Anda di halaman 1dari 22

RENCANA 

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMK Satya Karya Karanganyar


Mata pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X/ 1
Alokasi Waktu : 4 × 45 menit (4 JP)

A. Kompetensi Inti
KI 1 Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
KI 2 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
KI 3 Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Ki 4 Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
3.7 Mengidentifikasi nilai- IPK Pengetahuan
nilai dan isi yang 3.7.1. Mengidentifikasi isi pokok hikayat dengan bahasa sendiri.
terkandung dalam cerita 3.7.2. Mengidentifikasi karakteristik hikayat
rakyat (hikayat) baik 3.7.3. Mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat dalam hikayat.
lisan maupun tulis 3.7.4. Mengidentifikasi nilai-nilai dalam hikayat yang masih sesuai
dengan kehidupan saat ini.
4.7 Menceritakan kembali isi IPK Keterampilan
cerita rakyat (hikayat) 4.7.1. Menceritakan kembali cerita rakyat (hikayat).
yang didengar dan 4.7.2. Memaparkan hasil dari identifikasi isi, karakteristik, unsur
dibaca. intrinsik, dan nilai-nilai yang tedapat dalam cerita
rakyat/hikayat.
4.7.3. Menjelaskan kesesuaian nilai-nilai dalam hikayat dengan
kehidupan saat ini dalam teks eksposisi lisan maupun tulisan
hikayat.

C. Tujuan Pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Learning atau penemuan
dengan pendekatan saintifik, peserta didik dapat belajar aktif, berorientasi pada proses, pengarahan
sendiri, pencarian sendiri, dan reflektif, serta berpikir secara kritis dengan rasa ingin tahu,
tanggung jawab, displin selama proses pembelajaran dan bersikap jujur, percaya diri serta
pantang menyerah.

D. Materi Pembelajaran
 Karakteristik hikayat
 Isi hikayat.
 Nilai-nilai dalam hikayat (moral, sosial, agama, budaya, dan pendidikan).

E. Metode Pembelajaran
 Pendekatan : Saintifik (mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, mengomunikasikan)
 Metode : Discovery learning (stimulasi-identifikasi-mengumpulkan data, mengolah
data, verifikasi, menyimpulkan), diskusi, presentasi, tanya jawab

F. Media dan Sumber Belajar


 Media
• Gambar yang berkaitan dengan materi cerita rakyat/hikayat untuk membangun konsep
(lampiran)
• Teks tertulis cerita rakyat/ hikayat (lampiran)
 Sumber belajar
• Buku kumpulan cerita rakyat/hikayat atau internet
(http://ndar3006.blogspot.co.id/2015/05/kumpulan-cerita-hikayat.html)
• Buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk kelas X SMA (Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia 2017)
• LKS Bahasa Indonesia Kelas X

G. Langkah-langkah Kegiatan

Langkah- Keterangan (4C, Literasi, Alokasi


Kegiatan
langkah dan Karakter) waktu
1. Peserta didik merespon salam Pendidikan Karakter
dari guru.
2. Mengabsen peserta didik dan Relegius
berdoa agar siap mengikuti
pembelajaran. Komunikasi
3. Melakukan pengondisian peserta
didik dan lingkungan kelas
Pendahuluan (peduli lingkungan)
4. Peserta didik merespon Komunikasi
pertanyaan dari guru
berhubungan dengan
pembelajaran sebelumnya. 10
5. Peserta didik menerima informasi menit
dengan proaktif tentang
keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
6. Peserta didik menerima informasi
tentang hal-hal yang akan
dipelajari dan dikuasai khususnya
tentang pembelajaran cerita Kolaborasi
rakyat/hikayat
7. Peserta didik membuat kelompok
yang terdiri dari 4-5 siswa
Stimulasi 15
a. Peserta didik memperhatikan Literasi Media dan Berpikir menit
tayangan video contoh hikayat/cerita Kritis
rakyat
b. Peserta didik membaca teori tentang
ciri-ciri/karaktertistik cerita
rakyat/hikayat
c. Peserta didik membaca teori tentang
unsur intrinsik dan nilai-nilai dalam
Kegiatan inti cerita rakyat/ hikayat.
Identifikasi masalah
a. Peserta didik (kelompok) membaca Berpikir Kritis
cerita rakyat/ hikayat.
b. Peserta didik mencermati cerita Berpikir Kritis
rakyat/ hikayat yang telah dibacanya.
c. Peserta didik menentukan ciri - ciri
cerita rakyat/hikayat Berpikir Kritis
d. Peserta didik menentukan unsur
15
intrinsik cerita rakyat/hikayat yang
menit
telah dibacanya
e. Peserta didik menentukan nilai moral,
sosial, agama, budaya dan pendidikan
dalam hikayat di kehidupan sehari-
hari
Mengumpulkan informasi
a. Peserta didik mendiskusikan ciri-ciri Berpikir Kritis dan
cerita rakyat/hikayat Kolaborasi
b. Peserta didik mendiskusikan unsur
intrinsic cerita rakyat/hikayat yang 5
telah dibacanya menit
c. Peserta didik mendiskusikan nilai
moral, sosial, agama, budaya, dan
pendidikan dalam hikayat di
kehidupan sehari-hari
Mengolah informasi
Kegiatan a. Peserta didik menyimpulkan ciri-ciri Kolaborasi dan Kreatif
Inti cerita rakyat/hikayat.
b. Peserta didik menyimpulkan unsur
intrinsik cerita rakyat/hikayat yang 5
telah dibacanya. menit
c. Peserta didik menyimpulkan nilai
moral, sosial, agama, budaya, dan
pendidikan dalam hikayat di
kehidupan sehari-hari.
Verifikasi Hasil
a. Peserta didik menceritakan kembali Percaya diri, komunikasi,
cerita rakyat/hikayat dengan kolaborasi, dan kerjasama
mengaitkan nilai-nilai dengan
kehidupan sehari-hari
b. Peserta didik menyampaikan hasil Percaya diri, kerjasama,
identifikasi karakteristik pesan yang kolaborasi, dan percaya diri.
terkandung dalam hikayat dan unsur
intrinsik dari cerita rakyat/ hikayat 30
2
yang sudah diceriitakan. menit
c. Peserta didik menanggapi hasil dari
tanggapan kelompok lain.
d. Peserta didik melakukan konfirmasi Kreatif, kolaborasi, percaya
dengan guru tentang ciri-ciri cerita diri, kolaborasi dan
rakyat/hikayat dan unsur intrinsik, kerjasama
serta nilai-nilai yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari
a. Peserta didik bersama guru Berpikir Kritis dan
melakukan refleksi terhadap proses kolaborasi.
pembelajaran yang telah dilakukan.
b. Peserta didik menyimpulkan hasil
belajar bersama guru.
c. Peserta didik mendengarkan 10
Penutup
penjelasan tentang pembelajaran KD menit
yang akan datang.
d. Peserta didik berdoa setelah
pembelajaran selesai Releigius
e. Peserta didik merespon salam dari
guru.

H. Penilaian
1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Sikap : Observasi/pengamatan
b. Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
c. Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja/ Praktik
2. Bentuk Penilaian
a. Observasi : lembar pengamatan aktivitas peserta didik
b. Tes tertulis : uraian dan lembar kerja
c. Unjuk kerja : lembar penilaian presentasi

3. Remedial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi Peserta didik yang capaian KD nya belum
tuntas
b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial lisan.
c. Tes remedial, dilakukan sebanyak 1 kali dan apabila setelah 1 kali tes remedial
belum mencapai ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa
tes tertulis kembali.
4. Pengayaan
Bagi Peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran
pengayaan sebagai berikut:

3
a. Peserta didik yang mencapai nilai n( ketuntasan)  n  n(maksimum) diberikan
materi masih dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan
tambahan.
b. Peserta didik yang mencapai nilai n  n(maksimum) diberikan materi melebihi
cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.

Karanganyar, 29 Oktober 2019


Mengetahui,
Kepala Sekolah, Mahasiswa PPL,

Edi Sujarwo, M. Pd. Priska Laely Widyastri


NIP. 19711008 199403 1 004 NIP. –

4
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Materi Pembelajaran
Hikayat
 Ciri-ciri atau karakteristik hikayat
 Istanasentris  mencerikan tentang kerajaan, raja dan keluarganya, serta
hulubalang, perdana menteri
 Kesaktian tokoh/kemustahilan  tokoh dengan tiba-tiba bisa melakukan
sesuatu yang mungkin sangat mustahil
 Anonim  tidak diketahui nama pengarang sehingga cerita itu milik bersama
(komunal)
 Disebarluaskan secara lisan  berkembang di masyarakat disampaikan secara
lisan karena pada waktu itu belum banyak yang mengenal bahasa tulis
 Fantastis dan statis  ceritanya berlebih-lebihan dan tidak mengalami
perubahan
 Menggunakan bahasa klise dan melayu klasik (sulit dipahami)
 Unsur-unsur intrinsik
1. TOKOH, PERWATAKAN, PENGGAMBARAN WATAK
Tokoh → nama tokoh/pelaku dalam hikayat (ada tokoh antagonis, protagonis,
tritagonis)
Perwatakan → watak/sifat/karakteristik para tokoh (secara fisik maupun
kejiwaan)
Penggambaran watak → cara pengarang menggambarkan watak tokoh, ini
dibedakan menjadi lima cara:
a. langsung
b. dialog tokoh
c. tanggapan tokoh lain
d. jalan pikiran tokoh
e. tingkah laku dan lingkungan tokoh
2. SETING/LATAR
a. tempat → dimana peristiwa itu terjadi
b. waktu →kapan peristiwa itu terjadi
c. suasana→bagaimana keadaan waktu peristiwa itu terjadi
3. ALUR
a. alur maju/lurus/progresif → peristiwa
diceritakan secara urut dari awal sampai akhir.
b. alur mundur/flashback/regresif→ cerita dimulai dari akhir atau tengah
(konflik) kemudian dicari sebab-sebabnya.
c. alur campuran/maju mundur →menggunakan dua alur (novel/roman)
4. SUDUT PANDANG PENGARANG
a. orang pertama tokoh utama
b. orang pertama tokoh sampingan
c. orang ketiga serba tahu
d. orang ketiga sebagai pengamat
5. MAJAS/GAYA BAHASA
1
Suatu cerita tidak terlepas dengan bahasa kias dan konotasi, misalnya: metafora,
personifikasi, hiperbola, paradoks, sinestesia, sinekdok
6. AMANAT
Pesan yang akan disampaikan oleh pengarang. Bisa melalui perilaku tokoh-
tokohnya, ceritanya, atau lainnya.
7. TEMA
Ide yang menjadi dasar cerita
a. tema mayor → tema secara umum atau luas
b. tema minor → tema secara sempit atau khusus
 Nilai-nilai hikayat.
1. Nilai moral→ berkait dengan etika, tanggung jawab, kewajiban, dll
2. Nilai sosial → berkait dengan kemanusian, yaitu menolong/membantu baik
dengan manusia lain atau makhluk lain.
3. Nilai adat budaya → berkait dengan tradisi/ kebiasaan di suatu daerah atau
kelompok.
4. Nilai agama → berkait dengan Allah, kewajiban makhluk kepada Sang Pencipta
 Isi hikayat:
Memahami isi hikayat yaitu dengan cara menentukan siapa tokohnya, apa yang
dilakukan, bagaimana ia melakukan, dengan siapa ia melakukan, di mana ia
melakukan, apa hasil dari yang dilakukan, dsb. (5 W + 1 H)

B. Instrumen Soal
Bacalah teks hikayat berikut ini! (tiap kelompok mendapat teks hikayat yang
berbeda)
Teks 1. Hikayat Indera Bangsawan
Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat
Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu
hari, ia pun menyuruh orang membaca doa kunut dan sedekah kepada fakir dan miskin.
Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamillah dan bersalin dua orang
putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang.
Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan
anaknya yang muda Indera Bangsawan.
Maka anakanda baginda yang dua
orang itu pun sampailah usia tujuh tahun
dan dititahkan pergi mengaji kepada
Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji,
mereka dititah pula mengaji kitab usul,
fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya
diketahuinya. Setelah beberapa lamanya,
mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu
hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka
baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa
yang patut dirayakan dalam negeri karena
anaknya kedua orang itu sama-sama gagah.
Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya
bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang
siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja
di dalam negeri.
Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun
bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik
gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup.
Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam
kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera
Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling
carimencari.
Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera
Bangsawan.
Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahuwata’ala dan berjalan dengan
sekuatkuatnya.
Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai.
Ia naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu
dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul
gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari
pun keluarlah dari gendang itu. Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah
dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia ditaruh orangtuanya dalam gendang itu
dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya.
Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang,
Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri
Ratna Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang
pengasuhnya.
Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai di
suatu padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan
bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa
Indera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja
Kabir.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa dan akan menyerahkan
putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan
dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan
bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan
anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Sembilan orang anak raja sudah
berada di dalam negeri itu. Akhirnya raksasa itu mencanangkan supaya Indera
Bangsawan pergi menolong Raja Kabir. Diberikannya juga suatu permainan yang
disebut sarung kesaktian dan satu isyarat kepada Indera Bangsawan seperti kanak-kanak
dan ilmu isyarat itu boleh membawanya ke tempat jauh dalam waktu yang singkat.
Dengan mengenakan isyarat yang diberikan raksasa itu, sampailah Indera
Bangsawan di negeri Antah Berantah. Ia menjadikan dirinya budak-budak berambut
keriting. Raja Kabir sangat tertarik kepadanya dan mengambilnya sebagai permainan
Puteri Kemala Sari. Puteri Kemala Sari juga sangat suka cita melihatnya dan
menamainya si Hutan. Maka si Hutan pun disuruh Puteri Kemala Sari memelihara
kambingnya yang dua ekor itu, seekor jantan dan seekor betina.
Pada suatu hari, Puteri Kemala Sari bercerita tentang nasib saudara sepupunya
Puteri Ratna Sari yang negerinya sudah dirusakkan oleh Garuda.
Diceritakannya juga bahwa Syah Peri lah yang akan membunuh garuda itu.
Adapun Syah Peri itu ada adik kembar, Indera Bangsawan namanya. Ialah yang akan
membunuh Buraksa itu. Tetapi bilakah gerangan Indera Bangsawan baru akan
datang? Puteri Kemala Sari sedih sekali. Si Hutan mencoba menghiburnya dengan
menyanyikan pertunjukan yang manis. Maka Puteri Kemala Sari pun tertawalah dan si
Hutan juga makin disayangi oleh tuan puteri.
Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli
nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat
menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. "Barang siapa yang dapat susu
harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri."
Setelah mendengar kata-kata baginda Si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh
yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu.
Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya,
dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala.
Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang
disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak
akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit
besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk
diselit Indera Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka
mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu
harimau melainkan susu kambing. Sementara itu Indera Bangsawan sudah mendapat
susu harimau dari raksasa (neneknya) dan menunjukkannya kepada raja.
Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya.
Diperaskannya susu harimau ke mata tuan puteri.
Setelah genap tiga kali diperaskan oleh tabib, maka tuan puteri pun sembuhlah.
Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda
menyuruh orang berbuat mahligai di tengah padang akan tempat duduk tuan puteri. Di
bawah mahligai itu ditaruh satu bejana berisi air, supaya Buraksa boleh datang
meminumnya. Di sanalah anak raja yang sembilan orang itu boleh berebut tuan puteri.
Barang siapa yang membunuh Buraksa itu, yaitu mendapat hidungnya yang tujuh dan
matanya yang tujuh, dialah yang akan menjadi suami tuan puteri.
Maka tuan puteri pun ditinggalkan baginda di mahligai di tengah padang itu. Si
Hutan juga menyusul datang. Tuan puteri terharu akan kesetiaannya dan menamainya si
Kembar. Hatta si Kembar pun bermohon kepada tuan puteri dan kembali mendapatkan
raksasa neneknya. Raksasa neneknya memberikan seekor kuda hijau dan mengajarnya
cara-cara membunuh Buraksa. Setelah itu, si Kembar pun menaiki kuda hijaunya dan
menghampiri mahligai tuan puteri. Katanya kepada tuan puteri bahwa dia adalah seorang
penghuni hutan rimba yang tiada bernama. Tujuan kedatangannya ialah hendak melihat
tamasya anak raja yang sembilan itu membunuh Buraksa. Tuan puteri menyilakan naik
ke mahligai itu. Setelah menahan jerat pada mulut bejana itu dan mengikat hujung tali
pada leher kudanya serta memesan kudanya menarik jerat itu bila Buraksa itu datang
meminum air, si Kembar pun naik ke mahligai tuan puteri. Hatta Buraksa itu pun
datanglah dengan gemuruh bunyinya. Tuan puteri ketakutan dan si Kembar
memangkunya.
Tersebut pula perkataan Buraksa itu. Apabila dilihatnya ada air di dalam mulut
bejana itu, maka ia pun minumlah serta dimasukannya kepalanya ke dalam mulut bejana
tempat jerat tertahan itu. Maka kuda hijau si Kembar pun menarik tali jerat itu dan
Buraksa pun terjeratlah. Si Kembar segera datang memarangnya hingga mati serta
menghiris hidungnya yang tujuh dan matanya yang tujuh itu. Setelah itu si Kembar pun
mengucapkan "selamat tinggal" kepada tuan puteri dan gaib dari padang itu. Tuan
puteri ternganga-nganga seraya berpikir bahwa orang muda itu pasti adalah Indera
Bangsawan. Hatta para anak raja pun datanglah. Dilihatnya bahwa Buraksa itu sudah
mati, tetapi mata dan hidungnya tiada lagi.
Maka mereka pun mengerat telinga, kulit kepala, jari, tangan dan kaki Buraksa itu
untuk dibawa kepada baginda. Baginda tidak percaya mereka sudah membunuh Buraksa
itu, karena tanda-tanda yang dibawa mereka itu bukan alamatnya. Selang berapa lama, si
Kembar pun datang dengan membawa mata dan hidung Buraksa itu dan diberikan tuan
puteri sebagai isteri. Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba
yang hina. Tetapi, tuan puteri menerimanya dengan senang hati.
Sumber: Buku Kesusastraan Melayu Klasik
Teks 2. Hikayat Bayan Budiman
Sebermula ada saudagar di negara Ajam.Khojan Mubarok namanya,terlalu amat
kaya,akan tetapi ia tiada beranak.tak seberapa lama setelah ia berdoa kepada Tuhan,maka
saudagar Mubarok pun beranaklah istrinya seorang anak laki-laki yang di beri nama
Khojan Maimun.
Setelah umurnya Khojkan maimun lima
tahun,maka di serahkan oleh bapaknya mengaji
kepada banyak guru sehingga sampai umur Khojan
Maimun lima belas tahun,ia di pinangkan dengan
anak saudagar yang kaya,amat elok
parasnya,namanya Bibi Zainab.
Hatta beberapa lamanya khojan Maimun beristri
itu,ia membeli seekor burung
bayan jantan.Maka beberapa di antara itu ia juga
membeli seekor tiung betina,lalu di bawanya ke
rumah dan di taruhnya hampir sangkaran bayan
juga
Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan
perniagaan di laut,lalu minta izinlah dia kepada istrinya.Sebelum dia pergi ,berpesanlah
dia pada istrinya itu,jika ada barang suatu pekerjaan,mufakatlah dengan dua ekor unggas
itu,hubaya-hubaya jangan tiada ,karena fitnah di dunia amat besar lagi tajam dari pada
senjata.
Hatta beberapa lama di tinggal suaminya,ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya
rupa Bibi Zainab yang terlalu elok.Berkencanlah mereka unyuk bertemu melalui seorang
perempuan tua.maka pada suatu malam,pamitlah Bibi Zainab kepada burung tiung itu
hendak menemui anak raja itu,maka bernasehatkah di tentang perbuatanya yang
melanggar aturan Allah SWT.maka marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya
tiung itu dari sangkarnya dan dihempaskannya sampai mati.
Lalu Bibi Zainab pun pergi mendapatkan bayan yang sedang berpura2 tidur.maka bayan
pun berpura2 terkejut dan mendengar kehendak hati Bibi Zainab perg mendapatkan
anak raja.maka bayan pun berpikir bila ia menjawab seperti tiung maka ia juga akan
binasa.Setelah ia sudah berpikir demikian itu,mak ujarnya,”Aduhai Siti yang baik
paras,pergilah dengan segeranya mendapatkan anak raja itu. Apapun hamba ini haraplah
tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, Insya Allah di atas kepala hambalah
menanggungnya. Baiklah tuan sekarang pergi, karena sudah di nanti anak raja itu.
Apatah di cari oleh segala manusia di dunia ini selain martabat, kesabaran, dan
kekayaan? Adapun akan hamba, tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan
yang dicabut bulunya oleh tuannya seorang istri saudagar.
Maka berkeinginanlah istri Khojan Maimun untuk mendengarkan cerita tersebut. Maka
Bayanpun berceritalah kepada Bibi Zainab dengan maksud agar ia dapat memperlalaikan
perempuan itu.
Hatta setiap malam, Bibi Zainab yang selalu ingin mendapatkan anak raja itu,dan setiap
berpamitan dengan bayan, maka di berilah ia cerita2 hingga sampai 24 kisah dan 24
malam ,burung tersebut bercerita, hingga akhirny lah Bibi Zainab pun insaf terhadap
perbuatanya dan menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya.
Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan
rancangannya itu, tetapi dia berjaya menarik perhatian serta melalaikan Bibi Zainab
dengan cerita-ceritanya. Bibi Zainab terpaksa menangguh dari satu malam ke satu malam
pertemuannya dengan putera raja. Begitulah seterunya sehingga Khoja Maimun pulang
dari pelayarannya.
Bayan yang bijak bukan sahaja dapat menyelamatkan nyawanya tetapi juga dapat
menyekat isteri tuannya daripada menjadi isteri yang curang. Dia juga dapat menjaga
nama baik tuannya serta menyelamatkan rumah tangga tuannya.
Antara ceriota bayan itu ialah mengenai seekor bayan yang mempunyai tiga ekor
anak yang masih kecil. Ibu bayan itu menasihatkan anak-anaknya supaya jangan
berkawan dengan anak cerpelai yang tinggal berhampiran. Ibu bayan telah bercerita
kepada anak-anaknya tentang seekor anak kera yang bersahabat dengan seorang anak
saudagar. Pada suatu hari mereka berselisih faham. Anak saudagar mendapat luka di
tangannya. Luka tersebut tidak sembuh melainkan diubati dengan hati kera. Maka
saudagar itupun menangkap dan membunuh anak kera itu untuk mengubati anaknya.

Teks 3. Hikayat Bunga Kemuning


Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh
orang puteri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja
yang bijaksana. Tetapi ia terlalu sibuk dengan
kepemimpinannya, karena itu ia tidak mampu untuk mendidik
anak-anaknya. Istri sang raja sudah meninggal ketika
melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang raja
diasuh oleh inang pengasuh. Puteri-puteri Raja menjadi manja
dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tak
mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka.
Pertengkaran sering terjadi di antara mereka.
Kesepuluh puteri itu dinamai dengan nama-nama warna. Puteri Sulung bernama
Puteri Jambon. Adik-adiknya dinamai Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri
Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning, Baju yang mereka pun
berwarna sama dengan nama mereka. Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat
mengenali mereka dari jauh. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri
Kuning sedikit berbeda, ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan
dan tersenyum ramah kepada siapapun. Ia lebih suka berpergian dengan inang pengasuh
daripada dengan kakak-kakaknya.
Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya.
“Aku hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?” tanya raja.
“Aku ingin perhiasan yang mahal,” kata Puteri Jambon.
“Aku mau kain sutra yang berkilau-kilau,” kata Puteri Jingga. 9 anak raja meminta
hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda mereka. Tetapi lain halnya dengan Puteri
Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang lengan ayahnya.
“Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat,” katanya. Kakak-kakaknya
tertawa dan mencemoohkannya.
“Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan
kubawakan hadiah indah buatmu,” kata sang raja. Tak lama
kemudian, raja pun pergi.
Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering
membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk
menuruti permintaan para puteri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan
taman istana. Puteri Kuning sangat sedih melihatnya karena taman adalah tempat
kesayangan ayahnya. Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai
membersihkan taman itu. Daun-daun kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan
dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya,
namun Puteri Kuning tetap berkeras mengerjakannya. Kakak-kakak Puteri Kuning yang
melihat adiknya menyapu, tertawa keras-keras. “Lihat tampaknya kita punya pelayan
baru,” kata seorang diantaranya.
“Hai pelayan! Masih ada kotoran nih!” ujar seorang yang lain sambil melemparkan
sampah. Taman istana yang sudah rapi, kembali acak-acakan. Puteri Kuning diam saja
dan menyapu sampah-sampah itu. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang sampai Puteri
Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang dipaksa
mematuhi berbagai perintah kakak-kakaknya.
“Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk
kalian. Bisanya hanya mengganggu saja!” Kata Puteri Kuning dengan marah.
“Sudah ah, aku bosan. Kita mandi di danau saja!” ajak Puteri Nila. Mereka
meninggalkan Puteri Kuning seorang diri. Begitulah yang terjadi setiap hari, sampai ayah
mereka pulang. Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan puterinya masih bermain di
danau, sementara Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Mengetahui hal
itu, raja menjadi sangat sedih.
Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu memberi apa-apa selain
kalung batu hijau ini, bukannya warna kuning kesayanganmu!” kata sang raja. Raja
memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu tak
pernah ditemukannya.
“Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat, serasi benar dengan bajuku
yang berwarna kuning,” kata Puteri Kuning dengan lemah lembut.
“Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah,” ucapnya
lagi. Ketika Puteri Kuning sedang membuat teh, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka
ribut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Puteri
Kuning, apalagi menanyakan hadiahnya.
Keesokan hari, Puteri Hijau melihat Puteri Kuning memakai kalung barunya.
“Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena
aku adalah Puteri Hijau!” katanya dengan perasaan iri.
“Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu,” sahut Puteri Kuning. Mendengarnya,
Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut
mereka.
“Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus mengajarnya
berbuat baik!” kata Puteri Hijau. Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak
lama kemudian, Puteri Kuning muncul. Kakak-kakaknya menangkapnya dan memukul
kepalanya. Tak disangka, pukulan tersebut menyebabkan Puteri Kuning meninggal.
“Astaga! Kita harus menguburnya!” seru Puteri Jingga. Mereka beramai-ramai
mengusung Puteri Kuning, lalu menguburnya di taman istana. Puteri Hijau ikut
mengubur kalung batu hijau, karena ia tak menginginkannya lagi. Sewaktu raja mencari
Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana puteri itu pergi. Kakak-kakaknya pun diam
seribu bahasa. Raja sangat marah. “Hai para pengawal! Cari dan temukanlah Puteri
Kuning!” teriaknya.
Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya. Berhari-hari, berminggu-minggu,
berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja sangat sedih. “Aku ini ayah yang
buruk,” katanya.” Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat jauh untuk belajar dan
mengasah budi pekerti!” Maka ia pun mengirimkan puteri-puterinya untuk bersekolah di
negeri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di taman istana, sedih
memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.
Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. Sang raja
heran melihatnya. “Tanaman apakah ini? Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya
bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi!
Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning.!”
kata raja dengan senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan namanya. Bahkan,
bunga-bunga kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai
untuk membuat kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi
bedak. Setelah mati pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.

Teks 4. Hikayat si Miskin


Karena kutukan Batara Indra, raja keindraan beserta istrinya jatuh miskin, melarat,
dan terlunta-lunta di Kerajaan Antah Berantah yang diperintah oleh Maharaja Indra
Dewa. Setiap hari si Miskin mencari sisi-sisa makanan yang sudah dibuang orang di
tempat-tempat sampah. Apabila penduduk melihatnya, mereka beramai-ramai menghina,
memukul, dan mengusir si Miskin suami-istri itu, sehingga badannya luka-luka. Sedih
hati si Miskin sepanjang hari dan tidak berani masuk kampung karena takut dipukul atau
dilempari batu. Diambilnya daun-daun muda untuk dimakan dan untuk pengobat luka di
tubuhnya. Demikianlah pengalaman dan penderitaan mereka sepanjang hari.
Ketika mengandung 3 bulan, istrinya mengidamkan buah mempelam (sejenis
mangga) yang tumbuh di halaman istana raja. Dimintanya agar suaminya (si Miskin)
meminta buah mempelam itu kepada raja. Mendekat kampung saja suaminya tidak
berani, apalagi hendak menghadap raja minta buah mempelam itu. Dengan sedih dan
meratap istrinya memohon supaya suaminya mau meminta mempelam raja itu. Karena
kasihan kepada istrinya si Miskin mencoba meminta mempelam itu.
Tiada disangka-sangka, raja sangat bermurah hati dan memberikan mempelam
yang diminta si Miskin. Buah lain seperti nangka pun diberi raja. Penduduk kampung
yang melihatnya jatuh kasihan dan bermurah hati memberi si Miskin kue dan juadah
(kue basah). Mungkin berkat tuah anak.yang dikandung istrinya juga hal yang demikian
itu terjadi.
Pada hari baik, setelah cukup bulannya, istri si Miskin melahirkan seorang putra
yang sangat elok parasnya. Anak itu diberi nama Marakermah yang artinya anak dalam
penderitaan.
Ketika si Miskin menggali tanah untuk memancangkan tiang atap tempat berteduh,
tergali olehnya taju (topi mahkota) yang penuh berhias emas. Dengan kehendak Yang
Mahakuasa, terjadilah sebuah kerajaan lengkap dengan alat, pegawai, pengawal, dan
sebagainya di tempat itu. Si Miskin menjadi rajanya dengan nama Maharaja Indra
Angkasa dan istrinya menjadi permaisuri dengan nama Ratna Dewi. Kerajaan itu mereka
namakan Puspa Sari.
Kerajaan Puspa Sari terkenal ke mana-mana. Pemerintahannya baik, rakyatnya
aman, damai, makmur, dan sentosa. Tiada lama kemudian lahirlah pula adik
Marakermah yang diberi nama Nila Kesuma. Bertambah mashurlah kerajaan Puspa Sari
dan bertambah pula iri hati Maharaja Entah Berantah.
Kemudian tersiar kabar, bahwa Maharaja Indra Angkasa mencari ahli nujum untuk
mengetahui peruntungan kedua anaknya kelak. Kesempatan ini dipergunakan Maharaja
Indra Dewa. Semua ahli nujum dikumpulkannya dan dihasutnya supaya mengatakan
kepada Indra Angkasa bahwa Marakermah dan Nila Kesuma akan mendatangkan mala
petaka dan akan menghancurkan kerajaan Puspa Sari. Semua ahli nujum mengatakan
seperti yang dihasutkan oleh Maharaja Indra Dewa.
Mendengar kata-kata ahli nujum itu sangatlah murka Maharaja Indra Angkasa.
Marakermah dan adiknya hendak dibunuhnya. Permaisuri Ratna Dewi menangis tersedu-
sedu, memelas dan memohon kepada suaminya supaya kedua putranya jangan dibunuh.
Ia tak tahan hati melihat kedua anaknya diperlakukan demikian. Dimohonnya kepada
suaminya supaya dibiarkan saja kemana perginya mereka. Sambil disepak dan diterjang,
pergilah kedua anak itu mengembara tanpa tujuan. Sesaat setelah mereka pergi, kerajaan
Puspa Sari terbakar habis, semuanya musnah.
Sampai di kaki bukit, berteduhlah Marakermah dengan adiknya, Nila Kesuma, di
bawah sebatang pohon dalam keadaan lapar. Tertangkaplah oleh Marakermah seekor
burung yang sedang hinggap di dekatnya. Karena lapar, mereka hendak memakan
burung itu, dan berusaha hendak memasaknya lebih dahulu. Datanglah mereka ke
pondok seorang petani hendak minta api untuk membakar burung itu. Tiba-tiba mereka
ditangkap petani karena dituduh hendak mencuri. Keduanya dilemparkan ke laut dan
diterjang ombak ke sana kemari. Nila Kesuma akhirnya terdampar di pantai dan
ditemukan oleh Raja Mengindra Sari, putra mahkota kerajaan Palinggam Cahaya. Nila
Kesuma dibawa ke istana, kemudian dipersunting raja Mangindra Sari, menjadi
permaisurinya dengan gelar Putri Mayang Mengurai.
Marakermah dibawa arus dan terdampar di pangkalan (tempat mandi di pantai)
nenek gergasi (raksasa tua). Kemudian ia diambil dan dimasukkan dalam kurungan di
rumahnya. Kebetulan di situ telah dikurung pula Putri Raja Cina bernama Cahaya
Khairani yang tertangkap lebih dahulu. Mereka ini akan dijadikan santapan sang gergasi.
Sebuah kapal besar menghampiri perahu mereka dan mereka ditangkap lalu
dimasukkan ke kapal. Nahkoda kapal jatuh cinta kepada Cahaya Khairani. Cahaya
Khairani dipaksa masuk ke kamar nakhoda dan Marakermah dilemparkan ke laut. Kapal
meneruskan pelayarannya.
Dalam keadaan terapung-apung, setelah kapal berlayar jauh Marakermah ditelan
seekor ikan nun (ikan yang sangat besar). Ikan itu terdampar di pangkan Nenek Kebayan.
Seekor
burung rajawali terbang di atas pondok Nenek Kebayan dan memberitahukan supaya
perut ikan nun yang terdampar di pantai itu ditoreh (dibuka) hati-hati, karena di
dalamnya ada seorang anak raja. Petunjuk burung itu diikuti Nenek Kebayan dan setelah
perut ikan nun ditoreh, keluarlah Marakermah dari dalamnya. Mereka sama-sama senang
dan gembira. Lebih-lebih Nenek Kebayan yang mendapatkan seorang putra yang baik
budi.
Marakermah tinggal di rumah Nenek Kebayan dan sehari-hari turut membantu
membuat karangan bunga untuk dijual dan dikirim ke negeri lain. Dan cerita Nenek
Kebayan tahulah Marakermah, bahwa permaisuri kerajaan tempat tinggal mereka
bernama Mayang Mengurai yang tidak lain daripada seorang putri yang dibuang ke laut
oleh seorang petani ketika hendak mencari api untuk membakar seekor burung bersama
kakaknya. Yakinlah Marakermah bahwa putri itu sesungguhnya adiknya sendiri.
Kebetulan Cahaya Khairani maupun Mayang Mengurai sangat menyukai karangan
bunga Nenek Kebayan yang sebenarnya Marakermahlah yang merangkainya. Pada suatu
ketika dicantumkannya namanya dalam karangan bunga itu. Dari nama itu Cahaya
Khairani dan Nila Kesuma mengetahui bahwa Marakermah masih hidup. Bertambah
dalam cinta Cahaya Khairani kepada kekasihnya. Demikian juga Nila Kesuma bersama
suaminya, berkemauan keras untuk segera mencari kakaknya, Marakermah, ke rumah
Nenek Kebayan itu.
Betapa gembira mereka atas pertemuan itu tak dapat dibayangkan. Dengan mudah
pula Marakermah bersama iparnya, Raja Palinggam Cahaya, dapat menemukan tempat
Cahaya Khairani disembunyikan oleh nakhoda kapal. Setelah Cahaya Khairani
ditemukan, dan ternyata ia belum ternoda oleh sang nakhoda, maka dilangsungkanlah
acara pernikahan antara Marakermah dengan Cahaya Khairani, dan nakhoda yang
menggoda Cahaya Khairani dibunuh di Kerajaan Palinggam Cahaya.
Marakermah bersama Cahaya Khairani kemudian pergi ke tempat ayah-bundanya
yang telah jatuh miskin di Puspa Sari. Dengan kesaktiannya, Puspa Sari yang telah
lenyap itu diciptakannya kembali menjadi kerajaan yang lengkap dengan isinya di
daratan Tinjau Maya, yaitu Mercu Indra. Kemudian ia dinobatkan di sana menggantikan
mertuanya.

Soal:
1. Tentukan karakteristik hikayat tersebut!
2. Tentukan unsur-unsur intrinsik hikayat tersebut!
3. Sebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat tersebut dan kaitannya
dengan kehidupan di sekitar!
4. Tentukan maksud dan isi hikayat tersebut!
NO Aspek Yang Dinilai Skor
1. Menyebutkan ciri-ciri hikayat.
2. Menyebutkan unsur-unsur intrinsik hikayat.
3. Menyebutkan nilai-nilai yang terkandung dalam hikayat.
4. Menentukan maksud dan isi hikayat.
Kriteria skor:
Setiap jawaban lengkap : 25
Jawaban kurang lengkap : 15
Tidak ada jawaban :0
Lembar Kerja Siswa
1. Karakteristik Hikayat ...:
NO KARAKTERISTIK KALIMAT PEMBUKTIAN

1.

2.

3.

2. Unsur-unsur intrinsik ...:


NO UNSUR INTRINSIK KETERANGAN

1. Tokoh dan perwatakan

2. Seting

Alur (konflik, penyebab


3.
konflik, akibat konflik

4. Sudut pandang

5 Amanat

3. Unsur-unsur Ekstrinsik/ Nilai-nilai yang terkandung dalam Hikayat ... dan kaitannya
dengan kehidupan di sekitar:
NO NILAI-NILAI HIKAYAT KETERANGAN
1.
2.
3.

4. Maksud dan isi Hikayat ...:


…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
………………
C. Instrumen Penilaian Sikap
INTRUMEN PENILAIAN SIKAP

Nama Satuan pendidikan : SMK Satya Karya Karanganyar


Tahun pelajaran : 2019/2020
Kelas/Semester :X/1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

KEJADIAN/ BUTIR POS/ TINDAK


NO WAKTU NAMA
PERILAKU SIKAP NEG LANJUT
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

D. Instrumen Penilaian Keterampilan/Psikomotorik

INTRUMEN PENILAIAN KETRAMPILAN/PSIKOMOTORIK

Nama Satuan pendidikan : SMK Satya Karya Karanganyar


Tahun pelajaran : 2019/2020
Kelas/Semester :X/1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

No Aspek Yang Dinilai Skor


1. Sikap
2. Intonasi
3. Pemahaman materi presentasi
4. Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar
5. Kerja sama

Skor: 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup baik, 1 = kurang


E. Instrumen Remedial
Bagi peserta didik yang belum tuntas akan menerima/melakukan remedial berupa tes
lisan. Peserta akan mengidentifikasi ulang karakteristik, unsur intrinsik, isi/maksud, nilai-
nilai yang terdapat dalam cerita rakyat/hikayat, kemudian dikaitkan dengan kehidupan saat
ini. Pada proses ini peserta didik akan dibantu oleh guru mengenai pemahaman materi.

F. Kisi-Kisi
KISI-KISI SOAL HOTS
Tahun Pelajaran 2019/2020

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia


Kelas/Program : X
Semester : 1 (satu)
Kurikulum : 2013

Kelas/ Level
Materi Bentuk Nomo
No Kompetensi Dasar Semeste Indikator Soal Kogniti
Pokok Soal r Soal
r f
1 3.7 Mengidentifikasi Analisis isi X/1 Disajikan kutipan C4 Uraian 1
nilai-nilai dan isi cerita cerita rakyat/
yang terkandung rakyat/ hikayat, peserta
dalam cerita hikayat didik dapat
rakyat (hikayat) menentukan isi/
baik lisan maksud cerita
maupun tulis tersebut.
Analisis X/1 Disajikan kutipan C4 uraian 2
karakteristik cerita rakyat/
cerita hikayat, peserta
rakyat/ didik dapat
hikayat menentukan
karakteristik cerita
tersebut.
Analisis X/1 Disajikan kutipan C4 uraian 3
unsur cerita rakyat/
intrinsik hikayat, peserta
cerita didik dapat
rakyat/ menentukan unsur
hikayat intrinsik cerita
Kelas/ Level
Materi Bentuk Nomo
No Kompetensi Dasar Semeste Indikator Soal Kogniti
Pokok Soal r Soal
r f
tersebut
Analisis X/1 Disajikan kutipan C4 uraian 4
unsur nilai- cerita rakyat/
nilai yang hikayat, peserta
terdapat didik dapat
dalam cerita menentukan nilai-
rakyat/ nilai yang terdapat
hikayat dalam cerita
tersebut
Menghubun X/1 Disajikan kutipan C6 uraian 5
gkan nilai cerita rakyat/
yang terapat hikayat, peserta
dalam cerita didik menentukan
rakyat/ nilai-nilai yang
hikayat ke terdapat dalam
dalam cerita tersebut,
kehidupan kemudian siswa
di sekitar berpendapat
pada saat ini tentang realita
kehidupan di
sekitar pada saat ini

Anda mungkin juga menyukai