Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Alternatif Penyelesaian Sengketa,
Semester Ganjil, Tahun Akademik 2019/2020.
DISUSUN OLEH:
HASNA NAURAH SALSABILA 171000064
JAUZA SALSABILAH SITORI 171000068
ESTI FITRIASTUTI 171000074
ANA BELLA 171000077
DIVA KALYANA HAVILAH 171000079
ANNISA AVIANTI 171000081
KELOMPOK 4 KELAS B
DOSEN:
DEDY MULYANA, S.H., M.H.
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PASUNDAN
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORITIS ............................................................................................................. 2
A. Pengertian Arbitrase.................................................................................................................... 2
B. Fungsi Abritrase Dalam Penyelesaian Sengketa ......................................................................... 2
C. Kelebihan Dan Kekurangan Arbitrase ........................................................................................ 4
D. Kekurangan Arbitrase ................................................................................................................. 7
E. Lembaga Arbitrase ...................................................................................................................... 9
F. Prosedur Yang Harus Dilakukan Dalam Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase ................ 12
BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 17
A. Pengaturan Arbitrase Nasional Dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa .............................................................................. 17
B. Permasalahan Dualisme Lembaga Arbitrase Dalam Penyelesaian Sengketa Antara PT.
Maybank Indonesia Dengan PT. Reliance Capital Management...................................................... 24
C. Penyelesaian Sengketa Antara Pemprov DKI Jakarta dengan PT Ifani Dewi Melalui Arbitrase
..................................................................................................................................................26
BAB IV PENUTUP .............................................................................................................................. 29
A. Kesimpulan ................................................................................................................................. 29
B. Saran ......................................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak masyarakat yang masih mengeluhkan mengenai rumitnya berperkara
di Pengadilan. Secara umum, kerumitan berperkara di Pengadilan menggambarkan
masih rumitnya birokrasi di Indonesia. Meskipun Pemerintah sudah melakukan
perbaikan di sana-sini, keluhan rumitnya berperkara di Pengadilan masih ada. Salah
satu solusi yang ada adalah dengan berperkara melalui jalur arbitrase.
Dalam menyelesaikan sebuah sengketa, ada sebuah alternatif yang disebut
arbitrase. Sesuai yang tertuang pada pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Alternatif ini menjadi lebih banyak diminati pelaku bisnis karena beberapa
hal, antara lain karena lebih efisien (baik dari sisi waktu maupun biaya) dan
menerapkan prinsip win-win solution. Proses persidangan dan putusan arbitrase pun
bersifat rahasia sehingga tidak dipublikasikan, tetapi tetap bersifat final dan mengikat.
DI samping itu, arbiter yang ditunjuk sebagai pemeriksa perkara pun merupakan
seorang yang ahli dalam permasalahan yang tengah disengketakan sehingga dapat
memberikan penilaian lebih matang dan objektif.
B. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana pengaturan arbitrase nasional dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa?
2. Bagaimana permasalahan dualisme lembaga arbitrase dalam penyelesaian
sengketa antara PT. Maybank Indonesia dengan PT. Reliance Capital
Management?
3. Bagaimana penyelesaian sengketa antara Pemprov DKI Jakarta dengan PT Ifani
Dewi melalui arbitrase?
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Arbitrase
alternative penyelesaian sengketa, diatur dalam pasal 1 angka 1; Arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Pada dasarnya, arbitrase merupakan proses penyelesaian sengketa yang lebih fleksibel
argumen. Hal ini tentu berbeda dengan persidangan di pengadilan negeri yang terkesan
sangat kaku dan hanya bertukar dokumen sidang. Apabila tidak ada saksi yang diajukan
Kendati demikian, fungsi arbitrase dalam penyelesaian sengketa tidak serta merta
hanya sekadar mendengar kesaksian, memeriksa bukti, dan menetapkan putusan secara
kaku. Majelis atau arbiter tetap lebih dulu mengusahakan adanya perdamaian antara
kedua pihak yang tengah berselisih. Hal ini pun tercantum dalam pasal 1 Peraturan
“…penyelesaian sengketa secara damai melalui arbitrase di BANI dilandasi itikad baik
2
3
Pernyataan ini pun diperjelas pada pasal 20 mengenai Upaya Mencari Penyelesaian
Damai. Majelis atau arbiter wajib mengusahakan jalan damai bagi kedua belah pihak,
baik atas usaha sendiri atau dengan bantuan pihak ketiga. Jika persetujuan damai ini
disepakati, maka Majelis atau arbiter menyiapkan sebuah memorandum yang berisi
Memorandum ini memiliki kekuatan hukum dan mengikat kedua belah pihak. Namun
apabila jalur mediasi tidak berhasil dan tidak ada kesepakatan untuk damai dari kedua
belah pihak, maka prosedur pemeriksaan dan persidangan arbitrase tetap dijalankan
sebagaimana mestinya.
Dalam proses pemeriksaan, apabila Termohon tidak hadir tanpa memberikan alasan
yang sah pada hari yang ditentukan, Majelis atau arbiter akan sekali lagi melakukan
pemanggilan. Jika dalam kurun waktu paling lama 10 hari setelah pemanggilan kedua,
Termohon tetap juga tidak menghadap di muka persidangan tanpa memberikan alasan
yang sah, maka pemeriksaan akan diteruskan sebagaimana mestinya. Majelis atau arbiter
akan mengabulkan tuntutan Pemohon seluruhnya selama tuntutan tersebut beralasan dan
Salah satu hal yang perlu diperhatikan masing-masing pihak yang akan
menyelenggarakan arbitrase adalah soal biaya. Biaya yang harus dikeluarkan untuk
disertakan dalam berkas permohonan arbitrase. Apabila tuntutan bernilai kurang dari
Rp500.000.000,00 maka besarnya biaya administrasi adalah sebesar 10% dari nilai
tuntutan tersebut. Sementara itu, persentase maksimal biaya administrasi adalah 0,5%
apabila tuntutan yang diinginkan sebesar lebih dari Rp500.000.000.000,00 (untuk biaya
pada tabel biaya yang ditetapkan BANI). Biaya ini tidak termasuk biaya pendaftaran dan
1. Efektivitas waktu
Suatu persetujuan arbitrase harus menetapkan jangka waktu, yaitu berapa lama
Apabila para pihak tidak menentukan jangka waktu tertentu, lamanya waktu
arbitrase yang dipilih. [Pasal 31 ayat (3) menyebutkan: “Dalam hal para pihak
jangka waktu dan tempat diselenggarakan arbitrase dan apabila jangka waktu dan
tempat arbitrase tidak ditentukan, arbiter atau majelis arbitrase yang akan
menentukan.”)
Demikian pula, putusan arbitrase bersifat final dan mengikat para pihak,
sehingga tidak dimungkinkan upaya hukum banding atau kasasi. Dalam Pasal 53
dilakukan perlawanan atau upaya hukum apa pun. Sedangkan dalam Pasal 60
secara tegas disebutkan: “Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan
arbitrase tidak bersifat final dan mengikat para pihak sampai permohonan banding
tersebut ditolak. (Lihat Pasal 641 Rv juncto Pasal 15 dan 108 Undang-Undang No.
and,… shall be enforced. Jadi, putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai
kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak, tidak peduli di negara mana pun
ia dijatuhkan.
Untuk memeriksa dan memutus perkara melalui arbitrase, para pihak diberi
kesempatan untuk memilih ahli yang memiliki pengetahuan yang mendalam dan
hukum, di dalam badan arbitrase juga terdapat ahli-ahli lain dalam berbagai
pengadilan ada kemungkinan hakim tidak menguasai suatu perkara yang sifatnya
sangat teknis. Hal ini disebabkan sebagian besar hakim di pengadilan memiliki
latar belakang yang sama, yakni berasal dari bidang hukum, sehingga mereka
lainnya dan sulit bagi mereka untuk memahami hal-hal teknis yang rumit lainnya.
6
3. Sifat Konfidensialitas
persidangan tertutup, dalam arti tidak terbuka untuk umum, dan putusan yang
harus dilakukan dalam persidangan yang terbuka untuk umum. Proses yang
bersifat terbuka dapat merugikan para pihak yang bersengketa karena rahasia
(bisnis) mereka yang seharusnya tertutup rapat diketahui oleh masyarakat luas.
berikut:
dapat dihindari;
e. putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak dan dengan
dilaksanakan.
D. Kekurangan Arbitrase
Arbitrase hanya bermanfaat untuk para pihak atau pengusaha yang bona fide
(bonafid) atau jujur dan dapat dipercaya. Para pihak yang bonafid adalah mereka
pihak yang dikalahkan harus secara suka rela melaksanakan putusan arbitrase.
putusan arbitrase, perkara melalui arbitrase justru akan memakan lebih banyak
yang dikalahkan tidak setuju dengan suatu putusan arbitrase, maka ia dapat
Catatan: Sering ditemui di dalam praktik bahwa para pihak, walaupun mereka
telah memuat klausul arbitrase dalam perjanjian bisnisnya, tetap saja mereka
gugatan perkara tersebut. (Padahal, dalam Pasal 11 ayat (2) disebutkan bahwa:
“Pengadilan Negeri wajib menolak dan tidak akan campur tangan di dalam suatu
memberikan putusan yang tepat dan sesuai dengan rasa keadilan para pihak.
8
Meskipun arbiter memiliki keahlian teknis yang tinggi, bukanlah hal yang mudah
bagi majelis arbitrase untuk memuaskan dan memenuhi kehendak para pihak yang
bersengketa. Pihak yang kalah akan mengatakan bahwa putusan arbitrase tidak
adil, demikian pula sebaliknya (pihak yang menang akan mengatakan putusan
merupakan suatu kelemahan karena substansi perkara dalam arbitrase tidak dapat
kewenangan mutlak arbiter serta putusannya yang bersifat final dan mengikat,
penulis tidak sependapat; dan tidak melihat hal itu sebagai suatu kelemahan.
Artinya, itu merupakan risiko yang seharusnya telah diantisipasi oleh para pihak,
dan risiko tersebut harus diterima sejak awal ketika mereka memilih lembaga
arbitrase. Oleh karena itulah para pihak diperkenankan untuk memilih sendiri
arbiter (yang terbaik dan paling menguntungkan dirinya) yang akan menangani
sengketa mereka.
dengan lainnya, sehingga tidak ada legal precedence atau keterikatan terhadap
serupa di masa yang akan datang. Hal itu akan mengurangi kepastian hukum dan
9
bertentangan dengan asas similia similibus, yaitu untuk perkara serupa diputuskan
sama.
menjadi masalah yang sangat penting karena biasanya di negara pihak yang kalah
terdapat harta yang harus dieksekusi. Oleh karena itu, berhasil tidaknya
E. Lembaga Arbitrase
BANI didirikan pada tahun 1977 atas prakarsa tiga pakar hukum terkemuka,
yaitu almarhum Prof Soebekti S.H. dan Haryono Tjitrosoebono S.H. dan Prof Dr.
Priyatna Abdurrasyid, dan dikelola dan diawasi oleh Dewan Pengurus dan Dewan
Penasehat yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat dan sektor bisnis. BANI
Badan Arbitrase Nasional Indonesia atau BANI adalah suatu badan yang
penyelesaian sengketa atau beda pendapat yang terjadi diberbagai sektor perdagangan,
lingkungan hidup, penginderaan jarak jauh, dan lain-lain dalam lingkup peraturan
10
Pengadilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili sengketa para pihak yang
menyelesaikan sengketa atau beda pendapat perdata oleh para pihak melalui alternatif
syariat Islam untuk kesejahteraan masyarakat dan juga menjadi suatu kebutuhan yang
umat Islam.
c. Lahirnya Badan Arbitrase Syari'ah Nasional ini, menurut Prof. Mariam Darus
syariah dengan para nasabahnya atau pengguna jasa mereka pada khususnya.
BAPMI didirikan dengan akta pendirian berdasarkan akta No. 15 yang dibuat
oleh Notaris Fathiah Helmy SH dan ditandatangani di Jakarta pada tanggal 9 Agustus
2002 dengan disaksikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam suatu
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia Republik Indonesia No: C-2620
disebut arbiter guna memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat pertama dan
terakhir. Keputusan yang dijatuhkan oleh arbiter tersebut bersifat final dan mengikat
180 hari kerja terhitung sejak arbiter tunggal / majelis arbitrase terbentuk. Arbiter
termohon.
12
melalui arbitrase harus disetujui dua belah pihak. Sebelum berkas permohonan
sengketa akan diselesaikan melalui jalur arbitrase. Surat pemberitahuan ini wajib
diberikan secara tertulis dan memuat lengkap informasi seperti yang tertuang
d. Dasar tuntutan;
g. Perjanjian tentang jumlah arbiter (atau jika tidak memiliki perjanjian ini,
Pemohon dapat mengajukan jumlah arbiter yang dikehendaki dan harus dalam
jumlah yang ganjil. Penunjukan arbiter ini juga dapat diserahkan kepada ketua
dari pendaftaran dan permohonan arbitrase kepada Sekretariat BANI. Hal ini
2. Penunjukan Arbiter
ini dituliskan pada permohonan arbitrase yang disampaikan Pemohon dan dalam
arbitrase dapat dipimpin hanya oleh seorang arbiter (arbiter tunggal) atau Majelis. Hal
ini berdasarkan kesepakatan dua belah pihak. Adapun yang dimaksud dengan arbiter
tunggal dan Majelis adalah seperti berikut ini. Jika diinginkan cukup arbiter tunggal,
Pemohon dan Termohon wajib memiliki kesepakatan tertulis mengenai hal ini.
Pemohon mengusulkan kepada Termohon sebuah nama yang akan dijadikan sebagai
arbiter tunggal. Apabila dalam kurun waktu 14 hari sejak usulan diterima tetapi tidak
arbiter tunggal.
seorang arbiter. Karena jumlah arbiter harus ganjil, arbiter yang ditunjuk oleh dua
belah pihak harus menunjuk seorang arbiter lagi untuk menjadi arbiter ketiga (akan
menjadi Ketua Majelis). Jika dalam kurun waktu 14 hari belum mencapai
kesepakatan, maka Ketua Pengadilan Negeri akan mengangkat arbiter ketiga dari
salah satu nama yang diusulkan salah satu pihak. Sementara itu, apabila salah satu
pihak tidak dapat memberikan keputusan mengenai usulan nama arbiter yang
14
mewakili pihaknya dalam kurun waktu 30 hari sejak Termohon menerima surat, maka
seorang arbiter yang telah ditunjuk salah satu pihak menjadi arbiter tunggal. Putusan
3. Tanggapan Termohon
Setelah berkas permohonan didaftarkan, Badan Pengurus BANI akan memeriksa dan
maka Sekretaris Majelis harus segera ditunjuk. Jumlah Sekretaris Majelis boleh lebih
dari satu dan bertugas untuk membantu pekerjaan administrasi kasus. Sekretariat
30 hari untuk memberi jawaban atas permohonan tersebut. Hal ini merupakan kewajiban
Termohon. Termasuk di dalam jawaban tersebut adalah usulan arbiter. Apabila dalam
jawaban tersebut tidak disampaikan usulan arbiter, maka secara otomatis dan mutlak
penunjukan menjadi kebijakan Ketua BANI. Batas waktu 30 hari dapat diperpanjang
dengan menyertakan alasan-alasan yang jelas dan sah. Maksimal perpanjangan waktu
4. Tuntutan Balik
kepada BANI untuk kemudian diserahkan kepada Majelis dan Pemohon. Jawaban
juga berhak melampirkan data dan bukti lain yang relevan terhadap kasus tersebut. Jika
15
maka tuntutan tersebut dapat pula disertakan bersamaan dengan pengajuan Surat
Jawaban. Tuntutan balik ini juga dapat diajukan selambat-lambatnya pada saat sidang
pertama. Namun pada kondisi tertentu, Termohon dapat mengajukan tuntutan balik pada
suatu tanggal dengan memberi jaminan yang beralasan. Tentu saja, hal ini juga dilakukan
atas wewenang dan kebijakan Majelis. Seperti prosedur permohonan arbitrase di awal,
pihak Pemohon yang mendapat tuntutan balik dari Termohon diberi waktu selama 30
hari (atau sesuai dengan kebijakan Majelis) untuk memberi jawaban atas tuntutan
tersebut. Yang perlu diingat, tuntutan balik ini dikenakan biaya tersendiri dan harus
dipenuhi oleh kedua belah pihak. Apabila tanggungan biaya ini terselesaikan oleh kedua
belah pihak, barulah tuntutan balik akan diperiksa dan diproses lebih lanjut bersama-
sama dengan tuntutan pokok. Namun apabila ada kelalaian dari salah satu atau bahkan
kedua belah pihak untuk membayar biaya administrasi tuntutan balik selama biaya
tuntutan pokok telah selesai dilaksanakan maka hanya tuntutan pokok yang akan
5. Sidang Pemeriksaan
Dalam proses pemeriksaan arbitrase, ada beberapa hal penting yang telah diatur dalam
bahasa Indonesia, harus dibuat secara tertulis, dan mendengar keterangan dari para pihak.
Karena sifatnya yang tertutup, apabila ada pihak ketiga di luar perjanjian arbitrase
yang menggabungkan diri dapat disetujui kehadirannya oleh Majelis atau arbiter.
Keikutsertaan pihak ketiga ini tentu harus memiliki unsur kepentingan yang terkait
dengan sengketa yang dipersoalkan. Sementara itu, terkait dengan bahasa yang
asing sesuai kesepakatan apabila ada pihak atau bahkan arbiter asing yang tidak dapat
menggunakan bahasa Indonesia, atau bagian transaksi yang menjadi penyebab sengketa
dilaksanakan dalam bahasa asing (selain Indonesia). Sebagaimana yang termaktub dalam
Undang-Undang, batas maksimal pemeriksaan sengketa adalah 180 hari terhitung sejak
Majelis atau arbiter ditetapkan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi faktor Majelis atau
atau
c. dianggap perlu oleh Majelis atau arbiter. Putusan akhir paling lama ditetapkan
putusan akhir, Majelis atau arbiter juga memiliki hak untuk memberi putusan-
pertimbangan Majelis atau arbiter, maka putusan akhir dapat ditetapkan pada suatu
tanggal berikutnya.
BAB III
PEMBAHASAN
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada
perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.”.
Ayat (1): “Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di
bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
Ayat (2): “Sengketa yang tidak dapat diselesaikan melalui arbitrase adalah sengketa
hanya sengketa di bidang perdagangan dan perbuatan melawan hukum, yang dapat
dilihat bahwa dalam prakteknya penyelesaian melalui arbitrase sering digunakan oleh
Ayat (1): “Yang dapat ditunjuk atau diangkat menjadi arbiter harus memenuhi syarat:
arbitrase; dan
sedikit 15 tahun.”
Ayat (2): “Hakim, jaksa, panitera dan pejabat peradilan lainnya tidak dapat ditunjuk
Maka jelas dalam Pasal 12 ayat (2) pejabat yang disebutkan tidak boleh
menjadi arbiter agar terjamin adanya objektifitas dalam pemeriksaan serta pemberian
Pasal 52
“Para pihak dalam suatu perjanjian berhak untuk memohon pendapat yang
mengikat dari lembaga arbitrase atas hubungan hukum tertentu dari suatu perjanjian.”
Maka tanpa adanya suatu sengketa pun, lembaga arbitrase dapat menerima
permintaan yang diajukan oleh para pihak dalam suatu perjanjian, untuk memberikan
suatu pendapat yang mengikat (binding opinion) mengenai suatu persoalan berkenaan
timbulnya keadaan baru dan lain-lain. Dengan diberikannya pendapat oleh lembaga
19
arbitrase tersebut kedua belah pihak terikat padanya dan salah satu pihak yang
Pasal 53
Pasal 54
sengketa;
g. pendapat tiap-tiap arbitrase dalam hal terdapat perbedaan pendapat dalam majelis
arbitrase;
h. amar putusan;
Ayat (2): “Tidak ditandatanganinya putusan arbitrase oleh salah seorang arbiter
dengan alasan sakit atau meninggal dunia tidak mempengaruhi kekuatan berlakunya
Ayat (3): “Alasan tentang tidak adanya tanda tangan sebagaimana dimaksud dalam
Ayat (4): “Dalam putusan ditetapkan suatu jangka waktu putusan tersebut harus
dilaksanakan.”
Pasal 55
Pasal 56
Ayat (1): “Arbiter atau majelis arbitrase mengambil putusan berdasarkan ketentuan
bahwa arbiter dalam memutus perkara wajib berdasarkan ketentuan hukum atau
sesuai dengan rasa keadilan dan kepatuhan (ex aquo et bono). Dalam hal arbiter diberi
hukum memaksa (dwingende regels) harus diterapkan dan tidak dapat disimpangi
oleh arbiter. Dalam hal arbiter tidak diberi kewenangan untuk memberikan putusan
berdasarkan keadilan dan kepatuhan, maka arbiter hanya dapat memberi putusan
Ayat (2): “Para pihak berhak menentukan pilihan hukum yang akan berlaku terhadap
penyelesaian sengketa yang mungkin atau telah timbul antara para pihak.”
mana yang akan diterapkan dalam proses arbitrase. Apabila para pihak tidak
menentukan lain, maka hukum yang diterapkan adalah hukum tempat arbitrase
dilakukan
Pasal 57
“Putusan diucapkan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah
pemeriksaan ditutup.”
Pasal 58
“Dalam waktu paling lama 14 (empat belas) hari setelah putusan diterima,
para pihak dapat mengajukan permohonan kepada arbiter atau majelis arbitrase untuk
penulisan nama, alamat para pihak atau arbiter dan lain-lain, yang tidak mengubah
substansi putusan.
satu pihak dapat mengemukakan keberatan terhadap putusan apabila putusan, antara
lain:
2. tidak memuat satu atau lebih hal yang diminta untuk diputus;
22
lainnya.
Pasal 59
Ayat (1): “Dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal
putusan diucapkan, lembar asli atau salinan otentik putusan arbitrase diserahkan dan
Ayat (2): “Penyerahan dan pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
dilakukan dengan pencatatan dan penandatanganan pada bagian akhir atau di pinggir
putusan oleh Panitera Pengadilan Negeri dan arbiter atau kuasanya yang
Ayat (3): “Arbiter atau kuasanya wajib menyerahkan putusan dan lembar asli
Negeri.”
Ayat (4): “Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Ayat (5): “Semua biaya yang berhubungan dengan pembuatan akta pendaftaran
Pasal 60
“Putusan arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan
Maka dari itu, putusan arbitrase merupakan putusan final dan dengan
Pasal 61
“Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela,
Pasal 62
Ayat (1): “Perintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 diberikan dalam waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah permohonan eksekusi didaftarkan kepada
Ayat (2): “Ketua Pengadilan Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sebelum
arbitrase memenuhi ketentuan Pasal 4 dan Pasal 5, serta tidak bertentangan dengan
Ayat (3): “Dalam hal putusan arbitrase tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), Ketua Pengadilan Negeri menolak permohonan pelaksanaan
eksekusi dan terhadap putusan Ketua Pengadilan Negeri tersebut tidak terbuka upaya
hukum apapun.”
Ayat (4): “Ketua Pengadilan Negeri tidak memeriksa alasan atau pertimbangan dari
putusan atbitrase.”
Pasal 63
“Perintah Ketua Pengadilan Negeri ditulis pada lembar asli dan salinan otentik
Pasal 64
sengketa di antara mereka. Salah satu yang pernah menjadi perhatian besar adalah
permasalahan antara BANI Sovereign yang memberi putusan atas sengketa transaksi
menjadi pihak yang bersalah atas gagalnya transaksi tersebut. Mahkamah Arbitrase
ketersediaan dana membeli saham WOMF, yang dipermasalahkan Maybank. Putusan ini
sendiri kini didaftarkan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sesuai dengan UU 30/1999
termasuk siapa yang diputuskan bersalah dalam sengketa ini karena putusan arbitrase
yang bersifat tertutup. Dan kuasa hukum Reliance Marco Mengko dari kantor hukum
Yang & Co pun hanya mengonfirmasi bahwa Maybank jadi pihak yang bersalah.
25
Sekadar informasi, sengketa ini bermula ketika transaksi saham WOMF gagal.
khususnya soal ketersediaan dana. Sebaliknya, Reliance menilai Maybank yang gagal
Namun, Kantor Hukum Hotman Paris & Partners sebagai kuasa hukum PT Bank
BANI/2018 tanggal 4 Mei 2018 yang dikeluarkan BANI (Badan Arbitrase Nasional
Indonesia) yang beralamat di jalan Mampang, Jakarta Selatan memutuskan bahwa PT.
Persyaratan Pendahuluan Pembeli sebagaimana diatur dalam Pasal 4.3 dan Lampiran
Saat ini, ada dua lembaga arbitrase yang memakai nama BANI, yakni BANI
badan arbitrase ini sendiri telah bersengketa sejak 2016 di Pengadilan Negeri Jakarta
C. Penyelesaian Sengketa Antara Pemprov DKI Jakarta dengan PT Ifani Dewi Melalui
Arbitrase
pengadaan bus transjakarta asal Tiongkok pada tahun 2013. Tetapi pasca pembelian,
terjadi kasus pidana yang menyeret Kadishub DKI Udar Pristono menjadi terdakwa
korupsi oleh Kejaksaan Agung (Kejagung). Direktur Ifani Dewi juga sudah dijadikan
tersangka dalam kasus pengadaan bus TransJakarta ini. Pemprov juga tak mau membayar
dengan dalil bus ini adalah bus karatan seperti yang diberitakan media massa kala itu.
Padahal PT Ifana Dewi sudah menegaskan tidak ada bus yang karatan.
Pemprov DKI enggan membayar 161 unit Transjakarta yang sudah dipesan PT
Ifani Dewi dengan alasan kontrak kerjasama ini sudah dibatalkan Kejagung. Total yang
belum dibayar untuk 161 unit ini ialah Rp 130 miliar. PT Ifani Dewi pun mengajukan
gugatan ke BANI pada awal 2015 dan pada 28 April 2015 diketok putusan oleh BANI
yang menyatakan Pemprov DKI wanprestasi dan harus membayar ke PT Ifani Dewi.
Tetapi Pemprov tidak mau membayar karena jual beli ini sudah masuk ranah pidana. Pada
22 April 2015, BANI memenangkan gugatan PT Ifani Dewi atas sengketa pembelian
paket bus Dishub DKI. Atas putusan itu Pemprov DKI harus membayar sisa pembelian
sebesar Rp 7,6 miliar untuk bus impor gandeng tranjakarta merek Ankai yang dibeli pada
2013 lalu.
dasar hukum yang digunakan Pemprov DKI untuk mengajukan gugatan terhadap putusan
BANI yakni Pasal 70 Undang-Undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan
27
pengadaan bus yang dikenal sebagai kasus bus berkarat itu. Para tersangka itu adalah
Direktur Utama PT Ifani Dewi, Agus Sudiarso, dan dua pejabat dari Dinas
Perhubungan, yakni Ketua Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Bidang Kontruksi,
Setyo Tuhu; dan Pejabat Pembuat Komitmen, Drajad Adhyaksa. Pihak Pemprov
menyatakan bahwa sudah terbukti ada tindak pidana korupsi pada proyek pengadaan
bus paket V tahun anggaran 2013. Yang mana kalau dipaksakan untuk tetap dilakukan
Transportasi Provinsi Dki Jakarta tersebut ditolak oleh majelis hakim Pengadilan
tersebut. Berdasarkan poin b dalam pasal tersebut, para pihak dapat mengajukan
bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh pihak lawan. Menurut majelis hakim,
disembunyikan tersebut.
28
Atas hasil putusan tersebut, Pemprov DKI Jakarta pun mengajukan kasasi ke
(BANI) dan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat yang mengaharuskan Pemprov DKI
membayar Rp. 7,6 miliar dari total Rp 130 miliar atas pengadaan Transjakarta dari PT
Ifani.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
dalam sengketa ini karena putusan arbitrase yang bersifat tertutup. Dan dalam
sengketa.
3. Sengketa yang terjadi antara Pemprov DKI Jakarta dengan PT Ifani Dewi berawal
dari kerjasama antara para pihak terkait pengadaan bus transjakarta. Kemudian
dalam kerjasama tersebut timbul persoalan. Persoalan yang terjadi yaitu adanya
kasus pidana korupsi yang dilakukan Kadishub DKI Udar Pristono. Selain itu,
29
30
pihak dari PT.Ifani Dewi sendiri melayangkan gugatan kepada Pemprov DKI
karena Pemprov DKI tidak mau membayar sisa pembayaran bus transjakarta
dengan alasan bus tersebut berkarat dan dalam pelaksanaannya terjadi tindak
pidana korupsi. Akhirnya putusan BANI dimenangkan oleh PT.Ifani Dewi yang
BANI, dan hasilnya Hakim menolak permohonan. Tidak sampai disitu, Pemprov
transjakarta.
B. Saran
3. Dengan melihat sengketa antara Pemprov DKI Jakarta dengan PT Ifani Dewi,
maka sebaiknya sebagai pembelajaran untuk ke depannya kita harus selalu lebih
A. Peraturan Perundang-Undangan
B. Sumber Lain
https://radarsukabumi.com/2018/05/22/bani-menangkan-maybank-terkait-sengketa-
jual-beli-saham/
https://news.detik.com/berita/d-3614425/konflik-badan-arbitrase-hakim-vonis-bani-
sovereign-yang-sah
https://www.tribunriau.com/gugatan-maybank-relience-sambut-baik-keputusan-pn-
jaksel/
https://nasional.kontan.co.id/news/bani-sovereign-akhirnya-memutuskan-maybank-
bersalah
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/03/11/mengenal-lebih-jauh-badan-
arbitrase-nasional-indonesia-bani
https://nasional.kontan.co.id/news/gugatan-maybank-hotman-paris-kami-tidak-
mengakui-bani-sovereign
https://kabar24.bisnis.com/read/20180327/16/754994/hotman-paris-dampingi-
maybank-seret-bani-sovereign-ke-pengadilan
https://megapolitan.kompas.com/read/2015/06/19/15032071/Dipaksa.Bayar.Bus.Berk
rat.DKI.Gugat.Putusan.BANI.
https://nasional.kontan.co.id/news/pemprov-dki-menang-kasasi-pengadaan-transjakarta
https://kabar24.bisnis.com/read/20150908/16/470501/sengketa-bus-transjakarta-putusan-bani-
harus-dijalankan
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190727195021-12-416095/pemprov-dki-bakal-
gugat-perusahaan-penyedia-bus-transjakarta
https://news.detik.com/berita/d-3013814/ngemplang-bayar-bus-transj-pemprov-dki-dihukum-
rp-130-miliar
https://kabar24.bisnis.com/read/20160530/16/552718/kasus-transjakarta-pt-ifani-dewi-minta-
arbitrase-ulang
http://www.gresnews.com/berita/hukum/107056-babak-akhir-perseteruan-bus-transjakarta-
berkarat-/
ii