Penyusun Makalah :
i
KATA PENGANTAR
I. HALAMAN JUDUL........................................
V. BAB II PENUTUP……..................................
Kesimpulan
BAB I
PEMBAHASAN
Kronologi Kemenangan Indonesia Atas Gugatan Churchill Mining dan Planet Mining
Washington DC, 25/03/2019 Kemenkeu - Pemerintah RepubIik Indonesia, pada Senin,
18/03/2019 memenangkan perkara gugatan “Churchill Mining Plc dan Planet Mining Pty Ltd.
(“Para Penggugat”) di forum arbitrase International Centre for Settlement of Investment
Disputes (ICSID) di Washington D.C. Amerika Serikat atas kasus 4 perusahaan pertambangan
batu bara Grup Ridlatama di Kecamatan Busang Kutai Timur pada tanggal 4 Mei 2010 silam.
Dikutip dari situs Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (Ditjen AHU)
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), kasus ini bermula saat Para
Penggugat menuduh Pemerintah Indonesia, dalam hal ini Bupati Kutai Timur yang dianggap
melanggar perjanjian bilateral investasi (BIT) RI-UK dan RI-Australia. Pelanggaran dimaksud
adalah ekspropriasi tidak langsung (indirect expropriation) yakni suatu bentuk nasionalisasi
yang disertai dengan pembayaran ganti rugi atau kompensasi.
Selain itu, tuduhan lainnya adalah terkait prinsip perlakuan yang adil dan seimbang (fair
and equitable treatment) melalui pencabutan Kuasa Pertambangan/Izin Usaha Pertambangan
Eksploitasi (KP/IUP Eksploitasi) anak perusahaan Para Penggugat (empat perusahaan Grup
Ridlatama) seluas lebih kurang 350 km persegi, di Kecamatan Busang oleh Bupati Kutai Timur
pada tanggal 4 Mei 2010.
Dari tuduhan ekspropriasi tidak langsung dan pencabutan izin tersebut, Para Penggugat
mengklaim telah mengalami kerugian terhadap investasinya di Indonesia, dan mengajukan
gugatan sebesar USD1.3 Milyar (lebih kurang Rp18 triliun).
Pada tanggal 6 Desember 2016, Tribunal ICSD menolak semua klaim yang diajukan oleh
Para Penggugat terhadap Indonesia sekaligus mengabulkan klaim Pemerintah Indonesia untuk
mendapatkan penggantian biaya berperkara (award on costs) sebesar USD9,4 Juta.
Akhirnya, melalui perjuangan panjang, pada tanggal 18 Maret 2019 Komite ICSID
menegaskan kemenangan Indonesia melalui sebuah putusan yang final dan berkekuatan hukum
tetap (Decision on Annulment). Kemenangan ini adalah prestasi luar biasa bagi Pemerintah
Indonesia yang dicapai melalui koordinasi, dukungan, dan kerjasama dari instansi-instansi
terkait.
"Kemenangan yang diperoleh Pemerintah Indonesia dalam forum ICSID ini bersifat
final, berkekuatan hukum tetap sehingga tidak ada lagi upaya hukum lain yang dapat dilakukan
oleh Para Penggugat," kata Menkumham Yasonna Hamonangan Laoly, saat Press Conference,
di Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan Senin, (25/03/2019). (nr/ds )
BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam perkara ini, tindakan tegas yang dilakukan oleh pemerintah indonesia dalam hal
ini Bupati Kutai Timur sudah tepat, dimana usaha yang dikelola di negara indonesia oleh PMA
sudah seharusnya memiliki legalitas yang sah, dan bagi PMA juga sebelum melakukan usaha
di negara RI sudah seharusnya memeriksa terlebih dahulu mitra kerja lokalnya sampai
memeriksa kebenaran dari perizinannya, sehingga kedepannya tidak ada lagi permasalahan
yang sama, ternyata banyak dokumen palsu yang ditemukan dalam perkara ini.