi manusia.
Dalam pasal 75 Undang-Undang R.I. Nomor 39 tahun 1999 disebutkan bahwa
Komnas HAM bertujuan :
4. Faktor Masyarakat
Semakin tinggi kesadaran hukum masyarakat maka akan semakin memungkinkan
penegakan hukum yang baik. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kesadaran
hukum masyarakat, maka akan semakin sukar untuk melaksanakan penegak
hukum yang baik.
Kesadaran hukum merupakan suatu pandangan yang hidup dalam masyarakat
tentang apa hukum itu. Pandangan itu berkembang dan dipengaruhi oleh berbagai
faktor yaitu agama, ekonomi, politik, dan sebagainya. Pandangan itu selalu
berubah, oleh karena itu hukum pun selalu berubah. Maka diperlukan upaya dari
kesadaran hukum, yakni:
a. Pengetahuan hukum
b. Pemahaman hukum
c. Sikap terhadap norma-norma
d. Perilaku hukum.[7]
5. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang
berlaku, nilai-nilai mana yang merupakan konsepsi-konsepsi yang abstrak
mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dituruti) dan apa yang dianggap buruk
(sehinga dihindari). Maka, kebudayaan Indonesia merupakan dasar atau mendasari
hukum adat yang berlaku. Disamping itu berlaku pula hukum tertulis (perundang-
undangan), yang dibentuk oleh golongan tertentu dalam masyarakat yang
mempunyai kekuasaan dan wewenang untuk itu. Hukum perundang-undangan
tersebut harus dapat mencerminkan nilai-nilai yang menjadi dasar dari hukum
adat, agar hukum perundang-undangan tersebut dapat berlaku secara aktif. [8]
Mengenai berlakunya undang-undang tersebut, terdapat beberapa azas yang
tujuannya adalah agar undang-undang tersebut mempunyai dampak yang positif.
Azas-azas tersebut antara lain:
1) Undang-undang tidak berlaku surut,
2) Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi,
3) Mempunyai kedudukan yang lebih tinggi,
4) Undang-undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang yang
bersifat umum, apabila pembuatnya sama,
5) Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang-undang yang
berlaku terdahulu.
3.1 Simpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari pembahasan ini yaitu penegakan
hukum adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menjadikan hukum sebagai pedoman
perilaku dalam setiap perbuatan hukum, baik oleh para subyek hukum maupun para
aparat penegak hukum resmi yang diberi tugas dan wewenang oleh UU untuk
menjamin berfungsinya norma-norma hukum yang berlaku di masyarakan dan negara.
Peran-peran lembaga penegak hukum juga sangat diperlukan dalam menjalankan
hukum.
3.2 Saran
Dalam makalah ini, penulis menyarankan agar kita dapat mensosialisasikan
politik kepada masyarakat dengan sosialisasi yang benar dan tepat sehingga
masyarakat dengan mudah menerimanya. Oleh karena itu, untuk politikus disarankan
agar dapat menjalankan politik itu sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang
berlaku dan tidak menjadikan politik untuk kepentingan pribadi.
Daftar Pustaka
http://www.slideshare.net/fadhlisyar/makalah-pkn?related=1#
http://www.bimbingan.org/contoh-rumusan-masalah.htm
http://www.slideshare.net/iBeDaSilva/perlindungan-hukum
http://www.slideshare.net/ek0hidayat/penegakan-hukum-di-indonesia-21692948
http://sururudin.wordpress.com/2011/03/11/tugas-dan-wewenang-jaksa-
dalam- proses-perkara-pidana/
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt51a4a954b6d2d/soal-penyidik,-
penyelidik,-penyidikan,-dan-penyelidikan
https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20140316110618AASEcZu
http://kakpanda.blogspot.com/2013/01/tugas-dan-wewenang-hakim.html