Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

Daftar Isi ..................................................................................................... 1


Skenario ..................................................................................................... 2
Kata Sulit ..................................................................................................... 3
Pertanyaan ..................................................................................................... 4
Jawaban ..................................................................................................... 5
Hipotesis ..................................................................................................... 6
Sasaran Belajar ..................................................................................................... 7
LO 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Pergelangan Kaki .............................. 8-15
LO 2 Memahami dan Menjelaskan Ankle Sprain ..................................................... 16-22
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 23

1
NYERI SENDI KAKI

Seorang laki-laki usia 20 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri di sendi kaki kanan akibat
terjatuh sewaktu bermain bola. Pada pemeriksaan, kaki terlihat bengkak hiperemis dan nyeri
pada saat persendiaan kaki digerakkan. Pada pemeriksaan radiologi tidak ditemukan tanda-
tanda fraktur. Dokter mendiagnosa pasien mengalami ankle sprain.

2
KATA SULIT:

 Fraktur : retak atau patah pada tulang yang utuh.

 Ankle Sprain : cidera yang terjadi ketika pergelangan kaki terkilir, terpelintir atau
terputar dengan posisi yang salah.

 Hiperemis : kemerahan

 Radiologi : ilmu kedokteraan yang digunakan untuk melihat bagian tubuh


menggunakan pancaran atau gelombang elektromagnetik atau
mekanik.

 Sendi : hubungan satu tulang dengan tulang yang lain dan hubungan tulang
dengan ligamen.

3
PERTANYAAN:
1. Kenapa kaki pasien bisa mengalami bengkak hiperemis dan nyeri?
2. Kenapa dilakukan pemeriksaan radiologi?
3. Apakah bengkak hiperemis menggangu rentang gerak pada kaki atau sulit
menggerakan kaki?
4. Apa saja tanda-tanda ankle sprain?
5. Apa penyebab ankle sprain?
6. Apa saja faktor resiko dari ankle sprain?
7. Bagaimana cara mendiagnosis ankle sprain?
8. Apa saja penanganan saat mengalami ankle sprain?
9. Apa saja faktor yang menyebabkan bengkak hiperemis?
10. Bagaimana komplikasi pada ankle sprain?
11. Apa saja ligamen yang terlibat pada cidera ankle sprain?

4
JAWABAN:
1. Bengkak hiperemis disebabkan karena ligamen robek atau renggang dan
mengakibatkan pengumpalan darah ke tempat yang tidak seharusnya. Sedangkan
nyeri disebabkan karena syaraf yang terganggu.

2. Untuk mengetahui kerusakkan bagian tubuh pasien tersebut dan menentukan


penyebab serta pengobatan penyakit.

3. Iya, karena syaraf pada kaki terganggu.

4. Bengkak, nyeri dan pergerakkan kaki terbatas.

5. Karena ligamen-ligamen yang longgar dan robeknya ligamen sebagian atau


keseluruhan.

6. Menggukan sepatu jenis high heels, pola berjalan yang cenderung kakinya berputar
atau kelainan pada postur tumit, aktivitas fisik atau olahraga berlebih ( melompat,
berguling, sepak bola) dan kurang pemanasaan saat aktivitas berat.

7. – anamnesis
- pemeriksaan fisik : look (melihat ada gerak), feel (merasakan sakit saat disentuh),
move (merasakan sakit saat bergerak).
- pemeriksaan radiologi : CT SCAN dan foto rontgen
- pemeriksaan khusus ankle sprain: squeeze test, talartilt, anterior drawer, eksternal
rotation test.

8. – dengan kompres es batu


- balut dan tahan kaki sejajar dengan tinggi pinggul,
- mengistirahatkan kaki yang mengalami cidera,
- obat semprot kaki dingin (contoh: painkiller).

9. – aktif : olahraga, inflamasi, menopause.


- pasif : gagal jantung, penyumbatan pembuluh darah, pneumonia, trombosis.

10. – terbentuk nodul (benjolan)


- kerusakkan syaraf terdapat pada ligamen pergelangan kaki
- spasme pembuluh darah di daerah pergelangan kaki
- peradangan sendi
- ketidakstabilan sendi di pergelangan kaki

11. Anterior talofibular ligamen dan calcaneofibular ligamen

5
HIPOTESIS

Ankle sprain terjadi akibat pergelangan kaki yang terkilir mengakibatkan ligamen robek dan
syaraf pada pergelangan kaki terganggu.

6
SASARAN BELAJAR
 LO 1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Pergelangan Kaki
1.1. Makroskopik Pergelangan Kaki
1.2. Mikroskopik Pergelangan Kaki
1.3. Sistem Gerak Pergelangan Kaki

 LO 2 Memahami dan Menjelaskan Ankle Sprain


2.1. Etiologi Ankle Sprain
2.2. Manifestasi Klinis Ankle Sprain
2.3. Diagnosis dan Diagnosis Banding Ankle Sprain
2.4. Mekanisme Ankle Sprain
2.5. Komplikasi Ankle Sprain
2.6. Penanganan Ankle Sprain

7
LO 1 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI PERGELANGAN KAKI
1.1. Makroskopik Anatomi Pergelangan Kaki
Ankle dan kaki merupakan struktur komplek yang terdiri dari 28 tulang dan 55
artikulasi yang dihubungkan dengan ligamen dan otot. Ankle merupakan sendi yang
menopang beban tubuh terbesar pada permukaannya, puncak beban mencapai 120% ketika
berjalan dan hampir 275% ketika berlari. Sendi dan ligamen berperan sebagai stabilitator
untuk melawan gaya dan menyesuaikan ketika aktivitas menahan beban agar stabil (Dutton,
2012).
1. Struktur Tulang Regio Ankle
Bagian distal dari tulang tibia dan fibula berartikulasi dengan tulang tarsal
pada pergelangan kaki yang membentuk struktur kaki. Yang termasuk tulang tarsal
adalah calcaneus, talus, navicular, cuneiform 1, cuneiform 2, cuneiform 3 dan cuboid,
hampir sama dengan tulang carpal pada tangan. Dikarenakan menumpu beban yang
besar maka bentuk dan ukurannya lebih luas, kaki memiliki persendian yang
kompleks dengan 7 tulang tarsal, 5 tulang meta tarsal dan 14 tulang phalang yang
menopang beban tubuh ketika berdiri, berjalan, dan berlari. Penyusun tulang kaki
tertera pada gambar 2.1 dan gambar 2.2

Gambar 2.1 Tulang pada kaki lateral view

Gambar 2.2 Tulang pada kaki medial view

2. Struktur Otot Regio Ankle


Sendi ankle terbentuk dari struktur yang kompleks seperti tulang, ligamen dan
otot. Struktur tersebut yang memungkinkan sendi ankle menjadi fleksibel dan mudah
beradaptasi dengan lingkungan. Fleksibilitasi ini dibutuhkan karena kaki bersentuhan
langsung dengan tanah dan harus dapat beradaptasi ketika berubah posisi. Fungsi otot

8
sangat berpengaruh terhadap fleksibilitas tersebut. Otot pada kaki dibedakan menjadi
empat macam, yaitu:
a. Otot bagian anterior yang di tunjukkan dalam gambar 2.3 (m. tibialis anterior,
m. peroneus tertius, m. extensor digitorum longus, m. extensor hallucis
longus) berfungsi untuk gerakan dorsi fleksi.

Gambar 2.3 Otot penyusun kaki anterior view

b. Otot bagian posterior yang ditunjukkan dalam gambar 2.4 (m. gastrocnemius,
m. soleus, m. plantaris, m. flexor digitorum longus, m. flexor hallucis longus,
m. tibialis anterior) berfungsi untuk gerakan plantar fleksi.

Gambar 2.4 Otot penyusun kaki posterior view

9
c. Otot bagian lateral seperti yang tertera pada gambar 2.5 terdiri dari m. tibialis
anterior untuk gerakan supinasi dan m. peroneus tertius yang berfungsi untuk
gerakan pronasi.

Gambar 2.5 Otot penyusun kaki lateral view

d. Otot bagian dalam, m. extensor digitorum longus untuk gerakan ekstensi


empat jari dan m. extensor hallucis longus untuk gerakan supinasi serta
gerakan ekstensi tungkai kaki. m. dorsal pedis untuk gerakan abduksi jari kaki,
m. plantar interossei, m. lumbricalis, m. digiti minimi, m. flexor digiti minimi,
m. flexor hallucis brevis, m. abductor digit minimal, m. abductor hallucis
seperti yang di tunjukkan pada gambar 2.6 dan gambar 2.7
Gambar 2.6 Otot penyusun kaki bagian anterior view

10
Gambar 2.7 Otot penyusun kaki bagian inferior view

3. Persendian
Menurut Premkumar (2012) sendi pergelangan kaki (ankle joint) terdiri dari
bagian distal dari tulang tibia, distal fibula dan bagian superior tulang talus. Jenis dari
ankle joint adalah hinge joint. Dengan bagian lateral dan medial diikat oleh ligamen.
Adapun artikulasi disekitarnya antara lain adalah talus dan calcaneus (subtalar joint),
antara tulang tarsal (midtarsal joint), antar tarsal bagian depan (anterior tarsal joint),
antara tasal dengan metatarsal (tarsometatarsal joint), antara metatarsal dengan
phalang (metatarsophalangeal joint) dan antara phalang (proximal & distal
interphalangeal joint)
4. Ligamen
Talocrural joint (sendi ankle) termasuk dalam dua artikulasi antara tulang tibia
dengan tulang talus dibagian medial dan tulang fibula dengan tulang talus bagian
lateral yang tergabung dalam satu kapsul sendi. Jaringan pada sendi ankle diikat oleh
beberapa ligamen, antara lain adalah ligamen anterior tibiofibular dan ligamen
posterior tibiofibular yang mengikat antara tibia dengan fibula, ligamen deltoid yang
mengikat tibia dengan telapak kaki bagian medial, ligamen collateral yang mengikat
fibula dengan telapak kaki bagian lateral. Tendo calcaneal (achilles) terletak pada otot
betis sampai calcaneus yang membantu kaki untuk gerakan plantar fleksi dan
membatasi dorsi fleksi.
Gambar 2.8 Ligamen pada kaki lateral view

Gambar 2.9 Ligamen pada kaki medial view

5. Persarafan
Nervus saphenous merupakan cabang cutaneous terbesar pada persarafan kaki,
bertugas mendistribusikan implus ke bagian medial pada kaki. Percabangan nervus
sciatic menyalurkan sensorik dan motorik untuk kaki dan tungkai. Kemudian
bercabang menjadi nervus fibular dan nervus tibial. Nervus fibularis terbagi menjadi
nervus fibularis superficial dan nervus fibularis profundus, sedangkan nervus tibialis
terbagi menjadi nervus sural, nervus medial calcaneal, nervus medial plantar dan
nervus lateral plantar.
1.2. Mikroskopik Anatomi Pergelangan Kaki

11
Jaringan tulang terdiri dari sel tulang (osteosit) dikelilingi oleh matriks tulang yang
keras dan kaku. Matriks organik tulang terdiri dari substansi dasar berupa sialoprotein dan
proteoglikan. Serat kolagen tertanam didalam substansi dasar disertai endapan garam kalsium
fosfat dalam bentuk kristal hidrokis apatit yang membuat matriks tulang menjadi keras dan
kaku.
Ada dua jenis tulang, yaitu tulang kompakta (padat) dan tulang spongiosa
(cancellous bone). Tulang kompakta dibentuk oleh matriks tulang yang tersusun berlapis-
lapis disebut lamel. Lamel tersusun mengelilingi saluran havers. Saluran havers beserta
lamel havers masing masing disebut sistem havers atau osteon. Diantara sistem havers satu
dan lainnya terdapat lamel yang iregular dan tidak disertai oleh saluran havers, disebut lamel
interstitial. Saluran havers satu sama lain dihubungkan oleh saluran horizontal disebut
saluran vokman yang terisi pembuluh darah dan berhubungan dengan rongga sumsum

tulang.

Osteosit terdapat didalam lakuna, tersusun mengikuti sistem lamel. Osteosit memiliki
cabang sitoplasma yang panjang dan halus, didalam sediaan tampak sebagai kanalikuli.
Kanalikuli berjalan tegak lurus terhadap lakuna dan saling berhubungan dengan kanalikuli
osteosit disebelahnya.
Tulang spongiosa tersusun oleh balok-balok tulang yang bercabang-cabang dan saling
berhubungan membentuk anyaman tulang. Diantara anyaman tulang ini terdapat ruang yang
terisi sumsum tulang. Tulang dibungkus oleh jaringan ikat periosteum, dibawah periosteum
terdapat lamel general luar. Dibagian dalam, dinding ruang sumsum tulang dilapisi oleh
endosteum. Dibawah endosteum terdapat lamel general dalam. Periosteum dan endosteum
mempunyai kemampuan osteogenesis.
 Sel tulang dapat dibagi menjadi 4 jenis:

1. Osteoprogenitor

12
Merupakan sel jaringan penyambung yang terdapat pada permukaan tulang,
berbentuk kumparan, berwarna pucat. Tugas utamanya adalah bereproduksi
menghasilkan sel-sel yang akan terus bereproduksi atau berdifferensiasi khusus
seperti osteoblast.

2. Osteoblast
Osteoblast yang memproduksi matriks organik tulang. Sel berbentuk buah pir
dengan inti terletak pada bagian ujung yang kecil dari sel pada arah yang menjauhi
balok tulang. Inti besar berbentuk lonjong. Sitoplasma berwarna basofil karena
adanya akumulasi RNA, pada daerah yang berwarna pucat terdapat aparatus golgi.
Osteoblast terdapat pada permukaan balok tulang, disebut daerah osteogenesis.
Tidak seperti tulang rawan, osteogenesis hanya terjadi di permukaan, tidak terdapat
pertumbuhan interstitial.

3. Osteocyte
Osteoblast setelah membuat matriks tulang akan teperangkap didalam matriks,
menjadi osteosit. Terdapat kanal-kanal kecil menjulur keluar dari lakuna, yaitu
kanalikuli yang mengandung cabang sitoplasma osteosit. Kanalikuli dari dua sel
yang berdekatan saling berhubungan. Sistem kanalikuli menyalurkan nutrisi melalui
matriks yang keras.

4. Osteoclast
Merupakan sel besar berinti banyak, sitoplasma asidofil dengan banyak
vakuola, sehingga tampak berbusa. Osteoclast aktif berperan dalam destruksi atau
absorbsi tulang, ditemukan pada lekukan permukaan tulang yang sedang mengalami
resorbsi disebut lakuna howship.

13
 Tulang dewasa
Sediaan merupakan sediaan gosok dari tulang pipa. Lakuna dan kanalikuli
terlihat berwarna hitam. Pada daerah paling luar dapat dilihat periostium berupa
lapisan berwarna hitam. Dibawahnya terdapat susunan lakuna berderet-deret
mengikuti lengkung luar tulang dan bersama matriks tulang membentuk lamel general
luar. Lebih kedalam terdapat banyak lamel havers yang membentuk lingkaran
konsentris dengan saluran havers sebagai pusatnya. Diantara sistem havers satu dan

lainnya terdapat sisa-sisa susunan lamel havers yang terbentuk lebih dahulu. Susunan
ini tidak mempunyai saluran havers dan disebut sebagai lamel interstitial. Dapat pula
dilihat saluran volkman yang menghubungkan sistem havers yang satu dengan yang
lainnya atau dengan rongga sumsum tulang dan periosteum. Pada bagian yang paling
dalam dapat dilihat susunan lamel general dalam dan lapisan endosteum yang
melapisi rongga tulang pipa sebelah lamel general dalam dan lapisan endosteum yang
melapisi rongga tulang pipa sebelah

 Penulangan atau Ossifikasi


Terdapat dua macam proses penulangan, yaitu penulangan
intramembranosa atau penulangan desmal dan penulangan intrakartilaginosa
atau penulangan endokondral.

1. Penulangan intramembranosa atau penulangan desmal


Tampak balok-balok tulang berada diantara jaringan penyambung. Osteoblast
dengan inti bulat lonjong tampak pada pinggir balok tulang. Di bagian tengah balok
tulang tampak osteosit dan cabang-cabangnya di dalam lakuna dan kanalikuli yang
terkurung oleh matriks tulang. Osteoclast tampak sebagai sel besar berinti banyak
pada cekungan tulang (lakuna howship). Dipinggir terdapat lapisan periosteum.

14
2. Penulangan intrakartilaginosa atau penulangan endokondral
Perubahan mula-mula timbul di daerah diafisis. Daerah tulang rawan pada
penulangan endokondral dapat dibagi menjadi beberapa zona sebagai berikut: 1. Zona
istirahat (resting zone) 2. Zona proliferasi 3. Zona maturasi 4. Zona kalsifikasi 5.
Zona degenerasi 6. Zona osifikasi. Diantara balok-balok tulang terdapat sumsum

tulang. Pada periosteum terdapat sel-sel fibroblas, sel osteogenik dan osteoblas yang
morfologinya sukar dibedakan satu sama lain. Disini terjadi penulangan membentuk
kerah tulang periosteal.

1.3. Sistem Gerak Pergelangan Kaki


Secara gerakan sendi ankle dapat melakukan gerakan dorsofleksi, plantarfleksi,
inversi dan eversi. Range Of Motion (ROM) dalam keadaan normal untuk dorsofleksi adalah
20º, plantarfleksi adalah 50º, gerakan eversi adalah 20º dan gerakan inversi adalah 40º.
Penulisan yang disesuaikan dengan standar International Standard Orthopaedic
Meassurement (ISOM) untuk gerak dorsofleksi dan plantarfleksi akan tertulis (S) 20-0-50
dan gerak inversi dan eversi (S) 20-0-40.
Berdasarkan dari bentuk persendiannya, Pieter dan Gino (2014) mengklasifikasikan
sendi ankle sebagai sendi ginglimus dengan gerakan yang mungkin terjadi adalah dorsofleksi
(fleksi) dan plantarfleksi (ekstensi) dengan jangkuan gerakan yang bervariasi untuk
dorsofleksi antara 13-33º dan plantarfleksi 23-56º.

15
LO 2 MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANKLE SPRAIN
2.1. Etiologi Ankle Sprain
Ankle sprain terjadi karena adanya cedera berlebihan (overstreching & hypermobility)
atau trauma inversi dan plantar fleksi yang tiba - tiba, ketika sedang berolahraga, aktivitas
fisik, saat kaki tidak menumpu sempurna pada lantai atau tanah yang tidak rata sehingga hal
ini akan menyebabkan telapak kaki dalam posisi inversi, menyebabkan struktur ligamen yang
akan teregang melampaui panjang fisiologis dan fungsional normal, terjadinya penguluran
dan kerobekan pada ligamen kompleks lateral, hal tersebut akan mengakibatkan nyeri pada
saat berkontraksi. Sedangkan strain adalah kerusakkan pada suatu bagian otot atau
tendonnya (termasuk titik-titik pertemuan antara otot dan tendon).

2.2. Manifestasi Klinis Ankle Sprain


Secara umum manifestasi terjadinya Ankle Sprain yaitu: nyeri, pembengkakan, dan
gangguan mobilitas akibat rasa nyeri. Menurut (Sri Sumartiningsih, 2012)
Setelah cedera, penderita mengeluh sakit tersiksa yang berlebihan pada aspek
anterolateral pada sendi pergelangan kaki. Perabaan di atas sakit tersebut hanya di bawah
malleolus lateral. Dengan penyebaran terjadi di tempat bengkak yang berlebihan pada daerah
pergelangan kaki sisi lateral dan anterior, persamaan tes ditunjukkan adaya
ketidakseimbangan, sinar X diindikasikan tidak patah tulang. Sprain ini akan diklasifikasikan
menjadi tingkat II.
1. Tingkat I
a. Merupakan robekan dari beberapa ligamen akan tetapi tidak menghilangkan
dan menurunkan fungsi sendi tersebut.
b. Pasien bisa merawat sendiri selama proses rehabilitasi.
c. Masa penyembuhan antara 2-6 minggu.
d. Terjadi rasa sakit, pembengkakan kecil, sedikit perdarahan tetapi tidak terjadi
leksitas abnormal.

2. Tingkat II
a. Terjadi kerusakan ligamen yang cukup lebih besar tetapi tidak sampai terjadi
putus total.
b. Terjadi ruptur pada ligamen sehingga menimbulkan penurunan fungsi sendi.
c. Rasa sakit atau nyeri, bengkak terjadi perdarahan yang lebih banyak.

3. Tingkat III
a. Terjadi rupture komplit dari ligamen sehingga terjadi pemisahan komplit
ligamen dari tulang.
b. Untuk bisa pulih kembali maka diperlukan tindakan operasi dan fisioterapi dan
rata-rata memakan waktu 8-10 minggu.

16
c. Pada tingkatan ini ligamen pada lutut mengalami putus secara total dan lutut
tidak dapat digerakkan.

2.3. Diagnosis dan Diagnosis Banding Ankle Sprain

Ankle Sprain memiliki 3 klasifikasi, yaitu ringan, sedang, berat:


1. Ringan : cedera ligament pada ruang lingkup mikroskopis dan tidak terlihat pada
makroskopik, biasanya terasa bengkak kecil dengan sedikit / tidak adanya hilangnya
fungsi dan tidak stabilnya sendi.
2. Sedang : cedera ligament dengan robek sebagian, bengkak sedang sampai parah,
ecchymosis, hilangnya fungsi tingkat sedang, ringan sampai sedang ketidakstabilan
sendi, biasanya mengalami sulit untuk menahan beban
3. Berat : cedera ligament dengan robek / pecah sempurna, bengkak dengan tingkat
berat, Ecchymosis, Tidak bisa menahan beban, tidak stabilnya sendi, pada saat
menahan beban akan sangat terasa sakit.

2.4. Mekanisme Ankle Sprain

Terkilir pada pergelangan kaki biasanya disebabkan oleh gerakan ke sisi luar atau
samping (lateral) atau sisi dalam atau tengah (medial) dari pergelangan kaki yang terjadi
secara mendadak. Terkilir secara invesi yaitu kaki berbelok dan atau membengkok ke dalam
dan terbalik. Tipe ini merupakan cedera yang paling umum terjadi pada pergelangan kaki.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya tulang penstabil pada sisi belah samping yang
mengakibatkan tekanan pada kaki menjadi terbalik. Jika kekuatan tersebut cukup besar,
pembengkokan dari pergelangan kaki tejadi sampai medial malleolus kehilangan stabilitasnya
dan menciptakan titik tumpu untuk lebih membalikkan pergelangan kaki.

Ketika serabut otot ligamentum untuk eversi tidak cukup kuat untuk menahan atau
melawan kekuatan inversi, maka serabut ligamentum sisi sebelah samping menjadi tertekan
atau robek. Biasanya terkilir pada kaki bagian samping meliputi satu atau dua robekan pada
serabut ligamentum. Jika satu ligamentum robek, biasanya termasuk juga ligamentum
calcanae fibular akan robek.

Tekanan yang kuat pada tumit menekan kaki menjadi inverse, membuatnya lebih
mungkin untuk terjadi sprain pada sisi sebelah luar atau samping. Kebalikannya, kaki yang
pronasi, kelebihan gerakan atau adanya tekanan dari telapak kaki sisi sebelah dalam atau
tengah secara longitudinal lebih memungkinkan untuk terjadi eversi sebagai salah satu pola
sprain pada pergelangan kaki.

Cedera sprain pada pergelangan kaki dengan pola eversi lebih jarang terjadi daripada
cedera sprain dengan pola inverse. Mekanisme yang biasa terjadi adalah olahragawan yang
tiba-tiba menapakkan kakinya pada lubang di lapangan olahraga menyebabkan kaki tergerak
dengan paksa dan menanamkan kaki pada gerakan yang eksternal. Dengan mekanisme ini
17
ligamentum anterior tibiofibular, ligamentum interosseus dan ligamentum deltoid menjadi
robek. Perobekan pada ligamentum tersebut menyebabkan talus bergerak secara lateral,
terutama mengakibatkan degenarasi pada persendian, dan juga berakibat adanya ruangan
abnormal antara medial malleolus dan talus.

Kekuatan inversi secara tiba-tiba dapat menyebakan berbagai intensitas seperti


menyebabkan patah pada kaki bagian bawah. Perputaran yang tidak diharapkan pada
ligamentum lateral dapat menyebabkan bagian tulang menjadi avulsi dari malleolus. Satu
situasi yang khusus adalah ketika lateral malleolus teravulsi oleh tulang calcaneo fibula, dan
talus melawan medial malleolus untuk menghasilkan patah yang kedua kalinya. Kejadian ini
disebut bimalleolar fracture.

2.5. Komplikasi Ankle Sprain


Komplikasi Ankle Sprain biasanya terkait dengan cedera seperti patah tulang atau
dislokasi, cedera osteochondral pada talus, kompromi neurovaskular, tendon pecah atau
subluxation, trauma, arthtomy, penguncian Cedera sendi atau syndesmotic. Arahan harus
dipertimbangkan jika diagnosis tidak pasti atau jika pasien memiliki rasa sakit yang parah.
Komplikasi angkle sprain bertambah parah apabila kejadian ini terjadi berulang harus
meningkatkan kekhawatiran karena menyebabkan gangguan mekanik dan fungsional. Pasien
dapat terdeteksi dengan diagnosis sekunder dan harus menyelesaikan penyebab kronis agar
mengurangi komplikasi lainnya dan menjamin lebih lanjut dengan hasil pemeriksaan MRI
atau CT-Scan.
Komplikasi paling umum pada Ankle sprain meliputi:
 Sakit kronis
Sakit kronis seperti patah tulang, kerusakan saraf atau tendon robek.

 Ketidakstabilan sendi pergelangan kaki


Ankle Sprain dapat sembuh secara tidak benar, sering mengakibatkan gerakan
abnormal. Jika ini terjadi, kemungkinan dapat berulang kembali dan mengalami
pembengkakan.

 Kekakuan
Hal ini terjadi karena radang yang parah sehingga pembengkakan di area yang cedera
dan jaringan parut. Kekakuan paling sering mengakibatkan rasa sakit dan bahkan
Osteoartritis.

 Pembengkakan
Ketika pergelangan kaki tidak sembuh-sembuh dengan benar, pembengkakan lokal
dapat terjadi. Hal ini mengakibatkan jangkauan gerak terbatas dan ketidakmampuan
untuk berpartisipasi dalam rutinitas yang biasa.

18
 Artritis pada Ankle
Ketika waktu penyembuhan lebih lama dari waktu normal untuk menyembuhkan dan
tidak bisa menyingkirkan cedera, jika terlalu lama dapat menderita dari arthritis.

2.6. Penanganan Ankle Sprain


Foto rongten untuk membedakan pada tulang yang patah dan untuk menentukan
luasnya degenarasi dan mengesampingkan malignansi.

 Foto rontgen
1. X-Rays
X-Ray digunakan untuk melihat berapa luas robekan dari ligamen, hal
ini terutama berguna untuk ligamenta lateral. Diastasis sendi (syndesmosis)
tibiofibular distal penting sekali untuk dikenali. Tapi tidak ada suatu cara
khusus untuk melihat luasnya diastasis ini. Suatu fraktur fibula diatas
permukaan sendi talocrural (dapat sampai setinggi 1/3 proksimal fibula) secara
tersendiri (tanpa fraktur tibia pada ketinggian yang sama), selalu harus
diperhatikan akan kemungkinan adanya suatu diastasis. Diastasis juga jelas
bila ada subluksasi talus menjauhi malleolus medialis. Tapi bila tidak terdapat
subluksasi ini, belum berarti tidak adanya suatu diastasis.

2. Radiologi
Pemeriksaan radiologik perlu dilakukan bilamana dicurigai adanya
patah tulang atau disangka adanya suatu robekan ligamen. Biasanya
pemotretan dari dua sudut, anteroposterior dan lateral sudah akan memberikan
jawaban adanya hal-hal tersebut. Pandangan oblique tidak banyak dapat
menambah keterangan lain. Untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik

19
mengenai permukaan sendi talocrural, suatu pandangan anteroposterior
dengan kaki dalam inversi dapat dilakukan

 Perawatan Keseleo Pergelangan Kaki (Sri Sumartiningsih, 2012)


Tingkatan keseleo dapat menentukan perawatan yang diperlukan dan sampai
berapa lama perawatan tersebut dilakukan sebelum melakukan latihan-latihan tertentu.
Meskipun beberapa keseleo tingkat ringan mungkin akan memperbolehkan untuk
melakukan aktivitas latihan kembali dalam 2 sampai 3 hari, keseriusan dari keseleo
sedang dan tingkat parah tidak boleh untuk diremehkan. Memberikan perawatan secara
tidak tepat dapat menyebabkan pergelangan kaki menjadi tidak stabil yang kronis, yang
dapat menyebabkan suatu saat dapat mengalami cedera kembali, keterbatasan menekan
dalam melakukan aktivitas olahraga, mengakibatkan arthritis secara dini pada sendi
pergelangan kaki, dan kadang-kadang perlu untuk dilakukan pembedahan.
Para atlet yang ingin menghindari terjadinya komplikasi ini, setiap mengalami
cedera keseleo seharusnya dievaluasi dan dirawat sebagaimana mestinya.

1. Keseleo tingkat ringan


Anamnesis: ketidaknyamanan pada kaki, pembengakakan ringan, sedikit atau
tanpa adanya memar.
Perawatan yang dilakukan sebaiknya meliputi:
- berhenti dari aktivitas
- pengompresan dengan es selama 20 sampai 30 menit
- kaki yang keseleo harus tetap terangkat (dinaikkan ke atas) sedapat mungkin

20
- jika terjadi pembengkakan, pengomperasan dengan es harus terus menerus
diulang dalam satu hari. Perawatan yang digunakan tersebut dinamakan

metode RICE, yaitu: Rest (istirahat), Ice (pemakain es), Compression


(pengomperasan) dan Elevation (elevasi). Pemakaian metode RICE untuk
mengatasi keseleo ringan, biasanya berlanjut selama 2 sampai 3 hari,
kemudian dapat diikuti dengan melakukan olahraga lari kembali secara
bertahap.

2. Keseleo tingkat sedang


Cedera ini dapat menimbulkan rasa sakit yang luar biasa pada sekitar
pada bagian luar pergelangan kaki dibanding pada keseleo ringan, seperti
timbulnya pembengkakan dan memar selama 12 sampai 24 jam. Perawatan
pada kasus ini:
- sama seperti cedera keseleo ringan; yaitu penggunaan metode RICE.
- keseleo ini memerlukan perlindungan lebih, contohnya pemakaian pembalut
yang halus untuk menyembuhkan ligament.
- seseorang yang menderita keseleo tingkat sedang dengan rasa sakit yang
parah sebaiknya mendapatkan perawatan yang professional, karena
kemungkinan terjadi kerusakan ligament.
- sebaiknya dilakukan penyinaran roentgen untuk memastikan kerusakan apa
saja yang telah terjadi pada tulang tersebut.
- penghentian aktivitas olahraga selama 2 sampai 3 minggu.
- setelah kondisi ligament tersebut sembuh, latihan-latihan olahraga yang
melibatkan pergelangan kaki dapat dilanjutkan program rehabilitasi

3. Keseleo tingkat parah


21
Merupakan jenis cedera yang serius, ditandai terjadinya suara robekan
atau pecah pada daerah yang mengalami keseleo seringkali kita rasakan atau
kita dengar, akan terjadi rasa sakit secaa cepat dan rasa nyeri selama 5 menit.
Meskipun dimungkinkan untuk dapat berjalan secara cepat setelah terjadi
keseleo, namun rasa sakit dan nyeri akan meningkat selama 30 menit,
kemudian berlanjut dengan tidak dapat atau sulit untuk bejalan. Akan terjadi
memar pada bagian luar pergelangan kaki, telapak kaki dan kaki bagian
bawah.
Berjalan atau berlari sesaat setelah terjadi keseleo akan lebih
memperburuk pembengkakan, memar dan kerusakan yang terjadi di ligament.
Perawatan sebagai berikut:
- perawatan awal dapat dilakukan, seperti pada cedera keseleo yang lebih
ringan menggunakan metode RICE.
- penggunaan crutch (tongkat ketiak) dapat juga digunakan untuk
mengistirahatkan secara total bagian pergelangan yang kaki yang keseleo.
- bila ligament pergelangan kaki benar-benar putus, dilakukan pembedahan.
- apabila semua ligament telah rusak namun pergelangan kaki tetap stabil
(dapat ditentukan dengan menekan pergelangan kaki sampil menyinarinya
dengan sinar X), perlu dipergunakan pembalut dan gips selama 4 sampai 6
minggu. Setelah tahap penyembuhan selesai dilkaukan program rehabilitasi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Paulsen, F., Waschke, J. (2012). Sobotta: Atlas Anatomi Manusia edisi 23. Jakarta: EGC

Sherwood, Lauralee. (2018). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem edisi 9. Jakarta: EGC

Eroschenko, Victor P. (2015). Atlas Histologi: diFiore edisi 12. Jakarta: EGC

Syamsir, H.M. (2018). Kinesiologi. Jakarta: FKUY

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/miki

http://eprints.umm.ac.id/43331/3/jiptummpp-gdl-walidanwar-50426-3-babii.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai