Anda di halaman 1dari 2

Macam-Macam Alur

1. Alur maju
Pada alur maju atau disebut juga dengan alur progresif, penulis menyajikan jalan
ceritanya secara berurutan dimuali dari tahapan perkenalan ke tahapan penyelesaian
secara urut dan tidak diacak. Berikut ini adalah contoh cerita pendek dengan menggunakan
alur maju.
Akibat Terlambat. Hari itu aku bangun pagi terlambat. Ku lihat jam telah menunjukan
pukul 7. Tanpa pikir panjang aku langsung berganti pakaian dan langsung menuju
sekolahku. Di perjalanan sekolah, aku memacu kendaraanku dengan sangat kencang.
Namun, tiba-tiba dari arah berlawanan ada seorang pejalan kaki yang melintas. Tanpa
sempat menghindar lagi, aku pun menumbur dirinya. 
Aku tepental dari motorku, sementara orang tersebut jatuh terperosok. Sontak saja
orang-orang yang ada di sekitar jalan itu menghampiriku. Mereka geram dengan
perbuatanku. Bahkan salah satu dari mereka hendak memukul diriku. “Ayo kita pukuli saja
orang ini,” teriak salah seorang. Dengan cepat mereka menarik bajuku. Aku sempat dipukuli
beberapa kali hingga wajahku membiru. Namun, beberapa saat kemudian aku mendengar
suara seseorang. “Sudah hentikan kita seharusnya jangan main hakim sendiri,” kata
seorang pria yang tidak aku kenal itu. “tapi dia telah menabrak pria itu Pak!” “sudah bubar
kalian,” pria itu membentak. 
Akhirnya mereka semua bubar. Aku merasa sangat beruntung karena ditolong
olehnya. “Terimakasih Pak, aku tidak akan selamat jika tidak ada Bapak dan aku akan
mempertanggung jawabkan perbuatanku!” kataku mengiba. “Sudahlah sekarang kau pergi
antarkan orang yang kau tabrak itu ke klinik” perintah bapak itu. Setelah itu aku langsung
pergi membawa orang yang aku tabrak ke klinik untuk diobati. Hingga hari ini aku tidak
mengenal siapa pria baik yang menolongku waktu itu. 
2. Alur mundur
Alur mundur adalah proses jalannya cerita secara tidak urut. Biasanya pengarang
menyampaikan ceritanya dimulai dari konflik menuju penyelesaian, kemudian menceritakan
kembali latar belakang timbulnya konflik tersebut. Contoh cerita menggunakan alur mundur.

Perkelahian. Ketika Budi hendak memasuki kelasnya, dia melihat orang-orang sedang
berkumpul. Ia pun merasa penasaran dan menghampirinya. Betapa terkejut Budi saat itu
ketika mengetahui bahwa Andi dan Rian sedang berkelahi. Andi yang sangat marah
mendaratkan pukulannya di wajah Rian. Lalu Rian membalasnya dengan menerjang tubuh
Andi.

Melihat kejadian itu, Budi pun melerai mereka. “Hey kalian hentikan!” Kata Budi sambil
memegang Tubuh Rian yang terjatuh. “Kau jangan ikut campur Bud, ini masalah kami
berdua,” Kata Andi. “Lepaskan aku Bud, aku akan menghajarnya,” timpal Budi. Budi yang
badannya lebih besar menyeret mereka berdua menjauhi keramaian itu. “Sudahlah
hentikan, apapun masalahnya semua bisa dibicarakan,” Budi memarahi mereka. “Tapi ini
salah Rian, dia menghilangkan bukuku dan tidak mau menggantinya,” kata Andi. “Aku kan
sudah bilang aku akan menggantinya, tetapi kau tidak mau mendengar perkataanku malah
mengajakku berkelahi,” timpal Rian.
Budi yang telah mengetahui masalah tersebut mencoba untuk menenangkan
mereka. “Sudahlah kalian kan sahabat baik. Janganlah seperti ini, selesaikan semua
masalah dengan kepala dingin,” kata Budi. “Andi kau seharusnya jangan lekas emosi dan
Rian kau juga jangan mudh terpancing, sudahlah lupakan masalah ini. Toh Rian berjanji
akan menggantinya,” Budi menasehati mereka. Akhirnya mereka berduapun saling
memaafkan dan bersahabat kembali. Setelah beberapa hari, Rian dan Andi pun menemui
Budi. Mereka berterimakasih karena mereka telah menjadi sahabat seperti dulu kembali. 

3. Alur campuran
Alur jenis ini adalah gabungan dari alur maju dan alur mundur. Penulis pada
awalnya menyajikan ceritanya secara urut dan kemudian pada suatu waktu, penulis
menceritakan kembali kisah masa lalu atau flash back. Cerita yang menggunakan alur ini
cukup sulit untuk dipahami dan membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi. Contoh:
Apa yang ditanam itu yang akan dituai
Sore hari itu, Reza sedang bekerja. Dia adalah seorang penjual roti keliling. Ketika dia
sedang melewati jalan yang sangat ramai, dia melihat seorang anak kecil yang sedang
berjualan Koran. Reza merasa kasihan dengan anak itu. Dia pun memanggilnya, “Hey nak
kenapa kau tidak bersekolah?” tanya Reza. “Aku harus membantu Ibuku Pak,” jawab anak
itu. Karena merasa kasihan Reza membeli semua korannya. Anak itu pun sangat senang
dan gembira.
Setelah lima tahun berlalu, Reza tetap menjalankan hari-harinya bekerja sebagai
penjual roti. Ketika dia sedang menjajakan rotinya, dia mengalami sebuah kecelakann. Dia
tertabrak sebuah sepeda motor dan jatuh dengan penuh luka. Ia pun pingsan. Saat setelah
sadar Reza sudah berada di rumah sakit. Selama di sana Reza mendapatkan perawatan
yang sangat baik. Hingga akhirnya dia sembuh, tetapi dia merasa heran kenapa selama
dirawat, dia tidak pernah dimintai biaya perawatan. Reza lalu bertanya kepada salah satu
perawat, “Suster aku heran kenapa aku tidak dikenai biaya perawatan sedikit pun,” “kami
mendapat perinta dari atasan untuk merawat Bapak” jawab suster itu.

Reza pun merasa heran dan segera menemui pemilik rumah sakit itu. “Maaf Pak, aku ingin
mengucapkan terimakasih atas kebaikan Bapak,” kata Reza. Tetapi pemilik rumah sakit itu
hanya tersenyum kecil dan berkata, ”seharusnya saya yang berterimakasih kepada Bapak,
berkat Bapak saya menjadi seperti sekarang ini,” jawab pemilik rumah sakit tersebut. Reza
pun semakin heran. Dia merasa tak pernah menolong apapun. “Apakah Bapak tidak ingat?
Saya adalah anak yang Bapak tolong 5 tahun lalu. Pada saat itu saya sedang
membutuhkan uang untuk membayar kuliahku. Aku hampir putus asa dan memutuskan
untuk berhenti karena tidak ada seorang pun yang membeli dagangaku. Tetapi Bapak
menolongku hingga akhirnya aku bisa melanjutkan kuliahku,” pemilik rumah sakit tersebut
menjelaskan.

Ternyata pemilik rumah sakit tersebut adalah anak yang ditolong Reza 5 tahun yang lalu.
Dia adalah seorang mahasiswa yang sedang dalam masalah keuangan. Setelah mendapat
bantuan dari Reza, dia pun kembali dapat melanjutkaan kuliahnya. “Baik sekali Bapak itu,
suatu saat aku harus membantunya” pikir anak itu. Perjuangan dan niat anak itu pun tak
sia-sia hingga akhirnya dia menjadi pemilik rumah sakit itu. 

Setelah mengetahui hal tersebut, Reza pun menitikan air mata. Dia akhirnya mengingat
bahwa anak yang ia tolong waktu itu telah sukses dan menjadi pemilik rumah sakit terbesar
ini.

Anda mungkin juga menyukai